You are on page 1of 92

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL

SANTRI KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH


PERSATUAN ISLAM 69 MATRAMAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

OLEH :

SITI MARYAM MUKHSINAH

NIM : 1110104000037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

1435 H/2014 M
SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY

Undergraduate Thesis, July 2014

Siti Maryam Mukhsinah, NIM: 1110104000037

Preview Sexual Knowledge Level in 2nd grade Students of Islamic Junior


High School (MTs) 69 Matraman

xviii + 52 pages + 14 tables + 2 charts + 5 attachments

ABSTRACT

Adolescents are is a critical period of transition from childhood to adulthood.


Adolescents are experiencing hormonal changes, physical, psychological, and
social. Genetic factors, nutrition, and environment are play a role in the onset of
puberty. These changes are also characterized by emotional and psychological
maturity. The purpose of this study is a current look at the preview sexual
knowledge level in 2nd grade Students of Islamic Junior High School (MTs) 69
Matraman. The sample are 56 people and techniques used by the total sampling.
The design used in the study was a descriptive, which describes the level of
knowledge. The result showed that there were 42,9% of respondents (n=24) who
have less knowledge. Respondents who have a good knowledge of the
respondents 16,1% (n=9). Respondent's average age was 14 years with female
gender and the remaining amount to 57,1% of men. The majority is raised by
parents (89,3%, n=50). The main information about the sexual knowledge of most
of the tv/radio/magazines/books (25%, n = 14).

Keywords: Knowledge, Sexual, Adolescents

Reference: 45 (years 1992-2014)

iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Skripsi, Juli 2014

Siti Maryam Mukhsinah, NIM: 1110104000037

Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah


Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam 69 Matraman

xviii + 52 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Remaja merupakan periode kritis peralihan dari masa anak menjadi dewasa.
Remaja mengalami perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Faktor
genetik, nutrisi, dan lingkungan berperan dalam masa pubertas. Perubahan ini
juga ditandai dengan kematangan emosi dan psikis. Tujuan dari penelitian ini
adalah utuk melihat gambaran tingkat pengetahuan seksual santri kelas VIII MTs.
Persatuan Islam 69 Matraman. Sampel dalam penelitian sebanyak 56 orang dan
teknik yang digunakan dengan teknik total sampling. Desain pada penelitian yang
digunakan adalah desain deskriptif, yaitu menggambarkan mengenai tingkat
pengetahuan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 42,9% responden (n=24) yang
memiliki pengetahuan kurang. Responden yang memiliki pengetahuan baik 16,1%
responden (n=9). Responden rata-rata berusia 14 tahun dengan jenis kelamin
perempuan berjumlah 57,1% dan sisanya laki-laki. Mayoritas diasuh oleh orang
tua (89,3%, n=50). Informasi utama tentang pengetahuan seksual sebagian besar
dari tv/radio/majalah/buku (25,0%, n=14).

Kata kunci: Pengetahuan, Seksual, Remaja

Referensi: 45 (years 1992-2014)

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Maryam Mukhsinah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juni 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Johar Baru No.3

Hp : +6289702899960

E-mail : maryam_bintuharis@yahoo.co.id

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Parkit 1997-1998

2. SDN 31 Pagi 1998-2004

3. MTs. Persatuan Islam 69 Matraman 2004-2007

4. MA. Persatuan Islam 69 Matraman 2007-2010

5. Universitas Islam Negeri Jakarta 2010-sekarang

viii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.


Cinta dan kasih sayang-Nya telah memberikanku
kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Shalawat dan
salam selalu terlimpah kepada Rasulullah
Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini kepada orang yang


sangat aku kasihi dan kusayangi

Papa (Alm) dan mama tercinta

Sebagai rasa terima kasih yang tidak terhingga


kupersembahkan karya ini kepada papa (Alm) dan
mama yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan dan cinta kasihnya yang tiada pernah
akan dapat kubalas. Untuk papa (Alm) dan mama
yang selalu memberikan motivasi dan kasih
sayangnya, selalu mendoakanku, dan memberikan
nasehat untukku agar menjadi lebih baik.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Seksual Santri Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Persatuan Islam 69 Matraman”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna

mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama

kuliah.

Penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari

semua pihak baik dorongan moral dan materil. Penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp. And., selaku dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM, selaku Ketua Program Studi dan

Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Karyadi, Ph.D dan Bapak Jamaludin,S.Kp.M.Kep, selaku Dosen

Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah

meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar

kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

x
4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, Bapak Jamaludin, S.Kp. M.Kep, dan

Bapak Karyadi, Ph.D, selaku dosen penguji skripsi, terima kasih sebesar-

besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

5. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Akademik,

terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan

memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

6. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakartayang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk

di bangku kuliah.

7. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

8. Mudir (Kepala Sekolah), staf pengajar, dan staf karyawan MTs. Persatuan

Islam 69 Matraman yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.

9. Mama yang telah mendidik dan mencurahkan semua kasih sayang tiada

tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan dorongan moral

dan materil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman FKIK 2010, PSIK 2010, CSS MoRA Keperawatan 2010,

SEFTer Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah, KAMMI, dan sahabat-

sahabat saya Reno, Hilma, Novitasari, dan Yoga yang berjalan dan

berjuang bersama, memberi inspirasi, menghibur dan memberi masukan

xi
selama menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang telah

mendo’akan selama proses pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna.

Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan

kemampuan penulis dalam melihat fakta, dan memecahkan masalah yang

ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu,

segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini,

penulis akan terima dengan hati terbuka dan terima kasih.

Jakarta, Juli 2014

Siti Maryam Mukhsinah

xii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ………………………………………….……………... i
Lembar Pernyataan ………………………………………………......... ii
Abstrak …………………………………………………....................... iii
Abstract …………………………………………………...................... iv
Pernyataan Persetujuan ……………………………….………..……... v
Lembar Pengesahan ……………………………...…………...….......... vi
Daftar Riwayat Hidup …………………………….……….………….. viii
Lembar Persembahan ……………………………………………......... ix
Kata Pengantar …………………………………………….….............. x
Daftar Isi ………………………………………………….…………… xiii
Daftar Tabel …………………………………………………................ xvi
Daftar Bagan ……………………………………………….................. xvii
Daftar Lampiran ………………………………..……………………... xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………….......... 3
C. Pertanyaan Penelitian …………………………………………. 4
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4
E. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Remaja ………….……………………………………………... 6
1. Pemgertian Remaja ………………………………………... 6
2. Perkembangan Remaja ………………………………......... 7

xiii
B. Pengetahuan ………………………..…………………............. 13

1. PengertianPengetahuan ……………………………………. 13
2. Tingkat Pengetahuan ……….……………………………... 13
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ………………… 15
C. Seksual ………………………..………………………………. 16
1. Pengertian Seksual ………………………………............... 16
2. Faktor yang Mempengaruhi Seksual ……………………… 17
D. Kerangka Teori ………………………………………............... 19

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI


OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ....................................................................... 20
B. Definisi Operasional …………………………………............... 21

BAB IV METODELOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian ….………………………………................... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………................ 24
C. Subjek Penelitian …………………….…………..…................. 24
D. Alat Pengumpulan Data ……………………………………… 25
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ………………………….. 27
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas …………………............... 28
G. Metode Pengambilan Data ......................................................... 29
H. Etika Penelitian .......................................................................... 30
I. Pengolahan Data ........................................................................ 32
J. Analisa Data …………………………………………............... 33

xiv
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Profil MTs.Persatuan Islam 69 Matraman ……………............. 34
B. Hasil Analisa Univariat ……………………………..……….... 35
1. Gambaran Karakteristik Responden ………………………. 35
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan…………………………... 37

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat …………………………………………....... 41
B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………...... 49

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ……………………………………………….... 51
B. Saran ……………………………………………………….. 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Hormon dan Pengaruhnya 8
3.1 Definisi Operasional 22
4.1 Kisi-kisi Sub Pengetahuan 26
4.2 Hasil Uji Validitas 28
5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 35
5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis 35
Kelamin
5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengasuh 36
5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber 36
Pengetahuan
5.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual 37
5.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Sub 37
Pengetahuan
5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Usia 38
5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan Jenis 38
Kelamin
5.9 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan 39
Pengasuh
5.10 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Berdasarkan 39
Sumber Pengetahuan

xvi
DAFTAR BAGAN

Halaman
2.1 Kerangka Teori 19
3.1 Kerangka Konsep 21

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

xviii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Menurut WHO Seorang dikatakan remaja bila berusia diantara 10

sampai 19 tahun. Remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja

Indonesia adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24

tahun, (Depkes, 2006). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan

bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta

diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436

jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%) (Wahyuni

dan Rahmadewi, 2011).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan

fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan

remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain

sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2012).

Diantara perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya

pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh seperti panjang

dan tinggi, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi ditandai dengan haid pada

perempuan dan mimpi basah pada laki-laki dan tanda-tanda seksual

sekundernya yang tumbuh (Sarwono, 2012).

Pada masa ini, remaja diajarkan tentang perubahan yang terjadi pada

tubuhnya. Organ dan fungsi apa saja yang mengalami perubahan serta

1
2

bagaimana dampaknya pada tubuh. Tujuannya agar remaja mengerti

bagaimana remaja dapat mengerti dan dapat mengambil tindakan yang tepat

dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Data dari BKKBN (2007) remaja perempuan dan laki-laki usia 15

sampai 24 tahun yang tahu tentang masa subur baru mencapai 29% dan

32,3%. Remaja perempuan dan laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan

jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai

49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14 sampai 19

tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual

pranikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%.

Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga

bulan Maret 2007 mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah

mencapai 8.988 orang, dimana separuh dari kasus AIDS ini adalah kelompok

remaja (umur 15 sampai 19 tahun = 2,7%, umur 20 sampai 29 tahun = 54,7%)

(BKKBN, 2007).

Berbagai penelitian telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa

kemungkinan akibat dari kurangnya pengetahuan seks dan informasi yang

kurang tepat tentang seksualitas, hal tersebut berdampak pada perilaku seks

yang keliru dan menyimpang dikalangan remaja. Permasalahan tersebut

menunjukkan bahwa remaja perlu mendapatkan perhatian untuk memperoleh

informasi dan pemahaman yang benar tentang seksual, agar terhindar dari

perilaku seks bebas yang dapat menimbulkan dampak seperti kehamilan


3

diluar nikah, aborsi dan penyakit menular seksual (PMS), HIV dan AIDS

(BKKBN, 2007).

Selama ini remaja umumnya telah menempatkan media massa sebagai

sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orang tua dan

teman sebaya, karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik

mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas remaja (Brown, 2003 dalam

Wibowo, 2004).

Melalui wawancara yang peneliti lakukan pada 5 santri di MTs.

Persatuan Islam 69 Matraman, peneliti menemukan bahwa santri masih belum

mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama masa pubertas dan

permasalahan-permasalahan seksual seperti penyakit menular. Hal ini

didukung oleh pernyataan kepala sekolah bahwa masih kurangnya informasi

yang diperoleh oleh santri terkait pengetahuan seksual. Berdasarkan informasi

ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait tingkat pengetahuan

seksual santri MTs Persatua Islam 69 Matraman.

B. Rumusan Masalah

Masa remaja merupakan tahapan antara masa kanak-kanak dengan

masa dewasa yang terjadi antara usia 10-18 tahun. Sebelum memasuki masa

remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

periode pubertas inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan

perkembangan fisik dari anak-anak menjadi dewasa serta mengalami

kematangan organ reproduksi seksual. (Susanti, 2012).


4

Masa pubertas pada perempuan dan laki-laki ditandai oleh pertumbuhan

fisik yang cepat dan menarche pada perempuan dan first ejaculation pada laki-

laki, perubahan psikologis dan timbulnya ciri-ciri seks sekunder. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di MTs Persatuan Islam 69 Matraman mayoritas

menunjukkan kurangnya pengetahuan santri tentang pengetahuan seksual. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk meneliti terkait gambaran tingkat pengetahuan

seksual santri kelas VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik santri di MTs Persatuan Islam 69

Matraman?

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan

Islam 69 Matraman?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan Islam 69

Matraman.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran karakteristik santri MTs. Persatuan Islam 69

Matraman

b) Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seksual santri MTs.

Persatuan Islam 69 Matraman


5

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai tingkat pengetahuan seksual santri MTs. Persatuan Islam 69

Matraman, sebagai upaya peningkatan pelayanan pendidikan dan

bimbingan bagi santri

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan rujukan

oleh perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam memberikan promosi

kesehatan tentang pendidikan seksual.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pengetahuan seksual pada remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Masa remaja ialah “tumbuh hingga mencapai kematangan”,

secara umum berarti proses fisiologis, sosial, dan kematangan yang

dimulai dengan perubahan pubertas (Wong dkk, 2008). Pubertas adalah

perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh

dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock,

2003).

Remaja yang dalam bahasa Inggris “adolesence”, berasal dari

bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau

dalam perkembangan menjadi dewasa (Wahyuni dan Rahmadewi, 2011).

Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa, yang

ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, kognitif, sosial,

moral dan agama (Sarwono, 2012). Selama periode ini, individu

mencapai kematanga fisik maupun seksual (Santrock, 2008).

Remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi

dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan

sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri

(Sarwono, 2012).

6
7

Masa remaja dibagi menjadi dua yaitu, masa remaja awal dan

remaja akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah dan

masa remaja akhir kira-kira setelah usia 15 tahun (Santrock, 2003).

Remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia adalah

perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24 tahun,

(Departemen Kesehatan, 2006 dalam Sulistiyowati dan Senewe, 2010).

Haber, Hoskins, Leach, dan Sideleau (1987 dalam Hamid, 2008)

menentukan batasan remaja antara 12-18 tahun. Santrock (2003) Masa

remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia

18 dan 22 tahun. Batasan usia menurut WHO (2007, dalam Efendi, 2009)

adalah 12 sampai 24 tahun.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

remaja merupakan masa transisi menjadi dewasa dengan perubahan yang

terjadi pada rentang usia 10 sampai 24 tahun dan belum kawin.

2. Perkembangan pada Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,

bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-

perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul

antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik (Sarwono,

2012). Perubahan yang terjadi antara lain perubahan fisik, kognitif,

psikososial dan moral (Sarwono, 2012).


8

a. Perkembanga fisik

Perkembang fisik yang berpengaruh besar terhadap

perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (tubuh menjadi

panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai

dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-

tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2012).

Hormon adrenal androgen secara kimiawi menyerupai

testosteron. Hormon ini berperan pada perempuan untuk menstimulasi

pertumbuhan serta mengatur perkembangan rambut pada pubis. Pada

pria, hormon ini kurang berpengaruh karena adanya hormon

testosteron (Boyd dan Bee, 2009 dalam Dewi, 2012).

No Kelenjar Hormon Pengaruh Pada Tubuh


1 Pituitari Hormon Sebagai pengatur
Pertumbuhan kelenjar lain untuk
mengontrol maturasi
tubuh.
2 Tiroid Tiroksin Meningkatkan laju
metabolisme; esensial
untuk pertumbuhan
normal dan
perkembangan saraf.
3 Adrenal Adrenal Androgen Membentuk
karakterikstik seks
sekunder pada
perempuan
4 Ovarium a. Progesteron a. Bertugas untuk
mematangkan dan
mempersiapkan sel
telur (sehingga siap
untuk dibuahi).
b. Estrogen b. Aktif dalam
mengatur siklus
9

menstruasi dan
pertumbuhan
payudara pada
wanita. Hormon ini
kurang begitu aktif
dalam membentuk
karateristik seks
sekunder pada
perempuan.
5 Testis Testosteron Pembentukan organ
genital pada janin laki-
laki, serta berperan
dalam pembetukan
karakteristiks primer
dan sekunder pada laki-
laki.

Tabel 2.1 Hormon dan Pegaruhnya (Boyd dan Bee, 2009 dalam

Dewi, 2012, Sarwono, 2012 dan Syaifuddin, 2006)

Pubertas masa dimana terjadi perubahan hormonal dan

perubahan fisik yang terjadi pada remaja (Santrock, 2008). Perubahan

pada remaja dibagi menjadi dua yaitu perubahan karakteristik seks

primer dan perubahan karakteristik seks sekunder. Perubahan

karakteristik primer pada laki-laki ditandai dengan perkembangan

testis dan penis. Pada perempuan ditandai dengan perubahan pada

ovarium, uterus dan vagina. Perubahan karakteristik sekunder pada

laki-laki ditandai dengan adanya perubahan suara atau timbulnya

jakun, muncul rambut pada wajah seperti kumis dan jenggot.

Perubahan karakteristik sekunder pada perempuan ditandai dengan

pertumbuhan payudara, pembesaran panggul (Boyd dan Bee, 2009


10

dalam Dewi, 2012). Berdasarkan pemaparan terhadap perubahan

karakteristik seks primer dan seks sekunder dapat diambil kesimpulan

bahwa perubahan karakteristik seks primer dipusatkan pada organ

utama, sedangkan karakteristik seks sekunder pada organ pendukung.

Perisiwa awal dimulainya pubertas yakni tumbuh rambut pada

ketiak maupun daerah genital, kemudian diikuti dengan

perkembangan penis pada laki-laki dan perkembangan payudara pada

perempuan. Pubertas diikuti dengan peristiwa menarche dan first

ejaculation (Dewi, 2012).

Peristiwa menarche dan first ejaculation menandakan bahwa

tubuh siap untuk bereproduksi. Menarche merupakan menstruasi yang

pertama kali dialami perempuan, dimana secara fisik ditandai dengan

keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan endometrium.

(Silvana, 2008). Sel telur yang tidak dibuahi menyebabkan lapisan

yang menyelimuti rahim ini meluruh atau disebut menarche

(Sherwood, 2001). Sedangkan peristiwa first ejaculation atau yang

lazim disebut dengan mimpi basah menandakan bahwa tubuh telah

menghasilkan sperma yang dapat membuahi sel telur (Dewi, 2012).

b. Perkembangan kognitif

Intelegensi memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap

lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan

melalui perilakunya dapat membentuk individu dan mempertahankan

keseimbangan dengan lingkungannya (Piaget dalam Wong, et al., 2008).


11

Remaja berada pada tahap formal operation. Karakteristik pada

tahap formal operatio tersebut adalah (Wadsworth, 1996 dalam Dewi,

2012):

 Mampu berfikir deduktif, artinya remaja dapat menjelaskan secara

logis dan alur berpikir yang sistematis.

 Mampu berfikir induktif, artinya remaja mulai dapat menyimpulkan

sesuatu berdasarkan pengalamannya sendiri.

 Memiliki sifat idealis, yaitu segala sesuatu harus sesuai jalurnya.

c. Perkembangan Psikososial Erikson

Pertumbuhan psikososial menurut Erikson terjadi dalam fase yang

berurutan, setiap tahap bergantung pada penyelesaian dan tugas kehidupan

sebelumnya (Videbeck, 2008). Masa remaja menurut Erikson ada pada

tahap Identity versus identity confusion. Pada tahap ini, remaja berusaha

untuk menemukan identitas diri siapa saya, apa yang ada dalam diri saya

dan bagaimana jalan saya untuk hidup (Santrock, 2003).

Individu yang telah mecapai kematangan kepribadian ditandai

dengan terbentuknya aspek identitas diri akan membentuk seseorang untuk

selalu berusaha mengembangkan diri dengan menjalin relasi sosial yang

lebih luas. Individu yang gagal mencapai identitas diri menyebabkan

individu mengalami kebingungan identitas. Kebingungan dalam berperan

sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosialnya. Dirinya diwarnai dengan perasaan ragu-ragu, minder, dan sulit

untuk mengaktualisasikan segala potensi dirinya secara tepat (Dariyo,

tidak tercantum tahun).


12

d. Perkembangan Moral Kohlberg

Dalam urtan perkembangan anak-anak mendapatkan cara berpikir

moral. Teori yang dibuat berdasarkan perkembangan kognitif dan terdiri

atas tiga tingkat utaman berikut ini, yang masing-masing melalui dua tahap

(Kohlberg, 1968 dalam Wong, et al,. 2008):

 Tingkat Prakonventional

Tingkat ini dalam perkembangan moral sejajar degan tingkat

praoperasional dalam perkembangan kognitif dan pemikiran intuitif.

Terorientasi secara budaya dengan lebel baik/buruk dan salah/benar.

 Tingkat Konvensional

Pada tahap ini anak-anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas.

Mereka menghargai pemeliharaan harapan keluarga, kelompok, atau

negara tanpa memedulikan konsekuensinya. Tingkat ini berkaitan

dengan tahap operasional konkret dalam perkembangan kognitif.

 Tingkat Pascakonvensional, Autonomi, Atau Prinsip.

Individu telah mencapai tahap kognitif operasional formal.

Perilaku yang tepat cenderung didefinisikan dari segi hak-hak dan

standar umum individu yang telah diuji dan disetujui masyarakat.

Meskipun aturan prosedural untuk mencapai konsesus menjadi penting

dengan penekanan pada sudut hukum berdasarkan kebutuan masyarakat

dan pertimbangan rasional.


13

Inti dari teori Kohlberg ialah dalam perkembangan nilai moral

tidak berlaku tekhnik pasif dalam bentuk meniru, melainkan anak yang

aktif harus dirangsang oleh lingkungan dengan usaha-usaha yang aktif

pula untuk merangsang perkembangan nilai moralnya (Gunarsa, 2008).

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2007).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) terbagi dalam 6

tingkatan domain kognitif yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


14

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap sutu materi atau objek.


15

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2007) yaitu:

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik

tingkat pendidikan akan tinggin sehingga tingkat pengetahuan akan

tinggi juga.

b. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai

tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-

hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

d. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa

pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan

semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

e. Media Masa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka penden (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau tingkat pengetahuan.

Hal tersebut dibarengi dengan kemajuan sarana komunikasi, berbagai


16

bentuk media masa seperti televisi, radio, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap opini dan kepercayaan orang

(Notoatmodjo, 2005).

C. Seksual

1. Pengertian

Seksualitas adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuat yang

berkaitan dengan seks. Dalam pengertian ini seksualitas dibagi menjadi

dua aspek (Sarwono dan Siambadar, 1986): seks dalam artian sempit dan

artian luas. Sek dalam artian sempit ialah kelamin dan seks dalam artian

luas, yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan

jenis kelamin.

Seksual berkenaan dengan seks ialah salah satu dari dua kelompok

organisme organik yang masing-masing di deskripsikan sebagai kelompok

pria dan wanita (Weller, 2005). Seksual adalah menyinggung hal

reproduksi atau perkembangbiakan melalui penyatuan dua individu yang

berbeda masing-masing menghasilkan ovum dan sperma (Mu’tadin, 2002

dalam Retnowati, 2010).

Seksual tidaklah terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga

psikis dimana perasaan ingin tahu anak terhadap masalah seksual makin

intens (Gunarsa, 2008). Pengenalan dasar tentang seks sendiri secara

anatomis yang berhubugan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi

anatomis dan fisiologis, organ seks, hormon, otak, serta saraf pusat

(Hamid, 2008).
17

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seks adalah

jenis kelamin dan semua hal yang berhubungan dengan alat kelamin,

seperti yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, persetubuhan,

reproduksi seks, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon yang

mempengaruhi alat-alat kelamin.

2. Faktor yang Mempengaruhi Seksual

a. Orang Tua

Menciptakan suasana yang kondusif untuk pendidikan dalam

keluarga, dengan suasan rumah yang bahagia dan gembira, tetapi

berwibawa, sehingga anak dengan spontan berbuat sebagaimana

mestinya tidak janggal dan serasi dengan lingkungan (Martono, 2008).

Keluarga adalah tempat belajar pertama bagi anak, rumah merupakan

tempat yang baik untuk memperkenalkan tentang pengetahuan seksual

yang dini kepada anak. Sayangnya, jarang orang tua membicarakan

seksual kepada anak. Pengetahuan seksual yang diberitahukan hanya

sebatas menarche dan perubahan fisik (Roshental dalam Rice, 2005).

Orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan

anaknya dan hubungan orang tua anak menjadi jauh sehingga anak

berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat khususnya teman

(Sarwono, 2006). Peran orang tua sebagai pendidik, pengontrol

merupakan salah satu faktor perkembangan seksualitas. Anak yang

diberikan disiplin dan dikontrol perkembangannya oleh orang tua


18

memiliki angka kejadian rendah terhadap kejadian seks pada anak

(Rice, 2005).

b. Teman dan Lingkungan

Bagi remaja laki-laki maupun perempuan, teman seusia dan

sejenis sangat berarti. Persetujuan atau kesesuain sikap sendiri dengan

sikap kelompoksebaya adalah sangat penting untuk menjaga status

afiliasinya dengan teman-teman, menjaga agar tidak dianggap “asing”

dan menghindari agar tidak dikucilkan oleh kelompok. Teman sebaya

juga merupakan salah satu sumber informasi tentang seks yang cukup

signifikan dalam membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku seksual

remaja. Namun, informasi teman sebaya dapat menimbulkan dampak

yang negatif. Pengaruh teman sebaya dan lingkungan juga dapat

meningkatkan resiko pengunaan alkohol, rokok dan narkoba serta niat

dan frekuensi dalam hubungan seksual. Sosialisasi remaja dapat

mempengaruhi remaja untuk memiliki persamaan sense of commitmen

dalam hubungan dengan sebayanya.dengan demikian peran teman

sebaya bagi remaja sangan berarti dalam memeroleh informasi yang

akan mempengaruhi remaja terhadap isu seksual. Orang tua, guru,

pemuka agama, dan tokoh masyarakat merasa takut apabila

memberikan informasi atau pengetahuan seksual kepada remaja aakan

disalah gunakan. Sehingga remaja pun lebih senang bertanya kepada

teman yang tidak lebih baik pengetahuannya dan tidak menerima

pendidikan seks yang bertanggungjawab. Remaja menerima informasi

yang salah bahkan menyesatkan misalnya dari cerita teman, melihat


19

dari film dan video porno, tayangan televisi, membaca buku dan

majalah yang menyajikan pengetahuan seks secara vulgar dibandingkan

dengan pendidikan seksual yang benar (Burgess et. al., 2005).

D. Kerangka Teori

Pengetahuan tentang
pubertas

Pengetahuan tentang
Pengetahuan seksual organ dan fungsi
reproduksi

Pengetahuan tentang
PMS dan Resiko
Kehamilan

Pengetahuan tentang
Mitos

Bagan 2.1 Kerangka Teori (Boyd dan Bee, 2009 dalam Dewi, 2012, Santrock,
2008, Santrock, 2003, Weller, 2005).
BAB III

KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya, kerangka

konsep membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu

untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti

(Sekar, 2006 dalam Hidayat, 2008).

Penyusunan kerangka konsep akan membantu untuk membuat

hipotesis, menguji hubungan tertentu, dan membantu peneliti dalam

menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati atau

diukur melalui kontsruk atau variabel (Nursalam, 2010). Variabel dalam

penelitian ini adalah :

20
21

Pengetahuan Santri Tentang


Pengetahuan Seksual: Tingkat Pengetahuan:
1. Pubertas 1. Baik
2. Fungsi dan Organ Reproduksi 2. Cukup
3. PMS dan Resiko Kehamilan 3. Kurang
4. Mitos

Karakteristik Responden:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pengasuh

4. Sumber Informasi

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan

kunci definisi operasional (Nursalam, 2010).

Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel

peneliti menjadi bersifat operasional (Wasis, 2008). Variabel merupakan

karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya

(Hidayat, 2008).
22

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Karakteristik
Usia Dihitung dari saat Responden mengisi Kuesioner Usia dalam tahun Rasio
responden lahir kuesioner bagian
hingga penelitian di usia
lakukan
Jenis Kelamin Ciri fisik atau Responden mengisi Kuesioner 1= Laki-laki Nominal
biologis yang kuesioner bagian 2= Perempuan
membedakan jenis kelami
responden, antara
jenis kelamin laki-
laki dan perempuan
Pengasuh Orang yang Responden mengisi Kuesioner 1= Orang tua Nominal
mengasuh bagian pengasuh 2= Kakek/Nenek
responden 3= Paman/bibi
Sumber Sumber informasi Responden mengisi Kuesioner 1= Orang Tua Nominal
pengetahuan yang diperoleh bagian sumber 2= Teman
responden pengetahuan 3= Sekolah
mengenai 4= Tv, Radio, Majalah, Buku
pendidikan seks 5= Internet
6= Lainnya
23

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Pengetahuan
Pertanyaan Pemahaman Skala guttman Kuesioner yang Kategori: Ordinal
pengetahuan responden terkait 1= Benar digunakan Baik jika nilai total responden
seksual 0= Salah mencakup 34 76%-100%
pernyataan,
yang peneliti Cukup jika nilai total
modifikasi dari responden 51%-75%)
Dewi (2012).
Kurang jika nilai total
responden ≤ 50% skor
maksimal.
(Nursalam, 2010)
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan jenis

penelitian deskriptif dan metode pendekatan cross sectional. Penelitian

deskriptif (descriptive research) adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam

masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini

adalah untuk mendeskripsikan gambaran tingkat pengetahuan seksual santri

MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman, pada

santri kelas VIII. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2004 dalam Hidayat 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh santri kelas VIII MTs Persatuan Islam 69 Matraman

pada tahun 2014 yang berjumlah 56 santri.

24
25

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sarwono, 2010). Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh santri kelas VIII MTs Persatuan Islam

69 Matraman.

D. Alat Pengumpulan Data

Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan

beberapa pernyataan. Pernyataan yang diajukan dalam kuesioner mampu

menggali hal-hal yang bersifat rahasia (Hidayat, 2008).

Instrumen yang peneliti gunakan berupa lembar kuesioner yang di

modifikasi dari Dewi (2012) yang dibagi dalam beberapa bagian. Bagain satu

terkait dengan karakteristik responden, berisi data responden meliputi, usia,

jenis kelamin, pengasuh dan sumber pengetahuan pendidikan seksual. Usia

merupakan pertanyaan terbuka dijawab bebas oleh responden. Jenis kelamin,

pengasuh dan sumber pengetahuan pendidikan seksual merupakan pertanyaan

yang jawabannya telah disediakan. Lembar pertanyaan pengetahuan, yaitu

lembar yang berisi 55 pertanyaan pengetahuan mengenai pengetahuan seksual.

Responden diminta untuk memberikan jawaban benar atau salah terhadap

pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Skor maksimal yang mngkin diperoleh

responden yaitu 55, dengan pernyataan yang harus dinyatakan benar sebanyak
26

26 dan 29 pernyataan harus dinyatakan salah. Kriteria tingkat pengetahuan

dikatakan baik apabila skor responden mencapai 76% dari skor maksimal

(lebih dari 41,8 atau dibulatkan menjadi lebih dari 42).

Kuesioner dibagi menjadi empat sub pengetahuan terkait seksualitas,

berikut tabel penjelasan mengenai pembagian penyataan.

Tabel 4.1 kisi-kisi sub pengetahuan

Pengetahuan Jumlah Favorable Unfavorable


Pubertas 14 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 21, 4, 6, 8, 47
22, 53
Organ dan Fungsi 17 13, 14, 16, 17, 35, 38, 12, 15, 18, 19, 36,
Reproduksi 41, 45 37, 40, 42, 46
Penyakit menular 12 20, 23, 24, 25, 26, 49, 27, 28, 51, 54
dan Resiko 50, 55
Kehamilan
Mitos terkait 12 11, 29, 30, 31, 32,
seksualitas 33, 34, 39, 43, 44,
48, 52

Pada tabel di atas dapat dilihat pernyataan menurut sub bab.

Pengetahuan tentang pubertas berjumlah 14 pernyataan, responden dikatakan

memiliki pengetahuan baik tentang pubertas apabila skor lebih dari 10,64 atau

dibulatkan menjadi 11. Pengetahuan baik tentang organ dan fungsi reproduksi

berjumlah 17 pertanyaan, apabila responden berhasil mencapai skor lebih dari

12,92 atau dibulatkan menjadi 13. Pengetahuan tentang penyakit menular

seksual dan resiko kehamilan serta mitos berjumlah 12 pertanyaan, dikatakan

baik apabila mencapai skor 9,12 dibulatkan menjadi 9


27

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Instrumen yag digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk

mendapatkan data yang valid dan reliabel maka sebuah kuesioner harus diuji

validitas dan reliabilitas. Uji validitas pada kuesioner dengan menggunakan

rumus Person Product Moment dan uji reliabilitas dengan menggunakan

metode KR-20.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Untuk menguji

validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian

dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat

ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus

Person Product Moment, yaitu dengan ketentuan kevalidan instrumen apabila

nilai rhitung > nilai rtabel (0,361) pada N=30 atau nilai signifikansi < 0,05

(Riduwan, 2007).

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mencari

reliabilitas kuesioner menggunakan rumus KR-20. Metode KR-20 ini berguna

untuk mengetahui reliabilitas dari seluruh tes untuk item atau pernyataan yang

menggunakan jawaban “Benar” atau “Salah” (Riduwan, 2007). Instrumen

dikatakan reliabel pada KR-20 dengan mengkonsultasikan pada r product

moment yaitu jika rhitung atau rtabel (0,361) pada N=30 (Arikunto, 2006).
28

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Hasil Uji Validitas

Tabel 4.2 kisi-kisi sub pengetahuan

Pengetahuan Jumlah Favorable unfavorable N Valid


Pubertas 14 1, 2, 3, 5, 7, 9*, 4*, 6, 8, 47* 5
10*, 21, 22, 53*
Organ dan 17 13, 14*, 16, 17, 12*, 15*, 18*, 14
Fungsi 35*, 38*, 41*, 19*, 36*, 37*,
Reproduksi 45* 40*, 42*, 46*
Penyakit 12 20*, 23, 24*, 27, 28*, 51*, 8
menular dan 25, 26, 49*, 54*
Resiko 50*, 55*
Kehamilan
Mitos terkait 12 11, 29*, 30, 7
seksualitas 31*, 32, 33*,
34, 39*, 43*,
44*, 48*, 52
N Valid 13 21 34
Ket: Nomor item bertanda (*) item valid

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa item yang tidak valid

berjumlah 21 dan semua item tersebut dibuang, sehingga hanya indikator yang

memiliki item valid yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan pada

penelitian berjumlah 34 item.

Pada tabel di atas dapat dilihat pernyataan menurut sub bab.

Pengetahuan tentang pubertas berjumlah 5 pernyataan, responden dikatakan

memiliki pengetahuan baik tentang pubertas apabila skor lebih dari 3,8 atau

dibulatkan menjadi 4. Pengetahuan baik tentang organ dan fungsi reproduksi

berjumlah 14 pertanyaan, apabila responden berhasil mencapai skor lebih dari

10,64 atau dibulatkan menjadi 11. Pengetahuan tentang penyakit menular

seksual berjumlah 8 pernyataan, responden dikatakan memiliki pengetahuan

baik apabila skor lebih dari 6,08 atau di bulatkan menjadi 6 dan resiko
29

kehamilan serta mitos berjumlah 7 pertanyaan, dikatakan baik apabila

mencapai skor 5,32 dibulatkan menjadi 5.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang dilakukan pada kuesioner didapatkan hasil nilai

koefisien reliabilitasnya adalah 0,837. Karena nilai ini besar dari nilai rtabel

(0,361) maka instrumen dikatakan reliabel.

G. Metode Pengambilan Data

1. Sumber Data

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner

yang diberikan. Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner dan

tidak dapat diwakilkan. Kuesioner langsung dikumpulkan kepada peneliti.

2. Prosedur Pengambilan Data

Proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa

tahap, yaitu:

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, maka dilanjutkan

dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Mudir MTs.

Persatuan Islam 69 Matraman.

c. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden.

d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda

tangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.


30

e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

g. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner

h. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang

telah diisi untuk memastikan bahwa semua item telah terisi.

i. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk diperiksa.

j. Mengolah data dan menganalisa menganalisa data sesuai uji statistik

yang telah ditetapkan peneliti.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda


31

tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti

harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed concent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan

dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasian (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
32

I. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data pada penelitian ini yaitu (Hidayat, 2008):

1. Memeriksa (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Memberi Tanda Kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam

satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti

suatu kode dari suatu variabel.

3. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel kontigensi.

4. Melakukan Teknik Analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis. Penelitian deskriptif, akan menggunakan statistik

deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistika yang membahas cara-cara


33

meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan

agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna.

J. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan

data tersebut dengan konsep, teori, prinsip-prinsip yang relevan untuk

membuat kesimpulan dari kesenjangan atau masalah kesehatan dan

keperawatan yang ditemukan (Effendi, 1998). Analisis data diperlukan untuk

menyederhanakan dalam penjelasan dan pendeskripsian data.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan data secara sederhana mengetahui gambaran pada

masing-masing variabel dalam bentuk distribusi frekuensi, sesuai

karakteristik usia, jenis kelamin, pengasuh dan sumber pengetahuan

seksual untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seksual santri.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

variabel. Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini berbentuk data

kategorik dan numerik.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil MTs Persatuan Islam 69 Matraman

Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam 69 Matraman adalah Pesantren

yang berdiri tanggal 14 juni 1987 dengan nama Pesantren Persatuan Islam 69

Matraman. Madrasah Tsanawiyah ini terletak di Jakarta Timur yang berada di

Jalan Kramat Asem Raya No.59. Kawasan Madrasah Tsanawiyah ini sangat

strategis lokasinya karena berada ditengah kota.

Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam 69 Matraman memiliki tujuan

membentuk Generasi Muslim Berakhlaqul Karimah yang Tafaquh fieddien

(faham terhadap Islam & mengamalkannya), membina dan mendidik generasi

muda yang mampu mengamalkan, mendakwahkan, membela serta memelihara

dinul Islam dimanapun mereka berada, dan membangun insan Fikir, Dzikir,

dan Ikhtiar.

Program pembiasaan mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan

pribadi peserta didik yang dilakukan secara rutin dilakukan, yaitu: bai’at santri

(Janji santri), solat dzuhur berjamaah, dan kultum ba’da solat dzuhur (bagi

ikhwan). MTs. Persatuan 69 Matraman juga memiliki kegiatan pengembangan

diri dari luar yaitu: bela diri tifan phokan, marching band, tahfidz quran, dan

mukhoyam.

34
35

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian

Gambaran karakteristik responden penelitian ini diuraikan secara

rinci di bawah ini, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, pengasuh dan

sumber informasi seksual.

1.1 Karakteristi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia


di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)
Variabel Mean Median Modus SD Min-
Maks
Usia 13,79 14,00 14 0,494 13-15

Berdasarkan tabel diketahui bahwa usia termuda 13 tahun, usia

tertua 15 tahun dan secara keseluruhan usia rata-rata santri kelas VIII MTs.

Rata-rata Persatuan Islam 69 Matraman adalah 13,79 tahun dengan standar

deviasi sebesar 0,494.

1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki-laki 24 42,9
Perempuan 32 57,1
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa persentase jenis kelamin

responden terkecil adalah laki-laki sebanyak 24 orang (42,9%).

Sedangkan persentase terbesar adalah perempuan yaitu 32 orang

(57,1%).
36

1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengasuh

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengasuh


di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)

Pengasuh Frekuensi (n) Presentase (%)


Lainnya 2 3,6
Orang tua 50 89,3
Kakek/nenek 2 3,6
Paman/bibi 2 3,6
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa presentase pengasuh

responden terbesar adalah orang tua yaitu sebanyak 50 orang (89,3%).

1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan


di MTs. Persatuan Islam 69 Maraman, Juni 2014 (n=56)

Sumber Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)


Internet 13 23,2
Orang tua 9 16,1
Sekolah 10 17,9
Teman 10 17,9
Tv/radio/majalah/buku 14 25,0
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa persentase sumber

pengetahuan responden terbesar adalah tv/radio/majalah/buku yaitu

sebanyak 14 orang (25,0%). Sedangkan persentase terkecil adalah orang

tua yaitu 9 orang (16,1%).


37

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual

Tabel 5.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual

Tingkat Frekuensi (n) Presentase (%)


pengetahuan
Baik 9 16,1
Cukup 23 41,1
Kurang 24 42,9
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui sejumlah 24 responden (42,9%)

memiliki pengetahuan rendah, sedangkan responden yang memiliki

pengetahuan tinggi sebanyak 9 responden (16,1%).

2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sub Pengetahuan

Tabel 5.6 Gambaran tingkat pengetahuan seksual berdasarkan sub


pengetahuan
Sub Pengetahuan Tingkat Pengetahuan
Baik Cukup Kurang
Pubertas 8 14,3% 21 37,5% 27 48,2%
Organ dan fungsi 11 19,6% 21 37,5% 24 42,9%
reproduksi
PMS dan Risiko 8 14,3% 20 35,7% 28 50,0%
Hamil
Mitos 6 10,7% 12 21,4% 38 67,9%

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui persentase tingkat pengetahuan

seksual menurut sub pengetahuan seksual adalah kurang dengan masing-

masing persentase 48,2% untuk pengetahuan pubertas, 42,9% untuk

pengetahuan organ dan fungsis reproduksi, 50,0% untuk pengetahuan PMS

dan Risiko hamil, dan 67,9% untuk penegtahuan tentang mitos.


38

2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

Tabel. 5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

Karkteristik Pengetahuan
Usia Baik Cukup Kurang
13 4 28,6% 6 42,9% 4 28,6%
14 10 25,0% 24 60,0% 6 15,0%
15 0 0% 1 50,0% 1 50,0%
Total 14 25% 31 55,5% 11 19,6%

Berdasarkan tabel 5.7 tingkat pengetahuan baik terbanyak pada

usia 14 tahun yang berjumlah 10 orang (25,0%) dan tingkat pengetahuan

kurang banyak ditemukan pada usia 14 tahun dengan jumlah 6 orang

(15,0%).

2.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Karkteristik Pengetahuan
Jenis Kelamin Baik Cukup Kurang
Laki-laki 5 20,8% 13 54,2% 6 25,0%
Perempuan 9 28,1% 18 56,3% 5 15,6%
Total 14 25,0% 31 55,4% 11 19,6%

Berdasarkan tabel 5.8 tingkat pengetahuan baik terbanyak ialah

perempuan dengan presentase 28,1%. Dan tingkat pengetahuan kurang

terbanyak ialah laki-laki dengan presentase 25,0%.


39

2.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pengasuh

Tabel 5.9 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pengasuh

Karkteristik Pengetahuan
Pengasuh Baik Cukup Kurang
Orang Tua 12 24,0% 28 56,0% 10 20,0%
Nenek/Kakek 0 0,0% 1 50,0% 1 50,0%
Bibi/Paman 1 50,0% 1 50,0% 0 0,0%
Lainnya 1 50,0% 1 50,0% 0 0,0%
Total 14 25,0% 31 55,4% 11 19,6%

Berasarkan tabel 5.9 gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan

pengasuh di MTs. Persatuan Islam 69 Matraman didapatkan pada tiga

kelompok pengetahuan baik, cukup maupun kurang mayoritas pengasuh

dilakukan oleh orang tua.

2.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber Pengetahuan

Tabel 5.10 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber

Pengetahuan

Karkteristik Pengetahuan
Sumber Baik Cukup Kurang
Pengetahuan
Orang Tua 2 22,2% 5 55,6% 2 22,2%
Teman 2 20,0% 7 70,0% 1 10,0%
Sekolah 1 10,0% 6 60,0% 3 30,0%
Tv, radio, 4 28,6% 6 60,0% 4 28,6%
majalah, buku
Internet 5 38,5% 7 53,8% 1 7,7%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 14 25,0% 31 55,4% 11 19,6%

Variabel karakteristik yang dikaji adalah sumber pengetahuan.

Pada kelompok pengetahuan baik, sumber informasi terbanyak berasal

dari internet dengan jumlah 5 orang (38,5%) dan tv/radio/buku/majalah 4


40

orang (28,6%). Sementara untuk pengetahuan kurang, sumber informasi

terbanyak dari tv/radio/buku/majalah 4 orang (28,6%).


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan dapat terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

manusia memperoleh pengetahuan melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Secara umum santri memiliki tingkat pengetahuan kurang

(50%) tentang pengetahuan seksual. Pengetahuan tentang seksual pada

penelitian ini terbagi menjadi pengetahuan tentang pubertas,

pengetahuan tentang organ dan fungsi reproduksi, pengetahuan

tentang penyakit dan resiko kehamilan serta pengetahuan tentang

mitos. Berikut akan dibahas mengenai tingkat pengetahuan yang

dilihat berdasarkan sub bab pengetahuan.

a. Tingkat pengetahuan tentang pubertas

Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang

meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari

masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu

perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih,

2007).

41
42

Berdasarkan hasil penelitian Freehary (2009) di SMPN 2

Ungaran Semarang menunjukkan sebanyak 70,92% remaja

mengetahui bahwa seorang pria dikatakan matang secara seksual

bila sudah mengalami mimpi basah, sedangkan 8,04% remaja tidak

tahu sama sekali ciri-ciri kematangan seksual laki-laki. Pada

perempuan 80,04% remaja tahu bahwa ciri kematangan seksual

perempuan ditandai dengan terjadinya menstruasi, 5,4% remaja

tidak mengetahui tentang ciri kematangan seksual pada

perempuan (Freehary, 2009).

Pada penelitian Rahayu (2007) dalam penelitiannya yang

berjudul “Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Pada Siswa

Kelas VIII dan Kelas IX MTs Yappi Mulusan Paliyan Gunung

Kidul Tahun 2007”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa

tingkat pengetahuan siswa tentang pubertas tergolong baik

(78,6%).

Hasil penelitian tingkat pengetahuan santri kelas VIII MTs

Persatuan Islam 69 Matraman adalah kurang baik dengan

presentase (48,2%). Peneliti berpendapat kurangnya pengetahuan

remaja tentang pubertas salah satu diantaranya adalah masih

kurangnya pengetahuan remaja tentang apa yang dimaksud

pubertas, selain itu informasi yang didapat oleh responden juga

kurang baik dari media masa, elektronik, mapun dari teman sebaya,

sehingga masih diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan


43

remaja mengenai pengertian pubertas melalui pendidikan disekolah

maupun dari orang tua di rumah.

b. Tingkat pengetahuan tentang organ dan fungsi reproduksi

Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada periode pubertas

inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan

fisik dari anak-anak menjadi dewasa serta mengalami kematangan

organ reproduksi seksual. (Susanti, 2012).

Perubahan fisik yang berpengaruh besar terhadap

perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (tubuh

menjadi panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat

reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan mimpi

basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang

tumbuh (Sarwono, 2012).

Perubahan pada remaja dibagi menjadi dua yaitu perubahan

karakteristik seks primer dan perubahan karakteristik seks

sekunder. Perubahan karakteristik primer pada laki-laki ditandai

dengan perkembangan testis dan penis. Pada perempuan ditandai

dengan perubahan pada ovarium, uterus dan vagina. Perubahan

karakteristik sekunder pada laki-laki ditandai dengan adanya

perubahan suara atau timbulnya jakun, muncul rambut pada wajah

seperti kumis dan jenggot. Perubahan karakteristik sekunder pada

perempuan ditandai dengan pertumbuhan payudara, pembesaran

panggul (Boyd dan Bee, 2009 dalam Dewi, 2012).


44

Penelitian Misirah (2011) dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengetahuan Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologis

Masa Pubertas Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Berbah

Sleman Tahun 2011”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan

bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang perubahan fisiologis

masa pubertas tergolong cukup (64,10%).

Penelitian Winarni (2012) dalam penelitiannya yang

berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Perkembangan Organ Seks Sekunder pada Masa Pubertas Kelas

VIII SMP Negeri 14 Surakarta”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang

perkembangan organ seks sekunder pada masa pubertas tergolong

cukup (57,5%).

Hasil penelitian yang diperoleh pad sub tingkat pengetahuan

santri tentang organ dan fungsi reproduksi adalah kurang baik

dengan jumlah 24 orang (42,9%). Menurut peneliti hal ini dapat

diperbaiki dengan memberikan pembelajaran ataupun seminar

yang diadakan oleh sekolah untuk meningkatkan pengetahuan

santri terkait perkembangan organ dan fungsi reproduksi yang

terjadi selama masa pubertas.

c. Tingkat pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan

resiko kehamilan

Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya

melalui hubungan kelamin. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut,


45

tidak hanya pada alat kelamin saja, namun dapat terjadi diluar alat

kelamin. Dalam penelitian lebih lanjut didapatkan bahwa makin

bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual sehingga

nama penyakit kelamin berubah yang saat ini lebih dikenal dengan

penyakit menular seksual (PMS) (Manuaba dkk, 2009).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran

menyebabkan diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus

sebagai penyakit menular seksual. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan santri terhadap PMS dan

Resiko hamil dikategorikan kurang dengan presentase 50% (n=28).

Peneliti berpendapat santri perlu memperoleh pendidikan seksual

yang tepat agar PMS dan resiko hamil dapat terhindari.

d. Tingkat pengetahuan tentang mitos

Mitos adalah sesuatu yang menyangkut keyakinan, bukan

rasio atau akal. Mitos terkadang melampaui batas yang dapat

dijangkau oleh akal (Fakhruroji, 2008). Mitos-mitos yang

berkembang dimasyarakat antara lain tidak boleh memotong kuku

ataupun keramas saat haid, minum-minuman bersoda dapat

memperlancar haid. Peneliti berpendapat kurangnya pengetahuan

atau informasi yang diperoleh menyebabkan santri mendapatkan

informasi yang tidak benar dan menyebabkan santri mempercayai

mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat. Hasil penelitian yang

dilakukan memperoleh masih kurangnya tingkat pengetahuan

santri tentang mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat dengan


46

presentase (67,9%). Hasil ini juga didukung oleh beberapa peneliti

terkait mitos oleh Umeora dan Egwuatu (2008 dalam Dewi, 2012).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan

masyarakat yang masih kental dengan mitos haid dan hubungan

seksual. Pemisahan peralatan makan ini menunjukkan bahwa

perempuan yang sedang mengalami menarche dianggap kotor.

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Bersarkan Karakteristik

a. Tingkat pengetahuan berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata usia santri yan

menjadi responden dalam penelitian ini adalah 13,79 tahun. Usia

tersebut dalam usia remaja awal yang memiliki rentang 13 sampai

15 tahun. Secara umum, anak pada usia tersebut mengalami fase

formal operation yaitu anak mampu berpikir deduktif dan induktif.

Pada tahap ini, santri mulai berpikir secara sistematis.

Hasil penelitian didapatkan usia dengan pengetahuan baik

terbanyak yaitu pada usia 14 tahun. Sedangkan pada pengetahuan

dengan kategori rendah adalah usia 15 tahun memiliki presentase

yang besar (50%).

Menurut pendapat peneliti anak remaja pada usia 13 sampai

15 tahun merupakan masa untuk mencari jati diri atau identitas

sehingga rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru sangat

besar sehingga mudah menyerap segala informasi yang diperoleh

baik melalui teman, media massa, dan sebagainya.


47

b. Tingkat pengetahuan berdarakan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis data frekuensi hasil tingkat

pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan

berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis kelamin perempuan tingkat

pengetahuan responden yang cukup sebanyak (56,3%), lebih

banyak dibanding laki-laki (54,2%) sedangkan tingkat pengetahuan

kurang pada laki-laki (25,0%) lebih banyak dibandingkan

perempuan (15,6%). Hal ini mungkin karena perempuan lebih

sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2012) dengan judul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Tentang Perkembangan Seksulitas Pada Remaja Awal

SMPIT Anugerah Insani Bogor” bahwa perempuan memiliki

tingkat pengetahuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan

lebih cenderung waspada terhadap perubahan yang terjadi pada

masa pubertas.

c. Tingkat pengetahuan berdasarkan Pengasuh

Pengetahuan seksual harus diberikan dan dipahami oleh

setiap muslim dan diajarkan sejak ia lahir dan orang yang pertama

bertanggung jawab atas pengetahuan seksual adalah orang tua dan

tempat pengetahuan seksual yang utama adalah keluarga menurut

Ulwan (1992).
48

Kehadiran orang tua berperan untuk mendukung tumbuh

kembang remaja. Remaja yang kurang mendapat pengawasan

maupun perhatian orang tua menyebabkan waktu yang dihabiskan

sendiri atau bersama teman-temannya. Hal tersebut yag

menyebabkan terjadinya perilaku menyimpag seperti penggunaan

obat-obatan terlarang ataupun hubungan seksual (Wong dkk,

2008).

Hasil penelitian hampir seluruh responden diasuh oleh

orang tua. Akan tetapi hal ini berkebalikan dengan hasil yang

menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan

pengetahuan dari internet bukan orang tua. Rice dan Dolgin

(2005), menyampaikan cara orang tua menghadapi anak remaja,

antara lain:

 Orang tua dan anak berdiskusi dan membuat kesepakatan

mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh

remaja

 Orang tua menganggap bahwa membeicarakan seksualitas

merupakan hal yang tabu, sehingga tidak perlu dibicarakan

 Orang tua sengaja untuk membiarkan anaknya tidak tahu

tentang seksualitas

d. Tingkat pengetahuan berdasarkan Sumber Pengetahuan

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) dapat menghasilkan perubahan atau tingkat


49

pengetahuan. Hal tersebut diimbangi dengan kemajuan sarana

komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio,

majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap opini

dan kepercayaan orang (Notoatmodjo, 2005).

Media massa sangat mudah digunakan kaum remaja. TV,

radio, majalah, dan buku serta internet adalah sumber informasi

yang cukup murah dan mudah dicapai untuk para remaja. Hal

inilah yang menyebabkan arus informasi begitu mudah diperoleh

oleh remaja.

Presentase remaja yang memiliki pengetahuan baik yang

berasal dari internet memegang jumlah maupun presentase

terbesar 38,5% (n=5). Sedangkan pada sumber pengetahuan yang

barasal dari orang tua dikategorikan kurang dengan presentase

22,2%.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan setelah santri melakukan ujian kenaikan kelas,

yang dikhawatirkan santri sudah merasa lelah dan tidak fokus dalam

mengisi kuesioner penelitian yang dibagikan.


50

2. Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden

hanya bisa menjawab “benar” atau “salah” dan jawaban responden

belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan

pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran karakteristik santri di MTs Persatuan Islam 69 Matraman

yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu: presentase jenis

kelamin antara laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 42,9%

dan 57,1%, usia berkisar antara 13-15 tahun, mayoritas santri diasuh

oleh orang tua dengan presentase 89,3%, dan keseluruhan responden

memperoleh pengetahuan tentang seksual dengan sumber pengetahuan

terbanyak adalah TV/Radio/Majalah/Buku 25% dan internet 23,2%.

2. Pengetahuan santri tentang gambaran tingkat pengetahuan seksual kelas

VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman dengan kriteria baik sebanyak

9 orang (16,1%).

3. Pengetahuan santri tentang gambaran tingkat pengetahuan seksual kelas

VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman dengan kriteria cukup

sebanyak 23 orang (41,1%).

4. Pengetahuan santri tentang gambaran tingkat pengetahuan seksual kelas

VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman dengan kriteria kurang

sebanyak 24 orang (42,9%).

51
52

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah diharapkan dapat memberikan sumber pegetahuan

bagi santri dengan merencanakan penyuluhan atau seminar mengenai

pengetahuan seksual dan melibatkan orang tua dalam kegiatan tersebut.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Perawat perlu meningkatkan perannya seagai educator dan

dapat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan sekolah dalam sarana

pengembangan pengetahuan pada remaja

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat memperluas area penelitian, tidak

hanya melihat tingkat pengetahuan seksual saja, tetapi peneliti

selanjutnya mampu mengembangkan hubungan yang berkaitan tentang

pengetahuan seksual pada remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

BKKBN. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi


dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta.

Burgess, V., Dziegielewsji, S.F dan Green, C.E. 2005. Improving Comfort about
Sex Communication between Parents and Their Adolescents: Practice-
Based Research within A Teen Sexuality Group. Brief Treatment and
Crisis Intervention.

Dahlan, Sopiyudin. 2014. Metode MSD (Multiaksial Sopiyudin Dahlan); Pintu


Gerbang Memahami Statistik, Metodelogi, dan Epidemiologi. Jakarta: CV
Sagung Seto

Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo.

Depkes. 2006. Status Kesehatan Masyarakat Berbasis Gender, Balitbangkes,


Ditjen Bina Kesmas, Departemen Kesehatan RI.

Dewi, Novi Aprilia Kumala. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang


Perkembangan Seksualitas pada Remaja Awal SMPIT Anugerah Insani
Bogor. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Diunduh 2 Mei 2014.

Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


EGC.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fakhruroji, Mochammad. 2008. Total Foegiveness. Bandung: Mizania

Freehary. 2009. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas.

Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hamid, Achir Yani S. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, Ida Ayu C., Ida, B. Gde F.M., Ida B. Gde M,. 2009. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Martono, Lydia Harlina. 2008. Peran rang tua dalam mencegah dan
menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Jakarta: Balai Pustaka.

Misirah, R. 2011. Pengetahuan Remaja Awal tentang Perubahan Fisiologis Masa


Pubertas Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Berbah Sleman
Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah, UNRIYO.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

___________________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilak. Jakarta :


Rineka Cipta.

___________________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rahayu, Indah. 2007. Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Pada Siswa Kelas
VIII dan Kelas IX MTs Yappi Mulusan Paliyan Gunung Kidul Tahun 2007.

Retnowati, Fina Dwi. 2010. Perbedaan Kenyamanan Seksal Pada Akseptor Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) Di Puskesmas Seragen.

Rice dan Dolgin. 2005. The Adolescence Development, Relationship, And Culture.
USA: Pearson Education Inc.

Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.


Rumini dan Sundari. 2004. Perkembangan Anak Remaja. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta: CV.


Andi Offset.

Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

________________. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

________________ dan Siamsidar Ami. 1986. Peran Orang Tua dalam


Pendidikan Seks. Jakarta: CV. Rajawali.

Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC

Silvana, S. 2008. Pemodelan usia Menarche dengan Regresi Logistik Ordinal dan
Metode CHAID pada siswi SMP di Kota Depok. Tesis S2 Program Studi
Statistika, Institut Pertanian Bogor.

Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:


CV. Sagung Seto.

Sulistiyowati, Ning dan Felly Philipus Sewe. 2010. Pola Pencarian Pengobatan
dan Perilaku Beresiko Remaja di Indonesia (Analisa Lanjut Data Riskesdas
2007).

Susanti, Agres Vivi. 2012. Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini Pada Remaja
di SMPN 30 Semarang.Artikel Penelitian Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponogoro Semarang. Diunduh pada 26 Juni 2014.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Ulwan, Abdullah Nasih dan Hasan Hathout. 1992. Pendidikan Seks. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Wahyuni, Dwi dan Rahmadewi. 2011. Policy Brief. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana.

Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.

Wibowo, A. 2004. Permasalahan Reproduksi Remaja dan Alternatif Jalan


Keluarnya.

Winarni, Sri. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang


Perkembangan Organ Seks Sekunder pada Masa Pubertas Kelas VIII SMP
Negeri 14 Surakarta. Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III
Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. 2008.
Buku Ajar Pediatrik. Jakarta: EGC.
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Maryam Mukhsinah

NIM : 1110104000037

Alamat : Jl. Johar Baru

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Seksual Santri
Kelas VIII” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri kelas VIII
mengenai pengetahuan seksual. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner
untuk proses pengumpulan data.

Saya berharap teman-teman semua dapat menjawab pertanyaan pada kuesioner ini dengan
jujur. Identitas maupun jawaban yang diberikan akan dijamin kerahasiannya. Atas
kesediannya saya mengucapkan terimakasih.

Jakarta, ......................2014

Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Setelah membaca penjelasan yang diberikan oleh peneliti, saya bersedia ikut berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Gambaran Tingkat Pegetahan
Seksual Santri Kelas VIII MTs. Persatuan Islam 69 Matraman.

Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini dilakukan secara sukarela dan
tidak akan merugikan saya. Saya menyadari bahwa segala informasi pada penelitian ini
adalah rahasia dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Denga demikian saya bersedia
untuk menjadi responden penelitian.

Jakarta, ....................2014

Responden
Kode responden:

Usia : tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Tinggal bersama : Orang tua Kakek/nenek

Paman/bibi Lainnya: ...

Sumber pengetahuan pendidikan seks : Orang Tua TV/radio/majalah/buku

Teman Internet

Sekolah Lainnya: ...

Petunjuk pengisian kuesioner

1. Bacalah penyataan di bawah ini dengan teliti.


2. Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda (√) di kolom “Benar apabila saudara
menggap penyataan tersebut benar atau di kolom “Salah” apabila pernyataan tersebut salah.
3. Jika ingin mengganti jawaban beri tanda (=) dan beri tanda (√) kembali pada jawaban yang
sesuai.

No Pernyataan Benar Salah


1 Tumbuhnya kumis, rambut halus pada ketiak dan kelamin
merupakan tanda pubertas pada laki-laki maupun perempuan
2 Pada masa pubertas, penis mengalami pertumbuhan
3 Rahim dan vagina mengalami pertumbuhan pada masa pubertas
4 Laki-laki memproduksi hormon estrogen dan progesteron
5 Jika pubertas, artinya wanita sudah bisa hamil
6 Berhentinya tubuh untuk memproduksi sel telur disebut menopause
7 Menopause dialami laki-laki maupun perempuan
8 Ketika hamil, perempuan tetap mengalami menstruasi
9 Laki-laki memproduksi sel telur
10 Hamil di usia muda beresiko pada kecacatan dan kurang bulan
(prematur) bahkan keatian bayi
11 Cara cebok yang salah dapat menyebabkan penyakit
12 Laki-laki yang berganti-ganti pasangan beresiko menimbulkan
kanker serviks
13 Kehamilan tidak akan terjadi jika hanya sekali melakukan
hubungan seks
14 Orang hamil yang memakan buah nanas akan mengalami
keguguran
15 Salah satu cara memperlancar haid yaitu dengan minum-minuman
bersoda
16 Peristiwa sel telur bertemu dengan sperma disebut konsepsi
17 Organ reproduksi wanita hanya vagina dan rahim saja
18 Organ reproduksi pria hanya penis dan buah zakar saja
19 Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim
yang banyak mengandung darah.
20 Payudara dapat membesar apabila diraba oleh lawan jenis
21 Pertumbuhan dan perkembangan remaja hanya dipengaruhi oleh
hormon saja
22 Uterus atau Rahim merupakan tempat janin berkembang dalam
kandungan
23 Testis terletak didalam kandung kemih
24 Mastrubasi yang terlalu sering dapat menyebabkan kemandulan
25 Squat-Jump dan lari-lari ditempat segera setelah berhubungan
seksual dapat mencegah kehamilan.
26 Hormon pada perempuan adalah estrogen dan progesteron
27 Masturbasi hanya dialami oleh laki-laki
28 Masa subur pada remaja perempuan adalah 14 hari sebelum
menstruasi
29 Berciuman dapat menyebabkan tertularnya HIV/AIDS
49 HIV/AIDS disebabkan oleh virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh
30 Raja singa atau gonorea bukan merupakan salah satu penyakit
menular seksual
31 Penyakit kelamin merupakan penyakit yang hanya mengenai alat
kelamin laki-laki, yang diakibatkan karena berhubungan intim
dengan pasangan yang sudah berpenyakit kelamin.
32 Selama menstruasi remaja perempuan dianjurkan untuk
mengkonsumsi zat besi.
33 Aborsi yang tidak aman, tidak akan berpengaruh terhadap organ
reproduksi wanita.
34 Aborsi dapat di lakukan bila kehamilan akan berakibat kematian
pada ibu.
HASIL UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS

Resp p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
4 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
12 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
13 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
14 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
19 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
21 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
22 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0
23 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
25 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0
26 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0
27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
28 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0
30 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0
n 55
n-1 54
p 1.000 0.967 1.000 0.667 0.967 0.933 0.933 0.333 0.767 0.867 0.967 0.633 0.833 0.800 0.567 0.900 0.833 0.333 0.367
p 0.000 0.033 0.000 0.333 0.033 0.067 0.067 0.667 0.233 0.133 0.033 0.367 0.167 0.200 0.433 0.100 0.167 0.667 0.633
VT 48.921
p*q 0.000 0.032 0.000 0.222 0.032 0.062 0.062 0.222 0.179 0.116 0.032 0.232 0.139 0.160 0.246 0.090 0.139 0.222 0.232
Spq 8.721
KR 20 0.837
Ket Reliabel

r hitung #DIV/0! -0.159 #DIV/0! 0.504 0.003 -0.229 0.062 0.165 0.593 0.405 -0.132 0.323 -0.033 0.332 0.326 -0.060 0.111 0.380 0.341
t hitung #DIV/0! -0.854 #DIV/0! 3.086 0.014 -1.247 0.330 0.883 3.892 2.344 -0.706 1.805 -0.172 1.861 1.823 -0.317 0.589 2.177 1.919
t tabel 1.701
Ket. #DIV/0! Unvalid #DIV/0! Valid Unvalid Unvalid Unvalid Unvalid Valid Valid Unvalid Valid Unvalid Valid Valid Unvalid Unvalid Valid Valid
N valid 34
p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0
0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1
55
54
0.700 1.000 1.000 1.000 0.833 0.967 1.000 0.633 0.700 0.333 0.200 0.800 0.800 0.467 0.867 0.600 0.800 0.700 0.967 0.800 0.567
0.300 0.000 0.000 0.000 0.167 0.033 0.000 0.367 0.300 0.667 0.800 0.200 0.200 0.533 0.133 0.400 0.200 0.300 0.033 0.200 0.433
48.921
0.210 0.000 0.000 0.000 0.139 0.032 0.000 0.232 0.210 0.222 0.160 0.160 0.160 0.249 0.116 0.240 0.160 0.210 0.032 0.160 0.246
8.721
0.837
Reliabel

0.348 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0.581 0.057 #DIV/0! 0.192 0.402 0.380 0.175 0.428 0.116 0.579 -0.137 0.635 0.637 0.761 0.315 0.409 0.688
1.965 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 3.202 0.301 #DIV/0! 1.036 2.325 2.177 0.938 2.503 0.620 3.758 -0.731 4.352 4.377 6.198 1.758 2.375 5.012
1.701
Valid #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Valid Unvalid #DIV/0! Unvalid Valid Valid Unvalid Valid Unvalid Valid Unvalid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
34
p41 p42 p43 p44 p45 p46 p47 p48 p49 p50 p51 p52 p53 p54 p55 N
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 45
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 45
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 45
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 49
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 27
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 49
1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 45
0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 39
1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 37
1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 43
1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 38
0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 34
0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 43
0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 41
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 46
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 47
1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 38
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 47
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 45
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 37
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 27
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 27
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 27
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 31
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 39
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 40
1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 34
1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 31
1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 33
55 n
54 n-1
0.733 0.467 0.467 0.533 0.633 0.433 0.600 0.667 0.733 0.567 0.600 0.333 0.867 0.400 0.667 p
0.267 0.533 0.533 0.467 0.367 0.567 0.400 0.333 0.267 0.433 0.400 0.667 0.133 0.600 0.333 p
48.921 VT
0.196 0.249 0.249 0.249 0.232 0.246 0.240 0.222 0.196 0.246 0.240 0.222 0.116 0.240 0.222 p*q
8.721 Spq
0.837 KR 20
Reliabel Ket

0.524 0.336 0.443 0.587 0.544 0.369 0.695 0.581 0.634 0.336 0.536 0.185 0.690 0.453 0.658 r hitung
3.255 1.889 2.615 3.835 3.432 2.099 5.109 3.777 4.333 1.885 3.362 0.997 5.046 2.690 4.625 t hitung
1.701 t tabel
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Unvalid Valid Valid Valid Ket.
34 N valid

You might also like