Professional Documents
Culture Documents
PENGEMBANGAN EKOWISATA
DI TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH
KABUPATEN TELUK WONDAMA
PROVINSI PAPUA BARAT
MANEREP SIREGAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA
Manerep Siregar
NRP E352090081
ABSTRACT
MANEREP SIREGAR
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Bambang Supriyanto, MSc
Judul Tesis : Peranan Stakeholders Terhadap Pengembangan
Ekowisata Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat
NRP : E352090081
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F.
Ketua Anggota
Diketahui
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai
Maret 2011 adalah Peranan Stakeholders Terhadap Pengembangan Ekowisata
Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih Kabupaten Teluk Wondama Provinsi
Papua Barat.
Penghargaan dan ucapan rasa terimakasih penulis sampaikan dengan tulus
kepada:
1. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan dan Kepala Balai Besar Taman Nasional
Teluk Cenderawasih yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana IPB.
2. Prof. Dr.E.K.S. Harini Muntasib selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berguna.
3. Dr. Ir. Bambang Supriyanto, MSc selaku penguji Luar Komisi dan
Ir Rachmad Hermawan, MSi selaku pimpinan sidang pada ujian tesis.
4. Orang tua, istri dan anak-anakku, atas segala doa dan kasih sayangnya yang
selalu memberikan semangat dalam penulisan tesis ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa
Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB Angkatan Tahun 2009 yang ikut
memberikan dukungan moril selama dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, namun
demikian semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Manerep Siregar
RIWAYAT HIDUP
pantai/pesisir, obyek wisata sejarah dan obyek wisata budaya. Adanya potensi
obyek daya tarik wisata TNTC maka kawasan ini sejak tahun 2004 menjadi salah
satu daerah tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun wisata mancanegara.
Kegiatan wisata yang ada di TNTC meliputi diving, snorkeling, birds watching,
pengamatan paus, pengamatan ikan lumba-lumba, menikmati sumber air panas,
wisata pantai, pengamatan goa bersejarah dan pengamatan budaya. Obyek Daya
Tarik Wisata (ODTW) tersebut bisa ditemukan di beberapa lokasi di kawasan
TNTC seperti di Pulau Rumberpon, Pulau Roswar, Pulau Yoop, Pulau Roon,
Pulau Anggromeos, Pulau Papaya, Tanjung Mangguar, Napan Yaur, Pulau
Nusambier dan Teluk Wondama. (BBTNC, 2009a).
Menurut Wiratno et al. (2004) menjelaskan bahwa beberapa kendala yang
masih dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional di Indonesia antara lain: (1)
keterbatasan anggaran, (2) sumberdaya pengelola masih belum memadai, (3)
kelemahan infrastruktur, (4) hubungan yang belum harmonis dengan masyarakat
di sekitar kawasan. Untuk mewujudkan fungsi pengelolaan TNTC terutama dalam
pemanfaatan sumber daya alam melalui pengembangan ekowisata perlu
dukungan dari berbagai pihak, khusus pengelolaan zona pariwisata diperlukan
jaringan kerja dan komitmen para pihak yang berkepentingan terkait dalam
pengembangan ekowisata di TNTC.
Atas dasar pemikiran tersebut diatas, untuk mengoptimalkan pengembangan
kegiatan ekowisata di TNTC perlu dilakukan analisis peranan stakeholders dan
kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengembangan ekowisata di kawasan
TNTC Kabupaten Teluk Wondama.
1.2. Rumusan masalah
Secara administratif TNTC berada di dua kabupaten dan dua propinsi yaitu
69,02 % di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat dan 30,98 % di
Kabupaten Nabire Provinsi Papua (BBTNTC, 2009a). Kabupaten Teluk
Wondama merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten
Manokwari pada Tahun 2002 sehingga dalam perencanaan pembangunan
mengalami berbagai kendala diantaranya adalah sarana dan prasarana yang kurang
memadai, database potensi daerah belum tereksplorasi dengan baik dan tata ruang
kota belum tersusun secara komprehensif (Pemkab Teluk Wondama, 2006).
4
TNTC sejak tahun 2004 telah menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan
mancanegara maupun wisata nusantara. Berdasarkan data tahun 2004-2009
bahwa pengunjung TNTC sebanyak 401 orang yang terdiri dari wisatawan
domestik 87 orang; wisatawan mancanegara 227 orang dan peneliti 87 orang.
Jumlah pengunjung pertahunnya selama 6 (enam) tahun terakhir sifatnya
berfluktuasi bahkan cenderung menurun dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan tahun
2009 (BBTNTC, 2010). Perkembangan ekowisata di TNTC terkesan lambat
secara umum diindikasikan dapat terjadi karena: 1) Aksesibilitas ke obyek daya
tarik wisata masih sulit; (2) Sarana prasarana belum memadai; (3) Jumlah dan
kualitas sumberdaya manusia masih terbatas; (4) Kebijakan pemerintah pusat dan
Pemerintah Teluk Wondama belum sinergis; (5) Peranan stakeholders terhadap
pengembangan ekowisata belum terarah/belum sinergis dengan program
ekowisata.
Pengembangan ekowisata di TNTC saat ini seolah-olah hanya
tanggungjawab pemerintah pusat (Balai Besar TNTC) sehingga berkesan kurang
berkembang. Pada hal untuk pengembangannya diperlukan peranan dari semua
stakeholders dan dukungan kebijakan serta peraturan perundang-undangan yang
jelas. Untuk meningkatkan pengelolaan TNTC dan mengakomodir berbagai
kepentingan bahwa TNTC dikelola dalam 6 (enam) zona. Salah satu diantaranya
adalah zona pariwisata yang dapat digunakan untuk pengembangan ekowisata.
Zona pariwisata ini telah di rumuskan dalam Rencana Pengelolaan Taman
Nasional (RPTN) jangka waktu 20 tahun yaitu periode tahun 2010-2029
(BBTNTC, 2009a). Namun terkait pengembangan ekowisata di TNTC bahwa
implementasi peranan dari masing-masing stakeholder belum nyata dilapangan
sehingga pengembangan ekowisata belum optimal. Untuk mendukung
keberhasilan pengembangan ekowisata di TNTC khususnya di Kabupaten Teluk
Wondama sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: eksistensi Taman
Nasional Teluk Cenderawasih, jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang memadai, sarana dan prasarana yang memadai, dukungan pemerintah dan
para pihak serta potensi sumberdaya alam TNTC (BBTNTC, 2009a).
Pengembangan ekowisata di TNTC tidak cukup hanya memetakan potensi
dan menawarkan obyek daya tarik wisata yang ada, namun perlu peranan
5
Analisis
Kebijakan Stakeholders
adalah menetapkan jenis dan besaran aktifitas manusia sesuai dengan kemampuan
lingkungan untuk menampungnya. Artinya, setiap aktifitas pembangunan disuatu
wilayah harus didasarkan pada analisis kesuaian lingkungan.
Selanjutnya menurut Bengen (2005), analisis kesesuaian lingkungan harus
mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomis yaitu:
1). Aspek ekologis; dapat didekati dengan menganalisis:
a. Potensi maksimum sumberdaya berkelanjutan. Berdasarkan analisis ilmiah
dan teoritis, dihitung potensial atau kapasitas maksimum sumberdaya untuk
menghasilkan barang dan jasa (goods and services) dalam jangka waktu
tertentu.
b. Kapasitas daya dukung (carrying capacity). Daya dukung didefinisikan
sebagai tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara
berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya alam dan
lingkungannya.
c. Kapasitas penyerapan limbah (assimilative capacity). Kapasitas penyerapan
limbah adalah kemampuan sumberdaya alam dapat pulih (misalnya air,
udara, tanah) untuk menyerap limbah aktifitas manusia. Kapasitas ini
bervariasi akibat faktor eksternal seperti cuaca, temperature dan aktifitas
manusia.
2). Aspek Sosial
Aspek sosial dapat ditilik dari penerimaan masyarakat terhadap aktifitas yang
akan dilakukan, mencakup dukungan sosial/terhindar dari konflik
pemanfaatan, terjaganya kesehatan masyarakat dari akibat pencemaran,
budaya, estetika,keamanan dan kompatibilitas.
3). Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi dapat ditinjau dari kelayakan usaha dari aktifitas yang akan
dilaksanakan. Analisisnya meliputi : revenue cost ratio (R/C), net present
value (NPV), net benefit cost ratio (net B/C), internal rate return (IRR) dan
analisis sensitivitas (sensitivy analysis).
2.3. Konsep Pengelolaan Taman Nasional
Berdasarkan undang-undang RI nomor 5 Tahun 1990, Taman nasional
adalah kawasan pelestarian alam (KPA) yang mempunyai ekosisten asli dan
13
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman
nasional mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
1. Sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
2. Sebagai pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa liar
beserta ekosistemnya;
3. Untuk pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Pengelolaan taman nasional dalam mencapai tujuan, fungsi dan peranannya
dilakukan sistem zonasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, bahwa zona
taman nasional terdiri dari:
1. Zona inti
2. Zona rimba; zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan
3. Zona pemanfaatan
4. Zona lain, antara lain; zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya
dan sejarah serta zona khusus.
Berdasarkan Peraturan pemerintah No 28 Tahun 2011 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam pada pasal 8 menyebutkan bahwa
suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan Taman Nasional apabila telah memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang
masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik;
2. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
3. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami; dan
4. Merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan,
zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
Taman nasional dalam konteks pembangunan berkelanjutan memiliki peran
yang sangat penting. Menurut MacKinnon et al. (1993), sumbangan taman
nasional sebagai salah satu kawasan yang dilindungi dalam pelestarian
sumberdaya alam dan kelangsungan pembangunan, antara lain:
14
minat, kepedulian, kehendak dan atas keinginan sendiri untuk bertindak dan
membantu dalam mendukung pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam (Dephut,
2004b).
Kassa (2009) mengemukakan setidaknya ada tujuh faktor kunci yang
menentukan keberhasilan konsep kolaborasi dalam pengelolaan Taman Nasional
Lore Lindu yaitu : (1) partipasi stakeholders, (2) negosiasi, (3) konsensus, (4)
batas teritori, (5) kejelasan hak dan tanggungjawab stakeholders, (6) pengakuan
terhadap hak lahan adat, (7) penerapan sanksi adat.
2.5. Analisis Stakeholders
Stakeholders mencakup semua aktor atau kelompok yang mempengaruhi
dan/atau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan tindakan dari sebuah proyek.
Stakeholders juga mencakup kategori yang lebih samar dari ‘generasi masa
depan’, ‘ketertarikan nasional’, dan ‘masyarakat yang lebih luas’. Stakeholders
menyajikan suatu sistem dengan tujuan, sumber dan sensitivitas yang berasal dari
mereka sendiri. Istilah lain yang digunakan untuk menggantikan istilah
‘stakeholders’ dalam bahasa sehari-hari dan perbedaan konotasi yang sangat tipis
diantaranya adalah ‘aktor’, ‘aktor kunci,’ ‘kelompok aktor’, ‘aktor sosial’, dan
‘partai’ (Groenendijk, 2003).
Menurut Reed et al. (2009), analisis stakeholders dilakukan dengan cara: (1)
Melakukan identifikasi stakeholders; (2) mengelompokkan dan membedakan
antar stakeholders; dan (3) menyelidiki hubungan antar stakeholders. Identifikasi
stakeholders merupakan proses yang dilakukan secara berulang, hingga
ditetapkan stakeholders yang benar-benar mengetahui permasalahan. Jika
pembatasan telah ditetapkan sejak awal, maka stakeholders memang dapat lebih
mudah terindetifikasi. Namun hal ini mengandung resiko bahwa beberapa
stakeholders akan terabaikan, dan tentu saja identifikasi ini tidak relevan lagi.
Menurut Colfer et al. (1999) untuk mengidentifikasi stakeholders dilakukan
melalui pemberian skor 1 (tinggi), 2 (sedang), dan 3 (rendah) terhadap dimensi
antara lain kedekatan dengan kawasan, hak-hak yang sudah ada, ketergantungan,
kemiskinan, pengetahuan lokal, dan intergrasi budaya.
Setelah para stakeholders terindetifikasi, maka langkah selanjutnya yaitu
mengelompokkan dan membedakan antar stakeholders. Menurut Eden dan
17
Ackermann (1998) yang dikutif oleh Bryson (2004) dan Reed et al. (2009)
metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan matriks pengaruh dan
kepentingan dengan mengklasifikasikan stakeholder ke dalam Key players,
context setters, subjects, dan crowd. Pengaruh (influence) merujuk pada kekuatan
(power) yang dimiliki stakeholders untuk mengontrol proses dan hasil dari suatu
keputusan. Kepentingan (importance) merujuk pada kebutuhan stakeholders di
dalam pencapaian output dan tujuan (Reed et al. 2009).
Key player merupakan stakeholders yang aktif karena mereka mempunyai
kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap pengembangan suatu proyek.
Context setter memiliki pengaruh yang tinggi tetapi sedikit kepentingan. Oleh
karena itu, mereka dapat menjadi resiko yang signifikan untuk harus dipantau.
Subjects memiliki kepentingan yang tinggi tetapi pengaruhnya rendah dan
walaupun mereka mendukung kegiatan, kapasistasnya terhadap dampak mungkin
tidak ada. Namun mereka dapat menjadi pengaruh jika membentuk aliansi dengan
stakeholders lainnya. Crowd merupakan stakeholders yang memiliki sedikit
kepentingan dan pengaruh terhadap hasil yang diinginkan dan hal ini menjadi
pertimbangan untuk mengikutsertakannya dalam pengambilan keputusan.
Pengaruh dan kepentingan akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu,
sehingga perlu menjadi bahan pertimbangan.
Penyusunan matriks pengaruh dan kepentingan dilakukan atas dasar pada
deskripsi pertanyaan responden yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif (skor)
dan selanjutnya dikelompokkan menurut krieteria. Analisis stakeholders
dilakukan dengan penafsiran matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders
terhadap pengembangan ekowisata di TNTC dengan menggunakan stakeholders
grid dengan bantuan microssoft Excel. Untuk menentukan angka pada setiap
indikatornya, kemudian disandingkan sehingga membentuk koordinat.
Penyelidikan hubungan antara stakeholders secara deskriftip digambarkan
kedalam matriks actor-linkage. Stakeholders yang terindetifikasi ditulis dalam
baris dan kolom tabel yang menggambarkan hubungan antar stakeholders. Kata
kunci yang digunakan untuk menggambarkan hubungan ini yaitu berkonflik,
saling mengisi atau bekerjasama (Reed et al. 2009).
18
: Lokasi Penelitian
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
interview) dengan stakeholders. Jenis dan sumber data utama berdasarkan tujuan
penelitian disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Utama Berdasarkan Tujuan Penelitian.
Tujuan Variable yang Sumber Data Teknik Teknik Output yang
Penelitian diukur Pengumpu- Analisis diharapkan
lan Data Data
Menganalisis Kepenting- BBTNTC, Observasi Analisis Kepentingan
kepentingan an dan DKP Prov. dan indepth- stakehold- dan pengaruh
dan pengaruh pengaruh Papua Barat, interview ers (analisis stakeholders
stakeholders stake- Dinparbud kepentingan terkait
holders Prov. Papua dan pengembang-
Barat, Pemda pengaruh) an ekowisata
Kab. Teluk
Wondama
BP3D, DKP,
Dinas
pariwisata,
Dinhub, KLH,
Distrik
Roswar,
Distrik Roon,
Distrik
Rumberpon,
PT, Tokoh
Masyarakat,
Kepala
kampung
Isenebuay,
Waprak,
Yende, WWF,
KMB.
YALHIMO,
dan Pengusaha
transportasi.
Menganalisis Kebutuhan BBTNTC, Observasi Analisis Kebutuhan
kebutuhan stake- DKP Prov. dan indepth- kebutuhan stakeholders
stakeholders holders Papua Barat, interview terkait
terkait Dinparbud pengembang-
pengem- Prov. Papua an ekowisata
bangan Barat, Kab.
ekowisata Teluk
Wondama
(BP3D, DKP,
Dinas
pariwisata,
Dinhub, KLH,
Distrik
Roswar,
Distrik Roon,
Distrik
Rumberpon),
PT, Tokoh
Masyarakat,
Kepala
kampung
Isenebuay,
23
Waprak,
Yende, WWF,
KMB.
YALHIMO,
dan Pengusaha
transportasi.
Menganalisis 1. Peraturan BBTNTC, Observasi Analisis Kebijakan
kebijakan perundang- BP3D, DKP, dan indepth- kebijakan yang sudah
Pusat undangan Dinas interview (content ada dan
(BBTNTC) 2. Fakta Pariwisata. analisis) fakta-fakta
dan Kebijakan terkait terkait
pemda Teluk pengembang pengembang-
Wondama an ekowisata an ekowisata
Merumuskan Kesuaian Hasil olahan Hasil Analisis Rumusan
peranan dukungan Pengolahan Deskriptif peranan
stakeholders Pengembang- data stakeholders
terhadap an terkait
pengembang- pengembang-
an ekowi-sata an ekowi-sata
Lanjutan tabel 4.
Pengaruh Stakeholders
5 20-25 Sangat tinggi Sangat mempengaruhi pengembangan ekowisata
4 16-20 Tinggi Mempengaruhi pengembangan ekowisata
3 11-15 Cukup tinggi Cukup mempengaruhi pengembangan ekowisata
2 6-10 Kurang tinggi Kurang mempengaruhi pengembangan ekowisata
1 0-5 Rendah Tidak mempengaruhi pengembangan ekowisata
Pengukuran tingkat kepentingan stakeholders terhadap pengembangan
ekowisata TNTC di Kabupaten Teluk Wondama berdasarkan 5 (lima) pertanyaan
pokok yakni:
Kepentingan Pertama (K1) : Bagaimana keterlibatan stakeholders terkait
dengan pengembangan ekowisata TNTC?
Jika keterlibatan stakeholders meliputi perencanaan, pengorganisasaian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pengembangan ekowisata diberi skor
5; jika keterlibatan hanya ada empat diberi skor 4; jika keterlibatan hanya
ada tiga diberi skor 3; jika keterlibatan hanya ada dua diberi skor 2; jika
keterlibatannya hanya satu diberi skor 1.
Kepentingan Kedua (K2): Bagaimana manfaat pengembangan ekowisata
terhadap stakeholders ?
Jika manfaatnya ekowisata sebagai sumber penerimaan Negara/mata
pencaharian; sebagai perlindungan sumberdaya alam; membuka
akses/keramaian; Menciptakan lapangan kerja; berinterkasi dengan
masyarakat luar diberi skor 5; jika manfaat ekowisata ada empat diberi
skor 4; jika manfaat ekowisata ada tiga diberi skor 3; jika manfaat
ekowisata ada tiga diberi skor 2; jika manfaat ekowisata hanya satu diberi
skor 1.
Kepentingan Ketiga (K3) : Bagaimana kewenangan stakeholders terkait
pengembangan ekowisata di TNTC?
Jika kewenangannya meliputi perlindungan sumberdaya alam/ODTWA,
pembangunan sarana prasarana ekowisata, pemberdayaan masyarakat
setempat dalam bidang ekowisata, memberikan pelayanan perijinan kepada
penunjung; penyediaan data dan informasi diberi skor 5; jika
kewenangannya ada empat diberi skor 4; jika kewenangannya ada tiga
diberi skor 3; jika kewenangannya ada dua diberi skor 2; jika
kewenangannya ada satu diberi skor 1.
27
Kuadran I Kuadran II
Rendah Tinggi
PENGARUH
tinggi tetapi pengaruh rendah); (2) Key Players (kepentingan dan pengaruh
tinggi); (3) Context setters (kepentingan rendah tetapi pengaruh tinggi) dan (4)
Crowd (kepentingan dan pengaruh rendah);
3.6.2. Analisis Kebutuhan Stakeholders
Analisis kebutuhan dikelompokkan menurut kemiripannya berdasarkan
kebutuhan sinergis dari masing-masing stakeholders dengan metode deskriptif.
Jika kebutuhan antara stakeholders saling mendukung terhadap pengembangan
ekowisata maka sinergis dan sebaliknya jika saling bertentangan maka tidak
sinergis. Hasil analisis kebutuhan dijadikan salah satu acuan dasar dalam
merumuskan peranan stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC.
Analisis kebutuhan dilakukan untuk pencermatan terhadap faktor-faktor yang
menjadi kebutuhan stakeholders (Abidin, Z. 2007).
3.6.3. Analisis kebijakan.
Analisis kebijakan dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengembangan ekowisata dengan metode content analysis
(Subiakto dalam Bungin B, 2007) dan analisis terhadap fakta berkaitan dengan
pengembangan ekowisata dilakukan metode deskriptif. Analisis kebijakan ini
bertujuan untuk mengetahui kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC. Analisis dititik beratkan pada
peraturan bidang pariwisata dan ekowisata di Taman Nasional, Peraturan terkait
dengan zonasi Taman Nasional, dan kebijakan Pemda Teluk Wondama berkaitan
dengan kepariwisataan daerah serta kebijakan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Teluk Wondama.
3.7. Sintesis
Untuk mendapatkan rumusan peranan stakeholders terhadap pengembangan
ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama dilakukan dengan mensintesis
hasil analisis kebijakan, hasil analisis stakeholders dan hasil analisis kebutuhan
stakeholders dengan menggunakan metode deskriptif. Perumusan peranan
stakeholders dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan
(planning); pengorganisasian (organizing); pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controling).
IV. GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL TELUK
CENDERAWASIH
Bagian tengah Pulau Roswar terbentuk dari batu tulis hitam dan kwarsit
dari Zaman Jurassik, sedangkan P.Rumberpon terdiri dari bukit-bukit karang yang
tinggi terbentuk dari batuan kapur endapan/kalkarius dari Zaman Silurian, yang
diapit oleh batuan quarter pada bagian timur. Tanjung Wandamen dan P. Roon
terbentuk dari batuan metamorfosa anomalia berkadar ambifolit (BBTNTC,
2009a).
Suhu permukaan laut merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan dan penyebaran organism laut. Umumnya
organisme di daerah terumbu beradaptasi dengan kisaran suhu yang normal
dimana mereka tinggal dan apabila suhu air menjadi lebih dingin atau lebih panas
dari suhu normal, organisma yang hidup disitu akan menderita atau bahkan mati.
Khususnya organisma seperti koral yang tidak dapat berpindah keperairan yang
lebih dingin atau lebih hangat seperti ikan, perubahan suhu yang cukup besar
dapat menyebabkan meluasnya pemutihan karang dan menyebabkan kematian
bagi karang tersebut.
Pemantauan suhu permukaan laut di kawasan Kepala Burung Papua
termasuk kawasan TNTC telah dilakukan oleh CI-Indonesia, TNTC dan WWF
mulai dari tahun 2005 hingga 2008 untuk memperoleh informasi mengenai pola
permukaan laut dan kondisi oceanografi dari suatu kawasan terumbu karang
dengan variasi yang lebih luas disepanjang kawasan bentang laut kepala burung.
Untuk pemantauan di kawasan Teluk Cenderawasih dipasang 16 alat pengumpul
data suhu. Hasil pemantauan suhu ini diperoleh bahwa rata-rata suhu 29,5⁰C
dengan kisaran antara 24,94⁰-31,59⁰C. Temuan lain menunjukkan Teluk
Cenderawasih dapat dilihat sebagai sebuah danau air asin yang sangat besar
dengan lingkungan yang relative stabil tetapi secara genetik dan oceanografi
populasinya terisolasi yang dalam berbagai hal terjadi dari lintasan evolusinya.
Kawasan TNTC terbentuk atas kelompok tanah (peta tanah berdasarkan
Brookfield dan Slast, (1971) dalam Ronal Petocs, (1987) sebagai berikut:
1. Latosol dan Tanah Liat
Asosiasi tanah ini meliputi daerah dataran rendah yang mengalami
pembentukan oleh iklim yang berkabut (Tanah laterik yang terbentuk dalam
keadaan yang sama, tetapi dengan pengaruh hidromorfish karena adanya
35
goncangan permukaan air. Tanah latosol berada pada daerah datar samapai
bergelombang, termasuk diatas batuan sedimen plestosin yang sudah
mengalami penghancuran oleh iklim. Pembentukan tanah ini diduga karena
pengaruh musim yang bergantian basah dan kering, sehingga didaerah ini
tanah menjadi lembek dengan bercak dipermukaannya.
2. Aluvial
Tanah alluvial yang kasar dan kering terdapat didaerah sekitar pantai, dataran
pasang surut dan sekitarnya.Bahan utama tanah ini adalah endapan erosi atau
perpindahan dari tempat lain karena terbawa arus air. Tanah aluvial yang
pengeringannya kurang sempurna terdapat didaerah rawa-rawa aluvial dan
dataran pasang surut.
3. Tanah Bergaram
Tanah bergaram yang halus tetapi tidak sempurna pengeringannya dari rawa-
rawa hutan bakau dan tanah liat laut karena adanya intrusi air laut daerah ini
menjadi bergaram. Kawasan TNTC didominasi oleh perairan laut dan terdapat
82 muara sungai. Selain itu pada beberapa pulau di dalam kawasan ini
terdapat air tawar, antara lain : P.Rumberpon, P. Roswar, P. Yoop, P. Roon,
P.Anggrameos, P.Abaruki, P.Rumarakan dan P.Papaya. Sungai besar antara
lain adalah Sungai Wosimi di Teluk Wandamen dan anak-anak sungai kecil
lainnya dalam kawasan TNTC. Diperkirakan terdapat sejumlah 82 sungai
(besar dan kecil) yang bermuara di kawasan TNTC.
4.4. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan TNTC
termasuk dalam iklim tipe A dengan nilai Q = 12,47 %. Rata-rata curah hujan
per tahun berkisar antara 1500 mm - 3500 mm dengan temperatur udara 25º -
30ºC dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 75 - 90 % (BBTNTC,
2009a).
Curah hujan di kawasan ini sering berfluktuasi namun secara umum tidak
Nampak antara musim hujan dengan musim kemarau. Distribusi hujan terjadi
secara merata sepanjang tahun, karena pola ngin lokal yang setiap saat bertiup
dari arah Barat atau Barat laut akan mengakibatkan gelombang besar dan hujan
lebat. Angin musim yang berpengaruh pada daerah TNTC adalah :
36
Musim Barat, terjadi pada bulan September sampai dengan Maret, angin yang
kuat, umumnya dari arah barat atau barat laut disertai hujan lebat, cuaca
buruk, dan lautan dengan ombak besar.
Musim Timur, terjadi pada bulan April sampai Juli dengan kondisi lautan
tenang karena angin tidak begitu kuat dari arah timur atau tenggara.
Musim Pancaroba, terjadi pada bulan Agustus yang merupakan masa peralihan
kedua musim ini dan selama bulan ini cuaca sangat tidak menentu.
dominan. Saat ini, jenis ini terancam karena banyak digunakan oleh masyarakat
sebagai kayu bakar. Jenis-jenis Angiosperma antara lain tumbuhan bawah berupa
semak seperti Hibiscus tiliaceus, jenis-jenis Piperaceae, rumput dan jenis
merambat Ipomea pescaprae yang mudah tumbuh. Terdapat beberapa jenis
Pandannus sp. sejumlah spesies Anggrek (Dendrobium sp.)
Hutan mangrove tumbuh di sebagian besar garis pantai daratan Pulau Induk
Papua, Pulau Rumberpon, serta daerah di sekitar Sungai Wosimi bagian Selatan
Teluk Wandamen, dengan jenis-jenis antara lain: Daccenia spp., Bruguiera
gymnorhyza, Ceriops tagal, Heritiera littoralis, Rhizophora apiculata, Sonneratia
alba , Xylocarpus granatum, terjalin jauh ke hulu di jumpai jenis Nypa fructicans
dan Metroxylon sago. Tumbuhan lainnya adalah jenis Cocos nucifera (kelapa)
tumbuh di sepanjang Pulau Induk Papua, pantai P. Rumberpon, dan beberapa
pulau di Kepulauan Auri, terutama di P. Papaya, P. Nutabari, P. Rumarakon, P.
Abaruki dan P. Nusambier dan pulau yang agak besar dari rangkaian kapulauan
Auri yaitu P. Anggrameos (BBTNTC, 2009a).
4.5.1.2. Flora Perairan/ Laut
Flora laut (jenis tumbuhan yang hidup pada perairan laut) yang dijumpai di
kawasan TNTC terdiri dari dua kelompok : (i) Tumbuhan yang tidak berbunga
(algae), dan (ii) Tumbuhan laut yang berbunga (umumnya dikenal sebagai rumput
laut). Banyak diantara jenis-jenis algae itu yang telah mengeras karena kapur,
terutama jenis algae merah. Algae merupakan dasar dari rantai makanan bagi
terumbu karang, dan jenis-jenis yang mengandung kapur ini menyediakan bahan
yang cukup banyak untuk pengendapan karang bersama dengan sisa-sisa kerangka
karang dan moluska membentuk dasar dari pulau-pulau karang.
Lamun membentuk padang lebat pada dasar pesisir kawasan pelestarian
laut, TNTC memiliki beberapa padang lamun yang luas ditumbuhi oleh Thalasia
hempricii, Enhalus acoroides, Cymodaceae rotundatta, Cymodoceae serulatta,
Halodule uninervis, Halophyla minor dan Halophyla ovalis (BBTNTC, 2009a).
4.5.2. Potensi Fauna
4.5.2.1. Terumbu Karang (Coral reef)
Hasil Survey kerjasama WWF Indonesia, Conservation International
Indonesia (CI-Indonesia), The National Conservation (TNC) dan Universitas
38
Negeri Papua (UNIPA) pada tahun 2006 bahwa terumbu karang di TNTC ± 460
jenis karang, 30 jenis ditemukan jenis karang baru, dan 11 jenis karang yang
belum teridentifikasi. Pulau Purup dan Selat Numamuram, merupakan
biodeversity tertinggi di Indo-Pasifik (± 220 spp/Ha). Persentase penutupan
karang berbeda untuk setiap lokasi, hal ini dipengaruhi oleh tingkat interaksi
masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam (BBTNTC, 2009a).
Ekosistem terumbu karang di kawasan TNTC tersebar dalam dua zona yaitu
zona rataan terumbu karang (reef flat) dan zona lereng terumbu karang (reef
slope). Pada zona rataan terumbu pada sisi yang dekat garis pantai didominasi
oleh substrat pasir dan lamun, setelah bagian ini beberapa jenis karang mulai
terlihat dari marga Porites, Acropora, Poccilopora, dan Favites.
Hamparan terumbu karang luas bisa dijumpai di beberapa pulau seperti P.
Papaya dan Tridacna Atol. Pada beberapa pulau zona rataan terumbu mempunyai
ciri khas tersendiri, antara lain dijumpai adanya koloni Blue coral (Heliopora
coenelea), karang lunak (soft coral) dari jenis Sacroplyton sp., Gorgonians
(Anthipathes sp.). Ada dua tipe reef slope di kawasan TNTC yaitu reef slope yang
landai dan reef slope yang berbentuk tubir (drop off). Jenis-jenis karang yang
dapat dijumpai pada zona reff slope antara lain : Leptoseris spp., Montipora spp.,
Oxypora spp., Pacyseris spp. dan Hicedium clepantatus serta H. poritesrus.
4.5.2.2. Mamalia
Jenis mamalia yang terdapat di dalam kawasan adalah Duyung (Dugong
dugon), Paus biru (Balaenoptera musculus) dan Lumba-lumba (Dolphinidae)
sering dijumpai di sekitar perairan Windesi, P. Roswar dan P. Yoop. Beberapa
jenis mamalia darat seperti Kuskus (Phalanger sp), Babi Hutan (Sus scrofa), Rusa
Timor (Cervus timorensis) dan Kanguru Tanah (Thilogale spp) dan Kalong
(Pterocarpus vampyrus) dapat ditemukan pada hutan daratan pulau maupun pada
hutan di pulau induk Papua yang merupakan wilayah penyangga kawasan TNTC.
4.5.2.3. Reptil
Terdapat tujuh jenis penyu di seluruh dunia, enam diantaranya terdapat di
perairan Indonesia, dan di dalam kawasan TNTC terdapat 4 jenis penyu yakni,
penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu
lekang (Lephidochelys olivacea) dan Penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Jenis reptil lain seperti Biawak abu-abu (Varanus nebolosus), Biawak Coklat
(Varanus timorensis), Biawak Ambon (Varanus amboinensis), Buaya Muara
(Crocodylus porosus), Buaya Air tawar (Crocodylus novaeguineae), Kadal dan
ular. Terdapat beberapa lokasi yang dijadikan tempat peneluran penyu yaitu di P.
Wairundi, P. Sima, P. Iwari (BBTNTC, 2009a).
4.5.2.4. Burung (Aves)
Pulau-pulau dan pantai di TNTC merupakan tempat bersarang dan mencari
makanan yang paling penting bagi berbagai jenis burung, antara lain Junai Mas
(Chaloenas nicobarica), Dara Laut (Ducula sp.), Camar laut (Sterna sp.) dll.
Jenis-jenis burung ini memiliki daerah bersarang di P. Kumbur, Kuwom dan
Matas. Burung gosong (Megapodius freicinet) dan Elang laut dada putih
(Haliaetus leucogaster), pasangan-pasangan elang merupakan pandangan
menakjubkan ketika melayang-layang mengikuti arus udara di atas pulau-pulau.
Daratan lumpur sekitar Sungai Wosimi dan pasir Sobei khususnya penting sebagai
tempat mencari makan bagi berbagai burung, termasuk burung Undan Australia
(Pelicanus conspicillatus) yang ditemukan pada waktu-waktu tetentu selama
melakukan migrasi dan bangau kuntul (Egretta Spp.) (BBTNTC, 2009a).
Hasil kegiatan inventarisasi dan identifikasi burung yang dilakukan di
kampung Yende oleh Tim dari Balai Besar TNTC pada tahun 2008 diperoleh data
40
dan informasi mengenai jenis burung pada kampung Yende. Terdapat 38 jenis
burung dimana 17 jenis diantaranya merupakan jenis burung yang dilindungi,
seperti : Cacatua galerita, Lorius roratus, Lorius lory, Eclectus roratus, Gracula
religiosa, Haliastus indus, Alcedo euryzona, Alcedo coemlescens, Buceros
rhinoceros, Egretta sacra, Fregata minor, Sula leucogaster, Nyticorax
caledonicus, Megapodius reinwardt, Egreta eulophotes dan Goura cristata.
(BBTNTC,2009a).
4.5.2.5. Ikan (Fish)
Keanekaragaman jenis ikan di kawasan TNTC sangat tinggi, telah
ditemukan sebanyak 836 jenis ikan yang terdiri dari jenis ikan muara, ikan
mangrove, ikan karang dan ikan pelagis. Hasil survey BBTNTC, UNIPA dan CI-
Indonesia tahun 2008, ditemukan 9 jenis ikan baru, dan diprediksikan ± 1.118
spesies ikan dalam kawasan TNTC. Jenis-jenis ikan karang merupakan jenis yang
paling banyak dijumpai seperti jenis ikan dari famili Chaetodantidae (kepe-
kepe/Buterfly fishes), famili Pomacantridae (Angelfish, Damselfish, dan
Anemonefish), Labridae (Wrasses), Scaridae (Parrotfish), Acanthuridae (Surgean
fishses), Siganidae (Rabbitfishes), Balistidae (Tigerfihses) dan beberapa jenis ikan
karang lainnya (BBTNTC, 2009a).
Gerombolan besar ikan panembah ekor kuning Caesio cuning merupakan
pemandangan menakjubkan, yang biasa dijumpai pada daerah reef slope. Ikan
kaka tua besar (Bolbomethopon muricatum) dan beberapa jenis ikan Pari Rajawali
fosal (Aetobatus nannari) dan ikan pari manta (Manta birostris), ikan Hiu jenis
Reef whitesip (Trianodon obesus), Hiu Paus (Rhincodon typus), Hiu Beach ship
(Charcarinus melanopterus) sering pula dijumpai di kawasan TNTC seperti :
Kakap (Lutjanidae), Kerapu/geropa (Serranidae), Kuwe (Carangidae) dan jenis-
jenis lain seperti tenggiri (Scomberomorus commersonnianus), Cakalang
(Katsuwonus pelamis), dan tongkol (Euthynnus affinis) (BBTNTC, 2009a).
4.5.2.6. Moluska
Jenis moluska dalam kawasan TNTC tercatat 153 jenis. Kelompok
Gastropoda/ karang antara lain : Keong Cowries (Cypraea spp.), Keong
Strombidae (Lambis lambis), dan Keong kerucut (Conus spp.), Triton terompet
(Charonia tritonis), Kepala kambing (Cassis cornuta) dan Lola/Susu Bundar
41
Gambar 7. Objek wisata pantai di Pulau Nusrowi Distrik Rumberpon dan kampung
Isenebuay kawasan TNTC
43
wisata pantai, dan memancing ikan. Selain obyek wisata tersebut, penduduk asli
dengan sejarah , budaya adat-istiadatnya yang unik dan masih kuat merupakan
aset pariwisata yang dapat dikembangkan. Potensi obyek dan daya tarik wisata
alam yang telah di identifikasi di TNTC disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Kawasan Taman
Nasional Teluk Cenderwasih.
No Tempat Aktifitas Fasilitas
1 P. Rumberpon, P. Wisata pantai-bahari Pondok kerja,
Nusrowi Diving pondok jaga,
Snorkeling dermaga, garasi
Bird watching speed boat, shelter,
Penangkaran rusa rumah diesel.
Pengamatan kerangka pesawat
tempur Jepang yang jatuh
2 P. Roswar Diving
Snorkeling
Goa bersejarah peninggalan suku
Biak Numfor
Sumber air panas
9. P. Nusambier, P. Diving
Rouw, P. Snorkeling
Rumawakan Wisata pantai
Sumber: BBTNTC, 2009a
44
Sumber: BBTNTC,2009a
Keterangan: Kendaraan Darat:MB: mobil, BS:Bus, SM: Sepeda motor
Kendaraan Laut : KM: Kapal pelni, KP:Kapal Perintis, SB: Speed Boat,
JS : Johnson/Perahu temple, R: Reguler, C:Carter
48
Hasil survei sosial ekonomi dalam kawasan TNTC pada tahun 2008 yang
dilakukan bersama antara WWF dan BBTNTC (BBTNTC, 2009a) diperoleh
informasi bahwa jenis suku yang terdapat dalam kawasan TNTC antara lain :
a. Wandamen : tinggal di sekitar teluk Wandama dari P. Yop hingga Yopanggar;
b. Wamesa : tinggal dari Sombokoro hingga Ransiki dan Bintuni. Mereka
memiliki hak ulayat di laut dan beberapa daerah di daratan;
c. Sough : datang dari pegunungan dan karena perang suku atau konflik mereka
tinggal di daerah pesisir. Mereka tidak memiliki hak ulayat di laut kecuali
mereka menikah dengan suku Wamesa;
d. Wepu : Wamesa yang tinggal di area Suku Sough, tinggal dengan suku Sough
dan karena perang suku mereka menuju daerah pesisir dan tinggal di sepanjang
pesisir utara;
e. Roswar : tinggal di P. Roswar dan memiliki persamaan bahasa dengan
masyarakat Biak;
f. Roon : tinggal di pulau Roon dan memiliki bahasa sendiri tetapi berbeda dialek
dengan suku Roswar;
g. Yaur : tinggal di Napan Yaur, Yaur, Kwatisore, Bawei. Mereka berbicara
dengan bahasa Yaur;
h. Umari : tinggal di Goni, Yeretuar. Mereka berbicara dengan bahasa Umar;
i. Yeresiam : tinggal dari kampung Sima hingga Etna Peninsula di Kaimana.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lanjutan tabel 10
18 KMB 3 2 4 2 3 14
19 UNIPA 3 3 3 1 3 13
20 Pengusaha transportasi laut 2 3 3 3 3 14
Keterangan:
5: Sangat tinggi; 4: Tinggi; 3: Cukup tinggi; 2:Kurang tinggi; 1:Rendah.
P1: Kemampuan stakeholders dalam memperjuangkan aspirasinya terkait
pengembangan ekowisata di TNTC.
P2: Kontribusi fasilitas yang diberikan oleh stakeholders terkait pengembangan
ekowisata.
P3: Kapasitas kelembagaan/SDM yang ditugaskan oleh stakeholders terkait dengan
pengembangan ekowisata.
P4: Dukungan anggaran stakeholders yang digunakan terkait pengembangan ekowisata
di TNTC.
P5: Kemampuan stakeholders melaksanakan pengembangan ekowisata.
25.0
High
Kuadran I Kuadran II 1
22.5
Subyek Key Player
20.0 3 4
6
5 10 9
17.5
13
2 16 11
15.0 8
Kepetingan
12
7 15 14
12.5
18
10.0 17 19 20
7.5
5.0
Kuadran IV Kuadran III
2.5 Crowd Context setter
Low
0.0
0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0
Low Pengaruh High
Gambar 8. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders terhadap pengembangan
ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama.
Keterangan :
1: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih; 2: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Papua Barat; 3: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat; 4:Dinas Pariwisata
Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Teluk Wondama; 5: Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Teluk Wondama; 6: BP3D Kabupaten Teluk Wondama; 7: Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama; 8; Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk
Wondama; 9: Distrik Roswar; 10: Distrik Rumberpon; 11: Distrik Roon; 12: Kampung Yende; 13:
Kampung Isenebuay; 14: Tokoh Adat Isenebuay; 15: Kampung Waprak; 16: WWF Indonesia Site
Teluk Wondama; 17: YALHIMO; 18: Konsorsium Mitra Bahari; 19: UNIPA Manokwari; 20:
Pengusaha Transportasi laut.
56
kedua bahkan dari semua stakeholders yang ada. Hal tersebut terjadi karena
Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama memiliki tingkat
kemampuan yang sangat tinggi dalam memperjuangkan aspirasi dalam
pengembangan ekowisata di TNTC, memiliki kontribusi fasilitas dan kapasitas
kelembagaan/SDM serta keterlibatan dalam pengembangan ekowisata yang
sangat tinggi dan juga kemampuan yang cukup tinggi dalam pengembangan
ekowisata di TNTC.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Teluk Wondama yang
lain yang mempunyai pengaruh yang tinggi dalam pengembangan ekowisata di
TNTC adalah BP3D Kabupaten Teluk Wondama dan Distrik Roswar.
Stakeholders ini memiliki pengaruh yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Distrik Rumberpon, Distrik Roon, Kampung Yende dan WWF.
Dinas Pariwisata Kabupaten Teluk Wondama mempunyai pengaruh kedua
tertinggi terhadap pengembangan ekowisata. Hal ini terjadi karena Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama mempunyai kewenangan
dalam pengembangan ekowisata di kabupaten Teluk Wondama namun belum
ada kewenangan dalam memberikan perijinan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke kawasan TNTC. BP3D Kabupaten Teluk Wondama dan Distrik
Roswar mempunyai kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap
pengembangan ekowisata TNTC. BP3D Kabupaten Teluk Wondama mendukung
Gubernur Papua Barat untuk pemanfaatan zona pariwisata yaitu mencanangkan
Pulau Roswar sebagai model dalam pengembangan kawasan perikanan berbasis
ekowisata.
Kampung Isenebuay terletak di sebelah timur Pulau Rumberpon.
Masyarakat di kampung ini paling banyak disentuh dengan program-program dari
pihak pengelola taman nasional maupun mitra kerja yang ada. Kepala Suku
tinggal di kampung ini bersama-sama masyarakat. Kedua stakeholder ini memiliki
kepentingan dan pengaruh yang sama-sama sangat tinggi. Hal ini disebabkan
karena keduanya selalu terlibat dalam proses penetapan zona pariwisata di TNTC.
Kedua stakeholders ini selalu memiliki pemahaman yang sama tentang
pemanfaatan kawasan di wilayah Isenebuay.
58
TNTC telah menjadi daerah tujuan wisata sejak tahun 2004 bagi
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Wisatawan mancanegara
biasanya untuk diving, snorkeling dan menikmati keindahan laut dan pantai.
Bentuk wisata di kawasan TNTC adalah wisata minat khusus bukan wisata
massal. Selain daerah tujuan wisata, kawasan ini menjadi sasaran para peneliti
dari instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun mahasiswa menyangkut
keanekaragaman hayati dan juga sosial masyarakat setempat. Berdasarkan data
pengunjung tahun 2005-2010 bahwa jumlah wisatawan di TNTC sebanyak 463
orang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 287 orang, wisatawan
nusantara sebanyak 79 orang dan peneliti sebanyak 97 orang. Jumlah kunjungan
tiap tahun sifatnya berfluktuasi. Kunjungan wisatawan mancanegara lebih tinggi
bila dibandingkan dengan wisatawan nusantara. Kunjungan yang paling tinggi
pada tahun 2007 yaitu sebesar 116 orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara
sebanyak 79 orang, wisatawan nusantara sebanyak 35 orang dan peneliti 2 orang.
Selanjutnya kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada
tahun 2008, 2009 dan 2010 (BBTNTC, 2011). Histogram pengunjung ke
kawasan TNTC dapat disajikan pada gambar 9.
80
70
60
Jumlah (orang)
50
40 penelitian
30 wisnu
20 wisman
10
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
160
140
Jumlah (Orang)
120
100
80
60
jumlah
40
20
0
Asal Negara
14,000,000
12,000,000
10,000,000
Julah (Rp)
8,000,000
2,000,000
-
2008 2009 2010
Tahun
Gambar 11. Histogram Jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari
pengunjung di TNTC selama periode tahun 2008-2010.
Berdasarkan histogram diatas bahwa PNBP lebih besar pada tahun 2010
dibandingkan dengan tahun 2008 . Hal ini disebabkan karena Penerimaan Negara
Bukan Pajak berkaitan erat dengan jumlah pengunjung, lamanya kunjungan dan
jenis aktifitas yang dilakukan wisatawan selama berwisata.
71
Gambar 13. Dermaga di Kampung Waprak Distrik Roswar dan Guest house di
Pulau Nusrowi Distrik Rumberpon (Dokumentasi saat Penelitian)
Gambar 14. Pelatihan kepada ibu-ibu yang dilakukan oleh KMB di Kampung
Waprak Distrik Roswar (Dokumetasi saat penelitian)
73
V. Keputusan Menteri
20. Keputusan Menteri Keputusan ini menunjuk Kawasan Teluk
Kehutanan Nomor : Cenderawasih menjadi Taman Nasional Teluk
472/Kpts-II/1993 Cenderawasih dengan luas 1.450.500 hektar
tentang Penunjukan yang secara administrasi berada di kabupaten
Kawasan TNTC Manokwari dan kabupaten Nabire
21. Keputusan Menteri Penetapan kawasan Teluk Cenderawasih
Kehutanan Nomor menjadi TNTC seluas 1.453.000 Ha, dimana
8009/Kpts-II/2002 sebagian besar kawasannya terdiri dari lautan
tanggal 29 Agustus dan secara administrasi berada di wilayah
2002 tentang Penetapan Kabupaten Nabire dan kabupaten Manokwari.
Kawasan Taman
Nasional Teluk
Cenderawasih.
82
4. Peneliti
Wisatawan mancanegara
a. 1-15 hari Orang 75.000
b. 6-30 hari Orang 150.000
c. 1-6 bulan Orang 300.000
d. ½-1 tahun Orang 450.000
e. Di atas 1 tahun Orang 200.000
Wisata nusantara
a. 1-15 hari Orang 25.000
b. 6-30 hari Orang 50.000
c. 1-6 bulan Orang 100.000
d. ½-1 tahun Orang 150.000
e. Di atas 1 tahun Orang 200.000
5. Kendaraan air
Kapal motor s/d 40 PK Unit 25.000
Kapal motor 41-50 PK Unit 50.000
Kapal motor diatas 80 PK Unit 75.000
6. Pengambilan/snapshot
Wisata mancanegara
a. Film komersial Sekali masuk 2.000.000
b. Video komersial Dokumen cerita 1.500.000
c. Handycam Nonkomersial 100.000
d. Foto Non Komersial 25.000
Wisata nusantara
a. Film komersial Sekali masuk 1.000.000
b. Video komersial Dokumen cerita 500.000
c. Handycam Nonkomersial 10.000
d. Foto Non Komersial 2.500
7. Olahraga/rekreasi alam bebas
Wisata mancanegara
a. Menyelam (diving) 1 jam 40.000
b. Snorkeling 1 jam 30.000
c. Berkemah 1 jam 15.000
d. Kano 1 jam 20.000
89
Lanjutan Tabel 16
4 Promosi dan BBTNTC, BBTNTC, BBTNTC, BBTNTC,
publikasi ODTW. DPKPO DPKPO KTW, DPKPO DPKPO
KTW,DPK PPB DPK PBB KTW , DPK KTW, DPK
PPB, WWF. PPB.
5 Penyusunan paket- BBTNTC, BBTNTC, BBTNTC, BBTNTC,
paket ekowisata DPKPO KTW, DPKPO KTW, DPKPO DPKPO
DPK PPB DPK PPB KTW, DPK KTW, DPK
PPB PPB
Keterangan:
BBTNTC: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih; DPKPO KTW: Dinas Pariwisata
Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Teluk Wondama; DPK PPB: Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi Papua Barat; DKP PPB: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua
Barat; BP3D: Badan Perencanaan Pengendalian Pembangunan Daerah; KLH: Kantor Lingkungan
Hidup; Dinhub: Dinas Perhubungan; WWF: World Wild Fund for Nature; KMB: Konsorsium
Mitra Bahari; UNIPA: Universitas Negeri Papua.
BBTNTC
DINPAR- DINPAR-
BUD PO BUD
KTW PPB
Pengembangan
Ekowisata di
KLH TNTC Kab. DINHUB
KTW Teluk KTW
Wondama
BP3D UNIPA
KTW
6.2. Saran
Untuk sinkronisasi program ekowisata serta meningkatkan peranan
stakeholders terhadap pengembangan ekowisata di TNTC perlu adanya
mekanisme hubungan para pihak. Salah satu mekanisme yang diperlukan adalah
Pembentukan Forum Kolaborasi Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional
Teluk Cenderawasih.
DAFTAR PUSTAKA
Lanjutan Lampiran 1.
B. Kriteria Penilaian Tingkat Pengaruh Stakeholder Terhadap Pengembangan
Ekowisata.
No Aspek-Aspek Unsur-Unsur Ada Ada Ada Ada Ada
a b c d a
1. Kemampuan a. Jika 75-100 % usulan
stakeholders diterima 5 4 3 2 1
memperjuangkan b. Jika 51-75 % usulan
aspirasi diterima
pengembangan c. Jika 26-50 % usulan
ekowisata di TNTC diterima
d. Jika < 25 % usulan diterima
e. Jika tidak ada sama sekali
usulan
2. Kontribusi Fasilitas a. Bangunan kantor pengelola Ada Ada Ada Ada Ada
yang diberikan b. Mess karyawan/pegawai ≥5 4 3 2 1
stakeholders terkait c. Kendaraan operasional
pengembangan d. Alat komunikasi 5 4 3 2 1
ekowisata di TNTC e. Sarana prasarana/pos jaga
f. Guest House, shelter,
Dermaga wisata.
g. Pusat perbelanjaan (kios,
toko)
3. Kapasitas a. Aktif Top manejer/setingkat Ada Ada Ada Ada Ada
kelembagaan yang Ess. II/kepala a b c d e
disediakan kampong/pimpinan
stakeholders terkait perusahaan 5 4 3 2 1
dengan b. Aktif middle
pengembangan manejer/Ess.III/sekretaris
ekowisata di TNTC. kampung
c. Aktif Ess. IV/Kaur kampung
d. Jika yang aktif adalah staf
dan masyarakat
e. Jika tidak ada yang aktif
4. Tingkat dukungan a. 81-100 % untuk ekowisata Ada Ada Ada Ada Ada
anggaran b. 61-80 % untuk ekowisata a b c d e
stakeholders yang c. 41-60 % untuk ekowisata
digunakan dalam d. 21-40 untuk ekowisata 5 4 3 2 1
pengembangan e. < 20 untuk ekowisata
ekowisata di TNTC
5. Kemampuan a. Pengamanan potensi Ada Ada Ada Ada Ada
stakeholders ODTWA 5 4 3 2 1
melaksanakan b. Memiliki fasilitas
pengembangan pengamanan potensi 5 4 3 2 1
ekowisata di TNTC ODTWA
c. Promosi potensi ODTWA
d. Kemampuan menjalin
hubungan sesama
stakeholders
e. Kemampuan menarik
wisatawan
Keterangan : 5 = Sangat tinggi, 4 = Tinggi, 3 = Cukup tinggi, 2 = Kurang tinggi, 1 = Rendah
112
Lampiran 2.
Nama :……………………………………………………………
Jabatan :……………………………………………………………
Instansi :……………………………………………………………
Pendidikan :……………………………………………………………
Umur :……………………………………………………………
Alamat/Telp/HP :……………………………………………………………
2 Bagaimana manfaat
pengembangan ekowisata
terhadap instansi saudara
di TNTC.
3 Bagaimana kewenangan
instansi saudara terhadap
pengembangan ekowisata
di TNTC?
4 Apakah program
pengembangan ekowisata
di TNTC merupakan skala
prioritas dalam tupoksi
instansi saudara?
5. Bagaimana tingkat
ketergantungan instansi
saudara terhadap
pengembangan ekowisata
di TNTC
Total Nilai
Keterangan:
5=Sangat Tinggi, 4=Tinggi, 3=Cukup Tinggi, 2=Kurang Tinggi, 1=Rendah.
114
Lampiran 2 (Lanjutan).
C. Daftar Pertanyaan Bagi Pengaruh Stakeholders Terhadap Pengembangan
Ekowisata Di TNTC Kabupaten Teluk Wondama
No Pertanyaan Jawaban Jawaban/Pendapat
5 4 3 2 1
1. Bagaimana tingkat
pengaruh instansi saudara
dalam memperjuangkan
aspirasi agar diakomodir
pengembangan ekowisata
di TNTC Kabupaten
Teluk Wondama (Anda
berperan sebagai apa?)
2. Apa saja kontribusi
fasilitas yang diberikan
instansi saudara dalam
pengembangan ekowisata
di TNTC Kabupaten
Teluk Wondama
3. Bagaimana kapasitas
SDM yang dimiliki
instansi saudara untuk
ikut aktif dalam
pengembangan ekowisata
di TNTC Kabupaten
Teluk Wondama
4. Bagaimana dukungan
anggaran instansi saudara
dalam pengembangan
ekowisata di TNTC
5. Bagaimana kemampuan
instansi saudara dalam
pelaksanaan pengem-
bangan ekowisata di
TNTC.
Total Nilai
Keterangan:
5=Sangat Tinggi, 4=Tinggi, 3=Cukup Tinggi, 2=Kurang Tinggi, 1=Rendah.
115
Lampiran 2 (Lanjutan)
D. Rekapitulasi Hasil (skor) dari Identifikasi dan Pemetaan
ASPEK
Stakeholders Lembaga/Instansi Kepentingan Pengaruh
(skor total) (skor total)
Pemerintah Balai Besar TNTC
Pusat
Pemda Provinsi Dinas Parawisata dan
Papua Barat kebudayaan
Dinas Kelautan dan Perikanan
Pemda Kab. Dinas Pariwisata dan
Teluk Wondama kebudayaan
Dinas Kelautan dan Perikanan
BP3D
Dinas Perhubungan
Kantor Lingkungan Hidup
Distrik Roon
Distrik Roswar
Distrik Rumberpoon
LSM WWF
YALHIMO
Konsorsium Mitra bahari
Masyarakat Tokoh masyarakat adat
Isenebuay
Kepala Kampung Waprak
Kepala Desa Yende
Kepala Desa Isenebuay
PT UNIPA Manokwari
Swasta Pengusaha Transportasi laut.
Keterangan : 5 = Sangat tinggi; 4 = Tinggi, 3 = Cukup tinggi, 2= Kurang Tinggi, 1 = Rendah