You are on page 1of 6

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSA

NEW, EMERGING DAN RE-EMERGING DI INDONESIA*

ABSTRACT

PREVENTION AND CONTROL OF ZOONOTIC


NEW, EMERGING AND RE-EMERGING DISEASES IN INDONESIA

Some important zoonotic diseases in Indonesia are Rabies, Plague, Anthrax,


Taeniasis/Cysticercosis and Japanese encephalitis. These diseases are geographycally distributed in
some provinces in Indonesia and each disease have its control program. Other zoonoses which are
under intensive surveillance are Toxoplasntosis, Leptospirosis, Brucellosis, bovine Tuberculosis and
Haemorrhagic Hanta virosis. These diseases have epidemic potential. Plague known foci are in
Boyolali Central Java dun Sleman Yogyakarta. In 1987 after 30 years of dormant period an outbreack
of plague occured in Pasuruan, East Java with 48 number of cases and 21 deaths. Intensive
surveillance on human, rodent and fleas were conducted in three plague foci. Since 1988 no human
case of plague is found in Indonesia eventhough antibody against Y . pestis were found positive in
human as well as in rodents.
Anthrax is distributed geographycally in Jakarta, West Java, Central Java, South Sulawesi,
Southeast Sulawesi, West and East Nusa Tenggara and Timor Timur. Skin and intestinal Anthrax types
are to be found in Indonesia. In 1990 on outbreak of anthrax occured in Central Java and 7 out o f 9 8
cases were fatal.
Of 154 (27.9%) out 553 human sera collected from the provinces of West Sumatera, West
Kalimantan, South Sulawesi, North Sumatera and North Sulawesi were found positive against
toxoplasmosis during the survey conducted in 1995. From the same provinces 152 (19.2%) out of792
animal sera also were found antibody positive against Toxoplasma gondii.
There are about 1 70 Leptospirosis serotypes known in Indonesia. Leptospirosis is geographycally
distributed in Central Java, Yogyakarta, West Java, North Sumatera, Riau, Jambi, South Sumatera,
Bengkulu, East Kalimantan.
Sporadic outbreaks occured in some provinces related to the lack of washing and drinking water
in the dyy season. Of 10 (1.8%) out 154 serum specimens taken from hunians in West Sumatera, West
Kalimantan, South J'ulawesi, North Sumatera and North Sulawesi in 1995 were found positrve against
Leptospirosis sp. while 29 (3.7%) out 792 animal sera from the some provinces also were found
positive against Leptospirosis sp.

* Disajikan dalam Lokakarya Nasional "Emerging Infectious Diseases", Sawangan, Bogor, 26--28 Juni 1997
** Kasubdit Zoonosis, Ditjen PPM & PLP, Depkes RI,Jakarta

BuL Penelit Kesehat. 25 (3&4) 1997 73


Pencegahan dan pemberantasan Gindo Simanjuntak

PENDAHULUAN Tengah dan DI Yogyakarta, meskipun kasus


pes pada manusia yang terakir terjadi pada
Beberapa penyakit Zoonosa penting yang tahun 1970. Namun pada tahun 1972 di
terdapat di Indonesia adalah Rabies, Pes, Boyolali, Jawa Tengah rnasih ditemukan Y.
Anthrax, Taeniasis/Cysticercosis dan Japanese petis pada tikus R. exulans. Setelah 30 tahun
encephalitis. Penyakit ini tersebar di beberapa tidak dilaporkan adanya pes lagi, tiba-tiba
propinsi dan telah disusun program pencegahan terjadi wabah pes di Jawa Timur yang
dan pemberantasan dari masing-masing mengakibatkan 21 orang meninggal dari 48
penyakit tersebut. Sedangkan penyakit Zoonosa penderita pes, yakni pada tahun 1987.
lain seperti Toxoplasmosis, Leptospirosis, Dengan demikian natural foci pes di Indo-
Brucellosis, Tuberculosis (bovine) dan Demam nesia menjadi 3 buah yakni di Kabupaten
Berdarah Hanta Virus masih dilakukan Boyolali, Kabupaten Sleman dan Kabupaten
pengamatan secara intensif. Penyakit tersebut di Pasuruan. Sejak itu telah dilakukan pengamatan
atas berpotensi untuk menimbulkan epidemi. terhadap rodent maupun manusia secara aktif
dan pasif.
Sejak dimulainya era globalisasi di segala
bidang sehingga transportasi antar negara Dari tahun 1988 sampai sekarang, pada
bahkan antar benua menjadi mudah, maka manusia tidak ditemukan lagi penderita pes
penyakit-penyakit yang berpotensi menim- secara klinis, tetapi secara serologis masih
bulkan wabah menjadi masalah di semua ditemukan positif antibodi terhadap Y. pestis
negara termasuk Indonesia. Mobilitas penduduk baik pada manusia maupun pada rodent,
antar negara maupun antar benua, demikian meskipun dengan angka yang sangat rendah
juga perdagangan dalam negeri maupun antar (Tabel 1). Pada rodent titer antibodi yang
negara mengenai hewan dan hasil hewan yang bermakna terhadap Y. pestis masih ditemukan
terinfeksi sangat berpengaruh di beberapa di Kecamatan Selo dan Cepogo, Kabupaten
negara termasuk Indonesia. Sebagai contoh Boyolali, Jawa Tengah; di Kecamatan
adalah pes, penularan penyakit ini sampai Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI
sekarang masih terjadi dan mungkin akan Yogyakarta; dan di Kecamatan Nongkojajar,
terjadi wabah lagi di masa yang akan datang, Puspo, Tosari dan Pasrepan, Kabupaten
bila tidak mendapat perhatian yang saksama. Pasuruan, Jawa Timur. Selama ini program
pemberantasan pes yang telah dilaksanakan
WHO merekomendasikan untuk mela- adalah mendirikan laboratorium pes; pelatillan
kukan tindakan pencegahan dari penyakit- terhadap petugas pengelola pes di tingkat
penyakit New Emerging and Re-emerging propinsi, kabupaten lnaupun kecamatan; dan
terutama di pelabuhan udara dan pelabuan laut, pengamatan secara aktif terhadap manusia dan
baik dari daerah fokus agar tidak menyebar ke rodent.
daerah lain atau negara
- lain, .
juga dari luar
-

negeri ke dalam negeri melalui tinis, hewan Saat ini sedang dilakukan pula pcnelitian
atau produk yang berasal dari hewan. dengan pengambilan serum darah anjing untuk
- . - - -

rnengevaluasi tingkat cfisiensi serta sensitifitas


PES program kegiatan pengamatan pes di Indonesia
yang selama ini dikerjakan dengan metode
Sebelum tahun 1987 daerah fokus Pes di rodent dan flea surveillance. Penelitian ini
Indonesia adalah di 2 propinsi yaitu Jawa dilaksanakan pada 3 daerah fokus (di

74 Bul. Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997


Pencegaban dan pemberantasan ..............................Gindo Simanjuntak

Tabel 1. Jumlah Spesimen Positif Test Serologi pada Manusia dan Hewan 1993--1995.

No Provin~i
Junlah Spesimerr Tikus Judah Spesimgn drtxi Mmusia
-

1 Jawa Tirnur 4502 1119 1090 0 0 0 80 0 3 2 0 0


2 DI Yogyakarta 321 25 265 1 0 0 7 0 0 0 0 0
3 Jawa Tengah 2503 479 323 2 18 0 1030 776 476 22 29 35

7326 1623 1678 3 18 0 1117 776 479 24 29 35

Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, Anthrax adalah di DKI Jakarta, Propinsi Jawa
Boyolali, Propinsi Jawa Tengah dan Sleman, DI Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Yogyakarta), daerah bekas endemis pes yaitu di Tenggara, NTB, NTT dan Timor-Timur.
CiwideyBandung, Jawa Barat, dan sebagai
kontrol yaitu daerah bebas pes di DKI Jakarta. Gejala yang sering ditemui dalam setiap
Canine sero surveillance telah diterapkan di ledakan di Indonesia adalah bentuk kulit dan
beberapa negara seperti India, USA, Peru, bentuk pencernaan, biasanya disebabkan karena
Zimbabwe dl1 yang hasilnya cukup sensitif, lemahnya pengawasan terhadap pemotongan
sederhana dan memerlukan tenaga dan biaya gelap ternak dan peredaran daging yang dijual
yang relatif lebih murah dalam mendeteksi kepada penduduk, terutama di daerah pedesaan
secara dini epizootik pes. yang umumnya tidak mempunyai Rumah
Potong Hewan (RPH).
Pes bukan menjadi masalah di Indonesia
saja sehingga SEAR0 dan Depkes RI telah Infeksi Athrax meningkat pada tahun
mengadakan kerjasa~na dalam mengadakan 1990. sejak adanya kejadian luar biasa di Jawa
pelatihan petlgamatan pes dan diagnosis Tengah, yang tnengakibatkan 7 orang mening-
laboratoriurn di Yogyakarta pada tahun 1996. gal dari 98 penderita Athrax, serta ratusan ekor
Pelatihan tersebut diikuti oleh petugas lapangan sapi mati. Kejadian Luar Biasa tersebut berasal
dan laboratoriurn dari Indonesia. Thailand, dari makanan ternak berupa konsentrat yang
Myanmar, Nepal dan Srilanka.
diitnpor dari luar negeri, dan terkontarninasi
dengan R. antracis. Dengan tindakan
ANTHRAX penanggulangan dan pengobatan yang tepat
rnaka jumlah kematian karena anthrax di
Penyakit Anthrax sudah diketahui sejak Indonesia dapat ditekan. Upaya pencegahan dan
lama, baltkan sr~dalldikenal pada zaman Mesir pemberantasan Anthrax baik pada rnanusia
kuno. Di Indonesia kecurigaan terhadap maupun hewan dilaksanakan dengan kerja satna
Anthrax pertatna kali sejak taliun 1884 di lintas sektoral Ditjen. Peternakan, Departemen
Teluk Betung. Sanlpai saat ini daerah endemis Pertanian.

Bul. Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997 75


TOXOPLASMOSIS Saat ini sedang dilakukan pengalnatan
untuk menentukan distribusi, musiln penularan
Toxoplasmosis adalah penyakit parasiter dan prevalensi dari penyakit ini. Dari survei
yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. epidemiologi yang telah dilaksanakan pada
Penyakit ini tersebar luas di Indonesia baik pada tahun 1995, sejumlah 154 (27,9%) dari 553
hewan maupun manusia. Pada manusia serum darah manusia yang diperiksa menunjuk
positif terhadap Toxoplasmosis. Sedangkan
manifestasi Toxoplasmosis berupa cacad
serum dari berbagai hewan yang diperiksa yaitu
kongenital (hydrocephalus, microcephalus),
792 serum, ditemukan 152 (19,2%) diantaranya
keguguran pada trismester pertama, kelainan positif zat kebal Toxoplasmosis. Serum tersebut
pada mata (retino chorioditis), hepatosple- berasal dari Propinsi Sumatera Barat,
nomegali (pembesaran hati dan limpa) serta Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sukatera
adanya pembesaran kelenjar pertahanan. Pada Utara dan Sulawesi Utara (Tabel 2).
stadium akut, gejala klinis yang secara jelas
dapat diamati adalah demam dan pembeng-
kakan kelenjar pertahanan (lymphadenophafy). LEPTOSPIROSIS
Pada infeksi yang telah menahun dapat dilihat
gejala-gejala klinis yang menunjukkan adanya Leptospirosis adalah penyakit bakterial
kerusakan otak (perkapuran intracerebrao. yang disebabkan oleh kuman Leptospira.
Penyakit ini dapat menyerang hewan lnaupun
Sumber penularan penyakit Toxoplasmosis manusia. Leptospirosis ini ditandai dengan
terutama adalah kucing. Di samping itu demam, pembesaran hati dan limpa, ikterus
hewan-hewan lain seperti burung, tikus, domba serta tanda-tanda kerusakan pada ginjal.
dan babi dapat juga menjadi sumber infeksi Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 170
untuk manusia. Hospes definitif dari Toxo- serotype dari ku~nanLeptosprira yang patogen
plasma gondii adalah hewan kucing termasuk dan kurang lebih setengahnya terdapat di
hewan-hewan lain dalam kelompok Felidae. Indonesia.

Tabel 2. Test Serologi Terhadap Leptospirosis dan Toxoplasmosis pada Manusia 1995.

Sumatera Barat
Kalimantan Barat
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Utara 96 36 37,s 3 3,1

Jumlah 553 154 27,9 10 1,s

76 Bul. Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997


Pencegahan dan pemberantasan .............................. Gindo Simanjuntak

Sumber penularan penyakit ini adalah dipacunya program industri pertanian, industri
burung, tikus, anjing, kucing, babi, sapi, pariwisata dan penggalakkan usaha transmi-
kambing dan kuda. Adapun cara penularan grasi dari daerah padat terutama Jawa-Bali ke
penyakit ini pada manusia dapat rnelalui kontak pulau Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan
dengan air, tanah (lumpur) dan tanaman yang Sumatera. Pengawasan perpindahan hewan
telah dikotori oleh air seni dari hewan-hewan telah mengakibatkan ~neluasnya rabies ke
penderita leptospirosis. Bakteri Leptospira dapat Kalimantan pada tahun 1974 yang masuk
masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput melalui Kalimantan Timur, namun terus meluas
lendir (mocusa) mata, hidung atau kulit yang ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan
lecet. yang hingga kini belum dapat dibasmi dan
dibebaskan.
Hingga saat ini di Indonesia, Leptospirosis
diketahui tersebar di daerah-daerah Jawa Terjadinya outbreak anthrax di Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Tengah pada tahun 1990 yang dalarn sejaralinya
Utara, Riau, Jarnbi, Sumatera Selatan, daerah ini sebelurnnya masih dianggap bebas
Bengkulu dan Kalimantan Timur. Penyakit ini anthrax. Namun melalui perdagangan rnakanan
biasanya menyerang para petani, pekerja ternak yang cermat dalam pembuatannya,
perkebunan, pekerja tambang, pembersih ternyata campuran bahan makanan tcrnak
selokan. pekerja Rurnah Potong Hewan, tersebut mengandung spora anthrax dan
anggota militer, dan para penggemar oleh raga mengakibatkan ratusan ekor ternak sapi mati
renang. dalam kurun waktu sebulan disertai
terjangkitnya penyakit ini kepada manusia yang
Beberapa kali penyakit ini secara sporadis memakan korban 7 orang meninggal dari 98
menyebabkan wabah lokal seperti di Boyolali, penderita. Demikian juga penyakit pes yang
Demak, Kuala Cinaku (Riau), Jambi yang masih tetap potensial mewabah, terbukti dengan
membawa korban kematian pada penduduk. ledakan pes yang diluar dugaan sesudah 30
Wabah yang terjadi ilrnumnya berhubungan erat tahun masa tidur di Pasuruan Jawa Timur.
dengan persediaan air mandi dan air minum Perusakan lingkungan dengan mernasuki hutan
yang tidak memadai. Dari liasil survei lindung memicu ledakan pes tersebut yang
epidemiologi di Propinsi Sumatera Barat, berarti penyakit ini masih terpelihara siklus
Kalirnantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera penularannya secara alamiah di hutan lindung
Utara dan Sulawesi Utara, menunjukkan 10 tersebut di antara hewan rodent. Bukan tidak
(1.8%) serum manusia positif terhadap mungkin ledakan dan wabah berikut akan
Leptospirosis dari 154 serum yang diperiksa. terjadi di bekas daerah pes di Jawa apabila
Sedangkan pada hewan ditemukan 29 (3.7%) dengan semakin intensifnya penduduk
serum positif dari 792 serum yang diperiksa mengolah dan merambah hutan-hutan yang
(Tabcl 2). rnengakibatkan terusiknya habitat rodent yang
rriasih ~nemelihara siklus pes setempat.
Pengamatan yang saksama secara tcratur
diperlukan untuk dapat ~nembacadan rncnduga
bila~nanaakan terjadi suatu ledakan atau wabah
Tidak dapat dipungkiri ballwa penang- pcs. De~nikianjuga penganiatari dan penolakan
gulangan penyakit zoonosa di Indonesia penyakit ini dari daerah fokus pes kc daerah
han~slali mcndapat perhatian apabila dengan lain terutalna di pelabuhan-pelabuhan dengan

Rul. Penelit. Kesehat. 25 (38~4)1997


Pencegahan dan pemberantasan ...........................Gindo Simanjuntak

mengimplementasikan Undang-undang Karan- Dari berbagai laporan, yang diketahui


tina. Tonoplasmosis telah menjadi masalah sehingga air yang tergenang menjadi sumber air
kesehatan masyarakat di Indonesia apalagi bila utama pada hewan ternak Inaupun hewan liar
kita memandang jauh ke depan akan mutu mengakibatkan timbulnya wabah leptospirosis.
sumberdaya manusia pada generasi mendatang.
Penularan yang mengakibatkan wabah
Semakin eratnya interaksi antara manusia secara sporadis sering dilaporkan dari Jawa
dengan hewan dan hasil hewan apakah sebagai Tengah, Jawa Timur pada musim-musim
bahan konsumsi ataupun kebutuhan lain kemarau karena air tergenang dicemari oleh
termasuk hewan-hewan piaraan dan kesayangan urine hewan, sementara air tercemar tersebut
seperti kucing, membawa risiko tinggi terhadap digunakan oleh penduduk sekitar untuk mandi,
kesehatan penduduk terutama bagi calon Ibu mencuci dan air minum.
yang akan melahirkan generasi berikutnya.
Sementara itu di daerah-daerah transmi-
grasi terutama di daerah lahan gambut dan
Melalui kontak dengan hewan, hasil
daerah pasang surut, ledakan Leptospirrosis
(daging) maupun eksresi hewan kucing (tinja)
sering dilaporkan dengan pola penularan yang
penyakit Toxoplasmosis ini dapat berakibat sama yaitu air untuk keperluan mandi, mencuci
fatal bagi bayi dalam kandungan ataupun dan air minum tercemar Leptospira sp. dari
sesudah lahir. Sementara itu masalah yang urine hewan.
muncul bagi penderita Toxoplasmosis sama
beratnya dengan sequele yang diderita korban
toxoplasmosis dalam hidupnya dari yang ringan DAFTAR KEPUSTAKAAN
dengan IQ yang rendah hingga yang berat
1. WHOISEAR0 (1995). Inter Country Meeting on
seperti cacad fisik dan mental.
Prevention and Control of New, Emerging and
Re-emerging Infectious Disease.
Leptospirosis dalam sejarahnya di
Indonesia adalah penyakit yang terdapat pada 2. Steele J (1974). CRC Handbook Series on
daerah dengan ketinggian yang sangat Zoonoses.
bervariasi serta pada kondisi alam yang 3. Barnes A.M. (1977). Control of Plague in the
berlainan. Dari berbagai sub spesies, serotype Tropics No.2, CDC Atlanta.
dan sero-group yang pernah ditemukan di 4. WHO (1995). Report of an Inter Regional
Indonesia menunjukkan bahwa penduduk Meeting on Prevention and Control of Plague,
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah New Delhi 13-16 March 1995.
petani daerah basah menjadi kelompok 5. Benenson A.S. (1990). Control of Communicable
masyarakat berisiko tinggi korban penyakit Diseases in Man. Fifteenth Edit. APHA
ini. Washington, DC.

Bul. Penelit. Kesehat 25 (3814) 1997

You might also like