Professional Documents
Culture Documents
8798 28903 1 PB
8798 28903 1 PB
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the factors that affect farmers' choice to switch
the cocoa farming to palm farming in the district of Rio Pakava Donggala Regncy. The study was
conducted in the District of Rio Pakava Donggala Regency in November 2014 to January 2015. The
study used quantitative and qualitative approach with a sample size of 50 respondents, comprised of
25 cocoa farmers and 25 oil palm farmers who switch cocoa farming into farming oil palm. The
study, carried out using non-probability sampling method is caused by the amount of each
population to be studied is not known exactly, using purposive sampling, the expected criteria for
samples obtained completely according to the research conducted, to obtain a representative
sample, making the subject of each region is determined by or in proportion to the number of
subjects each region. Based on the analysis using logit models indicate that the variable cost of
production of cocoa and income influence the decision of farmers switch of cocoa farming to oil
palm farming, while the variable land and labor flow has no effect on the decision of farmers to
switch cocoa farming into palm oil farming
Key words : Option farmer, switch cocoa farming to palm oil farming.
12
Tabel 2. Umur Responden Petani Kelapa Sawit sebanyak 34 orang atau 68%, hal ini
di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten menunjukkan bahwa sebagian besar
Donggala, 2015 responden petani di Kecamatan Rio Pakava
Golongan Umur Jumlah Kabupaten Donggala telah berpengalaman
Persentase
No. Responden Responden
(%) dalam menggeluti usahataninya.
(Tahun) (Orang) Petani dengan tingkat pengalaman
1 35 - 42 7 28 yang cukup, umumnya akan memiliki
2 43 - 50 9 36
3 51 - 57 9 36
keterampilan yang lebih dalam mengelola
Jumlah 25 100 faktor-faktor produksi dan menerapkannya
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
sesuai anjuran yang direkomendasikan
sehingga dapat meningkatkan produksi
dan pendapatannya secara optimal. Data
Jumlah Tanggungan Keluarga. Jumlah tersebut juga memberikan indikasi bahwa
tanggungan keluarga juga merupakan salah berdasarkan pengalaman petani dalam
satu faktor yang dapat mempengaruhi suatu berusahatani kakao dan kelapa sawit,
usahatani. Semakin banyak jumlah tanggungan diharapkan usahatani yang dijalankan
keluarga, maka semakin banyak pula biaya dapat dilakukan dengan baik sesuai yang
yang ditanggung petani untuk memenuhi mereka harapkan.
segala kebutuhan hidup keluarganya. Di
samping itu jumlah tanggungan keluarga Kondisi Usahatani Kakao di Kecamatan
memberikan sumbangan yang besar terhadap Rio Pakava.
ketersediaan tenaga kerja, tetapi dilain Luas Lahan. Lahan sebagai media
pihak dapat pula menyebabkan semakin tumbuh merupakan salah satu faktor yang
tingginya beban ekonomi dalam keluarga. mempengaruhi usahatani. Secara umum
Tanggungan keluarga petani terutama yang dapat dinyatakan bahwa semakin luas lahan
berusia produktif merupakan sumber tenaga usahatani, semakin tinggi pula produksi
kerja dalam membantu usahatani. yang dihasilkan, demikian pula sebaliknya
Jumlah tanggungan keluarga semakin sempit lahan usahatani, semakin
responden petani di Kecamatan Rio rendah pula produksi yang dihasilkan.
Pakava didominasi oleh tanggungan Luas lahan yang digarap oleh petani
keluarga sebanyak 4-6 orang yaitu responden untuk usahatani kakao di
sebanyak 31 orang atau sebesar 62%, Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala
sisanya responden dengan jumlah berkisar antara 0,5 hingga 2 hektar. Luas
tanggungan keluarga sebanyak 1 sampai lahan responden terbanyak adalah 0,5
3 orang yaitu sebanyak 19 orang atau sampai 1 Hektar dengan jumlah 16 orang
sebesar 38%. atau sebesar 64%, sisanya mengolah 1,1 Ha
Pengalaman Berusahatani. Pengalaman hingga 1,5 Ha sebanyak 4 orang atau
merupakan salah satu cara kepemilikan sebesar 16% dan 1,6 Ha hinga 2 Ha
pengetahuan yang dialami seseorang dalam sebanyak 5 orang atau 20%. Rata-rata luas
kurun waktu yang tidak ditentukan. Pengalaman lahan responden kakao di Kecamatan Rio
dapat mengembangkan kompetensi seseorang Pakava Kabupaten Donggala Tahun 2015
dan mengembangkan kemampuan usahataninya adalah seluas 1,22 Ha.
dari pengalaman yang diperoleh. Pengalaman Responden petani yang menggarap
petani dalam berusahatani sangat berkaitan 4 Ha sampai 9 Ha lahan kelapa sawit
dengan tingkat keahlian dan umur petani. berjumlah 15 orang atau 60% dan sisanya
Responden petani di Kecamatan Rio Pakava menggarap 9,5 Ha sampai 14,5 Ha
Kabupaten Donggala memiliki pengalaman sebanyak 8 orang atau 32% dan yang
berusahatani 5 sampai 17 Tahun sebanyak menggarap 15 Ha sampai 20 Ha sebanyak
16 orang atau 32% dan yang berpengalaman 2 orang atau 8% dari total petani responden.
usahatani selama 18 sampai 30 Tahun Rata-rata luas lahan kelapa sawit petani
13
responden di Kecamatan Rio Pakava tingkat produksi kakao adalah serangan
sebesar 8,38 Ha. Lahan kelapa sawit hama dan penyakit, sehingga perlu dilakukan
tersebut sebagian berasal dari lahan penyemprotan pestisida untuk mengendalikan
kakao yang beralih komoditi dan sebagian serangan hama dan penyakit pada tanaman
lagi dari pembukaan lahan baru. kakao. Penyemprotan dilakukan untuk
Penggunaan Pupuk. Pemupukan dilakukan mengatasi dan membasmi hama serta
untuk menyuburkan dan mengembalikan penyakit yang menyerang tanaman kakao.
unsur hara pada tanah sehingga meningkatkan Berbagai jenis hama pengganggu pada
dan merangsang pertumbuhan tanaman pertumbuhan dan pada produksi kakao
kakao baik batang, daun dan buah. Jenis adalah hama PBK (penggerek buah kakao),
pupuk yang digunakan responden petani penggerek daun, dan batang. Masalah lain
kakao di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten adalah timbulnya penyakit seperti hitam
Donggala adalah pupuk urea, pupuk TSP, buah yang diakibatkan curah hujan yang
pupuk KCl dan pupuk NPK, sedangkan terlalu tinggi, mati pucuk dan serangan
jenis pupuk yang digunakan responden jamur batang yang dapat menyebabkan
petani kelapa sawit adalah pupuk urea,
matinya pohon kakao. Berbagai upaya
pupuk TSP, pupuk KCl, pupuk NPK dan
dilakukan oleh para petani untuk mengatasi
ditambah pemberian dolomite atau kapur
untuk menetralkan pH tanah agar pupuk hal tersebut khususnya pada serangan hama.
terserap dengan baik oleh tanaman kelapa Pemberantasan hama dilakukan dengan
sawit. Umumnya pemupukan dilakukan melakukan penyemprotan pestisida. Jenis
setiap 4 bulan atau 3 kali dalam satu tahun. pestisida yang digunakan petani cukup
Rata-rata penggunaan pupuk urea responden bervariasi seperti unisait, capture, akodan,
petani kakao sebesar 255 kg/1,22 Ha, dan nordoks. Satu kali penyemprotan petani
rata-rata penggunaan pupuk TSP responden mencampurkan 2-3 jenis pestisida dengan
sebesar 175 kg/1,22 Ha, rata-rata penggunaan skala 1/2-1 liter setiap jenis pestisida,
pupuk KCl responden sebesar 135 kg/1,22 sehingga total penggunaan pestisida sebesar
Ha dan rata-rata penggunaan pupuk NPK Rp. 96.433,33 /1,22 Ha/bulan. Penggunaan
responden sebesar 344 kg/1,22 Ha. Rata-rata herbisida responden petani kakao umumnya
biaya penggunaan pupuk responden petani menggunakan gramaxone, dilakukan setiap
kakao di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten 6 bulan sehingga rata-rata biaya herbisida
Donggala sebesar Rp. 291.175/1,22 Ha/Bulan. responden petani kakao sebesar Rp. 175.600
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit /1,22 Ha/bulan.
umumnya dengan cara pemberian pupuk
Usahatani kelapa sawit tidak
tunggal. Rata-rata penggunaan pupuk urea
menggunakan pestisida untuk mengendalikan
sebesar 2,08 kg/pohon atau 2.331,67 kg/8,38
hama yang menyerang. Cara pengendalian
Ha, rata-rata penggunaan pupuk KCl sebesar
1,63 kg/pohon atau 1.662 kg/8,38Ha, rata-rata hama dengan cara biologis, yaitu melepaskan
penggunaan pupuk TSP sebesar 0,85 kg predator kumbang seperti tokek, ular dan
/pohon atau 976,94 kg/8,38Ha, rata-rata burung di areal perkebunan kelapa sawit.
penggunaan pupuk NPK sebesar 2 kg Jenis herbisida yang digunakan untuk
/pohon atau 2447,4 kg/8,38 Ha, rata-rata pengendalian gulma yaitu gramaxone,
penggunaan dolomite atau kapur sebesar basmilang, roundup dan glofosat. Penyemprotan
1,08 Kg/pohon atau 1.012,58 kg/8,38 Ha. dilakukan setiap 6 bulan sehingga biaya
Rata-rata biaya penggunaan pupuk dan rata-rata yang dikeluarkan responden petani
dolomite atau kapur responden petani kelapa kelapa sawit untuk herbisida sebesar
sawit di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Rp. 45.720/bulan.
Donggala sebesar Rp. 4,659,653.25/8,38 Penggunaan Tenaga Kerja. Tenaga kerja
Ha. yang digunakan petani berasal dari dalam
Penggunaan Pestisida dan Herbisida. keluarga dan tenaga kerja dari luar
Faktor lain yang menyebabkan penurunan keluarga. Penggunaan tenaga kerja pada
14
aktivitas usahatani kakao yaitu meliputi Analisis Pendapatan Usahatani.
penyemprotan pestisida, penyemprotan Pendapatan usahatani merupakan selisih
herbisida, pemupukan, pemangkasan, antara penerimaan usahatani dengan
panen, pascapanen dan pemasaran kakao. biaya usahatani. Biaya usahatani merupakan
Jumlah penggunaan tenaga kerja usahatani biaya yang dikeluarkan petani untuk
kakao di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten berlangsungnya proses produksi pertanian.
Donggala dapat terlihat rata-rata HOK yang Besarnya pendapatan yang akan diperoleh
digunakan untuk aktivitas usahatani kakao dari suatu kegiatan usahatani tergantung
sebesar 41,12 HOK/bulan dengan upah Rp. dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
65.000/hari sehingga rata-rata biaya yang seperti luas lahan, tingkat produksi, harga,
dikeluarkan untuk upah tenaga kerja penggunaan faktor produksi, dan efisiensi
responden petani kakao di Kecamatan Rio penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan
Pakava Kabupaten Donggala sebesar Rp. kegiatan usahatani, petani berharap dapat
267.800/bulan. meningkatkan pendapatannya sehingga
Jenis aktivitas usahatani kelapa kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.
sawit meliputi penyemprotan gulma, Harga dan produktivitas merupakan
piringan, pemupukan, pruning atau pangkas sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga
daun, panen dan angkut yang dapat terlihat bila harga dan produksi berubah maka
pada lampiran 1. Jumlah penggunaan tenaga pendapatan yang diterima petani juga
kerja untuk petani responden kelapa sawit berubah (Soekartawi, 1993).
sebanyak 1604,33 hari orang kerja (HOK) Pendapatan rata-rata usahatani
dengan rata-rata 64,17 HOK/bulan dengan kakao petani responden di Kecamatan
upah Rp. 65.000/HOK sehingga total Rio Pakava Kabupaten Donggala sebesar
rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk Rp. 1.344.884,2696/bulan diperoleh dari
upah tenaga kerja responden petani kelapa pengurangan antara penerimaan total dengan
sawit di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten biaya total yang dikeluarkan petani. Penerimaan
Donggala sebesar Rp. 4,171,266.67/bulan. rata-rata yang diperoleh petani responden
Produksi. Produksi usahatani kakao petani sebesar Rp. 5.119.243,2000/1,22 Ha/bulan
responden di Kecamatan Rio Pakava dan biaya total rata-rata yang dikeluarkan
Kabupaten Donggala Tahun 2015 cukup petani responden sebesar Rp. 3.774.358,9304
bervariasi dengan rata-rata 261,72 Kg/1,22 /1,22 Ha/bulan. Pendapatan diperoleh dari
Ha/bulan. Saat ini luas lahan maupun hasil pengurangan antara penerimaan usahatani
produksi kakao di Kecamatan Rio Pakava dan biaya total.
semakin menurun, sehingga petani melakukan Penerimaan rata-rata usahatani
sambung samping untuk mempertahankan kelapa sawit petani responden di Kecamatan
produksi kakao. Rio Pakava sebesar Rp. 33.322.449,86 /8,38
Rata-rata produksi responden petani Ha /bulan dan biaya total rata-rata yang
kelapa sawit di Kecamatan Rio Pakava dikeluarkan petani responden sebesar
Kabupaten Donggala Tahun 2015 sebesar Rp. 15.920.931,92/8,38 Ha/bulan sehingga
24.953,16 Kg/8,38Ha/bulan. Setiap bulan diperoleh pendapatan rata-rata usahatani
petani responden memanen 3 sampai 4 kali. kelapa sawit petani responden di Kecamatan
Produksi yang tinggi dapat tercapai dengan Rio Pakava sebesar 17.401.517,9400/8,38
melakukan pemupukan lengkap, tepat dan Ha/bulan. Secara ekonomis, tingkat pendapatan
cukup. Usahatani kelapa sawit juga harus secara langsung dapat dipengaruhi oleh
memperhatikan faktor kemasaman tanah harga jual dan produksi usahatani serta
dan pH tanah karena jika tidak dilakukan penggunaan faktor produksi lainnya.
maka pemberian pupuk tidak akan terserap
dengan baik oleh tanaman sehingga petani Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
responden menambahkan pemberian dolomite Pilihan Petani Melakukan Alih Usahatani.
atau kapur. Regresi logit akan membentuk variabel
15
prediktor atau respon (log (p/(1-p)) yang tak bebas secara keseluruhan. Dari hasil uji
merupakan kombinasi linier dari variabel F-statistik signifikan sebesar 21,25758 hal
independen. Nilai variabel prediktor ini ini berarti bahwa secara keseluruhan semua
kemudian ditransformasikan menjadi variabel independen mampu menjelaskan
probabilitas dengan fungsi logit. Analisis variabel dependen yaitu keputusan petani
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh memilih. Nilai uji F sebesar 21,25758 dengan
variabel independen terhadap variabel dependen tingkat kesalahan (alpa 5%), maka Ho
(keputusan petani), dimana variabel Y diterima karena nilai uji F > alpa 5%.
adalah dummy keputusan petani maka Uji t-statistik digunakan untuk
variabel terikatnya adalah 0 jika petani tidak menguji pengaruh variabel-variabel bebas
beralih dan 1 jika petani beralih komoditi, terhadap variabel tak bebas secara
dengan memasukan variabel faktor-faktor parsial. Hasil uji t-statistik bisa disimpulkan
yang mempengaruhi keputusan petani. bahwa hanya variabel biaya produksi
Koefisien estimasi dari variabel (X3) dan pendapatan (X4) yang signifikan
independen yang signifikan ada 2 dari 4 mempengaruhi keputusan petani dalam
variabel yang diprediksi artinya ada 2 memilih usahatani (Y) sedangkan variabel
variabel independen terhadap pilihan luas lahan (X1) dan curahan tenaga
usahatani. Adapun 2 variabel independen kerja (X2) tidak signifikan mempengaruhi
yang mempengaruhi pilihan usahatani keputusan petani dalam memilih usahatani.
adalah biaya produksi usahatani dan Penjelasan masing-masing variabel
pendapatan rumah tangga. Terdapat 2 independen terhadap pilihan usahatani
kategori variabel yang tidak berpengaruh sebagai berikut :
terhadap pilihan usahatani yaitu variabel 1. Luas Lahan.
luas lahan kakao dan curahan tenaga Lahan adalah salah satu faktor
kerja kakao. produksi terpenting dalam usahatani.
Koefisien biaya produksi sebesar Umumnya semakin luas lahan garapan
8,68 yang berarti bahwa kenaikan semakin besar rata-rata produksi yang
8,68 persen biaya produksi berpeluang dihasilkan. Luas lahan garapan petani
mempengaruhi keputusan petani untuk responden berpengaruh negatif terhadap
beralih komoditi sebesar 8,68 persen. Nilai
probabilitas pilihan usahatani petani
uji t sebesar 2,152678 atau dengan p-value
responden dengan nilai koefisien -0,0927,
sebesar 0,0367 dengan tingkat kesalahan
(alpa 5%), maka Ho di tolak karena p-value artinya bertambahnya luas lahan usahatani
(0,0367) lebih kecil dari tingkat kesalahan menurunkan probabilitas keputusan petani
(alpa 5%). Sehingga dapat disimpulkan untuk beralih komoditi atau dengan kata
biaya produksi berpeluang mempengaruhi lain, semakin kecil luas lahan garapan kakao,
keputusan petani untuk beralih komoditi maka berpeluang untuk beralih ke komoditi
perkebunan kakao menjadi kelapa sawit. kelapa sawit semakin tinggi.
Hasil analisis regresi logistik Rata-rata luas lahan usahatani kakao
menghasilkan nilai adjusted R-squared = petani responden di Kecamatan Rio Pakava
0,6231 menandakan bahwa variasi dari sebesar 1,22 ha sedangkan rata-rata luas
pilihan petani dalam beralih komoditi dan lahan usahatani kelapa sawit petani responden
tetap (Y) mampu dijelaskan secara serentak di Kecamatan Rio Pakava sebesar 8,38 ha.
oleh luas lahan (X1), curahan tenaga kerja Mayoritas petani yang berusahatani kakao
(X2), biaya produksi (X3) dan pendapatan dengan luas lahan rata-rata < 1,5 Ha. Usaha
(X4) sebesar 62,31%, sedangkan sisanya meminimalisir pengeluaran yang semakin
sebesar 37,69% dijelaskan oleh faktor lain besar maka petani lebih memilih mengambil
yang tidak masuk dalam model. keputusan menanam kakao dengan luas
Uji F-statistik ialah untuk menguji lahan < 1,5 Ha , karena apabila dengan luas
pengaruh variabel bebas terhadap variabel lahan > 1,5 Ha akan menambah biaya
16
produksi. Luas lahan tidak menjadi salah Curahan tenaga kerja tertinggi usahatani
satu pilihan untuk beralih karena lahan kakao pada kegiatan panen yaitu 205,38 hok,
garapan < 1,5 ha bagi petani kakao sudah dibandingkan kegiatan lainnya. Curahan
cukup. Lahan kelapa sawit membutuhkan tenaga kerja tertinggi usahatani kelapa sawit
perawatan dan biaya yang cukup tinggi, pada kegiatan pengangkutan yaitu sebesar
sehingga jika petani kakao melakukan alih 36,26 hok, hal ini dikarenakan jauhnya
usahatani ke kelapa sawit dengan luas lahan jarak lahan usahatani ke pabrik pengolahan
< 1,5 ha akan merugikan petani. Kepemilikan kelapa sawit. Usahatani kelapa sawit tidak
lahan dalam suatu usahatani merupakan melakukan penyemprotan pestisida dan
salah satu faktor produksi umumnya sangat kegiatan pascapanen, sedangkan pemangkasan
mendukung untuk pengembangan usahatani yang dilakukan hanya pemangkasan pelepah
tersebut. Hal ini dikarenakan, semakin luas yang dilakukan setiap 8 bulan, sehingga
lahan yang dimiliki oleh petani maka akan membutuhkan curahan tenaga kerja yang kecil.
semakin besar potensi petani tersebut untuk Penggunaan tenaga kerja yang
mengembangkan usahataninya. digunakan adalah tenaga kerja dalam
2. Curahan Tenaga Kerja. keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja
Variabel curahan tenaga kerja dalam rumahtangga merupakan sumberdaya
berpengaruh negatif terhadap pilihan rumahtangga yang dapat dimanfaatkan dan
usahatani responden dengan nilai koefisien diatur penggunaannya sedangkan tenaga
-0,0029, artinya curahan tenaga kerja kerja luar keluarga merupakan tenaga
menurunkan peluang alih komoditi usahatani kerja yang berasal dari luar anggota
kakao ke usahatani kelapa sawit. Hal ini keluarga yang biasanya disebut buruh tani.
disebabkan curahan tenaga kerja yang Menurut Damayanti (2012), penggunaan
dibutuhkan dalam usahatani kelapa sawit tenaga kerja merupakan wujud dari
sangat tinggi, karena luas lahan yang cukup pemanfaatan sumberdaya manusia yang
besar sehingga membutuhkan tenaga kerja bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan.
yang banyak pula. Apabila tenaga kerja Jumlah penggunaan waktu terbatas pada
bertambah maka biaya yang dikeluarkan 24 jam sehari, sehingga dengan jumlah
juga akan bertambah untuk tenaga kerja. yang terbatas akan dipergunakan untuk
Terdapat perbedaan tanda koefisien yang berbagai kegiatan memperoleh upah.
diharapkan (expected sign) pada peluang 3. Biaya Produksi Kakao.
terjadinya alih usahatani karena berapapun Variabel biaya produksi kakao
tingginya curahan tenaga kerja, petani signifikan dengan koefisien sebesar 8,68,
tetap membutuhkan tenaga kerja untuk artinya biaya produksi kakao yang
usahataninya sehingga curahan tenaga kerja dikeluarkan petani responden berpeluang
usahatani kakao tidak mempengaruhi mempengaruhi keputusan petani untuk
peluang terjadinya alih usahatani kakao ke beralih komoditi. Angka odds ratio peluang
usahatani kelapa sawit. alih komoditi terhadap biaya produksi
Terdapat perbedaan curahan kerja sebesar 8,68 menunjukan bahwa peluang
pada setiap tahapan kegiatan usahatani petani kakao beralih komoditi ke usahatani
kakao dan usahatani kelapa sawit. Curahan kelapa sawit karena pengaruh besarnya
tenaga kerja tertinggi pada usahatani kakao biaya produksi adalah 8,68 kali terpengaruh.
yaitu sebesar 404,459 hok/ha/bulan sedangkan Semakin tinggi biaya usahatani kakao
curahan tenaga kerja pada usahatani kelapa yang dikeluarkan petani responden maka
sawit sebesar 91,89 hok/ ha/bulan. Terdapat berpeluang menyebabkan alih komoditi
selisih curahan tenaga kerja sebesar 312,569 usahatani kakao ke usahatani kelapa sawit.
hok, hal ini dikarenakan usahatani kakao Usahatani kakao membutuhkan
membutuhkan perawatan yang cukup sulit biaya yang cukup besar, dimana kebutuhan
dibandingkan usahatani kelapa sawit. akan sarana produksi (pupuk, pestisida) dan
17
biaya tenaga kerja sangat tinggi, namun diperoleh petani menjadi salah satu
produksinya tetap rendah, sedangkan pada faktor utama penilaian dan alasan pilihan
usahatani kelapa sawit biaya yang cukup keputusan petani dalam melakukan
besar hanya dibutuhkan pada saat awal alih komoditi.
pelaksanaan budidaya, selanjutnya setelah Variabel pendapatan signifikan dengan
berproduksi biaya yang dibutuhkan cukup koefisien sebesar 1,17 artinya pendapatan
rendah. Total biaya rata-rata usahatani kakao yang diperoleh petani responden berpeluang
sebesar Rp. 3.093.736,794/ha/bulan sedangkan mempengaruhi keputusan petani untuk
total biaya rata-rata yang dikeluarkan responden beralih komoditi. Setiap penambahan
petani kelapa sawit sebesar Rp. 1.904.645,814 pendapatan petani responden sebesar satu
/ha/bulan. Biaya tenaga kerja rata-rata yang juta rupiah akan menambah probabilitas
dikeluarkan responden petani kakao sebesar petani responden untuk beralih komoditi
Rp. 2.190.819,672/ha/bulan sedangkan biaya sebesar 11,7%. Rendahnya pendapatan dan
tenaga kerja rata-rata responden petani hasil produksi pertanian dikarenakan
kelapa sawit sebesar Rp. 497.764,519, berdasarkan kondisi eksisting rata-rata
disini terlihat selisih biaya tenaga kerja pendapatan di sektor perkebunan kakao
yang cukup tinggi antara usahatani kakao yaitu sebesar Rp. 1,344,884.2698/1,22ha/bulan,
dan usahatani kelapa sawit yaitu sebesar sedangkan untuk lahan perkebunan kelapa
Rp. 1.693.055,153. sawit rata-rata pendapatan yang diperoleh
Usahatani kelapa sawit, karena pada yaitu sebesar Rp. 17,401,517.940/8,38
usahatani kelapa sawit tidak dilakukan ha/bulan. Perbandingan pendapatan yang
penyemprotan pestisida dan pascapanen. cukup signifikan antara petani kakao dengan
Setelah kelapa sawit dipanen langsung kelapa sawit ini menjadi penyebab terjadinya
dijual ke pabrik sedangkan pada usahatani alih komoditi kakao ke kelapa sawit.
kakao melakukan penyemprotan pestisida Komoditas kelapa sawit di
dan pada masa pascapanen kakao kegiatan Kecamatan Rio Pakava merupakan komoditas
yang dilaksanakan adalah pembelahan buah, andalan yang memberikan pendapatan
fermentasi buah, pencucian, penuntasan, masyarakat yang lebih baik dan terjamin
pengeringan/penjemuran, sortasi, dan dibandingkan dengan komoditas pertanian
penjualan. Tanaman kakao rentan terhadap lain seperti kakao. Nilai ekonomi kelapa
serangan hama dan penyakit, sedangkan sawit yang lebih tinggi meningkatkan minat
tanaman kelapa sawit resiko kegagalan petani untuk mengusahakan kelapa sawit,
panen relatif kecil dan harga relatif stabil dibandingkan dengan usahatani kakao.
sehingga resiko yang dihadapi petani kelapa Total biaya (cost) yang dikeluarkan
sawit menjadi kecil. Biaya produksi pertanian responden petani kakao setiap bulan
yang tinggi tersebut merupakan salah adalah Rp. 3,093,736.828/ha dengan
satu penyebab terjadinya alih komoditi pendapatan Rp. 1,102,364.155/ha/bulan.
perkebunan kakao menjadi perkebunann Total Biaya (cost) yang dikeluarkan
kelapa sawit. petani kelapa sawit setiap bulan adalah
4. Pendapatan. Rp. 1.899.872,544/ha dengan pendapatan
Pendapatan merupakan suatu Rp. 2,076,553.454/ha/bulan. Selisih biaya
variabel ekonomi yang sangat penting (cost) antara usahatani kelapa sawit
sebagai penentu bagi pemenuhan kebutuhan dan usahatani kakao per Ha adalah
hidup seseorang termasuk bagi seorang Rp. 1.193.864,284 dan selisih pendapatan
petani. Petani akan terus melakukan suatu sebesar Rp. 974.189,299 artinya dengan
kegiatan jika kegiatan tersebut dianggap penambahan biaya sebesar Rp. 1.193.864,284
dapat memberikan pendapatan yang sesuai dari usahatani kakao, petani akan
(Azmi, 2008). Dalam kaitannya dengan memperoleh tambahan pendapatan sebesar
penelitian ini, tingkat pendapatan yang Rp. 974.189,299 dari usahatani kelapa
18
sawit. Dengan demikian, opportunity cost telah ditanami kelapa sawit membutuhkan
alih usahatani kakao menjadi usahatani waktu yang sangat panjang dan biaya yang
kelapa sawit sebesar Rp. 974.189,299. sangat tinggi untuk mengembalikan lahan
Penelitian ini relevan dengan produktif seperti semula.
penelitian Daulay (2003), yang mengatakan
bahwa pendapatan dan penerimaan KESIMPULAN DAN SARAN
usahatani kelapa sawit sangat menjanjikan.
Menurutnya usahatani kelapa sawit lebih Kesimpulan
menguntungkan dibandingkan usahatani Berdasarkan hasil penelitian dan
karet, sehingga banyak petani yang pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
mengkonversi lahan karet menjadi lahan bahwa peluang petani melakukan alih
kelapa sawit. Menurut Daulay total komoditi dipengaruhi oleh biaya produksi
keuntungan usahatani kelapa sawit sebesar kakao dengan nilai koefisien 8,68 dan
Rp. 130.135.000 selama 20 tahun masa pendapatan kelapa sawit dengan nilai
tanam atau Rp. 6.506.750 per ha per tahun, koefisen 1,17, sedangkan luas lahan dan
sedangkan total keuntungan usahatani curahan tenaga kerja tidak berpengaruh
karet sebesar Rp. 44.212.000 selama 20 terhadap keputusan petani melakukan alih
tahun masa tanam atau Rp. 2.210.000 per ha komoditi perkebunan kakao menjadi
per tahun. perkebunan kelapa sawit.
Alih usahatani kakao akan
berdampak terhadap berbagai aspek, Saran
khususnya ketersediaan biji kakao secara Dukungan pemerintah setempat
nasional. Apabila alih usahatani kakao tidak diperlukan untuk memberi stimulan kepada
terkendali, sangat mungkin mengakibatkan petani dalam menerapkan teknologi sambung
Indonesia akan kekurangan pasokan biji samping atau peremajaan tanaman kakao
kakao dan impor biji kakao akan semakin yang tidak produktif melalui pelatihan dan
meningkat. Oleh karena itu, penyelamatan penyuluhan untuk meningkatkan produktivitas.
lahan usahatani kakao perlu dilakukan Mengendalikan terjadinya alih
dengan serius, komprehensif dan terencana usahatani kakao, maka perlu dilakukan
oleh semua pihak. Secara ekonomis budidaya strategi perlindungan dan pengendalian
kelapa sawit memang sangat menguntungkan, untuk memperkecil peluang terjadinya alih
akan tetapi hal tersebut hanya pada jangka komoditi perkebunan kakao menjadi
pendek karena kelapa sawit optimal sampai perkebunan kelapa sawit.
pada umur 20 tahun, setelah itu bila lahan Perlu peningkatan peran penyuluh,
kelapa sawit akan dikonversi kembali subsidi pemerintah, dan perlunya upaya
menjadi lahan pertanian akan bermasalah pelarangan sejumlah alih usahatani ke
karena struktur tanah sudah rusak dan usahatani kelapa sawit oleh pemerintah,
kandungan unsur haranya telah berkurang karena bekas lahan yang telah ditanami
sehingga tanah menjadi gersang. Hal ini kelapa sawit diperlukan waktu yang sangat
dipengaruhi oleh sistem perakaran serabut panjang untuk bisa diolah kembali menjadi
pada tanaman kelapa sawit. Lahan yang lahan produktif.
19
DAFTAR PUSTAKA
Astuti P, Wibawa W dan Ishak A. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan Menjadi
Kelapa Sawit Di Bengkulu : Kasus Petani Di Desa Kungkai Baru. Prosiding Seminar Nasional
Budidaya Pertanian. ISBN 978-602-19247-0-9.
Azmi, Z. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengikuti Program Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Dan Curahan Kerja
(Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor). Skripsi Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumber Daya, Fakultas Pertanian IPB.
Bailey, K. 1999. Methods of Social Research. New York : The Free Press.
Damayanti, L. 2012. Pengaruh Irigasi terhadap Kesempatan Kerja, Kemiskinan dan Ketahanan Pangan
Rumahtangga Tani di Daerah Irigasi Parigi Moutong. Disertasi Program Pascasarjana UGM.
Daulay, Peruhuman. 2003. Konversi Lahan Komoditi Karet menjadi Komoditi Kelapa Sawit Studi Kasus di
Desa Batu Tunggal Kecamatan Na.IX-X Kabupaten Labuhan Batu). Tesis USU. Dikutip dari:
http://repository.usu.ac.id, pada Tanggal 01 Mei 2015.
Isdijoso, S.H., E. Sutisna dan A. Bilang, 1990. Kajian Aspek Sosial Ekonomi dalam Rangka Pengembangan
Kapas di Lahan Sawah Bero. Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang.
Purba Chandra, J.E. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman
Perkebunan Teh menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun. Tesis. Medan:
Sekolah Pascasarjana USU.
Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Press.
20