You are on page 1of 12

J.

Agroland 22 (1) : 9 - 20, April 2015 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PILIHAN


PETANI MELAKUKAN ALIH USAHATANI DI KECAMATAN
RIO PAKAVA KABUPATEN DONGGALA

Analysis of Factors Affecting Options of Farmers Changing Land of


Farming in The District of Rio Pakava Donggala Regency

Nurmedika1), Muhammad Basir2), dan Lien Damayanti2)


1)
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Univeristas Tadulako
2)
Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako Jl. Soekarno – Hatta Km 9 Palu 94118,
Sulawesi Tengah Telp/Fax : 0451 – 429738.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the factors that affect farmers' choice to switch
the cocoa farming to palm farming in the district of Rio Pakava Donggala Regncy. The study was
conducted in the District of Rio Pakava Donggala Regency in November 2014 to January 2015. The
study used quantitative and qualitative approach with a sample size of 50 respondents, comprised of
25 cocoa farmers and 25 oil palm farmers who switch cocoa farming into farming oil palm. The
study, carried out using non-probability sampling method is caused by the amount of each
population to be studied is not known exactly, using purposive sampling, the expected criteria for
samples obtained completely according to the research conducted, to obtain a representative
sample, making the subject of each region is determined by or in proportion to the number of
subjects each region. Based on the analysis using logit models indicate that the variable cost of
production of cocoa and income influence the decision of farmers switch of cocoa farming to oil
palm farming, while the variable land and labor flow has no effect on the decision of farmers to
switch cocoa farming into palm oil farming

Key words : Option farmer, switch cocoa farming to palm oil farming.

PENDAHULUAN Negara sekaligus meningkatkan kesejahteraan


petani pekebun dan keluarganya (Astuti,
Kelapa sawit merupakan salah satu Wibawa dan Ishak, 2011). Daerah Kecamatan
jenis tanaman keras yang banyak menjadi Rio Pakava Kabupaten Donggala banyak
fokus pengalihan lahan pertanian, hal ini terjadi alih komoditi kakao ke kelapa sawit.
dikarenakan kelapa sawit memiliki prospek Petani lebih memilih menanam kelapa sawit
dan nilai ekonomi yang tinggi. Banyak karena menurutnya tanaman ini lebih
kegunaan yang diperoleh dari hasil tanaman menguntungkan. Menurut Purba (2009), ada
kelapa sawit sehingga permintaan atas beberapa faktor yang mempengaruhi alih
komoditas ini sangat tinggi. Saat ini Indonesia komoditi beberapa tanaman ke kelapa sawit
merupakan negara pengekspor minyak jika dilihat dari sisi tanaman kelapa sawit,
sawit kedua terbesar setelah Malaysia, produktivitas, harga kelapa sawit serta
diperkirakan pada masa mendatang kebutuhan permintaan kelapa sawit dari industri sekitar
akan produksi sawit terus meningkat seiring yang cukup tinggi menjadi alasan sejumlah
dengan meningkatnya jumlah penduduk alih komoditi ke kelapa sawit.
dunia. Pengembangan usahatani perkebunan Pada usaha pertanian, petani selalu
kelapa sawit sangat penting dilakukan dihadapkan kepada berbagai pilihan
karena dapat meningkatkan perekonomian disepanjang proses pengolahan usaha
9
pertaniannya. Pilihan tersebut dapat berupa lahan perkebunanan kakao ke lahan
pemilihan lokasi pertanian yang cocok, perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan
jenis komoditi yang akan diusahakan, fenomena dan gambaran tersebut maka
pupuk dan obat hama yang akan digunakan, perlu dilakukan analisis terhadap faktor-
tempat pemasaran komoditi pertaniannya, faktor yang memengaruhi pilihan petani
cara atau strategi pengolahan, dan lain-lain. melakukan alih usahatani kakao ke usahatani
Begitu banyak pilihan-pilihan yang kelapa sawit di Kecamatan Rio Pakava
mengiringi petani dalam usahanya, tentunya Kabupaten Donggala.
sebagai pelaku usaha akan memilih salah Penelitian ini dilaksanakan bertujuan
satu dari beberapa pilihan tersebut dan untuk mengetahui berapa besar luas lahan,
proses tersebut dapat dikatakan sebagai
curahan tenaga kerja, biaya produksi dan
proses pengambilan keputusan. Akhir-akhir
pendapatan mempengaruhi alih usahatani
ini, berbagai isu dimana petani mungkin
kakao menjadi usahatani kelapa sawit di
karena merasa tidak puas atau tidak
mendapat keuntungan dari satu komoditi Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala.
pertanian, mereka kemudian beralih,
mengganti atau menukar komoditi METODE PENELITIAN
pertaniannya dengan komoditi lainnya di
Jenis penelitian yang akan dilakukan
lahan pertanian yang sama dan kegiatan ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif dan
peneliti sebut dengan alih komoditi.
kuantitatif. Penelitian ini akan melakukan
Alih komoditi sejumlah tanaman
pengumpulan data dan informasi dengan
sering terjadi di daerah sentra produksi tujuan untuk mendapatkan gambaran secara
kakao di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten sistematis dan akurat mengenai fakta atau
Donggala semakin banyak lahan kakao karakteristik responden. Data yang dikumpulkan
dialihkan ke lahan kelapa sawit. Banyak kemudian disusun, dianalisis dan dijelaskan
petani berspekulasi melakukan alih komoditi sehingga akan diperoleh gambaran mengenai
kakao menjadi kelapa sawit karena ada keadaan petani pemilik perkebunan kakao
informasi bahwa sawit lebih menjanjikan. yang beralih komoditi menjadi perkebunan
Salah satu dampak alih komoditi kakao kelapa sawit.
ke kelapa sawit adalah terganggunya Penelitian ini dilaksanakan di
produktivitas kakao. Semakin meningkatnya Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala
industri olahan biji kakao tidak diikuti dengan pertimbangan bahwa daerah ini
dengan keseimbangan pasokan biji kakao, merupakan daerah sentra produksi dan
produksi kakao dalam negeri belum mampu pengembangan tanaman kelapa sawit, dari
mencukupi kebutuhan industri olahan kakao 15 Kecamatan di Kabupaten Donggala,
lokal, akibatnya Indonesia mulai mengimpor Kecamatan Rio Pakava merupakan satu-
biji kakao untuk menutupi permintaan satunya daerah yang merupakan sentra
industri lokal. Harga kakao juga sangat produksi kelapa sawit. Kegiatan penelitian
berfluktuasi dan untuk Indonesia dikenakan dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan
diskon 10% sampai 15% dari harga pasar November 2014 sampai Januari 2015.
karena rendahnya mutu biji kakao akibat Pengambilan sampel dalam
tidak terfermentasi. Hal seperti ini juga penelitian ini meliputi sampel area dan
dilihat petani, yang lalu beralih ke tanaman sampel responden. Pengambilan sampel
sawit. Saat ini pasar kakao masih sangat responden yang dilakukan kepada petani
terbuka luas, konsumsi cokelat global juga yang berusahatani kakao dan petani yang
terus naik namun petani terus berlomba- pernah berusahatani kakao kemudian
lomba melakukan alih komoditi kakao beralih usahatani menjadi usahatani
menjadi kelapa sawit. Fenomena yang kelapa sawit dilakukan secara purposive
terjadi di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten sampling. Penelitian yang akan dilaksanakan
Donggala adalah bergesernya penggunaan menggunakan metode sampling non-
10
probability disebabkan oleh jumlah Analisis data dalam penelitian ini
masing-masing populasi yang akan diteliti dengan metode kuantitatif menggunakan
tidak diketahui secara pasti, dengan model regresi logistik untuk melihat
menggunakan purposive sampling, diharapkan faktor-faktor yang mempengaruhi alih
kriteria sampel yang diperoleh benar-benar usahatani kakao menjadi usahatani kelapa
sesuai dengan penelitian yang akan sawit di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten
dilakukan, untuk memperoleh sampel yang Donggala. Model logit adalah model regresi
representatif, pengambilan subyek dari non-linear yang menghasilkan sebuah
setiap wilayah ditentukan seimbang atau persamaan dimana variabel dependen
sebanding dengan banyaknya subyek bersifat kategorikal. Kategori paling dasar
masing-masing wilayah. Jumlah responden dari model tersebut menghasilkan binary
keseluruhan sebanyak 50 orang. values seperti angka 0 dan 1. Angka yang
Penentuan sampel area dalam dihasilkan mewakilkan suatu kategori
penelitian ini dilakukan dengan purposive tertentu yang dihasilkan dari perhitungan
sampling yaitu dengan tujuan menentukan probabilitas terjadinya kategori tersebut.
desa yang mayoritas petaninya melakukan Model regresi logistik berganda adalah
alih usahatani kakao menjadi usahatani sebagai berikut :
kelapa sawit, dari 14 desa yang ada di Pi
Kecamatan Rio Pakava dipilih 3 desa yang ln    X (Gujarati, 1991)
1  Pi
sesuai dengan karakteristik penelitian.
Keterangan :
Pengambilan sampel area tiga desa yaitu
Pi = Probabilitas keputusan petani
Desa Minti Makmur, Desa Polando Jaya
Α = Konstanta
dan Desa Polanto Jaya dikarenakan
ß = Parameter yang dicari
wilayahnya memiliki jumlah petani yang
melakukan alih usahatani kakao menjadi Xi = Variabel-variabel yang berpengaruh
usahatani kelapa sawit terbanyak. Model keputusan biner adalah
Penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
mengambil responden berjumlah 50 responden.
Yi = α + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + e
Penetapan sampel ini didasarkan pada
pendapat Bailey (1999) yang menyatakan Keterangan :
bahwa ukuran sampel minimum yang Yi = Variabel keputusan petani melakukan
menggunakan analisis data statistik ialah alih usahatani, dimana Yi = 1 jika
30 responden dimana populasi menyebar petani beralih usahatani dan Yi = 0
normal. Sampel merupakan bagian dari jika petani tidak beralih usahatani
populasi yang diambil melalui cara-cara Α = Konstanta
tertentu. X1 = Luas lahan Kakao (Ha)
Data yang digunakan dalam X2 = Curahan Tenaga Kerja Kakao
penelitian ini meliputi data primer dan (HOK)
data sekunder. Data primer diperoleh dari X3 = Biaya Produksi Kakao (Rp)
hasil observasi dan wawancara langsung X4 = Pendapatan Kelapa Sawit (Rp)
dengan responden melalui daftar pertanyaan β1-β6 = Koefisien Regresi
(questioner), sedangkan data sekunder e = Random error
merupakan data yang bersumber dari
lembaga-lembaga pemerintah dan dari Memeriksa peranan variabel-variabel
literatur-literatur serta publikasi yang penielas (X) dalam model, dilakukan penguiian
berupa hasil-hasil penelitian yang berkaitan terhadap parameter model (β). Penguiian
dengan penelitian ini meliputi data secara simultan dilakukan menggunakan uji
produksi, keadaan umum daerah, harga Likelihood Ratio (LR).
produksi serta data-data lain yang berkaitan Uji Likelihood Ratio (LR) digunakan
dengan penelitian. untuk mengetahui tingkat pengaruh semua
11
variabel independen secara bersama-sama Suratiyah (2006) mengemukakan bahwa
terhadap variabel dependen. Hipotesisnya umur seseorang dapat menentukan kinerja
adalah sebagai berikut : orang tersebut. Semakin berat pekerjaan
Ho : β1 = β2 = .... = βi = 0, artinya tidak ada secara fisik dan semakin bertambahnya usia
pengaruh variabel independen terhadap akan semakin turun pula kemampuannya
keputusan alih usahatani bekerja.
Ha : minimal ada salah satu βi ≠ 0, artinya Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan
ada pengaruh variabel independen bahwa umur responden petani kakao dan
terhadap keputusan alih usahatani. petani kelapa sawit berada pada umur
LR dibandingkan dengan Chi produktif. Hal ini memberikan indikasi
Square tabel (X2). Jika LR hitung > Chi adanya tenaga kerja yang produktif dalam
Square tabel berarti Ho ditolak. Hal ini mengelola usahanya, sehingga memberikan
menunjukkan bahwa variabel independen peluang bagi peningkatan produktvitas
secara bersama-sama berpengaruh nyata petani responden.
terhadap variabel dependen.
Tingkat Pendidikan. Pendidikan merupakan
HASIL DAN PEMBAHASAN hal yang cukup berpengaruh terhadap jenis
kegiatan yang dilakukan. Pendidikan akan
Karakteristik Responden. Karakteristik mempengaruhi tingkat pemikiran seseorang.
responden merupakan ciri-ciri yang dimiliki Tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan
oleh responden yang ada di Kecamatan Rio berpengaruh pada kemampuan responden
Pakava. Berdasarkan data yang diperoleh didalam menjalankan usahanya. Hal ini
melalui observasi dan wawancara langsung akan mempengaruhi kualitas usahatani yang
terhadap responden maka karakteristik dilakukan oleh petani. Makin tinggi pendidikan
tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, akan lebih memudahkan petani dalam
jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman mengadopsi teknologi baru yang akan
berusahatani. Isdijoso, dkk (1990) menyatakan berpengaruh terhadap usahataninya. Pada
bahwa aspek umur, pendidikan, jumlah akhirnya hal ini juga akan berpengaruh pada
tanggungan keluarga dan pengalaman pemenuhan kebutuhan pangan dalam keluarga.
berusaha tani mempengaruhi keterampilan Hasil penelitian di lapangan
petani dalam mengelola usahataninya. didapatkan data tingkat pendidikan
responden di Kecamatan Rio Pakava
Umur Responden. Tingkat umur seorang Kabupaten Donggala bervariasi antara
petani sangat berpengaruh terhadap kemampuan pendidikan SD sampai Strata 1 (S1).
kerjanya. Umumnya petani yang berumur Tingkat pendidikan terbanyak yaitu
lebih muda dan sehat fisik akan memiliki pendidikan SMA/SMK sebanyak 21 orang
kemampuan kerja lebih banyak dibandingkan atau 42% dan pendidikan SMP sebanyak
dengan petani yang lebih tua. Berdasarkan 16 orang atau 32% sisanya berada pada
hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh tingkat pemdidikan SD, D2 dan S1.
data responden petani kakao dan petani
kelapa sawit berdasarkan umur di Kecamatan Tabel 1. Umur Responden Petani Kakao di
Rio Pakava disajikan pada Tabel 1 dan Kecamatan Rio Pakava Kabupaten
Tabel 2. Donggala, 2015
Petani yang lebih muda memiliki Golongan Umur Jumlah
Persentase
semangat kerja yang tinggi, mudah menerima No. Responden Responden
(%)
inovasi baru serta berani dalam mengambil (Tahun) (Orang)
resiko, sedangkan petani yang lebih tua 1 28 - 39 9 36
semangat kerja yang dimiliki telah berkurang 2 40 - 51 10 40
namun memiliki lebih banyak pengalaman 3 51 - 62 6 24
sehingga dalam pengambilan keputusan untuk Jumlah 25 100
mengelola usahataninya lebih berhati-hati. Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

12
Tabel 2. Umur Responden Petani Kelapa Sawit sebanyak 34 orang atau 68%, hal ini
di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten menunjukkan bahwa sebagian besar
Donggala, 2015 responden petani di Kecamatan Rio Pakava
Golongan Umur Jumlah Kabupaten Donggala telah berpengalaman
Persentase
No. Responden Responden
(%) dalam menggeluti usahataninya.
(Tahun) (Orang) Petani dengan tingkat pengalaman
1 35 - 42 7 28 yang cukup, umumnya akan memiliki
2 43 - 50 9 36
3 51 - 57 9 36
keterampilan yang lebih dalam mengelola
Jumlah 25 100 faktor-faktor produksi dan menerapkannya
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
sesuai anjuran yang direkomendasikan
sehingga dapat meningkatkan produksi
dan pendapatannya secara optimal. Data
Jumlah Tanggungan Keluarga. Jumlah tersebut juga memberikan indikasi bahwa
tanggungan keluarga juga merupakan salah berdasarkan pengalaman petani dalam
satu faktor yang dapat mempengaruhi suatu berusahatani kakao dan kelapa sawit,
usahatani. Semakin banyak jumlah tanggungan diharapkan usahatani yang dijalankan
keluarga, maka semakin banyak pula biaya dapat dilakukan dengan baik sesuai yang
yang ditanggung petani untuk memenuhi mereka harapkan.
segala kebutuhan hidup keluarganya. Di
samping itu jumlah tanggungan keluarga Kondisi Usahatani Kakao di Kecamatan
memberikan sumbangan yang besar terhadap Rio Pakava.
ketersediaan tenaga kerja, tetapi dilain Luas Lahan. Lahan sebagai media
pihak dapat pula menyebabkan semakin tumbuh merupakan salah satu faktor yang
tingginya beban ekonomi dalam keluarga. mempengaruhi usahatani. Secara umum
Tanggungan keluarga petani terutama yang dapat dinyatakan bahwa semakin luas lahan
berusia produktif merupakan sumber tenaga usahatani, semakin tinggi pula produksi
kerja dalam membantu usahatani. yang dihasilkan, demikian pula sebaliknya
Jumlah tanggungan keluarga semakin sempit lahan usahatani, semakin
responden petani di Kecamatan Rio rendah pula produksi yang dihasilkan.
Pakava didominasi oleh tanggungan Luas lahan yang digarap oleh petani
keluarga sebanyak 4-6 orang yaitu responden untuk usahatani kakao di
sebanyak 31 orang atau sebesar 62%, Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala
sisanya responden dengan jumlah berkisar antara 0,5 hingga 2 hektar. Luas
tanggungan keluarga sebanyak 1 sampai lahan responden terbanyak adalah 0,5
3 orang yaitu sebanyak 19 orang atau sampai 1 Hektar dengan jumlah 16 orang
sebesar 38%. atau sebesar 64%, sisanya mengolah 1,1 Ha
Pengalaman Berusahatani. Pengalaman hingga 1,5 Ha sebanyak 4 orang atau
merupakan salah satu cara kepemilikan sebesar 16% dan 1,6 Ha hinga 2 Ha
pengetahuan yang dialami seseorang dalam sebanyak 5 orang atau 20%. Rata-rata luas
kurun waktu yang tidak ditentukan. Pengalaman lahan responden kakao di Kecamatan Rio
dapat mengembangkan kompetensi seseorang Pakava Kabupaten Donggala Tahun 2015
dan mengembangkan kemampuan usahataninya adalah seluas 1,22 Ha.
dari pengalaman yang diperoleh. Pengalaman Responden petani yang menggarap
petani dalam berusahatani sangat berkaitan 4 Ha sampai 9 Ha lahan kelapa sawit
dengan tingkat keahlian dan umur petani. berjumlah 15 orang atau 60% dan sisanya
Responden petani di Kecamatan Rio Pakava menggarap 9,5 Ha sampai 14,5 Ha
Kabupaten Donggala memiliki pengalaman sebanyak 8 orang atau 32% dan yang
berusahatani 5 sampai 17 Tahun sebanyak menggarap 15 Ha sampai 20 Ha sebanyak
16 orang atau 32% dan yang berpengalaman 2 orang atau 8% dari total petani responden.
usahatani selama 18 sampai 30 Tahun Rata-rata luas lahan kelapa sawit petani

13
responden di Kecamatan Rio Pakava tingkat produksi kakao adalah serangan
sebesar 8,38 Ha. Lahan kelapa sawit hama dan penyakit, sehingga perlu dilakukan
tersebut sebagian berasal dari lahan penyemprotan pestisida untuk mengendalikan
kakao yang beralih komoditi dan sebagian serangan hama dan penyakit pada tanaman
lagi dari pembukaan lahan baru. kakao. Penyemprotan dilakukan untuk
Penggunaan Pupuk. Pemupukan dilakukan mengatasi dan membasmi hama serta
untuk menyuburkan dan mengembalikan penyakit yang menyerang tanaman kakao.
unsur hara pada tanah sehingga meningkatkan Berbagai jenis hama pengganggu pada
dan merangsang pertumbuhan tanaman pertumbuhan dan pada produksi kakao
kakao baik batang, daun dan buah. Jenis adalah hama PBK (penggerek buah kakao),
pupuk yang digunakan responden petani penggerek daun, dan batang. Masalah lain
kakao di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten adalah timbulnya penyakit seperti hitam
Donggala adalah pupuk urea, pupuk TSP, buah yang diakibatkan curah hujan yang
pupuk KCl dan pupuk NPK, sedangkan terlalu tinggi, mati pucuk dan serangan
jenis pupuk yang digunakan responden jamur batang yang dapat menyebabkan
petani kelapa sawit adalah pupuk urea,
matinya pohon kakao. Berbagai upaya
pupuk TSP, pupuk KCl, pupuk NPK dan
dilakukan oleh para petani untuk mengatasi
ditambah pemberian dolomite atau kapur
untuk menetralkan pH tanah agar pupuk hal tersebut khususnya pada serangan hama.
terserap dengan baik oleh tanaman kelapa Pemberantasan hama dilakukan dengan
sawit. Umumnya pemupukan dilakukan melakukan penyemprotan pestisida. Jenis
setiap 4 bulan atau 3 kali dalam satu tahun. pestisida yang digunakan petani cukup
Rata-rata penggunaan pupuk urea responden bervariasi seperti unisait, capture, akodan,
petani kakao sebesar 255 kg/1,22 Ha, dan nordoks. Satu kali penyemprotan petani
rata-rata penggunaan pupuk TSP responden mencampurkan 2-3 jenis pestisida dengan
sebesar 175 kg/1,22 Ha, rata-rata penggunaan skala 1/2-1 liter setiap jenis pestisida,
pupuk KCl responden sebesar 135 kg/1,22 sehingga total penggunaan pestisida sebesar
Ha dan rata-rata penggunaan pupuk NPK Rp. 96.433,33 /1,22 Ha/bulan. Penggunaan
responden sebesar 344 kg/1,22 Ha. Rata-rata herbisida responden petani kakao umumnya
biaya penggunaan pupuk responden petani menggunakan gramaxone, dilakukan setiap
kakao di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten 6 bulan sehingga rata-rata biaya herbisida
Donggala sebesar Rp. 291.175/1,22 Ha/Bulan. responden petani kakao sebesar Rp. 175.600
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit /1,22 Ha/bulan.
umumnya dengan cara pemberian pupuk
Usahatani kelapa sawit tidak
tunggal. Rata-rata penggunaan pupuk urea
menggunakan pestisida untuk mengendalikan
sebesar 2,08 kg/pohon atau 2.331,67 kg/8,38
hama yang menyerang. Cara pengendalian
Ha, rata-rata penggunaan pupuk KCl sebesar
1,63 kg/pohon atau 1.662 kg/8,38Ha, rata-rata hama dengan cara biologis, yaitu melepaskan
penggunaan pupuk TSP sebesar 0,85 kg predator kumbang seperti tokek, ular dan
/pohon atau 976,94 kg/8,38Ha, rata-rata burung di areal perkebunan kelapa sawit.
penggunaan pupuk NPK sebesar 2 kg Jenis herbisida yang digunakan untuk
/pohon atau 2447,4 kg/8,38 Ha, rata-rata pengendalian gulma yaitu gramaxone,
penggunaan dolomite atau kapur sebesar basmilang, roundup dan glofosat. Penyemprotan
1,08 Kg/pohon atau 1.012,58 kg/8,38 Ha. dilakukan setiap 6 bulan sehingga biaya
Rata-rata biaya penggunaan pupuk dan rata-rata yang dikeluarkan responden petani
dolomite atau kapur responden petani kelapa kelapa sawit untuk herbisida sebesar
sawit di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Rp. 45.720/bulan.
Donggala sebesar Rp. 4,659,653.25/8,38 Penggunaan Tenaga Kerja. Tenaga kerja
Ha. yang digunakan petani berasal dari dalam
Penggunaan Pestisida dan Herbisida. keluarga dan tenaga kerja dari luar
Faktor lain yang menyebabkan penurunan keluarga. Penggunaan tenaga kerja pada

14
aktivitas usahatani kakao yaitu meliputi Analisis Pendapatan Usahatani.
penyemprotan pestisida, penyemprotan Pendapatan usahatani merupakan selisih
herbisida, pemupukan, pemangkasan, antara penerimaan usahatani dengan
panen, pascapanen dan pemasaran kakao. biaya usahatani. Biaya usahatani merupakan
Jumlah penggunaan tenaga kerja usahatani biaya yang dikeluarkan petani untuk
kakao di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten berlangsungnya proses produksi pertanian.
Donggala dapat terlihat rata-rata HOK yang Besarnya pendapatan yang akan diperoleh
digunakan untuk aktivitas usahatani kakao dari suatu kegiatan usahatani tergantung
sebesar 41,12 HOK/bulan dengan upah Rp. dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
65.000/hari sehingga rata-rata biaya yang seperti luas lahan, tingkat produksi, harga,
dikeluarkan untuk upah tenaga kerja penggunaan faktor produksi, dan efisiensi
responden petani kakao di Kecamatan Rio penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan
Pakava Kabupaten Donggala sebesar Rp. kegiatan usahatani, petani berharap dapat
267.800/bulan. meningkatkan pendapatannya sehingga
Jenis aktivitas usahatani kelapa kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.
sawit meliputi penyemprotan gulma, Harga dan produktivitas merupakan
piringan, pemupukan, pruning atau pangkas sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga
daun, panen dan angkut yang dapat terlihat bila harga dan produksi berubah maka
pada lampiran 1. Jumlah penggunaan tenaga pendapatan yang diterima petani juga
kerja untuk petani responden kelapa sawit berubah (Soekartawi, 1993).
sebanyak 1604,33 hari orang kerja (HOK) Pendapatan rata-rata usahatani
dengan rata-rata 64,17 HOK/bulan dengan kakao petani responden di Kecamatan
upah Rp. 65.000/HOK sehingga total Rio Pakava Kabupaten Donggala sebesar
rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk Rp. 1.344.884,2696/bulan diperoleh dari
upah tenaga kerja responden petani kelapa pengurangan antara penerimaan total dengan
sawit di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten biaya total yang dikeluarkan petani. Penerimaan
Donggala sebesar Rp. 4,171,266.67/bulan. rata-rata yang diperoleh petani responden
Produksi. Produksi usahatani kakao petani sebesar Rp. 5.119.243,2000/1,22 Ha/bulan
responden di Kecamatan Rio Pakava dan biaya total rata-rata yang dikeluarkan
Kabupaten Donggala Tahun 2015 cukup petani responden sebesar Rp. 3.774.358,9304
bervariasi dengan rata-rata 261,72 Kg/1,22 /1,22 Ha/bulan. Pendapatan diperoleh dari
Ha/bulan. Saat ini luas lahan maupun hasil pengurangan antara penerimaan usahatani
produksi kakao di Kecamatan Rio Pakava dan biaya total.
semakin menurun, sehingga petani melakukan Penerimaan rata-rata usahatani
sambung samping untuk mempertahankan kelapa sawit petani responden di Kecamatan
produksi kakao. Rio Pakava sebesar Rp. 33.322.449,86 /8,38
Rata-rata produksi responden petani Ha /bulan dan biaya total rata-rata yang
kelapa sawit di Kecamatan Rio Pakava dikeluarkan petani responden sebesar
Kabupaten Donggala Tahun 2015 sebesar Rp. 15.920.931,92/8,38 Ha/bulan sehingga
24.953,16 Kg/8,38Ha/bulan. Setiap bulan diperoleh pendapatan rata-rata usahatani
petani responden memanen 3 sampai 4 kali. kelapa sawit petani responden di Kecamatan
Produksi yang tinggi dapat tercapai dengan Rio Pakava sebesar 17.401.517,9400/8,38
melakukan pemupukan lengkap, tepat dan Ha/bulan. Secara ekonomis, tingkat pendapatan
cukup. Usahatani kelapa sawit juga harus secara langsung dapat dipengaruhi oleh
memperhatikan faktor kemasaman tanah harga jual dan produksi usahatani serta
dan pH tanah karena jika tidak dilakukan penggunaan faktor produksi lainnya.
maka pemberian pupuk tidak akan terserap
dengan baik oleh tanaman sehingga petani Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
responden menambahkan pemberian dolomite Pilihan Petani Melakukan Alih Usahatani.
atau kapur. Regresi logit akan membentuk variabel

15
prediktor atau respon (log (p/(1-p)) yang tak bebas secara keseluruhan. Dari hasil uji
merupakan kombinasi linier dari variabel F-statistik signifikan sebesar 21,25758 hal
independen. Nilai variabel prediktor ini ini berarti bahwa secara keseluruhan semua
kemudian ditransformasikan menjadi variabel independen mampu menjelaskan
probabilitas dengan fungsi logit. Analisis variabel dependen yaitu keputusan petani
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh memilih. Nilai uji F sebesar 21,25758 dengan
variabel independen terhadap variabel dependen tingkat kesalahan (alpa 5%), maka Ho
(keputusan petani), dimana variabel Y diterima karena nilai uji F > alpa 5%.
adalah dummy keputusan petani maka Uji t-statistik digunakan untuk
variabel terikatnya adalah 0 jika petani tidak menguji pengaruh variabel-variabel bebas
beralih dan 1 jika petani beralih komoditi, terhadap variabel tak bebas secara
dengan memasukan variabel faktor-faktor parsial. Hasil uji t-statistik bisa disimpulkan
yang mempengaruhi keputusan petani. bahwa hanya variabel biaya produksi
Koefisien estimasi dari variabel (X3) dan pendapatan (X4) yang signifikan
independen yang signifikan ada 2 dari 4 mempengaruhi keputusan petani dalam
variabel yang diprediksi artinya ada 2 memilih usahatani (Y) sedangkan variabel
variabel independen terhadap pilihan luas lahan (X1) dan curahan tenaga
usahatani. Adapun 2 variabel independen kerja (X2) tidak signifikan mempengaruhi
yang mempengaruhi pilihan usahatani keputusan petani dalam memilih usahatani.
adalah biaya produksi usahatani dan Penjelasan masing-masing variabel
pendapatan rumah tangga. Terdapat 2 independen terhadap pilihan usahatani
kategori variabel yang tidak berpengaruh sebagai berikut :
terhadap pilihan usahatani yaitu variabel 1. Luas Lahan.
luas lahan kakao dan curahan tenaga Lahan adalah salah satu faktor
kerja kakao. produksi terpenting dalam usahatani.
Koefisien biaya produksi sebesar Umumnya semakin luas lahan garapan
8,68 yang berarti bahwa kenaikan semakin besar rata-rata produksi yang
8,68 persen biaya produksi berpeluang dihasilkan. Luas lahan garapan petani
mempengaruhi keputusan petani untuk responden berpengaruh negatif terhadap
beralih komoditi sebesar 8,68 persen. Nilai
probabilitas pilihan usahatani petani
uji t sebesar 2,152678 atau dengan p-value
responden dengan nilai koefisien -0,0927,
sebesar 0,0367 dengan tingkat kesalahan
(alpa 5%), maka Ho di tolak karena p-value artinya bertambahnya luas lahan usahatani
(0,0367) lebih kecil dari tingkat kesalahan menurunkan probabilitas keputusan petani
(alpa 5%). Sehingga dapat disimpulkan untuk beralih komoditi atau dengan kata
biaya produksi berpeluang mempengaruhi lain, semakin kecil luas lahan garapan kakao,
keputusan petani untuk beralih komoditi maka berpeluang untuk beralih ke komoditi
perkebunan kakao menjadi kelapa sawit. kelapa sawit semakin tinggi.
Hasil analisis regresi logistik Rata-rata luas lahan usahatani kakao
menghasilkan nilai adjusted R-squared = petani responden di Kecamatan Rio Pakava
0,6231 menandakan bahwa variasi dari sebesar 1,22 ha sedangkan rata-rata luas
pilihan petani dalam beralih komoditi dan lahan usahatani kelapa sawit petani responden
tetap (Y) mampu dijelaskan secara serentak di Kecamatan Rio Pakava sebesar 8,38 ha.
oleh luas lahan (X1), curahan tenaga kerja Mayoritas petani yang berusahatani kakao
(X2), biaya produksi (X3) dan pendapatan dengan luas lahan rata-rata < 1,5 Ha. Usaha
(X4) sebesar 62,31%, sedangkan sisanya meminimalisir pengeluaran yang semakin
sebesar 37,69% dijelaskan oleh faktor lain besar maka petani lebih memilih mengambil
yang tidak masuk dalam model. keputusan menanam kakao dengan luas
Uji F-statistik ialah untuk menguji lahan < 1,5 Ha , karena apabila dengan luas
pengaruh variabel bebas terhadap variabel lahan > 1,5 Ha akan menambah biaya

16
produksi. Luas lahan tidak menjadi salah Curahan tenaga kerja tertinggi usahatani
satu pilihan untuk beralih karena lahan kakao pada kegiatan panen yaitu 205,38 hok,
garapan < 1,5 ha bagi petani kakao sudah dibandingkan kegiatan lainnya. Curahan
cukup. Lahan kelapa sawit membutuhkan tenaga kerja tertinggi usahatani kelapa sawit
perawatan dan biaya yang cukup tinggi, pada kegiatan pengangkutan yaitu sebesar
sehingga jika petani kakao melakukan alih 36,26 hok, hal ini dikarenakan jauhnya
usahatani ke kelapa sawit dengan luas lahan jarak lahan usahatani ke pabrik pengolahan
< 1,5 ha akan merugikan petani. Kepemilikan kelapa sawit. Usahatani kelapa sawit tidak
lahan dalam suatu usahatani merupakan melakukan penyemprotan pestisida dan
salah satu faktor produksi umumnya sangat kegiatan pascapanen, sedangkan pemangkasan
mendukung untuk pengembangan usahatani yang dilakukan hanya pemangkasan pelepah
tersebut. Hal ini dikarenakan, semakin luas yang dilakukan setiap 8 bulan, sehingga
lahan yang dimiliki oleh petani maka akan membutuhkan curahan tenaga kerja yang kecil.
semakin besar potensi petani tersebut untuk Penggunaan tenaga kerja yang
mengembangkan usahataninya. digunakan adalah tenaga kerja dalam
2. Curahan Tenaga Kerja. keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja
Variabel curahan tenaga kerja dalam rumahtangga merupakan sumberdaya
berpengaruh negatif terhadap pilihan rumahtangga yang dapat dimanfaatkan dan
usahatani responden dengan nilai koefisien diatur penggunaannya sedangkan tenaga
-0,0029, artinya curahan tenaga kerja kerja luar keluarga merupakan tenaga
menurunkan peluang alih komoditi usahatani kerja yang berasal dari luar anggota
kakao ke usahatani kelapa sawit. Hal ini keluarga yang biasanya disebut buruh tani.
disebabkan curahan tenaga kerja yang Menurut Damayanti (2012), penggunaan
dibutuhkan dalam usahatani kelapa sawit tenaga kerja merupakan wujud dari
sangat tinggi, karena luas lahan yang cukup pemanfaatan sumberdaya manusia yang
besar sehingga membutuhkan tenaga kerja bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan.
yang banyak pula. Apabila tenaga kerja Jumlah penggunaan waktu terbatas pada
bertambah maka biaya yang dikeluarkan 24 jam sehari, sehingga dengan jumlah
juga akan bertambah untuk tenaga kerja. yang terbatas akan dipergunakan untuk
Terdapat perbedaan tanda koefisien yang berbagai kegiatan memperoleh upah.
diharapkan (expected sign) pada peluang 3. Biaya Produksi Kakao.
terjadinya alih usahatani karena berapapun Variabel biaya produksi kakao
tingginya curahan tenaga kerja, petani signifikan dengan koefisien sebesar 8,68,
tetap membutuhkan tenaga kerja untuk artinya biaya produksi kakao yang
usahataninya sehingga curahan tenaga kerja dikeluarkan petani responden berpeluang
usahatani kakao tidak mempengaruhi mempengaruhi keputusan petani untuk
peluang terjadinya alih usahatani kakao ke beralih komoditi. Angka odds ratio peluang
usahatani kelapa sawit. alih komoditi terhadap biaya produksi
Terdapat perbedaan curahan kerja sebesar 8,68 menunjukan bahwa peluang
pada setiap tahapan kegiatan usahatani petani kakao beralih komoditi ke usahatani
kakao dan usahatani kelapa sawit. Curahan kelapa sawit karena pengaruh besarnya
tenaga kerja tertinggi pada usahatani kakao biaya produksi adalah 8,68 kali terpengaruh.
yaitu sebesar 404,459 hok/ha/bulan sedangkan Semakin tinggi biaya usahatani kakao
curahan tenaga kerja pada usahatani kelapa yang dikeluarkan petani responden maka
sawit sebesar 91,89 hok/ ha/bulan. Terdapat berpeluang menyebabkan alih komoditi
selisih curahan tenaga kerja sebesar 312,569 usahatani kakao ke usahatani kelapa sawit.
hok, hal ini dikarenakan usahatani kakao Usahatani kakao membutuhkan
membutuhkan perawatan yang cukup sulit biaya yang cukup besar, dimana kebutuhan
dibandingkan usahatani kelapa sawit. akan sarana produksi (pupuk, pestisida) dan

17
biaya tenaga kerja sangat tinggi, namun diperoleh petani menjadi salah satu
produksinya tetap rendah, sedangkan pada faktor utama penilaian dan alasan pilihan
usahatani kelapa sawit biaya yang cukup keputusan petani dalam melakukan
besar hanya dibutuhkan pada saat awal alih komoditi.
pelaksanaan budidaya, selanjutnya setelah Variabel pendapatan signifikan dengan
berproduksi biaya yang dibutuhkan cukup koefisien sebesar 1,17 artinya pendapatan
rendah. Total biaya rata-rata usahatani kakao yang diperoleh petani responden berpeluang
sebesar Rp. 3.093.736,794/ha/bulan sedangkan mempengaruhi keputusan petani untuk
total biaya rata-rata yang dikeluarkan responden beralih komoditi. Setiap penambahan
petani kelapa sawit sebesar Rp. 1.904.645,814 pendapatan petani responden sebesar satu
/ha/bulan. Biaya tenaga kerja rata-rata yang juta rupiah akan menambah probabilitas
dikeluarkan responden petani kakao sebesar petani responden untuk beralih komoditi
Rp. 2.190.819,672/ha/bulan sedangkan biaya sebesar 11,7%. Rendahnya pendapatan dan
tenaga kerja rata-rata responden petani hasil produksi pertanian dikarenakan
kelapa sawit sebesar Rp. 497.764,519, berdasarkan kondisi eksisting rata-rata
disini terlihat selisih biaya tenaga kerja pendapatan di sektor perkebunan kakao
yang cukup tinggi antara usahatani kakao yaitu sebesar Rp. 1,344,884.2698/1,22ha/bulan,
dan usahatani kelapa sawit yaitu sebesar sedangkan untuk lahan perkebunan kelapa
Rp. 1.693.055,153. sawit rata-rata pendapatan yang diperoleh
Usahatani kelapa sawit, karena pada yaitu sebesar Rp. 17,401,517.940/8,38
usahatani kelapa sawit tidak dilakukan ha/bulan. Perbandingan pendapatan yang
penyemprotan pestisida dan pascapanen. cukup signifikan antara petani kakao dengan
Setelah kelapa sawit dipanen langsung kelapa sawit ini menjadi penyebab terjadinya
dijual ke pabrik sedangkan pada usahatani alih komoditi kakao ke kelapa sawit.
kakao melakukan penyemprotan pestisida Komoditas kelapa sawit di
dan pada masa pascapanen kakao kegiatan Kecamatan Rio Pakava merupakan komoditas
yang dilaksanakan adalah pembelahan buah, andalan yang memberikan pendapatan
fermentasi buah, pencucian, penuntasan, masyarakat yang lebih baik dan terjamin
pengeringan/penjemuran, sortasi, dan dibandingkan dengan komoditas pertanian
penjualan. Tanaman kakao rentan terhadap lain seperti kakao. Nilai ekonomi kelapa
serangan hama dan penyakit, sedangkan sawit yang lebih tinggi meningkatkan minat
tanaman kelapa sawit resiko kegagalan petani untuk mengusahakan kelapa sawit,
panen relatif kecil dan harga relatif stabil dibandingkan dengan usahatani kakao.
sehingga resiko yang dihadapi petani kelapa Total biaya (cost) yang dikeluarkan
sawit menjadi kecil. Biaya produksi pertanian responden petani kakao setiap bulan
yang tinggi tersebut merupakan salah adalah Rp. 3,093,736.828/ha dengan
satu penyebab terjadinya alih komoditi pendapatan Rp. 1,102,364.155/ha/bulan.
perkebunan kakao menjadi perkebunann Total Biaya (cost) yang dikeluarkan
kelapa sawit. petani kelapa sawit setiap bulan adalah
4. Pendapatan. Rp. 1.899.872,544/ha dengan pendapatan
Pendapatan merupakan suatu Rp. 2,076,553.454/ha/bulan. Selisih biaya
variabel ekonomi yang sangat penting (cost) antara usahatani kelapa sawit
sebagai penentu bagi pemenuhan kebutuhan dan usahatani kakao per Ha adalah
hidup seseorang termasuk bagi seorang Rp. 1.193.864,284 dan selisih pendapatan
petani. Petani akan terus melakukan suatu sebesar Rp. 974.189,299 artinya dengan
kegiatan jika kegiatan tersebut dianggap penambahan biaya sebesar Rp. 1.193.864,284
dapat memberikan pendapatan yang sesuai dari usahatani kakao, petani akan
(Azmi, 2008). Dalam kaitannya dengan memperoleh tambahan pendapatan sebesar
penelitian ini, tingkat pendapatan yang Rp. 974.189,299 dari usahatani kelapa

18
sawit. Dengan demikian, opportunity cost telah ditanami kelapa sawit membutuhkan
alih usahatani kakao menjadi usahatani waktu yang sangat panjang dan biaya yang
kelapa sawit sebesar Rp. 974.189,299. sangat tinggi untuk mengembalikan lahan
Penelitian ini relevan dengan produktif seperti semula.
penelitian Daulay (2003), yang mengatakan
bahwa pendapatan dan penerimaan KESIMPULAN DAN SARAN
usahatani kelapa sawit sangat menjanjikan.
Menurutnya usahatani kelapa sawit lebih Kesimpulan
menguntungkan dibandingkan usahatani Berdasarkan hasil penelitian dan
karet, sehingga banyak petani yang pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
mengkonversi lahan karet menjadi lahan bahwa peluang petani melakukan alih
kelapa sawit. Menurut Daulay total komoditi dipengaruhi oleh biaya produksi
keuntungan usahatani kelapa sawit sebesar kakao dengan nilai koefisien 8,68 dan
Rp. 130.135.000 selama 20 tahun masa pendapatan kelapa sawit dengan nilai
tanam atau Rp. 6.506.750 per ha per tahun, koefisen 1,17, sedangkan luas lahan dan
sedangkan total keuntungan usahatani curahan tenaga kerja tidak berpengaruh
karet sebesar Rp. 44.212.000 selama 20 terhadap keputusan petani melakukan alih
tahun masa tanam atau Rp. 2.210.000 per ha komoditi perkebunan kakao menjadi
per tahun. perkebunan kelapa sawit.
Alih usahatani kakao akan
berdampak terhadap berbagai aspek, Saran
khususnya ketersediaan biji kakao secara Dukungan pemerintah setempat
nasional. Apabila alih usahatani kakao tidak diperlukan untuk memberi stimulan kepada
terkendali, sangat mungkin mengakibatkan petani dalam menerapkan teknologi sambung
Indonesia akan kekurangan pasokan biji samping atau peremajaan tanaman kakao
kakao dan impor biji kakao akan semakin yang tidak produktif melalui pelatihan dan
meningkat. Oleh karena itu, penyelamatan penyuluhan untuk meningkatkan produktivitas.
lahan usahatani kakao perlu dilakukan Mengendalikan terjadinya alih
dengan serius, komprehensif dan terencana usahatani kakao, maka perlu dilakukan
oleh semua pihak. Secara ekonomis budidaya strategi perlindungan dan pengendalian
kelapa sawit memang sangat menguntungkan, untuk memperkecil peluang terjadinya alih
akan tetapi hal tersebut hanya pada jangka komoditi perkebunan kakao menjadi
pendek karena kelapa sawit optimal sampai perkebunan kelapa sawit.
pada umur 20 tahun, setelah itu bila lahan Perlu peningkatan peran penyuluh,
kelapa sawit akan dikonversi kembali subsidi pemerintah, dan perlunya upaya
menjadi lahan pertanian akan bermasalah pelarangan sejumlah alih usahatani ke
karena struktur tanah sudah rusak dan usahatani kelapa sawit oleh pemerintah,
kandungan unsur haranya telah berkurang karena bekas lahan yang telah ditanami
sehingga tanah menjadi gersang. Hal ini kelapa sawit diperlukan waktu yang sangat
dipengaruhi oleh sistem perakaran serabut panjang untuk bisa diolah kembali menjadi
pada tanaman kelapa sawit. Lahan yang lahan produktif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Astuti P, Wibawa W dan Ishak A. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan Menjadi
Kelapa Sawit Di Bengkulu : Kasus Petani Di Desa Kungkai Baru. Prosiding Seminar Nasional
Budidaya Pertanian. ISBN 978-602-19247-0-9.

Azmi, Z. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengikuti Program Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Dan Curahan Kerja
(Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor). Skripsi Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumber Daya, Fakultas Pertanian IPB.

Bailey, K. 1999. Methods of Social Research. New York : The Free Press.

Damayanti, L. 2012. Pengaruh Irigasi terhadap Kesempatan Kerja, Kemiskinan dan Ketahanan Pangan
Rumahtangga Tani di Daerah Irigasi Parigi Moutong. Disertasi Program Pascasarjana UGM.

Daulay, Peruhuman. 2003. Konversi Lahan Komoditi Karet menjadi Komoditi Kelapa Sawit Studi Kasus di
Desa Batu Tunggal Kecamatan Na.IX-X Kabupaten Labuhan Batu). Tesis USU. Dikutip dari:
http://repository.usu.ac.id, pada Tanggal 01 Mei 2015.

Gujarati, D. 1991. Ekonometrika Dasar. Cetakan II. Jakarta : Erlangga.

Isdijoso, S.H., E. Sutisna dan A. Bilang, 1990. Kajian Aspek Sosial Ekonomi dalam Rangka Pengembangan
Kapas di Lahan Sawah Bero. Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang.

Purba Chandra, J.E. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman
Perkebunan Teh menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun. Tesis. Medan:
Sekolah Pascasarjana USU.

Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Press.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

20

You might also like