You are on page 1of 146

PENGARUH MEMBACA SHOLAWAT WAHIDIYAH

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PENGGUNA


NARKOBA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh:
ATIK MARDIANI KHOLILAH
NIM: 1113104000048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA1438


H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, May 2017
Atik Mardiani Kholilah, Student Number: 1113104000048
The Influnce of Reading Salawat Wahidiyah towards Anxiety Levels for Drug
Abusers
xvii + 116 Pages + 11Attachments

ABSTRACT
Drugs arecompound of chemical agents which affect the function of the body,
especially the function of the brain. Mental disorder which often founded is anxiety.
The effort to decrease anxiety for drug abusers could be done with a spiritual
approach, one of them by reading salawat wahidiyah. The aim of this study is to
determine the influence of reading salawat wahidiyah towards anxiety levels for drug
abusers. This study usequasi-experimentmethod by pre and post test without control
group which performed in 20 sample of drugs abusers on rehabilitation program.
Measurement of anxiety used the questionnaire by Hamilton Anxiety Scale. The data
would be analyzed by using wilcoxon with significance level 0,05. The result showed
significancy of decreasing anxiety levels between before and after treatment
(p=0.000). It could be concluded that reading salawat wahidiyah could reduced the
anxiety for drug abusers on rehabilitation programs.Researcher suggests for further
research to explore the benefits of salawat wahidiyah to reduce other mental
disorders.

Keywords : salawat, anxiety, drugs abuse, spirituality, relaxation meditation


Reference : 105references (2005-2016)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Mei 2017
Atik Mardiani Kholilah, NIM: 1113104000048
Pengaruh Membaca Sholawat Wahidiyah terhadap Tingkat Kecemasan pada
Pengguna Narkoba
xvii + 116 Halaman + 11 Lampiran

ABSTRAK
Narkoba merupakan bahan kimia yang jika dikonsumsi akan memengaruhi fungsi dan
dapat merusak tubuh terutama otak sehingga berakibat pada gangguan mental.
Gangguan mental yang sering ditemukan adalah kecemasan. Upaya untuk mengatasi
kecemasan pada pengguna narkoba bisa dilakukan dengan pendekatan spiritual, salah
satunya dengan membaca sholawat wahidiyah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh membaca sholawat wahidiyah terhadap tingkat kecemasan pada
pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi experiment dengan one
group pretest posttest design pada 20 orang sampel yang menjalani program
rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah. Kecemasan diukur
menggunakan kuesioner skala kecemasan Hamilton. Kemudian data dianalisis
menggunakan wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0,05.Hasil penelitian
menunjukkan nilai (p=0,000) < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
membaca sholawat wahidiyah terhadap kecemasan pada pengguna narkoba. Peneliti
menyarankan pada penelitian selanjutnya untuk menggali manfaat sholawat
wahidiyah untuk mereduksi gangguan mental lainnya.

Kata kunci : sholawat, kecemasan, pengguna narkoba, meditasi relaksasi


Referensi : 105 referensi (2005-2016)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

v
PERNYATAAN PENGESAHAN

vi
LEMBAR PENGESAHAN

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Atik Mardiani Kholilah

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 31 Agustus 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Ds. Ngabab Rt/Rw 004/001 Kecamatan Pujon


Kabupaten Malang, Jawa Timur

Nomor HP : 081231265375

Email : mardianiatik@gmail.com

Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

Pendidikan Formal

 2000 – 2001 Raudhotul Atfal Thoriqotussa‟adah Malang

 2001 – 2007 Madrasah Ibtidaiyah Thoriqotussa‟adah Malang

 2007 – 2010 Madrasah Tsanawiyah Sunan Bonang Malang

 2010 – 2013 Madrasah Aliyah IHSANNIAT Jombang

 2013 – Sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil‟alamiin, selayaknya diucapkan pujian penuh syukur atas
nikmat, rahmat, hidayah dan taufiq dari Tuhan Yang Maha Berkehendak serta untaian
sholawat penuh cinta kepada Rasulullah berkat syafaatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal penelitian dengan judul pengaruh membaca
sholawat wahidiyah terhadap tingkat kecemasan pada pengguna narkoba.
Dengan penuh kesadaran, penulis mengakui banyaknya kesulitan dan tantangan
dalam menyelesaikan proposal ini sehingga masih ditemukan kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, segala bentuk masukan dan komentar akan penulis terima
demi perbaikan. Akhirnya, penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah
andil dalam penyelesaian proposal penelitian ini. Rangkaian ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. DR H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, MSc, selaku Ketua Program Studi danIbu
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidayatullah.
3. Ns.Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS dan Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed,
selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan arahan, masukan dan
bimbingan sehingga membuat segala kesulitan dapat penulis selesaikan.
4. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed, selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan pencerahan untuk terus bertahan dalam menghadapi semester demi
semester perkuliahan.
5. Orang tua saya, Bapak Isma‟il (Alm) dan Ibu Badriyah yang telah memberikan
segenap kasih sayang, yang tak terhingga. Terimakasih atas didikan, teladan dan
dukungan yang tak mungkin terbalaskan.

ix
6. Kakak-kakak saya beserta keluarga kecil mereka, Nurul Musyafa‟ah (Mbak
Uyun), Ana Masfufah (Mbak Ana), Khusnul Mustofiah (Mbak Top) dan Sa‟adatun
Nasikah (Mbak Ikah) tempat saya berkeluh kesah. Dengan penuh kasih, keluh itu
mereka ubah menjadi pematik semangat bagi penulis. Memberikan keberanian
kepada penulis untuk melesat bersama cita-cita.
7. KH. Ahmad Masruh IM dan Nyai Hj. Latifah Masruh, M.Si, selaku pengasuh
Pesantren At-Tahdzib (PA) Jombang dan segenap keluarga besar KH. Ihsan Mahin
serta jajaran pengurus PA yang membekali penulis dengan segudang pengetahuan
dan samudra hikmah.
8. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama proses
perkuliahan di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, BHLW, BPMW Pusat dan BPMW
DKI Jakarta, HMPSIK, DEMA FKIK UIN Jakarta dan DEMA UIN Jakarta, tentu
saja tak lupa PMII Komfakes tempat menerima pelajaran dan menyampaikan
pengajaran yang tidak diberikan di bangku perkuliahan. Semoga tetap bersinergi
dalam harmoni.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta angkatan 2013 PSIK UIN Jakarta yang
senantiasa berbagi suka duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama
pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.
11. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran proposal skripsi ini hingga
selesai.
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT.
senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya
proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga
kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah
yang tak terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 28 Mei 2017
Atik Mardiani Kholilah

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................ ii
ABSTRACT............................................................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................................. v
PERNYATAAN PENGESAHAN ............................................................................................. vi
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ xvii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 10
C. Tujuan penelitian .......................................................................................................... 10
D. Manfaat penelitian ........................................................................................................ 11
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................................. 12
BAB II....................................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 13
A. Konsep Umum Kecemasan ........................................................................................... 13
1. Pengertian Kecemasan .............................................................................................. 13
2. Respon Kecemasan ................................................................................................... 14
3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan..................................................................... 17

xi
4. Pengaruh Kecemasan terhadap Kondisi Biologis ..................................................... 20
5. Kecemasan pada Pengguna Narkoba ........................................................................ 21
6. Terapi Modalitas Gangguan Neurosis secara Umum................................................ 25
7. Perawatan secara Garis Besar Menghadapi Kecemasan ........................................... 26
B. Konsep Umum Narkoba................................................................................................ 28
1. Pengertian Narkotika dan Prekursor Narkotika ........................................................ 28
2. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Narkoba .................................................... 29
3. Penyalahgunaan Narkoba.......................................................................................... 30
4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Penggunaan Narkoba ........................... 31
5. Dampak Penggunaan Narkoba .................................................................................. 33
6. Rehabilitasi PenggunaNarkobaNarkoba ................................................................... 35
7. Karakteristik Pengguna Narkoba pada Program Rehabilitasi ................................... 45
8. Pengaruh Narkoba terhadap Kondisi Psikologis menurut Agama Islam .................. 46
C. Konsep Umum Shalawat............................................................................................... 49
1. Pengertian Sholawat.................................................................................................. 49
2. Jenis Shalawat ........................................................................................................... 50
3. Khasiat dan Keutamaan Shalawat ............................................................................. 51
4. Pengaruh Sholawat terhadap Kecemasan.................................................................. 52
5. Sholawat Wahidiyah ................................................................................................. 54
D. Kerangka Teori ............................................................................................................. 65
BAB III ..................................................................................................................................... 67
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA .............................................................................. 67
A. Kerangka Konsep .......................................................................................................... 67
B. Hipotesa ........................................................................................................................ 68
C. Definisi Operasional ..................................................................................................... 69
BAB IV ..................................................................................................................................... 70
METODE PENELITIAN .......................................................................................................... 70
A. Desain Penelitian .......................................................................................................... 70
B. Populasi, Sampel dan Sampling .................................................................................... 72

xii
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................ 73
D. Alat Pengumpul Data .................................................................................................... 73
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................................ 75
F. Etika Penelitian ............................................................................................................. 77
G. Prosedur Penelitian ....................................................................................................... 80
H. Pengolahan Analisa Data .............................................................................................. 82
BAB V ...................................................................................................................................... 85
HASIL PENELITIAN .............................................................................................................. 85
A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................................................ 85
B. Gambaran Proses Penelitian.......................................................................................... 86
C. Analisa Univariat .......................................................................................................... 88
D. Analisis Bivariat............................................................................................................ 91
BAB VI ..................................................................................................................................... 93
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 93
A. Analisa Univariat .......................................................................................................... 93
B. Analisa Bivariat ............................................................................................................ 97
BAB VII .................................................................................................................................. 104
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................... 104
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 104
B. Saran ........................................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL
halaman

Tabel 2.1 Kriteria tingkat ketergantungan narkoba 31


Tabel3.1 Definisi Operasional 69
Tabel 5.1 Gambaran usia responden 89
Tabel 5.2 Gambaran tingkat pendidikan responden 89
Tabel 5.3 Gambaran kecemasan pada pengguna narkoba sebelum 90
dilakukan intervensi di PSPP Khusnul Khotimah
Tabel 5.4 Analisa Beda Rata-rata Perubahan Tingkat Kecemasan 92
Pengguna Narkoba Saat Pre-test dan Post-test

xiv
DAFTAR BAGAN
halaman

Bagan 2.1 Rentang respon ansietas 15


Bagan 2.2 Rentang respon gangguan penggunaan narkoba 29
Bagan 2.3 Kerangka teori 66
Bagan 3.1 Kerangka konsep 67
Bagan 4.1 Rancangan penelitian 71

xv
DAFTAR SINGKATAN

BNN : Badan Narkotika Nasional

GABA : Asam Aminobutirat Gaba

Ham-A : Hamilton Anxiety Scale

NAZA : Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif

PSW : Penyiar Sholawat Wahidiyah

RSKO : Rumah Sakit Ketergantungan Obat

PSPP : Panti Sosial Pamardi Putra

WBS : Warga Binaan Sosial

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pesetujuan Responden

Lampiran 2 : Kuesioner kecemasan HAM

Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas

Lampiran 4 : Rekapitulasi Skor Kecemasan Responden

Lampiran 5 : Analisa Univariat

Lampiran 6 : Analisa Bivariat

Lampiran 7 : Perizinan Tempat Penelitian

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkoba atau narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan

(Badan Narkotika Nasional, 2011). Narkoba termasuk golongan bahan kimia atau

zat yang ketika masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi fungsi yang dapat

merusak tubuh terutama otak. Narkoba adalah bentuk bahan adiktif hal tersebut

karena narkoba dapat menimbulkan kecanduan kepada penggunanya (Fitriyani &

Trianasari, 2016).

Penyalahgunaan narkoba merupakan penggunaan zat-zat atau bahan

dengan tujuan bukan untuk pengobatan atau penelitian. Penggunaan ini adalah

dalam bentuk menggunakan tanpa takaran yang tepat dan dosis yang tidak wajar.

Pengguna biasanya melakukan ini untuk mendapatkan ketenangan sesaat,

merasakan kebebasan, tidak memikirkan masalah, ingin mendapatkan kekuatan

dan meningkatkan kepercayaan diri. Ketika hal tersebut dilakukan secara terus

menerus maka yang terjadi adalah ketergantungan atau kecanduan (Fitriyani &

Trianasari, 2016). Ketidaksiapan secara mental, ketidaktahuan akan dinamika

1
2

media sosial serta tekanan-tekanan yang buruk menggiring pada penggunaan

narkoba (Eskasasnanda, 2014).

Jumlah pengguna narkoba di Indonesia dari tahun 2004 ke 2008 naik

sekitar 29% yaitu 2,8 juta orang menjadi 3,3 juta pada tahun 2008 (BNN,2011).

Pada 2014 jumlah pengguna narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai

4,1 juta orang yang pernah pakai narkoba pada kelompok usia 10-59 tahun di

Indonesia. Dengan bahasa lain ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang dari mereka

yang berusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai narkoba di tahun 2014

(BNN,2014). Dengan angka tersebut, diperkirakan angka prevalensi berkisar

antara 2,1% sampai 2,25% (BNN, 2015).

Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba sangat

kompleks. Tidak hanya pada diri pengguna narkoba saja, tetapi masalah juga

berdampak negatif pada keluarga pengguna, masyarakat dan negara. Bagi

keluarga, pengguna narkoba akan merepotkan dan menjadi beban (Anggreni,

2015). Bagi masyarakat, pengguna narkoba cenderung melakukan tindak

kriminal agar memiliki uang untuk membeli narkoba (BNN, 2015). Di sisi lain

masih ada sekitar seperempat masyarakat yang merasa terancam bahaya

peredaran narkoba di lingkungan tempat tinggalnya karena berbagai alasan

seperti ada teman/tetangga yang memakai narkoba, ada yang meninggal karena

narkoba, dan ada bandar/pengedar di lingkungan tempat tinggalnya (BNN,

2016). Bagi Negara, biaya sosial yang terjadi akibat pengguna narkoba

diperkirakan sekitar Rp. 6,9 trilyun pada tahun 2014. Biaya sosial tersebut
3

meningkat sekitar 14% dari tahun 2008. Komponen biaya ekonomi yang

dikeluarkan antara lain adalah biaya konsumsi narkoba, biaya terapi dan

rehabilitasi, biaya produktifitas yang hilang, kematian akibat narkoba dan

tindakan kriminalitas (BNN, 2015).

Dampak negatif penggunaan narkoba tidak hanya dirasakan secara fisik,

penggunaan narkoba juga berakibat pada gangguan mental. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sitorus (2013) tentang komorbiditas pengguna narkoba jenis

komorbiditas tertinggi adalah hepatitis C sebanyak 2,7%; TB paru, HIV/AIDS,

DHF, dan depresi masing-masing 0,4%; psikotik akut 6,7%; skizofrenia 9%; dan

gangguan bipolar 0,9% (Sitorus, 2013). Penelitian ini menunjukkan pengaruh

penggunaan narkoba terhadap status kesehatan mental sangat signifikan. Menurut

Direktorat Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada tahun 2010

tercatat sebanyak 6.854 pasien kunjungan rawat jalan di rumah sakit karena

gangguan mental dan perilaku yang disebabkan oleh opioida. Dari jumlah

tersebut 4,89% pasien diantaranya merupakan kasus baru (Kemenkes, 2014).

Dampak penggunaan narkoba terhadap kesehatan tubuh jika digunakan secara

terus menerus atau melebihi takaran mengakibatkan ketergantungan sehingga

terjadi kerusakan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal

(Wulandari et al, 2015). Sedang gangguan perilaku/mental sosial yang terjadi

seperti mudah tersinggung, marah, sulit mengendalikan diri dan hubungan

dengan keluarga dan sesama terganggu. Terjadi gangguan mental seperti

paranoid dan psikosis (BNN, 2011).


4

Gangguan mental atau psikiatri yang sering ditemukan pada pengguna

narkoba adalah kecemasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanifa (2013)

pada pasien rawat inap di RSKO Jakarta yang mengkonsumsi narkoba 26,2%

mengalami kecemasan berat, 38,1% mengalami kecemasan sedang, 19,0%

mengalami kecemasan ringan dan 16,7% tidak mengalami kecemasan (Hanifa,

2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bukhori (2015) mengenai tingkat

kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di Al-Kamal Sibolangit Centre

Rehabilitation For Drug Addict Sumatera Utara menunjukkan responden yang

mengalami cemas berat sebesar 9,8%, cemas sedang 36,6%, dan cemas ringan

48,9% (Bukhori, 2015).

Kecemasan merupakan kekhawatiran pada objek yang tidak jelas yang

dimanifestasikan dengan perubahan fisik dan psikologis pada individu yang

mengalaminya. Kecemasan yang dirasakan penggunaan narkoba merupakan hasil

dari pemikiran dan keyakinannya bahwa ia tidak dapat bertahan menghadapi

stres tanpa bantuan narkoba. Keyakinan ini membuat pengguna narkoba

memiliki tingkat toleransi stres yang rendah dan sering kali terjerumus pada

penggunaan narkoba berulang atau relaps. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

Syuhada (2012) kecemasan merupakan salah satu faktor internal yang

menyebabkan pengguna narkoba mengalami relaps. Data yang diambil dari BNN

menunjukkan tahun 2007 tingkat relaps sebesar 95% sedangkan pada tahun 2008

mencapai 90% (Syuhada, 2015).


5

Semua pecandu dan korban penggunaan narkoba sesuai dengan Undang-

Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009, wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial di rumah sakit atau lembaga rehabilitasi yang

diselenggarakan oleh instansi pemerintahan atau masyarakat. Selain melalui

pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan pecandu narkotika melalui

pendekatan keagamaan dan tradisional (Sitorus, 2013). Rehabilitasi medis adalah

suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu

dari ketergantungan narkotika. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu baik secara fisik, mental maupun sosial agar bekas

pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan

masyarakat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009).

Selama menjalani proses rehabilitasi, para pecandu narkoba seringkali mendapat

masalah sehingga para pecandu merasa tertekan. Hal ini dapat berdampak buruk

bagi kesehatan fisik dan psikologis para pecandu dan dapat menurunkan kualitas

hidup para pecandu di panti rehabilitasi sehingga perlu adanya terapi (Noviarini,

Dewi, & Prabowo, 2013).

Penyembuhan pecandu NAPZA dapat dilakukan dengan terapi ataupun

rehabilitasi. Pendekatan terapi religi dalam hal ini Islam yang merupakan agama

terbesar di Indonesia efektif bagi pecandu yang melibatkan kesadaran, emosi

jiwa sehingga remaja akan menemukan kebermaknaan diri, melibatkan seluruh

aspek dengan penyadaran Al-Qur‟an dan Hadist (Fitriyani & Trianasari, 2016).

Beberapa terapi religi telah digunakan dalam rehabilitasi narkoba. Seperti metode
6

rehabilitasi yang diterapkan di Panti Rehabilitasi Cacat Mental dan Sakit Jiwa

Nururssalam Demak yaitu berupa terapi dzikir (Shofa, 2015).

Sesuatu yang memabukkan dalam Alquran disebut khamar menurut

prespektif islam, artinya sesuatu yang dapat menghilangkan akal. Meskipun

bentuknya berbeda namun cara kerja khamar dan narkoba sama saja. Keduanya

memabukkan, merusak fungsi akal manusia (Syafi‟i, 2009). Dalam surat Al-

Maidah ayat 90 dijelaskan:

ْ‫ب‬
ِ ‫ط‬َ ١ْ ‫ش‬
َّ ٌ‫ع َّ ًِ ا‬ ٌ ْ‫ َ ْص ََل َُ ِسج‬٤‫ ْا‬َٚ ‫بة‬
َ ْٓ ِِ ‫س‬ ُ ‫ص‬َ ْٔ َ ٤‫ ْا‬َٚ ‫س ُِش‬١ْ َّ ٌ‫ ْا‬َٚ ‫ا ِإَّٔ َّب ْاٌخ َّْ ُش‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ِ‫ب اٌَّز‬َٙ ُّ٠َ‫ب أ‬٠َ

َْٛ‫ُٖ ٌَ َعٍَّ ُى ُْ ر ُ ْف ٍِ ُح‬ُٛ‫فَبجْ زَِٕج‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah

termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapatkan keberuntungan”. (QS. Al-Maidah: 90)

Pelaku penyalahgunaan narkoba dalam agama islam dipandang sebagai

orang yang mengikuti hawa nafsunya dan hukumnya adalah berdosa. Dosa

sendiri secara psikologis merupakan beban bagi seseorang yang melakukannya.

Akibat dosa yang dilakukannya itu, tidak jarang mengakibatkan stress/depresi,

yang pada gilirannya mendatangkan penyakit. Hal ini dapat dimaknai dari

pemahaman tentang al-ran (noktah/titik hitam), yang secara fisik dapat dimaknai

sebagai bakteri atau bibit penyakit. Dengan demikian, dosa adalah bibit penyakit

secara fisik maupun secara psikis. Cara ampuh untuk menghilangkan bibit
7

penyakit itu, tidak lain kecuali dengan taubat (Syukur, 2012). Salah satu cara

untuk bertobat adalah dengan banyak mengingat Allah seperti yang tercantum

dalam Al-Qur‟an surat Ar-Ra‟du: 28-29:

“(28). (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah

hati menjadi tenteram.

(29). Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka

kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”.

Penelitian Faradisi (2012) membandingkan keefektivan terapi murotal

dan terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi yang

memperoleh hasil terdapat perbedaan signifikan, sehingga pemberian terapi

murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan

dengan terapi musik (Faradisi, 2012). Terapi religius yang dapat menurunkan

tingkat kecemasan juga dibuktikan oleh penelitian Silviani (2015) pada anak

presirkumsisi, Abdillah (2015) dan Utomo (2015) pada mahasiswa saat

menghadapi ujian dan penelitian Syafi‟ah (2015) pada ibu hamil primigravida

trimester III.

Penelitian yang dilakukan oleh Chambers (2015) menyimpulkan bahwa

spiritualitas mempunyai faktor signifikan yang dapat mencegah dari penggunaan


8

zat adiktif dan dapat mendukung pemulihan dari kecanduan zat adiktif

(Chambers, 2015). Studi yang dilakukan oleh Chaer (2014) tentang terapi inabah

dan pecandu di suralaya menyebutkan terapi dzikir dilaksanakan setelah sholat,

baik fardhu maupun sunnah yang bilangannya minimal 165 kali, utamanya lebih

yang diakhiri pada bilangan ganjil. Pada proses dzikir tidak sedikit para pecandu

menitikan air mata, baik pada proses dzikir jahar maupun dzikir khofi(Chaer,

2014).

Salah satu terapi religius yang digunakan untuk menurunkan kecemasan

adalah dengan membaca sholawat. Sholawat memiliki efek yang baik terhadap

kesehatan, sebagai terapi penyembuhan penyakit, dan berpengaruh terhadap

psikologis seseorang. Sholawat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, khusu,

tepat, dan kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif

dan mengefektifkan coping, yaitu suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan

yang dihadapi atau beban yang diterima (Maksum & El-Kaysi, 2009a). Salah

satu faedah membaca sholawat adalah dihilangkan kesulitan dan kesusahan

dalam hidupnya. Rasulullah bersabda: “Perbanyak membaca sholawat untukku.

Sesungguhnya yang demikian itu akan melepaskan semua kesulitan dan

hilangnya segala kesusahan” (Watiniyah, 2016).

Sholawat wahidiyah adalah rangkaian doa-doa Sholawat Nabi seperti

tertulis dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk kaifiyah (cara dan adab

atau tatakrama) dalam mengamalkannya. Sholawat Wahidiyah berfaedah

menjernihkan hati, dan ma‟rifat (sadar) kepada Alloh dan Rosul-Nya (Sanusi,
9

2010). Bagi siapa saja yang telah mengamalkan sholawat wahidiyah akan

memperoleh ketenangan dan ketenteraman batin (Mufid, 2006). Ajaran sholawat

wahidiyah mencakup bidang hukum islam (syari‟at), moral (akhlak) dan hakikat

kebenaran (haqiqot/ma‟rifat) (Zamhari, 2010).

Selain faedah membaca sholawat wahidiyah yang sesuai dengan tujuan

peneliti, dalam pengamalannya sholawat wahidiyah sangat mudah, bahkan untuk

orang yang sulit ataupun tidak bisa membaca huruf hijaiyah. Dalam tuntunan

sholawat wahidiyah dijelasakan bahwa bagi yang belum bisa membaca sholawat

wahidiyah secara keseluruhan maka boleh membaca bagian yang sudah bisa

dibaca lebih dahulu. Misalnya membaca surah Fatihah saja atau membaca YAA

SAYYIDII YAA ROSUULALLOH diulang berkali-kali selama 30 menit

(Penyiar Sholawat Wahidiyah, 2014). Untuk tujuan keseragaman dalam prosedur

penelitian ini, peneliti memilih bacaan YAA SAYYIDII YAA

ROSUULALLOH.

Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui masalah yang

dialami pengguna narkoba. Studi pendahuluan di lakukan di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat Jakarta pada 10 orang pengguna narkoba dengan

menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Scale. Hasil dari studi pendahuluan

didapatkan 8 orang mengalami kecemasan ringan dan 2 orang mengalami

kecemasan sedang.
10

B. Rumusan Masalah

Para pengguna narkoba selain mengalami ketergantungan dan dampak

kesehatan yang buruk juga mempunyai komorbiditas gangguan mental. Salah

satu gangguan mental yang terlihat adalah gangguan kecemasan. Kecemasan

dapat diintervensi dengan terapi menggunakan pendekatan religius. Membaca

sholawat adalah salah satu terapi religius untuk menurunkan kecemasan. Dengan

diketahuinya pengaruh membaca sholawat diharapkan dapat membantu

mengurangi tingkat kecemasan para pengguna narkoba.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diketahuinya

pengaruh membaca sholawat terhadap perubahan tingkat kecemasan pada

pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya tingkat kecemasan pada pengguna narkoba yang

mengikuti program rehabilitasi sebelum dilakukan intervensi membaca

sholawat.

b. Diketahuinya tingkat kecemasan pada pengguna narkoba yang

mengikuti program rehabilitasi setelah dilakukan intervensi membaca

sholawat.
11

c. Diketahuinya pengaruh membaca sholawat terhadap tingkat kecemasan

pada pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi.

D. Manfaat penelitian

1. Penelitian

a. Memperluas dan memperdalam bidang kajian psikiatri khususnya

tentang terapi religius, dan kecemasan pada pengguna narkoba.

b. Masukan bagi ilmu keperawatan jiwa untuk menambah wawasan dan

wacana yang dapat dijadikan pertimbangan dan pemikiran pada

penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Pelayanan kesehatan

a. Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Ketergantungan Obat atau

Yayasan-yayasan serta panti-panti yang memberikan layanan

rehabilitasi narkoba mengenai gambaran masalah gangguan kecemasan

bagi pengguna narkoba.

b. Memberikan masukan dalam hal penatalaksanaan pengguna narkoba di

masa mendatang.

c. Sebagai alternatif terapi tambahan di bidang kesehatan psikiatri dalam

penanganan narapidana atau pengguna narkoba.


12

3. Instansi pendidikan keperawatan

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagi salah satu intervensi psikoreligius

dalam menurunkan kecemasan dalam praktik keperawatan khususnya

pada keperawatan jiwa.

b. Penelitian ini dapat dikenalkan kepada mahasiswa keperawatan

sebagai terapi alternatif dalam menurunkan kecemasan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh membaca

sholawat wahidiyah terhadap tingkat kecemasan pengguna narkoba di Panti

Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Populasi penelitian ini

adalah penyalah guna narkoba yang menjalani program rehabilitasi. Penelitian ini

dilakukan dengan desainpre eksperimental rancangan pre dan post test without

control group. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh

dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang akan

dijawab oleh pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Umum Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Cemas (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang diidentifikasi sebagai stimulus

ansietas (Videback, 2008). Ansietas adalah pengalaman individu yang bersifat

subjektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang

diartikan sebagai perasaan “kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang

tidak diketahui dengan pasti (Varcarolis & Carson, 2006). Kecemasan atau

ansietas adalah perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ketidaknyamaan atau rasa takut disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik

atau tidak diketahui) (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran

dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan

permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Emosi seperti sedih

dan sakit umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab kemunculannya,

namun tidak dengan kecemasan. Kecemasan umumnya bersifat akut dan

inilah permasalahan yang sedang banyak dihadapi pada masa ini (Musfir,

2005).

13
14

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya sehingga tidak ada objek yang spesifik. Keadaan dialami secara

subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas

berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap

sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon terhadap penilain tersebut.

Kapasitas untuk menjadi cemas perlu untuk bertahan hidup, tetapi tingkat

kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2012).

Karakteristik utama dari gangguan kecemasan umum adalah perasaan cemas

dan takut yang berlangsung terus menerus serta tidak dapat dikendalikan,

perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan rasa ketakutan yang

sangat kuat yang muncul pada sebagian besar hari selama periode enam bulan,

dan tidak disebabkan oleh sesuatu yang berkaitan dengan fisik, seperti

penyakit, obat-obatan atau karena meminum terlalu banyak kopi. Gejala

gangguan tersebut meliputi kesulitan untuk dapat beristirahat, atau merasa

teragitasi, kesulitan untuk berkonsentrasi, iritability, perasaan tegang yang

berlebihan, gangguan tidur dan kecemasan yang tidak diinginkan (Wade &

Tavris, 2007).

2. Respon Kecemasan

Respon kecemasan dapat dilihat dari 4 komponen:

a. Komponen emosional-subjektif, meliputi: perasaan tertekan dan

ketakutan.
15

b. Komponen kognitif, meliputi: pikiran ketakutan dan perasaan

ketidakmampuan.

c. Respon fisiologis, meliputi: peningkatan denyut jantung dan tekanan

darah, ketegangan otot, ketidakteraturan pernapasan, mual, mulut kering,

diare.

d. Respon perilaku, meliputi: menghindari situasi dan terganggunya kinerja

(Passer & Smith, 2007).

Bagan 2.1 Rentang respon ansietas

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Sangat berat

(Pieter & Lubis, 2012)

Individu mempunyai kemampuan untuk berespon terhadap suatu

ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan ini berimplikasi terhadap

perbedaan tingkat kecemasan. Tingkat kecemasan meliputi: kecemasan ringan,

kecemasan sedang, kecemasan berat dan sangat berat(Asmadi, 2008).

Setiap individu berbeda dalam menghadapi setiap stimuls. Namun,

walaupun berbeda bentuk, semua kecemasan memiliki satu gejala utama, yaitu

tetap takut atau timbul perasaan khawatir dalam situasi di mana kebanyakan

orang tidak akan merasa terancam (Nasir & Muhith, 2011).


16

Gejala-gejala kecemasan menurut tingkatan (Pieter & Lubis, 2012)

a. Kecemasan ringan

Gejala fisik yang dialami pada kecemasan ringan adalah sesekali

sesak napas, nadi dan tekanan darah naik, gangguan ringan pada lambung,

mulut berkerut dan bibir gemetar. Orang dengan kecemasan ringan masih

mampu menerima stimulus yang kompleks dan berkonsentrasi sehingga

masih dapat menyelesaikan masalahnya. Persepsi pada kecemasan ringan

masih meluas, terkadang suara tinggi dan adanya tremor halus pada tangan.

b. Kecemasan sedang

Pada kecemasan sedang, gejala fisik yang dialami adalah mulut

kering, anoreksia, diare atau konstipasi. Kadang mengalami napas pendek

dan tekanan darah naik juga insomnia. Orang dengan kecemasan sedang

berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya sehingga tidak mamapu

menerima rangsangan dan persepsi mulai menyempit. Merasa gelisah dan

tidak aman.

c. Kecemasan berat

Gejala fisik yang dialami oleh orang dengan kecemasan berat adalah

napas pendek, tekanan darah naik, berkeringat, sakit kepala, penglihatan

kabur dan mengalami ketegangan. Lapangan persepsi mereka sangat

sempit sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah. Mereka juga

meraakan terancam dengan verbalisasi cepat.

d. Kecemasan sangat berat


17

Gejala fisik yang dilami pada kecemasan kecemasan sangat berat

adalah napas pendek, tekanan darah naik, aktivitas motoric meningkat dan

ketegangan. Gejala psikologi yang dialami meliputi lapangan persepsi

sangat sempit, hilangnya rasional, tidak dapat melakukan aktivitas,

perasaan tidak aman atau terancam semakin meningkat, menurunnya

hubungan dengan orang lain dan tidak dapat mengendalikan diri.

3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan

a. Faktor predisposisi

Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab

ansietas adalah:

1) Dalam pandangan psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund

Freud, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua

elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting

dan impuls primitive individu, sedangkan superego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya individu.

Ego atau aku, berfungsi mediator antara tuntutan id dan super ego.

Menurut teori psikoanalitik ansietas merupakan konflik emosional

yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan

ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Riyadi & Purwanto,

2009).
18

2) Menurut pandangan interpersonal yang dikemukakan oleh Sullivan,

ansietas timbul dari perasaan takut dari tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal. Hal ini juga berhubungan dengan trauma

perkembangan seperti perpidahan kehilangan yang menimbulkan

individu tidak berdaya. Seseorang dengan harga dirirendah biasanya

sangat mudah mengalami perkembangan ansietas berat (Riyadi &

Purwanto, 2009).

3) Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan hasil frustasi dari

segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap

ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan

untuk menghindari rasa sakit. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa

individu yang sejakkecil terbiasa dalam kehidupannya dihadapkan

pada ketakutan yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan

ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya. Ahli teori konflik

memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan

yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik

antara konflik dan ansietas. Konflik menimbulkan ansietas dan

ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya yang pada akhirnya akan

meningkatkan konflik yang dirasakan (Riyadi & Purwanto, 2009).

4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan

hal yang bisa terjadi dalam satu keluarga. Teori ini juga tumpang
19

tindih antara gangguan ansietas dengan depresi (Riyadi & Purwanto,

2009).

5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu

mengatur ansietas. PenghambatanGABA juga mempunyai peran

penting dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas,

sebagaimana dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa

kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai

predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan

gangguan fisik selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi stresor (Riyadi & Purwanto, 2009).

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut:

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang

(Yusuf et al., 2015).

c. Faktor sosiokultural

Faktor-faktor sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi kecemasan

yaitu:
20

1) Hubungan interpersonal

2) Faktor sosial-ekonomi dan etnik

3) Perbedaan budaya

4) Jenis kelamin (Santrock, 2005).

4. Pengaruh Kecemasan terhadap Kondisi Biologis

Menurut(Sadock, 2012) kecemasan dapat mempengaruhi sistem tubuh melalui:

a. Sistem saraf otonom

Stimulasi sistem saraf otonom menimbulkan gejala tertentu.

Kardiovaskular (takikardi), gastrointestinal (diare) dan pernapasan

(takipne). Pada sepertiga abad ke-20, Walter Cannon menunjukkan bahwa

kucing yang terpajan dengan anjing menggonggong menunjukkan tanda

perilaku dan fisiologis yang takut disebabkan pelepasan epinefrin dari

adrenal. Teori James Lange menyatakan bahwa ansietas subjektif

merupakan respon terhadap fenomena perifer. Sekarang ini telah menjadi

pengertian umum bahwa ansietas sistem saraf pusat mendahului

manifestasi perifer ansietas, kecuali jika seorang pasien memiliki penyebab

perifer spesifik, misalnya bila terdapat feokromositoma. Sistem saraf

otonom pada sejumlah pasien dengan gangguan ansietas, terutama mereka

dengan gangguan panik, menunjukkan peningkatan tonus simpatik,

beradaptasi lambat terhadap stimulus berulang dan berespon berlebihan

terhadap stimulus sedang (Sadock, 2012).


21

b. Neurotransmitter

Tiga neurotransmiter utama yang terkait ansietas berdasarkan studi hewan

dan respon terhadap terapi obat adalah norepinefrin, serotonin dan GABA.

Banyak informasi ilmu saraf dasar mengenai ansietas diperoleh dari

percobaan hewan yang melibatkan paradigma perilaku dan agen psikoaktif.

Satu model hewan untuk ansietas adalah uji konflik, yaitu hewan diberikan

stimulus positif (contohnya makanan) bersamaan dengan stimulus negative

(contohnya kejut listrik), obat ansiolitik (contohnya benzodiazepam)

cenderung memudahkan adaptasi hewan dengan stiuasi ini, sedangkan obat

lain (contohnya amfetamin) merusak lebih jauh respon perilaku

hewan(Sadock, 2012).

5. Kecemasan pada Pengguna Narkoba

Kecemasan yang dirasakan penggunaan narkoba merupakan

manifestasi dari keyakinan irasional yang dimiliki, yaitu bahwa ia tidak dapat

bertahan menghadapi stres dan kecemasan tanpa bantuan narkoba. Keyakinan

irasional ini membuat pengguna narkoba memiliki toleransi stres yang rendah

dan kecemasan yang tidak wajar. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

perubahan fisiologis (misalnya gemetar, detak jantung meningkat, ketegangan

pada otot tubuh) dan psikologis (misalnya gelisah, merasa rendah diri, bingung,
22

sulit berkonsentrasi). Inilah yang pada akhirnya mengganggu aktivitas mereka

dalam mengikuti program rehabilitasi(Siburian, Veronika, & Kaloeti, 2010).

Seseorang yang telah menyalahgunakan zat mengalami kesulitan

melepaskan diri dari zat. Hal ini dikarenakan saat berhenti menggunakan zat

orang tersebut akan mengalami gejala putus zat. Secara psikologis putus zat

menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi mental dan gejala psikis

lainnya(Mudzkiyyah, Nashori, & Sulistyaribi, 2014)(Pristiwiyanto, 2010).

Pandangan masyarakat terhadap pengguna narkoba juga menjadi

penyebab kecemasan. Sering kali pengguna narkoba merasa dikucilkan, dijauhi

bahkan tidak dianggap oleh keluarga sendiri dan masyarakat sekitar tempat

tinggal mereka. Hal ini menyebabkan pengguna narkoba merasa cemas dan

berpikir negatif terhadap dirinya sendiri dan orang lain (Noviarini et al., 2013).

Kecemasan pada pengguna narkoba sering terjadi karena narkoba

berpengaruh langsung terhadap otak. Otak berkomunikasi di semua bagian

otak dengan cara yang sama. Bagaimanapun, berbagai bagian yang berbeda-

beda dari otak bertanggung jawab mengkoordinir dan melaksanakan fungsi-

fungsi spesifik, dimana area-area tertentu dari otak itu lebih mudah

dipengaruhi oleh narkoba dibandingkan zat lainnya.

Daerah-daerah di otak yang banyak terlibat dalam proses adiksi dan

dipengaruhi narkoba adalah batang otak, korteks otak besar dan sistem limbik.
23

a. Batang otak mengendalikan fungsi-fungsi penting kehidupan, seperti

denyut jantung, bernafas dan tidur.

b. Bagian terdepan otak, korteks otak besar atau otak depan memproses

informasi dari panca indera dan merupakan pusat berpikir dan penilaian

dari otak. Dia memperkuat kemampuan kita berpikir, merencanakan,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

c. Sistem limbik berisi sirkuit ganjaran otak. Sistem limbik menghubungkan

sejumlah struktur-struktur otak yang mengendalikan dan mengatur

kemampuan untuk merasa senang. Perasaan senang memotivasi kita

untuk mengulangi perilaku-perilaku seperti makan, aksi-aksi yang bersifat

penting bagi eksistensi.

Sistem limbik diaktifkan ketika kita melaksanakana aktivitas diatas

dan ketika menggunakan narkoba. Sebagai tambahan, sistem limbik

bertanggung jawab atas persepsi dari emosi yang lain, baik hal positif maupun

hal negatif yang menjelaskan perubahan suasana hati akibat narkoba.

Sistem limbik terbagi menjadi area-area yang mengontrol fungsi-

fungsi khusus. Berbagai area memproses informasi dari indera-indera kita

yang membuat kita mampu melihat, mencium, merasa, mendengar dan

mencicipi sesuatu.

Sirkuit ganjaran otak didalam sistem limbik memegang peranan

penting dalam berkembangnya adiksi. Semua penyalahgunaan narkoba


24

menyasar kepada sistem ganjaran otak, baik langsung maupun tidak langsung

dengan cara membanjirinya dengan dopamine dan/atau transmitter-transmiter

lain.

Ketika beberapa zat penyalahgunaan itu diambil, mereka dapat

melepaskan 2 sampai 10 kali jumlah dopamine lebih banyak dari yang

ganjaran alami lakukan. Dalam beberapa kasus, ini terjadi cukup cepat (seperti

ketika zat dihisap atau disuntikkan). Efek yang terjadi juga bisa bertahan lebih

lama daripada yang dihasilkan oleh ganjaran alami. Stimulasi yang berlebihan

dari sirkuit-sirkuit ganjaran ini menghasilkan efek-efek euforia yang dicari

oleh orang yang menyalahgunakan zat psikoaktif dan mengajarkan mereka

untuk mengulangi perilaku tersebut. Efek hasil sirkuit kesenangan otak itu

mengerdilkan kesenangan yang dihasilkan oleh perilaku alami seperti makan

dan seks.

Overstimulasi sistem ganjaran ini bahkan menjadi sangat kompleks,

mendorong otak untuk mencoba melakukan kompensasi dan mengembalikan

keseimbangan. Otak melakukan penyesuaian terhadap berlimpahnya produksi

dopamin dan neurotrasmiter lain dengan menghasilkan lebih sedikit dopamin

atau dengan mengurangi banyaknya reseptornya yang dapat menerima dan

memancarkan sinyal. Sebagai hasilnya, dampak dopamine pada sistem

ganjaran di otak seorang yang menyalahgunakan zat menjadi jauh menurun

dan kemampuan untuk menikmati kesenangan secara normal berkurang.


25

Inilah alasan mengapa orang yang menyalahgunakan narkoba akhirnya merasa

cemas dan tertekan dan tidak dapat merasakan hal-hal yang sebelumnya

mendatangkan rasa senang(Kemensos, 2016).

6. Terapi Modalitas Gangguan Neurosis secara Umum

Psikoterapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan oleh seorang

terapis yang terlatih khusus kepada seorang pasien dengan memakai cara

profesional yang dilandasi hubungan terapis – pasien yang khas, sehingga

keluhan pasien tersebut dapat dialihkan, diringankan atau disembuhkan,

mengembangkan kepribadian secara positif. Untuk memperbaiki mental pasien

secara klinis, tidak berkaitan dengan fisik atau organik.

Beberapa bentuk dasar dari psikoterapi adalah:

a. Psikoterapi jenis sugesti/suportif (supportive)

Psikoterapi jenis sugesti merupakan bentuk psikoterapi yang sangat

sederhana dan tidak mengikuti masa silam maupun alam tak sadar dari

penderita. Psikoterapis berusaha untuk ikut mencarikan jalan keluar yang

logis sesuai dengan kemampuan pasien dalam mengenal gangguan yang

dihadapi, serta mencari mekanisme pertahanan yang lebih baik dalam

menghadapi penyelesaian masalah.

b. Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)

Psikoterapi jenis analisa merupakan jenis psikoterapi yang perlu

mengupas alam tak sadar pasien karena diperlukan perubahan mendasar


26

guna melakukan adaptasi pasien dalam menghadapi konflik internalnya.

Cara ini menyita waktu yang lama. Selain itu motivasi maupun intelegensi

yang cukup dari pasien sangatlah menentukan sejauh mana terapi jenis ini

mencapai keberhasilan.

c. Psikoterapi jenis perilaku (behavior therapy)

Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning

theory. Perilaku yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat

yang tidak dikehendaki oleh orang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara

belajar menghadapi situasi tertentu yang cenderung keliru. Tingkat

keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.

d. Terapi kelompok

Keberhasilan jenis terapi kelompok banyak ditentukan oleh

terapis/pimpinan kelompok khususnya oleh pengalaman, pengertian dan

kepribadian.

e. Terapi keluarga

Pada dasarnya berfungsi untuk memelihara kestabilan keluarga

karena sifat seorang pasien cenderung menyimpang dapat lepas dari peran

keluarga (Ibrahim, 2012).

7. Perawatan secara Garis Besar Menghadapi Kecemasan

Apabila pasien mengalami gangguan panik dan GAD (General Anxiety

Disorder – Gangguan Cemas Umum), kita dapat melakukan perawatan pada


27

penyebab kepanikan awal untuk selanjutnya diambil tindakan. Menurut

(Ibrahim, 2012), pendekatan untuk perawatan kecemasan dibagi menjadi 5

teknik, yaitu:

a. Relaksasi dan hubungan teknik langsung

Relaksasi dapat mengurangi ansietas dan berusaha untuk

mengadakan perubahan pada pola hidup dan kebiasaan yang dapat

menyebabkan kecemasan. Sholawat merupakan salah satu amalan dalam

agama islam untuk mencapai relaksasi (Asmadi, 2008).

b. Pendekatan kognitif

Gangguan kecemasan secara klinis merupakan hasil dari cara pasien

mengolah informasi pada situasi yang dianggap sebagai suatu ancaman.

Proses kognitif penting untuk mempertimbangkan termasuk penilaian dan

asumsi yang berkenaan pada situasi yang khusus dan aturan-aturan yang

menghasilkan problem situasi. Asumsi-asumsi ini diubah menjadi

kebiasaan sebagai contoh, pasien memutuskan, “jika ragu, lebih baik

diam”. Tujuan dari teori kognitif adalah:

1) Untuk membantu pasien menyadari apa yang ia pikirkan.

2) Untuk menguji mereka apakah ada gangguan kognitif.

c. Latihan kemampuan dan penanggulangannya

d. Perubahan gaya hidup

e. Farmakoterapi (Ibrahim, 2012).


28

B. Konsep Umum Narkoba

1. Pengertian Narkotika dan Prekursor Narkotika

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

mendefinisikan dan menetapkan berbagai jenis narkotika dan prekursor

narkotika sebagai berikut:

a. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yag berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan (BNN,

2011). Narkoba termasuk golongan bahan kimia atau zat yang ketika

masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi fungsi yang dapat merusak

tubuh terutama otak. Narkoba adalah bentuk bahan adiktif hal tersebut

karena narkoba dapat menimbulkan kecanduan kepada penggunanya

(Fitriyani & Trianasari, 2016)

b. Prekursor narkotika

Prekursor narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan

kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika (BNN, 2011).


29

2. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Narkoba

Bagan 2.2 Rentang respon gangguan penggunaan narkoba(Yusuf et al.,


2015)

EksperimentalRekreasional Situasional PenggunaanKetergantungan

a. Eskperimental adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan

rasa ingin tahu. Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh

kembangnya ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan

sebagai taraf coba-coba.

b. Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul

dengan teman sebayanya, misalnya waktu pertemuan malam mingggu,

ulang tahun dan sebagainya. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi

bersama teman sebayanya.

c. Situasional merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk

melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu

menggunakan zat bila sedang dalam konflik, stress dan frustasi.

d. Penggunaan adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah

mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1

bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi

peran di lingkungan sosialnya, pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun

pasien menderita cukup serius akibat menggunakan, pasien tersebut tidak

mampu untuk menghentikan.


30

e. Ketergantungan adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga

telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik

ditandai dengan kondisi toleransi dan sindroma putus zat (Yusuf et al.,

2015).

3. Penyalahgunaan Narkoba

Banyak konsep dan definisi operasional penyalahgunaan narkoba,

ada yang melalui pendekatan frekuensi pemakaian narkoba ataupun tingat

ketergantungan melalui pengukuran berbagai indikator psikologis maupun

mental (BNN, 2015). Menurut (Fitriyani & Trianasari, 2016), penggunaan

narkoba lebih pada menggunakan zat-zat atau bahan dengan tujuan bukan

untuk pengobatan atau penelitian. Penggunaan ini adalah dalam bentuk

menggunakan tanpa takaran yang tepat dan dosis yang tidak wajar. Dalam

(BNN, 2011) menjelasakan penggunaan narkoba adalah pemakaian narkoba

di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, secara teratur atau

berkala sekurang-kurangnya selama 1 bulan.

Substance Abuse and Mental Health Services Administration (2008)

dalam (BNN, 2015) membagi perilaku pakai zat atas tiga kategori, yaitu:

a. Pengguna seumur hidup (lifetime use), minimal sekali pakai narkoba

dalam seumur hidup, termasuk pengguna 30 hari atau 12 bulan yang lalu.

b. Pengguna tahun lalu (past year use), waktu pakai narkoba terakhir kali

dalam 12 bulan lalu termasuk 30 hari lalu sebelum wawancara.


31

c. Pengguna sebulan lalu (past month use), waktu pakai narkoba terakhir

dalalm 30 hari yang lalu sebelum wawancara

Tabel 2.1 Kriteria tingkat ketergantungan dari berbagai sumber:


Kandel, 1975 dalam (BNN, 2015)
Experimental Occasi Casual Moderate Regular Heavy Habitual,
onal use user cronic

1-2 kali 3-9 kali 1-20 kali 10-29 kali Minimal 1 21-199 >200 kali
(Mizner, (Mizne (Stanton) (Mizner) kali per kali (Stanton)
1973) r) minggu (Stanton)
(Johnson)
1-2 kali 3-59 kali Satu atau .30 kali 3 kali
(Josephson, (Josephson, lebih dari 1 (Mizner) seminggu
1973) 1973) bulan dalam 3
(Johnson) tahun atau
lebih
ataupakai
tiap hari
selama 2
tahun
(Hochman,
1973)
1-9 kali 10-59 kali >60 kali
(Josephson, (Josephson, (Josephs
1972) 1972) on)
<1 kali dlm 1 10 kali satu 3 kali per
bulan tahun terakhir minggu
(Johnson) (Hochman& atau >1
Brill, 1973) bln pakai
(Robins)
Min 1 kali per
bulan
(Johnson)

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Penggunaan Narkoba

a. Faktor predisposisi

1) Faktor biologis

 Kecenderungan keluarga, terutama pengguna alkohol


32

 Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respons

fisiologis yang tidak nyaman

 Varian gen DRD2 yang tampak berkaitan dengan transmisi

alkoholisme

2) Faktor psikologis

 Tipe kepribadian ketergantungan oral

 Harga diri rendah sering berhubungan dengan penganiayaan

pada masa kanak-kanak

 Kebiasaan maladaptif yang dipelajari secara berlebihan

 Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit

 Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran

yang positif, kurang rasa percaya, tidak mampu

memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang

adiksi

3) Faktor sosiokultural

 Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap penggunaan

obat

 Ambivalensi sosial tentang penggunaan atau penggunaan

berbagai zat, seperti tembakau, alkohol, dan mariyuana

 Sikap, nilai, norma, dan sanksi budaya

 Kebangsaan, etnis, dan agama


33

 Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan

keterbatasan kesempatan (Stuart, 2012).

5. Dampak Penggunaan Narkoba

a. Dampak kesehatan

Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem

saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan organ lain

seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan panca indera. Tetapi

sebenarnya penyalahguanaan narkoba membahayakan seluruh tubuh.

Sudah terlalu banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian

narkoba, terutama karena pemakaian berlebihan (over dosis) dan

kematian karena AIDS (akibat pemakaian narkoba melalui jarum

suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV). Juga banyak

remaja meninggal karena penyakit, kecelakaan dan perkelahian akibat

pengaruh narkoba (Sumiati, 2009).

b. Dampak psikologis

Ketergantungan pada narkoba menyebabkan orang tidak bisa

berpikir dan bertingkah laku normal. Perasaan, pikiran dan

perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Berbagai gangguan

psikis atau kejiwaan yang serig dialami oleh mereka yang

menyalahgunakna narkoba antara lain rasa tertekan, cemas, ketakutan,

ingin bunuh diri, kasar, marah, agresif, pergaulan yang terbatas karena
34

lebih mudah bergaul dengan sesama pengguna narkoba dan lain-lain.

Gangguan jiwa ini bisa sementara tetapi bisa juga selamanya.

Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bisa

berhenti untuk terus menerus menggunakan narkoba (Sumiati, 2009).

c. Dampak emosi

Narkoba ialah zat yang dapat mengubah mood seseorang

(mood altering substance). Saat menggunakan narkoba, mood,

perasaan serta emosi seseorang ikutterpengaruh. Jenis-jenis narkoba

yang termasuk kelompok uppers, seperti shabu-shabu bisa

memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dan kekerasan,

terutama bila orang ini memilki temperament emosional. Hal ini,

mengakibatkan tingginya domestic violence dan perilaku

abusive(Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).

Dikarenakan pikiran pecandu yang terobsesi pada narkoba dan

penggunaan narkoba, maka mereka tidak akan takut melakukan tindak

kekerasan terhadap orang yang mencoba menghalanginya, ditambah

pula kondisi emosional seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa

berubah kapan saja (Pieter et al., 2011).

d. Dampak sosial

1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh

lingkungan.

2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga.


35

3) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Anggreni,

2015).

6. Rehabilitasi PenggunaNarkobaNarkoba

Pada tahap rehabilitasi medis, terpidana wajib menjalani 3 (tiga)

tahap perawatan, yaitu program rawat inap awal, program lanjutan dan

program pasca rawat. Pada program rawat inap awal, terpidana wajib

menjalani rehabilitasi rawat inap selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan.

Setelah melewati program rawat inap awal, seorang terpidana dapat

menjalani program rawat inap lanjutan ataupun program rawat jalan,

tergantung pada derajat keparahan adiksinya sesuai dengan hasilpengkajian

lanjutan(Hawari, 2012).

Program rawat inap lanjutan diberikan pada pasien dengan salah satu

atau lebih kondisi seperti ini, yaitu pola penggunaan ketergantungan, belum

menunjukkan stabilitas mental emosional pada rawat inap awal, mengalami

komplikasi fisik dan atau psikiatri, dan atau pernah memiliki riwayat terapi

rehabilitasi beberapa kali sebelumnya (Hawari, 2012).

Sedangkan program rawat jalan diberikan pada pasien dengan salah

satu atau lebih kondisi sebagai berikut, yaitu memiliki pola penggunaan yang

sifatnya reaksional, zat utama yang digunakan adalah ganja atau amfetamin,

atau zat utama yang digunakan adalah opioda, namun yang bersangkutan telah

berada dalam masa pemulihan sebelum tersangkut tindak pidana, atau secara
36

aktif menjalani program terapi rumatan sebelumnya, berusia di bawah 18

tahun, dan atau tidak mengalami komplikasi fisik dan atau psikiatrik(Hawari,

2012).

Pasien yang mengikuti program lanjutan rawat jalan harus melakukan

kontrol pada unit rawat jalan sarana rehabilitasi medis terpidana narkotika

dengan frekuensi setidaknya 2 (dua) kali seminggu tergantung pada

perkembangan kondisi pasien untuk memperoleh pelayanan intervensi

psikososial, pencegahan kekambuhan dan terapi medis sesuai kebutuhan serta

menjalani tes urine secara berkala atau sewaktu-waktu(Hawari, 2012).

Ketika pecandu telah melewati masa rehabilitasi, maka pecandu

tersebut berhak untuk menjalani rehabilitasi sosial milik pemerintah atau

masyarakat, atau dengan lembaga swadaya masyarakat yang memberikan

layanan pasca rawat(Hawari, 2012).

Sarana rehabilitasi medis terpidana narkotika wajib melaporkan

informasi tentang pecandu penyalahgunaan narkotika yang menjalani program

rehabilitasi medis di tempatnya dengan mengikuti sistem informasi kesehatan

nasional yang berlaku. Dalam hal terjadi kondisi khusus dimana pecandu

narkotika yang menjalani program rehabilitasi medis melarikan diri, tidak

patuh terapi, melakukan kekerasan yang membahayakan nyawa orang lain

atau melakukan pelanggaran hukum, maka rumah sakit penerima rehabilitasi

medis terpidana wajib memberikan laporan kepada pihak kejaksaan yang

menyerahkan(Hawari, 2012).
37

Hasil yang diharapkan setelah mereka selesai menjalani program

rehabilitasi adalah antara lain:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

2) Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAZA.

3) Memiliki keterampilan

4) Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kekhidupan sehari-

hari baik di rumah (keluarga), di sekolah/kampus, di tempat kerja maupun

di masyarakat(Hawari, 2012).

Program-program rehabilitasi mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tahap rehabiliatsi medis.

Program ini merupakan bentuk pengobatan dan perawatan yang

selanjutnya disebut residen yang mengalami ketergantungan narkoba.

Program ini meliputi: detoksifikasi, merupakan suatu program untuk

menghilangkan racun-racun dalam tubuh akibat pemakaian narkoba.

Metode yang digunakan berupa terapi alternatif dengan mengonsumsi D5.

D5 merupakan ramuan dari bahan-bahan alami yang berfungsi untuk

menetralkan dan membuang racun-racun dalam tubuh sehingga dapat

menghilangkan rasa sakaw dan sugesti. Rehabilitasi medis pada intinya

merupakan proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.


38

Jika pecandu mengurangi atau menghentikan penggunaan

narkoba, ia akan mengalami gejala putus zat, yang terdiri atas gejala fisik

dan psikologis. Gejala itu tergantung pada jenis narkoba yang dipakai.

Berat atau ringannya gejala tergantung pada seberapa banyak

pecandu itu menggunakan narkoba. Narkoba yang paling mudah (cepat)

menimbulkan ketergantungan adalah opioida (putaw). Gejala putus zat

yang paling hebat menimbulkan rasa nyeri adalah gejala putus opioida

(heroin, putaw). Gejala yang paling membahayakan adalah gejala putus

obat tidur, obat penenang atau alkohol (minuman keras).

1) Gejala putus zat penekan saraf pusat/depresansia (obat penenang,

obat tidur dan alkohol) adalah mual, muntah, lemah, letih, denyut

jantung cepat, tekanan darah naik, lidah, tangan, dan kelopak mata

bergetar, banyak keringat, cemas, dan mudah tersinggung. Kadang-

kadang ia tidak ingat akan suatu kejadian (amnesia). Gejala timbul 24

jam setelah penggunaan terakhir dan berlangsung sampai 3-10 hari,

tergantung pada jenis zat yang dipakai.

2) Gejala putus opioida berupa keluar air mata, hidung basah, menguap

berulang kali, nyeri seluruh badan (otot, sendi, tulang), gelisah, tidak

bisa tidur, mual, muntah, diare, demam ringan, takut air, tekanan

darah sedikit meningkat, dan nadi sedikit bertambah cepat. Gejala

mulai muncul 3-4 jam sesudah penggunaan terakhir, memuncak

sesudah 8-10 jam, berlangsung sampai hari ke-3 lalu mereda.


39

3) Gejala putus zat stimulansia (ekstasi, sabu, kokain) adalah perasaan

hati tertekan, sedih, mudah tersinggung, cemas, gangguan tidur.

Nafsu makan bertambah. Dan pikiran untuk bunuh diri. Gejala mulai

timbul 24 jam setelah penggunaan terakhir dan mencapai puncaknya

dalam 2-4 hari.

4) Gejala putus ganja biasanya ringan seperti mudah tersinggumg, tidak

suka makan, tidur terganggu, banyak berkeringat, gemetar, mual,

muntah dan diare(Martono & Harlina, 2006).

b. Kegiatan pengobatan dan perawatan penyakit.

Kegiatan ini dilakukan oleh dokter dan perawat di poliklinik jika

residen mengalami gangguan kesehatan. Poliklinik menyediankan

program rawat inap dan rawat jalan bagi residen.

c. Tahap rehabilitasi sosial

Rehabilitasi sosial merupakan suatu kegiatan pembianan yang

bertujuan untuk membimbing narapidana mengembangkan sikap

kemasyarakatan dan menanmkan sikap sosial sehingga nantinya mereka

kembali ke masyarakat dan tidak mengulangi tindakan pengulangan

penyalahgunaan narkoba setelah bebas. Dalam rehabilitasi sosial, proses

kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupaun sosial

agar mantan pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial

dalam kehidupan bermasyarakat.


40

d. Rehabilitasi Psikiatri

Dengan rehabilitasi psikiatri dimaksudkan agar peserta rehabilitasi

yang semula berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan

kata lain sikap dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga

mereka dapat bersosialisasi dengan baik, dengan sesama rekannya

maupaun personil yang membimbing dan mengasuhnya.

Meskipunmereka telah menjalani terapi, rasa ingin memakai

NAZA lagi atau “sugesti” (craving) masih sering muncul, juga keluhan

lain seperti kecemasan dan atau depresi serta tidak bisa tidur (insomnia)

merupakan keluhan yang sering disampaikan di kala menjalani konsultasi

dengan psikiater/dokter. Oleh karena itu terapi psikofarmaka masih dapat

dilanjutkan dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan tidak

bersifat adiktif (menimbulkan ketagihan) dan tidak menimbulkan

dependensi (ketergantungan).

Dalam rehabilitasi psikiatri ini yang penting adalah psikoterapi

baik secara individual maupun secara berkelompok. Untuk mencapai

tujuan psikoterapi (Hawari, 2012).

e. Tahap rehabilitasi kerohanian atau rehabilitasi psiko spiritual.

Ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Program ini merupakan

kegiatan keagamaan yang meliputi agama Islam, Kristen dan Budha dan

program keterampilan. Program keterampilan merupakan pembekalan


41

intelektual dan keahlian yang dapat menunjang residen saat mereka bebas

(Hawari, 2008b).

Salah satu hal yang menyebabkan penggunaan narkoba yaitu

ketika individu mulai melupakan Allah SWT. Dengan melupakan Allah,

setiap individu akan melupakan kontrol terhadap dirinya sendiri (Khalid,

2008) sebagaimana Allah menyebutkan dalam Al-Qur‟an Surah Al-

Hashr:19:

‫اُهْاللَّ َهنَ ُسوا َكالَّ ِذينَ تَ ُكونُو َاوَلا‬


ُ ‫اس ُقونَ ُه ُمأُوَٰلَئِ َكأَنْ ُف َس ُه ْم َفأَنْ َس‬
ِ ‫الْ َف‬

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,

lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah

orang-orang yang fasik” (QS. Al-Hasyr: 19)

Metode yang dijalankan oleh Hawari, D (1997) dalam terapi dan

rehabilitasi pasien ketergantungan NAZA adalah sistem terpadu yang

merupakan integrasi terapi medis, terapi psikiaitri/psikologik, terapi sosial

dan terapi psikolreligius (agama/keimanan)/ motto yang digunakan adalah

berobat dan bertobat.

Berobat dan bertobat mencakup 3 hal, yaitu:

a. Detokfikikasi

b. Terapi medis terhadap komplikasi paru, liver dan organ tubuh

lainnya.
42

c. Terapi terhadap gangguan mental dan perilaku akibat gangguanpada

sinyal pengantar saraf (neurotransmitter) pada sel-sel saraf otak yang

disebabkan karena NAZA.

Bertobat artinya mohon ampun ke hadirat Allah SWT dan berjanji

tidak akan mengulangi lagi mengonsumsi NAZA, karena NAZA haram

hukumnya baik dari segi agama maupun UU.

Pendekatan keagamaan pada pasien ketergantungan NAZA

ternyata dapat menekan angka kekambuhan. Penelitian yang telah

dilakukan oleh Hawari, D. et al (2000) selama 3 tahun terhadap 2.400

pasien ketergantungan NAZA yang dirawat inap di rumah sakit umum,

angka rawat inap ulang (kekambuhan) sebanyak 293 pasien. Angka ini

jauh lebih rendah dari angka yang diperoleh dari pattison, EM (1980)

yaitu 43,9%. Dari 293 pasien (12,21%) yang diwarat inap ulang tersebut

ternyata penyebab kekambuhan karena faktor teman sebanyak 171 pasien

(58,36%); karena faktor sugesti (craving) sebanyak 68 pasien (23,21%);

karena faktor stress sebanyak 54 pasien (18,43%).

Motivasi keagamaan guna meningkatkan keimanan bahwa NAZA

itu haram hukumnya dari segi agama dan UU membawa hasil sebagai

berikut:

a. 40% berhenti mengonsumsi NAZA karena motivasi agama

(keimanan);
43

b. 30% dapat mengatasi ketergantungan dan komplikasi fisik dan

psikologik;

c. 30% dapat mengatasi masalah atau tekanan keluarga, sosial dan

keuangan;

d. 75% dapat bertahan tidak mengonsumsi NAZA dalam kurun waktu 2

tahun.

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi

psikoreligius bila dijalankan dengan benar dapat memperkecil angka

kekambuhan (Hawari, 2008).

Biasanya orang yang sedang menderita sakit diliputi kecemasan

dan kesedihan. Kedua hal ini dapat memperberat penyakit yang sedang

dideritanya. Oleh karena itu selain obat anti cemas dan anti depresi yang

diberikan, pasien hendaknya berdo‟a sebagaimana ayat dan hadits berikut

ini yang artinya:

ُ ‫ ََل‬َٚ ُْ ِٙ ١ْ ٍَ‫ع‬
a. ُْ ٘ ٌ ْٛ ‫صٍَ َح فَ َل َخ‬
َ ‫ف‬ ْ َ ‫ا‬َٚ ََِٓ ‫َٓ فَ َّ ْٓ ا‬٠ْ ‫ ُِ ْٕ ِز ِس‬َٚ َٓ٠ْ ‫ش ِش‬ َ ‫ َِبُٔ ْش ِس ًُ ْاٌ ُّ ْش‬َٚ
ّ ِ َ‫َٓ اِ ََّل ُِج‬١ْ ٍِ ‫س‬

َْْٛ ُٔ َ‫َحْ ض‬٠

“Dan tidaklah kami mengutus para rosul melainkan untuk

menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Maka,

barang suaoa yang beriman dan berbuat baik, bagi mereka tidak ada

kekhawatiran (kecemasan) dan tidak (pula) berduka cita dan bersedih

hati (depresi)” (Q.S Al An‟aam, 6: 48)


44

ْ َ ٤‫أ َ ْٔز ُ ُُ ْا‬َٚ ‫ا‬ُٛٔ َ‫ ََل رَحْ ض‬َٚ ‫ا‬ُِٕٛٙ َ ‫ ََل ر‬َٚ
b. ٓ١ِِِٕ ْ‫َْ إِ ْْ ُو ْٕز ُ ُْ ُِؤ‬ْٛ ٍَ‫ع‬

“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) bersedih hati

padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika

kamu orang yang beriman” (Q.S Ali Imran, 3:139)

Pada umumya orang yang sedang menderita sakit diliputi oleh

rasa cemas dan jiwa yang tidak tenang. Selain berobat pada ahlinya, maka

berdoa dan berzikir (mengingat Allah) dapat menenangkan jiwa yang

bersangkutan. Tuhan menganjurkan dalam keadaan bagaimanapun juga

hendaknya ketenangan jiwa tetap dijaga karena Allah menjanjikan pahala

surga, sebagaimana ayat dan hadits berikut yang artinya:

ُ ٍُُ‫َّللاِ ر َْط َّئِ ُّٓ ْاٌم‬


a. ‫ة‬ٛ َّ ‫ ُْ ثِ ِز ْو ِش‬ُٙ ُ‫ث‬ٍُُٛ‫ر َْط َّئِ ُّٓ ل‬َٚ ‫ا‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ِ‫اٌَّز‬
َّ ‫َّللاِ ۗ أ َ ََل ِث ِز ْو ِش‬

“(Yaitu), orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat

Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S Ar Ra‟d, 13:28).

b. ِٟ‫ ف‬ٍِٟ ‫فَب ْد ُخ‬۷


۲‫َّخ ۝‬١‫ض‬ ِ ‫ َس ِثّ ِه َس‬ٌَِٝ‫ إ‬ٟ‫اس ِج ِع‬
ِ ‫َخ َِ ْش‬١‫اض‬ ْ ۷ ْ ُّ ٌ‫س ْا‬
۲‫ط َّئَِّٕخٌ ۝‬ ُ ‫ب إٌَّ ْف‬َٙ ُ ‫َّز‬٠َ ‫َب أ‬٠

۳‫ ۝‬ِٟ‫ َجّٕز‬ٍِٟ ‫ا ْد ُخ‬َٚ ۷


۷ ۲‫ ۝‬ٞ‫ِعجَب ِد‬

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati

yang ridha lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah

hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surgaKu” (Q.S Al Fajr,

89: 27-30)
45

c. Bentengi hartamu dengan zakat, obati penyakitmu dengan sedekah

dan hadapi ujianmudengan do‟a” (HR. At Tabrani) (Hawari, 2008b).

7. Karakteristik Pengguna Narkoba pada Program Rehabilitasi

Karakteristik pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi

menurut Badri (2016) dibagi menjadi empat fase:

a. Fase pertama

Pada fase pertama ini korban akan mengenali pengaruh narkoba terhadap

kesehatan fisik dan psikis dirinya. Dengan motivasi kuat dengan “no

drugs (tiak ada narkoba), no violent (tidak ada

kekerasan/ancaman/paksaan) dan no sex (tidak ada perlakuan seksual).

b. Fase kedua

Fase kedua atau Crame free, korban bebas dari keterikatan dan

keberadaan narkoba, karena mantan pecandu dan sesama pecandu tak

akan saling bertemu. Masing-masing terisolasi agar tidak terjadi transaksi

jual beli narkoba untuk menghindari ajakan kembali ke

penyalahgunaannya. Metodenya, bagaimana menanamkan prinsip pada

korban untuk menolak ajakan kembali pada penyalahgunaan narkoba.

c. Fase ketiga

Fase ketiga atau productivity, tahap tersebut mengupayakan kemampuan

korban penyalahguna agar lebih produktif dengan melakukan kegiatan-


46

kegiaitan positif, sehingga mampu membangun harapan dan cita-cita

baru.

d. Fase keempat

Fase keempat atau healthy life, bagaimana menanamkan pola hidup sehat

supaya terjadinya perubahan perilaku pada diri korban, baik secara fisik

maupun psikologis. Metodenya membangun jiwa disiplin diri korban

melalui ibadah, olahraga, dan silaturahim teratur dengan teman-teman

yang bersih dari penyalahguna narkoba, serta memberikan dukungan ke

arah hidup bebas narkoba (Badri, 2016).

8. Pengaruh Narkoba terhadap Kondisi Psikologis menurut Agama Islam

Dalam Agama Islam, pelaku penyalahgunaan narkoba dipandang

sebagai orang yang mengikuti hawa nafsunya yang dalam pengertian nafsu

dengan kekuatan as-syahwati, yaitu suatu daya yang berpotensi untuk

menginduksi diri dari segala yang menyenangkan. Prinsip kerja nafsu ini

mengikuti prinsip kesenangan (pleasure principle), walaupun terkadang hal

tersebut membahayakan. Dorongan seperti itu akan melahirkan kepribadian

Ammarah (Nafs al-Ammarah), yaitu kepribadian yang cenderung pada tabiat

jasad dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan (pleasureprinciple). Ia akan

menarik kalbu manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah

sesuai dengan naluri primitifnya. Sehingga ia merupakan tempat dan sumber

kejelekan dan akhlak tercela. Oleh sebab itu, ajaran Islam yang tertuang dalam
47

Al-Quran memberikan penjelasan yang berkaitan dengan nafsu di antaranya

dalam surat Yusuf ayat 53:

َ َِ ‫س ِؤ ا ََِّل‬
9. ِّٟ‫بس ِح َُ َسث‬ ُّ ٌ‫بسح ٌ ثِب‬ َ ‫ا َِّْ إٌَّ ْف‬
َ َِّ َ‫س ََل‬

“sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu

yang diberi rahmat oleh Tuhanku”. (Q.S. Yusuf: 53).

Dengan demikian identitas sebagai pengguna narkoba dimaknai

sebagai identitas negatif (-) dalam perspektif Islam. Perubahan identitas

pengguna narkoba dari titik negatif (-) tersebut dilakukan dengan pendekatan

Agama Islam, yaitu mengupayakan terjadinya perubahan dari nafsAmmarah

kepada nafs Muthmainnah (Hermawati, 2011).

Dosa sendiri secara psikologis merupakan beban bagi seseorang yang

melakukannya. Akibat dosa yang dilakukannya itu, tidak jarang

mengakibatkan stress/depresi, yang pada gilirannya mendatangkan penyakit.

Hal ini dapat dimaknai dari pemahaman tentang al-ran (noktah/titik hitam),

yang secara fisik dapat dimaknai sebagai bakteri atau bibit penyakit. Dengan

demikian, dosa adalah bibit penyakit secara fisik maupun secara psikis. Cara

ampuh untuk menghilangkan bibit penyakit itu, tidak lain kecuali dengan

taubat(Syukur, 2012).

Berbagai ritual sufistik, secara psikologis dapat dijadikan sebagai

bentuk psikoterapi, dengan didasarkan pada cabang psikoterapi transpersonal.


48

Selain itu, jika dikaitkan dengan dzikir sebagai pusat orbit sufi healing, maka

shalat, puasa, doa dan seterusnya, merupakan obat mujarab dalam

menyembuhkan berbagai penyakit(Syukur, 2012).

Sufi healing dipandang efektif dalam penyembuhan, sebab para sufi

menarik akar kesadaran manusia akan keberadaan dirinya sebagai metode

pengobatan. Hal ini dapat dipahami, sebab tasawuf, ketika dihubungkan

dengan kesehatan, maka garis hubungannya nampak jelas bersinggungan

sebagai dua hal yang saling mendukung. Para ilmuan Barat membuktikan

hubungan tersebut melalui berbagai penelitian, yang hasilnya sangat

mengejutkan, mereka sampai pada kesimpulan bahwa komitmen agama

(dalam arti intensitas menjalankan ritual keagamaan, baik dzikir maupun doa),

akan dapat mencegah datangnya penyakit, dan mempercepat

penyembuhannya. Efektivitasnya nampak pada kelebihan utama spiritualitas

yang menenangkan, dan mengajak para pasien untuk kembali pada fitrahnya,

sebagai manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Oleh karena itu

dapat dipastikan bahwa pada masa yang akan datang, sufi healing akan

menjadi rujukan utama, baik dalam arti secara utuh sufi healing, atau dalam

bentuk pendamping dunia medis (Syukur, 2012).


49

C. Konsep Umum Shalawat

1. Pengertian Sholawat

Kata shallu berasal dari akar kata shalah (bentuk tunggal dari

shalawat), yang berarti menyebut yang baik, ucapan yang mengandung

kebajikan, do‟a dan curahan rahmat. Yushallun (bershalawat) artinya

yubarrikun (memberikan keberkahan) (Sudarmojo, 2013). Sholawat menurut

arti bahasa adalah: Do‟a, sedangkan menurut istilah adalah sholawat Allah

SWT, sholawat dari malaikat dan sholawat dari orang-orang yang beriman

(manusia dan jin) berupa permohonan rahmat dan kemuliaan kepada Allah

SWT untuk Nabi Muhammad SAW (Kamaluddin, 2016). Sesungguhnya umat

telah sepakat, dengan berpijak kepada Al-Qur‟an,hadist Rasulullah SAW,

pendapat ulama, dan perkataan orang-orang saleh, bahwa shalawat kepada

Nabi Muhammad SAW termasuk salah satu ketaatan yang paling utama dan

ibadah yang paling mulia (Khalil, 2009).

Terkait dengan sholawat untuk Rasulullah SAW, Allah telah

berfirman dalam Al-Qur‟an (Maksum & El-Kaysi, 2009b):

‫ َّب‬١ْ ٍِ ‫ا ر َ ْس‬ُّٛ ٍِّ ‫س‬ َ ‫ا‬ٍُّٛ‫ص‬


َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َ ‫ا‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ْ ‫ب ٌَّ ِز‬َٙ ُّ٠َ ‫َب ا‬٠ ِٟ‫ إٌَّج‬ٍَٝ‫ع‬
َ َْْٛ ٍُّ‫ص‬
َ ُ٠ َُٗ ‫ ئِ َىز‬٣َِ َٚ َ‫إِ َّْ للا‬

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai

orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah

salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzaab: 56)


50

Hanya shalawat ibadah yang Allah SWT sendiri juga melakukannya.

Jika Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk shalat atau

berhaji, Allah SWT tidak menjalankannya. Berbeda dengan shalawat,

Shalawat sedemikian dahsyatnya hingga Allah SWT menjalankannya sendiri,

dan memerintahkan malaikat dan manusia untuk bershalawat kepada

Rasulullah SAW (Assegaf, 2009). Sholawat kepada nabi merupakan pujian

yang ditujukan kepada Nabi Muhammad sebagai permohonan keberkahan dan

memberi penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat merupakan

ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, sama halnya seperti melakukan

dzikir (Aini, 2014).

2. Jenis Shalawat

Secara umum, jenis shalawat ada dua (Sanusi, 2010):

a. Shalawat ma’tsurah, yaitu shalawat yang kalimatnya, cara membacanya,

waktu membacanya, serta keutamaannya dibuat oleh Rasulullah SAW.

Contoh:

“Allahumma shalli ‘ala Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa’ala alihii

wa sallim.” (Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada

Muhammad, nabi yang ummidan kepada keluarganya)

b. Shalawat ghairu ma’tsurah, yaitu shalawat yang dibuat oleh para ulama

dan orang-orang saleh yang tidak diragukan dalam keilmuan dan

ketakwaannya. Contoh:
51

“Shalawat Munjiyat” yang diciptakan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani

dan Shalawat Fatih oleh Syekh Ahmad al-Tijami (Watiniyah, 2016).

Sholawat Wahidiyah termasuk shalawat ghairu ma’tsurah yang dianggit

oleh KH. Abdoel Madjid Ma‟roef (Huda, 2008).

3. Khasiat dan Keutamaan Shalawat

Diantara khasiat shalawat bagi kehidupan manusia adalah(Watiniyah,

2016):

a. Dikabulkan dan dimudahkan segala hajatnya. Rasulullah SAW besabda:

“Barang siapa bershalawat untukku dalam sehari seratus kali, Allah

mendatangkakn hajatnya seratus hajat, yang tujuh puluh untuk akhiratnya

dan yang tiga puluh untuk dunianya.” (HR. Ibnu Majah dari Jabir)

b. Menjadi sebab dikabulkannya doa. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya

doa itu terhenti antara langit dan bumi, tidak akan naik sedikit pun doa itu

ke atas sehingga engkau bershalawat untuk Nabimu." (HR.”Atturmudzi)

c. Diampuni dosanya oleh Allah. Rasulullah bersabda: “Barang siapa

membaca shalawat untukku pada tiap-tiap hari jum‟at, Allah mengampuni

dosanya meskipun dosa itu sebanyak buih lautan.” (HR. dari Zaid bin

Rafi‟).

d. Dihilangkan kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya. Rasulullah

bersabda: “Perbanyaklah membaca shalawat untukku. Sesungguhnya


52

yang demikian itu akan melepaskan semua kesulitan dan hilangnya segala

kesusahan” (Watiniyah, 2016).

4. Pengaruh Sholawat terhadap Kecemasan

Di kalangan umat islam, keyakinan Tuhan (Allah) dapat membantu

mereka jika terjadi suatu hal yang salah dalam kehidupan seperti mengalami

masalah atau sakit. Mereka percaya, permohonan mereka akan diterima

sehingga dapat membantu mereka untuk memperkuat jiwa, tubuh, dan pikiran.

Setelah latihan meditasi dzikir dilakukan, rangsangan sistem saraf otonom

berkurang sehingga akan menurunkan respon fisiologis (Soliman &

Mohamed, 2013).

Pada waktu orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja

adalah sistem syaraf simpatis, sedangkan pada waktu rileks yang bekerja

adalah sistem syaraf parasimpatetis. Relaksasi berusaha mengaktifkan kerja

syaraf parasimpatetis. Keadaan rileks menurunkan aktivitas amygdala,

mengendurkan otot, dan melatih individu mengaktifkan kerja sistem syaraf

parasimpatetis sebagai counter aktivitas sistem syaraf simpatetis. Relaksasi

merupakan salah satu teknik dalam terapi perilaku. Relaksasi merupakan

metode atau teknik yang digunakan untuk membantu manusia belajar

mengurangi atau mengontrol reaktivitas fisiologis yang menimbulkan masalah

bagi dirinya. Tujuan relaksasi adalah untuk mengurangi tingkat gejolak


53

fisiologis individu dan membawa individu ke keadaan yang lebih tenang baik

secara fisik maupun psikologis (Maimunah, 2011).

Pada prinsipnya, dalam tubuh manusia terdapat jaringan psiko-neuro-

endokrin yang berpengaruh pada faktor-faktor kejiwaan seseorang. Jaringan

ini berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Dzikir yang antara lain

digunakan sebagai terapi psikoreligius akan mampu menaikkan kekebalan

tubuh manusia melalui jaringan psiko-neuro-endokrin tersebut. Respon

emosional yang positif atau dari pengaruh terapi psikoreligius dengan doa dan

dzikir ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak.

Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditransmisikan ke salah satu

bagian otak besar yakni thalamus, kemudian, Thalamus mentransmisikan

impuls hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan

segala hal yang diserap indera) untuk mensekresikan GABA (Gama Amino

Batiric Acid) yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan

menghambat asetilkolin, serotonin dan neurotransmiter yang lain yang

memproduksi sekresi kortisol. Sehingga akan terjadi proses homeostasis

(keseimbangan). Semua protektor yang ada di dalam tubuh manusia bekerja

dengan ketaatan beribadah, lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan

pandai bersyukur sehingga tercipta suasana keseimbangan dari

neurotransmitter yang ada di dalam otak (Sholeh, 2005).

Usaha penyembuhan dengan terapi keagamaan ini sangat tepat untuk

orang yang mengalami gangguan mental atau jiwa, lebih-lebih lagi korban
54

penyalahgunaan narkotika, karena korban penyalahgunaan narkotika yang

sakit bukan fisiknya saja akan tetapi mentalnya juga sakit dan bahkan lebih

parah. Karena itu terapi yang tepat adalah dengan terapi keagamaan walaupun

juga tidak meninggalkan terapi medisnya (Pristiwiyanto, 2010).Penelitian

yang dilakukan oleh Chambers (2015) menyimpulkan bahwa spiritualitas

mempunyai faktor signifikan yang dapat mencegah dari penggunaan zat

adiktif dan dapat mendukung pemulihan dari kecanduan zat adiktif

(Chambers, 2015).

5. Sholawat Wahidiyah

a. Pengertian sholawat wahidiiyah

Sholawat wahidiyah adalah rangkaian doa-doa Sholawat Nabi

SAW seperti tertulis dalam lembaran sholawat wahidiyah, termasuk

kaifiyah (cara dan adab/tatakrama) dalam mengamalkannya. Mulai

disiarkan dan diamalkan sejak 10 mei 1963 M (16 Dzulhijjah 1382 H).

Sholawat wahidiyah berfaedah menjernihkan hati, dan ma‟rifat (sadar)

kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW (PSW, 2012). Muallif

(pengarang) sholawat wahidiyah adalah Al-Mukarrom KH. Abdul Madjid

Ma‟roef, pengasuh pesantren Kedunglo, desa Bandarlor, kecamatan

Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur (PSW, 2012).

Sholawat wahidiyah, seperti sholawat-sholawat lain, boleh

diamalkan oleh siapa saja, tanpa syarat adanya sanad atau silsilah, karena
55

sanad dari segala sholawat adalah Shohibus Sholawat itu sendiri, yakni

Rasulullah SAW. Sholawat wahidiyah telah diijazahkan secara mutlak

oleh Muallifnya untuk diamalkan dan disiarkan dengan ikhlas (tanpa

pamrih) dan bijaksana, kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dan

golongan. Mengamalkan sholawat wahidiyah tidak disertai

syarat/ketentuan khusus yang mengikat, tetapi harus dengan adab

(tatakrama): hudlur dan yakin kepada Allah SAW, mahabbah dan

ta’dhim kepada Rasulullah SAW. Pengamalan sholawat wahidiyah

disebut mujahadah (PSW, 2012).

b. Sholawat wahidiyah dan terjemah

۷ × ‫سٍَّ َُ ْاٌفَبرِ َحخ‬


َ ٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ ‫ ه‬ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫ َحض َْشح‬ٌَِٝ‫إ‬
َ ‫ّ ِذ َٔب ُِح َّّ ِذ‬١ِ ‫س‬

Kami hadiyahkan ke haribaan pemimpin kami, Baginda Nabi

Muhammad Shollallohu „alaihi wasallam, bacaan Fatihah (membaca

surta Fatihsh 7 kali)

َ ٌَٝ‫َّللاُ رَعَب‬
ُْ ُٙ ْٕ ‫ع‬ ‫ ه‬ٝ َ ‫ض‬
ِ ‫َّللاِ َس‬
‫آء ه‬ِ َ١ٌِ ْٚ َ ‫سبئِ ِشأ‬
َ ٚ ٖٗ ِٔ‫ا‬َْٛ ‫أَع‬َٚ ْ‫ب‬
ِ َِ ‫ااٌض‬ ِ َْٛ ‫ َحض َْشحِغ‬ٌَِٝ‫إ‬َٚ
َّ َ‫س ٘ز‬

۷× ‫اٌفَبرِ َحخ‬

Dan kami hadiyahkan ke pangkuan Ghutsi Hadzaz Zaman, Para

Pembantu Beliau dan segenap kekasih Alloh, Radliyallohu Ta‟ala

„anahum, bacaan Fatihah (Baca Fatihah 7 kali)


56

‫ ا ِي‬ٍَٝ‫ع‬ َ ٍَٝ‫ع‬
َ َٚ ‫ّ ِذ َٔب ُِ َح َّّ ِذ‬١ِ ‫س‬ ِ َ‫ث‬َٚ ُْ ٍِّ ‫س‬
َ ‫بس ْن‬ َ َٚ ًِّ ‫ص‬ ِ َٚ ‫َب‬٠ َُّ ُٙ ‫اٌٍَه‬
ِ ٚ‫َ َب‬٠ ،ْ‫َبا َ َحذ‬٠ُ‫احذ‬
َ ،ْ‫اد‬َٛ ‫َب َج‬٠ُ‫اجذ‬

ٔٓٓ × ْٖ ‫ا َ ِْذَا ِد‬َٚ ِٗ ِ‫ضب ر‬ ِ ‫ َِب‬ْٛ ٍُ‫ َٔفَ ٍس ِث َعذَ ِد َِ ْع‬َٚ ‫ ُو ًِّ ٌَ ّْ َح ٍخ‬ِٝ‫ّ ِذ َٔب ُِ َح َّّ ْذ ف‬١ِ ‫س‬
َ ُْٛ ١ُ‫ف‬َٚ ِ‫د للا‬ َ

“Yaa Alloh, yaa Tuhan Maha Esa, yaa Tuhan Maha Satu, yaa Tuhan

Maha Menemukan, yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkan shalawat,

salam, barokah atas Junjungan kami Baginda Nabi Muhammad dan

atas Keluarga Baginda Nabi Muhammad pada setiap berkedipnya mata

dan naik turunnya nafas, sebanyak bilangan segala yang Allah Maha

Mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian serta kelestarian

pemeliharaan-Nya.

َ ٍَٝ‫ع‬
َ ٚ‫ ََلٔ ََب‬ْٛ َِ َٚ ‫ّ ِذَٔب‬١ِ ‫س‬
‫جَِٕب‬١ْ ِ‫ َحج‬ٚ‫ ِعٕ ََب‬١ْ ‫ش ِف‬ ِ َ‫ث‬َٚ ُْ ٍِّ ‫س‬
َ ‫بس ْن‬ َ .ٍُْْٗ٘ َ ‫ َُّ َو َّبأ َ ْٔذَ ا‬ُٙ ‫اٌٍَه‬
َ َٚ ًِّ ‫ص‬

ْْ َ ‫ َُّ ِث َح ِمّ ِٗ ا‬ُٙ ٌٍّ‫ َٔسْؤ َ ٌُهَ ا‬. ْٗ ٍُْ٘ َ ‫ا‬َٛ ُ٘ ‫سٍَّ ُْ َو َّب‬ َ ُ‫ للا‬ٍَّٝ‫ص‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َ ‫ُ َِٕٕب ُِ َح َّّ ٍذ‬١‫ ِحأ َ ْع‬َّٛ ُ‫ل‬َٚ

َ ‫ ََلُٔ ِح‬َٚ َ‫ ََلٔ َِجذ‬َٚ ‫ ََلَٔ ْس َّ َع‬َٚ ٜ‫ ََلٔ ََش‬َّٝ‫ َحز‬.ْ‫حْ ذَح‬َٛ ٌ‫ ٌُ َّج ِخثَحْ ِش ْا‬ٝ‫ر ُ ْغ ِشلََٕب ِف‬
َ‫ ََلَٔز َ َح َّشن‬َٚ ‫س‬

َ َّ َ ‫ر‬َٚ ‫باَهلل‬٠َ َ‫بَ ِٔ ْع َّزِه‬


َ‫بَ َِ ْع ِشفَزِه‬ َ َّ َ ‫ر َْش ُصلََٕب ر‬َٚ .‫ب‬َٙ ‫ ََلَٔ ْس ُىَٓ َّإَل ِث‬َٚ
َ َّ َ ‫ر‬َٚ ‫َباَهلل‬٠ َ‫بَ َِ ْغ ِف َشرِه‬

ٖٗ ٌِ ‫ آ‬ٍَٝ‫ع‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ ِ َ‫ث‬َٚ ُْ ٍِّ ‫س‬
َ ‫بس ْن‬ َ َٚ ‫َباَهلل‬٠ َ‫أِه‬َْٛ ‫بَ ِسض‬
َ َٚ ًِّ ‫ص‬ َ َّ َ ‫ر‬َٚ ‫َباَهلل‬٠ َ‫بَ َِ َحجَّزِه‬
َ َّ َ ‫ر‬َٚ ‫َباَهلل‬٠

ْ ِّ ‫اح‬
ٓ١ ِ ‫اٌش‬ َ ْ‫اَح‬َٚ َ‫ط ثِ ٖٗ ِع ٍْ ُّه‬
َّ َُ ‫َآا َ ْس َح‬٠ َ‫ ثِ َشحْ َّزِه‬. َ‫صبُٖ ِوز َبثُه‬ َ ‫عذَدَ َِآأ َ َحب‬
َ .ٖٗ ِ‫صحْ ج‬
َ َٚ

ْ ِّ ٌَ‫ ْاٌ َح ّْذُ ِ هٰلِلِ َسةّ ِ ْاٌعَب‬َٚ


۷ × ٓ١

“Yaa Alloh, sebagaimana keahlian ada pada-Mu, limpahkanlah

shalawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami,

Pemberi syafa‟at kami, Kecintaan kamu dan Buah-jantung-hati kami,

Baginda Nabi Muhammad Shollallahu „alaihi wasallam yang sepadan


57

dengan keahlian Beliau, Kami bermohon kepada-Mu yaa Alloh,

dengan Hak kemuliaan Beliau, tenggelamkan kami di dalam pusat-

dasar-samudra Ke-Esaan-Mu, sedemikian rupa sehingga tiada kami

melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, tiada

kami bergerak atau berdiam, melainkan senentiasa merasa di dalam

Samudra Tuhid-Mu dan kami bermohon kepada-Mu yaa Alloh,

limpahilah kami ampunan-Mu yang sempurna yaa Alloh, ni‟mat

karunia-Mu yang sempurna yaa Alloh, sadar ma‟rifat kepada-Mu yang

sempurna yaa Alloh, ridho kepada-Mu serta memperoleh ridho-Mu

yang sempurna pula yaa Alloh. Dan sekali lagi yaa Alloh,

limpahkanlah shalawat salam dan barokah atas Baginda Nabi dan atas

Keluarga serta Sahabat Beliau, sebanyak bilangan segala yang diliputi

oleh ilmu-Mu dan termuat di dalam, Kitab-Mu dengan rahmat-mu yaa

Tuhan Maha Pengasih dari seluruh Pengasih, Segala puji bagi Alloh

Tuhan Seru Sekalian Alam

َْ ‫ َْلََٔب‬ِٜ ِ ٍَْ ‫ َس ْاٌخ‬ْٛ ُٔ َ‫ْه‬١ٍَ‫ع‬


َ ‫ك َ٘بد‬ َ ¤ َ‫س َل‬
َّ ٌ‫ا‬َٚ ُ ‫ص َلح‬ ِ ٍَْ ‫بشب ِف َع ْاٌخ‬٠َ
َّ ٌ‫ك ا‬

ِّٕٝ‫ َس ِث‬َٚ ‫ظٍَ ّْذُ اَثَذا‬ ْ َ ‫أ‬َٚ


َ ‫ فَمَ ْذ‬¤ ِٕٝ‫ ُس َحُٗ اَد ِْس ْو‬َٚ ٍَُٗ‫ص‬

‫ فَئِرْ َشدَّ ُو ْٕذُ ش َْخصب َ٘ب ٌِ َىب‬¤ ‫ا َوب‬َٛ ‫ ِس‬ِٜ‫ّذ‬١ِ ‫س‬ َ ١ٌََٚ
َ ‫َب‬٠ ٌِٝ ‫ْس‬

۷ × ‫للا‬
ْ ‫ َي‬ْٛ ‫س‬
ُ ‫بس‬
َ َ٠ ٓٓٓ ِٜ‫ّذ‬١ِ ‫س‬
َ ‫َب‬٠

“Duhai Baginda Nabi Pemberi syafa‟at makhluq, ke pangkuanmu

shalawat dan salam Alloh ku sanjungkan. Duhai Nur-cahaya makhluq,


58

Pembimbing manusia. Duhai unsur dan jiwa makhluq; Bimbing,

bimbing dan didiklah diriku. Sungguh, aku manusia yang dholim

selalu; tiada arti diriku tanpa Engkau duhai Sayyidi, jika Engkau

hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku), pastilah, pastilah,

pastilah, pasti ku kan hancur binasa”

Duhai Utusan Alloh! Duhai pemimpin kami

ِ‫ ثِئ ِ ْر ِْ َّللا‬ِٕٝ ّ‫ْهَ َس ِث‬١ٍَ‫ع‬


َ ¤ ِ‫س َل َُ َّللا‬ ُ َْٛ ‫ب ْاٌغ‬َٙ ُّ٠َ‫آ ا‬٠َ
َ ‫س‬

‫َّ ِخ‬١ٍِ ‫صٍَ ٍخ ٌِ ٍْ َحض َْش ِح ْاٌ َع‬ ْ ِٕ‫ ث‬ِٜ‫ّذ‬١ِ ‫س‬
ِ ْٛ ُِ ¤ ‫َظ َش ٍح‬ ُ ْٔ ‫ا‬َٚ
َّ ٌَِ‫ظ ْشا‬
َ ٝ

“Duhai Ghoutsu Zaman, ke pangkuanmu salam Alloh ku haturkan;

Bimbing, bombing dan didiklah diriku dengan idzin Allah; Dan

arahkan pancaran sinar nadhrohmu kepadaku yaa Sayyidi, radiasi batin

yang mewushulkan aku, sadar ke Hadirot Maha Luhur Tuhanku”

َ ‫ْهَ َِ ْع‬١ٍَ‫ع‬
ِٗ ِِ ‫س َل‬ َ ُُٗ‫ص َلر‬
َ ¤ ِ‫ْت َّللا‬ ِ ٍَْ ‫بَشَبفِ َع ْاٌخ‬٠
َ ١‫ك َح ِج‬

َ ‫َب‬٠ ِٜ‫َذ‬١‫ ُخ ْز ِث‬¤ ِٝ‫ ثَ ٍْذَر‬ِٝ‫ ف‬ِٝ‫ٍَز‬١ْ ‫ذ ِح‬


‫ ْاَلُ َِّ ِخ‬َٚ ِٜ‫ّذ‬١ِ ‫س‬ ْ ٍَّ‫ض‬ ْ ٍَّ‫ض‬
َ َٚ ‫ذ‬ َ

۷ × ‫ َي للا‬ْٛ ‫س‬
ُ ‫بس‬
َ َ٠ ٓٓٓ ِٜ‫ّذ‬١ِ ‫س‬
َ ‫َب‬٠

“Duhai Baginda Nabi Pemberi syafa‟at makhluq, duhai Baginda Nabi

Kekasih Alloh, ke pangkuanmu sholawat dan salam Alloh ku

sanjungkan; jalanku buntu, usahaku tak menentu buat kesejahteraan

negeriku. Cepat, cepat, cepat raihlan tanganku yaa Sayyidi, tolonglah

diriku dan seluruh ummat ini!”


59

“Duhai Utusan Alloh! Duhai pemimpin kami”

ُِ َِ ُ ٤‫ْعِ ْا‬١‫ش ِف‬ َ ¤ ُِ ٍِّ ‫س‬


َ ‫ ُِ َح َّّ ٍذ‬ٍَٝ‫ع‬ َ َُّ ُٙ ‫بسثََّٕب اٌٍه‬
َ ًِّ ‫ص‬ َ َ٠

ْ ِّ ٌَ‫َّ ِخ ٌِ َشةّ ِ ْاٌعَب‬٠‫اح ِذ‬


ٓ١ ِ َٛ ٌ‫ ثِ ْب‬¤ ٓ١ َ َٔ‫اجْ عَ ًِ ْاَل‬َٚ ‫ ِي‬٢‫ ْا‬َٚ
ْ ‫َبَ ُِس ِْش ِع‬

ْ ٌِّ َ ‫ا‬َٚ ْ‫ لَ ِ ّشة‬¤ ‫ا ْ٘ ِذَٔب‬َٚ ْ‫س ِِشا ْفزَح‬


‫َب َسثََّٕب‬٠ ‫ََٕٕب‬١ْ َ‫ف ث‬ ّ َ٠‫بسثََّٕبا ْغ ِف ْش‬
َ َ٠

“Yaa Tuhan kami yaa Alloh, limpahkanlah sholawat salam atas

Baginda Nabi Muhammad Pemberi syafaat ummat, dan atas keluarga

Beliau; Dan jadikanlah ummat manusia cepat-cepat lari kembali

mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta Alam. Yaa Tuhan

kami, ampunilah segala dosa-dosa kami, dan tunjukilah kami,

pereratlah persaudaraan dan persatuan di antara kami, yaa Tuhan kami!

ْ َ ٠َ ْ‫ ٘ ِز ِٖ ْاٌ ُّ َجب َ٘ذَح‬ٝ‫ ِف‬َٚ ،‫ب ََّللا‬٠َ ْ‫٘ ِز ِٖ ْاٌ َج ٍْذَح‬َٚ َ‫ َّب َخٍَ ْمذ‬١ْ ‫بس ْن ِف‬
۷× ‫بَّللا‬ ِ ‫ َُّ َث‬ُٙ ‫اٌٍَه‬

Yaa Alloh, limpahkanlah berkah di dalam segala makhluq yang

Engkau ciptakan dan di dalam negeri ini yaa Alloh, dan di dalam

mujahadah ini, yaa Alloh!

ْ ‫ِإ ْسزِ ْغ َش‬


‫اق‬

ISTIGHROOQ! (berdiam, tidak membaca apa-apa. Segala perhatian

tertuju hanya kepada Alloh! Pendengaran, perasaan, ingatan, fikiran,

penglihatan dan…. Segala-galanya dikonsentrasikan kepada Alloh!

Lain-lain tidak menjadi acara! Hanya “ALLOH”! titik.

Al-Faatihah! Kemudian membaca do‟a seperti dibawah ini:


60

‫ّ ِذَٔب ِْ َح َّّ ٍذ ملسو هيلع هللا ىلص‬١ِ ‫س‬


َ ِٖ ‫ثِ َجب‬َٚ ُْ ‫ظ‬ ِ ّ ‫ َُّ ثِ َح‬ُٙ ‫(اٌٍَه‬.‫ميحرلا نمحرلا هللا‬
َ ‫ك اس ِّْهَ ْاَلَ ْع‬ ‫بسم‬

ٌَٝ‫ للاُ ر َ َعب‬ٝ


َ ‫ض‬ ْ َ ‫َب‬٠ ‫هلل‬
ِ ‫للا َس‬ ْ َ ‫َبا‬٠ ‫َباَهلل‬٠ َ‫ََٓآئِه‬١ٌِ ْٚ َ ‫سآئِ ِشا‬
َ َٚ ٖٗ ِٔ‫ا‬َْٛ ‫اَع‬َٚ ْ‫ب‬ َّ ‫س َ٘زَا‬
ِ َِ ‫اٌض‬ ِ َْٛ ‫ثِجَ َش َو ِخغ‬َٚ

َ َ‫)(فَ ِبَّٔه‬۳× ‫ْغب‬١ٍِ َ‫ْشاث‬١ِ‫ ِٗ ر َؤْث‬١ْ ِ‫اجْ َع ًْ ف‬ٚ‫َْٓ ِٔ َٓذَا َءٔب٘زَ َا‬١ِّ ٌَ‫ َع ْاٌ َعب‬١ْ ِّ ‫)(ثَ ٍِ ْغ َج‬۳× ُْ ُٙ ْٕ ‫ع‬
ٍَٝ‫ع‬ َ

ِ ْ ‫ ِث‬َٚ ‫ ٌْش‬٠‫ءٍ لَ ِذ‬َٝ


)۳× ‫ ٌْش‬٠‫ َجبثَ ِخ َج ِذ‬٤‫ب‬ ْ ‫ُو ًِّ ش‬
Dengan Asma Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Yaa Alloh, dengan Hak kebesaran Asma-Mu dan dengan kemuliaan

serta Keagungan Baginda Nabi Muhammad Shollallohu „alaihi

wasallam, dan dengan barokah Ghoutsu Haadza-Zaman wa A‟waanihi

serta segenap Auliya Kekasih-Mu yaa Alloh, yaa Alloh, yaa Alloh,

Rodliyalloohu Ta‟ala „anhum, sampaikanlah seruan kami ini kepada

jamii‟al „alamiin dan letakkanlah kesan yang merangsang di dalamnya.

Maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan

Maha Ahli memberi ijabah”

ِ ‫بط ًْ ِإ َّْ ْاٌ َج‬


– ۳× ‫لب‬ْٛ ُ٘ َ‫بط ًَ َوبَْ ص‬ ِ َ‫صَ ٘ ََّك ْاٌج‬َٚ ‫لُ ًْ ََٓجآ َء ْاٌ َح ُّك‬َٚ .۷× ‫ للا‬ٌَٝ‫ا ِإ‬َٚٓ ‫فَ ِف ُّش‬

‫اٌفب رحخ‬

Larilah kembali kepada Alloh!

“Dan katakanlah (wahai Muhammad) perkara yang haq telah datang

dan musnahlah perkara yang batal. Sesungguhnya perkata yang batal

itu pasti musnah”. Alfaatihah (PSW, 2012).

c. Cara pengamalan sholawat wahidiyah


61

Cara pengamalan sholawat wahidiyah adalah sebagai berikut:

1) Diamalkan selama 40 hari berturut-turut. Setiap hari paling sedikit

menurut bilangan yang tertulis di belakangnya dalam sekali duduk

(satu kali kesempatan) boleh pagi, sore atau malam hari. Boleh

juga selama tujuh hari berturut-turut, namun bilangannya

diperbanyak menjadi 10 kali lipat.

2) Selesai 40 hari atau 7 hari, pengamalannya supaya diteruskan.

Bilangannya bisa dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih

utama jika diperbanyak. Boleh mengamalkan sendiri-sendiri, akan

tetapi berjamaan bersama keluarga dan masyarakat sangat

dianjurkan. Wanita yang sedang udzur bulanan (menstruasi) cukup

membaca sholawatnya saja tanpa membaca Al-Fatihah. Adapun

bacaan Fafirru Ilalloh dan Waqul…. Boleh dibaca, sebab disini

dimaksudkan sebagai do‟a.

3) Bagi mereka yang belum hafal boleh dengan membaca. Dan bagi

yang belum bisa membaca seluruhnya, sambil mempelajari, boleh

dan cukup membaca bagian mana yang sudah ia dapati terlebih

dahulu. Yang paling gampang / mudah yaitu membaca “YAA

SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” diulang-ulang selama kira-

kira sama waktunya dengan mengamalkan seluruhnya. Yaitu

kurang lebih 35 atau 30 menit.


62

Jika itupun misalnya terpaksa belum mungkin, boleh

berdiam saja selama waktu itu dengan memusatkan segala

perhatian, mengonsentrasikan diri sekuat-kuatnya kepada Allah

SWT dan merasa seperti berada di hadapan Nabi Besar

Muhammad SAW dengan lahir batin ta’dhim (memuliakan) dan

mahabbah (mencintai) setulus hati

4) Mengamalkannya harus dengan niat semata-mata beribadah

kepada Allah SWT dengan ikhlas tanpa pamrih suatu apapun.

Baik pamrih duniawi maupaun pamrih ukhrowi. Misalnya supaya

begini, supaya begitu, ingin pahala, ingin surga dan sebagainya.

Harus sungguh-sungguh ikhlas karena Allah. (PSW, 2014)

d. Adab-adab pengamalan sholawat wahidiyah

Mujahadah adalah pengamalah sholawat wahidiyah. Adapun

adab-adab atau tatakrama melaksanakan mujahadah adalah:

1) Dijiwai Lillah-Billah, Lirrosul-Birrosul

Lillah berarti segala amal perbuatan apa saja, baik yang

berhubungan langsung kepada Allah dan Rosul-Nya SAW

maupun yang berhubungan dengan masyarakat, dengan sesama

makhluk pada umumnya, baik yang wajib, yang sunnah maupun

yang mubah asal bukan perbuatan yang merugikan / bukan

perbuatan yang tidak diridhoi Allah, melaksanakannya supaya


63

didasari niat dan tujuan hanya mengabdikan diri kepada Allah

Tuhan yang Maha Esa dengan ikhlas tanpa pamrih (Lillahi

Ta’ala). Sedangkan penerapan Billah artinya, di dalam segala

perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, dimanapun dan

kapan saja, supaya hati kita senantiasa merasa dan beri‟tikad

bahwa yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah Allah

SWT bukan dari kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa

dititahkan oleh Allah (PSW, 2011).

Lirrasul artinya segala amal ibadah atau perbuatan apa

saja, asal tidak melanggar syari‟at Rosul, disamping disertai

dengan niat Lillah seperti diatas, supaya juga disertai dengan niat

“mengikuti tuntunan Rasulullah SAW”. Sedangkan penerapan

Birrasul artinya sadar dan merasa bahwa segala sesuatu termasuk

diri kita dan gerak gerik diri kita lahir maupun batin yang diridhoi

Allah, adalah sebab jasa Rasulullah SAW (PSW , 2011).

2) Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Allah

3) Istihdlor, yakni merasa hadir/berada di hadapan Rasulullah SAW,

wa Ghotsi Hadzaz Zaman, dengan ketulusan hati, ta’dhim

(memuliakan) mahabbah (mencintai) sedalam-dalamnya dan

semurni-murninya.

4) Tadzallul yakni meerendah diri, meraa hina sehina-hinanya akibat

perbuatan dosanya.
64

5) Tadhollum yakni merasa berlumuran dosa dan banyak berbuat

dholim. Dholim dan dosa terhaap Allah SWT, Rasulullah SAW

dan Ghoutsi Hadzaz Zaman, terhadap orang tua, anak, keluarga,

saudara, tetangga, terhadap bangsa, negara dan sebagainya

terhadap semua makhluk yang ada hubungan hak dengan kita.

6) Iftiqor yakni merasa butuh sekali, butuh terhadap maghfiroh atau

ampunan, perlindungan dan taufiq hidayah Allah SWT, butuh

terhadap syafa’at tarbiyah Rasulullao SAW, butuh terhadap

barokah nadhroh dan doa restu Ghoutsi Hadzaz Zaman wa

A’waanihi wasaa’iri Auliya’ Aahbabillah Rodhiyallahu Anhum.

7) Bersungguh-sungguh dan berkeyakinan bahwa

doanya/mujahadahnya dikabulkan oleh Allah Ta‟ala. Jangan ragu

dan jangan sekali-kali meninggalkan mujahadah/berdo‟a karena

belum adanya tanda-tanda diijabahi. Hal tersebut akan menjadi

penghambat ijabah.

8) Disamping memohon untuk dirinya sendiri dan keluarganya

supaya memohonkan pula bagi ummat dan masyarakat, bangsa

negara dan seterusnya. Bagi semua yang ada hubungan hak

dengan kita, terutama mereka yang kita rugikan, baik secara moril

atau materiil, baik masih hidup maupun yang sudah

meninggal(Tamsir, 2012).
65

D. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka teori

Penggunaan Narkoba

Respon Fisiologis Respon Psikologis

↑ sekresi dopamin Mengikuti hawa


nafsu (as-syahwati)

Overstimulasi Efek euforia


Kepribadian ammarah
sistem ganjaran

Mengurangi
Identitas negatif
Otak melakukan kesenangan alami
kompensasi
Dosa

↓ dopamin
Cemas
Diperlukan pemakaian
narkoba yg lebih banyak Strategi
untuk memperoleh efek penanganan
euforia yang sama

Pendekatan kognitif
Latihan kemampuan
Perubahan gaya
hidup Terapi psikoreligius
Farmakoterapi
Relaksasi
Relaksasi Membaca sholawat:
- lingkungan yang tenang,
- do‟a yang dilafalkan
berulang-ulang,
Dimodifikasi dari Iskandar (2010), Hermawati (2011),
Ibrahim (2012), Syukur (2012), Kemensos (2016), - sikap yang pasif,
- posisi yang nyaman bisa
dengan duduk atau
terlentang
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep (conseptual framework) adalah kerangka yang

menggambarkan hubungan antara satu atau lebih variabel independen dengan satu

variabel dependen (Lapau, 2012). Kerangka konsep dari penelitian ini terdiri dari

dua variabel, yaitu: variabel independen yaitu membaca shalawat wahidiyah dan

variabel dependen yaitu kecemasan pengguna narkoba.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


Variable dependen
Kecemasan pengguna Kecemasan pengguna
narkoba sebelum narkoba setelah
dilakukan intervensi intervensi
Intervensi: Membaca
Pre test sholawat wahidiyah Post test

Variable independen

Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti ingin mengetahui apakah membaca

shalawat wahidiyah berpengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan pengguna

narkoba atau tidak berpengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan pengguna

narkoba.

67
B. Hipotesa

Hipotesa adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian (Nursalam, 2014). Adapun hipotesa dari penelitian yang diajukan

sehubungan dengan masalah diatas:

1. H0 = tidak ada pengaruh membaca shalawat wahidiyah terhadap

tingkat kecemasan pengguna narkoba

2. Ha = ada pengaruh membaca shalawat wahidiyah terhadap tingkat

kecemasan pengguna narkoba


69

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala


Ukur

Independen
Shalawat Membaca Mengobservasi Jam, cek Responden -
Wahidiyah “Yaa Sayyidii responden list membaca
Yaa dalam “Yaa Sayyidii
Rosuulallooh” membaca Yaa
selama 30 sholawat Rosuulallooh”
menit + adab selama 40 hari. diulang-ulang
(Lillah, Billah, Setiap harinya kurang lebih
Lirrosul, selama 30 sebanyak 800
Birrosul), menit kali selama 30
hatimerasa menit setiap
berada di hari sampai
hadapan genap 40 hari
Rasulullah
Dependen
Kecemasan Manifestasi Tingkat Hamilton ≤17 ringan, Ordinal
dari keyakinan kecemasan Anxiety 18-24 sedang,
irasional yang diukur dengan Scale 25-30 berat,
dimiliki kuesioner (HAM- dan
pengguna A) >30 sangat
narkoba berat
bahwa ia tidak
dapat bertahan
(Advameg,
menghadapi
2007).
stress tanpa
bantuan
narkoba
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2015). Penelitian eksperimen

merupakan studi epidemiologi analitik yang paling baik untuk melihat hubungan

sebab akibat karena peneliti dapat mengontrol status variabel “prediktor” pada

subjek-subjek yang diteliti (Nurbaeti & Utomo, 2010). Penelitian ini

menggunakan metode penelitian eksperimen.

Penelitian eksperimental semu (quasi eksperimen) secara khas mengenai

keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol

semua variabel yang relevan, kecuali beberapa dari variabel tersebut. Desain ini

tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat

yang sama dapat mengontrol ancaman validitas (Setiadi, 2013). Quasi

experiment design (tidak ada proses randomisasi) merupakan penelitian yang

dapat dilakukan pada kelompok populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan

unit yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi

komunitas, uji coba pelayanan kesehatan (Nurbaeti & Utomo, 2010). Pada

penelitian ini peneliti tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap

randomisasi dan dilakukan pada kelompok populasi yang mempunyai kesatuan

70
71

unit sehingga penelitian ini berjenis penelitian eksperimen semu (quasi

eksperimen)

Pada penelitian ini sampel diobservasi terlebih dahulu kemudian

diberikan intervensi berupa membaca sholawat kemudian diobservasi kembali.

Penelitian ini menggunakan rancangan One Group pretest-posttest design.

Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut

Bagan 4.1 Rancangan penelitian


X intervensi membaca
01 sholawat wahidiyah 02

01 = pretest dilakukan pada hari ke-1 untuk mengukur tingkat kecemasan

pengguna narkoba sebelum dilakukan intervensi

X = intervensi membaca sholawat wahidiyah sebanyak kurang lebih 800x

dalam waktu 30 menit/hari dilakukan selama kurun waktu 40 hari

02 = posttest dilakukan pada hari ke-40 untuk mengetahui tingkat

kecemasan pengguna narkoba setelah dilakukan intervensi

Setelah diperoleh data diatas, kemudian membandingkan hasil skoring 01

dengan hasil skoring 02 untuk menentukan perbedaan yang timbul, jika

ditemukan perbedaan, sebagai akibat dari digunakannya variabel eksperimen X.


72

B. Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi

adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi

objek penelitian atau populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian (Riduwan & Akdon, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah

pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI

PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH.

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini

menggunakan teknik probability sampling dengan cara simple random sampling.

Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang

sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Simple

random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota

populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila populasi dianggap homogen (Riduwan

& Akdon, 2013).

Kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

1. Pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi di Panti Sosial

PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH


73

2. Bersedia menjadi responden.

3. Mengalami kecemasan yang diukur dengan skala kecemasan Hamilton.

Jumlah minimum besar sampel pada penelitian eksperimen adalah 10-20

orang (Bums & Grove, 2005). Jadi besar sampel pada penelitian ini sebesar 20

orang. Untuk memperkecil resiko responden yang tidak bisa berkomitmen

mengikuti sholawat sampai 40 hari maka peneliti akan melebihkan jumlah

responden sebanyak 30 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Panti Sosial PAMARDI PUTRA

KHUSNUL KHOTIMAH. Dipilih tempat menurut kesepakatan peneliti dan

bagian pihak Panti Sosial setelah adanya pertemuan diantara keduanya. Penelitian

ini dilakukan selama 40 hari pada rentang bulan maret sampai april. Dilakukan

selama 30 menit setiap harinya pada waktu yang akan disepakati bersama antara

peneliti dan pihak Panti Sosial Pamardi Putra.

D. Alat Pengumpul Data

1. Naskah

Naskah berupa lembaran yang bertulisakan sholawat wahidiyah dalam

huruf hijaiyah beserta artinya. Serta huruf alphabet untuk memudahkan bagi

yang belum bisa membaca huruf hijaiyah. Lembaran sholawat wahidiyah ini

dipelajari sedikit demi sedikit selama proses intervensi berlangsung. Namun

dalam penerapannya, intervensi dilakukan dengan membaca lafadz “YAA


74

SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” yang tertera dalam kartu nida. Lafadz

ini merupakan ringkasan dari shalawat wahidiyah. Hal ini tercantum dalam

tata cara pengamalan sholawat wahidiyah dalam Bab II.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk

memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti. Jenis kuesioner pada

penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Pada kuesioner tertutup, jawaban

sudah disediakan sehingga responden hanya memilih sesuai dengan

pendapatnya (Wasis, 2008).

Penelitian ini menggunakan kuesioner skala kecemasan Hamilton.

Hamilton Anxiety Scale (Ham-A) merupakan kuesioner skala kecemasan yang

terdiri dari 14 pertanyaan tentang suasana hati, ketegangan, ketakutan,

insomnia, konsentrasi, depresi, tonus otot, sensori somatik, gejala

kardiovaskuler, gejala sistem respirasi, gejala sistem genitourinaria, gejala

otonom dan perilaku (Videback, 2008).

Pada kuesioner kecemasan Hamilton, setiap pertanyaan mendapatkan

nilai 0 sampai 4, nilai 0 untuk jawaban yang tidak ada gejala, nilai 1 untuk

jawaban gejala ringan, nilai 2 untuk jawaban gejala sedang, nilai 3 untuk

gejala berat, dan nilai 4 untuk gejala sangat berat. Penilaian dilakukan dengan

cara menjumlahkan skor jawaban yang hasilnya dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang. Skor 0 tidak mengalami kecemasan, ≤17 ringan, 18-24


75

sedang, 25-30 berat, dan >30 mengalami kecemasan sangat berat (Advameg,

2007).

Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner Ham-A telah dilakukan

pada penelitian Abdilah (2015). Korelasi tiap item pertanyaan pada kuesioner

kecemasan Hamilton lebih besar dari r table sehingga kuesioner dinyatakan

valid dan layak digunakan untuk penelitian. Reliabilitas pada kuesioner ini

menghasilkan nilai α = 0,787, angka tersebut lebih besar dari nilai konstanta

(0,6) sehingga kuesioner ini dianggap reliable dan dapat dipercaya (Abdillah,

2015).

3. Ceklist dan jam

Ceklist digunakan untuk memastikan responden mengikuti terapi

setiap harinya selama 40 hari. Sedangkan jam digunakan untuk memastikan

terapi telah dilakukan selama 30 menit setiap harinya.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Prinsip Uji Validitas dan reabilitas adalah: Uji validitas kuesioner diambil

sekitar 30 orang, responden yang sudah digunakan untuk uji coba kuesioner, tidak

boleh digunakan untuk penelitian, serta jika ditemukan pertanyaan yang tidak

valid dan reliabel, bisa dibuang pertanyaannya atau kalimat diedit lalu dipakai

untuk penelitian atau pertanyaan tetap dipakai karena pertanyaan vital(Oktavia,

2015).
76

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya

instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (Sugiyono, 2015). Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur

agar dapat digunakan dalam suatu pengukuran. Suatu penelitian meskipun

didesain dengan tepat, namun tidak akan memperoleh hasil penelitian akurat

jika menggunakan alat ukur yang tidak valid(Oktavia, 2015).

Keputusan uji, bila r hitung (r pearson) ≥ r tabel maka pertanyaan

tersebut valid sehingga bisa digunakan dalam penelitian. Apabila r hitung (r

pearson) ≤ r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid(Riyanto,

2011).

Pada penelitian ini, uji coba instrument dilakukan pada 30 pengguna

narkoba yang juga mengikuti program rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI

PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Pengguna narkoba yang dijadikan uji

validitas tidak termasuk responden penelitian. hasil korelasi tiap-tiap item

pertanyaan pada kuesioner kecemasan Hamilton berkisar antara 0,476 sampai

0,738. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan r tabel dengan nilai

signifikansi 5% dengan uji 2 sisi dan n=30 yaitu sebesar 0,349. Hal ini

menunjukkan seluruh r hitung bernilai lebih besar dari pada r tabel, sehingga

menunjukkan item pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.


77

2. Uji Reliabilitas

Instrument penelitian selain harus memenuhi syarat validitas, juga

seharusnya memenuhi syarat reliabilitas, reliabilitas berarti sejauh mana alat

ukur mampu menghasilkan nilai yang sama atau konsisten walaupun

dilakukan pengukuran berulang atau beberapa kali pada subyek dan aspek

yang sama, selama aspek dalam subyek tersebut memang belum berubah

swarjana, 2012.

Hasil dari reabilitas menggunakan uji Cronbach‟s Alpha. Bila

Cronbach‟s Alpha ≥ konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabel. Bila nilai

Cronbach‟s Alpha < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak reliabel (Oktavia,

2015). Hasil uji Cronbach‟s Alpha kuesioner Hamilton yang dicobakan pada

pengguna narkoba pada penelitian ini memperoleh hasil α = 0,881. Karena

nilai ini lebih besar dari pada nilai konstanta (0,6), maka dapat diambil

kesimpulan kuesioner ini reliabel digunakan dalam penelitian.

F. Etika Penelitian

Peraturan dan regulasi yang berhubungan dengan keterlibatan subjek

manusia dalam penelitian memastikan penelitian dilakukan secara sah dan etis.

Peneliti sendiri dan pemberi perawatan kepada pasien harus berkomitmen penuh

terhadap prinsip informed consent dan hak-hak pasien (Nurbaeti & Utomo, 2010).

Esensi dari masalah etika penelitian adalah keselamatan individu dan adanya

keuntungan yang dirasakan oleh responden atau subjek dalam penelitian.


78

1. Prinsip-prinsip dasar etika

Menurut (Nurbaeti & Utomo, 2010), prinsip-prinsip dasar etika yang

relevan dalam pelaksanaan penelitian meliputi:

a. Respect for Persons (menghormati orang)

Setiap orang mempunyai hak untuk menentukan sendiri terapi atau

pengobatan yang akan mereka jalani. Sehingga mereka berhak untuk

memilih berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian. Hal ini

juga diterapkan oleh peneliti dengan memberikan inform concent terlebih

dahulu kepada calon responden. Peneliti hanya mengambil orang yang

menandatangani persetujuan terapi untuk dijadikan reponden penelitian.

b. Beneficence (kebaikan)

Dalam penelitian, peneliti juga dituntut untuk memaksimalkan

manfaat yang mungkin didapat oleh responden dan meminimalkan

kerugian dan bahaya yang mengkin terjadi. Hal ini dilakukan peneliti

dengan cara selalu memeberikan pengarahan dan mengingatkan

responden tentang tata cara prosedur terapi yang benar.

c. Justice(adil)

Setiap manusia harus diperlakukan dengan adil. Dalam penelitian

ini keadilan diaplikasikan dengan menjadikan semua Warga Binaan

Sosial PSPP Khusnul Khotimah sebagai calon responden yang berhak

memilih berpartisipasi atau tidak dalam penelitian


79

2. Masalah etika penelitian

Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai

subjek tidak boleh bertentangan dengan etika. Menurut (Nursalam, 2008),

beberapa masalah etika yang harus dilakukan pada penelitian adalah:

a. Infomed consent (Surat persetujuan)

Consent berasal dari bahasa latin Consentio yang artinya

persetujuan, izin, menyetujui, memberi izin/wewenang kepada seseorang

untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian informed concent dapat

diartikan sebagi izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan

secara bebas, sadar, dan rasional, setelah ia mendapat informasi yang

dipahami (Achadiat, 2007).

b. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua penelitian yang melibatkan manusia akan selalu

mengganggu kehidupan pribadi partisipan/responden. Peneliti wajib

menjaga kerahasiaan informasi atau data yang diberikan oleh partisipan,

termasuk menjaga privasi partisipan (Swarjana, 2012).

c. Anonymity(Tanpa nama)

Privasi partisipan dapat dilindungi dengan tidak menyebutkan

nama dengan cara mengelompokkan data tanpa menyebutkan nama setiap

partisipan (Swarjana, 2012).


80

G. Prosedur Penelitian

1. Prosedur administratif

a. Membuat surat izin penelitian dari Bidang Akademik Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

ditujukan kepada Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

b. Mengirimkan surat permohonan penelitian pada Dinas Sosial Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta.

c. Mengirimkan surat izin dari Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta kepada Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL

KHOTIMAH.

2. Prosedur teknis

a. Menyepakati waktu yang tepat untuk memberikan intervensi kepada

responden dengan pihak Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL

KHOTIMAH.

b. Melakukan pendataan jumlah pengguna narkoba yang menjalani program

rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL

KHOTIMAH.

c. Memberikan kuesioner kecemasan kepada pengguna narkoba untuk

mengetahui gambaran kecemasan mereka.

d. Menganalisis data yang diambil dari kuesioner dan membaginya ke dalam

dua kelompok: pengguna narkoba yang mengalami kecemasan dan

pengguna narkoba yang tidak mengalami kecemasan.


81

e. Menjelasakan kepada calon responden tentang tatacara intervensi beserta

manfaatnya sesuai etika penelitian dan memberikan lembar persetujuan.

f. Melakukan informed consent pada pengguna narkoba yang mengalami

kecemasan.

g. Memberikan lembaran sholawat wahidiyah dan kartu nida yang

bertuliskan “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH”

h. Menjelaskan kepada responden cara membaca sholawat wahidiyah

beserta artinya.

i. Membaca sholawat wahidiyah secara berjama‟ah selama 40 hari, setiap

harinya dilakukan selama 30 menit pada waktu yang akan disepakati

bersama dengan pihak Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL

KHOTIMAH.

j. Memberikan kuesioner kecemasan kembali kepada responden sebagai

post test.

k. Mengumpulkan data dan selanjutnya data diolah dan dianalisa.

3. Prosedur intervensi

b. Memberikan lembaran sholawat wahidiyah dan kartu nida yang

bertuliskan “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH”.

c. Menghadap kearah kiblat.

d. Pengarahan tentang adab membaca sholawat wahidiyah yakni Lillah-

Billah, Lirrosul-Birrosul dan sebagainya seperti yang tertulis dalam bab

II.
82

e. Dipimpin oleh imam untuk bertawasul kepada Rosulullah dan

Walitullah.Tawasul ini dengan cara menghadiahkan bacaan surah Al-

Fatihah kepada Rasulullah sebanyak 7 kali dan kepada Waliyullah

sebanyak 7 kali sesuai dengan tatacara mengamalkan sholawat wahidiyah

pada bab II. Do‟a untuk bertawasuljuga tertera dalam lembar sholawat

wahidiyah yang terdapat dalam bab II.Imam dipilih berdasarkan

rekomendasi dari Pembina keagamaan PSPP Khusnul Khotimah dengan

pertimbangan yang fasih dalam mengaji.

f. Membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” mengikuti

bacaan imam selama 30 menit.

g. Setelah 30 menit membaca Alfatihah 1 kali.

H. Pengolahan Analisa Data

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yakni data

yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil

pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah

data kualitatif ke dalam data kuantitatif. Data kuantitatif sering dikaitkan dengan

analisis statistik, sebab itu disebut data statistik (Notoatmodjo, 2010).

1. Pengolahan data

Pengolahan dan analisis data bertujuan untuk mengubah data menjadi

informasi (Wasis, 2008). Pengolahan data ini melalui tahap-tahap:

a. Editing
83

Secara umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir (Notoatmodjo, 2010). Jangan sekali-kali

mengganti jawaban dan angka dengan maksud menyesuaikan dengan

keinginan peneliti. Mengganti data orisinal adalah perbuatan yang

melanggar prinsip kejujuran intelektual (Wasis, 2008).

b. Coding

Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban

responden (Wasis, 2008). Coding, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo,

2010).

c. Prossesing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

“software” komputer (Notoatmodjo, 2010).

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning) (Notoatmodjo, 2010).

2. Analisa data

a. Analisa univariat
84

Analisa univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang

diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisa univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Sumantri, 2011). Analisis univariat diperlukan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan data secara sederhana (Budiharto,

2008).

Pengujian masing-masing variabel menggunakan tabel dan

diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Analisis univariat

pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan dan variabel kecemasan

sebelum dan sesudah intervensi.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisa ini digunakan untuk menguji

hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel

terikat (Sumantri, 2011). Pada penelitian ini menggunakan jenis hipotesa

komparatif berpasangan dengan skala pengukuran kategorik (ordinal)

sehingga analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah

Wilcoxon.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Penjelasan berikut memaparkan hasil penelitian pengaruh membaca

sholawat wahidiyah terhadap kecemasan pada pengguna narkoba di panti sosial

PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Penelitian ini dilakukan pada 20

orang yang mengalami kecemasan pada tahap rehabilitasi sosial. Penelitian ini

dilakukan dalam 40 hari berturut-turut selama kurang lebih 45 menit, dengan

rincian 15 menit penjelasan mengenai adab membaca sholawat wahidiyah dan

tujuannya serta 30 menit pembacaan sholawat wahidiyahnya.

A. Gambaran Tempat Penelitian

Panti sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH berdiri

sejak tahun 1973, dengan nama unit rehabilitasi sosial korban NAPZA.

Berlokasi di Sasana Tresna Werdha Budi Dharma Jl. RS Fatmawati Cilandak,

Jakarta Selatan. Di bawah naungan Departemen Sosial. Pada tahun 1975

berpindah ke Jl. S. Parman Kav-57 Slipi Jakarta Barat dengan nama Panti

Rehabilitasi Korban Narkotika Wisma Khusnul Khotimah. Dalam

perkembangannya, pada tahun 1979, nama Panti berubah menjadi Panti Sosial

PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Tahun 1944 lokasi berpindah

ke Babakan Pocis III Serpong, Tangerang Selatan. Dengan adanya Likuidasi

85
86

Departemen Sosial, maka tahun 1999 PSPP Khusnul Khotimah dialihkan ke

pemerintah Provinsi DKI Jakarta c.q Dinas Provinsi DKI Jakarta.

Di PSPP Khusnul Khotimah ada beberapa fasilitas pendukung

kegiatan meliputi: pelayanan kebersihan Warga Binaan Sosial (WBS),

pelayanan konseling, pelayanan makanan dan gizi, konsultasi individual,

konsultasi kelompok (group work), manajemen kasus (case conference),

pelayanan medis, dan lain-lain. Untuk kesehatan psikologis WBSnya panti

sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH memberikan pelayanan

bimbingan psikologis juga pelayanan spiritual (bimbingan keagamaan). WBS

juga diajarkan keterampilan seperti: otomotif mobil dan motor, sablon,

berkebun dan bercocok tanam juga membuat keset. Untuk keluarga WBS

diberikan pelayanan kunjungan (home visit) dan bimbingan keluarga (family

support group).

B. Gambaran Proses Penelitian

Seperti yang dijelaskan dalam prosedur intervensi pada bab IV,

penelitian ini membutuhkan waktu selama 40 hari. Dalam prosesnya

mengalami beberapa kendala terutama dalam mencari responden yang

berkomitmen mengikuti penelitian ini sampai selesai. Sehingga responden

yang awalnya bersedia mengikuti sebanyak 30, hanya 20 orang yang berhasil

menyelesaikan prosedur intervensi selama 40 hari.


87

Antusias responden dalam penelitian pada mulanya sangat besar. Hal

ini mungkin terjadi karena pada mulanya banyak responden yang ingin tahu

seperti apa penelitian berlangsung.Kemudian selama beberapa hari mengalami

kemunduran terlihat dari ketidaktepatan waktu berkumpul untuk memulai

terapi. Sehingga harus menunggu beberapa saat dulu agar semua responden

terkumpul.Penyebab dari menurunnya antusias ini diperkirakan karena masih

belum adanya rasa trust antara peneliti dan responden. Peneliti sendiri masih

beradaptasi dengan responden yang semuanya laki-laki dengan latar belakang

pengguna narkoba sehingga pada mulanya peneliti merasa tidak nyaman di

lingkungan penelitian.

Setelah 20 hari intervensi, responden kembali berantusias dan

mengikuti dengan semangat. Hal ini bisa dilihat dari konsistennya responden

untuk mengikuti intervensi meskipun sering kali cuaca tidak mendukung.

Dalam proses ini sudah terbina trust antara responden dengan peneliti.

Seiring melakukan intervensi responden semakin terbuka terhadap

peneliti tentang respon yang dirasakannya selama dan setelah membaca

sholawat wahidiyah. sehingga peneliti dapat memperoleh sedikit gambaran

tentang hasil penelitian. Beberapa responden menginginkan agar terapi

membaca sholawat wahidiyah bersama terus dilakukan meskipun sudah

menyelesaikan penelitian selama 40 hari berturut-turut.


88

C. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan tingkat kecemasan pre test dan post test

pada pengguna narkoba dan gambaran perubahan jumlah responden yang

mengalami kecemasan disetiap tanda dan gejala kecemasan. Gambaran

kecemasan ditampilkan dalam tabel dengan tingkat kecemasan, jumlah dan

presentase. Sedangkan gambaran perubahan setiap tanda dan gejala

kecemasan ditampilkan dalam grafik.

1. Gambaran karakteristik responden

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan rentang

minimal sampel untuk penelitian eksperimen yaitu antara 10-20

responden. Karena penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama,

yaitu selama 40 hari berturut-turut dan diperlukan komitmen yang kuat

maka peneliti mengambil 30 responden. Hal ini untuk mengantisipasi

adanya calon responden yang dipulangkan atau putus ditengah intervensi

sehingga tidak dapat dijadikan responden penelitian.

Akhirnya jumlah responden yang menjalani intervensi membaca

sholawat wahidiyah sampai selesai sebanyak 20 orang. Jumlah ini masih

bisa digunakan dalam penelitian eksperimen. Seluruh responden berjenis

kelamin laki-laki. Serta memiliki karakteristik berbeda berdasarkan usia

dan tingkat pendidikan.

a. Karakteristik responden berdasarkan usia


89

Tabel 5.1 Gambaran usia respondendi PSPP Khusnul Khotimah


(n=20)
Kategori Usia Jumlah Persentase (%)
Remaja awal 1 5%
Remaja akhir (17-25 tahun) 4 20%
Dewasa awal (26-35 tahun) 10 50%
Dewasa akhir (36-45 tahun) 5 25%
Total 20 100%

Dari tabel 5.1 diatas bisa disimpulkan mayoritas responden

berada pada tahap dewasa awal yaitu sebanyak 10 orang.Usia

termuda pada responden penelitian ini adalah 16 tahun atau disebut

juga dengan remaja awal. Masalah khas yang dihadapi pada remaja

awal yaitu masalah yang timbul akibat perubahan status dari anak-

anak menjadi remja seperti kemandirian dan adanya hak atau

kewajiban yang lebih besar atau lebih sedikit yang dibebankan oleh

orang tua kepada mereka.

b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 5.2 Gambaran tingkat pendidikan respondendi PSPP


Khusnul Khotimah (n=20)
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 8 40%
SMP 4 20%
SMA 8 40%
Total 20 100%
90

Dari tabel 5.2 diatas bisa disimpulkan mayoritas responden

berpendidikan SD dan SMA masing-masing berjumlah 8 orang dan

sisanya 4 orang berpendidikan SMP.

2. Gambaran kecemasan pada pengguna narkoba sebelum dan setelah

intervensi

Tabel 5.3
Gambaran kecemasan pada pengguna narkoba sebelum dilakukan
intervensi di PSPP Khusnul Khotimah (n=20)

Pre-test Post-test
Tingkat Kecemasan
Jumlah Persen Jumlah Persen
Tidak cemas 0 0% 5 25%
Ringan 7 35% 12 60%
Sedang 5 25% 2 10%
Berat 4 20% 1 5%
Sangat berat 4 20% 0 0%
Total 20 100% 20 100%

Berdasarkan tabel 5.3hasil analisis gambaran kecemasan pengguna

narkoba di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH

sebelum dilakukan intervensi membaca sholawat Wahidiyah semua

mengalami kecemasan meliputi: 7 orang (35%) mengalami kecemasan

ringan, 5 orang (25%) mengalami kecemasan sedang, 4 orang (20%),


91

mengalami kecemasan berat dan 4 orang juga (25%) mengalami

kecemasan sangat berat.

Tabel 5.3 tersebut juga menggambarkan hasil analisis

kecemasan pengguna narkoba di Panti Sosial PAMARDI PUTRA

KHUSNUL KHOTIMAH setelah dilakukan intervensi membaca

Sholawat Wahidiyah didapatkan 5 orang (25%) tidak mengalami

kecemasan, 12 orang (60%) mengalami kecemasan ringan, 1 orang (5%)

mengalami kecemasan berat dan tidak ada orang yang mengalami

kecemasan sangat berat (0%).

D. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan

menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat (Sumantri, 2011).

Analisis bivariat dilakukan untuk mengukur hubungan atau asosiasi untuk

mengukur sifat hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini analisa bivariat

digunakan untuk menguji hipotesa peneliti, yaitu apakah membaca sholawat

Wahidiyah berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pengguna narkoba atau

tidak. Penguji ini dilakukan dengan menganalisa perbedaan rata-rata skor

kecemasan pengguna narkoba sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Pada penelitian ini, perhitungan statistik beda rata-rata skor kecemasan

menggunakan uji wilcoxondengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,005).


92

Analisa beda rata-rata perubahan skor kecemasan pengguna narkoba pre-test dan

post-test dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4Analisa Beda Rata-rata Perubahan Tingkat Kecemasan


Pengguna Narkoba Saat Pre-test dan Post-test

Data N Mean Mean Rank Z p


Pre-test 20 20.55 10.50 -3.924 .000
Post-test 20 9.80
Hasil perhitungan wilcoxondiatas menghasilkan penuruunan skor

kecemasan secara nyata setelah dilakukan intervensi membaca sholawat

wahidiyah dengan rata-rata penurunan sebanyak 10,50 skor. Nilai p = 0.000

yang berarti nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perubahan

skor kecemasan secara nyata dengan perbedaan nilai yang signifikan, terdapat

perbedaan kecemasan setelah melantunkan sholawat Wahidiyah.


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbataasn

penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang akan

dikaitkan dengan teori, sedangkan keterbatasan akan menjelaskan keterbatasan yang

terjadi selama penelitian.

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

a. Usia Responden

Responden dalam penelitian ini mayoritas berada dalam usia dewasa

awal, yaitu sebanyak 10 orang. Kelompok dewasa awal ini dihadapkan pada

pertanyaan bersifat keagamaan dari anak dan orang sekitarnya sehingga mereka

menyadari apa yang pernah diajarkan kepadanya pada masa kanak-kanak

dahulu, lebih dapat diterima pada masa dewasa daripada waktu remaja dan

masukan dari orang tua tersebut dipakai untuk memperdalam pengetahuan

keagamaan dan sebagai bekal kehidupannya (Hamid, 2009).

b. Tingkat Pendidikan Responden.

Tingkat pendidikan responden yang mengikuti penelitian ini berada

pada jenjang pendidikan awal dan menengah yaitu tingkat SD, SMP, SMA.

Meskipun dalam spiritual terdapat dimensi pengetahuan namun, pengetahuan

terhadap ajaran-ajaran agama yang dianut tidak hanya bisa diukur berdasarkan

tingkat pendidikan (Mayasari, 2014).

93
94

2. Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan Intervensi

Narkoba merupakan zat yang dapat mempengaruhi fungsi yang dapat

merusak tubuh terutama otak sehingga menyebabkan perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Dampak dari

penggunaan narkoba dapat menyebabkan cemas. Kecemasan pada pengguna

narkoba merupakan keyakinan irasional bahwa ia tidak dapat bertahan tanpa

bantuan narkoba. Kelainan pada penyalahguna zat menjadi masalah serius di

banyak negara. 53% orang dengan penggunaan narkoba mengalami

setidaknya satu gangguan mental (Shanmugam & Winslow, 2013).

Penelitian ini menggunakan responden pengguna narkoba. Pengguna

narkoba mengalami gangguan pada otak berupa overstimulasi sistem

ganjaran. Overstimulasi ini menyebabkan otak melakukan penyesuaian

terhadap berlimpahnya produksi dopamin dan neurotrasmiter lain dengan

menghasilkan lebih sedikit dopamin atau mengurangi banyaknya reseptor.

Sebagai hasilnya kemampuan pengguna narkoba untuk menikmati kesenangan

secara normal menurun. Inilah yang menyebabkan pengguna narkoba

mengalami kecemasan (Kemensos, 2016).

Disisi lain, dalam pandangan islam menggunakan narkoba merupakan

suatu perbuatan dosa. Dosa sendiri merupakan stressor dan memiliki dampak

buruk bagi psikologis pelakunya. Akibatnya, pelaku dosa dapat mengalami

stress dan cemas. Hanifa (2013), dalam penelitiannya di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat Jakarta menemukan bahwa pengguna narkoba


95

mengalami kecemasan dengan presentasi sebesar 83,3% (n=45) dengan 47

responden (Hanifa, 2013).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hasil kecemasan pada pengguna

narkoba, semua mengalami kecemasan dari tingkat ringan sampai sangat

berat. Hal ini senada dengan penelitian Bukhori (2016) yang menjelaskan

hanya ada 4 orang pengguna narkoba yang mengalami kecemasan. 18 orang

mengalami kecemasan ringan, 15 orang mengalami kecemasan sedang, dan 4

orang mengalami kecemasan berat. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setiap

pengguna narkoba mengalami kecemasan (Bukhori, 2015).

3. Tingkat Kecemasan Setelah Dilakukan Intervensi

Relaksasi adalah pengobatan umum untuk masalah kecemasan.

Penurunan kecemasan dapat efektif jika latihan relaksasi dilakukan dengan

teratur. Relaksasi dapat bermanfaat bagi psikologis dan psikosomatik pasien

(Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari, 2008). Penelitian ini sesuai

dengan studi tentang relaksasi yang dilakukan oleh Manzoni (2008). Manzoni

(2008) melakukan tinjauan sistematis dengan meta-analisis pada 27 penelitian

tentang relaksasi yang menghasilkan kesimpulan latihan relaksasi yang

konsisten dapat mengurangi kecemasan secara signifikan. Penurunan paling

tinggi diperoleh dari relaksasi dengan meditasi (Manzoni et al., 2008).

Penelitian ini menggunakan teknik relaksasi meditasi atau relaksasi

secara mental yang dilakukan sambil membaca kata kebaikan (bacaan


96

sholawat). Meditasi merupakan metode latihan yang digunakan untuk melatih

perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya dapat

membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol secara sadar. Efek dari

meditasi antara lain meningkatkan gelombang alpha gelombang otak yang

terdapat pada kondisi tubuh yang rileks (Maghfiroh, 2015).

Penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada

kecemasan pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi sebelum

dan sesudah membaca sholawat wahidiyah. Penelitian ini merupakan

pembuktian secara kuantitatif dari penelitian-penelitian sebelumnya yang

menyatakan terapi psikoreligius khususnya terapi dzikir dan sholawat

menghasilkan efek yang positif bagi pengguna narkoba. Sebagaimana Allah

berfirman di dalam al-Qur‟an surat ar-Ra‟d ayat 28:

‫ة‬ْٛ ٍُُ‫ ُْ ثِ ِز ْو ِشللاِ أ َ ََلثِ ِز ْو ِشللاِ ر َْط َّئِ ُّٓ ْاٌم‬ُٙ ُ‫ ث‬ْٛ ٍُُ‫ر َْط َّئِ ُّٓ ل‬َٚ ‫ا‬ْٛ َُِٕ َ ‫َْٓ أ‬٠َّ‫اٌز‬

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi

tenteram” (A-Ra‟d: 28)

Hasil penelitian ini dikuatkan dengan hasil wawancara. Sebagian

responden yang mengikuti terapi sholawat wahidiyah menyatakan bahwa ada

perubahan perasaan menjadi tenang, lebih bertawakal atau pasrah kepada

Allah sehingga kekhawatiran berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian

Chaer (2014) yang menyebutkan bahwa terapi psikoreligius pada pengguna


97

narkoba akan diperoleh kesadaran spiritual. Responden menyadari bahwa

kedekatan dengan Tuhan melalui pelaksanan ibadah dapat meningkatkan dan

mempertahankan kepulihan mereka, meningkatkan kesadaran, dan

menimbulkan perasaan tenang (Chaer, 2014). Hasil wawancaramereka juga

menyatakan lebih berpikir positif untuk menyongsong masa depan dengan

harapan lebih baik. Shofa (2015) menyebutkan zikir mengandung kekuatan

spiritual (kerohanian) yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa

optimism (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self

confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat esensial bagi

penyembuhan penyakit jiwa (Shofa, 2015).

B. Analisa Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini membandingkan nilai kecemasan

sebelum dilakukan intervensi membaca sholawat dengan nilai kecemasan

setelah dilakukan intervensi pada responden. Kecemasan sendiri adalah salah

satu masalah yang sering ditemui dalam keperawatan. Dalam NANDA

(2014), kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang

samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu). Salah satu upaya untuk menangani kecemasan adalah

dengan melakukan teknik relaksasi. Relaksasi dapat membantu manusia

belajar mengurangi atau mengontrol reaktivitas fisiolgis yang menimbulkan

masalah bagi dirinya. Salah satu teknik relaksasi adalah relaksasi meditasi
98

dengan membaca sholawat. Penelitian ini ingin membuktikan ada atau

tidaknya pengaruh membaca sholawat terhadap kecemasan pengguna narkoba.

Hasil analisa uji statistik membuktikan bahwa terdapat pengaruh

membaca sholawat wahidiyah terhadap kecemasan pengguna narkoba yang

menjalani program rehabilitasi dengan (p<0,000) atau p <(α). Selama proses

intervensi membaca sholawat, responden mengulang bacaan “YAA

SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” secara bersama-sama selama 30 menit.

Dilakukan seriap hari berturut-turut selama 40 hari. Waktu pelaksanaanya

setelah sholat ashar berjamaah di masjid Khusnul Khotimah. Responden

membaca sholawat dengan duduk dan seluruhnya menghadap ke arah kiblat,

seperti shof sholat. Hal ini sesuai dengan teknik relaksasi yang diterangkan

oleh iskandar (2010). Iskandar (2010) menjelaskan relaksasi meditasi

memerlukan empat elemen dasar, yaitu: lingkungan yang tenang, do‟a atau

mantra yang dilafalkan berulang-ulang, sikap yang pasif, dan posisi yang

nyaman bisa dengan duduk atau terlentang (Iskandar, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2010) berhasil membuktikan terapi

relaksasi dapat mengurangi kecemasan. Penelitian ini dilakukan pada seorang

perempuan yang menderita kelelahan dan rasa sakit yang menghambat

pekerjaan dan kehidupan sosialnya sampai tingkat tertentu, setelah diperiksa

perempuan ini mengalami anxiety disorder sesuai kriteria DSM-IV. Setelah

dilakukan terapi relaksasi yang juga dilakukan sendiri di rumah, hasil

menunjukkan penurunan drastis pada tingkat kecemasan dan depresi (Ali &
99

Hasan, 2010). Meskipun menghasilkan kesimpulan yang sama, namun

terdapat perbedaan antara penelitian Ali (2010) dengan penelitian ini.

Diantaranya Ali (2010) menggunakan metode studi kasus pada 1 responden

sedangkan penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan 20

responden. Perbedaan juga pada peneliti ini menggunakan responden

pengguna narkoba.

Relaksasi meditasi mempunyai dampak positif bagi tubuh. Hal ini

sesuai dengan penelitian Magfiroh (2015). Penelitian Magfiroh (2015)

dilakukan pada 3 subyek yang mengalami stress. Ketiga subyek merasakan

dampak positif dikarenakan terapi meditasi yang teratur akan membantu

subyek dalam merilekskan tubuhnya serta pikiran subyek, karena meditasi

dapat meningkatkan sirkulai oksigen didalam tubuh, dan gelombang alpha

akan meningkat serta otot akan mengendur, sehingga kerja sarat simpatik dan

adrenalin menurun. Hal ini akan melancarkan darah dan juga meningkatkan

sistem imun (Magfiroh, 2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

Magfiroh (2015) adalah pada gangguan yang direduksi dengan meditasi

relaksasi. Magfiroh (2015) menjelaskan pengaruh meditasi relaksai terhadap

tingkat stres sedangkan pada penelitian ini terhadap tingkat kecemasan. Terapi

relaksasi meditasi juga dapat menurunkan kecemasan secara signifikan pada

berbagai macam responden, antara lain: pada pasien pre operasi bedah

onkologi (Renidayanti, 2016), pasien dengan skizofrenia (Kustanti & Widodo,


100

2008), lansia(Lasri & Widiani, 2013), dan pada penderita dispepsia

(Perwitaningrum & Prabandari, 2016).

Studi yang dilakukan Narimani (2012) menunjukkan keuntungan dari

kemampuan mengendalikan, dan regulasi emosi serta kecerdasan spiritual

sebagai pertahanan melawan dari kecanduan bahan adiktif (Narimani &

Pouresmali, 2012). Karena kecerdasan spiritual merupakan salah satu

pertahanan dalam melawan kecanduan zat adiktif maka pendekatan spiritual

dalam mereduksi akibat kecanduan zat perlu dilakukan. Salah satu pendekatan

spiritual bisa delakukan dengan membaca do‟a dan berdzikir.

Pendekatan terapi bio-psiko-spiritual untuk intervensi pada pengguna

narkoba meningkatkan ketahanan agar tidak menjadi pecandu kembali

(Nikoozadeh, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mudzkiyyah (2014)

menunjukkan terapi dzikir Al-Fatihah dapat meningkatkan kesejahteraan

subjektif pecandu narkoba yang sedang dalam masa rehabilitasi (Mudzkiyyah

et al., 2014).

Dari sudut ilmu kesehatan jiwa doa dan dzikir merupakan terapi

psikiatri setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi psikologi biasa. Hal ini

karena doa dan zikir mengandung unsur kerohanian/keagamaan/ketuhanan

yang dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confident)

dan keimanan (faith) pada diri seseorang yang sedang sakit, sehingga

kekebalan tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses penyembuhan.

Dalam hal ini tidak berarti terapi dengan obat dan tindakan medis lainnya
101

diabaikan. Terapi medis disertai doa dan zikir merupakan pendekatan holistik

baru di dunia kedokteran modern (Hawari, 2008a).

Membaca sholawat dengan tenang dapat memberikan efek relaksasi

dengan cara mengurangi rangsangan syaraf otonom sehingga akan

menurunkan respon fisiologis (Soliman & Mohamed, 2013). Mempraktikkan

terapi meditasi secara benar akan merasakan manfaat menyehatkan tubuh,

pikiran serta sistem yang menggerakkan fungsi tubuh kita dari pembuluh

darah, saluran cerna sampai saluran pembuangan sisa-sisa metabolisme

(Iskandar, 2010).

Dalam sholawat wahidiyah diajarkan tentang adab-adab mengamalkan

sholawat wahidiyah, yaitu Lillah-Billah, Lirrosul-Birrosul, hudlur, istihdlor,

tadzallul, tadhollum seperti penjelasan pada bab 2 yang itu semuanya

termasuk usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah (tawakkal). Penelitian

tentang korelasi tawakal dengan kecemasan sudah dilakukan oleh Mucharam

(2006) yang menyimpulkan ada hubungan antara tawakal dengan kecemasan.

Dengan mengetahui gambaran tawakal akan dapat membantu pecandu untuk

melepaskan diri dari permasalahan kecanduan (Mucharam, 2006).

Pentingnya faktor agama di bidang psikiatri dan kesehatan jiwa dilihat

dari pernyataan Daniel X. Freedman, presedient the American psychiari

association, guru besar UCLA, dan editor Archives of general Psychiatric.

Dikatakan bahwa di dunia ini ada 2 lembaga besar yang berkepetingan dengan

kesehatan dan kesejahteraan manusia yaitu profesi kedokteran khususnya


102

kedokteran jiwa di satu pihak dan lembaga keagamaan di lain pihak (Hawari,

2008a).

Penelitian yang menggunakan pendekatan agama dalam menurunkan

kecemasan juga dilakukan oleh Murtafiah (2015). Murtafiah (2015)

menggunakan relaksasi islami untuk menurunkan kecemasan pada 14 ibu

hamil. Penelitian Murtafiah (2015) memperoleh hasil p=0,000. atau p<0,05

sehingga diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh signifikan relaksasi islami

terhadap tingkat kecemasan pada ibu hamil (Murtafiah, 2015). Meskipun

sama menggunakan meditasi relaksasi, namun terdapat perbedaan penelitian

Murtafiah (2015) dengan penelitian ini. Murtafiah (2015) menggunakan

subyek ibu hamil sebagi responden penelitian, sedangkan penelitian ini

menggunakan pengguna narkoba. Penelitian untuk menurunkan kecemasan

pada ibu pre seksio sesaria juga dilakukan oleh Yuliza (2012). Yuliza (2012)

menggunakan terapi dzikir dengan nilai signifikan p=0,001 (Yuliza, 2012).

Sedangkan Damayanti dengan nilai p=0,023 sehingga menghasilkan

kesimpulan terapi meditasi islami dapat menurunkan kecemasan (Damayanti,

2010).

Penelitian tentang dzikir untuk menurunkan kecemasan juga dilakukan

oleh Fuadah (2014). Fuadah (2014) menggunkaan siswa yang akan mengikuti

Ujian Nasional sebagai subyek penelitian. Hasilnya dzikir dapat mengurangi

kecemasan dimana bisa menghasilkan ketenangan secara fisik dan mental saat

menghadapi Ujian Nasional (Fuadah, 2014). Hal ini juga didukung oleh
103

penelitian Kurniasari (2015) yang menunjukkan ada hubungan negated yang

signifikan antara kecemasan menjelang Ujian Nasional dengan intensitas

dzikir yang ditujukan dengan koefisien (rxy)= -0,530, p=0,001 (Kurniasari,

2016). Perbedaan penelitian Fuadah (2014) dan Kurniasari (2015) dengan

penelitian ini adalah subyek pada penelitian.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan

dijelaskan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah:

1. Rata-rata skor kecemasan pada pengguna narkoba yang menjalani program

rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH

sebelum dilakukan intervensi membaca sholawat adalah 20,55 dengan skor

terendah 1 dan tertinggi 42. Mayoritas tingkat kecemasan pada tingkat

kecemasan ringan sebanyak n=7 orang.

2. Rata-rata skor kecemasan pada pengguna narkoba yang menjalani program

rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH

setelah dilakukan intervensi membaca sholawat adalah 9,80 dengan skor

terendah 0 dan skor tertinggi 27. Mayoritas tingkat kecemaan pada tingkat

ringan sebanyak n=12 orang.

3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa membaca sholawat memengaruhi

skor kecemasan pengguna narkoba yang menjalni program rehabilitasi di

Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH (p=0,000

t=5,593). Dengan nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel (2,086)

menunjukkan ada perbedaan secara nyata antara rata-rata skor kecemasan

104
105

pengguna narkoba sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Perbedaan rata-

rata tersebut mengarah pada nilai yang lebih kecil, sehingga dapat

disimpulkan bahwa membaca sholawat wahidiyah dapat menjadi alternatif

intervensi kecemasan pengguna narkoba yang menjalani program

rehabilitasi.

B. Saran

1. Pelayanan rehabilitasi narkoba

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengguna narkoba mengalami

kecemasan. Kecemasan ini jika tidak ditangani menyebabkan relaps atau

penggunaan kembali narkoba setelah menjalani program rehabilitasi.

Mempertimbangkan hasil penelitin ini disarankan kepada pelayanan

rehabilitasi narkoba untuk memasukkan intervensi ddengan pendekatan

religius terutama membaca sholawat wahidiyah dalam menurunkan tingkat

kecemasan.

2. Peneliti selanjutnya

Terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat

diambil dari penyusunan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang lebih

baik yaitu: peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian

kualitatif pada pengguna narkoba yang menjalani intervensi membaca

sholawat wahidiyah. Diharapkan intervensi membaca sholawat wahidiyah

tidak hanya diteliti dalam mereduksi kecemasan pengguna narkoba tetapi


106

menyangkut gangguan mental lain yang lebih luas. Diharapkan peneliti

selnajutnya menggunakan sholawat wahidiyah secara kesuluruhan tidak

hanya pada bagian YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH saja.

3. Institusi pendidikan keperawatan

Penelitian ini membuktikan terapi dengan pendekatan religius dapat

menjadi intervensi yang berpengaruh baik bagi kesehatan. Sebagai institusi

pendidikan keperawatan diharapkan mampu mengintegrasikan religiusitas

dalam tindakan keperawatan yang diajarkan kepada mahasiswanya sehingga

mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam setiap tindakan.

4. Pengguna narkoba

Mempertimbangkan hasil penelitian ini, diharapkan pengguna

narkoba mau dan mampu menjalankan terapi untuk kesembuhan dari

kecanduan narkoba terutama terapi dengan pendekatan religius.


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. (2015). Pengaruh Zikir Terhadap Skor Kecemasan Mahasiswa


Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menghadapi Ujian Skill-lab.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25599
Achadiat, C. M. (2007). Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam tantangan
Zaman. Jakarta: EGC.
Advameg. (2007). Hamilton Anxiety Scale. Retrieved from
http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Hamilton-Anxiety-Scale.html
Aini, A. F. (2014). Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis Majelis Shalawat
Diba‟ Bil-Mustofa. Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies, 2(1),
221–235.
Ali, U., & Hasan, S. (2010). The Effectiveness of Relaxation Therapy in the
Reduction of Anxiety Related Symptoms (a Case Study). International Journal
of Psychological Studies, 2(2), 202–209.
Anggreni, D. (2015). Dampak bagi pengguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif
(napza) di kelurahan gunung kelua samarinda ulu. E-Journal Sosiarti-Sosiologi,
3(3), 37–51.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Aplikasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Assegaf, H. A. (2009). Mukjizat Shalawat. Jakarta: Qultum Media.
Badan Narkotika Nasional. (2011). Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba bagi
Remaja Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2011. Jakarta: Pusat
Penelitian Data dan Informasi BNN RI.
Badan Narkotika Nasional. (2015). Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan
Penyalagunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014. BNN-Republik Indonesia (Vol.
4). Jakarta: Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN RI.
Badan Narkotika Nasional. (2016). Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada
Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015. Jakarta: Pusat Penelitian
Data dan Informasi BNN RI.
Badri, M. (2016). Program Rehabilitasi bagi Penyalahgunaan Narkotika dalam
Perspektif Undang Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 16(3), 12–18.
Budiharto. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
Bukhori. (2015). Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba Di Al- Kamal
Sibolangit Centre Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit
Provinsi Skripsi. Universitsa Sumatera Utara.
Bums, N., & Grove, S. . (2005). The Practice of Nursing Research: Conduct,
Critique, and Utilization. Fifth Edition. Philadelphia: Elsevier Health Science.
Chaer, T. (2014). Terapi Inabah dan Pecandu. Al-Murabbi, 1(1), 60–76.
Chambers, H. (2015). Spirituality and Quaker Approaches to Substance Use and
Addiction. Religions, 6, 385–403. https://doi.org/10.3390/rel6020385
Damayanti, R. (2010). Pengaruh Mendengarkan Ayat Suci Al Qur’ An (Murratal)
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea di Rs
Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Eskasasnanda, I. D. P. (2014). Fenomena Kecanduan Narkotika. Sejarah Dan
Budaya, 54–71.
Faradisi, F. (2012). Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Kesihatan, V(2). https://doi.org/10.1533/9780857096326.index
Fitriyani, R., & Trianasari, D. (2016). Bimbingan dan Konseling Islami sebagai
Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba. PROSIDING.
Fuadah, A. Z. (2014). Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Nasional di UPTD
SMAN I Mojo Kediri : Kajian Fenomenologis Psikosufistik. Didaktika Religia,
2(2), 119–134.
Hamid, A. Y. (2009). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Hanifa, F. (2013). Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien Rawat Inap Pengguna
Metamfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta Tahun 2013. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Hawari, D. (2008a). Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Hawari, D. (2008b). Petunjuk Praktik Terapi (Detoksifikasi) Narkoba/NAZA dan
HIV/AIDS. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hawari, D. (2012). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,
dan Zat Adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hermawati, Y. (2011). Perubahan Identitas Pengguna Narkoba di Tempat Terapi
Spiritual (Studi Komunikasi Terapeutik Di Pondok Inabah II Panjalu Ciamis).
Jurnal Makna, 1(September 2010), 85–101.
Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Huda, S. (2008). Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta:
LKis Pelangi Aksara.
Ibrahim, A. S. (2012). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Tangerang: Jelajah
Nusa.
Iskandar, M. (2010). Health Triad (Body, Mind, and System) Sehat, Antusias, Energik
Melalui Singkronisasi Tubuh, Pikiran dan Sistem Health Triad (Tiga Serangkai
Kesehatan) (Gramedia). Jakarta.
Kamaluddin, M. (2016). Rahasia Dahsyat Sholawat: Keajaiban Lafadz Rasululloh.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu Semesta.
Kemensos. (2016). Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksi. Jakarta:
Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkoba.
Khalil, R. H. (2009). Mengungkap Rahasia 33 Shalawat kepada Nabi SAW. Bandung:
Mizania.
Kurniasari, N. (2016). Hubungan antara. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Kustanti, E., & Widodo, A. (2008). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan
Status Mental Klien Skizofrenia. Berita Ilmu Keperawatan, 1(3), 131–136.
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
Lasri, & Widiani, E. (2013). Perbedaan Kecemasan Lansia Sebelum Sesudah Latihan
Relaksasi Meditasi Autogenik di Posyandu Karangwreda Arjuno Rw VI
Wilayah Puskesmas Arjuno Dinkes Kota Malang. Care, 1(April), 68–74.
Maghfiroh, N. H. (2015). Efektivitas Terapi Relaksasi Meditasi dalam Menurunkan
Tingkat Stres. INSIGH, 11(1).
Maimunah, A. (2011). Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk Mengatasi
Kecemasan Ibu Hamil Pertama. Psikologi Islam, 8(1), 1–22.
Maksum, S., & El-Kaysi, A. (2009a). Rahasia Sehat Berkah Shalawat: Terapi Ampuh
mencegah dan Menyembuhkan Penyakit. Yogyakarta: Best Publisher.
Maksum, S., & El-Kaysi, A. (2009b). Rahasia Shalawat Nabi. Yogyakarta: Mutiara
Media.
Manzoni, G. M., Pagnini, F., Castelnuovo, G., & Molinari, E. (2008). Relaxation
Training for Anxiety: a Ten-years systematic Review with Meta-Analysis. BMC
Psychiatry, 8, 41. https://doi.org/10.1186/1471-244X-8-41
Martono, & Harlina, L. (2006). 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkob
Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.
Mayasari, R. (2014). Religiusitas Islam dan Kebahagiaan (Sebuah Telaah dengan
Perspektif Psikologi). Al-Munzir, 7(2).
Mucharam, M. F. (2006). Hubungan Tawakal dan Perilaku Asertif dengan
Kecemasan pada Pecandu Narkoba dalam Proses Pemulihan. Universitas
Indonesia.
Mudzkiyyah, L., Nashori, F., & Sulistyaribi, I. (2014). Terapi Zikir Al-Fatihah untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Pecandu Narkoba dalam Masa
Rehabilitasi. Intervensi Psikologi, 6, 1–22.
Mufid, A. S. (2006). Tangklukan, Abangan, dan Tarekat Kebangkitan Agama di
Jawa. Jakarta: Obor Indonesia.
Murtafiah, A. (2015). Efektivitas Pelatihan Relaksai Islami untuk Menurunkan
Kecemasan pada Ibu Hamil. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Musfir, A.-Z. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Narimani, M., & Pouresmali, A. (2012). The Comparison of Alexithymia and
Spiritual Intelligence in Addicts, Addicts under Methadone Treatment, and Non-
Addicts. General Psychology, 6, 4.
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan
Teori (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nikoozadeh, K. (2014). Bio-Psycho-Spiritual Modeling in Drug Dependents and
Compiling of Intervention Program for Promotion of Resiliency Based on
Cognitive Narratology and Positive Psychology. Research on Addiction, 10, 97–
144.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Noviarini, N. A., Dewi, M. P., & Prabowo, H. (2013). Hubungan Antara Dukungan
Sosial dengan Kualitas Hidup pada Pecandu Narkoba yang Sedang Menjalani
Rehabilitasi. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur Dan
Teknik Sipil, 5, 8–9.
Nurbaeti, I., & Utomo, W. B. (2010). Metodologi Penelitian daalm Bidang
Keperawatan. Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Oktavia, N. (2015). Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.
Passer, M. W., & Smith, R. E. (2007). Psychology: The Science of Mind and
Behaviour (3rd ed.). New York: McGraw Hill.
Penyiar Sholawat Wahidiyah. (2011). Pedoman Pokok dan Ajaran Wahidiyah.
Jombang: DPP Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Penyiar Sholawat Wahidiyah. (2012). Profil Wahidiyah. Jombang: DPP Penyiar
Sholawat Wahidiyah.
Penyiar Sholawat Wahidiyah. (2014). Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara
Wahidiyah. Jombang: DPP Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Perwitaningrum, C. Y., & Prabandari, Y. S. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Zikir
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Penderita Dispepsia. Jurnal
Intervensi Psikologi, 8(2), 147–164.
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2012). Pengantar Paikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.
Pristiwiyanto. (2010). Psikoterapi Islam Ala Pondok Pesantren Suralaya Surabaya.
Jurnal Fikroh, 4, 72–91.
Renidayanti. (2016). Penurunan Stres Fisik dan Psikososial Pasien Pre- Operasi
Bedah Onkologi Melalui Meditasi Terapi di Salah Satu Rumah Sakit di Kota
Padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12(1), 38–47.
RI, P. D. dan I. K. K. (2014). Gambaran Umum Penyalahguna Narkoba di Indonesia.
Jendela Data Dan Informasi Kesehatan.
Riduwan, & Akdon. (2013). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung:
Alfabeta.
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sadock, B. J. (2012). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.
Santrock, J. W. (2005). Psychology (7th ed.). New York: McGraw Hill.
Sanusi, M. R. (2010). Kuliah Wahidiyah untuk Menjernihkan Hati dan Ma’rifat
Billah Wa Birosuulih. (13, Ed.). Jombang: DPP Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Shanmugam, P. K., & Winslow, R. M. (2013). Integrated Psychosocial Treatment
Programme for Substance Abusers : Relapse Prevention and Social Anxiety
Diminution : A systematic Review of. Addiction Research and Therapy.
https://doi.org/10.4172/2155-6105.S7-004
Shofa, A. N. (2015). Metode Rehabilitasi Jiwa Bagi Pecandu Narkoba Di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Dan Sakit Jiwa Nurussalam Sayung Demak Dalam
Pandangan Psikoterapi Islam Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo.
Sholeh, M. (2005). Agama sebagai Terapi Telaah Munuju Kedokteran Holistik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siburian, E., Veronika, D., & Kaloeti, S. (2010). Pengaruh Rational Emotive
Behavioral Therapy ( Rebt ) Dalam Menurunkan Kecemasan Menghadapi Masa
Depan Pada Penyalahguna Napza Di Panti Rehabilitasi. Jurnal Psikologi Undip,
7, 40–49.
Silviani, N. E. (2015). Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal AlQur’an terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sitorus, R. J. (2013). Komorbiditas Pecandu Narkotika. Kesehatan Masyarakat
Nasional, 8, 301–305.
Soliman, H., & Mohamed, S. (2013). Effects of Zikr Meditation and Jaw Relaxation
on Postoperative Pain, Anxiety and Physiologic Response of Patients
Undergoing Abdominal Surgery. Journal of Biology, 3(2), 23–38.
Stuart, G. W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sudarmojo, A. H. (2013). DNA Muhammad: Aktivasi Gen Positif dengan Shalawat.
Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitati dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sumiati. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahguna dan
Ketergantungan Napza. Jakarta: Trans Info Media.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Syafi‟ah, M. (2015). Pengaruh Melantunkan Salawat Thibbil Qulub Terhadap
Perubahan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester Iii Dalam
Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2015.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syafi‟i, A. (2009). Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Pidana
Nasional. Hunafa, 6, 219–232.
Syuhada, I. (2015). Faktor Internal dan Intervensi pada Kasus Penyandang Relaps
Narkoba, 978–979.
Syukur, M. A. (2012). Sufi Healing: Terapi dalam Literatur Tasawuf. Walisongo,
20(November), 391–412.
Tamsir, M. Z. (2012). Panduan Keseragaman Mujahadah Wahidiyah. Jombang: DPP
Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 (2009).
Utomo, I. M. (2015). Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan Saat Menghadapi
Ujian Praktikum Pada Mahasiswi Keperawatan Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Varcarolis, E., & Carson, V. (2006). Foundations of Psychiatric Mental Health
Nursing (5th ed.). USA: Saunders Elsevier.
Videback, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi (9th ed.). Jakarta: Erlangga.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Watiniyah, I. (2016). Kumpulan Sholawat Nabi Super Lengkap. Depok: Kaysa
Media.
Wulandari, C. M., Retnowati, D. A., Handojo, K. J., & Rosida. (2015). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza Pada Masyarakat Di Kabupaten
Jember. Jurnal Farmasi Komunitas, 2(1), 1–4.
Yuliza, R. (2012). Pengaruh Dzikir terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yusuf, A., Fitryasari, R. P., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Zamhari, A. (2010). Rituals of Islamic Spirituality. Canberra: ANU PRESS.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN PENELITIAN

Judul : Pengaruh Melantunkan Sholawat Wahidiyah terhadap Perubahan Tingkat


Kecemasan Penyalahguna Narkoba
Peneliti : Atik Mardiani Kholilah
NIM : 1113104000048
Instalansi : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Saya adalah mahasiswa keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh Melantunkan
Sholawat Wahidiyah terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Penyalahguna Narkoba”.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saudara/i mempunyai hak
bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden dan jika saudara/i tidak bersedia
menjadi responden maka saya akan tetap menghargai dan tidak akan mempengaruhi terhadap
prosen penelitian ini. Dan jika saudara/i bersedia, mohon untuk menandatangani lembaran
persetujuan ini.
Penelitian ini membutuhkan waktu 40 hari untuk melakukan terapi dengan menggunakan
sholawat wahidiyah. Setiap harinya dilakukan selama 30 menit. Untuk itu responden dimohon
untuk berkomitmen dari awal jika ingin mengikuti terapi ini sampai selesai.
Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang saudara/i berikan. Jika
saudara/i mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, maka saya dengan senang hati akan
memberikan penjelasan.
Demikian permohonan ini disampaikan atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan
terimakasih.
Jakarta, Februari 2017
Responden

( ____________________)
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER

A. Data Demografi
Petunjuk pengisian:
 Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menulisakn jawaban pada pertanyaan
yang bertanda titik atau memberikan tanda checklist (√ ) pada kolom jawaban yang
disediakan
 Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur
 Dimohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban

Kode responden : ______________ (diisi peneliti)

1. Umur : ………Tahun

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Agama : Islam Katolik Protestan

Budha Hindu

4. Pekerjaan : Peg. Swasta Pegawai Negeri

Wiraswasta Pensiunan

Lainnya, sebutkan…………………

5. Hubungan dengan keluarga : Ayah Ibu

Anak Suami/istri

6. Tingkat pendidikan terakhir: SD SMA

SMP Perguruan Tinggi


B. Kuesioner Tingkat Kecemasan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
Penyataan-pernyataan dibawah ini adalah daftar keluhan masalah yang kadang-
kadang kita alami sehari-hari.
Bacalah dengan cermat, berilah tanda checklist (√ ) pada kolom yang tersedia
disamping pernyataan yang sesuai untuk menggambarkan apa yang anda rasakan karena
adanya keluhan atau masalah yang sedang anda hadapi pada waktu anda mengikuti
program rehabilitasi narkoba.
Berikut cara penilaian kecemasan dengan memberikan tanda checklist (√) dengan
kategori:

0 = bila anda tidak ada gejala/keluhan (Tidak ada/TA)

1 = bila anda mengalami satu dari pilihan yang ada (Ringan/R)

2 = bila anda mengalami separuh dari gejala yang ada (Sedang/S)

3 = bila anda mengalami lebih dari separuh dari gejala yang ada (Berat/B)

4 = bila anda mengalami semua gejala (Sangat Berat/SB)

Skor (diisi
NO GEJALA YANG DIRASAKAN TA R S B SB
peneliti)

1. Perasaan cemas (ansietas) yang saya alami


diantaranya seperti cemas, firasat buruk, takut
akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan yang saya alami diantaranya seperti


merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,
mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan
gelisah.

3. Saya mengalami ketakutan pada gelap, orang


asing dan ditinggal sendiri.
NO GEJALA YANG DIRASAKAN TA R S B SB Skor (diisi
peneliti)

4. Saya mengalami gangguan tidur seperti sukar


masuk/mulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi
buruk atau pun mimpi menakutkan

5. Saya mengalami gangguan kecerdasan seperti


sukar konsentrasi, daya ingat menurun dan daya
ingat buruk.

6. Saya merasa depresi (murung) yang diantara


gejalanya seperti sedih, hilang minat, bangun
dini hari, perasaan berubah-ubah setiap hari.

7. Gejala somatik/fisik (otot) yang saya alami


seperti sakit dan nyeri diotot-otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

8. Gangguan fisik yang saya alami, gejalanya


seperti telinga berdenging, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan
ditusuk-tusuk.

9. Gejala jantung dan pembuluh darah yang saya


rasakan seperti berdebar-debar, denyut jantung
cepat, nyeri di dada, rasa lesu/lemas, seperti mau
pingsan, denyut nadi mengeras, denyut jantung
menghilang (berhenti sekejap)

10. Gejala pernapasan yang saya alami diantaranya


rasa tertekan atau sempit dada, rasa tercekik dan
nafas pendek atau sesak.
NO GEJALA YANG DIRASAKAN TA R S B SB Skor (diisi
peneliti)

11. Gejala pencernaan yang saya rasakan


diantaranya sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan
sesudah makan, perasaan terbakar diperut, rasa
penuh atau kembung, mual muntah, sukar buang
air besar, dan berat badan menurun.

12. Gejala buang air kecil dan kelamin yang saya


alami diantaranya seperti sering buang air kecil
dan tidak dapat menahan air seni.

- Pada ibu gejala yang dirasakan diantaranya


tidak datang bulan (tidak ada haid, darah
haid berlebihan, darah haid amat sedikit,
masa haid berkepanjangan, masa haid amat
pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
menjadi dingin (frigid).
- Pada bapak gejala yang dirasakan
diantaranya seperti ejakulasi dini, ereksi
melemah dan impotensi.
13. Gejala autonomy yang saya alami diantaranya
mulut kering, muka merah, kepala pusing,
kepala terasa berat, kepala terasa nyeri, mudah
berkeringat dan bulu-bulu berdiri

14. tingkah laku yang saya alami diantaranya


gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang,
otot tegang, muka merah, napas pendek
Lampiran 3
HASIL UJI VALIDITAS
NO PERTANYAAN SKOR

1. Perasaan cemas (ansietas) yang saya alami diantaranya seperti cemas, firasat .511‟‟
buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan yang saya alami diantaranya seperti merasa tegang, lesu, tidak bisa .506‟‟
istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

3. Saya mengalami ketakutan pada gelap, orang asing dan ditinggal sendiri. .687‟‟

4. Saya mengalami gangguan tidur seperti sukar masuk/mulai tidur, terbangun pada .623‟‟
malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk atau pun
mimpi menakutkan

5. Saya mengalami gangguan kecerdasan seperti sukar konsentrasi, daya ingat .553‟‟
menurun dan daya ingat buruk.

6. Saya merasa depresi (murung) yang diantara gejalanya seperti sedih, hilang .693‟‟
minat, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah setiap hari.

7. Gejala somatik/fisik (otot) yang saya alami seperti sakit dan nyeri diotot-otot, .738‟‟
kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

8. Gangguan fisik yang saya alami, gejalanya seperti telinga berdenging, .738‟‟
penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala jantung dan pembuluh darah yang saya rasakan seperti berdebar-debar, .623‟‟
denyut jantung cepat, nyeri di dada, rasa lesu/lemas, seperti mau pingsan, denyut
nadi mengeras, denyut jantung menghilang (berhenti sekejap)

10. Gejala pernapasan yang saya alami diantaranya rasa tertekan atau sempit dada, .699‟‟
rasa tercekik dan nafas pendek atau sesak.

11. Gejala pencernaan yang saya rasakan diantaranya sulit menelan, perut melilit, .686‟‟
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar
diperut, rasa penuh atau kembung, mual muntah, sukar buang air besar, dan berat
badan menurun.

12. Gejala buang air kecil dan kelamin yang saya alami diantaranya seperti sering .473‟‟
buang air kecil dan tidak dapat menahan air seni.

- Pada ibu gejala yang dirasakan diantaranya tidak datang bulan (tidak ada
haid, darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid
berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
menjadi dingin (frigid).
- Pada bapak gejala yang dirasakan diantaranya seperti ejakulasi dini, ereksi
melemah dan impotensi.
13. Gejala autonomy yang saya alami diantaranya mulut kering, muka merah, kepala .632‟‟
pusing, kepala terasa berat, kepala terasa nyeri, mudah berkeringat dan bulu-bulu
berdiri

14. Tingkah laku yang saya alami diantaranya gelisah, tidak tenang, jari gemetar, .608‟‟
muka tegang, otot tegang/mengeras, muka merah dan nafas pendek dan cepat.
Lampiran 4
REKAPITULASI SKOR KECEMASAN RESPONDEN
Kode Responden Skor Pretest Skor Posttest
1 29 9
2 20 16
3 29 20
4 19 11
5 42 20
6 27 4
7 28 12
8 31 27
9 22 0
10 14 13
11 18 9
12 34 6
13 4 0
14 1 0
15 11 5
16 22 16
17 32 16
18 13 0
19 14 12
20 1 0
Lampiran 5
ANALISIS UNIVARIAT
Usia Responden

Pendidikan Terakhir Responden

Skor Kecemasan Pretest

Skor Kecemasan Posttest


Lampiran 5
ANALISA BIVARIAT
Uji Normalitas
Uji beda rata-rata
Lampiran 6
SURAT PERMOHONAN STUDI PENDAHULUAN
Lampiran 6
SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN
Lampiran 6
SURAT PERMOHONAN PENELITIAN
Lampiran 6
SURAT IZIN PENELITIAN

You might also like