You are on page 1of 15

Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

BERAT DAN PANJANG BAYI SERTA NILAI Z SKOR BAYI DENGAN ASI PREDOMINAN
DAN PARSIAL BERDASARKAN STANDAR WHO 2005 DAN NCHS\WHO

(Analisis data sekunder Penelitian Kohor Prospektif : Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini terhadap
Gangguan Pertumbuhan Bayi dengan Berat Lahir Normal sampai Umur 4 bulan)

Anies Irawati1; Endang L. Achadi2 dan Abas B Jahari1


Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbangkes, Dep.Kes RI
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Indonesia

ABSTRACT

New WHO standard introduce to implemented in every country including Indonesia. The
population of children to develop new standard comes from good economic status and low
mobility. Three quarters infant were exclusive/predominantly breastfed for at least four month. In
Indonesia, predominantly and partially breastfed most practiced than exclusive breastfeeding. To
compare the growth of infants according to WHO new standard and NCHS reference. Methods:
Analyzed using secondary data of cohort prospective research of “the influence early
supplementation infant feeding to first four month infant growth”. Developing curve of infant weight
and length attainment for predominant and partially breastfed; also developing curve Z score
(weight for age, weight for length and length for age) for predominant and partially breastfed. Both
curves development are using new WHO standard and NCHS reference. During the first four
month, the weight and length deviation of infant with predominantly and partially breastfed using
new who standard larger than NCHS, and infant with predominantly breastfed better than partially
breastfed. The Z score curve for weight for age, length for age and weight for age simultaneously
as a pattern of new WHO standard, but since birth until 4 month age the number of Z score for
those indicators lower than WHO new standard. New WHO standard anthropometry more
representative to infant growth than NCHS reference.

Keywords: Predominant breastfed infants, partially breastfed infants, growth curve, New WHO
standard, NCHS reference

PENDAHULUAN Kriteria inklusi sampel anak balita WHO


growth standard 2005 adalah tidak tinggal di

P ada tahun 2006 standar antropometri lingkungan yang memungkinkan terjadinya


baru yang disebut ‘standar gangguan pertumbuhan, ibu bersedia
antropometri WHO 2005’ mulai mengikuti MGRS (Multicenter Growth
diperkenalkan. Standar WHO ini Reference Study), ibu bersedia mematuhi
menggunakan populasi anak balita dari pemberian makan pada balita sesuai
enam negara termasuk Asia, yaitu Brazil, rekomendasi MGRS (ASI eksklusif atau ASI
Ghana, India, Norway, Oman dan USA. predominan sedikitnya selama 4 bulan,
Populasi anak balita yang dilibatkan untuk memperkenalkan MP-ASI ketika bayi
mengembangkan WHO growth standard berumur 6 bulan, dan melanjutkan
2005 ini tinggal di keluarga dengan keadaan memberikan ASI sampai sedikitnya bayi
sosial ekonomi yang favourable untuk berumur 12 bulan), ibu tidak merokok
tumbuh dan mobilitas rendah. Seperempat sebelum dan sesudah melahirkan, kelahiran
bayi mendapat ASI eksklusif/ASI predominan tunggal dan cukup bulan serta tidak sakit
sedikitnya selama 4 bulan. (WHO, 2006). Pengukuran terhadap berat

1
2

60
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

badan dan panjang badan pada bayi sampai sampel adalah bayi lahir cukup bulan, bayi
usia 59 bulan dilakukan setiap bulan. lahir normal (tidak cacat), berat bayi lahir
Dengan populasi yang lebih bervariasi, normal, bayi lahir tunggal, sampai umur 4
dengan kriteria inklusi tersebut diatas serta bulan bayi masih mendapat ASI dan ibu tidak
frekuensi pengukuran yang lebih sering, menderita sakit menahun.
maka dapat diharapkan bahwa Standar Data yang dikumpulkan dan diperlukan
antropometri WHO 2005 akan lebih untuk analisis paper ini adalah umur bayi,
merepresentasikan pola pertumbuhan yang berat dan panjang bayi sejak lahir sampai
optimal untuk semua ras. umur 4 bulan. Pada saat penelitian ini
Standar antropometri yang baik dapat dilakukan, Departemen Kesehatan
digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk menetapkan pemberian ASI eksklusif
mengukur dan memonitor prevalensi sedikitnya selama 4 bulan, dan pada bulan
malnutrisi dan pola pertumbuhan bayi dan April 2004 melalui SK Menkes No.
anak-anak, serta untuk membandingkan pola 450\Menkes\SK\IV\2004 tentang pemberian
pertumbuhan bayi dan anak-anak Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi
berdasarkan berbagai faktor, antara lain di Indonesia sedikitnya selama 6 bulan. Data
praktek pemberian ASI, yang saat ini berat dan panjang bayi lahir dikumpulkan
menjadi perhatian karena rendahnya dalam 24 jam setelah bayi dilahirkan. Berat
prevalensi pemberian ASI eksklusif. Misalnya bayi ditimbang dengan timbangan digital
beberapa penelitian longitudinal merk Hitachi dengan ketelitian 10 gram dan
membuktikan bahwa hanya kurang dari 5 % panjang bayi diukur dengan papan pengukur
bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI panjang bayi dilengkapi pita microtoise
eksklusif\predominan (Irawati, 2004; dengan ketelitian 0,1 cm. Pengukuran
Utomo,1996; Kusharisupeni, 1999; Kusin konsumsi ASI, dibedakan antara predominan
dan Kardjati, 1994). Untuk itu perlu dikaji dan parsial. Mengacu pada kriteria
apakah pertumbuhan bayi yang breastfeeding WHO bayi dengan ASI
mendapatkan ASI eksklusif predominan predominan didefinisikan sebagai bayi yg
untuk waktu yg dianjurkan akan mendapat ASI dan cairan (madu, air putih,
mempengaruhi pertumbuhan bayi tersebut. air teh) tetapi tidak mendapat makanan
Paper ini menguraikan hasil kajian padat\semi padat. Sedangkan bayi ASI
pencapaian berat dan panjang bayi serta parsial didefinisikan sebagai bayi yg
nilai Z skor bayi yang mendapat ASI mendapat ASI dan cairan juga makanan
predominan dan ASI parsial dengan padat\semi padat (WHO 2002, WHO 2006).
menggunakan standar antropometri WHO
2005. Analisis pada paper ini menggunakan Analisis data
data sekunder penelitian tentang pengaruh Analisis data untuk paper ini dilakukan
pemberian makanan pendamping ASI dini dengan membuat kurva panjang badan dan
terhadap gangguan pertumbuhan bayi lahir berat badan bayi penelitian yang kemudian
normal sampai umur 4 bulan. dibandingkan dengan standar WHO 2005
dan standar NCHS. Selanjutnya data
METODE panjang badan, berat badan dan umur
dianalisis menurut nilai z-skor dengan
Pengumpulan data penelitian menggunakan standar WHO dan NCHS.
Data yang digunakan berasal dari Nilai rata-rata z-core berdasarkan kedua
penelitian kohor prospektif pada sebanyak standar tersebut kemudian dibuat kurva.
234 pasang ibu dan bayi yang dipantau sejak Analisis dilakukan dengan membedakan
bayi lahir sampai berumur 4 bulan, yang jenis kelamin dan pola pemberian ASI
dilakukan di Kecamatan Sukaraja, (predominan dan parsial)
Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan
selama 21 bulan (Maret 2002 sampai
dengan November 2003). Kriteria Inklusi

61
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

DASAR PEMIKIRAN Selanjutnya gambar 1 menunjukkan bahwa


telah terjadi growth faltering secara tajam
Dalam rangka membandingkan posisi sejak usia sangat dini, dan menetap jauh
status gizi bayi Indonesia dengan standar dibawah standar WHO walaupun masih
WHO, maka perlu dilakukan analisis berada pada batasan >-2SD. Apakah hal ini
terhadap situasi status gizi bayi di Indonesia, terkait dengan praktek pemberian ASI
sebagai pertimbangan dalam melakukan eksklusif, perlu dikaji lebih jauh. Namun,
interpretasi. memang terdapat kecenderungan penurunan
Gambar 1 berikut menunjukkan pola pemberian ASI eksklusif sejak dekade
pertumbuhan anak balita di Indonesia sejak terakhir, dan data SDKI 2002\2003
tahun 1989 sampai dengan tahun 2005 yang menunjukkan bahwa hanya 13.9% bayi usia
bersumber dari data SUSENAS. Walaupun 4-5 bulan yang masih mendapatkan ASI
membaik dibandingkan tahun-tahun eksklusif. Berbagai penelitian menunjukkan
sebelumnya, gambar diatas menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan janin akan
bahwa bayi pada waktu lahir berada pada menyisakan efek (retained effect) terhadap
kisaran z-skor 0.5 – 0.0, artinya berada pada pertumbuhan selanjutnya. Berlanjutnya
batasan marginal bila dibandingkan dengan masalah pertumbuhan yang ditunjukkan
standar WHO. Telah diketahui bahwa bayi dengan terjadinya growth faltering pada usia
yang lahir dengan berat badan kurang dini mengindikasikan bahwa hambatan
optimal menunjukkan bahwa telah terjadi pertumbuhan pada masa janin berlanjut ke
hambatan pada pertumbuhan semasa janin. masa pasca-salin.

1.00

0.50
10 14 18 22 26 30 34 38 42 46 50 54 58
0.00 0 2 4 6 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60

Rata2 -0.50
Z-skor
-1.00
-1.50
-2.00
-2.50 1989 1995 2000 2005 Umur (bulan)

Gambar 1. Kejadian Growth faltering antara usia 0-4 bulan, 1989–2005


(Sumber: Atmarita, Jogya, Juli 2006)

Selanjutnya, penelitian di Bogor (Iman penelitian ini dilakukan dengan


dkk, 2005) menunjukkan prevalensi kurang menggunakan standar WHO 2005 dan
Gizi pada bayi 0-5 bulan. Analisis data rujukan NCHS.

62
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

25
-2 Z (BB\PB) -2 Z (PB\U) -2 Z (BB\U)
20

15 NCHS
%

WHO 2005
10

Gambar 2. Prevalensi Gizi Kurang pada Bayi 0-5 bulan


(Sumber: Iman, Jogya, Juli 2006)

Secara umum seperti telah (tidak mengikuti pola yang seharusnya).


diperkirakan, prevalensi kurang gizi Artinya kurva pertumbuhan bayi pada
berdasarkan BB/U, BB/PB dan PB/U lebih penelitian ini seharusnya paralel di
tinggi bila menggunakan standar WHO bawah kurva WHO 2005, kecuali kalau
dibandingkan dengan rujukan NCHS, namun terjadi hambatan pertumbuhan pasca
demikian kecenderungan prevalensi kurang salin.
gizi antara standar WHO dan NCHS sama, 2. Terjadi deviasi antara data penelitian
yaitu prevalensi kurang gizi berdasarkan PB/ dengan standar WHO, dan diperkirakan
U lebih tinggi dibandingkan dengan semakin melebar apabila status gizi
berdasarkan BB/PB, dan dibandingkan sub-optimal tersebut berlanjut sampai
dengan berdasarkan BB/U. Tampaknya pada masa pasca-lahir yang
kurang gizi kronis (berdasarkan PB/U) lebih disebabkan oleh faktor-faktor pengaruh,
merupakan masalah dibandingkan dengan a.l. pola pemberian makanan/ASI
kurang gizi akut (BB/TB), walaupun masalah 3. Khusus untuk data penelitian ini, deviasi
gizi akut juga cukup tinggi. Dengan demikian terhadap normal diharapkan tidak
data ini juga menunjang ulasan di atas terlalu besar karena karakteristik
bahwa bayi mengalami kekurangan gizi sampel. Pada penelitian ini dipilih
sejak janin yang berlanjut pada masa bayi, sampel yang tidak mengalami lahir
sehingga deviasi status gizi semakin melebar dengan berat badan rendah (BBLR) dan
dengan bertambahnya usia. sehat, namun berasal dari keluarga
Berdasarkan ke dua data di atas, dalam dengan keadaan sosial-ekonomi yang
melakukan analisis data penelitian ini rendah.
terhadap standar WHO 2005 dan Selain itu, standar WHO 2005 dan
WHO/NCHS digunakan asumsi sebagai WHO-NCHS memang berbeda terutama
berikut: pada usia 6 bulan pertama. Panjang badan
1. Pada usia nol bulan, diperkirakan status bayi/anak dengan standar WHO 2005 lebih
gizi sudah berada di bawah WHO, tinggi dibandingkan dengan WHO-NCHS,
sehingga diperkirakan pola sementara BB/U hanya pada usia 6 bulan
pertumbuhan pasca lahir kurang optimal pertama lebih tinggi, selanjutnya lebih

63
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

rendah. Dengan demikian dapat diharapkan Pencapaian panjang bayi (laki – laki dan
bahwa prevalensi kurang gizi lebih besar perempuan)
pada usia 6 bulan pertama bila Gambar 3 menunjukkan bahwa pada
menggunakan standar WHO 2005 usia 0 bulan, berat badan bayi laki-laki dan
dibandingkan menggunakan WHO-NCHS, perempuan, baik pada bayi predominan
pada umur yang selanjutnya prevalensinya maupun parsial ASI, lebih pendek
lebih kecil. Sedangkan prevalensi bayi dibandingkan dengan WHO 2005 dan
pendek lebih besar untuk usia 6 bulan terutama dengan WHO/NCHS. Sampai usia
pertama dan umur selanjutnya. bayi 2 bulan, kurva bayi pada penelitian
sejajar dengan stándar WHO 2005.
HASIL ANALISIS Sementara kurva WHO/NCHS dan WHO
Kajian analisis disajikan dalam empat 2005 pada usia 1-3 bulan hampir sejajar,
bagian yaitu pencapaian panjang bayi, tidak demikian dengan bayi penelitian ini,
pencapaian berat bayi, serta perbandingan dimana kurva bayi mulai menjauhi kurva
nilai Z skor bayi laki-laki dan nilai Z skor bayi WHO pada usia 2 bulan, dan pada usia bayi
perempuan dengan standar WHO. 4 bulan terdapat deviasi sebesar 2,1 cm baik
terhadap kurva WHO 2005 maupun terhadap
WHO/NCHS.

64
62
60
58
56
54
52
50
48
0 1 2 3 4

WHO2005 49.5 54.2 57.75 60.6 63


WHO NCHS 50.2 54 57.4 60.3 63
ASI Predominan 48.6 53.1 56.7 58.9 60.9
ASI Parsial 48.7 53.2 56.7 58.9 60.9

Gambar 3. Pencapaian Panjang Bayi Laki-Laki dan Perempuan


Terhadap Standar Antopometri WHO 2005 dan NCHS 1989 (N = 234)

64
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

64
62
60
58
56
54
52
50
48
0 1 2 3 4

WHO 2005 49.9 54.7 58.4 61.4 63.9


WHO NCHS 50.5 54.6 58.1 61.1 63.7
ASI Predominan 49 53.5 57.2 59.5 61.2
ASI Parsial 49 53.4 57 59.1 60

Gambar 4. Pencapaian Panjang Bayi Laki-Laki


Terhadap Standar Antopometri WHO 2005 dan NCHS 1989 (N=132)

Pada bayi laki-laki, sejak 0 bulan sebesar 2,7 cm pada ASI predominan dan
terdapat defisit panjang badan bila 3,9 cm pada bayi ASI parsial. Deviasi
dibandingkan dengan standar WHO maupun panjang bayi ASI parsial terhadap bayi
NCHS. Kurva bayi penelitian ini sejajar predominan ASI terjadi mulai sejak usia 1
dengan kedua standar sampai usia 2 bulan, bulan dan semakin menjauh dengan
terjadi deviasi dengan bertambahnya umur, bertambahnya umur bayi, sehingga pada
dan pada usia 4 bulan perbedaan deviasi usia 4 bulan terdapat perbedaan deviasi
antara bayi penelitian dengan WHO adalah sebesar 1,2 cm.

64
62
60
58
56
54
52
50
48
0 1 2 3 4

WHO 2005 49.1 53.7 57.1


Bulan 59.8 62.1
WHO NCHS 49.9 53.5 56.8 59.5 62
ASI Predominan 48.2 52.6 56 58.3 60
ASI Parsial 48.2 52.7 56.1 58.4 60.5

Gambar 5. Pencapaian Panjang Bayi Perempuan


Terhadap Standar Antopometri WHO 2005 dan NCHS 1989 (N = 102)

65
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

Sama seperti pada bayi laki-laki, bayi Pada Gambar 6, ternyata berat badan
perempuan sejak 0 bulan terdapat defisit rata-rata bayi, baik yang mendapatkan ASI
panjang badan antara kedua standar. Kurva predominan maupun yang mendapatkan ASI
bayi penelitian ini sejajar dengan standar parsial, kurang dari 3000 gram, cukup jauh
WHO 2005 sampai 2 bulan, kemudian terjadi dari standar WHO maupun NCHS. Menarik
deviasi dengan bertambahnya umur, dan untuk dikaji bahwa kurva NCHS mengalami
pada usia 4 bulan perbedaan deviasi antara deviasi terhadap kurva WHO dengan
bayi penelitian dengan WHO adalah sebesar bertambahnya umur. Pada 2 bulan pertama
2,1 cm pada ASI predominan dan 1,6 cm kehidupannya, kurva berat badan bayi
pada bayi ASI parsial. Artinya terdapat defisit penelitian lebih sejajar dengan kurva WHO
panjang badan sebesar 3,4% pada bayi ASI dibandingkan kurva NCHS, kemudian terjadi
predominan dan 2,6% pada bayi dengan ASI deviasi terutama pada kelompok bayi dg ASI
parsial. Deviasi panjang pada bayi ASI parsial. Pada bayi dengan ASI parsial pada
parsial dengan bayi predominan ASI tidak umur 4 bulan, perbedaan berat badan
begitu berbeda. tersebut mencapai 0,9 kg, atau defisit
sebesar 13,4% terhadap standar WHO.
Pencapaian berat bayi (laki – laki dan
perempuan)
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5 0 1 2 3 4
Bulan
W H O 2005 3 .3 4 .4 5 .4 6 .1 6 .7

WHO NCHS 3 .2 5 4 .1 5 4 .9 5 5 .7 6 .3 5

A SI Pr e d omina n 2 .9 4 .1 4 .9 5 .6 6 .2

A SI Pa rs ia l 2 .9 4 4 .7 5 .1 5 .8

Gambar 6. Pencapaian Berat Bayi Laki-Laki dan Perempuan


terhadap Standar Antopometri WHO 2005 dan NCHS 1989 (N = 234)

7 Kg
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
0 1 2 3 4

WHO 2005 3.3 4.5 5.6 6.4 7

WHO NCHS 3.3 4.3 5.2 6 6.7

ASI Predominan 3 4.1 4.9 5.7 6.2

ASI Parsial 2.9 4 4.6 5.2 5.8

Gambar 7. Pencapaian Berat Bayi Laki-Laki


Terhadap Standar Antopometri WHO 2005 dan NCHS 1989 (N = 132)

66
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

Gambar 7 menunjukkan bahwa berat Pada umur 4 bulan perbedaan berat badan
badan rata-rata bayi, baik yang antara bayi dengan ASI parsial dengan
mendapatkan ASI predominant maupun standar WHO adalah 1,2 kg sementara ASI
yang mendapatkan ASI parsial berada cukup predominan adalah 0,8kg. Defisit ini cukup
jauh dari standar WHO maupun NCHS. besar pada usia yg sangat dini, sebab berarti
Deviasi kurva berat badan bayi penelitian pada bayi dengan ASI parsial terdapat
telah terjadi sejak bayi berusia 1 bulan, dan 17,1% dan pada ASI predominant terdapat
semakin besar dengan bertambahnya umur, 11,4% defisit terhadap standar.WHO 2005.
terutama pada bayi dengan ASI parsial.

Kg
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
0 1 2 3 4

W HO 2005 3.2 4.2 5.1 5.8 6.4

W HO NCHS 3.2 4 4.7 5.4 6

AS I Predominan 2.9 4.2 4.8 5.6 6.1

AS I Parsial 2.9 4 4.5 5.1 5.7

Gambar 8. Pencapaian Berat Bayi Perempuan


Terhadap Standar Antopometri WHO 2005 dan NCHS 1989 (N = 102)

Berat bayi pada 0 bulan lebih rendah kurva WHO, paling tidak dalam usia 2 bulan
dibandingkan kedua standar. Selanjutnya pertama, sementara terhadap kurva NCHS
kurva berat badan bayi dengan ASI pola pertumbuhan bayi penelitian tidak
predominan memotong kurva NCHS pada konsisten.
umur 1 bulan dan tetap berada di atas kurva Sampel standar WHO adalah bayi yang
NCHS sampai usia 4 bulan. Sebaliknya pada diberi ASI eksklusif. Penelitian ini
ASI parsial, deviasi terhadap kedua standar menunjukkan bahwa keuntungan praktek
semakin lebar dengan bertambahnya umur. pemberian ASI predominan terhadap ASI
Bila dibandingkan dengan bayi laki-laki, parsial terhadap pertumbuhan bayi
deviasi berat badan pada bayi perempuan ditunjukkan oleh lebih baiknya kurva panjang
kurang nyata dibandingkan dengan pada badan dan berat badan bayi dengan ASI
bayi laki-laki. Perbedaan berat badan antara predominan, baik pada bayi laki-laki maupun
bayi yang diberi ASI parsial dan predominan pada bayi perempuan, dibandingkan dengan
adalah sebesar 0,4 kg pada umur bayi 4 bayi dengan ASI parsial.
bulan.
Dari ulasan temuan diatas, dapat Nilai z skor pada bayi Laki-Laki
disimpulkan bahwa pola pertumbuhan bayi Secara umum, standar status gizi
penelitian lebih sesuai dengan standar WHO menurut berat badan dan umur menunjukkan
2005 seperti yg diindikasikan oleh sejajarnya perbedaan antara standar WHO dan NCHS,
kurva pertumpuhan bayi penelitian dengan namun tidak konsisten. Pada usia 6 bulan

67
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

pertama standar NCHS berada dibawah lebih besar bila menggunakan standar WHO.
standar WHO, sedangkan pada usia yg lebih Sementara itu, bayi dengan nilai z-skor > - 3
tua diatas WHO. Perbedaan antara standar SD tidak akan begitu terpengaruh.
WHO dengan NCHS terlihat jelas pada usia Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
6 bulan pertama dan diatas 28 bulan. Pada diharapkan bahwa nilai z-skor BB/U bayi
usia 0-6 bulan, kurva NCHS pada z-skor -3 pada usia 6 bulan pertama akan jauh lebih
jauh lebih rendah dibandingkan dengan rendah bila menggunakan standar WHO
kurva WHO, demikian pula pada usia diatas dibandingkan dengan bila menggunakan
28 bulan pada z-skor +3. Artinya, dapat standar NCHS. Artinya, prevalensi kurang
diharapkan bahwa prevalensi bayi 0-6 bulan gizi jauh lebih tinggi bila menggunakan
dengan z-skor < -3 SD akan lebih besar bila standar WHO dibandingkan dengan
menggunakan standar WHO, dan prevalensi menggunakan standar NCHS. Hal ini terlihat
bayi > 28 bulan dengan z-skor > 3 SD akan pada Gambar 9.

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
0 1 2 3 4

ASI Predominan WHO 2005 -0.76 -0.68 -1.02 -0.97 -1.07

ASI Parsial WHO 2005 -0.78 -0.86 -1.52 -1.73 -1.65

ASI Predominan WHO NCHS -0.24 -0.3 -0.32 -0.44 -0.41

ASI Parsial WHO NCHS -0.32 -0.27 -0.37 -0.43 -0.46

Gambar 9. Nilai Z skor BB/U Bayi Laki-Laki


Menggunakan Standar Antopometri WHO 2005 dan WHO NCHS (N = 132)

Nilai z skor berat badan terhadap umur Untuk kurva nilai Z-skor PB/U
ternyata berada dibawah nilai 0, walaupun berdasarkan WHO dan NCHS agak berbeda.
masih berada pada > - 2 SD. Nilai z-skor Secara konsisten pada usia 0-24 bulan,
berdasarkan standar NCHS lebih tinggi kurva NCHS berada dibawah kurva WHO
dibandingkan dengan WHO. Namun pada nilai z-skor yg rendah (< 0) dan
demikian standar NCHS tidak membedakan sebaliknya pada nilai Z-skor yang tinggi (>
kurva z-skor antara bayi dg ASI predominant 0). Setelah usia 24 bulan standar NCHS
dan ASI parsial. Sedangkan dengan standar selalu berada dibawah standar WHO.
WHO, terlihat adanya perbedaan kurva bayi Dengan demikian berarti bahwa bila
ASI predominan dengan ASI parsial yang menggunakan standar WHO maka bayi 0-24
semakin nyata dengan bertambahnya umur. bulan yang mempunyai Z-skor < 0 akan
Pada usia 4 bulan nilai z skor bayi dengan mempunyai Z-skor yg lebih rendah bila
ASI parsial adalah -1,65, sedangkan pada dibandingkan dengan menggunakan standar
bayi dengan ASI predominan lebih baik, yaitu NCHS, dan sebaliknya. Sedangkan pada
-1,07 (Gambar 9). bayi yang berusia lebih dari 24 bulan, bila
menggunakan standar WHO maka nilai Z-

68
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

skor nya akan selalu lebih rendah prevalensi stunted akan lebih besar
dibandingkan dengan bila menggunakan dibandingkan menggunakan NCHS.
NCHS, berapapun nilai z-skornya. Artinya, Keadaan ini sesuai dengan gambaran pada
bila menggunakan standar WHO, maka Gambar 10 di bawah ini.

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
0 1 2 3 4

ASI Predominan WHO -0.47 -0.67 -0.62 -0.97 -1.3


2005
ASI Parsial WHO 2005 -0.47 -0.72 -0.72 -1.17 -1.3

ASI Predominan WHO -0.45 -0.43 -0.34 -0.62 -0.91


NCHS
ASI Parsial WHO NCHS -0.46 -0.46 -0.41 -0.73 -0.91

Gambar 10. Nilai Z skor PB\U Bayi Laki-Laki


Menggunakan Standar Antopometri WHO 2005 dan WHO NCHS 1989 (N = 132)

Nilai z skor panjang badan terhadap dalam 6 bulan belum cukup untuk
umur ternyata juga berada dibawah 0 tetapi menyebabkan perbedaan terhadap panjang
masih berada pada > -2SD. Nilai z-skor badan.
dengan menggunakan standar WHO lebih Pola BB/PB berdasarkan WHO dan
rendah dibandingkan dengan menggunakan NCHS cukup menarik. Nilai z-skor NCHS
standar NCHS, dan perbedaan tersebut lebih tinggi pada nilai z-skor yg lebih tinggi (>
semakin besar dengan bertabahnya umur. 0 SD), dan sebaliknya pada nilai yg lebih
Namun baik dengan menggunakan standar rendah. Hal ini tampak pada Gambar 11.
WHO maupun NCHS, tidak terlihat adanya Karena nilai z-skor bayi penelitian dibawah 0,
perbedaan nilai z-skor antara bayi ASI maka dapat diharapkan bahwa bila
parsial dengan ASI predominan, artinya menggunakan standar WHO maka nilai z-
perbedaan cara pemberian makanan bayi skornya akan lebih rendah.

69
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

3
Nilai Z skor BB/PB 2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
0 1 2 3 4

ASI Predominan WHO -0.52 -0.1 -0.67 -0.31 -0.22


2005
ASI Parsial WHO 2005 -0.56 -0.31 -1.3 -1.19 -1.04

ASI Predominan WHO 0.22 0.2 0.17 0.2 0.22


NCHS
ASI Parsial WHO NCHS 0.18 0.13 0.1 0.12 0.1

Gambar 11. Nilai Z skor BB\PB Bayi Laki-Laki


Menggunakan Standar Antopometri WHO 2005 dan WHO NCHS (N = 132)

Nilai z skor berat badan terhadap dengan menggunakan NCHS tidak


panjang badan dengan menggunakan WHO membedakan nilai Z-skor bayi dengan ASI
berada dibawah nilai Z-skor bila parsial terhadap bayi dengan ASI
menggunakan NCHS. Deviasi nilai Z-skor predominan. Sebaliknya bila menggunakan
ASI parsial terhadap ASI predominan tidak standar WHO, perbedaan tersebut jelas.
berbeda bila menggunakan standar NCHS, Bayi dengan ASI parsial mempunyai nilai Z-
sedangkan bila menggunakan standar WHO skor yang lebih rendah dibandingkan dengan
terlihat jelas, terutama dengan bayi dengan ASI predominan.
bertambahnya umur. Pada usia 4 bulan nilai Seperti pada bayi laki-laki, kurva NCHS
z skor bayi dengan ASI parsial berbeda pada usia 0-24 bulan berada di bawah kurva
sebesar 0,82. WHO pada nilai z-skor yg rendah (< 0) dan
sebaliknya pada nilai z-skor yang tinggi (> 0).
Nilai Z skor pada bayi Perempuan Setelah usia 24 bulan standar NCHS selalu
Kurva nilai z-skor BB/U WHO lebih berada dibawah standar WHO. Dengan
tinggi dibandingkan kurva NCHS pada usia demikian dapat diharapkan bahwa bila
0-6 bulan. Dengan demikian bisa diharapkan menggunakan standar WHO maka bayi 0-24
bahwa penggunaan standar WHO akan bulan yang mempunyai z-skor < 0 akan
memberikan nilai z-skor yang lebih rendah, mempunyai z-skor yg lebih rendah bila
seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibandingkan dengan menggunakan standar
berikut, selanjutnya prevalensi kurang gizi NCHS, dan sebaliknya. Artinya, dengan
akan lebih tinggi. menggunakan standar WHO maka
Nilai z-skor dengan menggunakan prevalensi stunted pada bayi 0-24 bulan
standar WHO lebih rendah bila dibandingkan akan lebih tinggi. Keadaan ini sesuai dengan
dengan menggunakan standar NCHS. gambaran pada Gambar 13.
Seperti pada bayi laki-laki, nilai Z-skor

70
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
0 1 2 3 4

ASI Pr edomi nan WHO 2005 -0. 78 -0. 12 - 0.48 -0. 42 - 0.46

ASI Par sial WHO 2005 -0. 75 -0. 38 - 0.91 -1. 12 - 0.96

ASI Pr edomi nan WHO NCHS 0. 03 0. 02 0 0 0

ASI Par sial WHO NCHS 0. 1 0. 13 0. 01 0.07 0.09

Gambar 12. Nilai Z skor BB\U Bayi Perempuan


Menggunakan Standar Antopometri WHO 2005 dan WHO NCHS (N = 102)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
0 1 2 3 4

AS I P redominan W HO 2005 -0.51 -0.54 -0.48 -0.69 -0.74

AS I P arsial W HO 2005 -0.51 -0.49 -0.43 -0.65 -0.74

AS I P redominan W HO NCHS -0.38 -0.33 -0.28 -0.47 -0.57

AS I P arsial W HO NCHS -0.42 -0.32 -0.26 -0.43 -0.56

Gambar 13. Nilai Z skor PB/U Bayi Perempuan


Menggunakan Standar Antopometri WHO 2005 (N = 102)

Nilai z-skor dengan menggunakan WHO Pola BB/PB berdasarkan WHO dan
berada di bawah nilai bila menggunakan NCHS cukup menarik. Nilai Z-skor WHO
NCHS, namun pada penelitian ini lebih tinggi pada panjang badan yang lebih
perbedaannya tidak begitu mencolok, lebih rendah, dan sebaliknya pada panjang badan
kurang sekitar 0,2 Standar Deviasi (SD). yang lebih tinggi. Dapat diharapkan bahwa
menggunakan standar WHO akan
Berat Badan terhadap Panjang Badan memberikan Z-skor yg lebih rendah, dan
(anak perempuan)

71
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

sebaliknya. Berarti prevalensi kurus akan


lebih besar bila menggunakan WHO.

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
0 1 2 3 4

ASI Pr edomi nan WHO - 0. 47 0. 48 - 0. 05 - 0. 02 - 0. 13

2005

ASI Par si al WHO 2005 - 0. 4 0. 02 - 0. 75 - 0. 83 - 0. 88

ASI Pr edomi nan WHO 0. 47 0. 59 0. 49 0. 4 0. 36


NCHS

ASI Par si al WHO NCHS 0. 32 0. 39 0. 18 0. 11 0. 1

Gambar 14. Nilai Z skor BB/PB Bayi Perempuan


Menggunakan Standar Antopometri WHO 2005 dan WHO NCHS (N = 102)

Nilai Z-skor dengan menggunakan Dari penelitian ini, tampaknya ASI


WHO 2005 lebih rendah dibandingkan predominan masih cukup baik sebagai
dengan menggunakan NCHS. Nilai Z-skor alternatif terhadap ASI eksklusif mutlak
BB/PB pada bayi dengan ASI parsial lebih pada kondisi dimana praktek pemberian
rendah dibandingkan ASI predominan, dan ASI eksklusif tidak memungkinkan
terutama sangat jelas pada nilai Z-skor yang diberikan.
menggunakan standar WHO, dengan 3. Pola pertumbuhan bayi dipengaruhi
perbedaan nilai 0,75 SD. oleh pertumbuhan didalam
kandungan (retained effect)
DISKUSI Bayi sejak usia 0 bulan mempunyai
1. WHO lebih sesuai sebagai standar status gizi dibawah standar WHO,
dibandingkan dengan NCHS artinya telah terjadi gangguan
Data penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan sejak di dalam
pola pertumbuhan bayi penelitian pada kandungan. Hal ini mempunyai implikasi
2 bulan pertama lebih sesuai (sejajar) pada pertumbuhan selanjutnya sebagai
dan konsisten dengan standar WHO akibat retained effect yg dibawa sejak
2005 dibandingkan standar NCHS, dalam kandungan; yang ditunjukkan
dimana polanya lebih tidak konsisten. dengan kurva pertumbuhan sejajar
dengan kurva WHO sampai usia 2
2. Pertumbuhan bayi dengan ASI bulan, tetapi tetap dibawah kurva WHO.
predominan lebih baik dari bayi ASI
4. Kondisi pasca lahir mempengaruhi
parsial
pertumbuhan bayi lebih jauh
Pencapaian berat bayi ASI parsial
Retained effect ini dapat diperparah
(mendapat makanan padat) lebih
dengan kondisi kurang gizi yg
rendah dari bayi ASI predominan (bayi
berkelanjutan pasca lahir, yang
mendapat air dan madu, selain ASI).

72
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

didukung oleh deviasi yang semakin RUJUKAN


lebar dengan bertambahnya usia. Hal 1. Irawati, A (2004). Pengaruh Pemberian
ini mungkin dapat dijelaskan oleh pola Makanan Pendamping ASI Dini
pemberian makanan kepada bayi yang terhadap Gangguan Pertumbuhan Bayi
kurang adekuat setelah usia 2 bulan. Lahir Normal sampai umur 4 bulan.
Disertasi Program Doktor Fakultas
REKOMENDASI Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
1. Standar WHO 2005 merupakan standar 2. Kusharisupeni (1999). Peran Berat
yang paling merepresentasikan Lahir dan Masa Gestasi terhadap
pertumbuhan bayi dan anak, baik Pertumbuhan Linier Bayi di Kecamatan
ditinjau dari aspek fisiologis maupun Sliyeg dan Kecamatan Gabus Wetan,
metoda yg digunakan. Oleh karena itu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
direkomendasikan agar standar WHO 1995-1997. Disertasi Program
2006 digunakan di Indonesia Pascasarjana. Universitas Indonesia.
menggantikan standar WHO\NCHS. 3. Kusin dan Kardjati, S (editor). Maternal
2. Pertumbuhan bayi yang diberi ASI and Child Nutrition in Madura, Indonesia
eksklusif lebih baik dibandingkan (1994). Royal Tropical Institute the
dengan bayi yang tidak diberi ASI Netherlands, p.83-110
eksklusif. Oleh karena itu 4. Utomo B (1996). Health and Social
direkomendasikan untuk meningkatkan Dimensions of Infant Feeding : Lessons
promosi praktek pemberian ASI secara from Indramayu, West Java. A Thesis
intensif. submitted for the degree of Doctor of
3. Bayi Indonesia, baik dari penelitian ini Philosophy, Demography Program,
maupun dari SUSENAS serta penelitian Division of Demography and Sociology,
lain, telah mengalami pertumbuhan yg Research School of Social Sciences,
tidak optimal didalam kandungan The Australian National University.
seperti yang dibuktikan dengan status 5. De Onis, Mercedes, C. Garza, C.G.
gizi bayi pada 0 bulan yang mengalami Victora, M.K. Bhan and K.R. Norum
defisit sebesar 300 gram terhadap (2004). The WHO multicenter Growth
standar WHO 2005. Oleh karena Reference Study (MGRS): Rationale,
dampak hambatan pertumbuhan Planning, and Implementation. Food
didalam kandungan akan memberikan and Nutrition Bulletin, Supplement 1.
retained effect yg akan mempengaruhi 6. BPS, BKKBN, Depkes dan ORC Macro
pertumbuhan bayi pasca-salin, maka (2003). Survei Demografi dan
direkomendasikan bahwa perhatian Kesehatan Indonesia 2002-2003.
terhadap pertumbuhan bayi sudah
dimulai sejak bayi didalam kandungan, 7. WHO (2006). Breastfeeding in the WHO
yaitu dengan memperbaiki kesehatan Multicentre Growth Reference Study.
dan status gizi Ibu hamil. Acta Pædiatrica; Suppl 450: 16-26
4. Telah terjadi deviasi atau growth 8. World Health Organization (2006).
faltering sejak usia sangat dini (2 WHO Child Growth Standards. Methods
bulan), yang mengindikasikan sudah and Development.
adanya masalah pada usia tersebut. 9. World Health Organization (2006).
Oleh karena itu direkomendasikan untuk WHO Child Growth Standards.
memperbaiki pola pemberian makan Backgrounder 1-4
bayi (ASI) dan pola pengasuhan 10. WHO (2002). The optimal duration of
masalah kesehatan bayi dan anak. exclusive breastfeeding. Report of an

73
Gizi Indon 2008, 31(1):60-73 Berat dan panjang bayi Anies Irawati, dkk.

Expert Consultation. Geneva: World


Health Organization.

74

You might also like