You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.

2
ISSN: 1978 - 0303

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BERAS KETAN


DENGAN TEPUNG UMBI TALAS BOGOR (Colocasia
esculenta L Schoott) TERHADAP KUALITAS DODOL SUSU
DITINJAU DARI KUALITAS FISIK DAN KIMIA

The Effect of Substitution Glutinous Rice Flour With Bogortaro Tubers Flour
(Colocasia esculenta L Schoott) on Quality of Milk Sweet Pastry Viewed
From Physical Qualities and Chemical Qualities

Agus Triawan1), Purwadi2) dan Lilik Eka Radiati2)


1)
Mahasiswa Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2)
Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Diterima 1 Agustus 2016; diterima pasca revisi 10 Agustus 2016


Layak diterbitkan 1 Oktober 2016

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the effect of substitution glutinous rice
flour with Bogor tuber taroflour towards the best substitution improving the quality of end
products which included physical quality (texture) and chemical qualities (fat, total sugar
and reducing sugar) of milk sweetpastry. The materials used were fresh milk as the main
ingredient, sugar, glutinous rice flour and Bogor tuber taroflour. The research method used
was laboratory experiment with completely randomized design consisting of 5 treatments and
4 replications. Substitution treatment in the form of glutinous rice flour with Bogor tuber
taroflour given on milk sweet pastry products covering P0 (100% glutinous rice flour and
without Bogor tuber taroflour); P1 (75% glutinous rice flour and 25% Bogor tuber taro
flour); P2 (50% glutinous rice flour and 50% Bogor tuber taro flour); P3 (25% glutinous
rice flour and 75% Bogor taro tuber flour); P4 (without glutinous rice flour and 100% Bogor
taro tuber flour). The results showed that there was highly significant difference effect
(p<0.01) the substitution of glutinous rice flour with Bogor tuber taroflour to sugar reduction
dodol taro milk with reduced sugar lows on P2 (16.66%), and significantly difference effect
(p<0.05) dodol fat content milk with a fat content highs around 13.77% (P4), but did not
significantly difference effect the total sugar and texture of milk sweet pastry. Substitution
Bogor tuber taro flour 100% produced best quality of milk sweet pastry with texture value
10.12 N, fat content 3.44%, 44.71% total sugar and reducing sugar 5.64%.

Key words: Milk sweet pastry, substitution, physical quality, chemical quality

PENDAHULUAN dibutuhkan oleh tubuh seperti protein dan


lemak yang tinggi. Penyusun utama susu
adalah air (87,9 %), protein (3,5 %), lemak
Susu merupakan bahan makanan (3,5- 4,2 %), vitamin dan mineral (0,85 %)
hasil ternak yang sudah dikenal (Estiasih dan Ahmadi, 2009). Susu segar
masyarakat Indonesia sejak lama. Susu atau susu yang tidak diproses, lebih
mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena beresiko menyebabkan penyakit akibat
mengandung unsur-unsur kimia yang
28
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

kemungkinan hadirnya mikroorganisme sehingga lebih halus (Harijono, Zubaidah


patogen, sehingga perlu adanya inovasi dan Aryani, 2000). Berdasarkan hal
guna memperkenalkan produk tersebut maka diperlukan penelitian
diversifikasi susu yang dekat dan tidak mengenai pengaruh dan tingkat substitusi
asing bagi masyarakat namun tetap mampu tepung umbi Talas Bogor yang tepat pada
mempertahankan kualitas susu. Salah satu pembuatan dodol susu terhadap kualitas
produk diversifikasi susu adalah dodol fisik (tekstur) dan kimia (lemak, gula total
susu. dan gula reduksi).
Dodol susu muncul dengan
mengedepankan kualitas kandungan nutrisi MATERI DAN METODE
susu yang bermanfaat bagi tubuh serta cita Materi penelitian adalah dodol susu
rasa khas susu yang menambah gurih pada yang dibuat dari susu segar. Bahan lain
dodol. Dodol susu merupakan produk yang digunakan adalah gula dan tepung
olahan susu yang dibuat dari tiga bahan beras ketan komersil yang diperoleh dari
utama, yaitu tepung ketan sebagai binding pasar swalayan, serta tepung umbi Talas
agent, susu sebagai bahan dasar dan Bogor yang dibuat dengan menggiling
sumber nutrisi, serta gula sebagai umbi Talas Bogor dengan ukuran 80 mesh.
pengawet dan pembentuk tekstur. Tepung Peralatan yang digunakan untuk
ketan umumnya digunakan sebagai bahan proses pembuatan dodol susu meliputi
pengikat utama dalam pembuatan dodol. wajan, loyang atau cetakan, pengaduk
Kandungan pati tepung ketan yang tinggi kayu, gelas, gelas ukur, soxlet dan kompor
mampu memaksimalkan perannya sebagai gas.
binding agent, namun apabila penggunaan Metode penelitian adalah
tepung ketan 100% dalam adonan dodol percobaan laboratorium dengan
akan mengakibatkan tekstur menjadi keras. menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Proporsi tepung ketan sedikit tekstur yang (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan.
dihasilkan akan lembek, sedangkan tepung Komposisi bahan penyusun dodol susu
ketan yang terlalu banyak akan disajikan dalam Tabel 1 dan perlakuan
menghasilkan tekstur yang keras, karena pada pembuatan dodol susu yaitu
gelatinisasi pati yang tersusun oleh penggunaan substitusi tepung beras ketan
amilopektin akan menghasilkan viskositas dengan tepung umbi Talas Bogor dengan
gel yang tinggi, akibatnya produk pangan perbandingan sebagai berikut:
menjadi keras (Qinah, 2009).
Talas Bogor memiliki potensi T0: tepung beras ketan 100%: tanpa
untuk digunakan sebagai bahan baku tepung umbi Talas Bogor
tepung-tepungan karena memiliki pati T1: tepung beras ketan 75%: tepung umbi
yang tinggi, yaitu sekitar 70%-80% Talas Bogor 25%
(Koswara, 2014). Kandungan amilosa T2: tepung beras ketan 50%: tepung umbi
Talas Bogor yang lebih tinggi (16,3%) Talas Bogor 50%
daripada tepung ketan (1,2%) akan T3: tepung beras ketan 25%: tepung umbi
berpengaruh pada peningkatan tekstur Talas Bogor 75%
dodol susu. Tingginya amilosa akan T4: tanpa tepung beras ketan: tepung umbi
menghasilkan tekstur yang tinggi karena Talas Bogor 100%
dilihat dari bentuk rantai amilosa yang
lurus maka amilosa memiliki luas Pembuatan dodol susu sesuai cara yang
permukaan yang lebih besar sehingga dilakukan oleh Manab (2007) dengan
memungkinkan untuk lebih banyak modifikasi sebagai berikut:
menyerap atau mengikat air dan sifat 1. Disiapkan susu sebanyak 1 L,
binder yang dimiliki tepung umbi Talas dipasteurisasi ± 15 menit dengansuhu
Bogor akan mengurangi kerapuhan 630 C -680 C, diambil 200 ml kemudian

29
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

dicampur dengan adonan hingga meningkatkan kualitas tekstur dodol susu.


merata. Perlakuan P4 menghasilkan nilai tekstur
Tabel 1. Komposisi Bahan Penyusun rata-rata 10,12 ± 2,15 yang merupakan
Dodol Susu Peradonan dalam hasil tertinggi diantara perlakuan lainnya.
Penelitian Peningkatan kualitas tekstur dodol susu
Komponen Kode perlakuan diduga ada hubungannya dengan
penyusun T0 T1 T2 T3 T4 komponen penyusun yang ada didalam
Susu (ml) 1000 1000 1000 1000 1000 tepung, diantaranya kandungan amilosa
Gula (g) 160 160 160 160 160
Te beras 60 45 30 15 0 dan amilopektin. Substitusi pada perlakuan
ketan (g) P4 terdiri dari 100% tepung umbi Talas
Tpg umbi 0 15 30 45 60 Bogor dan tanpa tepung beras ketan.
Talas Kandungan amilosa tepung umbi Talas
Bogor (g) Bogor yang tinggi (16,29%) dibandingkan
dengan tepung beras ketan (1,2%).
2. Susu yang masih dipanaskan dicampur Tingginya amilosa akan menghasilkan
larutan tepung beras ketan dengan tekstur yang tinggi karena dilihat dari
tepung umbi Talas Bogor sesuai bentuk rantai amilosa yang lurus maka
perlakuan sedikit demi sedikit sambil amilosa memiliki luas permukaan yang
diaduk pada suhu ± 900C dengan waktu lebih besar sehingga memungkinkan untuk
1 jam. lebih banyak menyerap atau mengikat air
3. Penambahan gula 13,5% dan diaduk dan sifat binder yang dimiliki tepung umbi
hingga larut. Talas Bogor akan mengurangi kerapuhan
4. Dodol yang sudah matang ditandai sehingga lebih halus (Harijono dkk, 2000).
dengan tidak lengketnya dodol bila Murdiati, Anggrahini, Supriyanto
disentuh dengan plastik. dan Alim (2015) bahwa penggunaan bahan
5. Dodol dipotong dan dibungkus dengan baku yang mengandung protein mampu
plastik. mempengaruhi tekstur dodol susu yang
dihasilkan. Kandungan protein
Variabel yang diukur pada penelitian berpengaruh terhadap tekstur karena
adalah: proses pengolahan dodol susu dengan
a. Tekstur (newton) (Midayanto dan pemanasan sehingga menyebabkan protein
Yuwono, 2014) terdenaturasi dan membuatnya menjadi
b. Uji Kadar Lemak (AOAC, 2005) rigid. Kondisi tersebut menjadikan tekstur
c. Uji Gula Total (SNI, 1992) dodol susu akan meningkat seiring
d. Uji Gula Reduksi (SNI, 1992) peningkatan konsentrasi substitusi tepung
umbi Talas Bogor.
Rata-rata nilai tekstur terendah
HASIL DAN PEMBAHASAN terdapat pada perlakuan P1, yaitu 5,1±2,31
Rata-rata uji tekstur, kadar lemak, dan P0 dengan hasil 6,63±2,65, hasil
total gula dan gula reduksi pada masing- tersebut tidak lepas dari komposisi
masing perlakuan dan hasil Uji Jarak kandungan tepung ketan yang lebih
Berganda Duncan (UJBD) tertera pada banyak. Kelemahan penggunaan 100%
Tabel 2. tepung beras ketan akan menurunkan
tekstur dodol susu yang dihasilkan.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tekstur Pemanasan saat pengolahan dodol
Dodol Susu mengakibatkan amilopektin akan
Substitusi tepung beras ketan mengembang yang menyebabkan lapisan
dengan tepung umbi Talas Bogor molekul pati lebih tipis sehingga rongga
memberikan kontribusi yang besar dalam udara disekitarnya semakin besar dan
pembentukan tekstur dodol sehingga dapat strukturnya semakin renggang, akibatnya

30
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

bangunan amilopektin kurang kompak dan tekstur yang tidak terlalu lembek atau
mudah dipatahkan (Harijono dkk., 2000). terlalu keras. Mengacu pada tekstur dodol
Bahan pengisi utama dalam pembuatan komersil seperti dodol garut yang memiliki
dodol adalah beras ketan, namun jika tekstur kenyal, agak kering diluar
konsentrasi tepung ketan sedikit maka (permukaan) namun bertekstur liat
tekstur dodol yang dihasilkan akan didalam. Hasil dari penelitian pembuatan
lembek, sedangkan tepung ketan yang dodol susu ini menghasilkan tekstur yang
terlalu banyak maka tekstur yang tidak terlalu berbeda dengan dodol
dihasilkan keras, karena gelatinisasi pati komersil yang ada, yakni memiliki tekstur
yang tersusun oleh amilopektin yang tidak keras maupun lembek, namun
menghasilkan viskositas gel yang tinggi, bertekstur kenyal dan liat.
akibatnya produk pangan menjadi keras Tekstur dan konsistensi suatu
(Qinah, 2009). Penggunaan gula dalam bahan akan mempengaruhi citarasa yang
pembuatan dodol susu juga berpengaruh ditimbulkan oleh bahan tersebut. Tekstur
terhadap tekstur dodol susu yang bahan yang ditambahkan dapat merubah
dihasilkan. Menurut Khamidah dan rasa dan bau yang timbul karena dapat
Eliartati (2012) bahwa penggunaan gula mempengaruhi kecepatan timbulnya
dalam pembuatan dodol juga memberikan rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori
pengaruh terhadap tekstur, karena gula dan kelenjar air liur, semakin kental suatu
berpengaruh terhadap pembentukan kristal bahan, penerimaan terhadap intensitas
pada dodol. rasa, bau dan citarasa semakin berkurang
Tekstur yang diharapkan dalam (Winarno, 2004).
pembuatan dodol susu adalah memiliki

Tabel 2. Rata-rata Hasil Uji Tekstur, Kadar Lemak, Total Gula dan Gula Reduksi.
Perlakuan Tekstur Kadar Lemak Gula Total Gula Reduksi
(N) (%) (%) (%)
P0 6,63 ± 2,65 0,62 a± 0,20 45,77 ± 0,86 5,74 b ± 0,29
P1 5,10 ± 2,31 1,26 a± 0,38 45,87 ± 1,80 5,20 ab± 0,69
a
P2 8,53 ± 0,65 1,25 ± 0,90 47,29 ± 3,08 4,17 a ± 1,00
a
P3 8,87 ± 3,32 1,61 ± 0,79 46,42 ± 1,81 5,74 b ± 0,28
b
P4 10,12 ± 2,15 3,44 ± 1,95 44,71 ± 1,61 5,64 b ± 0,11

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan pengaruh
yang sangat nyata (p<0,01) pada kolom gula reduksi dan menunjukan perbedaan
pengaruh yang nyata (p<0,05) pada kolom kadar lemak. Kolom yang sama tanpa
superskrip menunjukan tidak adanya perbedaan pengaruh yang nyata (p>0,05).

kadar lemak tertinggi diantara perlakuan


Pengaruh Perlakuan Terhadap Lemak yang lainnya. Penambahan konsentrasi
Dodol Susu
Substitusi tepung beras ketan tepung umbi Talas Bogor dalam
dengan tepung umbi Talas Bogor mampu substitusi terhadap tepung beras ketan
meningkatkan nilai kadar lemak dodol memberikan pengaruh signifikan
susu yang dihasilkan, meskipun kandungan lemak pada dodol susu.
peningkatan nilai kadar lemak tidak Semakin ditingkatkan konsentrasi
terlalu signifikan hingga tercapai kadar substitusi tepung umbi Talas Bogor
lemak sesuai standar SNI. Substitusi maka semakin meningkat pula
tepung umbi Talas Bogor dengan kandungan lemak dodol susu. Hasil
persentase 100% (P4) menunjukkan tersebut tidak lepas dari kandungan
lemak tepung umbi Talas Bogor itu
31
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

sendiri yang lebih besar daripada tepung dapat pula dipengaruhi oleh pasteurisasi
beras ketan, yaitu mengandung lemak atau pemanasan. Kandungan lemak
sebesar 1,25% sedangkan tepung beras tertinggi terdapat pada perlakuan P4,
ketan memiliki kandungan lemak 1,13%, yaitu 3,44 ± 1,95, namun dalam
sehingga dengan penambahan komposisi pembuatan dodol tetap mengacu pada
tepung umbi Talas Bogor dibandingkan SNI dodol agar dalam proses penelitian
tepung beras ketan dapat memberikan dapat menghasilkan produk yang sesuai
pengaruh positif terhadap kandungan standar yang ada.
lemak dodol susu. Kandungan amilosa Berdasarkan SNI (1992) kadar
tepung umbi Talas Bogor yang lebih lemak yang terkandung dalam dodol
tinggi dari pada tepung beras ketan yaitu minimal 7% namun dalam penelitian ini
16,29% juga berperan dalam kadar lemak tertinggi hanya 3,44%
peningkatan kadar lemak dodol susu. dengan kata lain produk yang dihasilkan
Peningkatan kadar lemak disebabkan masih belum sesuai SNI karena nilai
karena komponen pati dan protein kadar lemak masih jauh dari standar
membentuk ikatan satu sama lain. Ikatan yang ditetapkan. Hasil tersebut
yang terbentuk akan semakin kuat dan disebabkan karena kandungan bahan-
padat yang mengakibatkan lemak bahan yang digunakan dalam pembuatan
terperangkap pada produk. Amilosa yang dodol susu memiliki kandungan lemak
merupakan komponen dari pati akan yang rendah, diantaranya seperti
lebih banyak memerangkap komponen kandungan lemak Talas Bogor hanya
seperti air dan lemak ketika terjadi 1,25% (Ridal, 2003), sedangkan
proses yang melibatkan panas kandungan lemak pada susu sebagai
(Margareta, 2013). bahan utama dodol susu hanya 3,5%
Pengujian lanjutan dengan Uji (Depkes RI, 2005). Berbeda dengan
Jarak Berganda Duncan menunjukkan dodol sebagai acuan SNI yang
terdapat perbedaan yang sangat nyata menggunakan santan sebagai bahan
antar perlakuan. Diketahui bahwa utama dalam pembuatannya, karena
perlakuan yang memberikan perbedaan santan kelapa memiliki kandungan
pengaruh yang paling signifikan adalah lemak sebesar 34,3%. Selain itu dalam
P4, yakni dengan kandungan lemak pembuatan dodol menggunakan proses
paling tinggi. Kandungan lemak tertinggi pemanasan, sehingga akan berpengaruh
diantara perlakuan lainnya dikarenakan pada kandungan lemak tersebut.
pada perlakuan P4 persentase substitusi
tepung umbi Talas Bogor yang Pengaruh Perlakuan Terhadap Total
digunakan adalah paling tinggi, yakni gula Dodol Susu
100% tepung umbi Talas Bogor sehingga Substitusi tepung beras ketan
peningkatan kandungan lemak pada dengan tepung umbi Talas Bogor kurang
produk dodol susu menunjukan hasil mampu meningkatkan nilai total gula
paling signifikan. Menurut Indarti (2007) dodol susu yang dihasilkan. Substitusi
proses pemanasan yang dilakukan saat tepung umbi Talas Bogor dengan
pemasakan akan meningkatkan pelarutan persentase 50% (P4) menunjukkan nilai
lemak sekitar 2 hingga 3%. Proses total gula tertinggi diantara perlakuan
pemanasan dapat merubah lemak yang lainnya. Berdasarkan data dan hasil
menjadi cair dan viskositas lemak akan analisis ragam terhadap total gula dodol
berkurang sehingga lemak menjadi lebih susu, didapatkan bahwa substitusi tepung
mudah larut. Permainy, Wasitodan dan umbi Talas Bogor terhadap tepung beras
Widayaka (2013) menambahkan faktor ketan memberikan pengaruh yang tidak
yang mempengaruhi kadar lemak pada nyata (p>0,05) terhadap total gula dodol
produk olahan susu yang dihasilkan susu. Semakin meningkatnya proporsi

32
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

substitusi tepung umbi Talas Bogor atau tekstur, memberi flavour melalui
terhadap tepung beras ketan dalam reaksi pencoklatan dan memberi rasa
pembuatan dodol susu tidak berpengaruh manis (Gautara dan Soesarsono, 2005).
terhadap kandungan gula. Terbukti rata- Penambahan gula dalam suatu
rata kandungan total gula pada perlakuan produk olahan susu berfungsi sebagai
3 (P2) lebih tinggi dibanding dengan bahan pengawet, gula dapat menurunkan
perlakuan P0, P1, P3 dan P4, yang mana Aw dari bahan pangan sehingga
P2 memiliki persentase tepung beras mikroorganisme dapat terhambat
ketan dan tepung umbi Talas Bogor yang pertumbuhannya (Gianti, 2011).
sama (50:50). Didukung dengan pendapat Hardiansyah
Tidak adanya perbedaan yang (2000) bahwa gula yang apabila
signifikan terhadap peningkatan ditambahkan kedalam bahan pangan
substitusi tepung umbi Talas Bogor dengan konsentrasi tinggi, maka
diduga karena adanya proses pemanasan sebagian dari air yang ada menjadi tidak
dalam proses pembuatan dodol susu. tersedia untuk pertumbuhan
Kandungan gula yang mudah terurai jika mikroorganisme dari bahan pangan
mengalami pemanasan membuat tersebut.
kandungan gula menurun, sedangkan
tidak menentunya penurunan kadar total Pengaruh Perlakuan terhadap Gula
gula pada masing-masing perlakuan Reduksi Dodol Susu
diduga karena tidak menentunya faktor Substitusi tepung beras ketan
lingkungan saat pembuatan dodol susu, dengan tepung umbi Talas Bogor kurang
seperti manusia, kondisi api, suhu kamar mampu menurunkan nilai gula reduksi
dan lama pemasakkan. Penurunan total dodol susu yang dihasilkan. Substitusi
gula pada proses pembuatan dodol susu tepung umbi Talas Bogor dengan
dikarenakan gula mengalami pemanasan persentase 50% (P2) menunjukkan nilai
yang tinggi dalam jangka waktu yang gula reduksi terendah diantara perlakuan
lama, sehingga berakibat kadar gula yang lainnya. Hasil analisis ragam
sebagai sukrosa menurun. Produk yang dengan perlakuan substitusi tepung umbi
diberi penambahan gula bila dilakukan Talas Bogor terhadap tepung beras ketan
pemanasan yang lebih lama terjadi dengan persentase yang berbeda dalam
proses karamelisasi, yaitu reaksi pembuatan dodol susu menunjukan
pencoklatan non-enzimatik. Karamel perbedaan yang sangat nyata (p<0,01)
yang terbentuk selama pemanasan terhadap kandungan gula reduksi.
memberi warna coklat pada produk Hasil analisis ragam menunjukan
pangan. Ditambahkan oleh Winarno perbedaan yang sangat nyata, yakni
(2004) yang menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan signifikan
penurunan kadar gula pada proses terhadap nilai gula reduksi antar
pembuatan dodol dikarenakan gula perlakuan, namun dalam pengujian
mengalami pemanasan yang tinggi kualitas gula reduksi yang diharapkan
dalam jangka waktu yang lama. adalah kadar gula reduksi yang
Hasil yang tercapai pada masing- terkandung dalam suatu produk memiliki
masing perlakuan menunjukan total gula kadar seminimal mungkin. Berdasarkan
yang terkandung pada dodol susu tabel tersebut diketahui bahwa
berkisar 44%-47%. Hasil tersebut sudah kandungan gula reduksi terendah pada
sesuai SNI dodol yang mensyaratkan perlakuan P2 dengan persentase antara
kandungan kadar gula total dodol tepung beras ketan dan tepung umbi
minimal 40%. Gula dalam pembuatan Talas Bogor yang sama, yaitu 50%
dodol berfungsi sebagai humektan, tepung beras ketan dan 50% tepung umbi
membantu pembentukkan lapisan keras Talas Bogor dengan kandungan gula

33
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

reduksi berkisar 4,17%, sehingga bisa membuktikan bahwa kandungan kimia


diambil kesimpulan baik tepung beras gula tidak banyak tereduksi. Gula
ketan maupun tepung umbi Talas Bogor reduksi merupakan golongan gula
tidak terlalu signifikan mampu (karbohidrat) yang dapat mereduksi
menurunkan kadar gula reduksi. senyawa-senyawa penerima elektron,
Hasil tersebut diperkirakan, contohnya adalah glukosa dan fruktosa.
karena adanya proses pemanasan saat Semakin rendah kadar gula reduksi maka
pembuatan dodol susu. Pendidihan kadar sukrosa dalam bahan pangan akan
larutan sukrosa dengan perbandingan semakin besar. Diperkuat hasil penelitian
yang berbeda-beda dalam kondisi asam Hamzah dan Sribudiani (2010), selama
akan terjadi proses hidrolisis yang proses pemanasan sebagian sukrosa atau
menghasilkan gula reduksi yang berbeda gula terurai menjadi glukosa dan
pula. Proses pendidihan sukrosa akan fruktosa. Menurut Wahyuni (2011), pada
memicu terjadinya pemecahan sukrosa dasarnya reaksi inversi sukrosa menjadi
menjadi glukosa dan fruktosa akibat gula reduksi adalah reaksi hidrolisis.
pengaruh asam dan panas yang Kerugian dari gula invert antara lain
meningkatkan kelarutan gula mudah menyebabkan produk menjadi
(Hasniarti, 2012). Ditambahkan oleh basah, memberikan efek karamelisasi,
Winarno (2004) yang menyatakan bahwa dan menyebabkan warna menjadi
penurunan kadar gula pada proses kecoklatan.
pembuatan dodol dikarenakan gula
mengalami pemanasan yang tinggi Perlakuan Terbaik terhadap Kualitas
dalam jangka waktu yang lama. Glukosa Dodol Susu
mempunyai peranan yang penting dalam Pengambilan kategori perlakuan
reaksi pencoklatan non enzimatik karena terbaik berdasarkan beberapa persentase
merupakan gula pereduksi. Bahan utama substitusi tepung beras ketan dengan
dalam pembuatan dodol ini adalah susu tepung umbi talas bogor menggunakan
yang memiliki kandungan air sebesar metode deskriptif dari empat variabel
88,3%, sehingga memberikan pengaruh yang diuji. Variabel yang diutamakan
terhadap kadar gula reduksi suatu produk berdasarkan metode deskriptif berurutan
yang dihasilkan. Kadar air suatu bahan dari yang paling utama hingga terakhir
dapat mempengaruhi gula reduksi suatu yakni tekstur, lemak, total gula dan gula
produk, karena kadar air yang tinggi reduksi.
akan diikat oleh gula (Oktaviana, Tekstur dodol susu menjadi
Purwijantiningsih dan Pranata, 2013). prioritas utama diantara variabel lain
Pengujian lanjutan dengan Uji karena berhubungan dengan daya terima
Jarak Berganda Duncan dapat diketahui konsumen. Tekstur yang dihasilkan juga
bahwa perlakuan yang memberikan berhubungan dengan pengujian kualitas
perbedaan pengaruh yang paling dodol susu lainnya, seperti kadar air,
signifikan adalah P3 dengan nilai kadar total gula, hingga kualitas pati tepung
gula reduksi tertinggi namun tidak jauh umbi talas bogor, sehingga baik tidaknya
berbeda dengan perlakuan P0 dan P4. tekstur dodol susu yang dihasilkan
Tingginya kandungan gula total sangat dipengaruhi faktor-faktor penting
(sukrosa) pada substitusi tepung umbi dalam pembuatan dodol susu. Tekstur
Talas Bogor terhadap tepung beras ketan dan konsistensi suatu bahan akan
dengan persentase yang sama mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan
(50%:50%) juga mempengaruhi oleh bahan tersebut. Tekstur bahan yang
kandungan gula reduksi pada perlakuan ditambahkan dapat mengubah rasa dan
yang sama, karena semakin tinggi bau yang timbul karena dapat
kandungan gula total yang ada mempengaruhi kecepatan timbulnya

34
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

rangsangan terhadap sel reseptor perlakuan P2 dengan hasil 47,29%. Hasil


olfaktori dan kelenjar air liur, semakin perlakuan P4 menunjukkan lebih rendah
kental suatu bahan, penerimaan terhadap daripada hasil perlakuan P2, namun tetap
intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin menggunakan P4 sebagai perlakuan
berkurang (Winarno, 2004). Tekstur terbaik dikarenakan hasil kandungan
terbaik tercapai pada perlakuan P4 gula total sudah sesuai SNI yang
dengan nilai tertinggi (10,12N). mensyaratkan standar kandungan gula
Berdasarkan penelitian Prastyawan, total minimal 40%. Penentuan gula
Purwadi dan Radiati (2015) penambahan reduksi sebagai prioritas terakhir
tepung rumput laut sebanyak 10% pada dikarenakan tinggi rendahnya kandungan
pembuatan dodol susu menghasilkan gula reduksi juga berhubungan dengan
dodol susu dengan kualitas terbaik yang tinggi rendahnya kandungan gula total
dapat diterima panelis dengan pada dodol susu. Berdasarkan
perbandingan nilai tekstur 17,65 N serta pertimbangan tersebut maka ditentukan
pH sebesar 6,76. perlakuan terbaik adalah perlakuan P4
Penentuan kadar lemak sebagai dengan nilai tekstur 10,12 N, kadar
prioritas kedua setelah tekstur adalah lemak 3,44%, gula total 44,71% dan gula
berdasarkan hasil yang ditunjukkan reduksi 5,64%.
perlakuan P4 dengan hasil paling
signifikan meningkatkan kadar lemak. KESIMPULAN
Kadar lemak yang dihasilkan pada
perlakuan P4 adalah 3,44%. Kadar lemak Substitusi tepung umbi talas
minimal yang terkandung dalam dodol bogor 100% (tanpa tepung beras ketan)
adalah 7% (SNI, 1992). Kadar lemak pada pembuatan dodol susu
yang dihasilkan perlakuan P4 dengan menghasilkan kualitas dodol susu terbaik
nilai 3,44% adalah hasil yang paling dengan nilai tekstur 10,12 N, kadar
mendekati standar SNI, sehingga lemak 3, 44%, gula total 44,71% dan
dianggap mewakili perlakuan terbaik gula reduksi 5,64%.
pada variabel kadar lemak.
Penentuan gula total sebagai DAFTAR PUSTAKA
prioritas ketiga setelah tekstur dan kadar AOAC. 2005. Official Method of
lemak adalah berdasarkan fungsi Analysis of The Association of
kandungan gula total itu sendiri terhadap Official Analytical Chemist.
kualitas dodol susu yang dihasilkan. Benyamin Franklin Station.
Kandungan gula dalam dodol susu Washington, DC
mampu mempengaruhi tekstur dodol Depkes RI. 2005. Daftar Komposisi
susu yang dihasilkan. Menurut
Bahan Makanan. Jakarta.
Khamidah dan Eliartati (2012) bahwa
Estiasih, T. dan Kgs. Ahmadi. 2009.
penggunaan gula dalam pembuatan
Teknologi Pengolahan Pangan.
dodol juga memberikan pengaruh Bumi Aksara. Jakarta.
terhadap tekstur, karena gula Gautara dan Soersono, 2005. Dasar
berpengaruh terhadap pembentukan Pengolahan Gula. IPB. Bogor.
kristal pada dodol susu. Gula dalam Gianti, I. dan H. Evanuarini. 2011.
pembuatan dodol berfungsi sebagai Pengaruh Penambahan Gula dan
humektan, membantu pembentukkan Lama Penyimpanan terhadap
lapisan keras atau tekstur, memberi Kualitas Fisik Susu Fermentasi.
flavour dan memberi rasa manis J.Ilmu dan Teknologi Hasil
(Gautara dan Soesarsono, 2005).
Ternak. 6(1):28-33. Universitas
Kandungan gula total pada perlakuan P4 Brawijaya. Malang.
(44,71%), sedangkan hasil tertinggi pada

35
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

Hamzah, F dan E. Sribudiani, 2010. Parijoto. Skripsi. Universitas


Mutu Manisan Kering Buah Naga Negeri Semarang. Semarang.
Merah (Hylocereuspolyrhizus). Midayanto dan Yuwono. 2014.
SAGU 9 (1): 15-20. Universitas Penentuan Atribut Mutu Tekstur
Riau. Tahu untuk direkomendasikan
Hardiansyah. 2000. Pengendalian Mutu sebagai Syarat Tambahan dalam
dan Keamanan Pangan. Pergizi Standar Nasional Indonesia. J.
Pangan Indonesia. Papti. IPB dan Pangan dan Agroindustri. 2(4):
Proyek Chn-3. Direktorat Jendral 259-267.
Pendidikan Tinggi. Jakarta. Murdiati, A., S. Anggrahini, Supriyanto
Harijono, E. Zubaidah dan F.N. Aryani. dan A. Alim. 2015. Peningkatan
2000. Pengaruh Proporsi Tepung Kandungan Protein Mie Basah dari
Beras ketan dengan Tepung Tapioka dengan Substitusi Tepung
Tapioka dan Penambahan Telur Koro Pedang Putih. Agritech.
terhadap Sifat Fisik dan 35(3):251-260.
Organoleptik Kue Semprong. J. Oktaviana, P., L.M.E. Purwijantiningsih
Makanan Tradisional Indonesia. Dan S. Pranata. 2013. Kualitas
2(3): 39-45. Permen Jelly dari Albedo Kulit
Hasniarti. 2012. Studi Pembuatan Jeruk Bali (Citrus grandis L.
Permen Buah dengan (Dillenia Osbeck) dan Rosela (Hibiscus
serrate Thumb). Skripsi. Jurusan sabdariffa L.) dengan Penambahan
Teknologi Pertanian. Fakultas Sorbitol. Fakultas Teknobiologi.
Pertanian. Universitas Hasanuddin. Universitas Atmajaya. Yogyakarta.
Makassar. Permainy, A. S. Wasitodan K.
Indarti, E. 2007. Efek Pemanasan Widayaka. 2013. Pengaruh Dosis
terhadap Rendemen Lemak pada Rennet yang Berbeda terhadap
Proses Pengepresan Biji Kakao. Kadar Protein dan Lemak Keju
J.Rekayasa Kimia danLingkungan. Lunak Susu Sapi. J.Ilmiah
6 (2): 50-54. Peternakan 1 (1): 208-213.
Khamidah, A. dan Eliarti. 2012. Prastyawan, F., Purwadi, dan L.E.
Pengaruh Penambahan Gula Pasir Radiati. 2015. Pengaruh
dan Gula Merah terhadap Tingkat Penambahan Tepung Rumput Laut
Kesukaan Dodol Nanas. Balai terhadap Kualitas Fisik dan
Pengkajian Teknologi Pertanian Organoleptik Dodol Susu. Fakultas
Jawa Timur. Peternakan Universitas Brawijaya.
Koswara. 2014. Teknologi Pengolahan Malang.
Umbi-Umbian Bagian 1: Qinah, E. 2009. Pengaruh Konsentrasi
Pengolahan Umbi Talas. Seafast Gula Pasir dan Tepung Ketan
Center, Research And Community Terhadap Sifat Kimia,
Service Institution Bogor Organoleptik serta Daya Simpan
Agricultural University. Dodol Ubi Jalar Ungu. Skripsi.
Manab, A. 2007. Kajian Penggunaan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Sukrosa terhadap Pencoklatan Universitas Sumatera Utara.
Non-Enzimatik Dodol Susu. J. Ridal, S. 2003. Karakterisasi Sifat
Ternak Tropika. 6(2): 58-63. Fisiko-Kimia Tepung dan Pati
Margareta, P. 2013. Eksperimen Talas (Colocasia esculenta) dan
Pembuatan Dodol Ganyong Kimpul (Xanthosoma Sp.) dan Uji
Komposit dengan Tepung Ketan Penerimaan -Amilase terhadap
Putih Penambahan Sari Buah Patinya. Skripsi. Fakultas

36
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2016, Hal 28-37 Vol. 11, No.2
ISSN: 1978 - 0303

Teknologi Pertanian. Institut


Teknologi Bandung. Bandung.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1992a.
Cara Uji Gula 01-2892-1992.
Dewan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
_______.1992b. SNI Dodol Susu 01-
2986-1992. Dewan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Wahyuni, R. 2011. Pemanfaatan Kulit
Buah Naga Super Merah
(Hylocereus costaricensis) sebagai
Sumber Antioksidan dan Pewarna
Alami pada Pembuatan Jelly. J.
Teknologi Pangan 2(1): 68-85.
Universitas Yudharta Pasuruan.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

37

You might also like