You are on page 1of 16

Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP


KUALITAS OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA (ODTW) SUMATERA UTARA

Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution, Janianton Damanik

Abstract: This observation purpose is to see the foreign tourist perception to the object
quality and tourism attraction power in Sumatera Utara. This instruction hope could
enlarge the knowledge about the tourism side and could give the contribution to the
object quality development and tourism attraction power in North Sumatera Utara. In
generally the result that the quality of tourism attractive power in Sumatera Utara well by
almost foreign tourist. The quality of ODTW in this place could be the basic to give the
satisfaction of tourism like they want. All the substances of elementary in ODTW, like
attractions (natural, culture, and synthetic), accessibility and accommodation percept by
respondent as the thing that still have a good quality. It’s founded that the tourism
product of elements under the standard as the cleanliness factor that to be the low point of
tourism product and the perception by respondent as the low quality product or bad.
Related to the perception that relatively good, the satisfaction of they tourism also
fulfilled. The unique, original, beautiful and impression value that gave by attractions,
accommodation, and local tourism accessibility will able to give the tourism satisfaction.
There are many different between the perceptions toward the quality of ODTW base on
the demography variable, respondent social. This study also prove the hypothesis that the
tourism satisfaction different base on the education level and the number of tourism
expenses. The other important invention prepared is the negative correlation between the
tourism experience variable with the perception about the attraction quality,
accommodation and tourism accessibility in Sumatera Utara. The tourism experience that
trend influence the respondent to give the perception that negative to the ODTW quality
in this area.

Keywords: tourism, foreign tourist, object and tourism attraction power.

PENDAHULUAN pembebasan visa kunjungan wisata, promosi dan


pemasaran ke luar negeri (de Kadt, 1979).
Terlepas dari berbagai perdebatan kritis Kebijakaan ini memperoleh justifikasi
yang menyoroti efektivitas sumbangan pariwisata setelah melihat sisi positif yang telah dicapai oleh
bagi pembangunan, para perencana pembangunan negara-negara tersebut. Sebagai contoh, secara
di tingkat lokal dan nasional terus semakin rata-rata kontribusi pariwisata pada pendapatan
meyakini bahwa pariwisata masih merupakan nasional negara-negara di Kepulauan Karibia
salah satu alternatif untuk mempercepat mencapai 70 persen (Pearce, 1993). Di Indonesia
pembangunan di berbagai daerah dan negara sendiri pariwisata merupakan sektor penghasil
yang tidak mempunyai keunggulan komparatif di devisa nomor satu di luar nonmigas pada tahun
sektor industri. Salah satu kontribusi penting 1999-2000 (BPS, 2001).
yang diharapkan dari pembangunan pariwisata Meskipun demikian harus diakui bahwa
adalah peningkatan devisa dan perluasan perubahan-perubahan ekonomi dan politik,
kesempatan kerja (Mathieson dan Wall, 1982; terutama instabilitas keamanan di tingkat global,
Booth, 1990; Hitchcock, et al., 1993). Atas dasar ikut mempengaruhi kinerja pariwisata.
ini banyak daerah dan negara berkembang Berbagai peristiwa-peristiwa seperti
berupaya memajukan sektor pariwisatanya sosial-politik dan keamanan di berbagai negara
dengan cara memperbaiki infrastruktur mengakibatkan berkurangnya niat penduduk
pariwisata, penyediaan insentif berupa dunia untuk melakukan perjalanan, khususnya ke
negara tujuan wisata di negara berkembang.
Solahuddin Nasution adalah Sekretaris ASITA Sumatera Utara
M. Arif Nasution & Janianton Damanik adalah Dosen MSP SPs USU

81
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

Penurunan minat atau penundaan keputusan dalam kondisi rusak berat, sehingga wisatawan
untuk melakukan perjalanan lintas kontinen merasa tidak nyaman dan aman menikmati perja-
semakin menggejala terutama setelah serangan lanan wisatanya.
teroris ke WTC di Amerika Serikat. Dilaporkan Di samping itu banyak dilaporkan bahwa
banyak perusahaan penerbangan yang bangkrut sebenarnya atraksi wisata yang disuguhkan
karena jumlah wisatawan merosot drastis dan kepada wisatawan juga tidak berubah, dalam arti
kemudian menghentikan operasinya. (The Strait nilai otentisitas, originalitas dan keunikannya
Times, 12 Februari 2002). tidak begitu menonjol.
Indonesia sebagai salah satu destinasi Salah satu kelemahan pariwisata
wisata dunia mengalami dampak negatif dari Sumatera Utara adalah produk-produk wisata
perubahan-perubahan eksternal tersebut. Harus yang relatif homogen dan infrastruktur
diakui bahwa jumlah wisatawan mancanegara pendukungnya tidak memadai. Masing-masing
yang berkunjung ke negeri ini mengalami daerah menawarkan produk wisata yang relatif
penurunan yang signifikan sejak tahun 1997. sama dan atraksi buatan yang disuguhkan relatif
Meskipun terlihat ada perubahan yang tidak unik (Damanik, 2001).
positif pada 2000, namun jumlahnya belum Padahal, bagi wisatawan ketiga aspek ini
mampu mencapai angka yang dicatat pada tahun merupakan daya tarik yang kuat dan merupakan
1996. Dilaporkan, pada tahun 2000 sebenarnya salah satu komponen variabel penentu dalam
situasinya mulai pulih karena stabilitas memilih destinasi dan kegiatan wisata. Kondisi
pemerintahan dan citra keamanan semakin ini jelas akan mengurangi kepuasan wisatawan
membaik. Namun tragedi September 2001 dan dan memberikan kesan (image) buruk terhadap
diiringi oleh tragedi Bom Bali pada tahun 2002 produk wisata (Weiler, et.al, 1992).
dipastikan telah meruntuhkan kinerja pariwisata Sebagaimana diketahui, wisatawan
Indonesia. mancanegara yang paling banyak mengunjungi
Terlepas dari faktor krisis moneter dan Sumatera Utara adalah wisatawan Malaysia.
komplikasi sosial-politik yang menyertainya, Selama sepuluh tahun (1991-2001) wisatawan
stagnasi perkembangan pariwisata Sumatera dari negara jiran ini mendominasi pangsa pasar
Utara ini diduga sangat terkait dengan persoalan- wisatawan asing di Sumatera Utara (Dipardasu,
persoalan mikro dalam diri wisatawan disatu sisi 2001).
dan kondisi objektif produk wisata yang Mereka merupakan tipe wisatawan
ditawarkan di sisi lain. massal yang memiliki karakteristik psikografis
Yang dimaksud dengan hal yang pertama yang konvensional, yakni antara lain menuntut
adalah perubahan-perubahan persepsi atau kesempurnaan pelayanan dan kelengkapan
pergeseran psikografis wisatawan, yakni infrastruktur pariwisata (Weiler, et.al, 1992).
perubahan minat dan harapan terhadap produk Oleh sebab itu, kegagalan menampilkan ODTW
wisata yang tersedia di suatu daerah destinasi yang atraktif, beragam (diversified), unik,
wisata. Tentu saja perubahan tadi bersumber menjadi salah satu faktor yang akan mengurangi
terutama dari kondisi nyata produk wisata yang keinginan mereka untuk mengunjungi daerah
sudah tidak mampu lagi memberikan kepuasan tujuan wisata.
wisata bagi para wisatawan. Artinya, daya tarik Persoalan mendasar yang dihadapi oleh
objek wisata semakin menurun seiring dengan pariwisata Sumatera Utara tentu saja tidak dapat
kurangnya inovasi, pemeliharaan dan diselesaikan secara optimal, selama penilaian
pengembangan objek-objek wisata alternatif. tentang kualitas ODTW dan infrastruktur lainnya
Untuk melihat secara lebih jelas hanya didasarkan pada opini masyarakat
gambaran tentang kemungkinan merosotnya daya setempat (host) yang cenderung bias dan
tarik tersebut, Salah satu masalah yang muncul subjektif, melebih-lebihkan (over estimated) daya
dalam berbagai laporan media massa itu adalah tarik objek wisatanya tanpa melihat bagaimana
bahwa kualitas infrastruktur pariwisata Sumatera sesungguhnya penilaian dan persepsi
Utara terus menurun. Pihak industri sendiri telah tamu/wisatawan yang menjadi konsumen
lama melaporkan hal itu kepada presiden, namun utamanya (Spillane, 1994).
tindakan di lapangan belum terlihat secara nyata. Akibatnya, pengembangan ODTW
Jalan lintas dari Prapat menuju Berastagi yang didasarkan semata-mata pada ketersediaan
sangat vital bagi rute pariwisata terus dibiarkan sumber daya pariwisata (product driven) dan

82
Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

sedikit memperhatikan kebutuhan pasar itu 2000). Diduga wisatawan memberikan respons
sendiri (market driven). negatif terhadap image DTW yang tidak mampu
Kecenderungan pemerintah daerah dan memberikan kepuasan optimal dalam kegiatan
industri pariwisata untuk mengedepankan aspek- wisatanya, antara lain dengan cara tidak memilih
aspek product driven tadi, diduga tidak DTW tersebut sebagai opsi utama di negara asal.
memberikan manfaat optimal bagi perkembangan Namun demikian tentu saja diperlukan
pariwisata daerah. pembuktian yang lebih akurat tentang sejauh
Pengembangan objek-objek wisata mana gejala perkembangan pariwisata yang
dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber- stagnan di Sumatera Utara terkait dengan
daya wisata (alam, sosial-budaya, buatan) ketidakpuasan wisatawan mancanegara terhadap
barangkali dapat meningkatkan frekuensi atraksi- ODTW yang ditawarkan. Pembuktian tersebut
atraksi wisata di daerah. diharapkan akan memberikan kepastian tentang
Namun demikian sering kali hal itu tidak asumsi-asumsi hipotetis yang selama ini banyak
bertahan lama (unsustainable), karena kurang mewarnai wacana pembangunan pariwisata
didasarkan pada permintaan riel pasar wisatawan daerah. Dengan demikian analisis yang
(lihat Bodlender, et al., 1991). mendalam tentang fenomena pariwisata tadi
Akibatnya, meskipun stakeholder dapat menghasilkan penjelasan-penjelasan yang
pariwisata daerah misalnya telah bekerja keras, lebih logis, akurat dan teruji.
baik untuk mengembangkan objek-objek wisata Oleh sebab itu kajian ilmiah tentang
alternatif dengan tujuan untuk meningkatkan beragam faktor penurunan jumlah kunjungan
daya tarik destinasi wisata tersebut, maupun wisatawan mancanegara perlu dilakukan untuk
meningkatkan promosi wisata di luar negeri mengetahui situasi kepariwisataan yang terjadi di
dengan mengikuti pameran pariwisata di event daerah ini secara tepat. Terutama dari sisi
internasional, namun hasilnya sering kali tidak pandangan wisatawan kajian ilmiah tersebut
optimal. sangat strategis.
Sejauh ini data dan informasi tentang Di samping akan dapat mengungkap
karakteristik sosial, demografi dan ekonomi secara jelas gambaran kualitas ODTW di
wisatawan mancanegara di Sumatera Utara lapangan dari perspektif konsumen dan
belum tersedia secara lengkap. Akibatnya sampai menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan atau
sekarang belum diketahui secara mendalam peningkatannya secara nyata, kajian ilmiah juga
bagaimana pola-pola perjalanan dan distribusi akan dapat mengidentifikasi pandangan, harapan
keruangan wisatawan mancanegara serta objek- dan kebutuhan-kebutuhan wisatawan terhadap
objek wisata utama yang mereka kunjungi. ODTW setempat. Berdasarkan analisis yang
Hal yang lebih penting lagi dari semua cermat atas hal itu kemudian dapat disusun
itu adalah faktor persepsi atau pandangan strategi pemasaran yang efektif dimasa depan.
wisatawan tersebut terhadap ODTW di Sumatera Namun demikian sayang sekali sampai
Utara, yang secara asumtif berhubungan erat sekarang tampaknya belum banyak informasi
dengan promosi ODTW di negara asal wisatawan yang akurat tentang perspektif wisatawan sebagai
kelak. Apabila mereka menilai mutu ODTW dan konsumen produk-produk wisata daerah ini.
infrastruktur pendukung lainnya rendah, maka Kelangkaan inilah yang perlu diisi melalui suatu
besar kemungkinan ketidakpuasan akan muncul kajian yang mendalam.
dan membuat wisatawan tersebut tidak ingin Untuk memperoleh pemahaman yang
mengulangi kunjungannya ke daerah ini dan lebih jauh tentang fenomena tersebut, maka
kelak menuturkan ketidakpuasan yang perspektif wisatawan mancanegara tentang
dialaminya sendiri kepada wisatawan potensial di kualitas ODTW dan produk-produk wisata di
negaranya. Hal ini dapat menjadi pelajaran Sumatera Utara sangat penting ditempatkan
berharga karena akan menjadi promosi yang sebagai fokus kajian.
negatif bagi kemajuan pariwisata di Sumatera Jelas bahwa pendekatan yang digunakan
Utara. adalah pendekatan pemasaran yang dalam
Dalam konteks inilah penurunan jumlah berbagai literatur dipandang sebagai salah satu
wisatawan mancanegara seharusnya dipandang pendekatan yang efektif untuk mempelajari sikap
sebagai salah satu akibat dari merosotnya mutu dan perilaku wisatawan (Mill dan Morrison,
ODTW di Sumatera Utara (Analisa, 26 Agustus 1985; Burke dan Lindbloom, 1989), sekaligus

83
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

untuk melihat sejauh mana ODTW di suatu penelitian pasar wisatawan (Gunn, 1994; Jung,
daerah mempunyai magnet yang kuat atau 2000).
diminati oleh wisatawan (McIntosch, et al., Sampel pada penelitian ini adalah wisa-
1995). tawan mancanegara yang menggunakan jasa biro
Karena persepsi dan kesan (impresi) perjalanan selama wisatanya di daerah ini pada
wisatawan tentang ODTW sangat menentukan periode yang sama. Jumlah sampel dibatasi
peluang mereka untuk kembali mengunjungi sebanyak 250 orang dengan memperhatikan
objek tersebut atau paling tidak untuk komposisi negara asal wisatawan.
menuturkan pengalamannya di negara/daerah Pembatasan ini semata-mata karena
asal, perlu diadakan studi tentang persepsi persoalan waktu dan biaya. Jumlah sampel tentu
wisatawan terhadap berbagai komponen yang saja tidak merepresentasi semua wisatawan
elementer dari setiap produk wisata (atraksi, mancanegara di Sumatera Utara pada periode
amenitas dan akomodasi). yang sama, sebab metode sampling yang
Informasi yang didapat dari studi ini digunakan adalah nonprobabilitas, yang salah
akan diperlukan sebagai bahan masukan yang satu sifatnya adalah bahwa sampel tidak
strategis untuk merumuskan program-program mewakili karakteristik populasi (Kusmayadi dan
pengembangan ODTW daerah ini dan promosi Sugiarto, 2000).
serta pemasarannya di masa depan. Dalam penelitian ini yang menjadi res-
Untuk itu, yang menjadi fokus kajian ponden terdiri dari wisatawan yang berasal dari
dalam studi ini adalah Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, Inggris,
1. Mendeskripsikan dan menganalisis keraga- Prancis, Taiwan dan Jepang. Untuk memudah-
man serta perbedaan persepsi atau penilaian kannya dalam pembahasan berikutnya peneliti
wisatawan tentang mutu ODTW Sumatera membagi menjadi tiga kelompok yaitu wisatawan
Utara dalam kaitannya dengan pengalaman Eropa, Asean dan Negara Lain.
wisata dan berbagai karakteristik individu
wisatawan. PEMBAHASAN
2. Mengkaji latar belakang diferensiasi dan atau
kesamaan persepsi wisatawan tentang Secara umum pariwisata diartikan
ODTW Sumatera Utara berdasarkan sebagai keseluruhan aktivitas masyarakat yang
karakteristik sosial, ekonomi dan demo- muncul akibat terjadinya pergerakan atau
grafinya. perjalanan penduduk dari suatu tempat ke tempat
3. Menganalisis perspektif wisatawan tentang lain untuk melakukan rekreasi.
kualitas ODTW, produk wisata dan
pemenuhan ekspektasi mereka setelah setelah Definisi tentang pariwisata telah banyak
mengunjungi ODTW Sumatera Utara. dibahas para ahli (Mill dan Morrison, 1985;
Gartner, 1996; Pearce, 1995) dan sampai pada
METODOLOGI suatu kesimpulan bahwa pariwisata terdiri dari:
1. Kegiatan penduduk untuk melakukan
Penelitian ini menggunakan metode perjalanan keluar domisili dengan tujuan
kuantitatif dengan memakai kuesioner penelitian utama untuk rekreasi dan berada dalam suatu
sebagai alat penjaring data. Populasi penelitian periode waktu tertentu
adalah seluruh wisatawan mancanegara yang 2. Kegiatan (ekonomi) masyarakat yang
berkunjung ke Sumatera Utara pada periode memfasilitasi perjalanan penduduk mulai dari
bulan Juli–Agustus 2004. fase persiapan sampai pelaksanaan kegiatan
Penentuan referensi waktu tersebut perjalanan itu sendiri.
dipandang tepat karena bulan Juli dan Agustus Sebagai suatu kegiatan waktu luang,
merupakan masa kunjungan padat wisatawan pariwisata mengalami perkembangan yang pesat
mancanegara (peak season) di daerah ini. terutama dalam setengah abad. Ratusan juta
Pembatasan jangka waktu tersebut sekaligus orang melakukan perjalanan melintasi batas
menerangkan bahwa jumlah populasi tidak negara dan bahkan miliaran penduduk bumi
diketahui secara pasti. Oleh karena itu tidak dapat melakukan perjalanan domestik untuk berbagai
dilakukan kerangka sampling (sampling frame). tujuan yang bersifat rekreatif.
Hal seperti ini sangat lazim dilakukan dalam

84
Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

Meskipun sebagian besar wisatawan Lebih jauh Mill dan Morrison (1985)
dunia berasal dari negara maju, dan oleh sebab menjelaskan kaitan antara kebutuhan dan motif
itu menjadikan kegiatan wisata sebagai gaya manusia dalam konteks pariwisata, mulai dari
hidup mereka (Theolbald, 1995), namun kebutuhan psikologis, rasa aman, rasa memiliki,
masyarakat di negara berkembang juga mulai harga diri, aktualisasi diri, perluasan pengetahuan
terlibat aktif dalam kegiatan wisata. dan estetika.
Artinya bahwa dalam jumlah penduduk Kebutuhan psikologis mendorong orang
di negara-negara berkembang yang melakukan untuk melakukan relaksasi. Aktualisasi diri
kegiatan wisata didalam dan diluar negeri diwujudkan dalam bentuk menjadi bagian utuh
cenderung meningkat. dari diri pribadi. Selanjutnya kebutuhan akan
Masuknya negara-negara ini sebagai pengetahuan mendorong seseorang untuk
destinasi wisata internasional, antara lain diwakili mencari pengetahuan yang lebih luas tentang
oleh RRC, Meksiko, Turki, Thailand, dan alam maupun budaya lain. Kebutuhan estetika
sebagainya juga semakin menandai intensitas akhirnya mendorong seseorang untuk menaruh
mobilitas manusia dimuka bumi untuk kegiatan apresiasi pada keindahan alam.
wisata (Pearce, 1993). Kebutuhan dan motif-motif tersebut
Perubahan-perubahan sosial, ekonomi dapat diakomodasi melalui kegiatan wisata.
dan teknologi yang pesat terutama dalam Demikianlah misalnya, kebutuhan untuk
seperempat abad terakhir abad ke-20 yang lalu memiliki yang kemudian mendorong orang untuk
diduga sebagai salah satu faktor yang memperoleh kasih sayang akhirnya memotivasi
menentukan hal itu. Meskipun perubahan- yang bersangkutan untuk apa yang disebut dalam
perubahan struktur sosial, ekonomi dan teknologi konsep pariwisata sebagai VFR atau visit friends
memberikan dorongan kuat bagi orang untuk and relatives. Sama halnya dengan itu, berwisata
melakukan wisata, namun di tingkat individu untuk memulihkan kesehatan dapat
sebenarnya yang sangat berperan adalah motif- diinterpretasikan sebagai salah satu cara untuk
motif pribadi. memenuhi rasa aman seseorang (Mill dan
Sekalipun perkembangan teknologi trans- Morrisan, 1985: 6-7). Tentu saja motif berwisata
portasi yang pesat dan mampu mengakselerasi ini tidak seragam pada semua masyarakat.
mobilitas orang, barang dan jasa di tingkat Dalam analisis ilmu-ilmu sosial, setiap
global, namun peran individu sangat berperan tindakan dan perilaku sosial –termasuk dalam hal
untuk terlibat atau tidak di dalam mobilitas ini melakukan kegiatan wisata– sangat terkait
tersebut. dengan latar belakang atau karakteristik sosial,
Hal inilah yang bisa dipahami apabila demografi maupun ekonominya.
kita melihat banyak orang yang memilih untuk Untuk menelusuri fenomena yang
tidak berwisata sekalipun mempunyai alokasi mendorong munculnya suatu fakta sosial maka
sumberdaya yang memadai dan sebaliknya tidak jalan logika yang terandalkan adalah melihat latar
sedikit pula orang yang melakukan kegiatan belakangnya. Dalam penelitian ini pendekatan
wisata dengan frekuensi dan intensitas tinggi demikian juga dilakukan dengan harapan bahwa
(Ross, 1998; Mill dan Morrison, 1985). fenomena dan fakta sosial dalam bentuk persepsi
Motif-motif orang melakukan kegiatan wisatawan tentang mutu ODTW Sumatera Utara
wisata telah banyak dikaji dalam berbagai studi dapat dipahami dari perspektif wisatawan itu
(Ross, 1998; Kurtzman, dan Zauhar, 2003; Meric sendiri.
dan Hunt 1998). Secara umum dapat disimpulkan Sebagian besar wisatawan mancanegara
bahwa motif psikologis dan sosio-antropologis di Sumatera Utara berasal dari Kawasan Asia
memainkan peran yang kuat. Tenggara, khususnya Malaysia dan Singapura.
Motif psikologis terkait dengan apa yang Yang menjadi alasan bagi mereka adalah faktor
secara fundamental diformulasikan oleh psikolog jarak, letak geografis dan kesamaan budaya yang
Abraham Maslow sebagai pemenuhan berbagai dimiliki kedua negara.
kebutuhan manusia. Dua diantara kebutuhan Dari Negara Eropa, Belanda menjadi
tersebut yang terkait dekat dengan motivasi sumber wisatawan penting bagi Sumatera Utara.
berwisata adalah kebutuhan aktualisasi diri dan Wisatawan Belanda tertarik mengunjungi
pengakuan sosial. Sumatera Utara karena terkait dengan imej
tentang perkebunan-perkebunan besar yang

85
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

pernah menjadi salah satu sumberdaya ekonomi dan Hardling, 1996). Khusus pasar wisatawan
penting negeri itu di masa lampau. Belanda, kehadiran kelompok lansia ini diduga
Secara umum dapat dikatakan bahwa terkait dengan memori mereka yang masih segar
berwisata keluar negeri membutuhkan kemata- dengan masa-masa kolonialisme atau menjelang
ngan pribadi yang antara lain ditunjukkan oleh kemerdekaan negeri ini.
kedewasaan usia, yang akan memudahkan Faktor lain yang sering dihubungkan
wisatawan untuk memahami perbedaan- dengan sikap dan perilaku wisatawan adalah
perbedaan kultural antara negara asal dan negara bentuk wisata. Yang dimaksud dengan bentuk
tujuan, seperti tata cara berinteraksi dengan wisata adalah tata cara pengorganisasian kegiatan
masyarakat lokal. perjalanan, mulai dari persiapan di daerah asal,
Di samping itu, kedewasaan juga akan menuju ke daerah tujuan wisata, selama di daerah
menjai salah satu faktor yang ikut menentukan tujuan wisata itu sendiri sampai kembali lagi ke
keputusan seseorang untuk memilih destinasi daerah asal. (bdkn Mill dan Morrison, 1985)
wisata di luar negeri. Ada dua bentuk wisata yang lazim
Perbedaan umur juga memainkan peran dikenal, yakni wisata kelompok dan wisata
penting terhadap persepsi tentang mutu perorangan. Bentuk yang pertama lebih banyak
perjalanan wisata. Berdasarkan studi yang pernah diorganisasi oleh biro perjalanan dan terdiri dari
dilakukan para peneliti (Jung, 2000; More et al., beberapa orang dalam satu kelompok.
1995) tampaknya sepakat melihat adanya Karena berjumlah besar, bentuk wisata
perbedaan sikap dan perilaku wisatawan terhadap seperti ini sering diasosiasikan sebagai ciri wisata
aktivitas-aktivitas wisata di suatu daerah tujuan massal. Sebaliknya bentuk kedua hampir
wisata. sepenuhnya diorganisasi sendiri oleh wisatawan
Wisatawan berusia muda tidak saja lebih dan sifatnya individual, atau kelompok yang
pasif dan kurang sensitif melihat masalah- biasanya 2-4 orang. Bentuk inilah yang lazim
masalah konservasi alam dan budaya dikawasan dijumpai pada wisatawan “penenteng
wisata, tetapi juga akomodatif dan mudah ransel”(backpacker tourists).
beradaptasi dengan berbagai kekurangan yang Apabila dilihat bentuk wisata seperti itu,
ditemukan di ODTW. Hal ini tidak selamanya maka peluang berbeda sikap dan perilaku –dalam
menguntungkan karena sikap demikian sangat banyak kasus, hal ini terkait dengan minat dan
potensial mendorong tuan rumah untuk ekspektasi– dalam kegiatan wisata menjadi besar.
mengembangkan produk wisata yang kurang Para peneliti (Meric dan Hunt, 1998;
berkualitas dan tidak bertahan lama. Jung, 2000; Obua dan Hardling, 1996) memiliki
Dalam studi ini terbukti bahwa rerata kesamaan kesimpulan tentang besarnya minat
umur responden berada pada usia produktif. wisatawan individual untuk menjelajahi
Bahkan tampak bahwa kelompok lansia semakin kawasan-kawasan yang relatif jauh dari pengaruh
banyak terlibat dalam kegiatan wisata. Menurut urbanisasi dan akrab dengan lingkungan alam
para ahli (Weiler dan Hall, 1992) dalam beberapa yang asli.
tahun terakhir ini terjadi pergeseran demografis Meskipun wisatawan kelompok juga
wisatawan yang ditandai dengan semakin memiliki kecenderungan yang sama, namun
meningkatnya proporsi wisatawan lansia dalam keinginan mereka pada pengayaan pengalaman
pasar wisata. pribadi yang unik yang diperoleh dari
Peningkatan ini mempunyai implikasi penjelajahan kawasan-kawasan alam tidaklah
yang strategis dalam pengembangan produk yang sekuat keinginan yang dimiliki oleh wisatawan
disukai, yaitu bukan lagi produk-produk wisata perorangan (Obua dan Hardling, 1996).
massal, tetapi lebih yang mampu memberikan Perbedaan keinginan tersebut secara
prioritas kenyamanan, ketenangan, dan implisit dapat menimbulkan persepsi yang
pengalaman (Damanik, 2003). berbeda pula diantara wisatawan. Karena
Untuk wisatawan di Sumatera Utara, hal keinginan pada keaslian dan kualitas atraksi
ini dapat dimaklumi mengingat sebagian besar wisata tinggi, maka wisatawan cenderung
responden berasal dari Eropa, terutama Belanda, bersikap lebih kritis dan mempersepsi ODTW
Jerman dan Perancis. Mereka mengunjungi dengan kriteria-kriteria produk yang terstandar.
Negara berkembang karena tertarik dengan Apabila kriteria-kriteria tersebut tidak terpenuhi,
budaya dan ekologinya yang masih asli (Obua

86
Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

maka mereka akan memberikan persepsi yang sendiri, ekspektasi dari destinasi wisata sampai
kurang baik atas produk wisata. pada persepsi dan penilian mereka tentang
Di samping itu sebenarnya faktor destinasi tersebut. Karakteristik perjalanan wisata
besarnya jumlah wisatawan dalam satu kelompok ini antara lain meliputi frekuensi berwisata ke
dan cara pengorganisasian perjalanan yang luar negeri, bentuk wisata, kunjungan
dilakukan oleh biro perjalanan dapat mengurangi sebelumnya ke Sumatera Utara, sumber
peluang bagi wisatawan kelompok ini untuk informasi destinasi wisata Sumatera Utara,
memberikan penilaian yang optimal terhadap banyaknya informasi yang diperoleh dan lama
ODTW. tinggal (length of stay) di daerah tujuan dan
Sebagai contoh, terbatasnya waktu yang sebagainya.
dialokasikan pada kunjungan ke suatu atraksi Menarik untuk diketahui bahwa bagi
wisata mengakibatkan wisatawan tidak mampu sebagian besar responden kunjungan ke Sumatera
mengenali semua sumber daya pariwisata yang Utara baru pertama kali dilakukan. Secara
tersedia disana. implisit hal ini menunjukkan bahwa sebagian
Demikian pula kebiasaan tour operator besar responden mempunyai harapan yang besar
yang –karena alasan-alasan teknis dan finansial– terhadap ODTW Sumatera Utara untuk
mengenalkan ODTW secara terbatas kepada memenuhi kebutuhan dan kepuasan wisata
wisatawan, dapat menjadi faktor yang mereka.
mengurangi pengalaman wisata dan akhirnya Sebagian respoden merupakan repeaters
berdampak pada persepsi wisatawan tersebut. atau wisatawan yang melakukan kunjungan
Gambaran tentang pendidikan wisatawan kedua atau lebih. Penting juga untuk mengkaji
yang tinggi juga ditemukan dalam studi ini. Hal lebih jauh tentang daya tarik wisata yang mereka
ini tidak saja disebabkan oleh semakin kunjungi dan ekspektasi terhadap kualitas ODTW
meningkatnya raihan tingkat pendidikan itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang mereka
masyarakat negara maju yang menjadi sumber peroleh dan ekspektasi wisata dapat menjadi
wisatawan global, tetapi juga oleh perkembangan media yang efektif untuk mempromosikan
pariwisata itu sendiri yang menuntut wisatawan ODTW Sumatera Utara di negara asal.
untuk mampu memahami perbedaan-perbedaan Pilihan atas daerah tujuan wisata
budaya, ekonomi, geografi dan lingkungan di dipengaruhi antara lain oleh adanya ketersediaan
daerah tujuan wisata. Menurut Weiler dan Hall informasi yang lengkap akurat serta akses pada
(1992) perubahan psikografis wisatawan yang sumber informasi tersebut.
sangat menonjol beberapa tahun ini terjadi akibat Dalam hal ini jenis media informasi
meningkatnya pendidikan mereka. (elektronik dan nonelektronik) wisata memainkan
Karakteristik ekonomi responden tampak peranan penting dengan keunggulan dan
dalam bentuk status pekerjaan. Wisatawan di efektivitasnya masing-masing yang ditentukan
Sumatera Utara pada umumnya masih bekerja oleh aksesbilitas calon wisatawan. Studi ini
aktif, dan mereka membutuhkan wisata untuk menemukan bahwa brosur atau media cetak
mengembalikan kesegaran fisik dan psikis merupakan sumber informasi utama bagi
mereka yang pada akhirnya diharapkan akan responden untuk memilih Sumatera Utara sebagai
mampu meningkatkan produktivitas kerja. destinasi wisata. Sebaliknya pemanfaatan media
Walupun demikian, besarnya wisatawan yang elektronik (TV dan Internet) masih relatif kecil
sudah pensiun dari pekerjaan cukup signifikan. atau terbatas.
Hal ini terkait dengan karakteristik umur Ada juga responden yang mengatakan
seperti yang diuraikan di atas, bahwa mereka teman atau kerabat sebagai sumber informasi
yang berusia lanjut semakin berpeluang menjadi wisata yang penting, sedangkan persentase yang
wisatawan mancanegara di Indonesia dan mengandalkan bori perjalanan relatif kecil. Hal
khususnya Sumatera Utara. Dengan kata lain, ini menunjukkan bahwa peran promosi mouth to
segmen pasar wisatawan mancanegara yang mouth yang selama ini sering luput dari perhatian
berstatus pensiunan tampaknya cukup besar di tmpaknya cukup signifikan dan efektif, karena
daerah ini. calon wisatawan dapat menggali sebanyak
Deskripsi karakteristik perjalanan wisata mungkin informasi dan pengalaman wisata
dapat membantu kita untuk memahami persiapan rekannya sekaligus melakukan cross check atas
perjalanan wisatawan, pelaksanaan perjalanan itu

87
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

informasi yang mungkin diperoleh dari sumber Ketika responden menentukan pilihan
lain. wisata ke Sumatera Utara maka secara implisit ia
Berikutnya perlu diketahui bentuk wisata menaruh harapan yang tinggi bahwa pilihan
yang dilakukan responden. Bentuk wisata tersebut dapat memuaskan kebutuhan wisatanya.
menunjuk pada pengorganisasian perjalanan Tampaknya pandangan di atas tidak sepenuhnya
wisata yang biasanya terdiri dari wisata terbukti dalam studi ini. Memang sebagian besar
kelompok dan wisata perorangan. Menurut responden mengatakan ekspektasinya tinggi
Weiler dan Hall (1992) saat ini terjadi pergeseran terhadap ODTW di Sumatera Utara karena
preferensi perjalanan wisata dari bentuk sebagian dari responden baru pertama kali
”organized mass tourism” menuju bentuk berkunjung dan biasanya mempunyai harapan
”organized individual tourism”. Mereka yang tinggi.
cenderung meninggalkan produk-produk wisata Sedangkan ekspektasi yang rendah dari
standar berskala massal dan beralih menuju responden diduga terkait dengan keterbatasan
produk-produk unik yang beragam dan bermutu informasi yang mereka peroleh tentang
tinggi (high value production of unique pariwisata Sumatera Utara atau karena
commodities). sebelumnya sudah pernah ke daerah ini.
Studi ini memperlihatkan bahwa bentuk Ketika responden melakukan perjalanan
wisata yang dipilih responden adalah wisata wisata di Sumatera Utara umumnya mereka
kelompok (group tourism). Kecenderungan untuk menilai harapan tersebut dapat terpenuhi dengan
memilih bentuk wisata individual tidak berlaku baik. Artinya ODTW yang mereka kunjungi di
bagi semua segmen wisatawan, tetapi hanya pada sini mampu memenuhi harapan sebagian besar
segmen tertentu misalnya kalangan usia muda responden. Jika dibandingkan dengan angka
atau peneliti. responden yang sebelumnya mempunyai
Gambaran ini menjelaskan kepada kita ekspektasi rendah, maka setelah melakukan
bahwa wisatawan mancanegara di Sumatera wisata di daerah ini mereka terbukti mampu
Utara sangat tergantung pada biro perjalanan di memenuhi harapan yang sebelumnya tidak
negara asal maupun di daerah ini sendiri. Mereka terbayangkan.
merupakan kelompok pengguna paket wisata Terpenuhinya harapan wisatawan dari
yang ditawarkan oleh penyedia jasa dengan harga penawaran jasa atraksi wisata sangat penting
yang standar. karena hal ini sangat berimplikasi pada
Dengan melihat bentuk wisata yang pemasaran maupun kemungkinan terciptanya
seperti itu, dapat dimaklumi bahwa sebagian segmen pasar repeater. Mereka akan menjadi
besar responden cenderung hanya mengunjungi ”promotor” baru yang akan menceritakan
ODTW yang relatif sudah mapan dan menginap pengalaman wisatanya kepada orang lain dinegeri
di hotel-hotel berbintang. ODTW ini merupakan asal. Disamping itu dengan harapan yang
pilihan atau referensi biro perjalanan yang terpenuhi tadi mendorong mereka untuk datang
mengatur perjalanan mereka selama berkunjung kembali mengunjungi ODTW di daerah ini.
di Sumatera Utara. Oleh sebab itu peluang Untuk mengetahui secara jelas
mereka mengunjungi objek-objek wisata baru bagaimana karakteristik perjalanan wisata
sangat kecil, sehingga pada akhirnya responden maka perlu digambarkan tingkat
perkembangan objek baru itu semakin lambat. kepuasan wisata mereka. Gambaran ini
Artinya perkembangan ODTW baru di daerah ini diharapkan akan memberikan informasi yang
masih membutuhkan waktu lama apabila lebih jauh tentang kaitan antara persepsi ODTW
bersandar pada penetrasi wisatawan dengan tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan lebih
mancanegara. mengacu pada totalitas pengalaman yang
Karakteristik perjalanan wisata diperoleh selama berwisata dan memberikan
responden yang cukup menarik diamati adalah kesenangan dan kepuasan psikologis dan fisik.
ekspektasi terhadap ODTW. Secara umum dapat Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
diasumsikan bahwa pilihan pada suatu destinasi lebih dari dua pertiga jumlah responden
wisata merupakan parameter untuk mengukur mengatakan puas dengan kegiatan wisatanya di
tinggi rendahnya harapan yang diletakkan pada Sumatera Utara. Meskipun diakui adanya
destinasi itu. berbagai kekurangan atau kelemahan yang
terdapat dalam layanan wisata di daerah ini,

88
Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

namun produk-produk wisata yang tersebar di Persepsi tentang Mutu Objek Daya Tarik
berbagai ODTW terbukti mampu memberikan Wisata (ODTW)
kepuasan bagi wisatawan. Tentu saja tingkat Kualitas ODTW merupakan hal yang
kepuasan seperti itu mempunyai implikasi lebih elementer dalam pariwisata. Mutu ODTW yang
lanjut terhadap perspektif wisatawan, yakni baik akan berdampak positif pada besaran jumlah
diharapkan akan mendorong mereka untuk wisatawan dan lama tinggal di suatu destinasi
kembali melakukan kunjungan wisata ke daerah wisata. Di dalam hal ini persepsi wisatawanlah
ini di masa yang akan datang. Dalam studi yang menjadi tolak ukur untuk melihat tingkat
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mutu ODTW tersebut. Disini mutu ODTW
merencanakan untuk berkunjung kembali ke mencakup keunikan, keaslian, keramahan,
Sumatera Utara dan sebagian besar mengatakan keindahan, keamanan, dan kebersihan.
tidak tahu. Pernyataan demikian dapat dijadikan Terlepas dari kekhawatiran para
sebagai dasar untuk menegaskan bahwa dari pengamat yang memandang daerah ini terancam
antara responden akan ada potensi wisatawan kehilangan daya tarik akibat kurangnya keunikan
repeater di masa yang akan datang. Satu hal yang objek wisata yang ditawarkan (Damanik, 2000),
juga perlu dicatat dalam kaitan ini adalah bahwa terbukti mutu keunikan tersebut masih cukup
kepuasan wisata ini menjadi bahan promosi tinggi dimata responden.
produk wisata yang tidak terprogram namun Keragaman ODTW yang tersebar di
efektif karena wisatawan diharapkan akan sepanjang jalur transportasi wisata tampaknya
menceritakan pengalamannya kepada rekan menjadi salah satu alasan kuat untuk
(wisatawan potensial) di negara asal. menyebutkan hal itu. Selain itu diduga kehidupan
Sebagai rangkuman singkat dapat masyarakat pedesaan beserta arsitektur bangunan
dinyatakan bahwa karakteristik sosial demografi yang berbeda di setiap daerah dan yang
responden dan perjalanan wisata mereka menghiasi sebagian besar rute perjalanan mereka
mewakili gambaran ciri-ciri yang sama pada menjadi alasan menyebutkan faktor keunikan
wisatawan secara umum. Tingkat pendidikan tersebut.
yang tinggi dan pengalaman wisata yang cukup Persepsi yang kurang lebih sama
panjang adalah beberapa karakteristik mereka diberikan oleh responden ketika kepada mereka
yang cukup menonjol. Hal ini kemudian diajukan pertanyaan tentang mutu keaslian
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan (orisinalitas) objek wisata. Persepsi seperti ini
berwisata. cukup logis apabila dilihat secara keseluruhan
Persepsi terhadap objek dan daya tarik objek wisata utama yang ada di Sumatera Utara.
wisata serta harapan atas kepuasan-kepuasan Hampir di semua daerah objek-objek
yang akan diperoleh dari objek wisata tersebut wisata menunjukkan keterkaitan yang kuat
berakumulasi menjadi kekuatan yang besar untuk dengan kultur lokal, paling tidak dalam arti
mendorong seseorang untuk menentukan pilihan budaya yang bersifat tangible. Bentuk dan
atas destinasi wisata yang akan dikunjungi. arsitektur bangunan masih asli demikian pula
Oleh karena itu menurut Bodlender dan arsitektur bangunan. Selanjutnya terlihat pula
kawan-kawan (1991), membentuk persepsi bahwa responden mempersepsi ODTW yang
positif tentang daerah tujuan dengan berbagai dikunjunginya mampu memberikan kenangan
atribut-atribut pariwisatanya pada diri wisatawan yang baik.
menjadi salah satu kunci untuk menjamin Unsur kenangan sangat penting karena
perkembangan suatu destinasi wisata. terkait dengan nilai kepuasan wisata. Objek
Bahkan ahli lain (Burke dan Lindbloom, wisata yang dapat memberikan kenangan optimal
1989) mengatakan bahwa salah satu langkah dengan sendirinya akan menaikkan nilai
strategis untuk memperkuat pemasaran produk kepuasan wisata sekaligus daya tarik objek itu
wisata adalah dengan menciptakan persepsi dan sendiri. Berdasarkan temuan studi ini dapat
merealisasikannya dengan pengalaman- dikatakan bahwa ODTW Sumatera Utara
pengalaman wisata di daerah tujuan. mempunyai mutu kenangan yang relatif masih
baik di mata wisatawan mancanegara.
Keramahan masyarakat setempat sebagai tuan
rumah merupakan hal yang penting dalam
pariwisata.

89
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

Dalam konteks industri jasa, sikap ramah yang memandang aspek keamanan tersebut
merupakan elemen penting dari produk meskipun kurang mendukung.
sifatnya tidak kasat-mata (intangible) (Spillane, Elemen terakhir yang dipersepsi oleh
1994). Wisatawan yang mengunjungi objek responden adalah kebersihan. Hasil studi pasar
membutuhkan keramah-tamahan dalam bentuk wisatawan yang dilakukan di Eropa (European
pelayanan. Commission, 1998) menunjukkan bahwa
Hal ini terlihat antara lain dari sikap pencarian ODTW yang menawarkan kebersihan
tanggap terhadap kebutuhan (dan juga keluhan) merupakan pilihan bagi sebagian wisatawan
wisatawan, terbuka menerima orang luar, Eropa.
ketersediaan informasi wisata yang akurat dan Dengan asumsi bahwa wisatawan yang
terkini, kemampuan berkomunikasi secara datang ke Sumatera Utara juga memiliki alasan
efektif, penggunaan waktu secara efisien dan yang sama, maka persoalan kebersihan pun
sebagainya. merupakan hal yang sensitif bagi mereka.
Dari perspektif wisatawan sendiri Tetapi jika melihat kenyataan tampaknya
tampaknya unsur keramahan ini masih menonjol ODTW belum mampu menawarkan kebersihan
dalam kepariwisataan Sumatera Utara. Paling seperti yang diharapkan wisatawan. Terbukti
tidak hal itu tampak dari persepsi hampir dua dalam kajian ini bahwa hampir 50 persen
pertiga responden yang memandang mutu responden mempersepsi kualitas kebersihan
keramahan yang baik. ODTW tergolong buruk dan hanya sekitar 27
Keindahan alam merupakan salah satu persen mengatakan baik.
atraksi yang banyak menyedot perhatian Di tingkat lokal sendiri juga telah banyak
wisatawan. Pemaparan umum Badan Pusat keluhan dari berbagai elemen masyarakat tentang
Statistik beberapa tahun yang lalu (BPS, 1994) kurangnya kesadaran kolektif masyarakat untuk
memperlihatkan bahwa objek wisata alam mewujudkan lingkungan yang bersih. Di samping
menempati posisi atas sebagai alasan wisatawan laporan di sejumlah media massa, delapan tahun
berkunjung ke Indonesia, meskipun memang yang silam misalnya, asosiasi biro perjalanan
tidak dijelaskan kualitas objek tersebut. setempat secara terbuka menyampaikan keluhan
Gambaran yang sama tampaknya tidak tentang fasilitas wisata yang tidak terawat dan
jauh berbeda dengan hasil studi ini. lebih dari 75 bersih, sehingga menimbulkan citra buruk atas
persen responden memberikan persepsi baik atas produk wisata Sumatera Utara (lihat Kompas, 28-
keindahan alam Sumatera Utara. Hasil ini 2-1997).
membuktikan bahwa keindahan alam masih tetap Kesimpulan yang dapat ditarik secara
menjadi salah satu daya tarik besar bagi umum adalah bahwa bagi responden mutu
wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara di ODTW tersebut tergolong rata-rata masih baik,
daerah ini. dengan catatan bahwa unsur kebersihan
Persepsi yang berbeda diberikan pada dipersepsi sebagai unsur yang kualitasnya tidak
aspek mutu keamanan. Keamanan berwisata di begitu baik.
daerah ini tampaknya tidak sepenuhnya mudah Selanjutnya akan diuraikan persepsi
dinikmati wisatawan. Meskipun sebagian besar responden tentang kualitas elemen-elemen
responden mempersepsi kualitas keamanan baik, ODTW di atas. Sebagaimana dijelaskan sebelum-
namun kelompok responden yang mengatakan nya, dari sisi produk terdapat beberapa komponen
mutu keamanan berada di tingkat biasa juga yang pokok atau elementer pariwisata, yakni
cukup besar. atraksi, akomodasi dan aksesibilitas.
Hal ini sebenarnya dapat dimaknai dapat
dimaknai sebagai keraguan responden Persepsi Tentang Mutu Atraksi Wisata
mengatakan faktor keamanan cukup baik atau Atraksi wisata yang dianalisis terdiri dari
sebaliknya cukup rawan. Oleh sebab itu studi ini unsur-unsur yang didasarkan pada kelengkapan
setidaknya menemukan bahwa di mata wisatawan (completeness) suatu atraksi wisata yang terdiri
mancangeara mutu keamanan berada dalam dari Alam yang dipresentasikan oleh Taman
posisi menuju kritis. Namun demikian karena Nasional, pemandangan alam dan pantai serta
keterbatasan studi ini tidak diperoleh gambaran danau. Budaya yang dipresentasikan oleh
yang lebih rinci tentang alasan-alasan responden museum dan arsitektur bangunan. Buatan yang di

90
Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

presentasikan oleh layanan serta souvenir Joni Medan dan Museum Simalungun di
(Spillane, 1994). Pemetangsiantar. Dalam wawancara dengan
Komponen atraksi yang dipersepsi disini pengelola museum tersebut diperoleh gambaran
terbatas pada sifatnya yang tangible saja, bahwa pengelolaan museum terpaksa dilakukan
sedangkan yang intangible sengaja dike- seadanya akibat keterbatasan dana dan jumlah
sampingkan karena keterbatasan metodologis pengunjungnya terus menurun, bahkan dari
pengumpulan data. Persepsi responden tentang dalam negeri sendiri hampir tidak ada lagi.
atraksi wisata Alam yang tersedia di ODTW Persepsi responden tentang mutu layanan
Sumatera Utara cukup baik dan mendapat wisata dan keramah-tamahan masyarakat sebagai
penilaian yang positif dari responden. Namun tuan rumah secara umum masih baik. Persepsi ini
demikian perlu diberikan interpretasi secara hati- ditunjukan berdasarkan pengalaman memperoleh
hati, bahwa hal ini tidak otomatis merepresentasi layanan di Hotel atau akomodasi serta
kualitas kegiatan-kegiatan wisata danau atau transportasi. Persepsi yang berbeda akan muncul
pantai yang dilakukan oleh responden. Karena apabila wisatawan memberikan penilaian atas
berdasarkan pengamatan yang cukup lama layanan tuan rumah di luar hotel dan transportasi,
terhadap aktivitas wisatawan mancanegara di misalnya layanan souvenir dan guiding
Danau Toba, tampaknya aktivitas yang terkait de- lokal/menurut beberapa responden mutu layanan
ngan pemanfaatan danau sebagai arena rekreasi di subsektor ini tergolong buruk karena, misalnya
air tergolong terbatas. Daripada berenang di tidak ada standar yang jelas atas kualitas dan
danau wisatawan umumnya lebih menyukai harga produk yang ditawarkan.
untuk menghabiskan waktu di Hotel atau Mutu jasa souvenir di Sumatera Utara
mengunjungi desa-desa tradisional di kawasan secara umum termasuk dalam kategori baik,
danau tersebut. Keterbatasan ini diakibatkan oleh namun perlu juga melihat persentasi yang
semakin merosotnya mutu kebersihan danau dan mengatakan buruk dan menghubungkannya
konflik pemanfaatan danau. dengan kondisi objektif produk-produk souvenir
Terhadap semua atraksi yang dimiliki yang dijual di objek-objek wisata. Pengamatan
daerah ini ternyata persentase responden yang menunjukkan bahwa banyak cendera mata yang
memberikan penilaian buruk terbesar adalah dijual sebagian besar tidak menunjukkan
terhadap atraksi budaya (museum dan arsitektur keunikan dan kekhasan lokal seperti kerajinan
bangunan). Persepsi demikian barangkali ukiran dan kain tenun lokal, tetapi banyak yang
merupakan konsekuensi dari pengalaman mereka merupakan produk luar dan lebih banyak
setelah melihat sendiri kondisi faktual berbentuk pakaian, tas, dompet dan sejenisnya.
permuseuman di daerah ini. Berdasarkan kajian Diduga faktor kepraktisan dan kelangkaan
RIPPDA Sumatera Utara (1990) teridentifikasi produk asli daerah setempat ikut mempengaruhi
sebanyak 2 museum penting, yakni di Jalan H.M. hal ini.
bagi wisatawan mancanegara di masa yang akan
Persepsi Terhadap Mutu Akomodasi Wisata datang. Menurunnya daya tarik akomodasi
Dari sisi produk wisata, akomodasi sengan sendirinya akan mempengaruhi kekuatan
merupakan salah satu elemen yang menentukan daya tarik ODTW secara keseluruhan. Oleh
mutu ODTW secara keseluruhan, karena sebab itu dapat menjadi bahan pertimbangan
merupakan basis utama layanan dan ‘tangga’ untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
pertama bagi wisatawan untuk menilai kualitas peningkatan mutu layanan akomodasi.
produk wisata. Dalam studi ini, aspek akomodasi
yang dibahas dari perspektif wisatawan yakni Persepsi terhadap Mutu Aksesibilitas
hotel itu sendiri, makanan yang disajikan, Aksesibilitas merupakan salah satu
hiburan dan fasilitas olahraga yang disediakan komponen penting produk wisata. Aksesibilitas
serta kebersihan. memampukan wisatawan menjangkau atraksi dan
Dalam persepsi responden, mutu akomodasi yang ditawarkan di pasar wisata, juga
akomodasi yang dimiliki oleh Sumatera Utara memungkinkan wisatawan mengunjungi beragam
tergolong biasa-biasa, dalam arti tidak terlalu ODTW dengan mudah dan nyaman.
istimewa atau menonjol. Bagi para stakeholder Faktor kemudahan dalam arti efisien dan
hal ini perlu dilihat sebagai sinyal terhadap kenyamanan menjadi bagian yang tidak
ancaman melemahnya daya tarik wisata daerah terpisahkan dari unsur aksesbilitas ini. Oleh

91
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

sebab itu kualitas aksesibilitas akan menentukan Buruknya kualitas jalan raya di daerah
daya tarik objek wisata. Untuk melihat mutu ini juga menjadi persoalan yang sering
aksesibilitas wisata digunakan empat indikator diungkapkan berbagai kalangan di sektor
utama, yakni mutu bus wisata, jalan raya, dan pariwisata maupun sektor lainnya, dan menjadi
layanan Bandara. salah satu penyebab jumlah wisatawan manca-
Bagi sebagian besar responden mengata- negara yang mengunjungi daerah ini semakin
kan mutu bus wisata masih dipandang baik. merosot.
Namun, yang mengatakan kualitas alat Implikasinya bagi pemasaran adalah
transportasi ini masih buruk juga cukup sulitnya menawarkan produk wisata daerah
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa mutu sebagai produk yang menarik sekalipun mungkin
produk wisata yang ditawarkan kepada dengan harga yang lebih murah, kurangnya
wisatawan mancanegara masih perlu kegairahan calon wisatawan baru dan repeater
ditingkatkan. untuk berkunjung.
Bus wisata adalah alat angkutan khusus Selanjutnnya studi ini juga menemukan
yang tidak saja ditujukan kepada wisatawan, bahwa sebagian besar atau hampir 45 persen
tetapi juga mempunyai keistimewaan tersendiri responden mengatakan mutu Bandara (Polonia)
dibandingkan dengan bus umum, seperti interior masih baik. Yang dimaksud disini adalah layanan
yang luks, kenyamanan tempat duduk, yang diberikan bandara tersebut kepada
kelengkapan pengatur suhu udara, kebebasan wisatawan, mulai dari check-in, ruang tunggu,
memasuki jalur-jalur angkutan non bus, dan pemeriksaan visa, transit ke dan dari pesawat,
sebagainya. dan sebagainya.
Oleh sebab itu, persepsi yang buruk Meskipun begitu, hal ini belum
terhadap bus wisata akan berdampak kurang memberikan kebanggan pada mutu bandara
menguntungkan bagi pemasaran produk-produk internasional ini. Sebagai satu-satunya bandara
wisata Sumatera Utara di luar negeri. internasional di daerah ini, apalagi mengingat
Jalan raya merupakan urat nadi bahwa melalui Polonia Sumatera Utara
perhubungan dan inti aksesibilitas wisata. merupakan salah satu gerbang masuk utama
Terutama di destinasi wisata yang produk-produk wisatawan mancanegara, seharusnya mutu
wisatanya berbasis topografi lahan maka peran layanan kepada wisatawan menjadi mutlak.
jalan raya tidak dapat diabaikan sama sekali. Bandara merupakan wajah pertama yang
Propinsi Sumatera Utara termasuk salah dikenali wisatawan untuk melihat bagaimana
satu destinasi wisata yang memiliki sebagian kualitas produk-produk wisata lainnya.
besar sebaran ODTW di kawasan pegunungan, Oleh sebab itu hasil studi ini semakin
sehingga jalan raya memainkan peran yang vital menguatkan perlunya pembenahan layanan
dalam memberikan akses kepada para wisatawan. bandara kepada wisatawan agat semakin
Sebagian besar pandangan responden meningkat dan sesuai dengan standar layanan
mengatakan kualitas jalan raya termasuk buruk. bandara internasional, sekaligus akan menjadi
Pandangan ini sebenarnya tidak keliru karena dua salah satu langkah strategis untuk meningkatkan
alasan, yaitu pertama, mereka berasal dari mutu produk wisata daerah.
negara-negara maju di mana kualitas infrastruktur Meskipun paparan ini secara keseluruhan
ekonomi dan transportasi jauh lebih baik serta persentase responden yang mempersepsi baik
mutu jalan raya sangat terandalkan. kualitas aksesibilitas cukup signifikan, namun
Kedua, kenyataan dilapangan menunjuk- besarannya tidak mutlak menonjol. Dibandingkan
kan bahwa rute-rute wisata utama di daerah ini dengan mutu komponen ODTW lainnya, secara
ditandai oleh kerusakan yang serius, seperti jalan umum responden menilai mutu aksesibilitas
raya dari Parapat menuju Berastagi sepanjang wisata masih lebih rendah. Pandangan seperti ini
kurang lebih 100 kilometer. perlu dikaji lebih jauh dengan melihat berbagai
Hal yang kurang lebih sama terjadi juga variabel yang mungkin mempengaruhinya.
dari Binjai menuju Bukit Lawang. Mutu jalan
raya yang relatif baik hanya ditemukan sepanjang Perbedaan Persepsi terhadap Mutu ODTW
kurang lebih 70 kilometer dari Medan menuju dan Perbedaan Tingkat Kepuasan Wisata
Berastagi. Salah satu karakteristik demografi
responden yang dipandang terkait dengan

92
Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

persepsi terhadap mutu ODTW adalah jenis mempersepsi mutu ODTW sangat netral atau
kelamin. Pandangan yang terbatas itu didasarkan sedang.
pada asumsi bahwa kelompok perempuan lebih Sebaliknya justru persentase wisatawan
sensitif terhadap persoalan-persoalan hospitalitas, Asean yang mempersepsi hal yang sama jauh
comfortability dan kenyamanan berwisata. lebih kecil. Perbedaan latar belakang geografis
Pada studi ini, asumsi tersebut Negara asal diduga dapat mengakibatkan tuntutan
tampaknya terbukti karena responden perempuan pada mutu ODTW juga berbeda. Bagi wisatawan
lebih memilih untuk mengatakan bahwa mutu yang berasal dari Negara yang secara geografis
ODTW termasuk sedang saja. Sementara sama dengan Indonesia atau khususnya Sumatera
responden laki-laki cenderung mengatakan Utara, tuntutan kepuasan wisata mungkin lebih
mutunya baik. Dalam tingkat kepuasan, distribusi tinggi karena mereka ingin memperoleh nilai
responden laki-laki dan perempuan yang wisata yang lebih lengkap daripada hanya
mengaku puas tersebut juga berbeda. sekedar menikmati kesamaan yang disediakan di
Dikarenakan oleh sebab yang sama, persentase daerah ini. Sebagian besar persentase responden
perempuan yang mengatakan puas atas kegiatan yang mengaku tidak puas dan mengatakan ragu-
wisatanya lebih kecil dibandingkan dengan ragu, berasal dari wisatawan Eropa. Dengan
persentase laki-laki. demikian secara statistic tidak ada perbedaan
Perbedaan tingkat pendidikan responden tingkat kepuasan wisata pada responden
tampak mempengaruhi persepsi terhadap mutu berdasarkan Negara asalnya.
ODTW dan tingkat kepuasan wisata. Sebagian Persepsi dapat menjadi salah satu unsur
responden yang berpendidikan di bawah sekolah kognisi yang akan menentukan kepuasan
lanjutan atas dan perguruan tinggi, berwisata. Kepuasan wisatawan atas ODTW
mempersepsikan mutu ODTW dengan mutu sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan yang
sedang dan puas terhadap perjalanan dan produk mereka peroleh di daerah tujuan wisata.
wisata, bahkan tidak ada seorangpun yang Layanan tersebut termasuk pemberian
memberikan persepsi buruk. Ini merupakan suatu informasi, akurasi informasi, performa guide,
hal yang tidak terjadi di kalangan responden yang tindakan pemerintah untuk melakukan konservasi
berpendidikan menengah keatas. Begitu juga dan pemeliharaan objek wisata, manajemen dan
responden yang mengatakan tidak puas dengan ketepatan waktu, dan sebagainya (Lee, et al.,
perjalanan wisata dan produk wisata yang 2000).
ditawarkan adalah responden yang berpendidikan Disebutkan bahwa lingkungan disekitar
SMU dan perguruan tinggi. ODTW yang nyaman dan aman, kesiapan
Indikator pengeluaran atau jumlah pengelola memberikan informasi dan bantuan
belanja selama berwisata dapat digunakan untuk bagi wisatawan, ketepatan informasi tentang
melihat persepsi wisatawan terhadap mutu lokasi, pengelolaan atraksi dan manajemen waktu
ODTW. Perbedaan besaran belanja wisata ini merupakan komponen penting yang terkait
sangat ditentukan antara lain oleh perbedaan dengan kualitas layanan wisata.
persepsi responden atas mutu ODTW. Yang Studi ini juga menunjukkan bahwa
memberikan persepsi mutu yang tinggi adalah tingkat kepuasan wisata diantara responden yang
mereka yang melakukan belanja yang memilih bentuk wisata perorangan (individual
besar,begitu juga sebaliknya. Begitu juga dalam tourism) lebih baik dibandingkan dengan
tingkat kepuasan, semakin tinggi jumlah wisatawan kelompok (group tourism). Sebagian
pengeluaran wisata, semakin tinggi pula tingkat besar wisatawan perorangan dan kelompok
kepuasan yang mereka rasakan. memang mengaku puas atas kegiatan wisata
Karakteristik umum persepsi responden mereka. Secara keseluruhan tidak terdapat
berdasarkan Negara asal, sekilas terlihat perbedaan yang cukup menonjol dalam hal
perbedaan distribusi responden berdasarkan kepuasan wisata antara wisatawan perorangan
Negara asal dan persepsi terhadap ODTW namun dengan kelompok.
polanya tidak jelas. Responden yang berasal dari Hubungan antara pengalaman wisata
Negara di luar kawasan Asean dan Eropa (Barat) dengan persepsi mereka terhadap mutu ODTW
cenderung mempersepsi mutu ODTW ini baik. berdasarkan hasil uji statistik adalah bersifat
Sebagian besar responden dari Asean dan Eropa negatif. Semakin banyak pengalaman wisata
yang ditunjukkan oleh tingginya frekuensi

93
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

berwisata keluar negeri, maka persepsi mempunyai kesadaran wisata yang tinggi, kritis
wisatawan terhadap mutu ODTW cenderung dan selektif atas produk wisata yang ditawarkan.
semakin buruk. Gambaran tersebut mempunyai konsekuensi-
Wisatawan yang sering melakukan konsekuensi logis di dalam mempersepsi mutu
perjalanan wisata ke luar negeri mempunyai objek daya tarik wisata di daerah ini, seperti
referensi yang lebih banyak tentang kualitas sikap kritis namun juga cenderung adaptif.
ODTW maupun mutu komponen-komponen Secara umum mutu objek daya tarik
ODTW tersebut, sehingga mereka mampu wisata di Sumatera Utara dipersepsi dengan baik.
membandingkan daya tarik destinasi wisata yang Artinya dengan menggunakan parameter yang
satu dengan yang lain. standar, ternyata bagi sebagian besar wisatawan
Selanjutnya, berdasarkan hasil studi ini mancanegara, kualitas semua unsur yang
maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak elementer dalam ODTW dipersepsi sebagai hal
informasi tentang ODTW semakin tinggi pula yang masih memiliki mutu baik dan masih dapat
ekspektasinya terhadap mutu ODTW semakin diandalkan untuk memberikan kepuasan wisata
tinggi pula ekspektasinya terhadap mutu ODTW seperti yang mereka harapkan. Meskipun
di Negara tujuan. demikian, ada beberapa elemen-elemen produk
Interpretasi logis yang dapat diberikan wisata yang mutunya di bawah standar keinginan
atas kesimpulan ini adalah bahwa informasi mereka. Misalnya, factor kebersihan yang masih
tentang ODTW Sumatera Utara di luar negeri buruk.
secara umum telah memberikan gambaran Setelah dikaji lebih jauh tampak bahwa
kualitas pariwisata yang memadai bagi ada perbedaan-perbedaan yang berarti antara
wisatawan maupun calon wisatawan. Parallel persepsi terhadap kualitas ODTW dan kepuasan
dengan hal itu, harapan wisatawan terhadap wisata berdasarkan beberapa variabel demografi
produk-produk wisata yang bermutu juga dan sosial responden yang antara lain jenis
semakin meningkat. Sebenarnya ekspektasi kelamin, tingkat pendidikan dan besaran
tersebut dapat menjadi acuan bagi pelaku wisata pengeluaran belanja wisata. Sebaliknya, tidak
untuk terus meningkatkan kinerja di bidang terbukti ada perbedaan persepsi berdasarkan
manajemen dan pengembangan produk-produk bentuk wisata, pengalaman wisata dan Negara
wisata. asal responden.
Temuan penting lainnya yang disajikan
KESIMPULAN dalam studi adalah korelasi negatif antara
variabel pengalaman wisata dengan persepsi
Berdasarkan analisis yang dipaparkan tentang mutu atraksi , akomodasi dan
sebelumnya, beberapa kesimpulan yang dapat aksesibilitas wisata di Sumatera Utara.
ditarik seperti berikut: Pengalaman wisata yang banyak cenderung
Dilihat dari karakteristik demografi, mempengaruhi responden untuk
sosial dan ekonomi responden menunjukkan memberikanpersepsi yang negatif terhadap mutu
bahwa wisatawan mancanegara di Sumatera ODTW daerah ini. Artinya, banyaknya
Utara tergolong ke dalam kategori wisatawan pengalaman wisata menjadikan responden
yang berlatar belakang mapan. Usia produktif, mempunyai rujukan yang baik untuk
pendidikan menengah keatas, masih bekerja aktif, membandingkan mutu ODTW di Negara lain
pengalaman wisata yang cukup, dan memilih dengan di daerah ini. Hasilnya adalah bahwa
bentuk wisata kelompok. Informasi yang mutu ODTW Sumatera Utara dipersepsi kurang
dimiliki wisatawan tentang sumber daya baik.
pariwisata Sumatera Utara tergolong lengkap Harapan-harapan yang diberikan oleh
sehingga mereka telah memiliki harapan-harapan wisatawan mancanegara pada ODTW di
yang tinggi dari kegiatan wisatanya sebelum Sumatera Utara cukup tinggi. Artinya mereka
melakukan perjalanan ke daerah ini. Informasi yakin bahwa atraksi wisata disini akan
tersebut sebagian besar diperoleh dari kerabat memberikan kepuasan wisata yang optimal. Jika
atau teman yang mungkin pernah mengalami dilihat persepsi mereka yang secara umum baik
perjalanan wisata ke Sumatera Utara. Hal ini terhadap ODTW, maka tampaknya harapan
menunjukkan bahwa wisatawan mancanegara di tersebut terpenuhi. Representasi dari
daerah ini adalah kelompok wisatawan yang keterpenuhan harapan tadi tampak dari tingkat

94
Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

kepuasan yang dialami oleh sebagian besar ODTW.entitas hubungan masyarakat ini dituntut
wisatawan tersebut. Terkait dengan hal itu maka untuk mampu menjelaskan keterbatasan maupun
tampak jelas keterkaitan dan kesejajaran yang kelebihan produk pariwisata yang ditawarkan,
fungsional antara harapan yang tinggi dengan ketika – misalnya – berhadapan dengan
persepsi yang baik dan dengan kepuasan wisata komunitas wisatawan mancanegara di bandara,
yang optimal. Temuan-temuan dalam studi ini maupun ketika wisatawan sudah kembali ke
dapat memberikan bukti empiris bahwa dari negerinya. Cara demikian akan membelajarkan
perspektif wisatawan sebenarnya mutu ODTW di wisatawan untuk lebih adaptif dengan situasi
Sumatera Utara masih tergolong baik. lokal dan sekaligus menciptakan kesan atau
kenangan baik bagi mereka. Hal ini sangat
SARAN penting terutama mengingat bahwa sumber
informasi wisata mereka adalah kerabat dan
Memperhatikan beberapa kesimpulan di teman. Kenangan yang baik, termasuk dalam hal
atas maka saran secara substansial di sini dapat kehumasan tadi akan mendorong mereka untuk
dibagi menjadi dua, yakni saran yang bersifat meneruskan informasi tersebut kepada calon
praksis dan saran yang bersifat metodologis. wisatawan baru di Negara asalnya.
Meskipun demikian keduanya saling melengkapi. Mengingat persaingan antar daerah atau
Semua Stakeholder pariwisata di negara tujuan wisata untuk meraih pasar
Sumatera Utara diharapkan dapat melakukan wisatawan global semakin ketatnya dan
antisipasi dan respons yang lebih dini terhadap perubahan-perubahan demografis dan psikografis
kecenderungan perubahan-perubahan demografis wisatawan mancanegara yang sangat dinamis,
dan psikografis wisatawan mancanegara yang maka evaluasi pengembangan produk yang
dinamis. Sebagai salah satu contoh, persepsi berbasis pada tuntutan pasar wisatawan (market
mereka yang relative baik terhadap ODTW tidak based product development) sangat dibutuhkan.
hanya perlu terus dipelihara tetapi juga Oleh sebab itu untuk memperoleh gambaran
ditingkatkan dengan cara menyusun standar mutu pasar wisatawan mancanegara di Sumatera Utara
produk wisata (atraksi, aksesibilitas dan secara komprehensif dan berkelanjutan maka
akomodasi) yang didasarkan pada kriteria-kriteria pihak-pihak terkait perlu melakukan survei pasar
keunikan, keaslian, keindahan, keamanan, secara berkelanjutan. Survei inilah yang kelak
kenyamanan, kenangan, keramahtamahan dan akan merekam perubahan-perubahan psikografis
kebersihan. wisatawan tadi dan berdasarkan hal itu strategi
Temuan studi ini merupakan tantangan dan program-program pengembangan produk
baru bagi stakeholder pariwisata untuk wisata dapat disusun secara tepat dan terukur.
meningkatkan kinerja, menciptakan modus- Akhirnya, pengembangan metodologi
modus baru dalam pengembangan produk-produk survai juga perlu dilakukan, misalnya dengan
wisata dimasa depan, guna memenuhi tuntutan- menggabungkan metode survai dengan studi
tuntutan baru atas kualitas layanan wisata yang kasus yang menggunakan instrumen
semakin meningkat. pengumpulan data lain (indepth interview atau
Karena wisatawan pada umumnya FGD – Focused Group Discussion), sehingga
mempunyai latar belakang sosial, demografi dan tingkat validitas dan akurasi data dapat lebih
ekonomi yang mapan, maka mereka sangat kritis terjamin. Studi kasus yang melibatkan sejumlah
terhadap mutu layanan wisata. Untuk itu, industri kecil informan tetapi memiliki kemampuan untuk
pariwisata daerah dan pihak terkait perlu memberikan persepsi dan interprestasi atas mutu
memiliki public relation pariwisata yang produk wisata secara lebih terukur, diharapkan
kompeten dan sensitive terhadap isu-isu mutu akan dapat melengkapi hasil-hasil studi ini.

95
Nasution, dkk., Persepsi Wisatawan Mancanegara…

DAFTAR PUSTAKA

BPS (Badan Pusat Statistik), 2001. Analisis Pasar Wisatawan Mancanegara. Jakarta.

Bodlender, J, et. al, (ed), 1991. Developing Tourism Destination: Policies and Perspectives.
Harlow, Longman.

Damanik, J., 2000. ”Reorientasi Kebijakan Pariwisata Sumatera Utara”, Harian Analisa
(Medan) 26 Agustus.

Damanik, J., 2003. “Wisata Sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lansia:
Suatu Gagasan Awal”, Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, 27 (137),
Januari-Maret.

Dinas Pariwisata Sumatera Utara, 1990. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (Final
Report), Medan.

European Commission, Directorate General XXIII, 1998. Facts and Figures on The
Europeans on Holidays 1997-1998. (Executive Summary), March.

McIntosch, R.W., et al., 1995. Tourism: Principles, Practices, Philosophies. New York, John
Wiley & Sons.

Mill, R.C dan Morrison, A.M., 1985. The Tourism System: An Introductory Text. Englewood
Cliffs, Prentice-Hall, Inc.

Obua, J dan Hardling, D.M., 1996. “Visitor Characteristics and Attitudes towards Kibale
National Park, Uganda”, Tourism Management , 17 (7): 495-505.

Pearce, D., 1995. Tourism Today: A Geographical Analysis. Harlow, Longman.

Spillane, J.J., 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan.
Yogyakarta, Kanisius.

Weiler, B dan Hall, C. M., (eds), 1992. Special Interest Tourism. London, Bellhaven.

96

You might also like