You are on page 1of 20

KAJIAN KENYAMANAN DAN KEAMANAN

WISATAWAN DI KAWASAN PARIWISATA


KUTA LOMBOK

Wahyu Khalik
Program Studi Magister Kajian Pariwisata
Universitas Udayana
E-mail: wahyukhalik_sstpar@yahoo.com

Abstract
Comfort and security are vital factors in tourism destination of Kuta
Lombok with great tourism potential. However, this potential will not
be desirable if the conditions are not created by comfort and security.
This proves that there are factors that affect the comfort, community
understanding of tourism awareness, and community participation
in comfort and security of tourists. The study was conducted aimed
to determine the factors that affect comfort and safety, the level of
community understanding of tourism awareness, and community
participation in the comfort and security of tourists in Kuta Lombok
tourism.
This study examines the comfort and safety of tourists in tourism
of Kuta Lombok are included in the descriptive study. Therefore,
the research conducted through a qualitative approach. Methods of
data collection through observation, interview and documentation.
Decision is determined by the method of purposive, with 15 informants.
The theory applied is the theory of structural functionalism which
analyzed the factors and community participation, and motivation
theory is applied to analyze the level of community understanding
about tourism awareness. The analysis results of research conducted
by qualitative descriptive analysis presents the results of research
through a narrative supported by photographs.
The results of this study suggests that the comfort and safety factor
is influenced by the low level of community understanding in the
elements of tourism awareness through Sapta Pesona. The low raises
community understanding of factors that affect comfort and safety
as a factor of environmental aspects of parking management and
environmental hygiene, factors of economic activity and the hawkers
aspects trasnportation service providers as well as factors in the aspect
of tourism access roads were damaged. Community participation in
the comfort and security of tourists is not functioning optimally.
This is caused by unsynchronization between organizations. Forms
of community participation in the form of the participation into the

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 23


Wahyu Khalik

organization and the coast guard and empowerment of communities


in the festival. Based on those results of the three studies, the
government of Central Lombok is expected especially for Culture
and Tourism Department particular attention to the factors that
affect comfort and safety, and the formation of tourism awareness
with benchmarks Sapta Pesona.

Keywords: comfort, security, participation, tourists, community

1. Pendahuluan

K enyamanan dan keamanan menjadi kondisi yang sangat


penting dalam industri pariwisata. Aspek tersebut pada
dua dekade terakhir telah menjadi isu yang semakin besar dan
mempunyai dampak yang sangat besar terhadap keberlangsungan
aktivitas perjalanan dan pariwisata (Kövári dan Zimányi,
2011). Ancaman kenyamanan dan keamanan wisatawan dapat
dipengaruhi dan disebabkan oleh beragam faktor, seperti aksi
teroris, konflik lokal, bencana alam, perilaku sosial masyarakat
dan penyakit menular sehingga hal tersebut dapat menyebabkan
menurunnya rasa aman bagi wisatawan. Kenyamanan dan
keamanan bagi wisatawan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keputusan untuk melakukan suatu perjalanan ke
suatu destinasi pariwisata.
Pesatnya pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia
merupakan tantangan yang cukup kompleks dalam memberikan
rasa nyaman dan rasa aman (comfort and safety) bagi wisatawan.
Pada kenyataannya dalam suatu destinasi wisata, banyak
wisatawan tidak mendapatkan rasa aman yang disebabkan oleh
sikap dan perilaku tuan rumah atau host (pedagang asongan,
pelayanan parkir, penawaran jasa pijat (massage) yang terlalu
agresif, dan yang lainnya. Kasus seperti ini sering terjadi di
kawasan pariwisata yang sedang berkembang.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki daya tarik
wisata yang tidak kalah indahnya dengan destinasi wisata yang
ada di provinsi lain di Indonesia. Sebagai destinasi pariwisata
yang sedang berkembang, pemerintah provinsi menekankan pada
penataan objek wisata masing-masing kabupaten dalam acara Ra-

24 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

pat Koordinasi (Rakor) Keterpaduan Program Provinsi dan Ka-


bupaten/Kota di Hotel Lombok Raya, pada 7 Februari 2013 (http://
www.portalkbr.com/nusantara/nusatenggara/2454763_4265.html).
Dalam RPJPD Kabupaten Lombok Tengah tahun 2011-2013, telah
menganalisis isu-isu strategis pariwisata terkait pemberdayaan
masyarakat dan desa yaitu: 1) Belum optimalnya peran serta lem-
baga dan organisasi kemasyarakatan untuk turut berperan serta
dalam proses pembangunan, dan 2) Masih adanya kesenjangan
gender adalah hal akses manfaat, dan partisipasi dalam pemba­
ngunan dan penguasaan terhadap sumber daya belum optimal.
Faktor kenyamanan dan keamanan pada suatu kawasan
pariwisata merupakan nilai tambah dan perluang untuk
dikunjungi oleh wisatawan. Sebagaimana yang dimaksudkan
UNWTO (2004) bahwa destinasi wisata di negara berkembang
sudah saatnya untuk memberikan alternatif berwisata dengan
jaminan keselamatan dan rasa aman bagi wisatawan selama
berwisata. Pada sisi lain, pembangunan sarana dan prasarana
pariwisata telah dibangun seperti Bandara Internasional Lombok
(BIL) yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada Oktober 2011, perbaikan infrastruktur jalan, peningkatan
kualitas pelayanan pada pelabuhan, serta dibangunnya akomodasi
yang bertaraf internasional. Pembangunan bertaraf internasional
tersebut bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke Nusa Tenggara
Barat, khususnya Pulau Lombok.
Pesatnya pertumbuhan pariwisata di Indonesia dengan daya
tarik wisata yang beragam membuat jumlah kunjungan wisatawan
terus mengalami peningkatan. Berdasarkan jumlah tingkat
kunjungan wisatawan ke kabupaten Lombok Tengah pada lima
tahun terakhir, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara mengalami peningkatan yaitu tahun 2008-2012. Pada
tahun 2008 tercatat kunjungan wisatawan sebanyak 42.294 orang,
terdiri dari wisatawan mancanegara yang mencapai 30.326 orang
dan 11.968 wisatawan Nusantara. Tahun 2009 sebesar 50.028
wisatawan, tahun 2010 mengalami peningkatan yang tidak terlalu

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 25


Wahyu Khalik

signifikan sebesar 50.266 wisatawan mancanegara dan nusantara.


Pada tahun berikutnya (2011) jumlah kunjungan wisatawan
terjadi peningkatan yaitu 66.798 dari jumlah wisatawan. Program
Visit Lombok Sumbawa (VLS) 2012 memberikan keuntungan bagi
peningkatan jumlah wisatawan ke Lombok Tengah, hal tersebut
terbukti jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar
121.482 orang dan 218.991 wisatawan nusantara pada tahun 2012
(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah,
2013). Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menyadari
bahwa peningkatan yang terjadi tidak terlapas dari paritisipasi
para pelaku wisata (masyarakat lokal). Sehingga pemerintah
melakukan pembinaan masyarakat dengan melibatkan mereka
dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan wisatawan baik
terlibat secara perorangan maupun secara bersama-sama.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke
Indonesia pada Mei 2013 mencapai 700 ribu kunjungan atau naik
7,65% dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada Mei 2012,
yang sebanyak 650.900 kunjungan. Begitu pula jika dibandingkan
April 2013 yang naik sebesar 8,45 persen. Kenaikan jumlah
kunjungan wisman terjadi disebagian besar pintu masuk utama,
dengan persentase tertinggi tercatat di pintu masuk Bandara
Internasional Lombok (BIL), Nusa Tenggara Barat sebesar 66.64
persen yang kemudian diikuti Bandara Adi Sucipto DI Yogyakarta
42.21 persen. Sedangakan posisi ketiga menurut data resmi
statistik nasional mencatat Bandara Minangkabau, Sumatera
Barat sebesar 30,93 persen (BPS. Perkembangan pariwisata dan
Transportasi Nasional Mei 2013: No. 43/07/Th.XVI, 1 Juli 2013).
Peningkatan jumlah kunjungan yang terjadi merupakan
cermin dari terus berkembangnya kepariwisataan Pulau Lombok.
Dengan demikian untuk mempertahankan dan menambah jumlah
kunjungan wisatawan pada tahun berikutnya, hal tersebut tidak
terlepas dari pentingnya faktor kenyamanan dan keamanan.
Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat, dalam Peraturan
Daerah No 9 tahun 1989 menetapkan 15 kawasan pariwisata yang
berada di dua pulau, yaitu Pulau Lombok Tengah 9 kawasan

26 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

pariwisata dan Pulau Sumbawa dengan 6 kawasan pariwisata


(RPJMD NTB 2009-2013), salah satu kawasan pariwisata tersebut
adalah kawasan pariwisata Kuta Lombok yang memiliki
keindahan alam sebagai daya tarik wisata. Penyusunan RPJPD
bertujuan untuk memberikan pemerataan dalam sektor pariwisata
yang memiliki potensi. Dalam perancanaan tersebut terdapat
permasalahan yang dapat mengancam pembangunan dalam
sektor pariwisata. Parmasalahan seperti, kurangnya pemahaman
masyarakat akan sadar wisata - sapta pesona (aman, tertib, bersih,
sejuk, indah, ramah, dan kenangan), masih kurangnya penataan
dan pengamanan objek wisata, dan belum terkaitnya sektor
pariwisata dengan sektor-sektor lainnya.
Isu lain yang berkembang pada destinasi pariwisata (Kawasan
Pariwisata Kuta adalah terjadinya tindakan asusila yang dilakukan
salah seorang masyarakat lokal terhadap wisatawan asal Amerika
“Michelle Elizabeth Gonzales” (Doc. Lombok Post-28/Juli/2011).
Pencurian motor, pedagang asongan yang agresif, pembuangan
sampah di sembarang tempat juga menyebabkan suasana yang
tidak nyaman pada kawasan pariwisata Kuta Lombok. Hasil
observasi sementara yang dilakukan mendapatkan informasi dari
salah seorang warga desa (Riun) yang bekerja sebagai satpam
pantai menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat masih belum
maksimal. “Keterlibatan masyarakat sementara ini yang terlihat hanya
sebagai satpam” (Observasi, 12 Oktober2013). Partisipasi masyarakat
secara langsung dapat dilihat dari penerimaan terhadap
wisatawan, yang lebih berorientasi kepada keuntungan semata
tanpa memikirkan dampak yang diakibatkan.
Penentuan kawasan pariwisata Kuta sebagai lokasi
penelitian dilatar belakangi perkembangan kepariwisataan yang
begitu pesat. Keindahan alam yang belum ditata secara maksimal
dan masyarakat lokal yang belum merasakan sepenuhnya dampak
positif dari kagiatan kepariwisataan. Pada fase pengembangan,
kawasan pariwisata Kuta Lombok masih memerlukan penelitian
yang diambil dari sudut pandang kenyamanan dan keamanan.
Dengan demikian, permasalahan yang diangkat dalam penelitian

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 27


Wahyu Khalik

ini adalah; Pertama, faktor-faktor apa yang memengaruhi ketidak-


nyamanan dan ketidak-amanan wisatawan. Kedua, bagaimana
tingkat pemahamana masyarakat tentang sadar wisata, dan
Ketiga, bagaimanan partisipasi masyarakat terhadap kenyamanan
dan keamanan di kawasan pariwisata Kuta Lombok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang memengaruhi ketidak-nyamanan dan ketidak-amanan
wisatwan, mengetahui tingkat pemahaman masyarakat tentang
sadar wisata, dan mengetahui partisipasi masyarakat terhadap
kenyamanan dan keamanan di kawasan Kuta Lombok.

2. Teori dan Metode


Permasalahan tersebut dianalisis berdasarkan kajian
sebelumnya yang dianggap relevan dan teori struktural
fungsionalisme yang berasal dari Talcott Parson digunanakan
untuk menganalisis fungsi-fungsi sosial masyarakat dalam
mengendalikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kenya­
manan dan keamanan, serta teori motivasi (kebutuhan) dari
Abraham Maslow (dalam Chapman, 2001: 4) untuk melihat tingkat
pemahaman masyarakat tentang sadar wisata serta pemahaman
terhadap unsur-unsur sapta pesona pariwisata.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Melalui pendekatan
tersebut diharapkan akan dapat membantu dalam mendapatkan
variabel-variabel yang berkaitan dengan kajian kenyamanan dan
keamanan wisatawan secara mendalam. Pengambilan informan
dalam penelitian partisipatif ini dilakukan dengan cara purposive
sampling yang dilakukan kepada 15 orang informan. Analisis
dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif
terhadap data yang didapat dari lokasi penelitian. Seluruh hasil
analisis data disajikan baik secara formal dan informal dalam
bentuk foto, dan narasi atau pernyataan-pernyataan mengenai
kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan pariwisata
Kuta Lombok.

28 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

3. Pembahasan
Faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan dan kemanan
yaitu faktor lingkungan, faktor kegiatan ekonomi dan faktor
akses jalan pariwisata. Pertama, faktor lingkungan berdasarkan
hasil penelitian terdapat dua aspek yang memiliki pengaruh
terhadap ketidak-nyamanan dan ketidak-aman wisatawan yaitu
pengelolaan areal parkir dan kebersihan lingkungan. Pengelolaan
tempat parkir di kawasan pariwisata Kuta Lombok masih belum
jelas, walaupun diketahui bahwa penjagaan dan pemungutan biaya
parkir dilakukan oleh pihak satpam pantai. Pengelolaan tempat
parkir dan besaran biaya parkir sering membuat pengunjung
merasa tidak nyaman. Berdasarkan keterangan dari salah satu
wisatawan asal Manado (Bapak Ferdi) mengenai besaran retribusi
masuk pada objek wisata di kawasan pariwisata Kuta Lombok,
disela kunjungan tugasnya ke Dinas Pendidikan dan Olahraga
di Mataram. “….pantai Kuta bagus ya! tapi saya terkejut dengan
retribusi yang terlalu tinggi. Tadi ketika saya ke toilet, diminta
lagi”. (Wawancara, tgl 10 desember 2013). Pernyataan tersebut
diutarakan ketika wisatawan tersebut merasakan suasana yang
tidak ramah dari pedagang asongan. Beliau juga kemudian
mengkritik masalah kebersihan di sekitar pantai.
Kebersihan lingkungan sekitar kawasan pariwisata
merupakan hal yang paling penting. Kurihara (2010) meng­
klasifikasikan bahwa keadaan lingkungan sekitar kawasan wisata
bahwa lingkungan tersebut harut terjaga kebersihan dengan tidak
membuang sampah sembarangan dan kebersihan pada fasilitas
umum. Kondisi sampah yang demikian membuat kenyaman
menjadi terganggu, hal demikian memerlukan kesadaran
masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Perilaku masyarakat yang membuang sampah khususnya
masyarakat yang berada di sekitar kampung nelayan dianggap
mengganggu kenyamanan wisatawan. Arwata (dalam Jumail,
2012: 80) mengindikasikan bahwa adanya ketidak-seimbangan
pemanfaatan ruang yang berakibat pada permasalahan lingkungan
seperti munculnya rumah kumuh, tumpukan sampah, dan

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 29


Wahyu Khalik

limbah. Hasil observasi mengenai faktor kebersihan lingkungan


di sepanjang pantai (Pantai Kuta, Seger, dan Aan) pada kawasan
pariwisata Kuta Lombok memang masih belum ada tempat
sampah yang disediakan oleh petugas satpam pantai. Di satu
sisi, terlihat kebingungan dari masyarakat terhadap kebersihan
terutama mengenai tempat pembuangan akhir sampah yang tidak
ditentukan. Jika ditinjau dari Perda Kabupaten Lombok Tengah
no.7 tahun 2011 pasal 48 huruf (a) yang menerangkan bahwa
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah tidak diperkenankan
terletak berdekatan dengan kawasan permukiman (RTRW Kab.
Lombok Tengah 2011-2031).
Kedua adalah faktor kegiatan ekonomi seperti aktifitas
pedagang asongan dan sikap penyedia jasa transportasi. Sikap
agresif pedagang asongan merupakan faktor yang menyebabkan
ketidak-nyamanan dan ketidak-amanan wisatawan di kawasan
pariwisata Kuta Lombok. Perilaku tersebut umum terjadi pada
objek wisata, dalam penelitian yang dilakukan bahwa pedagang
asongan adalah anak-anak yang masih sekolah. Kepala Desa
Kuta menerangkan bahwa pedangang asongan yang berada di
kawasan Pariwisata Mandalika (Kawasan Pariwisata Kuta, Seger,
Aan) berasal dari desa tetangga, sebagian besar berasal dari Sade
dan Rembitan. Ditambahkan pula bahwa pihak Desa Kuta telah
memaksimalkan penertiban pedagang asongan dan pedagang kaki
lima, akan tetapi mendapatkan perlawanan dari para pedagang.
Kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan pariwisata
Kuta Lombok masih kurang.
Jasa transportasi merupakan salah satu jenis usaha yang
menjadi kebutuhan wisatawan. Jasa penyewaan kendaraan
dari segi fungsional bertujuan memberikan kemudahan bagi
wisatawan untuk mencapai objek wisata yang diinginkan. Lalu
Rian menjelaskan jenis jasa transportasi yang terdapat di kawasan
pariwisata Kuta Lombok yaitu kendaraan roda empat (mobil)
dan kendaraan roda dua (motor) (Wawancara, tgl 18 April 2014).
Penyedia jasa transportasi khusus untuk jasa transportasi mobil
di bagi tiga yaitu kelompok satu di Pantai Kuta yang disebut

30 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

Kondisi muara yang penuh dengan sampah di depan Cafe Magic, Kuta, Lombok (Foto:
Wahyu Khalik)

juga dengan sebutan Roy Pantai. Kedua, yaitu di Pantai Seger


yang terletak di sebelah Novotel Kuta Lombok, dan ketiga di
Pantai Aan yaitu pantai yang terletak si bagian timur kawasan
pariwisata Kuta Lombok. Penciptaan rasa nyaman dan aman
tentu tidak hanya berasal dari sikap tuan rumah (host) tetapi
juga sikap wisatawan (guest). Greenwood (dalam Pitana, 2005:83)
melihat bahwa hubungan antara wisatawan dan masyarakat lokal
menyebabkan terjadinya proses komodititasi dan komersialisasi
dari keramahan masyarakat lokal. Perspektif komodititasi dan
komersialisasi tersebut menyebabkan kedua pihak bertujuan untuk
menguntungkan diri sendiri. Sehingga tercipta ketidakamanan
dan nyamanan di kalangan masyarakat lokal sebagai tuan rumah
(host) dan wisatawan sebagai (guest).
Faktor akses merupakan kunci pada suatu destinasi
pariwisata, akses berupa jalan menuju pantai Aan di sebelah
timur Kawasan Pariwisata Kuta Lombok memiliki kualitas jalan
yang masih kurang baik dan perlu mendapatkan perhatian yang
lebih serius. Aspek kenyamanan dan keamanan tidak terlepas
dari bagaimana cara untuk mencapai suatu objek wisata. Jalan
merupakan salah satu dari empat unsur yang harus ditemukan

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 31


Wahyu Khalik

Sampah plastik dan organik di sepanjang Pantai Aan di kawasan pariwisata Kuta, Lom-
bok (Foto: Wahyu Khalik)

dalam pengembangan pariwisata sehingga wisatawan merasa


aman dan nyaman dalam mencapai objek yang ingin dituju.
Teori motivasi yang mendukung teori struktural fung­
sionalisme digunakan untuk mengkaji tingkat kesadaran
wisata masyarakat melalui unsur sapta pesona pariwisata.
Motivasi merupakan satu penggerak dalam hati seseorang utuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan, dengan kata lain
motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang
yang dapat menimbulkan tingkat persistens dan antusiasmenya
dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari
diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik) (Sudrajat, 2008: 4).
Tingkat pemahaman masyarakat tentang sadar wisata yang
diukur melalui unsur sapta pesona di kawasan pariwisata Kuta
Lombok masih rendah. Hal ini tercermin pada unsur keamanan
dan ketertiban yang sebagian masyarakat masih mengganggu
wisatawan. Indikator keamanan secara umum pada objek wisata,
yaitu sikap tidak mengganggu wisatawan, menjaga keamanan
lingkungan, tidak ada premanisme dan hal yang berkaitan
dengan keamanan fisik. Unsur kebersihan, masyarakat masih
kurang menyadari pentingnya kebersihan sehingga tidak heran

32 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

Agresifitas pedagang asong di kawasan pariwisata Kuta, Lombok (Foto: Wahyu Khalik)

mereka membuang sampah sembarangan yang menyebabkan


lingkungan yang kurang bersih. Hasil observasi menunjukkan
tingkat pemahaman masyarakat terhadap kebersihan masih
kurang. Kurangnya pemahaman tentang arti kebersihan jika
dipandang dari sudut pandang kesehatan lingkungan bahwa
membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan penyakit
dan dapat merusak ekosistem yang ada di sekitar. Masalah
kebersihan lingkungan menjadi hal yang sangat serius pada suatu
objek wisata seperti ditemukannya banyak sampah yang terdapat
di sepanjang pantai, di pinggir jalan bahkan di tempat umum.
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
kebersihan berimbas pada unsur kesejukan dan keindahan
lingkungan di kawasan pariwisata Kuta Lombok. Hasil observasi
di lapangan memberikan gambaran bahwa masyarakat lokal
setempat masih kurang sadar dalam hal pelestarian lingkungan.
Akan tetapi berbeda dengan hasil wawancara yang didapat bahwa
terdapat beberapa alasan yang diungkapkan.

“… di sini kan daerah kering, masyarakat sebenarnya berharap pemerintah


mengadakan program penghijauan. Kalau masyarakat sendiri, mungkin
hanya sekedar di rumah saja, itu juga kadang-kadang tidak diurus.

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 33


Wahyu Khalik

Dalam jumlah besar, kan perlu perawatan dan tau sediri keadaan air
seperti apa di daerah selatan”. (Wawancara, tgl 18 April 2014).

Analisis hasil wawancara kepada Lalu Amanah bahwa


masyarakat berharap pemerintah membuat suatu program
yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Di samping itu,
masyarakat memerlukan antusiasme dari steakholer yang lain un-
tuk turut serta dalam program pelestarian secara berkelanjutan.
Pegembangan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pariti-
sipasi informasi dari semua pihak terkait agar prosesnya berke-
sinambungan dan memerlukan pemantauan konstan terhadap
dampak yang ditimbulkan (UNEP and UNWTO, 2005:11-12).
Tingat pemahaman masyarakat terhadap unsur ketidak-
ramahan tercermin dari sikap yang menganggap bahwa mereka
harus mendapatkan sesuatu (imbalan) dari wisatawan atau
beroientasi pada keuntungan pribadi. Dengan demikian, unsur
ini adalah proses pemberian kesan dan kenangan, berdasar dari
sikap masyarakat yang kurang memahami keenam unsur sapta
pesona, maka masyarakat (host) dan destinasi pariwisata menjadi
objek yang dibicarakan oleh wisatawan setelah kembali ke daerah
asal. Setiap daerah tujuan wisata mempunyai image tertentu, yaitu
mental maps seseorang terhadap suatu destinasi yang mengandung
keyakinan, kesan, dan persepsi. Gambaran yang terbentuk di
pasar merupakan kombinasi antara berbagai faktor yang ada
pada destinasi yang bersangkutan seperti cuaca, pemandangan
alam, keamanan, kesehatan dan situasi, keramahtamahan dan
lain-lain (Pitana, 2005;64).
Kenangan merupakan unsur sapta pesona yang dijadikan
sebagai penentu terhadap keberlangsungan suatu objek wisata.
Artinya, evaluasi atau persepsi dari enam unsur sebelumnya
yang menjadi gambaran kondisi objek wisata selama wisatawan
tersebut tinggal. Jika ditinjau kembali terhadap pembahasan
pada bab sebelumnya tentang faktor yang memengaruhi ketidak-
nyamanan dan amanan, maka dapat digambarkan bahwa
kenangan yang didapat wisatawan mengenai objek wisata di Kuta

34 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

Minimnya pemahaman masyarakat setempat tentang kebersihan di kawasan pariwisata


Kuta, Lombok (Foto: Wahyu Khalik)

Lombok menjadi kurang baik dan dapat menyebabkan turunnya


tingkat kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara.
Keterlibatan masyarakat lokal secara langsung dengan
wisatawan sebagai dampak perkembangan pariwisata Kuta Lom-
bok menyebabkan dua katagori kenangan yang didapat, yaitu ke-
nangan yang bersifat positif dan negatif. Pernyataan yang diberi-
kan merupakan (Robins, 1999: 124) persepsi dimana individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra mereka
untuk memberikan makna terhadap lingkunanannya. Respon
positif terhadap keindahan alam di kawasan pariwisata Kuta
Lombok merupakan kenangan yang mampu memberikan kenya-
manan psikologis sehingga wisatawan dapat mengabadikannya
sebagai kenangan yang indah. Potensi alam tersebut merupa-
kan aset yang sangat berharga bagi Kabupaten Lombok Tengah
khususnya mayarakat lokal yang berada di desa Kuta Lombok.
Masyarakat Kuta Lombok yang terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan mata pencaharian memiliki bentuk
tersendiri untuk berpartisipasi terhadap kenyamanan dan
keamanan wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok.

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 35


Wahyu Khalik

Masyarakat yang antusias mendukung perkembangan pariwisata


Kuta harus turut serta dalam keberlangsungan aktivitas pariwisata.
Dimana kunci keberhasilan pada suatu kawasan pariwisata sangat
ditentukan dari peran aktif atau partisipasi masyarakat tersebut.
Bentuk partisipasi masyarakat secara tidak langsung untuk
menjaga kenyamanan dan keamanan di kawasan pariwisata Kuta
Lombok berupa pendelegasian atas partisipasi masyarakat melalui
organisasi yang dibentuk, yaitu pembentukan Satpam Pantai
dan organisasi masyarakat. Faktanya, dalam intern masyarakat
di desa Kuta masih terpaku pada kepentingan kelompok.
Kondisi masyarakat yang dianggap telah berhasil adalah dapat
menghindari perpecahan antar anggota masyarakat, ketidak-
pastian dari anggota masyarakat, peperangan sosial (konflik), dan
pemerasan masyarkat terhadap anggota masyarakat yang lain
(Zeitlin, 1995). Analisis perilaku tersebut dapat dimaknai bahwa
keamanan dan kenyamanan pada intern masyarakat masih belum
berfungsi dengan maksimal.
Paradigma pembangunan berkelanjutan dalam industri
pariwisata sering menggunakan pendekatan partisipatoris. Hal
ini terkait dengan individu sebagai mahluk sosial yang tidak
mungkin melepaskan diri dari berbagai keadaan yang ada
di sekelilingnya. Conyers (dalam Noraini, dkk., 2011: 58-67)
mengemukakan tiga alasan utama partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, yaitu: (1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu
alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan
dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya
program pembangunan dan proyek akan gagal, (2) Masyarakat
akan mempercayai program pembangunan jika dilibatkan dalam
proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih
mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek
tersebut, dan (3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat
dalam keterlibatannya di pembangunan.
Konsep partisipasi dalam penelitian ini menganalisis bentuk
partisipasi masyarakat terhadap kenyamanan dan keamanan di
kawasan pariwisata Kuta Lombok. Untuk menjaga kenyamanan

36 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

dan keamanan, anggota masyarakat berpartisipasi melalui


keikut-sertaan dalam pam swakarsa. Bina Masyarakat Wisata
(BMW) merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat
dalam bentuk organisasi kepariwisataan dengan fungsi untuk
memberikan pemahaman kepariwisataan kepada masyarakat.
Bentuk organisasi (pam swakarsa) lainnya adalah Jejak Kumpul,
Amphibie, Bumi Gora, dan Putra Angkasa. Empat organisasi
masyarakat lainnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
menjaga keamanan. Akan tetapi, peran keempat organisasi
masyarakat tersebut belum optimal terhadap pariwisata. Karena
merupakan organisasi pada intern masyarakat itu sendiri.
Teori fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgent dan
sangat bemanfaat dalam suatu kejadian tentang analisa masalah
sosial dan memiliki pengaruh yang besar dalam ilmu sosial di
abad sekarang (Arina, 2012). Menurut Parson terdapat empat
fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua sistem sosial,
yaitu Adaptation (A), pencapaian tujuan atau Goal attainment (G),
Integration (I), dan Latency (L) atau dengan singkatan AGIL (Hasan
Sarif, 2009). Menurutnya, semua fungsi tersebut wajib dimiliki
oleh semua sistem agar tetap bisa bertahan. Adaptation merupakan
fungsi yang sangat penting, sistem harus dapat beradaptasi
dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan
sistem harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga
dapat menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhannya. Goal
attainment yaitu pencapaian tujuan yang sangat penting, dimana
sistem harus bisa mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
Integration artinya sebuah sistem harus bisa mengatur dan menjaga
antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya,
selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL). Latency
yaitu sistem harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola,
subuah sistem harus memelihara dan memperbaiki motivasi
pola-pola individu dan kultural.
Parson, 1951: 5-6 (dalam Treviňo, 2001) mendefinisikan
sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor-aktor individual yang
saling berinteraksi dalam situasi yang sekurang-kurangnya mem-

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 37


Wahyu Khalik

punyai aspek lingkungan atau fisik, aktor-aktor yang mempu-


nyai motivasi dalam arti kecenderungan untuk mengoptimalkan
kepuasan yang hubungannya dengan situasi mereka didefinisi-
kan dan dimediasi dalam term system simbol bersama yang ter-
struktur secara kultural. Dari pandangan teori fungsionalisme
struktural digunakan untuk mengkaji partisipasi masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat sebagai anggota yang merupakan
syarat mutlak dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan,
agar masyarakat tidak merasa terpinggirkan atau merasa sebagai
penonton saja. Lemahnya partisipasi masyarakat pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
masih rendah, sehingga tidak mampu dan takut untuk berparti-
sipasi. Dalam hal pemberian rasa nyaman dan aman di kawasan
pariwisata Kuta Lombok masyarkat diberdayagunakan antara
lain berupa pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pariwisata
seperti, masyarakat diikut-sertakan kedalam festival Putri Manda-
lika, jasa perahu kepada wisatawan oleh penduduk di kampung
nelayan. Dubois dan Miley (1992: 211) menyatakan bahwa proses
pemberdayaan masyarakat memerlukan tiga tahapan yaitu pe-
nyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.

4. Simpulan
Berdasarkan permasalahan, hasil dan pembahasan tentang
kajian kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan
pariwisata Kuta Lombok maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
pemahaman masyarakat tentang sadar wisata dengan tolok
ukur unsur sapta pesona masih rendah. Ini membuktikan bahwa
fungsi sosial masyarakat dalam menjaga keamanan, ketertiban,
kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan
tidak berfungsi dengan baik secara sistem untuk mencapai tujuan
pariwisata yang berdaya saing tinggi.
Rendahnya pemahaman masyarakat tentang sadar wisata
menimbulkan beberapa faktor yang berimplikasi terhadap
ketidak-nyamanan dan ketidak-amanan wisatwan di kawasan
pariwisata Kuta Lombok. Pertama, faktor lingkungan dari aspek

38 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

pengelolaan parkir yang tidak teratur dan kebersihan lingkungan


di sekitar kawasan pariwisata Kuta Lombok. Kedua, faktor
kegiatan ekonomi yang dilihat dari aspek yang paling dirasakan
wisatawan sebagai aspek ketidak-nyamanan adalah pedagang
asongan yang terlalu agresif serta penyedia jasa transportasi yang
masih beorientasi pada keuntungan sepihak. Ketiga adalah faktor
askses menuju objek wisata di kawasan pariwisata Kuta Lombok,
yaitu dari aspek jalan yang memiliki kondisi yang masih rusak.
Bentuk partisipasi masyarakat terhadap kenyamanan dan
keamanan berupa keikutsertaan masyarakat pada beberapa or-
ganisasi masyarakat seperti Jejak Kumpul, Amphibie, Putra Ang-
kasa, Bumi Gora, dan Bina Masyarakat Wisata serta Satpam Pan-
tai. Organisasi masyarakat yang berkaitan langsung dengan pari-
wisata adalah satpam pantai yang bertanggungjawab menjaga
kenyaman dan keamanan di pantai dan Bina Masyarakat Wisata
yang bertujuan untuk membina, memberdayakan, serta mem-
berikan pemahaman pariwisata kepada masyarakat. Kemudian,
empat organisasi masyarakat yang lain belum berfungsi optimal
terhadap kenyamanan dan keamanan. Hal itu menegaskan bah-
wa partisipasi masyarakat terhadap kenyamanan dan keamanan
wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok masih rendah.

5. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh steakholder terkait
dengan kajian kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan
pariwisata Kuta Lombok.
Pertama. berdasarkan faktor lingkungan yang memengar-
uhi ketidak-nyamanan dan ketidak-amanan wisatawan seperti
pengelolaan parkir, diharapkan Dinas Budaya dan Pariwisata di-
harapkan berkoordinasi dengan dinas terkait guna untuk men-
gatur penglolaan areal parkir baik berupa penataan sehingga
wisatawan tidak parkir sembarangan. Kemudian diharapkan
pihak Desa Kuta untuk berkoordinasi dengan dinas terkait untuk
menyediakan dan menentukan tempat pembuangan akhir dan

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 39


Wahyu Khalik

tempat sampah di Pantai Kuta, Seger, dan Aan untuk menjaga ke-
bersihan lingkungan serta memberikan pemahaman kebersihan
kepada masyarakat. Faktor kegiatan ekonomi baik berupa pe­
dangan asongan dan penyedia jasa transportasi diperlukan pihak
Desa Kuta dan Pemkab Lombok Tengah untuk terus mengawasi
sikap agresif mereka sehingga tidak menggangu kenyamanan
dan keamanan wisatawan. Sedangkan diharapkan kepada Pem-
kab Lombok Tengah untuk memperhatikan akses jalan pariwisata
menuju objek wisata di kawasan pariwisata Kuta Lombok.
Kedua, dalam menerapkan unsur sapta pesona pariwisata
(aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan)
diperlukan pembentukan kelompok sadar wisata dari Desa Kuta,
dan memberikan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, diharapkan masyarakat lokal untuk
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri (intern) masyarakat
sebagai dasar pemahaman awal mengenai sapta pesona.
Ketiga, berdasarkan hasil penelitian mengenai kajian
kenyamanan dan keamanan wisatawan, hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh pihak Desa Kuta adalah pembentukan
kelompok sadar wisata dengan tidak memandang masyarakat
dari anggota pam swakarsa manapun sehingga tercapai tujuan
bersama yaitu menciptakan suasana nyaman dan aman bagi
wisatawan. Pihak Desa Kuta diharapkan membentuk sebuah
koperasi bersama terkait dengan penyediaan jasa pariwisata
melalui pengelolaan yang transparan dengan tujuan meratakan
pendapatan masyarakat dari sektor pariwisata. Satpam pantai
diharapkan ketegasan dalam menjalankan aturan demi keamanan
dan ketertiban serta kenyamanan wisatawan.
Diharapkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat menjadi
acuan kepada Pemkab Lombok Tengah dan pihak terkait dalam
memperhatikan kenyamanan dan keamanan dalam pengelolaan
kawasan pariwisata agar tercipta suasana yang nyaman dan aman
demi keberlangsungan pariwisata Kuta Lombok.

40 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014


Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada disampaikan khusus kepada Ketua Program
Studi S2 Kajian Pariwisata Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra,
M.Litt, dan Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS selaku Ketua
Program Studi Kajian Pariwisata sebelumnya atas kesempatan,
bantuan dan fasilitas yang diberikan selama studi. Pembimbing
I, Prof. I Wayan Ardika, M.A dan Pembimbing II Prof. Dr. Drs.
A.A. Ngurah Anom Kumbara, MS, Anggota Penguji Prof. Dr. I
Nyoman Sirtha, SH., MS dan Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP,
serta Drs. I Nyoman Sunartha, M.Si. atas bimbingan, saran dan
masukannya. Terima kasih tidak lupa diucapkan kepada Direktur
Akpar Mataram Dr. Halus Mandala, M.Hum. Kepala Bappeda dan
Disbudpar serta staff dinas terkait Kabupaten Lombok Tengah
atas bantuannya.

PROFIL PENULIS
Wahyu Khalik, S.ST.Par, adalah mahasiswa kajian pariwisata
Universitas Udayana, Bali. Menyelesaikan program Diploma III
di Akademi Pariwisata Mataram tahun 2008 dengan gelar AMd.
Par. Diploma IV di Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Bali
tahun 2011. Program magister pariwisata Universitas Udayana
tahun 2014. Tahun 2006-2007 bekerja di di Sheraton Senggigi,
Lombok. Pernah bekerja di The Oberoi Lombok tahun 2007. Tahun
2009-2010 bekerja di Moevenpick Hotel, Yanbu – Saudi Arabia.

DAFTAR PUSTAKA

Arina, Apri. 2012. Sosiologi: Latar Belakang Teori Fungsional-Struktural.


Diakses: 26 September 2013. Tersedia pada: http://rhyenaaprii.
blogspot.com/2012/11/makalah-sosiologi.html
Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.UGM Press.
Depbudpar. 2006. Buku Saku Sadar Wisata dan Sapta Pesona (Pengertian,
Penerapan, dan Manfaatnya). Jakarta: Dirjen Pengembangan
Destinasi Pariwisata.
Hasan, Sarif. 2010. Fungsionalisme Struktural Talcott Parson. Diakses,

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014 41


Wahyu Khalik

tanggal 26 Oktober 2013. Tesedia pada: http://saripuddin.


wordpress.com/fungsionalisme-struktural-talcott-parsons/
Resmayasari, Ira. 2011. What is the Perception of French Tourist about “The
Island of Paradise?”. Udayana University – Universite Angers:
Indonesia – France Double Degree Program. Master Program of
Tourism Studies.
Jumail, Mohamad. 2011. Pencitraan Kawasan Wisata Kuta Lombok Tengah.
Universitas Udayana: Program Magister Kajian Pariwisata.
Kövári, István dan Zimányi, Krisztina. 2011. Safety and Security in the Age of
Global Tourism (The changing role and conception of Safety and Security
in Tourism). Budapest. Agroinform Publishing House.
Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi
dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan Manusia (judul asli: Motivation
and Personality). Diterjemahkan oleh Nurul Iman. Jakarta: PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Mthembu, Nompumelelo. 2009. Tourism Crime, Safety and Security in the
Umhlathuze District Municipality, Kwazulu – Natal. Kwadlangezwa:
Universitas of Zululand – Faculty of Arts in Partial Fulfilment of the
Requirements fot the Master’s in Recreation and Tourism at the De-
partment of Recreation and Tourism.
Noraini, dkk. 2011. Decentralization and Participatory Rural Development: A
Literature Review. Malaysia: Technology University of Malaysia.
Vol. 5 | Issue 4 | 2011 | 58-67
Saripuddin. 2009. Sosiologi Kritis: Fungsionalisme Struktural Talcott
Parsons. Diakses: 23 November 2013. Tesedia pada: http://
saripuddin.wordpress.com/fungsionalisme-struktural-talcott-
parsons/
Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori Motivasi (Pendidikan). Diakses: 05 Desember
2013. Tersedia pada: akhmadsurdajat.wordpress.com/2008/02/06/
teori-teori-motivasi/
Tunggal, Hadi Setia. 2009. Undang-Undang Kepariwisataan (Undang-
undang R.I. No. 10/2009). Jakarta: Harvarindo.
UNWTO and UNEP. 2004. Making Tourism More Sustainable - A Guide for
Policy Makers, p.11-12.
UNWTO. 1994. United Nations and WTO (Recommendation on Tourism
Statistics) Series M No.83. New York: Department for Economic
and Social Information and Policy Analysis Statistical Division
and World Tourism Organization.

42 JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014

You might also like