Professional Documents
Culture Documents
Kajian Aspek Epidemiologi Taeniasis Dan
Kajian Aspek Epidemiologi Taeniasis Dan
1, Juni 2014: 1 - 14
Semuel Sandy
Abstract. Taeniasis is an infection of the digestive tract by adult worm Taenia solium,
Taenia saginata, and Taenia asiatica. Cysticercosis is a disease infection of the soft
tissue caused by Taenia solium larvae. The diseases were found in Indonesia
especially Bali, North Sumatra and Papua Province , with prevalence range of 2-
48%. Epidemiology analysis taeniasis and cysticercosis were very necessary to
understood the distribution pattern, prevalence and transmission of diseases (T.
solium life cycle). The results of Seroepidemiology survey conducted in 2007 by the
Health Departement of Papua Office in Paniai regency, Jayawijaya regency, Puncak
Jaya regency, and The Pegunungan Bintang regency were found cases of taeniasis
and cysticercosis. Survey conducted in 2009 by the Research and Development UPF
Papua in Jayapura city and Keerom District also found diseases taeniasis and
cysticercosis. The Risk factors and patterns spread of taeniasis-cysticercosis there
were the mobility of the population of carriers from endemic areas to non-endemic
areas. Poor environmental sanitation, socio-economic, cultural and low education
were also a factor affecting the spread of taeniasis and cysticercosis in Papua.
Intervention required by the Department of Health for the provision of mass de-
worming and health education for the community. The Departemen of Husbandry
were gave education and the right to counseled raised and vaccinated pigs.
1
KajianAspekEpidemiologi……. (Sandy et. al)
Kab. Keerom juga ditemukan penyakit taeniasis dan sistiserkosis. Faktor risiko pola
penyebaran taeniasis dan sistiserkosis adanya mobilitas penduduk yang merupakan
carriers dari daerah endemi ke daerah non-endemik. Sanitasi lingkungan yang masih
buruk , sosial ekonomi, budaya masyarakat dan pendidikan yang masih rendah juga
merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit taeniasis dan
sistiserkosis di Papua. Diperlukan intervensi oleh Dinas Kesehatan berupa pemberian
obat cacing secara massal dan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat sedangkan
Dinas Peternakan memberikan penyuluhan berternak yang benar dan memberikan
vaksinasi ternak babi.
PENDAHULUAN
T sistiserkosis
merupakan penyakit zoonosis
cestoda yang disebabkan oleh spesies
Taenia solium.Taeniasis
Neglected
Zoonotic Deseases (NZDs) (2).
Taeniasis dan sistiserkosis tersebar di
negara berkembang dengan faktor risiko
merupakan infeksi pada saluran pada system sanitasi dan pemeliharaan
pencernaan oleh cacing Taenia solium yang buruk. Taeniasis merupakan
dewasa sedangkan sistiserkosis penyakit infeksi endemik di negara
merupakan penyakit/infeksi pada Amerika Tengah dan Amerika Selatan,
jaringan lunak yang disebabkan oleh di Asia seperti Korea, Cina, Filipina,
larva Taenia solium. Manusia merupakan Thailand, Afrika, Eropa Timur, Nepal,
hospes defenitif utama penyakit Taenia Buthan, India dan Indonesia(3).
solium(1). Sedangkan hospest perantara Prevalensi tertinggi ditemukan di
penyakit ini adalah hewan babi. Manusia Amerika Latin, Asia dan Afrika(4).
terinfeksi penyakit taeniasis dikarenakan Daerah endemik memiliki persentase
mengkomsumsi daging babi yang penyakit neurosistiserkosis (NCS) yang
terinfeksi larva Taenia solium. Taenia tinggi dengan gejala kejang-kejang
solium menginfeksi sekitar 50 juta (epilepsi) dan gangguan saraf lainnya (5).
manusia diseluruh dunia dan merupakan Hal ini disebabkan karena larva cacing
salah satu permasalahan kesehatan di sistiserkus menginfasi jaringan otak
negara sedang berkembang. Tingginya sehingga menyebabkan kejang (epilepsi),
mobilitas migrasi penduduk dari hydrocephalus dan manifestasi gangguan
negaraendemik ke negara maju (negara saraf (6).
industri) menyebabkan kompleksnya Taeniasis merupakan masalah
pola penyebaran taeniasis-sistiserkosis, kesahatan yang penting di Indonesia.
sehingga menjadi issue permasalahan Terdapat tiga jenis cestoda yang banyak
kesehatan diseluruh dunia. Taeniasis dan menginfeksi masyarakat yaitu T.solium,
sistiserkosis dikategorikan oleh WHO T.saginata dan T.asiatica. Taeniasis
sebagai Neglected Tropical yang disebabkan oleh cestoda
2
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, Juni 2014: 1 - 14
3
KajianAspekEpidemiologi……. (Sandy et. al)
4
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, Juni 2014: 1 - 14
dalam dua tahun terakhir tersebut yaitu duayang parah akibat serangan epilepsi.
6-8 orang(24). Penyebaran ini terjadi Penyakit taeniasis dan sistiserkosis
karena masyarakat umumnya berjalan berdampak pada masyarakat khususnya
kaki bersama hewan ternak babi untuk bidang kesehatan karena akan terjadi
tujuan berdagang ke Distrik Jayawijaya, gangguan penyerapan nutrisidan zat besi
sehingga babi yang terinfeksi larva pada usia anak-anak. Penduduk yang
Taenia solium dan orang yang menjadi terinfeksi sistiserkosis jika mengalami
carriers taeniasis juga beremigrasi kejang dan tidak sadar sehingga terjatuh
menyebarkan penyakit taeniasis, diperapian pada saat tidur malam hari.
sistiserkosis dan neurosistiserkosis. Penderita yang sedang
Penelitian seroepidemiologi yang memancing/menjala di sungai atau danau
dilakukan Subahar (2001) menggunakan dapat tercebur akibat serangan kejang
metode immonoblot menyebutkan dari mendadak sehingga penderita tenggelam
(23)
160 sampel dari 18 kampung di Distrik .Hasil survey penelitian terakhir
Jayawijaya ditemukan 81 positif menyebutkan bahwa prevalensi penyakit
(10)
(50,6%) . taeniasis 42,7% di daerah Kabupaten
Papua terletak dibagian Timur Jayawijaya.Data terbaru hasil survei
Indonesia dengan topografi pegunungan seroepidemiologi menggunakan Enzyme-
dan daerah pantai. Penduduk umumnya Linked Immunoelectrotransfer Blot
hidup dari bertani, pedangan (EITB) yang dilakukan oleh Dinas
(wiraswasta) dan bekerja di Instansi Kesehatan Provinsi tahun 2007 di empat
Pemerintah (PNS). Kasus taeniasis dan Kabupaten yaitu Kab. Jayawijaya, Kab.
sistiserkosis di provinsi ini pertama kali Paniai, Kab.Peg.Bintang, Kab. Puncak
ditemukan di Distrik Enarotali Paniai, Jaya dapat dilihat pada Tabel 1.
diawali kasus luka bakar stadium
5
KajianAspekEpidemiologi……. (Sandy et. al)
Puncak Jaya dan Kab. Peg. Bintang hal Provinsi telah membuktikan bahwa
ini disebabkan karena topografi penyakit taeniasis dan sistiserkosis telah
kabupaten tersebut merupakan daerah ada di Kab. Pegunungan Bintang(25,26).
pegunungan di banding Kab. Paniai yang Masih tingginya prevalensi kasus
merupakan topografi daratan dan daerah taeniasis dan sistiserkosis di daerah
Danau Enarotali, sedangkan Kab. pegunungan tengah disebabkan masih
Jayawijaya merupakan kawasan dengan rendahnya tingkat pendidikan
topografi Lembah Balliem di mana masyarakat, sanitasi lingkungan dan
masyarakat lebih mudah berimigrasi higiene personal yang masih kurang,
antar daerah tersebut untuk berdagang. tingkat pengetahuan terhadap penyakit
Walaupun demikian terdapat pola ini masih kurang, sosial-ekonomi dan
pergerakan penyebaran taeniasis dan budaya yang berbeda-beda, cara
sistiserkosis di daerah pegunungan memelihara hewan ternak yang masih
tengah (Kab. Puncak Jaya) menuju Kab. tradisional (tidak dikandangkan)
PegununganBintang dan perbatasan sehingga penyakit ini terus dapat
Papua Nugini.Penelitian oleh Bangs bertahan di daerah tersebut.
(1996) melaporkan tidak terjadi Servei seroepidemiologi tahun 2009
penularan taeniasis dan sistiserkosis di yang dilakukan oleh UPF Litbangkes
daerah tersebut. Kontras dengan Papua (sekarang Balai Litbang Biomedis
penelitian Gajdusek (1978) yang Papua) di Kota Jayapura dan Kabupaten
menyebutkan terdapat kasus taeniasis di Keerom diperoleh jumlah kasus taeniasis
Oksibil Kab. Pegunungan Bintang. Data dan sistiserkosis dapat dilihat pada Tabel
survei terbaru oleh Dinas Kesehatan 2.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dapat dihindari. Di daerah perkotaan juga
disimpulkan bahwa daerah perkotaan masih ditemukan beberapa hewan ternak
juga telah terkena dampak pola babi yang tidak di kandangkan sehingga
penyebaran taeniasis dan sistiserkosis. bebas berkeliaran sehingga untuk
Hal ini karenakan mobilitas penduduk memutuskan rantai penyebaran penyakit
dari daerah endemik dan juga hewan akan sulit. Jika dibandingkan dengan
ternak babi yang terinfeksiTaenia solium survey penelitian yang dilakukan tahun
antar daerah di Provinsi Papua tidak 2002-2005 pada beberapa daerah di
6
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, Juni 2014: 1 - 14
7
KajianAspekEpidemiologi……. (Sandy et. al)
8
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, Juni 2014: 1 - 14
9
KajianAspekEpidemiologi……. (Sandy et. al)
Kelompok Umur
6-15 thn 207 108
16-35 thn 274 102
36-45 thn 72 33
46-55 thn 52 10
≥56 thn 27 9
Pendidikan
Tidak sekolah 182 78
SD 204 111
SMP 88 44
SMA 143 26
Sarjana 15 3
Beternak Babi 91 43
10
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, Juni 2014: 1 - 14
G. Upaya Pencegahan
11
KajianAspekEpidemiologi……. (Sandy et. al)
12
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, Juni 2014: 1 - 14
13
KajianAspekEpidemiologi……. (Sandy et. al)
14