You are on page 1of 122

GAMBARAN KARAKTERISTIK PADA ANAK USIA

PRASKEOLAH (3-6) TAHUN DENGAN KARIES GIGI DI


CIPUTAT TIMUR

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun oleh:
NURFAUZIA
NIM : 1113104000001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017/1438 H
iii
iv
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, Mei 2017


Nurfauzia, NIM : 1113104000001

Description Characteristic in Preschool Children (3-6 ) Years with Caries In


Eastern Ciputat

xix + 75 pages + 8 table + 2 Schemes + 8 attachment

ABSTRACT
Dental caries is often experienced by preschoolers. The impact of dental caries is to
make the child's mastication function decrease which will affect the growth of the child,
speech function is disturbed, affect the aesthetics of mouth, and will even result in the
permanent dentition of the child. This study aims to determine the characteristic description
of preschoolers (3-6) years old with caries in East Ciputat. The type of this research is
descriptive quantitative with total sampling (48 respondents). Data analysis using univariate
analysis. The results showed the characteristics of respondents majority of female gender and
majority age 5 years. Highest percentage of Bouttle Mouth in drinking milk in the age of ≥3-
6 years category never (29.2%), and drinking milk before bedtime until the highest category
never reached (39.6%). The highest percentage of cariogenic food (carbohydrate)
consumption was frequent category (39.6%) and consumption of sweet foods category
occasionally (33.3%) .The highest fluorine category was always (89.6%). Control to the
highest dentist category never (60.4%). While the percentage of habit of brushing teeth with
47.9% routine category, while the category is not routine 52.1%.

Keyword : Characteristic, Preschool, Caries


Reference : 57 (2006-2015)

vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Skripsi, Mei 2017


Nurfauzia, NIM: 1113104000001

Gambaran Karakteristik pada Anak Usia praskeolah (3-6) Tahun dengan


Karies di Ciputat Timur
xix + 75 Halaman +8 Tabel + 2 Bagan + 8 Lampiran

ABSTRAK
Karies gigi sering dialami oleh anak usia prasekolah. Dampak karies gigi
yaitu menjadikan fungsi pengunyahan anak menurun yang akan berdampak pada
pertumbuhan anak, fungsi bicara terganggu, mempengaruhi estetika anak, dan bahkan
akan berakibat pada pertumbuhan gigi permanen anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran karakteristik pada anak usia prasekolah (3-6) tahun dengan
karies di Ciputat Timur. Jenis penelitian ini adalah deskripitif kuantitatif dengan total
sampling (48 responden). Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil
penelitian menunjukkan karakteristik responden mayoritas jenis kelamin perempuan
dan mayoritas usia 5 tahun. Persentase tertinggi Bouttle Mouth pada minum susu di
usia ≥3-6 tahun kategori tidak pernah (29,2%), dan minum susu jelang tidur hingga
tertidur tertinggi kategori tidak pernah (39,6%). Persentase tertinggi konsumsi
makanan kariogenik (karbohidrat) yaitu kategori sering (39,6%) dan konsumsi
makanan manis kategori kadang-kadang (33,3%). Pemberian fluor tertinggi kategori
selalu (89,6%). Kontrol ke dokter gigi tertinggi kategori tidak pernah (60,4%).
Sedangkan persentase kebiasaan menggosok gigi dengan kategori rutin 47,9 %,
sedangkan kategori tidak rutin 52,1 %.

Kata Kunci : Karakteristik, Usia Prasekolah, Karies


Daftar Bacaan : 57 (2006-2015)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurfauzia

Tempat, Tanggal Lahir : Sinjai, 08 Oktober 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl.Gunung Merbabu, Komplek Mabad 124 No 184,

Kelurahan Rempoa, Kec.Ciputat Timur, Kab.

Tangerang Selatan, Prov.Banten

Email : Nurfauzia13@mhs.uinjkt.ac.id

Fakulas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. SDN 156 Kaloling (2001-2007)

2. SMPN 1 Sinjai Timur (2007-2010)

3. SMAN 1 Sinjai Timur (2010-2013)

ORGANISASI

1. Bendahara Rohis SMA NEGERI 1 Sinjai Timur (2012-2013)

2. Anggota Magang BEM Program Studi Ilmu Keperawatan (2013-2014)

3. Anggota KOMDA FKIK UIN Jakarta (2014-2015)

4. Ketua Pengembangan Ekonomi (PE) (2014-2015)

KOMDA FKIK UIN Jakarta

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

skripsi dengan judul “Gambaran Karakteristik pada Anak Usia Praskeolah (3-6)

Tahun dengan Karies Gigi di Ciputat Timur”.

Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah

Muhammad saw. beserta sahabatnya yang telah menjadi suri teladan sehingga

penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian

proposal, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku dekan fakultas kedokteran dan

ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Maulina Handayani, S.Kp.,MSc selaku ketua program studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ernawati, SKp.,M.Kep.,Sp.KMB selaku wakil ketua program studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hdayatullah Jakarta.

4. Jamaludin,S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing satu dan Ns.Moh.Fuad

Almubarok,S.Kep,M.Kep,Sp.Kep,M.B selaku dosen pembimbing dua.

Terimakasih yang sebesar-besarnya atas waktu, motivasi saran dan

masukannya selama proses bimbingan berlangsung.

ix
5. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis berbagai ilmu bermanfaat

selama proses perkuliahan berlangsung hingga penyusunan skripsi.

6. Segenap staf dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayataullah

Jakarta yang telah banyak membantu dalam penyediaan referensi terkait.

7. Segenap staf dan karyawan perpustakaan FKG Muestopo dan FKG UI.

8. Ayahanda Sommeng dan Almrh. Ibu tercinta Hatirah yang tak henti-

hentinya melantungkan doa serta saudara-saudaraku tercinta Ambo Tuwo,

Rusli, Abd.Hafid, Harianto dan Arham yang telah banyak memberikan

motivasi.

9. Keluarga besarku yang tak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasih atas

segala dukungan, motivasi dan doanya.

10. Sahabat-sahabatku (Faidah, Arna, Yatmi, Hayu, dan Ira) yang telah

memberikan inspirasi, doa dan semangat dalam menyusun proposal

penelitian.

11. Temanku Farah FKG UNHAS. Terimakasih atas segala bantuan dan

doanya.

12. Teman-Teman PSIK angakatan 2013 yang telah memerikan banyak

motivasi, inspirasi, doa dan semangat selama penyusunan proposal

penelitian.

x
Akhir kata semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan-Nya dan

apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan, kelak dapat diamalkan di

lingkungan sekitar.

Wassalmu,alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Juni 2017

Nurfauzia

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………........i

LEMBAR PERNYATAAN ................................... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN.................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN.................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ............................................................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. viii

KATA PENGANTAR............................................................................................. ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN....................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

xii
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

BAB II ..................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 9

A. Gigi ........................................................................................................... 9

1. Pengertian dan Fungsi Gigi.................................................................. 9

2. Bagian-Bagian Gigi............................................................................... 9

3. Tahap Pertumbuhan Gigi .................................................................... 12

B. Karies Gigi.............................................................................................. 12

1. Defenisi Karies.................................................................................... 12

2. Faktor Etiologi Karies ......................................................................... 14

3. Akibat Karies ...................................................................................... 23

4. Tingkatan-Tingkatan Karies ............................................................... 25

5. Pencegahan Karies Gigi ...................................................................... 27

C. Perkembangan Anak Usia Prasekolah .................................................... 34

D. Kerangka Teori ....................................................................................... 37

E. Penelitian Terkait.................................................................................... 38

BAB III.................................................................................................................. 40

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL............................... 40

A. Kerangka Konsep ................................................................................... 40

B. Defenisi Operasional .............................................................................. 41

xiii
BAB IV ................................................................................................................. 44

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 44

A. Desain Penelitian .................................................................................... 44

B. Waktu Penelitian .................................................................................... 44

C. Lokasi Penelitian .................................................................................... 44

D. Populasi dan Sampel............................................................................... 45

1. Populasi ............................................................................................... 45

2. Sampel................................................................................................. 45

E. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 47

1. Instrumen Penelitian ........................................................................... 47

2. Uji validitas dan Reliabilitas ............................................................... 48

F. Tahapan Pengumpulan Data ................................................................... 49

G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 50

1. Pengolahan Data ................................................................................. 50

H. Analisa Data ........................................................................................... 51

I. Alat Pengumpulan Data ................................................................................. 51

J. Etika Penelitian .............................................................................................. 52

K. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 53

BAB V ................................................................................................................... 55

HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 55

BAB VI ................................................................................................................. 60

PEMBAHASAN ................................................................................................... 60

xiv
A.Karakteristik Responden ............................................................................... 60

1. Karakteristik Responden Beradasarkan Jenis Kelamin ............................. 60

2.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................................... 61

B. Karakteristik yang Mempengaruhi Kejadian Karies Gigi ............................ 63

1. Bouttle Mouth ............................................................................................ 63

2. Konsumsi Makanan Kariogenik............................................................... 65

3. Pemberian Fluor (Penggunaaan Pasta Gigi) ....................................... 68

4. Kontrol ke Dokter Gigi ....................................................................... 69

5. Kebiasaan Menggosok Gigi ................................................................ 69

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 71

BAB VII ................................................................................................................ 72

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 72

A. Simpulan ................................................................................................. 72

B. Saran ....................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

LAMPIRAN .......................................................................................................... 80

xv
DAFTAR SINGKATAN

TK : Taman kanak-kanak

UIN : Universitas Islam Negeri

WHO : World Health Organization

AAPD : American Academy Pediatric Dentistry

EMD : Effective Medical Demand

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

ECC : Early Childhood Caries

KE : Karies Email

KD : Karies Dentin

KMP : Karies mencapai pulpa

KMA : Karies mencapai akar

UKGS : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka teori..............................................................................37

Gambar 2.2 : Kerangka konsep..........................................................................40

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Karies Gigi Berdasarkan

Jenis Kelamin

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Karies Gigi Berdasasrkan

Umur

Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik “Boutle

Mouth”

Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik “Konsumsi

Makanan Kriogenik”

Tabel 3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik “Pemberian

Fluor”

Tabel 3.6 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik “Kontrol Ke

dokter Gigi”

Tabel 3.7 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik “Kebiasaan

Menggosok Gigi”

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan izin studi pendahuluan

Lampiran 2. Permohonan izin validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3. Permohonan izin penelitian dan pengambilan data

Lampiran 4. Surat keterangan validitas instrumen penelitian

Lampiran 5. Informed consent

Lampiran 6. Instrumen penelitian

Lampiran 7. Hasil validitas dan Reabilitas

Lampiran 8. Hasil univariat

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi di Indonesia prevalensinya mencapai 80%

(karies dan penyakit periodental) dari jumlah penduduk (Achmad, 2015).

Penyakit gigi dan mulut yang paling sering ditemukan pada anak-anak di

lingkungan masyarakat ialah gigi berlubang, gigi keropos bahkan sampai

tanggalnya gigi di usia dini. Kelainan-kelainan tersebut dalam dunia

kesehatan disebut dengan karies. Karies adalah adalah suatu penyakit infeksi

yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Bakteri yang menyerang gigi adalah

bakteri jenis asam “Streptococcus Mutans” sehingga dalam periode waktu

tertentu, bakteri jenis asam tersebut akan merusak email gigi hingga

menyebabkan gigi berlubang (Hiranya, 2011 dalam Mustika, 2014). Karies

gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini

menyebabkan gigi berlubang (Muttaqin, 2011). Jika tidak diobati, karies gigi

dapat menyebabkan sakit, gangguan penyerapan makanan, hingga

mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak dan hilangnya waktu sekolah

(Mirah, 2011 dalam Sinta Silaban,2013).

Permasalahan karies gigi ini sudah sangat mendunia, baik di negara

maju maupun negara berkembang. Data global menunjukkan bahwa penyakit

gigi dan mulut menjadi masalah dunia yang dapat memengaruhi kesehatan

secara umum dan kualitas hidup. Menurut American Academy Pediatric

1
2

Dentistry (AAPD), 70% anak-anak usia 2-5 tahun ditemukan karies. Hingga

saat ini, prevalensi dan keparahan karies pada anak usia prasekolah

dibeberapa negara di dunia cukup tinggi dan cenderung meningkat. Di

Amerika Serikat, prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun sebesar 90%. Di

Australia diperoleh prevalensi ECC pada anak usia 0-4 tahun sebesar 56,1%

pada tahun 2009, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Schroth R pada

anak usia di bawah 72 bulan (di bawah 6 tahun) di Canada diperoleh

prevalensi ECC 53,0% pada tahun 2010 (Setiawati, 2012 dalam Suratri,

2016).

Prevalensi kejadian karies juga masih sangat tinggi di negara

berkembang, salah satunya di Indonesia. Menurut World Health Organization

(WHO) tahun 2012, penyakit rongga mulut yang sering dialami oleh anak-

anak adalah penyakit gigi berlubang (karies gigi) dan penyakit periodental.

Persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut di Indonesia

menurut Riskesdas 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%.

Persentase penduduk yang menerima perawatan medis gigi meningkat dari

29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013. Sama halnya dengan

Effective Medical Demand (EMD) yang didefensikan sebagai persentase

penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir

dikali persentase penduduk yang menerima perawatan atau pengobatan gigi

dari tenaga medis gigi (perawat gigi,dokter gigi dan dokter gigi spesialis),

meningkat dari 6,9% tahun 2007 menjadi 8,1% tahun 2013 (RISKESDAS

2007 & 2013). Dari data tersebut, diantaranya dari provinsi Banten sebanyak
3

23,7% yang bermasalah dengan gigi dan mulut dengan 33,1% diantaranya

menerima perawatan dari tenaga medis gigi dan 7,9% dari Effective Medical

Demand (EMD) (RISKESDAS, 2013).

Tingginya prevalensi karies gigi pada anak - anak antara lain

disebabkan oleh faktor kebiasaan buruk anak maupun orang tua atau orang

yang mengasuhnya. Anak-anak rentan terkena masalah gigi berlubang juga

disebabkan karena sikap maupun sifat yang dimiliki anak-anak belum

mengetahui tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut

(Mamengko, 2016). Namun, karies gigi bukan hanya disebabkan oleh satu

kebiasaan buruk saja, tetapi beberapa kebiasaan lainnya, meliputi Bouttle

mouth, konsumsi makanan kariogenik (makanan berkarbohidrat, lengket dan

manis), pemberian fluor, kontrol ke dokter gigi dan kebiasaan menggosok

gigi (Achmad, 2015).

Tingginya prevalensi karies juga dikarenakan anak memiliki

keterbatasan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan giginya. Keterbatasan

tersebut dipengaruhi oleh masa anak yang masih berada dalam rentang

prasekolah. Prasekolah adalah usia yang berada diantara 3-6 tahun (Potter &

Perry, 2005). Memasuki usia prasekolah risiko anak mengalami karies sangat

tinggi. Gigi susu atau gigi sulung lebih mudah terserang karies dibandingkan

pada gigi permanen. Hal tersebut dikarenakan enamel pada gigi permanen

lebih banyak mengandung mineral, sehingga enamel pada gigi permanen

lebih lebih padat dibandingkan pada gigi susu. Hal ini menjadi salah satu
4

penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak (Wong, Donna L,

2008).

Kerusakan gigi anak usia prasekolah dapat berpengaruh pada

perkembangan anak, sebab kondisi gigi susu akan menentukan pertumbuhan

gigi tetap si anak. Hal ini juga ditunjang dalam sebuah penelitian, dikatakan

bahwa anak-anak dengan karies yang parah akan menyebabkan kehilangan

kontrol BB dan setelah dilakukan perawatan, BB dan kualitas hidup mereka

meningkat (Sheiham, 2006). Selain itu, bila anak memiliki gigi yang tidak

sehat, dia akan sulit mencerna makanan sehingga proses pertumbuhan si anak

akan terganggu. Akibatnya, anak akan mudah terserang penyakit. Penyakit

gigi dan mulut adalah penyakit yang irreversibel, yaitu tidak dapat kembali

normal seperti semula, sehingga akan terbawa seumur hidupnya dan

berpengaruh terhadap kualitas hidup dan kesehatan tubuh mereka secara

umum (Maulani, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chemiawan, Riyanti dan

Tjahyaningrum tahun 2004 di kabupaten Bandung menunjukkan bahwa

56,78% anak mengalami karies, sedangkan target WHO untuk tahun 2010

adalah anak usia 5 tahun 90% bebas karies. Karies menjadi salah satu bukti

tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia (Depkes,

2008). Hal ini juga dibuktikan dari rendahnya presentase kebiasaan perawatan

gigi, terkhusus menggosok gigi di Indonesia. Provinsi Banten digambarkan

dengan kebiasaan menggosok gigi masih kurang baik. Provinsi Banten sendiri

menduduki urutan terendah keempat dari 33 provinsi di Indonesia yang


5

perilaku higiene mengosok gigi yang benar masih kurang, yaitu sebanyak

1,5%. Kebiasaan menggosok gigi yang masih kurang dapat menyebabkan

gangguan gigi dan mulut (Potter & Perry, 2012).

Hasil penelitian Nugroho (2012), ditemukan mayoritas responden

meminum susu menggunakan botol menjelang tidur hingga anak tertidur

yaitu 33 orang anak (56,0 %) dan yang tidak sampai menjelang tidur

sebanyak 26 orang anak (44,0 %). Dalam penelitian Anggraeni (2007)

dikatakan bahwa distribusi frekuensi makan makanan kariogenik ≥ 3x sehari

berjumlah 54 orang (79,41%) dan yang <3x dalam sehari hanya berjumlah 14

orang (20,59 %). Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor sacara

teratur dapat menurunkan insidensi karies gigi sebesar 15%-30%

(Sariningsih, 2012). Pada penelitian Rossyana (2015), menyatakan

menggosok gigi di malam hari sebelum tidur hanya terkadang dilakukan dan

sebagian kecil responden menyatakan kadang menggosok gigi di pagi hari

setelah sarapan.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di TK Hom Pim Pa

didapatkan jumlah siswa sebanyak 56 orang usia 3-6 tahun. Setelah

dilakukan pemeriksaaan langsung satu persatu, didapatkan 49 (89%) orang

anak diantaranya yang mengalami kerusakan gigi (karies). Kerusakan

tersebut ditandai dengan adanya gigi anak yang keropos, berlubang, dan

bahkan ada pula gigi anak yang hilang, dimana dalam hal ini anak masih

berada dalam tahap gigi sulung. Prevalensi tersebut di atas menunjukkan

bahwa tingkat penderita karies gigi di sekolah ini cukup tinggi. Dari jumlah
6

tersebut, sebagian orang tua anak mengaku anaknya sangat menyukai

makanan manis, seperti coklat, permen, dan eskrim serta mengatakan

anaknya tersebut jarang melakukan gosok gigi dan dikatakan pula bahwa

anaknya masih belum bisa menggosok gigi dengan baik dan benar. Kepala

sekolah juga mengatakan bahwa “Di TK tersebut belum pernah dilakukan

penelitian terkait masalah karies gigi pada anak”. Atas dasar inilah, peneliti

tertarik ingin melakukan penelitian di TK Hom Pim Pa mengenai gambaran

kebiasaan yang mempengaruhi kejadian karies gigi.

B. Rumusan Masalah
Masalah kesehatan gigi hingga saat ini masih menjadi sorotan

publik. Masalah kesehatan gigi tersebut termasuk di dalamnya karies gigi.

Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

bersifat asam yang dapat menyebabkan gigi berlubang dan umumnya

dialami oleh anak usia prasekolah. Prevalensi yang tinggi pada anak akan

berpengaruh pada perkembangan anak, sebab kondisi kesehatan gigi yang

mengalami gangguan akan mengganggu fungsi pengunyahan, fungsi bicara

dan terlebih lagi akan mempengaruhi struktur pertumbuhan gigi berikutnya

(gigi permanen). Masalah kesehatan mulut banyak pula dialami oleh siswa-

siswi di Play Group dan TK Hom Pim Pa. Ditemukan 49 orang (89%) anak

yang mengalami karies gigi dari total siswa-siswi 55 orang. Di sekolah ini

juga belum pernah dilakukan penelitian terkait karies gigi. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk mengetahui “Gambaran karakteristik pada anak usia

prasekolah (3-6) tahun dengan karies di Ciputat Timur”.


7

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran karakteristik pada anak usia prasekolah (3-6) tahun

dengan karies gigi di Ciputat Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (Jenis kelamin dan usia)

yang mengalami karies gigi di Play Group dan TK Hom Pim Pa

b. Mengetahui gambaran karakteristik Bouttle Mouth anak usia prasekolah di

Play Group dan TK Hom Pim Pa

c. Mengetahui gambaran karakteristik konsumsi makanan kariogenik anak

usia prasekolah di Play Group dan TK Hom Pim Pa

d. Mengetahui gambaran karakteristik Pemberian Fluor anak usia prasekolah

di Play Group dan TK Hom Pim Pa

e. Mengetahui gambaran karakteristik kontrol ke dokter gigi anak usia

prasekolah di Play Group dan TK Hom Pim Pa

f. Mengetahui gambaran karakteristik menggosok gigi anak usia prasekolah

di Play Group dan TK Hom Pim Pa.


8

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada setiap

instansi terkait (pihak Sekolah dan Puskesmas setempat). Diharapkan

penelitian tersebut menjadi sumber informasi kepada pihak sekolah dan

puskesmas setempat agar berupaya meningkatkan kesehatan gigi dan

mulut siswa siswi di sekolah tersebut. Selain itu, penilitian ini juga

diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dan para

pembaca mengenai gambaran karakteristik pada anak usia prasekolah (3-6)

tahun dengan karies di Ciputat Timur serta menjadi bahan informasi atau

tambahan rujukan untuk pada peneliti selanjutnya, khususnya bagi

mahasiswa mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi

1. Pengertian dan Fungsi Gigi

Gigi merupakan salah satu aksesoris atau kelengkapan dalam mulut

yang memilki struktur bervariasi dan banyak fungsi (Muttaqin, 2010). Gigi

(dentis) merupakan alat bantu yang berfungsi dalam proses mastikasi

(pengunyahan) dan berbicara (Syaifuddin, 2012). Selain itu juga berfungsi

sebagai keindahan wajah (estesis) (Maulani, 2005). Makanan yang masuk

dalam mulut dalam bentuk partikel besar akan diubah ke dalam partikel

kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini

merupakan proses mekanis pertama yang terjadi saat mengonsumsi

makanan dan akan dibantu dengan saliva agar terkstur makanan yang

dikunyah lebih lembut (Syaifuddin, 2012). Fungsi gigi berdasarkan bentuk

gigi (Priyanto, 2008):

a. Gigi seri (dens insisivus) berfungsi memotong makanan

b. Gigi taring (dens kaninus) untuk memutuskan atau merobek

makanan yang keras dan liat

c. Gigi geraham (molare) berfungsi mengunyah makanan

2. Bagian-Bagian Gigi

Manusia semasa hidupnya dilengkapi dengan dua set gigi (gigi susu

atau gigi sulung dan gigi permanent) (Sodikin, 2011). Gigi susu akan

9
10

mulai tumbuh pada usia enam bulan dan biasanya akan tumbuh

keseluruhan 20 gigi susu hingga usia dua tahun dan akan tanggal pada usia

kanak-kanak (Scanlon & Sanders, 2007). Gigi itu memilki komponen

berikut.

a. Email

Email atau enamel adalah suatu jaringan mengalami proses

mineralisasi yang sangat tinggi yang menutupi seluruh mahkota gigi

(Achmad, 2015). Email merupakan lapisan gigi paling luar yang dibentuk

oleh sel-sel ameloblas. Email memiliki permukaan yang paling keras

dibandingkan seluruh bagian gigi yang dan memiliki daya tahan yang lebih

lama terhadap pembusukan dibandingkan bagian gigi lainnya (Scanlon &

Sanders, 2007). Email terdiri dari 97% zat anorganik (terutama kalsium

fosfat) yang akan memberikan perlindungan pada gigi, namun akan tererosi

oleh bakteri yang bersifat asam dalam mulut dan akan menyebabkan

terjadinya karies gigi (Sloane, 2012). Pada gigi sulung (gigi susu), memiliki

email yang lebih tipis (Achmad, 2015).

b. Dentin

Dentin merupakan bagian gigi yang keras yang berwarna putih

kekuningan yang menyusun bagian terbesar dari gigi (Ahmad, 2015).

Dentin terletak di bawah email yang dibentuk oleh sel odontoblas (Scanlon

& Sanders, 2007). Kedalaman dentin pada gigi susu lebih kecil (Achmad,

2015).
11

c. Sementum

Sementum terletak di bagian akar gigi (Sloane, 2012). sementum

merupakan bahan tulang yang disekresikan oleh sel-sel yang terletak pada

membran periodental, yang membatasi ruang gigi. Bila gigi tepapar

dengan kuman yang banyak, lapisan sementum menjadi lebih tebal dan

kuat. Ketebalan tersebut meningkat seiring dengan pertambahan usia

(Guyton, 2008).

d. Pulpa

Pada ruang atau rongga pulpa, berisi pulpa gigi yang menjalar ke

saluran akar. Pulpa tersebut mengandung pembuluh darah dan saraf

(Sloane, 2012).
12

3. Tahap Pertumbuhan Gigi

Gigi susu atau gigi sulung pertama akan mulai tumbuh pada usia

kurang dari enam bulan (anatar usia 4-6 bulan) dan paling lambat antara

20-26 bulan. Munculnya gigi susu sebelum waktunya disebut prematur

sedangkan yang tumbuh lambat disebut retardasi. Pertumbuhan

keseluruhan 20 gigi susu biasanya selesai pada usia dua tahun (Scanlon &

Sanders, 2007). Gigi yang 20 buah tersebut, yaitu 10 gigi atas dan 10 gigi

bawah (Maulani, 2005). Seiring dengan bertambahnya usia, gigi sulung

akan tanggal secara otomatis pada masa kanak-kanak dan selanjutnya akan

digantikan oleh gigi permanen. Gigi permanen (gigi tetap) ini akan tumbuh

pada usia 6-8 tahun hingga berjumlah lengkap, yaitu terdiri dari 32 buah

gigi yang terdiri dari gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar.

Susunannya sama dengan gigi susu ditambah dengan geraham premolar

sebanyak 12 buah, merupakan penyempurna dari gigi susu (Syaifuddin,

2012). Gigi molar pertama akan tumbuh pada usia sekitar enam tahun

(Scanlon & Sanders, 2007).

B. Karies Gigi

1. Defenisi Karies

Masalah umum yang terjadi pada mulut adalah karies gigi

(lubang) pada usia muda dan penyakit periodental (pyorrhea) pada usia

lebih dari 35 tahun (Potter & Perry, 2005). Karies gigi adalah suatu proses

patologis berupa proses kerusakan yang terbatas pada jaringan keras gigi
13

yang dimulai dari email terus ke dentin (Ahmad, 2013). Karies gigi adalah

penyakit pada email, dentin, dan sementum yang menyebabkan

demineralisasi progresif dari komponen yang mengalami kalsifikasi dan

perusakan komponen organik dengan pembentukan lubang pada gigi

(Adams, 2014). Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak

struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang (Muttaqin, 2011).

Karies gigi adalah penyakit kronis yang umum terjadi pada usia

prasekolah, disebabkan oleh karena adanya interaksi antara bakteri

khususnya streptococcus mutans dan makanan manis-manis pada enamel

gigi.

Perkembangan lubang merupakan proses patologis yang

melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan

kalsium. Kekurangan kalsium adalah hasil dari akumulasi musin,

karbohidrat, basilus asam laktat pada saliva yang secara normal ditemukan

pada mulut, yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak adalah

transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada

margin gusi. Plak mencegah dilusi asam normal dan netralisasi, yang

mencegah disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam akhirnya merusak

gigi dan email. Lubang pertama kali mulai sebagai diskolorasi pengapuran

putih dari gigi. Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi

kecoklatan atau kehitaman (Potter & Perry, 2005). Karies adalah penyakit

pada email, dentin dan sementum menyebabkan demineralisasi progresif


14

dari komponen yang mengalami kalsifikasi dan perusakan komponen

organik dengan pembentukan lubang pada gigi (Adams, 2014).

2. Faktor Etiologi Karies

Karies gigi (gigi busuk) terjadi karena proses erosif yang

menghancurkan enamel gigi dan kemudian menginvasi pulpa gigi; hal

tersebut menyebabkan rasa tidak nyaman dan terkadang gigi perlu dicabut.

Penyebab utama dari pembusukan tersebut adalah bakteri yang

mendapatkan makanan dari partikel makanan yang tertinggal pada gigi

(Rosdahl, 2015). Selain itu, masih banyak lagi faktor penyebab terjadinya

karies, diantaranya;

I. Faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses

terjadinya karies gigi, antara lain:

Karies gigi dikatakan sebagai penyakit multifaktor. Etiologi

multifaktorial terjadi karena adanya interaksi dari tiga faktor utama dan

satu faktor tambahan : mikroorganisme, substrat, host (gigi dan saliva),

dan waktu (Haq, Susilaningrum & Akbar, 2012).

a. Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat berperan dalam menyebabkan karies.

Strain tertentu streptococcus, actabacillus, dan actinomyces bersifat

kariogenik. Kuman-kuman ini memetabolisme hidrat arang dan

menghasilkan asam. Streptococcus mutans merupakan bakteri kariogenik

yang paling penting, kuman ini memetabolisme sukrosa hingga


15

menghasilan asam laktat yang akan menurunkan PH sekeliling gigi, saat

PH turun di bawah 5,5, maka ion-ion kalsium akan mulai meninggalkan

enamel gigi. Proses ini dinamakan demineralisasi (Sodikin, 2011).

Lingkungan yang cocok bagi bakteri untuk berkembang biak adalah pada

saat aliran saliva berkurang dan kontak antara plak dan substrat meningkat

(Zafar, 2006).

b. Substrat

Bakteri kariogenik akan memetabolisme hidrat arang sebagai sumber

energi. Masing-masing bakteri dapat beradaptasi untuk memetabolisme

masing-masing hidrat arang (Sodikin, 2011). Sisa-sisa makanan dalam

mulut (karbohidrat) merupakan substrat yang difermentasikan oleh bakteri

untuk mendapatkan energi. Sukrosa dan glukosa dimetabolismekan

sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida intrasel dan ektsrasel

sehingga bakteri melekat pada permukaan gigi (Ramayanti & Purnakarya,

2013).

Substrat meliputi sukrosa, fruktosa, dan glukosa dan jenis karbohidrat

lain yang bisa difermentasikan mempunyai peran penting terhadap inisiasi

dan perkembangan proses karies, tetapi diantara ketiganya sukrosa

merupakan substrat yang paling penting (Sodikin, 2011). Sukrosa

menyebabkan keseimbangan proporsi bakteri dalam mulut terganggu.

Lingkungan yang cocok bagi bakteri kariogenik untuk berkembang biak


16

adalah ketika saliva dalam rongga mulut berkurang dan kontak antara plak

gigi dengan substrat meningkat (Zafar, Harnekar, & Siddiqi, 2006).

c. Gigi yang rentan

Kerentanan sebuah gigi tergantung pada status gizi selama proses

perkembangan gigi dan hereditas seseorang (Sodikin, 2011). Proses

perkembangan yang dimaksud salah satunya pada masa bayi.

Permasalahan yang sering ditemukan pada usia tersebut adalah mulut

botol (bottle mouth). Mulut botol pada bayi yang menyusu merupakan

masalah serius pada gigi yang terjadi ketika bayi meminum susu atau ASI

yang menggunakan botol yang disanggah menggunakan selimut atau

handuk saat akan tidur (Potter & Perry, 2012). Permasalahan pada gigi

muncul disebabkan karena lamanya kontak dengan gula yang terkandung

dalam susu dengan gigi yang sedang tumbuh (Potter & Perry, 2012).

Morfologi setiap gigi manusia berbeda-beda, permukaan oklsal gigi

memilki lekuk dan fisur yang bermacam-macam dengan kedalaman yang

berbeda pula. Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah yang

sulit dibersihkan menyebabkan plak dengan mudah akan tertimbun dan

pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya karies (Ramayanti &

Purnakarya, 2013). Penimbunan plak merupakan peristiwa awal timbulnya

karies (Guyton, 2008).

Karies gigi sering terjadi pada permukaan gigi yang spesifik baik pada

gigi susu maupun gigi permanen. Gigi susu akan mudah mengalami karies
17

pada permukaan yang halus sedangkan pada gigi permanen sering terjadi

pada permukaan pit dan fisur (Ramayanti & Purnakarya, 2013).

d. Saliva

Kelenjar ludah (saliva) merupakan kelenjar yang menyekresi larutan

mukus ke dalam mulut serta sebagai pelumas makanan agar menjadi lebih

lunak dan memudahkan makanan ditelan (Syaifuddin, 2012). Saliva juga

merupakan cairan untuk remineralisasi yang cukup baik yang berfungsi

protektif dan sebagai pertahanan utama terhadap kuman patogen, serta

mempertahankan flora normal dalam rongga mulut (Edgar & O’Mullane,

1990). Oleh karenanya saliva memberi pengaruh besar dalam pencegahan

karies (Putri, 2015).

e. Waktu

Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lam dan

frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum lamanya

waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas

cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Cepat lambatnya proses karies

terjadi dipengaruhi oleh penumpukan plak, frekuensi konsumsi kariogenik,

pemajanan fluorida, saliva, kualitas enamel dan respon imunitas anak-anak

(Cameron & Widmer, 2008).


18

II. Faktor Predisposisi

a) Mulut Botol (Bottle Mouth)

Mulut botol (Bottle Mouth) pada bayi yang menyusu merupakan

masalah yang serius ketika bayi meminum susu atau minuman manis lain

dengan botol yang disanggah handuk atau selimut saat akan tidur. Erosi

enamel gigi, lubang yang dalam dan gigi tanggal terjadi akibat lamanya

mulut kontak dengan gula dalam susu dan jus pada gigi yang sedang

tumbuh. Mulut botol pad bayi yang menyusu dapat mempengaruhi

penampilan, mengunyah, kebiasaan makanan, dan perkembangan bicara

(Rosdahl, 2014). Pemberian susu pada anak menjelang tidur akan berisiko

mengalami nursing bottle syndrom (sindrom botol susu) (Nugroho,

Kusumawati & Raharjo, 2012). Bottle mouth ini telah terbukti menjadi

faktor utama terjadinya karies pada anak. Oleh karenanya bermunculan

penelitian-penelitian terkait.

Penelitian yang dilakukan oleh (Supariani, Artawa, & Wirata,

2013) dikatakan bahwa sebagian besar anak Play Group Kuncup Mekar

menderita karies botol yaitu sebesar 55,6% sedangkan anak bebas karies

hanya 44,4%. Jika botol tetap harus diberikan selama tidur, hendaknya isi

dengan air putih saja (National Collaborating Centre for Aboriginal

Health, 2013). Ketika anak-anak berusia antara 12-14 bulan, hendaknya

sudah belajar minum dengan beralih menggunakan gelas. Berikut hal-hal

yang harus diperhatikan pada anak;


19

a. Tidak dianjurkan untuk anak usia kurang dari 12 bulan minum susu

sapi, susu kental manis, susu kambing.

b. Jangan berikan minuman jus melalui botol tetapi gunakan gelas.

c. Jangan meninggalkan botol di tempat tidur bayi dengan

menyanggahnya.

d. Jangan biarkan anak terus-terusan mengunakan botol karena minum

dengan botol dapat mengurangi saliva di sekitar gigi dan menghasilkan

asam yang dapat menyebabkan kerusakan gigi yang serius (Whitmer,

2012). Dalam penelitian dikatakan bahwa anak-anak yang tertidur

dengan botol pada mulutnya lebih berisiko terkena Early Childhood

Caries (ECC), dan kemungkinan hal ini terjadi karena adanya

penurunan aliran saliva saat anak tidur (Achmad, 2015). Dalam

literatur lain juga dikatakan bahwa erosi enamel gigi, lubang yang

dalam dan gigi tanggal terjadi akibat lamanya kontak dengan gula

dalam minuman manis (susu dan jus) pada gigi yang sedang tumbuh.

Mulut botol pada bayi yang menyusu dapat memengaruhi penampilan,

mengunyah, kebiasaan makan dan perkembangan bicara (Rosdahl,

2012).

b) Konsumsi Makanan Kariogenik (kebiasaan diet)

Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung fermentasi

karbohidrat sehingga menyebabkan penurunan PH plak menjadi 5,5 atau

kurang dan menstimulasi terjadinya proses karies. Karbohidrat yang dapat


20

difermentasikan adalah karbohidrat yang dapat dihidrolisis oleh enzim

amilase pada saliva sebagai tahap awal penguraian karbohidrat dan

kemudian difermentasikan oleh bakteri (Ramayanti & Purnakarya, 2013).

Karbohidrat merupakan bahan makanan yang paling berhubungan

dengan karies. Karbohidrat adalah bahan yang sangat kariogenik.

Konsumsi karbohidrat difermentasi (gula,kanji) akan mendukung

pembentukan asam menyebabkan terjadinya demineralisasi dan

perkembangan karies berlanjut terutama jika tidak adanya asupan yang

berflourida. Jumlah, konsistensi dan frekuensi dalam mengonsumsi

karbohidrat difermentasi akan menentukan tingkat keparahan (Armstrong,

2005).

Diet tinggi karbohidrat cenderung menyebabkan tingkat keparahan

karies. Akan tetapi, bukan pada berapa banyak jumlah karbohidrat yang

dimakan, namun lebih kepada frekuensi konsumsi karbohidrat (Guyton &

Hall, 2008) atau dengan kata lain aktivitas karies sangat dipengaruhi oleh

frekuensi bukan kuantitas sukrosa yang dicerna (Putri, 2015). Semakin

sering mengonsumsi makanan kariogenik, ada kecenderungan semakin

banyak yang memiliki penyakit karies. Hal ini sesuai dengan pendapat

Zr.Be Kien Nio (1984) yang menyatakan bahwa kebiasaan makan

makanan kariogenik dengan frekuensi ≥3 kali perhari, maka kemungkinan

kejadian karies jauh lebih besar dibandingkan dengan mengonsumsi <3

kali perhari. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik akan

menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan


21

sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi

(Rosidi, 2012).

c) Pemberian Fluor

Fluor merupakan unsur kimiawi yang berfungsi terhadap

ketahanan gigi dari terbentuknya karies. Fluor tdak menyebabkan enamel

menjadi lebih keras daripada biasanya, tetapi ion fluor menggantikan ion-

ion hidroksil yang ada di dalam kristal hidroksiapatit, yang menyebabkan

enamel kurang dapat larut. Fluor dapat menjadikan gigi tiga kali lebih

tahan terhadap timbulnya karies daripada gigi tanpa fluor (Guyton & Hall,

2008). Pemberian fluor dilakukan setiap enam bulan sekali atau dua kali

dalam setahun (Putri, 2015).

d) Kebersihan Mulut (kebisaan Menggosok Gigi)

Pembersihan plak secara rutin dengan menggunakan benang gigi

(flossing), menyikat gigi, dan penggunaan obat kumur merupakan usaha

terbaik dalam pencegahan karies dan penyakit periodental. Akan tetapi

kadangkala ada bagian gigi yang sulit dibersihkan atau dijangkau hanya

dengan menggunakan sikat gigi karena diameternya kecil; misalnya pada

gigi lubang atau retak, sedangkan area ini sangat berpotensi karies. Hal ini

dapat diatasi dengan obsturasi lubang dan retakan dengan sealent sebagai

metode yang paling efektif untuk mencegah karies (Putri, 2015). Mulut

yang sehat merupakan kontibutor penting dalam mengembangkan diri


22

yang positif yang mana akan membantu anak dalam mencapai potensi

hidup mereka (Best Practice Approach,2011).

e) Kontrol Secara Rutin ke Dokter Gigi

Sejalan dengan mulai tumbuhnya gigi anak maka sebaiknya anak

diperkenalkan pada dokter gigi, bahkan sebelum dia berusia satu tahun.

Kunjungan ini sangat berarti bagi ibu dan anak. Setelah gigi graham

muncul, dokter akan melakukan pencegahan yaitu dengan pemberian

fluor. Kunjungan ke dokter gigi sangat dianjurkan meskipun gigi anak

dalam keadaan sehat atau tidak teerjadi gangguan dengan tujuan untuk

konsultasi dan memberikan efek psikologis yang baik pada anak terhadap

dokter gigi sebelum anak-anak memerlukan perawatan gigi. Kontrol yang

baik tersebut dapat dilakukan secara rutin (Maulani, 2005). American

Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) merekomendasikan kontrol gigi

setidaknya dua kali dalam setahun atau enam bulan sekali.

f) Jenis Kelamin

Suwelo (1992) menyatakan bahwa prevalensi karies gigi pada anak

perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini juga

ditunjang dalam sebuah refrensi bahwa wanita berisiko sedikit lebih tinggi

daripada laki-laki (Putri, 2015). Namun, hal ini bertentangan dengan

penelitian Kiswaluyo (2010) yang menyatakan bahwa karies gigi siswa

berdasarkan jenis kelamin menunjukkan adanya persentase yang hampir


23

sama, yaitu sebesar 48,45% pada laki-laki dan sebesar 43,45% pada

perempuan. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak

perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki sehingga gigi anak

perempuan lebih lama berhubungan dengan faktor-faktor langsung

terjadinya karies (Kiswaluyo, 2010).

g) Usia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, Utami &

Amperawati (2014) dari 100 murid yang diperiksa didapatkan 7 murid usia

empat tahun (7%) mengalami karies, terbanyak pada usia lima tahun yaitu

sebanyak 78 murid (78%) dan yang berumur enam tahun sebanyak 15

murd (15%).

3. Akibat Karies

Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat signifikan terhadap

pertumbuhan dan perkembangan (Best Practice Approach, 2011).

Kerusakan gigi pada masa kanak-anak (usia prasekolah) akan berdampak

pada gigi, mulut dan pada anak itu sendiri. Kerusakan gigi menyebabkan

rusaknya struktur gigi dan jika tidak diobati dalam jangka waktu panjang,

akan menyebabkan nyeri, infeksi (abses dan pembengkakan pada wajah),

kehilangan gigi hingga terjadinya maloklusi. Rasa sakit dan

pembengkakan dapat membatasi kemampuan anak untuk makan,

berbicara, kegiatan terbatas termasuk anak akan absen dari sekolah.


24

Kerusakan gigi anak yang sudah parah dan tidak dapat lagi dipertahankan

hanya dapat diberikan satu solusi terakhir, yaitu pencabutan. Pencabutan

gigi anak di usia dini dapat mempengaruhi struktur pertumbuhan gigi

selanjutnya (gigi permanen) (Maulani, 2015)

Kerusakan gigi juga dapat menghambat pertumbuhan fisik dan

kualitas hidup anak (2011). Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa

anak-anak dengan karies yang parah akan menyebabkan kehilangan

kontrol BB dan setelah dilakukan perawatan, BB dan kualitas hidup

mereka meningkat (Sheiham, 2006). Hal ini mungkin disebabkan oleh

adanya perbaikan asupan nutrisi setelah perawatan dan yang kedua infeksi

kronik dari karies terkait pulpitis dan abses diketahui akan menekan

pertumbuhan melalui jalur metabolik dan akan mengurangi hemoglobin

sebagai hasil produksi eritrosit tertekan atau menurun (Sheiham, 2006).

Gigi sulung mempunyai peranan yang sangat penting pada

pertumbuhan dan perkembangan muka, fungsi pengunyahan, bicara,

estetik dan petunjuk arah gigi tetap yang akan erupsi. Gigi sulung pada

anak usia prasekolah jika tidak segera ditangani sampai karies lanjut, maka

akan mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan dan tanggalnya

gigi secara dini yang menyebabkan erupsi gigi permanen tidak normal

(Supariani, 2013). Dampak lain yang ditimbulkan akibat karies secara

ekonomi adalah semakin lemahnya produktivitas masyarakat. Jika yang

mengalami anak-anak maka akan berdampak pada perkembangan anak


25

sehingga akan menurunkan tingkat kecerdasan anak yang dalam jangka

panjang akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat (Asse, 2010).

4. Tingkatan-Tingkatan Karies

Diagnosis gigi pada anak-anak dapat dilakukan berdasarkan

kedalaman kerusakan yang terjadi. Kedalaman karies didiagnosis

berdasarkan letak anatomis yang terkena (Achmad, 2015).

a. Karies Email (KE)

Dikatakan karies email karena terkena baru pada lapisan email

gigi. Pada tingkatan ini, seseorang belum merasakan tanda gejala

signifikan;ngilu atau sakit. Namun, sebagian yang peka akan merasakan

ngilu saat gigi terkena yang dingin (Machfoeds, 2008). Lesi awal pada gigi

ditandai dengan bintik putih dikarenakan oleh proses demineralisasi prsma

di bawah permukaan, dengan email permukaan tetap lebih bermineralisasi.

Jika serangan asam terus berlanjut, maka permukaan halus gigi akan

menjadi permukaan kasar dan menimbulkan warna hingga akhirnya

menimbulkan lubang jika kejadian terus berlanjut (Mitchell, Mitchell &

McCaul, 2015). Perkembangan lesi pada email lebih lambat karena

permukaan email lebih keras dibandingkan bagian yang lain (Brunner&

Suddarth, 2013). Kadangkala karies di bagian ini tidak menunjukkan

diagnosis lebh lanjut hingga 3-4 tahun, sehingga kerusakannya akan tetap

(Putri, 2015).
26

b. Karies Dentin (KD)

Dikatakan karies dentin bila yang terkena adalah bagian dentin

gigi. Pada tingkatan ini, seseorang akan merasakan ngilu pada gigi jika

gigi lesi tersebut tersentuh makanan tekstur keras atau ada rangsangan

dingin seperti es. Seseorang bisa merasakan tanda gejalanya karena pada

lapisan terdalam bagian dentin terdapat saluran-saluran kecil yang di

dalamnya berisi urat syaraf, darah dan limfe (Machfoeds, 2008).

c. Karies Mencapai Pulpa (KMP)

Karies dentin yang tidak tertangani akan berlanjut hinga menembus

pulpa (Machfoeds, 2008). Pada karies ini, cara mendiagnosisnya yaitu

dengan memakai pemeriksaan vitalitas gigi. Namun, apabila secara klinis

belum apat ditentukan kedalaman kariesnya, maka pemeriksaan foto

rontgen dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis (Achmad, 2015).

Orang yang menderita pulpitis akan merasakan sakit yang sangat saat

terkena rangsangan dingin, bila kemasukan makanan, dan bila lubnag

giginya tersinggung makanan dikarenakan pada baian pulpa kaya akan

saraf dan pembuluh darah. Pada penderita pulpitis terkadang sulit

menentukan sisi bagian gigi yang sakit karena sakitnya sudah menjalar ke

kepala, muka, dan bahan dapat disertai demam ( Machfeds, 2008).


27

d.Karies Mengenai Akar (KMA)

Karies Mengenai Akar dapat didiagnosis dengan cara memakai

pemeriksaan vitalitas gigi. Namun, apabila secara klinis belum apat

ditentukan kedalaman kariesnya, maka pemeriksaan foto rontgen dapat

dilakukan untuk menegakkan diagnosis (Achmad, 2015).

Karies yang terus berlanjut akan menyebabkan gigi mati hingga

akhirnya tingal menyisahkan akar. Pada anak-anak akar gigi yang

tertinggal tertinggal tidak dicabut sampai pada suatu ketika gigi

permanen akan tumbuh baru dilakukan pencabutan. Sebagian anak akan

terserang karies keseluruhan pada giginya, mungkin disebabkan karena

kurang pengetahuan orang tua dalam pencegahan. Akibatnya, gigi-geligi

anak tersebut menjadi kehitam-hitaman dan lama-kelamaan tinggal akar-

akarnya. Gigi anak akan tanggal (ompong) dengan meninggalkan sisa

akar-akar gigi. Keadaan seperti ini akan menyebabkan gigi permanen

nantinya tumbuh tidak teratur. Hal ini disebabkan karena jaringan tulang

rahang mengalami gangguan, yakni akarakar gigi yang mati dan bahkan

sudah hilang. Akibatnya gigi permanen tidak mendapat petunjuk arah ke

mana akan tumbuh erupsi (Machfoeds, 2008).

5. Pencegahan Karies Gigi

Salah satu penyakit gigi yang dapat dicegah adalah karies gigi

(Sodikin, 2011). Tujuan pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah


28

bakteri kariogenik. Dampak yang dapat ditimbulkan karies gigi menjadi

bahan pertimbangan pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan.

Berdasarkan Undang-Undang tahun 2009 tentang kesehatan pasal 93,

dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam

bentuk kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit

gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah,

dan atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan. Ayat (2) menyatakan bahwa pelayanan tersebut

dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan

dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi pererongan, pelayanan

kesehatan gigi masyarakat, dan usaha kesehatan gigi sekolah (Widayati,

2014).

Secara garis besar terdapat 3 pendekatan yang mungkin

dilakukan: memperkuat atau melindungi diri, mengurangi keberadaan

substrat mikrobakteri, dan membersihkan plak melalui tindakan mekanis

dan kimia (Mitchell, 2015). Karies merupakan penyakit multifaktor,

sehingga terdapat pula beberapa metode untuk melakukan

pencegahannya. Usaha-usaha pencegahan karies gigi:

a. Penyuluhan Diet (pola makan)

Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan

pencegahan gigi. Berhubung dengan usia anak yang masih tidak peduli
29

informasi, oleh karenanya dokter hendaknya bekerja sama dengan orang

tua untuk memperhatikan pola makan anak. Setiap makanan yang

mengandung karbohidrat terutama yang dapat melekat pada permukaan

gigi dan dapat melarut perlahan-lahan, akan memproduksi asam di dalam

dan sekitar plak gigi. Dokter harus memberi rekomendasi pada orang tua

dalam hal modifikasi diet anak. Rekomendasi tersebut diusahakan dengan

yang sekiranya dapat diterima oleh anak dan orang tua yaitu dengan lebih

kepada memodifikasi bentuk diet bukan mengubah pola makan secara

keseluruhan. Bagi penderita yang suka mengonsumsi makanan kariogenik

dapat dimotivasi agar memilih alternatif yang kurang kariogenik seperti

buah, sayuran, kacang, dan mungkin keju (Brunner & Suddarth,2013).

Sedikit perubahan pola makan yang harus dilakukan selama beberapa

waktu akan menghasilkan pola makan yang baik untuk mendapatkan

kesehatan gigi yang baik (Achmad,2015).

Karies gigi dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam

diet (Brunner & Suddarth,2013). Dimana telah diketahui bahwa pola

makan yang sangat berperan penting pada pembentukan karies yaitu

sukrosa dimana makanan bersukrosa memilki dua efek yang sangat

merugikan. Pertama, seringnya memakan makanan yang mengandung

sukrosa sangat berpotensi menimbulkan kolonisasi stretococcus mutans,

meningkatkan potensi karies pada plak. Kedua, plak yang sudah lama

mengendap pada gigi dan sering terkena sukrosa dengan cepat


30

teremetabolisme menjadi asam organik, menimbulkan penurunan PH plak

yang drastis.

Selain itu, anak-anak harus dianjurkan menghndari makanan kecil

atau makanan ringan yang mengandung karbohidrat diantara waktu

makan. Pengurangan frekuensi karbohdrat dapat mencegah karies gigi,

termasuk dalam hal ini konsumsi permen karet, gula-gula, dan minuman

ringan yang mengandung gula (manitol, sarbitol, aspartam). Ahli gigi telah

menganjurkan agar lebih banyak makan buah-buahan serta sayur-sayuran.

(Sodikin, 2011)

b. Pemberian Fluor (Penggunaan pasta gigi)

Pemajanan fluor atau fluorida pada gigi sangat penting karena akan

meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap demeineralisasi dan

terutama dalam pencegahan karies gigi (Putri, Herjulianti & Neneng,

2015). Fluorida menjadi faktor utama yang dapat mengurangi aktivitas

karies (Putri, 2015). Fluor dapat diberikan secara sistemik maupun topikal.

Pemberian secara sistemik, yaitu memasukkan fluor melalui mulut

kemudian akibat pencernaan maka fluor itu akan bekerja hingga bereaksi

dengan bahan-bahan pembentuk gigi dan mempunyai daya untuk

mencegah karies. Sedangkan secara topikal, yaitu larutan fluor langsung

berkontak dengan permukaan gigi (Achmad, 2015). Pemberian secara

topikal dilakukan setiap enam bulan sekali untuk anak-anak, dan untuk

orang dewasa yang berisiko tinggi mengalami karies. Sebelum pemberian


31

topikal, gigi mereka harus dalam keadaan bersih samapi bebas dari plak

(Putri ,2015).

Flourida tersebut memberikan pengaruh antikaries melalui tiga

mekanisme yang berbeda. Mekanisme yang pertama yaitu;dengan adanya

pemajanan fluorida dapat meningkatkan terjadinya fluorapaptite pada

struktur gigi dari ion kalsium dan ion fosfat yang ada pada saliva. Ion-ion

fluorida yang tidak larut ini menggantikan garam yang larut dan

mengandung mangan serta karbonat yang hilang disebabkan oleh

demineralisasi dengan diperantarai oleh bakteri. Mekansime kedua yaitu;

gigi karies yang masih baru dan tidak mengalami kavitasi diremineralisasi

melalui proses yang sama. Mekanisme yang ketiga yaitu; fluorida telah

memiliki aktivitas antimikroba (Putri, 2015).

c. Pemeliharaan Oral Hygiene

Usaha pemeliharaan oral hygiene yaitu dengan melakukan

penyikatan gigi minimal dua kali sehari, dan melakukan flossing setiap

hari serta kunjungan ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali (Achmad, 2015).

Menggosok gigi yang baik sedikitnya empat kali sehari (setelah makan

dan waktu tidur) merupakan dasar program higiene mulut yang efektif.

Menggosok gigi setelah makan sebaiknya dilakukan agar makanan tidak

menempel pada gigi. Hendaknya menggosok gigi stelah memakan

makanan manis dalam waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak (Potter

& Perry, 2005). Menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur sangat
32

penting karena ketika tidur akan terjadi interaksi antara bakteri dalam

mulut dan sisa makanan yang tertinggal di gigi (Hockenberry, 2007).

Teknik menggosok gigi yang tepat juga perlu diperhatikan; anak-

anak perlu diajarkan untuk menggosok gigi minimal setelah makan dan

sebelum tidur di malam hari. Gigi harus disikat dengan gerakan rol, mulai

dari gusi ke arah permukaan gigi dan sikat harus menembus celah diantara

setiap gigi. Akan tetapi gigi yang berdekatan sulit untuk menembus

celahnya, oleh karena itu ajarkan pengunaan dental floss untuk

menghilangkan plak gigi atau artikel makanan. dan penggunaan pasta gigi

(Sodikin, 2012). Rekomendasi menyikat gigi yang dianjurkan oleh ADA

adalah sebagai berikut:

1. Tempatkan sikat gigi pada sudut 45 derajat pada gusi

2. Gerakkan sikat gigi dengan lembut dan bolak-balik

3. Sikat permukaan bukal, labia, lingual, palatal, dan permukaan oklusal

4.Untuk membersihkan bagian dalam permukaan gigi depan, miringkan

sikat gigi secara vertikal dna membuat beberapa stroke up dan stroke

down secara vertikal

5. Bersihkan lidah dan jagalah bau napas tetap segar (American Dental

Association, 2005)

Selain itu, penggunaan pasta gigi; menyikat gigi dengan pasta

yang mengandung flourida akan mengurangi risiko karies. Hal lainya yang

menjadi perhatian adalah sikat gigi yang digunakan. Sikat gigi hendaknya

memilki pegangan yang lurus dan bulunya harus cukup kecil agar
33

menjangkau semua bagian mulut. Bulu halus yang bundar menstimulasi

gusi tanpa menyebabkan perdarahan atau barasi. Sikat gigi juga

hendaknya diganti setiap tiga bulan sekali (Potter & Perry, 2005).

d. Penyuluhan Kesehatan Gigi di Sekolah

Penyuluhan tentang kesehatan gigi sangat sering dilakukan pada

anak-anak, khususnya anak Sekolah Dasar. Pada penyuluan tersebut

diharapkan anak mampu menjaga kesehatan mulutnya serta mampu

mengambil tindakan yang tepat apabila ada gejala-gejala kelainan pada

gigi dan mulutnya. Peningkatan pemahaman kesehatan gigi di sekolah

dapat dialkukan dengan mendirikan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi

Sekolah). Kegiatan dari UKGS ini meliputi; pendidikan, pencegahan dan

pengobatan serta dapat pula menghadirkan seorang dokter gigi yang akan

melakukan kunjungan rutin di sekolah tersebut (Achmad, 2015).

e. Permen Karet Xylitol

Xylitol adalah gula yang mengandung lima karbon alami yang

terdapat pada pohon birch. Xylitol dapat digunakan sebagai bahan

pengganti gula karena bakteri karies (Streptococcus Mutans) tidak dapat

memfermentasi (mengurai) xylitol. Hal ini disebabkan karena xylitol

mampu mengurangi streptococcus mutans dengan mengubah arah

metabolismenya dan meningkatkan remineralisasi serta membantu

mencegah karies gigi. pasien biasanya disarankan untuk mengunyah


34

permen karet xylitol selama 5-30 menit setelah makan atau mengudap.

mengunyah permen karet bebas gula setelah makan akan mengurangi

asidogenisitas pada plak karena proses mengunyah menstimulasi

keluarnya ludah yang akan meningkatkan buffering penurunan PH yang

timbul setelah makan. penurunan tingkat karies cukup besar jika xylitol

digunakan sebagai pengganti gula (Putri, 2015).

f. Sealent pada Lubang dan Retakan

Pencegahan dengan fluorida sangat efektif, namun untuk mencegah

karies lanjut pada lubang dan retakan tidak efektif. Oleh karena itu akan

digunakan sialent sebagai upaya pencegahan yang efektif bagi karies.

Tujuan dari pemberian sealent yaitu; secara mekanis menutup lubang dan

retakan dengan rsin yang tahan asam, tertutupnya lubang dan retakan

sealent akan membasmi bakteri SM dan organisme kariogenik yang

berkembang, memudahkan pembersihan gigi dan mengunyah permen

karet.

C. Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Perkembangan adalah aspek progresif terhadap ligkungan yang

sifatnya kualitatif (Potter & Perry, 2012). Setiap manusia normal akan

mengalami tahap perkembangan sesuai dengan tahap usia mereka,

termasuk di dalamnya pada tahap usia prasekolah. Usia pasekolah adalah

usia diantara 3 sampai 6 tahun (Potter & Perry, 2012). Pada usia tersebut,
35

keluarga masih merupakan fokus dalam hidupnya, walaupun anak lain

menjadi lebih penting (Soetjiningsih & Ranu, 2015).

1. Perkembangan Fisik

Berdasarkan tahap perkembangan pada usia prasekolah (5 tahun)

dikatakan anak seharusnya sudah memiliki kemandirian dalam menggosok

gigi. Namun, faktor stimulasi yang kurang dapat menghambat kemandirian

anak berkembang sesuai tahap perembangannya. Oleh karenanya peran

serta orang tua sangat dibutukan. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 (33

provinsi), provinsi Banten menduduki urutan keempat terendah dalam hal

menggosok gigi dengan benar.

Keterampilan menggosok gigi berkaitan dengan perkembangan

motorik halus anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menulis dan

sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2005).

2. Perkembangan Kognitif

Pemikiran Prakonseptual (2-4 tahun), Pada periode ini persepsi

masih terbatas dimana penilaian terhadap sesuatu hanya mampu dinilai

dari luar mereka atau yang tampak terjadi (Piaget, 1952). Artifisialisme,

Pada periode ini sering timbul pertanyaan dari mereka; siapa yang
36

membangun gunung?. Animisme, kesalahan konsep yang sering terjadi

“pohon menangis pada saat dahan mereka patah”. Kesalahan konsep

ketiga adalah tipe memberi alasan penilaian alami (Potter & Perry, 2005).

Kelompok usia pada tahap ini, ketakutan merupakan hal yang

paling besar muncul dan menjadi sesuatu yang membahayakan tubuh,

misalnya ketakutan anak pada petugas kesehatan. Ketakutan ini sering

bertentangan dengan kesediaan mereka untuk membiarkan pemberian

tindakan keperawatan. Perkembangan moral usia prasekolah yaitu mereka

mulai ada pemahaman akan kesadaran terhadap penilaian secara sosial

benar atau salah.

3. Perkembangan psikososal

Dunia prasekolah meluas di luar keluarga; yaitu anak sudah banyak

bergaul dengan lingkungan tetangga. Keingintahuan mereka dan inisiatif

yang berkembang mengarah pada eksplorasi terhadap lingkungan. Namun,

ketika mereka mencoba banyak hal yang mungkin berada di luar

kemampuan mereka maka rasa bersalah serta perasaan tidak berperilaku

benar akan muncul. Erikson (1963) merekomendasikan kepada para orang

tua agar tetap membantu anak-anak mereka mencapai keseimbangan

kesehatan antara inisiatif dan rasa bersalah dengan membiarkan mereka

melakukan hal-hal yang mereka inginkan namun tetap tegas dalam

memberikan batasan dan bimbingan (Potter & Perry, 2005)


37

D. Kerangka Teori

Faktor tidak langsung:


a. Bouttle mouth
b. Konsumsi makanan
kariogenik
c. Pemberian fluor Pencegahan:
(penggunaan pasta
gigi) a. Penyuluhan diet (pola
d. Kebiasaan makan)
menggosok gigi b. Tingkatkan ketahanan
e. Kontrol ke dokter gigi
gigi  Pemajanan
f. Jenis kelamin KARIE fluorida
g. Usia S GIGI  Sealent pada
lubang dan
(Achmad, 2015) retakan
c. Jaga kebersihan mulut
(flossing dan sikat gigi)
Faktor langsung: d. Mengunyah permen
karet xylitol
a. Mikroorganisme e. Penyuluhan kesehatan
b. Host (kerentanan gigi gigi di sekolah (UKGS)
& saliva)
c. Substrat (Putri, 2015)
d. Waktu

(Cameron A &
Widmer, 2008)

(Gambar 2.1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi
(Sumber: Cameron A & Widmer, 2008 ; Putri MH, 2015 & Achmad, 2015)
38

E. Penelitian Terkait

1. Persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut di

Indonesia menurut Riskesdas 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2%

menjadi 25,9% (RISKESDAS 2007 & 2013).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Suratri (2016) dikatakan bahwa perilaku

menyikat gigi setiap hari pada Taman Kanak-Kanak (TK) di provinsi

Banten, prevalensinya termasuk tinggi; namun frekuensi menyikat gigi

yang lebih dari dua kali sehari masih terkategori rendah yaitu hanya 10,2%

di kota Serang sedangkan di Kabupaten Serang 10,1%. Responden yang

sikat gigi kecenderungan terjadinya karies lebih ringan dibandingkan yang

tidak gosok gigi (Budisuari, 2010).

3. Hasil penelitian (Budisuari, 2010) dikatakan bahwa pola makan manis

mempengaruhi berat ringannya karies, yaitu semakin sering makan

makanan manis,ada kecenderungan semakin banyak yang memiliki karies.

Pada penelitian Sri ramayanti (2013) dikatakan bahwa makanan

kariogenik merupakan makanan utama pencetus terjadinya karies gigi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Supariani, Artawa, & Wirata (2013)

dikatakan bahwa sebagian besar anak Play Group Kuncup Mekar

menderita karies botol yaitu sebesar 55,6% sedangkan anak bebas karies

hanya 44,4%. Dalam sebuah penelitian serupa dikatakan bahwa sebanyak

18,7% infant mengalami kerusakan gigi akibat gigi botol dan 30,9% dari

usia prasekolah (3-5) tahun. Dikatakan juga bahwa pada anak usia
39

prasekolah tersebut memiliki satu atau gigi berlubang (FNIGC,

2012;Health Canada, et al, 2011).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan gambaran fenomena yang hendak

diteliti atau yang hendak dijadikan pusat perhatian dalam penelitian

(Sumantri, 2011). Berdasarkan kerangka teori maka dibuat kerangka

konsep dimana pada penelitian ini karies gigi merupakan variabel

dependen (terikat) sedangkan etiologi karies gigi (faktor tidak langsung)

merupakan variabel independen (bebas). Pada penelitian ini faktor

langsung (Host, agent, substrat dan waktu) tidak dimasukkan dalam

variabel penelitian karena adanya kesulitan di dalam pengukuran. Selain

itu, faktor langsung juga akan sangat berpengaruh jika disertai dengan

adanya faktor tidak langsung (Bouttle Mouth, konsumsi makanan

kriogenik, pemberian fluor, kebiasaan menggosok gigi, kontrol ke dokter

gigi, dan jenis kelamin). (Gambar 2.2)

Karakteristik yang mempengaruhi


kejadian karies gigi:
1. Bottle Mouth (kebiasaan minum
susu botol menjelang tidur)
2. Konsumsi Makanan Kariogenik KARIES GIGI
3. Pemberian Fluor (Penggunaan
pasta gigi)
4. Kebiasaan Menggosok Gigi
5. Kontrol Ke Dokter Gigi
6. Jenis Kelamin
7. Usia

40
41

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
I Dependen Yaitu suatu proses patologis berupa Melalui Kaca mulut (1)Ada karies Nominal
kerusakan yang terjadi pada jaringan observasi dan Sonde
1. Karies Gigi keras gigi; yaitu email, dentin dan dan (0)Tidak ada
sementum dan merupakan pula penyakit pemeriksaan karies
kronis yang pada umumnya diderita oleh langsung
anak usia prasekolah sehingga terhadap
memerlukan perhatian khusus. objek
peneliti pada
saat
penelitian
dilakukan.

II Independen Adalah kebiasaan buruk pada anak Wawancara Kuesioner (1)Tidak Ordinal
1. menyusu ataupun meminum minuman Pernah
Bouttle saat sedang tertidur. Botol yang dimaksud (2)Jarang
Mouth yaitu botol apapun,baik botol the use a (3)Kadang-
sippy or no-spill cup. kadang
(4)Sering
(5)Selalu
42

2. Konsumsi Adalah kecenderungan anak wawancara kuesioner (1)Tidak Nominal


makanan mengonsumsi makanan yang mengandung Pernah
kariogenik gula (kariogenik) seperti (2)Jarang
permen,coklat,biscuit,roti dan karbohidrat (3)Kadang-
lain yang difermentasikan, dimana kadang
makanan ini akan mendukung (4)Sering
pembentukan asam yang menyebabkan (5)Selalu
proses demineraliasi karies terjadi.

3. Pemberian Adalah pemberian fluor pada anak yang Wawancara Kuesioner (1)Selalu Nominal
flour dilakukan secara topikal (dioleskan pada (2)sering
gigi anak) secara rutin serta penggunaan (3)kadamg-
pasta gigi yang mengandung fluorida. kadang
Dikatakan rutin jika dilakukan setiap 6 (4)Jarang
bulan sekali. (5)Tidak
Pernah
4. Kebiasaan Adalah kebiasaan anak menggosok gigi Wawancara Kuesioner 1.Rutin = skor Nominal
menggosok minimal dua kali sehari (setelah makan ≥ mean
gigi dan sebelum tidur) guna mencegah
makanan menempel pada gigi yang 2.Tidak rutin =
nantinya akan menyebabkan terbentuknya skor < mean
plak.
(mean= 18.25)
5. Kontrol ke Adalah waktu kunjungan ke dokter gigi wawancara Kuesioner (1)selalu Nominal
dokter gigi yang dilakukan secara rutin setiap 6 bulan (2)Sering
sekali. (3)Akdang-
kadang
(4)Jarang
(5)Tidak
43

Pernah

6. Jenis Adalah klasifikasi jenis seksual yang Melalui Kuesioner (1)Laki-laki Nominal
kelamin dimilki responden. observasi
langsung (2)Perempuan

7. Usia Lama hiudup responden yang telah wawancara kuesioner Usia respondne Interval
dilalui, ditemui sejak lahir sampai ulang pada saat
tahun terakhir saat mengisi kuesioner pengisin
akuesionet
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan penelitian yang

disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2013). Desain penelitian pada

penelitian ini adalah deskriptif analitik. Deskriptif mengandung makna

peneliti ingin melihat gambaran proporsi atau rerata suatu variabel dimana

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena atau

variabel-variabel dalam penelitian (Dahlan, 2013). Variabel dalam

penelitian ini meliputi kebiasaan yang mempengaruhi terjadinya karies

gigi (Bouttle Mouth, konsumsi makanan kariogenik, pemberian fluor,

kebiasaan menggosok gigi, kontrol ke dokter gigi, jenis kelamin dan usia)

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Play Group dan TK Hom Pim Pa karena

berdasarkan hasil observasi langsung dan tidak langsung didapatkan

bahwa di lokasi tersebut insidensi karies gigi sangat tinggi yaitu sebesar 89

% (49 orang) dari total siswa-siswi 55 orang.

44
45

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan

diduga (Sumantri, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa-siswi di Play Group dan TK Hom Pim Pa yang mengalami karies

gigi yairtu sebesar 48 orang.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan responden

atau bagian dari populasi yang akan diselidiki atau diukur. Sampel dapat

diambil dari sebagian populasi ataupun keseluruhan populasi (Sumantri,

2011). Pada penelitan ini karena jumlah populasi hanya 48 anak, maka

sampel yang diambil adalah seluruh populasi tersebut (total sampling).

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimaa jumlah sampel

sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2007).Satu orang anak masuk

dalam kriteria ekslusi (berhalangan hadir saat pengambilan data) karena

sebelumnya jumlah populasi ada 49 anak. Kriteria sampel terbagi jadi dua;

Kriteria Inklusi dan Eksklusi.

a. Kriteria inklusi : Anak usia 3-6 tahun yang mengalami karies gigi

dan siap menjadi responden di Play Group dan TK Hom Pim Pa di

Ciputat Timur, Tangerang Selatan yang mengalami karies gigi


46

b. Kriteria ekslusi : Anak yang tidak bersedia dijadikan responden dan

anak yang sedang dalam perawatan (Hospitalisasi) atau berhalangan

hadir.
47

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pegumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2011). Pengumpulan data dilakukan secara langsung

dan tidak langsung melalui wawancara dan kuesioner yang berisi

pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian karies gigi di Play Group dan TK Homp Pim Pa.

1. Instrume n Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengedarkan satu daftar pertanyaaan yang berupa formulir (Setiadi,

2013). Penelitian akan menggunakan lembar kuesioner yang berisikan

pernyataan yang disusun berdasarkan teori yang ada dan harus dijawab

oleh responden. Pernyataan yang diajukan dengan menggunakan skala

Likert. Instrumen yang digunakan berisi dua bagian:

a. Bagian (A) berupa data demografi (data umum) meliputi identitas

responden.

b. Bagian (B) berisi pernyataan mengenai kebiasaan yang mempengaruhi

terjadinya karies gigi berdasarkan teori. Kuesioner ini berisi lima belas

pernyataan. Variabel bouttle mouth mewakili dua pernyataan, konsumsi

makanan kariogenik dua pernyataan, pemberian fluor satu pernyataan,

kebiasaan menggosok gigi sembilan pernyataan, dan kontrol ke dokter gigi

satu pernyataan. Sedangkan variabel jenis kelamin akan dilakukan dengan


48

observasi secara langsung. Adapun mengenai variabel dependennya

(karies gigi) akan dilakukan observasi langsung dengan menggunakan alat

(sonde dan kaca mulut).

2. Uji validitas dan Reliabilitas

Setelah instrumen penelitian selesai disusun, maka selanjutnya

akan dilakukan uji validitas dan reabilitas. Validitas adalah indeks yang

menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur.

Sedangkan reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sumantri, 2011). Untuk

mengetahui kevaliditasan suatu instrumen (kuesioner) dilakukan dengan

cara melakukan korelasi antara skor masing-masing variabel dengan skor

totalnya. Suatu variabel dikatakan valid jika skor variabel tersebut

memiliki korelasi secara signifikan dengan skor totalnya (Hastono, 2011).

Uji intrumen ini akan dilakukan di tempat yang memiliki kesamaan

karakterstik dengan yang akan dijadikan objek penelitian (TK 17 Agustus

Rempoa) pada 30 responden. Uji validitas instrumen akan dilakukan

dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Kuesioner dikatakan

valid jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,361).

Hasil uji kuesioner memperlihatkan bahwa pada variabel pemberian

fluor ditemukan satu pertanyaan dengan nilai r hasil kurang dari r tabel

(0,361) yaitu 0.214 sehingga dikatakan tidak valid. Pertanyaan yang tidak

valid tersebut dikeluarkan dari kuesioner.


49

Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan uji reabilitas

dengan tujuan untuk mengetahui kehandalan suatu instrumen yang akan

digunakan. Instrumen dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan yang diajukan konsisten dari waktu ke waktu. Uji reabilitas

dilakukan dengan rumus crombach alpha dan kuesioner dikatakan reliabel

jika hasil dari crombach alpha ≥ 0,6 (Hastono, 2011). Dari hasil uji reliabel

didapatkan hasil bahwa 15 pertanyaan yang sudah valid adalah reliabel

karena nilai alpha ≥ 0,6.

F. Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu:

1. Setelah proposal penelitian disetujui, selanjutnya akan dilakukan uji

validitas dan reabilitas instrumen yang akan akan digunakan (kuesioner).

2. Setelah uji validitas dan reabilitas, dilanjutkan dengan mengajukan surat

permohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

UIN syarif hidayatullah jakarta ke TK Hom Pim Pa sehari sebelum

pengambilan dat serta menjelaskan secara singkat mekanisme penelitian

yang akan dilakukan.

3. Peneliti mendatangi Play Group dan TK Hom Pim pa dengan menjelaskan

maksud dan tujuan kepada para responden serta menjelaskan mekanisme

pengambilan data yang akan dilakukan saat itu

4. Peneliti melakukan pemeriksaan gigi satu persatu kepada semua siswa di

TK tersebut.
50

5. Siswa dan siswi yang ditemukan ada karies, akan diberikan kuesioner oleh

peneliti dan selanjutnya akan dilakukan wawancara kepada para responden

didampingi oleh orang tua atau wali mereka masing- masing. Wawancara

tersebut mengenai pertanyaan instrumen “kebiasaan yang mempengaruhi

kejadian karies gigi”.

6. Memerhatikan kembali setiap kuesioner apakah semua pertanyaan sudah

terjawab.

7. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian akan dilakukan pengolahan

data dan analisa data.

G. Teknik Analisis Data

Analisis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Pengolahan Data

a. Editing data

Editing adalah proses mengoreksi kembali jawaban yang telah diberikan

responden kemudian dilakukan kelengkapan data jika masih ada jawaban

yang kurang lengkap, kurang jelas, kurang relevan, dan jawaban yang

tidak konsisten. Editing akan dilakukan di tempat pengumpulan data,

sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan pada pengsian

data dapat dilengkapi dengan segera.

b. Coding data

Coding yaitu suatu cara untuk menyederhanakan jawaban (data) dengan

memberikan simbol-simbol tertentu untuk masing-masing jawaban. Pada

penelitian ini pengkodean dengan menggunakan angka, misalnya ada


51

karies dinyatakan dengan angka (1) dan dikatakan tidak ada karies dengan

angka (0).

c. Entry data

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan telah dilakukan pengkodean,

maka langkah selanjutnya yaitu memproses data agar dapat dianalisis

dengan diolah secara elektronis (komputer).

d. Cleaning data

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah diolah apakah ada kesalahan atau tidak (Hastono, 2006).

H. Analisa Data

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti. Variabel yang dijadikan fokus penelitian yaitu

kebiasaaan yang mempengaruhi kejadian karies gigi (Bouttle Mouth,

konsumsi makanan kariogenik, pemberian fluor, kebiasaan menggosok gigi,

kontrol ke dokter gigi, dan jenis kelamin). Pada penelitian ini menggunakan

jenis data kategorik, oleh karena itu akan menggunakan nilai proporsi atau

persentase dalam menjelaskan setiap karakteristik.

I. Alat Pengumpulan Data

Alat ukur yang akan digunakan untuk memperoleh data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner

tersebut akan diisi oleh masing-masing responden dan dibantu oleh orang tua

mereka sebagai pendamping.


52

1. Kuesioner Demografi

Kusioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden

yang meliputi nama, jenis kelamin, dan usia.

2. Kuesioner data khusus

Kuesioner data khusus berisikan pernyataan berdasarkan variabel yang

akan diteliti (Bouttle Mouth, konsumsi makanan kariogenik, psemberian

fluor, kebiasaan menggosok gigi, dan kontrol ke dokter gigi) dengan jumlah

pernyataan lima belas. Variabel bouttle mouth mewakili dua pernyataan,

konsumsi makanan kariogenik dua pernyataan, pemberian fluor satu

pernyataan, kebiasaan menggosok gigi 9 pernyataan, dan kontrol ke dokter

gigi satu pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut bertujuan untuk

mengetahui gambaran kebiasaan yang mempengaruhi kejadian karies gigi.

J. Etika Penelitian

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan kepada reponden sebelum dilakukan

penelitian. Tujuan informed consent adalah agar responden memahami

maksud dan tujuan dari peneliti. Jika subjek bersedia, maka dianjurkan

untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat,

2007). Pada penelitian ini, akan diberikan lembar persetujuan menjadi


53

responden kepada para siswa yang mengalami karies gigi dengan

tujuan untuk mengetahui kesediaan siswa tersebut menjadi responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity merupakan masalah etika keperawatan yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur tetapi hanya dengan menulis kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). Pada

penelitian ini, hanya mengnjurkan responden menulis nama dengan

menggunakan inisial.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-maslaah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). Data yang didapatkan oleh

peneliti, akan dijaga kerahasiannya.

K. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara dalam penarikan sampel

yang sekiranya mampu mewakili dari keseluruhan populasi dengan

maksud memberi kemudahan peneliti dalam melakuan penelitian di

populasi yang besar dan tidak membutuhkan waktu yang lama (Sumantri,
54

2011). Jumlah populasi hanya 48 anak, maka sampel yang diambil yaitu

keseluruhan populasi (total sampling).


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Karakteristik Responden


1. Jenis kelamin
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Responden Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin
(n=48)

Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


Laki-laki 22 45,8
Perempuan 26 54,2
Total 48 100

Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin

perempuan yang mengalami karies gigi memiliki jumlah yang lebih besar

yaitu 26 orang (54,2 %), sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki

adalah sebanyak 22 orang (45,8%).

2. Umur (Th)
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Responden Karies Gigi Berdasarkan Umur
(n=48)

variabel Mean ± SD Min Max 95% CI


Umur (Th) 4,92 0,871 3-6 4,66-5,17

Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden

karies gigi adalah 5 tahun dengan confident interval 95% diyakini bahwa rata-

rata usia berada pada rentang 4,66-5,17 dan standar deviasi (standar

penyimpanan data terhadap nilai rata-rata) 0,871. Umur paling muda adalah 3

tahun dan umur yang paling tua adalah 6 tahun..

55
56

B. Gambaran Karakateristik Karies Gigi

1. Bouttle Mouth

Tabel 3.3
Distribusi Responden Berdasarkan “Boutle Mouth”
(n=48)

Jumlah (n) dan Persentase (%) Total


Bouttle Mouth Selalu Sering Kadang Jarang TP
n %
n % n % n % n % n %
Minum
susu/minuman
13 27,1 9 18,8 9 18,8 3 6,2 14 29,2 48 100
manis di usia ≥ 3-6
th
Minum
susu/minuman
manis jelang tidur 7 14,6 11 22,9 8 16,7 3 6,2 19 39,6 48 100
hingga tertidur di
usia ≥ 3-6 th

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan meminum minuman susu atau minuman manis di usia ≥

3-6 tahun dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori tidak pernah

sebanyak 14 orang (29,2 %). Sedangkan persentase paling rendah yaitu

pada kategori sering dan kadang-kadang berjumlah masing-masing 9 orang

(18,8%).

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan meminum susu atau minuman manis jelang tidur hingga

anak tertidur dengan persentase paling tinggi juga pada kategori tidak

pernah sebanyak 19 orang (39,6 %). Sedangkan persentase paling rendah

yaitu pada kategori selalu dengan jumlah 7 orang (14,6%).


57

2. Konsumsi Makanan Kariogenik

Tabel 3.4
Distribusi Responden Berdasarkan “Konsumsi Makanan Kriogenik”
(n=48)

konsumsi Jumlah (n) dan Frekuensi (%) Total


Makanan Selalu Sering Kadang Jarang TP
Kariogenik n %
n % n % n % n % n %
Jenis makanan
7 14,6 19 39,6 13 27,1 2 4,2 7 14,6 48 100
karbohidrat
Jenis minuman
4 8,3 12 25 16 33,3 7 14,6 9 18,8 48 100
manis

Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan konsumsi makanan karbohidrat dengan persentase

paling tinggi yaitu pada kategori sering berjumlah 19 orang (39,6%) dan

persentase terendah yaitu pada kategori jarang berjumlah 2 orang (4,2 %).

Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan konsumsi makanan manis dengan persentase paling

tinggi yaitu pada kategori kadang-kadang berjumlah 16 orang (33,3%), dan

persentase terendah yaitu pada kategori selalu berjumlah 4 orang (8,3%).


58

3. Penggunaan Pasta Gigi

Tabel 3.5
Distribusi Responden Berdasarkan “Penggunaan Pasta Gigi”
(n=48)

Jumlah (n) dan Persentase (%) Total


Selalu Sering Kadang Jarang TP
n %
n % n % n % n % n %
Menggosok
gigi
43 89,6 3 6,2 2 4,2 0 0 0 0 48 100
menggunakan
pasta gigi

Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki


kebiasaan pemberian fluor melalui penggunaan pasta gigi dengan
persentase paling tinggi yaitu pada kategori selalu berjumlah 43 orang
(89,6%), sedangkan persentase terendah yaitu pada kategori kadang-kadang
berjumlah 2 orang (4,2%).

4. Kontrol Ke Dokter Gigi


Tabel 3.6
Distribusi Responden Berdasarkan “Kontrol Ke dokter Gigi”
(n=48)

Jumlah (n) dan Persentase (%) Total


Kontrol Ke Kadang- Tidak
Selalu Sering Jarang
Dokter Gigi kadang Pernah n %
n % n % n % n % n %
Berkunjung ke
dokter gigi meski 2 4,2 1 2,1 3 6,2 13 27,1 29 60,4 48 100
tidak ada keluhan

Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

kebiasaan berkunjung ke dokter gigi dengan persentase paling tinggi yaitu

pada kategori tidak pernah berjumlah 29 orang (60,4%), sedangkan

persentase terendah yaitu pada kategori sering berjumlah 1 orang (2,1%).


59

5. Kebiasaan menggosok gigi


Tabel 3.7
Distribusi Responden Berdasarkan “Gosok Gigi”
(n=48)

Gosok Gigi Jumlah (n) Persentase (%)


Rutin 23 47,9
Tidak rutin 25 52,1
Total 48 100

Berdasarkan tabel 3.7 dapat dietahui bahwa jumlah responden yang


memiliki kebiasaan menggosok gigi dengan kategori rutin adalah 23 orang
(47.9%) sedangkan yang tidak rutin 25 orang (52,1%).
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai interpretasi hasil penelitian dan

keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil

penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka dan

penelitian sebelumnya sedangkan keterbatasan peneliti akan memaparkan

keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan penelitian.

A.Karakte ristik Responden

1. Karakteris tik Responden Beradasarkan Jenis Kelamin

Responden yang terlibat dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin

adalah laki-laki dengan jumlah 22 orang (45,8%) dan perempuan 26 orang

(54,2%). Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan, hal ini

sesuai dengan jumlah siswi Play Group dan TK Hom Pim Pa yang didominasi

oleh perempuan berjumlah 30 orang, sedangkan laki-laki 26 orang. Pada

penelitian susi (2012) juga menyatakan bahwa tedapat 14 orang perempuan

(56,0 %) dan 11 orang anak laki-laki (44,0%) yang mengalami karies gigi.

Sedangkan Kiswaluyo (2010) menyatakan bahwa karies gigi siswa berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan adanya persentase yang hampir sama, yaitu sebesar

48,45% pada laki-laki dan sebesar 43,45% pada perempuan.

Proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut berdasarkan Riskesdas 2007

dan 2013 lebih tinggi perempuan daripada laki-laki. Hal ini juga ditunjang

60
61

dalam sebuah referensi bahwa wanita berisiko sedikit lebih tinggi daripada laki-

laki (Putri, 2015). Pernyataan ini setara dengan pernyataaan dalam sebuah literatur

Velker (1973) mengatakan bahwa prevalensi karies gigi wanita lebih tinggi

dibandingkan dengan pria. Demikian juga halnya anak-anak, prevalensi karies

gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal

ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak

laki-laki.

Selama masa kanak-kanak dan remaja, perempuan menunjukkan

tingkat keparahan karies yang lebih tinggi daripada laki-laki. Kontribusi gen

pada anak perempuan diduga mempengaruhi risiko terjadinya karies. Gen

amelogenin pada perempuan dan produk protein yang dihasilkan berperan

dalam pembentukan enamel. Protein amelogenin terdiri dari 90% matrix

enamel. Jika terjadi gangguan pada gen atau berkurangnya produksi protein

amelogenin, maka pembentukan enamel akan terganggu sehingga kerentanan

karies akan meningkat. Sedangkan Gen amelogenin pada laki-laki akan

memberikan mekanisme kompensasi terhadap gangguan yang terjadi pada

kromosom X melalui produksi 10% protein amelogenin yang sama dengan

kromosom X. Protein ini tidak dijumpai pada perempuan

2.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas usia

responden adalah usia 5 tahun dengan jumlah 21 orang (43,8 %). Usia 3

tahun berjumlah 3 orang (6,2 %). Usia 4 tahun berjumlah 11 orang (22,9 %).
62

Sedangkan usia 6 tahun berjumlah 13 orang (27,1 %). Dalam sebuah

penelitian yang dilakukan di Israel didapatkan sebanyak 72,30% usia 5 tahun

yang mengalami karies dan yang dilakukan di Kenya didapatkan 50 % anak

usia 5 tahun yang mengalami karies gigi. Pada penelitian Utami (2013)

ditemukan mayoritas kejadian karies gigi pada anak usia 5 tahun yaitu

sebanyak 318 (54,5%). Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian

Kiswaluyo (2010) yang menyatakan bahwa karies gigi siswa berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan adanya persentase yang hampir sama, yaitu

sebesar 48,45% pada laki-laki dan sebesar 43,45% pada perempuan.

Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi usia prasekolah (3-

6) tahun. Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah literatur bahwa memasuki usia

prasekolah risiko anak mengalami karies sangat tinggi (Wong, Donna

L.2008). Anak-anak rentan terkena masalah gigi berlubang karena sikap

maupun sifat yang dimiliki anak-anak belum mengetahui tentang pentingnya

menjaga kebersihan gigi dan mulut (Mamengko, 2016). Secara anatomi, gigi

sulung yang memiliki email yang lebih tipis dibandingkan pada gigi

permanen juga memberi pengaruh pada terjadinya karies di usia prasekolah

(Achmad, 2015). Prasekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan

terhdap karies gigi, karena pada usia ini anak-anak masih memiliki pola

makan yang buruk , tingkat pengetahuan terhadap kesehatan gigi masih

rendah, serta anak masih tergantung pada orang tuanya dalam hal

pemeliharaan gigi dan mulut (Depkes RI,1991 dalam Supariani, 2013).


63

B. Karakteristik yang Mempengaruhi Kejadian Karies Gigi

1. Bouttle Mouth

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki kebiasaan meminum minuman susu atau minuman manis di

usia ≥ 3-6 tahun dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori tidak

pernah sebanyak 14 orang (29,2 %). Sedangkan persentase paling rendah

yaitu pada kategori sering dan kadang-kadang berjumlah masing-masing 9

orang (18,8%).Penelitian yang dilakukan oleh (Supariani, Artawa, &

Wirata, 2013) dikatakan bahwa sebagian besar anak Play Group Kuncup

Mekar menderita karies botol yaitu sebesar 55,6% sedangkan anak bebas

karies hanya 44,4%. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nugroho (2012), ditemukan mayoritas anak prasekolah

yang meminum susu menggunakan botol dengan kategori ≤ 3 hari yaitu

berjumlah 36 (61,0%), sedangkan yang >3 kali sehari hanya berjumlah 23

orang (39,0%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Supariani (2013), menyatakan bahwa anak yang mengonsumsi susu

menggunakan botol dengan kategori ≤ 3 hari jauh lebih tinggi dengan

jumlah 47 orang (87,0 %), sedangkan yang mengonsumsi >3 kali sehari

hanya berjumlah 7 orang (13,0 %). Pada peneltian Sutjipto (2014)

mengatakan bahwa dari 65 responden didapatkan 92,3 % orang tua

membiarkan anaknya mengonsumsi minuman manis atau susu pada malam

hari hingga tertidur pulas.


64

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan meminum susu atau minuman manis jelang tidur

hingga anak tertidur dengan persentase paling tinggi juga pada kategori

tidak pernah sebanyak 19 orang (39,6 %). Sedangkan persentase paling

rendah yaitu pada kategori selalu dengan jumlah 7 orang (14,6%).Hasil ini

ditunjang dalam penelitian Nugroho (2012) ditemukan mayoritas

responden meminum susu menggunakan botol menjelang tidur hingga

anak tertidur berjumlah 33 orang anak (56,0 %) dan yang tidak sampai

menjelang tidur sebanyak 26 orang anak (44,0 %). Pada penelitian

(Sutjipto, 2014) ditemukan sebanyak 92,3% orang tua membiarkan

anaknya mengonsumsi minuman manis atau susu pada malam hari hingga

anak tertidur pulas.

Bouttle mouth dianggap mempengaruhi terjadinya karies pada usia

prasekolah karena pada usia tersebut masih ditemukan banyak anak yang

meminum minuman manis menggunakan dot atau botol dalam keadaan

berbaring atau menjelang tidur bahkan sampai tertidur. Pemberian susu

pada anak menjelang tidur akan berisiko anak tersebut mengalami nursing

bottle syndrome (sindrom botol susu). Pada umumnya, gigi yang sering

terkena kerusakan akibat bouttle mouth adalah gigi bagian depan. Pada

saat tidur, gigi-gigi rahang bawah akan tertutup lidah , sehingga genangan

air susu akan lebih mengenang di gigi bagian atas (Nugroho, 2012).
65

2. Konsums i Makanan Kariogenik

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan konsumsi makanan karbohidrat (Roti, biskuit, krius-

krius, kue, dll) dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori sering

berjumlah 19 orang (39,6%) dan persentase terendah yaitu pada kategori

jarang berjumlah 2 orang (4,2 %). Hasil ini ditunjang dalam penelitian

Anggraeni (2007) dikatakan bahwa distribusi frekuensi makan makanan

kariogenik ≥ 3x sehari berjumlah 54 orang (79,41%) dan yang <3x dalam

sehari hanya berjumlah 14 orang (20,59 %). Dalam penelitian Widayati

(2014), juga dikatakan bahwa sebagian besar orang tua memiliki kebiasaan

memberikan makanan karbohidrat yang bersifat lengket dan manis yaitu

sebanyak 39 orang anak (79,6 %), sedangkan responden yang memiliki

kebiasaan pemberian makanan manis dan lengket sebanyak 10 orang (20,4%).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan konsumsi makanan manis (permen, coklat, ice cream, dll)

dengan persentase paling tinggi yaitu pada kategori kadang-kadang

berjumlah 16 orang (33,3%), dan persentase terendah yaitu pada kategori

selalu berjumlah 4 orang (8,3%). Pada penelitian Suratri (2014), dikatakan

bahwa anak usia kanak-kanak dengan kategori sering mengonsumsi makanan

manis di provinsi Banten, tepatnya di kota Serang sebanyak 69,7 % dan

Kabupaten Serang sebanyak 73 %. Peneltian dinyatakan bahwa jajanan

kariogenik tertinggi pada anak pasekolah yaitu permen dnegan persentase

99,5 % kemudian diikuti oleh konsumsi coklat dengan persentase 71,4%


66

Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung karbohidrat

fermentasi (laktosa, fruktosa, sukrosa, dll) sehingga menyebabkan penurunan

PH plak menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya proses karies.

Konsumsi makanan kariogenik yang dapat menyebabkan terjadinya karies

yaitu bukan dilihat dari banyaknya yang dikonsumsi, namun dilihat pada

frekuensinya atau keseringan anak tersebut mengonsumsi makanan

kariogenik (Guyton & Hall, 2008). Hal ini sesuai dengan pendapat Zr.Be

Kien Nio (1984) yang menyatakan bahwa kebiasaan makan makanan

kariogenik dengan frekuensi ≥3 kali perhari, maka kemungkinan kejadian

karies jauh lebih besar dibandingkan dengan mengonsumsi <3 kali perhari

(Rosidi, 2012). Frekuensi sangat mempengauhi proses demineralisasi dan

remineralisasi. Frekuensi mengonsumsi makanan kariogenik yang sangat

tinggi menyebabkan lebih banyak proses demineralisasi dibandingakn

remineralisasi. Ketidakseimbangan antara proses demineralisasi dan

remineralisasi menyebabkan terjadinya karies (Wright JT 2010 dalam

Mamengko 2016).

Makanan karogenik (permen, coklat, kue, serta biskuit) akan mudah

menempel pada sela-sela gigi dan sepanjang garis gusi. Hal ini yang akan

membentuk suatu substrat ideal tempat tumbuhnya bakteri dan terbentuknya

plak gigi (Sodikin, 2012). Makanan yang menempel tersebut juga akan

meningkatkan produksi asam sehingga bakteri Streptococcus Mutans (SM)

yang merupakan bakteri penyebab karies sangat menyukai lingungan asam

(Putri, 2015). Gula yang dikonsumsi akan dimetabolisme sedemikian rupa


67

sehingga terbentuk polisakarida yang memungkinkan bakteri melekat pada

permukaan gigi, selain itu juga akan menyediakan makanan cadangan energi

bagi metabolisme karies selanjutnya serta bagi perkembangbiakan kariogenik

(Ford PJR 1993 dalam Ramayanti 2013).

Faktor kebiasaan makan makanan kariogenik ini dianggap sebagai

faktor yang paling sering terjadi pada usia prasekolah. Ditunjang dalam

penelitian Sri ramayanti (2013) dikatakan bahwa makanan kariogenik

merupakan makanan utama pencetus terjadinya karies gigi. Hal tersebut

didukung oleh Rimm (2003) bahwa usia anak prasekolah pada umumnya

menyukai makanan manis. Kebiasaan ini terbentuk karena pengetahuan para

ibu mengenai diet yang baik bagi anak masih tergolong rendah, sehingga

mereka telah memperkenalkan makanan manis pada anak sejak balita

(Mustika, 2014). Selain itu, faktor lingkungan sekolah sangat

mempengaruhi perilaku anak dalam mengonsumsi karbohidat atau gula.

Kebiasaan mengonsumsi jajanan baik makanan maupun minuman pada

manusia terlebih pada anak-anak merupakan kegiatan yang fenomenal,

artinya meskipun orang tua atau anak itu sendiri telah mengatahui dampak

dari keseringan mengonsumsi makanan atau minuman manis, tapi jumlah

anak yang mengonsumsi jajanan semakin besar. Hal ini mungkin juga

disebabkan oleh karena semakin banyaknya variatif jajanan yang akan

membuat daya tarik anak semakin meningkat dalam hal jajanan. Didukung

pula oleh mudahnya mendapatkan jajanan kariogenik di warung-warung


68

serta dapat memberi rasa kenyang sehingga disukai oleh anak-anak

(Mamengko, 2016).

3. Pemberian Fluor (Penggunaaan Pasta Gigi)

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan pemberian fluor melalui penggunaan pasta gigi dengan

persentase paling tinggi yaitu pada kategori selalu berjumlah 43 orang

(89,6%), sedangkan persentase terendah yaitu pada kategori kadang-kadang

berjumlah 2 orang (4,2%). Menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluorida selain membantu untuk membersihkan gigi dengan baik, berperan

juga untuk melindungi gigi dari karies. Penggunaan pasta gigi yang

mengandung fluor sacara teratur dapat menurunkan insidensi karies gigi

sebesar 15%-30% (Sariningsih, 2012). Hasil penilitian ini ditunjang dalam

sebuah penelitian Sari (2014) dikatakan bahwa sebnayak 95,1 % anak dengan

kategori sering menggosok gigi menggunakan pasta gigi (odol), kadang-

kadang 3,7%, jarang 1,2 % dan yang tidak pernah tidak ada.

Fluor merupakan unsur kimiawi yang berfungsi terhadap ketahanan

gigi dari terbentuknya karies. Selain itu, fluor berfungsi menghambat enzim

pembentukan asam oleh bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut,

serta membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan

dalam bentuk fluoridasi air minum, pasta gigi, obat kumur, dan tablet fluor.

Fluor dapat menjadikan gigi tiga kali lebih tahan terhadap timbulnya karies

daripada gigi tanpa fluor (Guyton & Hall, 2008).


69

4. Kontrol ke Dokter Gigi

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki kebiasaan berkunjung ke dokter gigi dengan perentase paling tinggi

yaitu pada tidak pernah berjumlah 29 orang (60,4%), sedangkan persentase

terendah yaitu pada kategori sering berjumlah 1 orang (2,1%). Penelitian ini

ditunjang dalam penelitian Widayati (2014), menyatakan bahwa sebagian

orang tua yang masih dalam kategori kurang dalam hal memeriksakan gigi

anaknya secara rutin ke dokter gigi jauh lebih tinggi yaitu 42 orang (85,7 %)

dibandingkan dengan kategori baik yaitu 7 orang (14,3 %).

Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulut anaknya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan

membawa anaknya ke dokter gigi meskipun anak tidak sedang ada keluhan.

Kunjungan ke dokter gigi sejak dini diharapkan untuk membiasakan anak

melakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan agar anak terbiasa berhadapan

dengan dokter gigi yang nantinya akan memberikan efek psikologis yang

baik pada anak terhadap dokter gigi sebelum anak-anak memerlukan

perawatan gigi (Maulani, 2005).

5. Kebiasaan Menggosok Gigi

Berdasarkan penelitian yang terdiri dari 2 kategori yaitu rutin dan tidak

rutin ditemukan 23 orang anak (47,9%) yang memiliki kebiasaan menggosok

gigi dengan rutin dan 25 orang anak (52,1%) yang tidak rutin. Dapat diartikan

bahwa kebiasaan yang tidak rutin dalam hal kebiasaan menggosok gigi
70

masih lebih banyak dibandingkan yang rutin. Pada penelitian

Kusumaningrum (2014) menunjukkan bahwa perilaku ibu dalam dalam

perawatan gigi pada anak toddler sebagian besar dalam kategori kurang baik

sebanyak 33 orang (52,4%) dan kategori baik sebanyak 30 orang (47,6%).

Pada penelitian Rossyana (2015) menyatakan menggosok gigi di malam hari

sebelum tidur hanya terkadang dilakukan dan sebagian kecil responden

menyatakan kadang menggosok gigi di pagi hari setelah sarapan.

Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan,

bakteri dan plak. Sisa makanan bila tidak dibersihkan akan mengalami

pembusukan. Penyebab utama pembusukan adalah bakteri yang mendapatkan

makanan dari partikel makanan yang tertinggal pada gigi akibat cara

menyikat gigi yang salah (Rosdahl, 2015). Oleh karena itu, dalam

membersihkan gigi tidak hanya memperhatikan waktu menggosok gigi dan

bentuk sikat gigi yang digunakan, namun juga perlu diperhatikan tata cara

menggosok gigi yang baik dan benar. Menggosok gigi dengan baik penting

untuk memelihara mulut yang sehat dan mencegah gigi busuk (Rosdahl,

2015). Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan ditekankan pada

anak disegala umur.anak di bawah umur 5 tahun tidak dapat menjaga

kebersihan mulutnya secara benar dan efektif, maka orang tua harus

melakukan penyikatan gigi anak setidaknya sampai berumur 6 tahun

kemudian mengawasi prosedur ini secara teru-menerus (Angela, 2005).

Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan PH 5 menjadi normal (6-

7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies.


71

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Instrumen dalam penelitian ini, peneliti buat sendiri berlandaskan teori

yang ada dan dibuat dalam bentuk pernyataan atau sejenis dengan

pertanyaan tertutup. Sehingga bisa jadi pernyataan yang ada dalam

instrumen tersebut belum mewakili untuk setiap variabelnya.

2. Faktor langsung yang mempengaruhi karies gigi tidak dijadikan sebagai

variabel penelitian karena adanya kesulitan dalam pengambilan data.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data di Paly Group dan

TK Hom Pim Pa dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh

perempuan berjumlah 26 orang (54,2%) dan laki-laki berjumlah 22 orang

(45,8%).

2. Karakteristik responden bedasarkan usia didominasi oleh usia 5 tahun

dengan jumlah 21 orang (43,8%) dan paling sedikit usia 3 tahun berjumlah

3 orang (6,2%).

3. Gambaran karakteristik Bouttle Mouth:

a) Meminum susu atau minuman manis di usia ≥ 3-6 tahun dengan persentase

persentase tertinggi yaitu kategori tidak pernah 14 orang (29,2 %) dan

terendah yaitu kategori sering dan kadang-kadang berjumlah masing-

masing 9 orang (18,8%).

b) Meminum susu atau minuman manis jelang tidur hingga anak tertidur

dengan persentase tertinggi yaitu tidak pernah sebanyak 19 orang (39,6

%). Sedangkan persentase terendah kategori selalu dengan jumlah 7 orang

(14,6%).

4. Gambaran karakteristik konsumsi makanan kariogenik:

a) Konsumsi makanan karbohidrat (Roti, biskuit, krius-krius, kue, dll)

dengan persentase tertinggi yaitu kategori sering berjumlah 19 orang

72
73

(39,6%) dan persentase terendah yaitu kategori jarang berjumlah 2 orang

(4,2 %).

b) Konsumsi makanan manis (permen, coklat, ice cream, dll) dengan

persentase tertinggi yaitu kategori kadang-kadang berjumlah 16 orang

(33,3%), dan persentase terendah yaitu kategori selalu berjumlah 4 orang

(8,3%).

5. Gambaran karakteristik pemberian fluor melalui penggunaan pasta gigi

dengan persentase tetinggi yaitu pada kategori selalu berjumlah 43 orang

(89,6%) dan terendah yaitu pada kategori kadang-kadang berjumlah 2

orang (4,2%).

6. Gambaran karakteristik berkunjung ke dokter gigi dengan perentase

tertinggi yaitu kategori tidak pernah berjumlah 29 orang (60,4%),

sedangkan persentase terendah yaitu kategori sering berjumlah 1 orang

(2,1%).

7. Gambaran kebiasaan menggosok gigi untuk kategori rutin berjumlah 23

orang (47,9 %), dan yang tidak rutin berjumlah 25 orang (52,1 %).

B. Saran

1. Bagi Instansi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence based bagi

pengembangan ilmu keperawatan , khususnya mengenai pentingnya

perawatan kesehatan gigi dan mulut.


74

2. Bagi Instansi Sekolah

Meningkatkan minat guru dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi

dan mulut siswa siswi di sekolah dengan menjalin kerja sama antar

puskesmas setempat.

3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan mencari hubungan

setiap variabel dengan responden tidak hanya berfokus pada

kelompok kasus (karies gigi) saja tapi juga mengambil responden

yang tidak mengalami karies sebagai bahan perbandingan.

b. Diharapkan dapat menjadikan faktor langsung penyebab karies

sebagai variabel penelitian

c. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperluas variabel yang

diduga dapat mempengaruhi karies.

4. Bagi Puskesmas Setempat

Diharapkan petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan

masyarakat dengan tetap memberikan edukasi pada orang tua

khususnya ibu dalam mencegah kejadian karies pada anak prasekolah.

Petugas kesehatan di Puskesmas setempat juga hendaknya lebih

meningkatkan edukasi kepada anak sekolah mengenai kesehatan mulut

dalam upaya pencegahan karies gigi dengan rutin melakukan

kunjungan di setiap sekolah.


75

5. Bagi Orang Tua

Diharapkan pada orang tua, khususnya ibu agar senantiasa selalu

berperan aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. (2015). Karies dan Perawatan Pulpa pada Gigi Anak. Jakarta:
Sagung Seto.

Adams, et al. (2014). Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.

Angela, A. (2005). Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko KariesTinggi.


Majalah

Kedoktean Gigi.Vol.38 No. 130-134.

Anggraeni, Dian. 2007. Hubungan antara Konsumsi Karbohidrat dan Frekuensi


Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Penyakit Karies Gigi pada
Anak Prasekolah di TK ABA 52 Semarang.
Asse R. (2010). Kesehatan Gigi dan Dampak Sosialnya (Catatan dari Maratua).
From Kesehatan,.Kompasiana.com.
Best Practice Approach. (2011). Prevention and Control of Early Childhood
Tooth Decay. Astdd: Where Oral Health Live, hal. 1-32.

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Budisuari M.A, Mikrajab M.A & Oktarina. (2010). Hubungan Pola Makan dan
Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) di
Indonesia. Buletin Penelitan Sistem Kesehatan.Vol 13 No.1:83-91.

Cameron, A.C & Widmer R.P. (2008). Handbook of Pediatric Dentistry.


Missouri USA: MOSBY Elsevier.

Dahlan, S. (2008). Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang


Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Dahlan, S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.

First Nations Information Govermance centre (2012). First National Regional


Health Survey (RHS) 2008. National report on adults, youth and children living in
First Nations Communities. Ottawa, ON: FNIGC..

Guyton, Arthur C & Hal. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.
Guzman-Amstrong, S. (2005). Rampant Caries. The Jurnal of School Nursing,
vol.21, 272-278. Http: //jsn. Sagepub.com/conten/21/5/272.

76
77

Haq, Susilaningrum & Akbar. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka


Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Dasar 7-12 tahun di Kelurahan
Kenjeran Surabaya tahun 2012. ITS, Surabaya.
Hastono, S.P. (2006). Aalisis Data. Jakarta: UI Press.

Hidayat, Aziz A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Jenatu, Susilo & Wijayanti. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Timbulnya


Karies Gigi pada Siswa-Siswi di SD Inpres Tenda-Ruteng Kabupaten Manggarai
tahun 2013,STIK Carolus, Jakarta.

Kemenkes RI. (2014). Pusat Data dan Informasi:Situasi Kesehatan Gigi dan
Mulut. Jakarta.

Khotimah, Purnomo & Suhadi. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Karies Gigi pada Anak 6-12 Tahun di SDN Karangayu 03 Semarang.

Kiswaluyo. Hubungan Karies dengan Umur dan Jenis Kelamin Siswa SD di


Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates dan Puskesmas Payakumbuh Kabupaten
Jember. Stomatognatic.Vol 7 No.1,2010:26-30.

Kusumaningrum W. (2014). Gambaran perilaku Orang Tua dalam Perawatan Gigi


Karies Anak Toddler di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

Machfoeds. (2008). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu
Hamil.Yogyakarta: Fitramaya.

Mamengko W, Shirley & Krista. (2016). Gambaran Konsumsi Jajanan dan Status
Karies pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano
Barat. Jurnal e-GiGi (eG). Vol.4 No.1 : 17-21.

Maulani. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

Mitchell L, Mitchel D, & McCaul. (2015). Kedokteran Gigi Klinik. Jakarta: EGC.

Mustika, Carabelly & Cholil. (2014). Insidensi Karies Gigi pada Anak Usia
Prasekolah di TK Merah Mandiangin Martapura Periode 2012-2013. Dentino. Vol
II No.2:200-204.

Muttaqin, Arif & Sari Kumala. (2011). Gangguan Gastroinestinal:Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
78

Ngantung, Gunawan & Pangemanan. (2014). Pengaruh Tingkat Sosial Ekonomi


Orang Tua terhadap Karies Anak di TK HangTuah Bitung. Jurnal e-Gigi. Vol 3
No.2:542-548.

Nugroho, Kusumawati & Raharjo. Hubungan Tingat Pengetahuan dan Perilaku


Orang Tua Tentang Pemberian Susu Botol dengan Kejadian Karies Gigi pada
Siswa Prasekolah.Jurnal Kesehatan. Desember 2012,Vol 5 No. 2:165-174.

Oktriananda, Bedi. Hubungan Waktu, Teknik Menggosok Gigi dan Jenis Makanan
yang Dikonsumsi dengan Kejadian Karies Gigi pada Murid SDN Payakumbuh di
Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Payakumbuh Tahun 2011. UNAND,Padang.

Potter & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Priyanto, A. (2008). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Putri, M.H. (2015). Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.

Ramayanti & Purnakarya. (2013). Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies


Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 7 No.2.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2007). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 200.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Rosdahl, C.B & Kawalski. (2012). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.

Rossyana, S dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan


mulut Anak Usia Prasekolah di Pos PAUD Perlita Vinolia Kelurahan Mojolangu.
Jurnal Keperawatan. Vol 6 No.2:132-141.
Scanlon,VC & Sanders T. (2007). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:
EGC.
Sheiham. (2006). Dental Caries Affects Body Weight,Growth and Quality of Life
in Preschool Children. British Dental Journal. Vol 201 No.10:625-626.

Sloane, E. (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.


Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatbilier. Jakarta: Salemba Medika.
Soeyoso, Mutaha & Zaman. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Karies Gigi
Murid SD Kelas III-IV Negeri 161 Kota Palembang tahun 2009. Jurnal
Kesehatan Bina Husada, Vol 6 No.1:12-17.

Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.


79

Sundoro, EH. (2007). Serba-Serbi Ilmu Konservasi Gigi.Jakarta:UI Press.

Supariani, Artawa & Wirata. (2013). Hubungan Karbohidrat pada Susu yang
Dikonsumsi dengan Kejadian Karies Gigi Botol pada Anak Play Group. Jurnal
Kesehatan Gigi.Vol.1 No.1.

Suratri, Andayasari & Sintawati. (2006). Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Orang


Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia TK di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Banten Tahun 2014. Media Litbangkes.Vol 26
No 2, 119-126.

Susi, Hafni Bachtiar & Ummul Azmi. (2012). Hubungan Status Sosial Ekonomi
Orang Tua dengan Karies pada Gigi Sulung Anak Umur 4 dan 5 tahun. Majalah
Kedokteran Andalas. Vol 36 No.1. 96-105.

Sutjipto Rahel , Herawati & Kuntari. (2014). Prevalensi Early Childhood Caries
and Savere Early Childhood Caries pada Anak Praseoklah di Gunung Anyar
Surabaya. Dental. Vol 47 No.4:186-189.

Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Utami, S. (2013). Hubungan antara Plak Gigi dengan Tingkat Keparahan Karies
Gigi Anak Usia prasekolah. IDJ. Vol 2 No.2: 9-14.

Whitmer, E. (2012). Tooth Decay in Young Children: You Can Prevent it!.The
University of Arizona Cooperative Extension.

Wibowo A, dkk. 2008. Modul SPSS. Surabaya.Departemen Biostatsitika dan


Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Uiversitas Airlangga.

Widayati, N. (2014). Faktor yang berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak
Usia 4-6 Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol 2 No.2:196-205.
Wong, L Dnna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.

Zafar, Harnekar & Siddiqi. Early Childhood Caries: Etiology,Clinical


Consideration, Consequences and Management. Interantional Dentistry SA.Vol
11 No.4:24-32.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Orang Tua Siswa/siswi
Di Tempat

Saya (Nurfauzia) mahasiswi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran
Karakteristik pada Anak Usia praskeolah (3-6) Tahun dengan Karies di Ciputat
Timur ”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir (SKRIPSI) di FKIK UIN Jakarta.Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya karies.
Untuk keperluan tersebut, saya memohon ketersediaan orang tua responden untuk
mengisi kuesioner yang telah disediakan peneliti dengan kejujuran dan apa
adanya. Jawaban Bapak/Ibu dijamin kerahasiannya.
Demikian, lembar persetujun ini kami buat. Atas bantuan dan
partisipasinya saya mengucapkan terimakasih.
Catatan: coret salah satu pernyataan bersedia/tidak bersedia.

Jakarta,....Maret
2017
Orang Tua/Wali responden
(........................................)
Lampiran 6

KUESIONER

Gambaran Karakteristik pada Anank Usia praskeolah (3-6)


Tahun dengan Karies di Ciputat Timur

Tujuan:

Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi “Gambaran Karakteristik pada


Anank Usia praskeolah (3-6) Tahun dengan Karies di Ciputat Timur”.

Petunjuk Pengisian:

kolom yang tersedia.

I. DATA DEMOGRAFI
DATA UMUM

A. Identitas Responden
1. No Responden :
2. Nama (Inisial) siswa/siswi :
3. Jenis kelamin : Perempuan Laki-Laki
4. Usia : Tahun
DATA KHUSUS

Petunjuk pengisian:

1. Beri ta
2. Jika salah mengisi jawaban, coret/silang jawaban tersebut dan beri tanda
ceklis pada jawaban yang dianggap benar

N Pernyataan Selal Sering Kadan Jaran Tidak


o “Bouttle Mouth” u g g Perna
h
1 Saya memberikan susu/minuman
manis melalui botol/dot pada usia
diantara ≥3-6 tahun

2 Saya memberikan susu/minuman


manis melalui botol/dot menjelang
tidur hingga anak tertidur pada usia
diantara ≥3 tahun-sekarang
No PERNYATAAN Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak
“Konsumsi Makanan Kadang pernah
Kariogenik”
1 Anak saya
mengonsumsi makanan
karbohidrat (Roti,
biskuit, krius-krius,
snack, kue, dll) diantara
waktu makan

2 Anak saya
mengonsumsi makanan
manis (permen, coklat,
ice cream, pop ice, dll)
diantara waktu makan

No PERNYATAAN selalu sering Kadang- Jarang Tidak


“Pemberian kadang pernah
fluor”
1 Kami sekleuarga
termasuk anak
saya menggosok
gigi
menggunakan
pasta gigi

No PERNYATAAN Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak


“Kontrol Ke Kadang Pernah
Dokter Gigi”
1 Saya membawa
anak saya
berkunjung ke
dokter gigi untuk
kontrol gigi
meskipun anak
saya tidak ada
keluhan dengan
giginya
N PERNYATAAN Selal serin Kadan Jaran Tidak
o “Kebiasaan Menggosok Gigi” u g g- g Pernah
kadang
1 Anak saya menggosok gigi minimal
2 kali dalam sehari

2 Anak saya menggosok gigi setelah


sarapan
3 Anak saya menggosok gigi sebelum
tidur malam

4 Anak saya menggosok gigi


menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus dan kecil

5 Anak saya menggosok gigi dengan


baik dan benar:
a. Menggosok seluruh
permukaan gigi kiri, kanan,
depan bagian atas dan
bawah dengan gerakan
memutar
b. Menggosok seluruh
permukaan gigi kiri, kanan,
depan bagian dalam dengan
gerakan lurus
c. Menggosok gigi bagian
pengunyah
d. Menggosok lidah 1 kali
e. Berkumur 2 kali
HASIL VALIDITAS DAN REABILITAS

1. Scale: ALL VARIABLES (Bouttle Mouth)

Correlations
P1 P2 Skor_total
P1 Pearson Correlation 1 .978** .995**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
P2 Pearson Correlation .978** 1 .995**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
Skor_total Pearson Correlation .995** .995** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.989 2
2. Scale: ALL VARIABLES (Konsumsi Makanan Kariogenik)

Correlations
P1 P2 Skor_total
P1 Pearson Correlation 1 .612** .898**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
P2 Pearson Correlation .612** 1 .897**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
**
Skor_total Pearson Correlation .898 .897** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.759 2

3. Scale: ALL VARIABLES (Pemberian Fluor)

Correlations
P1 P2 Skor_total
*
P1 Pearson Correlation 1 -.369 .829**
Sig. (2-tailed) .045 .000
N 30 30 30
P2 Pearson Correlation -.369* 1 .214
Sig. (2-tailed) .045 .257
N 30 30 30
Skor_total Pearson Correlation .829** .214 1
Sig. (2-tailed) .000 .257
N 30 30 30
Correlations
P1 P2 Skor_total
*
P1 Pearson Correlation 1 -.369 .829**
Sig. (2-tailed) .045 .000
N 30 30 30
*
P2 Pearson Correlation -.369 1 .214
Sig. (2-tailed) .045 .257
N 30 30 30
Skor_total Pearson Correlation .829** .214 1
Sig. (2-tailed) .000 .257
N 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alphaa N of Items
-.935 2

4. Scale: ALL VARIABLES (Kontrol ke Dokter Gigi)


Correlations
P1 Skor_total
P1 Pearson Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
Skor_total Pearson Correlation 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
1.000 2
5. Scale: ALL VARIABLES (Kebiasaan Menggosok Gigi)

Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Skor_Total
P1 Pearson Correlation 1 -.145 .306 .570** .436* .488** .447* .446* .459* .697**
Sig. (2-tailed) .444 .100 .001 .016 .006 .013 .014 .011 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P2 Pearson Correlation -.145 1 .434* .310 .142 .174 .210 .278 .127 .380*
Sig. (2-tailed) .444 .017 .095 .454 .359 .265 .136 .503 .039
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .306 .434* 1 .290 .475** .294 .184 .552** .005 .577**
Sig. (2-tailed) .100 .017 .120 .008 .115 .329 .002 .981 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P4 Pearson Correlation .570** .310 .290 1 .392* .546** .591** .351 .595** .786**
Sig. (2-tailed) .001 .095 .120 .032 .002 .001 .057 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P5 Pearson Correlation .436* .142 .475** .392* 1 .622** .594** .263 .200 .701**
Sig. (2-tailed) .016 .454 .008 .032 .000 .001 .160 .290 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P6 Pearson Correlation .488** .174 .294 .546** .622** 1 .826** .313 .470** .782**
Sig. (2-tailed) .006 .359 .115 .002 .000 .000 .092 .009 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** **
P7 Pearson Correlation .447 .210 .184 .591 .594 .826** 1 .099 .624** .786**
Sig. (2-tailed) .013 .265 .329 .001 .001 .000 .603 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P8 Pearson Correlation .446* .278 .552** .351 .263 .313 .099 1 .198 .555**
Sig. (2-tailed) .014 .136 .002 .057 .160 .092 .603 .293 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P9 Pearson Correlation .459* .127 .005 .595** .200 .470** .624** .198 1 .650**
Sig. (2-tailed) .011 .503 .981 .001 .290 .009 .000 .293 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Skor_Total Pearson Correlation .697** .380* .577** .786** .701** .782** .786** .555** .650** 1
Sig. (2-tailed) .000 .039 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.840 9
Hasil Univariat
1. Jenis Kelamin
Statistics

N Valid 48

Missing 0

jeniskelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid lk 22 45.8 45.8 45.8

pr 26 54.2 54.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

2. Usia
Statistics

N Valid 48

Missing 0

Mean 4.92
Median 5.00
Std. Deviation .871

Minimum 3
Maximum 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 3 6.2 6.2 6.2

4 11 22.9 22.9 29.2

5 21 43.8 43.8 72.9

6 13 27.1 27.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

3. Bouttle Mouth
a. Pernyataan 1

Statistics
botolmood1
N Valid 48
Missing 0
Mean 3.08
Median 3.00
Std. Deviation 1.596
Minimum 1
Maximum 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidakpernah 14 29.2 29.2 29.2
Jarang 3 6.2 6.2 35.4
Kadang-kadang 9 18.8 18.8 54.2
Sering 9 18.8 18.8 72.9
Selalu 13 27.1 27.1 100.0
Total 48 100.0 100.0
b. Pernyataan 2

Statistics
botolmood2
N Valid 48
Missing 0
Mean 2.67
Median 3.00
Std. Deviation 1.548
Minimum 1
Maximum 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidakpernah 19 39.6 39.6 39.6
Jarang 3 6.2 6.2 45.8
Kadang-kadang 8 16.7 16.7 62.5
Sering 11 22.9 22.9 85.4
Selalu 7 14.6 14.6 100.0
Total 48 100.0 100.0

4. Konsumsi Makanan Kariogenik


a. Pernyataan 1

Statistics
kariogenik1
N Valid 48
Missing 0
Mean 3.35
Median 4.00
Std. Deviation 1.229
Minimum 1
Maximum 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidakpernah 7 14.6 14.6 14.6
Jarang 2 4.2 4.2 18.8
Kadang-kadang 13 27.1 27.1 45.8
Sering 19 39.6 39.6 85.4
Selalu 7 14.6 14.6 100.0
Total 48 100.0 100.0

b. Pernyataan 2

Statistics
karigenik2
N Valid 48
Missing 0
Mean 2.90
Median 3.00
Std. Deviation 1.225
Minimum 1
Maximum 5

Frequen Percen Valid Cumulative


cy t Percent Percent
Val Tidakpernah 9 18.8 18.8 18.8
id
Jarang 7 14.6 14.6 33.3
Kadang-
16 33.3 33.3 66.7
kadang
Sering 12 25.0 25.0 91.7
Selalu 4 8.3 8.3 100.0
Total 48 100.0 100.0
5. Pemberian Fluor (Penggunaan Pasta Gigi)

Statistics
flour1
N Valid 48
Missing 0
Mean 1.15
Median 1.00
Std. Deviation .461
Minimum 1
Maximum 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 43 89.6 89.6 89.6
Sering 3 6.2 6.2 95.8
Kadang-kadang 2 4.2 4.2 100.0
Total 48 100.0 100.0

6. Kontrol ke dokter gigi

Statistics

N Valid 48
Missing 0
Mean 4.38
Median 5.00
Std. Deviation 1.003
Minimum 1
Maximum 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 2 4.2 4.2 4.2
Sering 1 2.1 2.1 6.2
Kadang-kadang 3 6.2 6.2 12.5
Karang 13 27.1 27.1 39.6
Tidakpernah 29 60.4 60.4 100.0
Total 48 100.0 100.0

7. Kebiasaan Menggosok Gigi


Statistics

N Valid 48
Missing 0
Mean .52
Median 1.00
Std. Deviation .505
Minimum 0
Maximum 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rutin 23 47.9 47.9 47.9
Tidak Rutin 25 52.1 52.1 100.0
Total 48 100.0 100.0

You might also like