You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK INSIASI


MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU PASCA BERSALIN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI KOTA SEMARANG

Indramukti*), Dina Rahayuning P.**), M. Zen Rahfiludin**)


*)Mahasiswa Peminatan Gizi FKM UNDIP
**)Dosen Bagian Gizi FKM UNDIP
Email : Nadyahginanti@gmail.com

ABSTRACT
Breastfeeding practice is a great way to feed the most ideal for ages 4-6 months baby’s first since
being born because breast milk can meet the infants nutritional needs with a balanced composition
and customized baby growth. This research is done in the PuskesmasGayamsari working area
which aims to know the correlation of breastfeeding practice with infants nutritional status (age 0-6
months). the research design uses was cross sectional. The respondents in this research are
breastfeeding mothers either exclusive or non exclusive who have babies aged 0-6 months as
many as 42 people were devided into two groups, namely the group of exclusive breastfeeding and
non exclusive breastfeeding. Samples are obtained by using purpossive sampling techniques.
Data were collected by interview using a questionnaireand analyze with univariate and bivariate
analysis. Bivariate analysis using fisher’s exact test, correlation product moment and independent
sample T-test. Measurement result with anthropometry were measured using the index BB/U,
PB/U and BB/PB shows that there is one baby (4,8%) are less nutrition in infants who had not
given exclusive breastfeeding, one baby (4,8%) which were short on nutrients that babies not given
exclusive breastfeeding, one baby (4,8%) were the skinny on nutrition of babies who were given
exclusive breastfeeding and three babies (14,3%) skinny babies were not given exclusive
breastfeeding.Statistical test result showed there is no correlation of breastfeeding practice and
infants nutritional status (BB/U) (p=1,000), there is no correlation of breastfeeding practice and
infants nutritional status (PB/U) (p=1,000), and no correlation of breastfeeding practice and infants
nutritional status (BB/PB) (p=0,606). This research recommend that health care professional to
provide knowledge of exclusive breastfeeding for breastfeeding mothers.
Keywords : Mother nutritional status, Infant nutritional status, Exclusive
breastfeeding

PENDAHULUAN sesegera mungkin sampai usia enam bulan.2


Proses pertumbuhandan Pemberian ASI merupakan cara memberi
perkembangan bayi dipengaruhi oleh makan yang paling ideal untuk 4-6 bulan
makanan yang diberikan pada anak. Bayi pertama sejak bayi dilahirkan karena ASI
yang mendapatkan ASI akan mempunyai dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi dengan
status gizi yang baik serta mengalami komposisi yang seimbang dan disesuaikan
pertumbuhan dan perkembangan yang dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.3
optimal.1 Pertumbuhan yang optimal dapat Masa bayi merupakan masa
dilihat dari penambahan berat badan, tinggi terjadinya pertumbuhan yang pesat.
badan maupun lingkar kepala, sedangkan Terutama pada dua tahun pertama
perkembangan yang optimal dapat dilihat dari kehidupan. Jika dihitung dari saat kelahiran,
adanya peningkatan kemampuan motorik, berat bayi akan bertambah dua kali lipat pada
psikomotorik dan bahasa.World Health bulan keempat dan setelah itu pertumbuhan
Organization (WHO) merekomendasikan akan sedikit melambat begitu pula dengan
bahwa semua bayi harus mendapatkan Air panjang badan bayi. Pertumbuhan yang
Susu Ibu (ASI) secara ekslusif sejak lahir

213
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pesat ini perlu mendapat dukungan dari Kota Semarang. Jenis/desain penelitian ini
asupan gizi bayi yang baik.4 adalah penelitianobservasional dengan
Pemberian ASI minimal enam bulan pendekatan cross sectional karena variabel-
dapat menghindarkan bayi dari obesitas atau variabel yang akan diteliti diukur dalam waktu
kelebihan berat badan karena ASI membantu yang bersamaan. Jumlah sampel penelitian
menstabilkan lemak bayi. Bayi yang diberi ini 42 orang dan dipiih dengan teknik
ASI memiliki kadar lemak lebih rendah Purposive Sampling.10
dibandingkan dengan susu formula. Pada Data primer
usia 5-6 tahun, anak yang tidak pernah diperolehdenganmenggunakanalatbantukuisi
mendapatkan ASI memiliki angka obesitas onerdenganwawancaralangsungdanpengukur
4,5% jauh lebih tinggi dibandingkan bayi yang anantropometrirespondendilakukandenganca
mendapatkan ASI lebih dari 12 bulan yang rapenimbanganberatbadandanpengukurantin
memiliki angka obesitas hanya 0,8%.5 ggiataupanjangbadan.
Berdasarkan hasil RISKESDAS Analisis bivariat digunakan untuk
tahun 2007, 2010 dan 2013, prevalensi status mengetahui adanya hubungan antara
gizi menurut BB/U untuk bayi usia 0-6 bulan variabel bebas dan variabel terikat
pada tahun 2007 sebesar 5,4% untuk gizi menggunakan uji Fisher’s Exact. Jika p <
buruk, 13,06% gizi kurang, 77,2% gizi baik 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada
dan 4,3% gizi lebih. Pada tahun 2010 hubungan antara variabel bebas dengan
sebesar 4,9% gizi buruk,13% gizi kurang, variabel terikat. Jika p ≥ 0,05 maka H o
76,2% gizi baik dan 5,8% gizi lebih. diterima yang berarti tidak ada hubungan
Sedangkan prevalensi status gizi untuk tahun antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2013 yaitu 19,6% untuk berat kurang yang
terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi HASIL PENELITIAN
kurang. Untuk mencapai sasaran MDG’s A. Karakteristik Responden
tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi 1. Karakteristik Responden
buruk-kurang secara nasional harus Tabel 1. Tabel Karakteristik Responden
diturunkan sebesar 4,1% dalam periode
2013-2015.10 Sedangkan untuk prevalensi No. UmurIbuMenyusui F (%)
Kota Semarang terdiri dari 0,04% gizi buruk, 1.
0,9% gizi kurang, 96,8% gizi baik dan 2,09% 16-25 9 21,4
gizi lebih.6,7,8 26-35 28 66,7
Hal yang menyebabkan sebagian >35 5 11,9
besar ibu memiliki sikap negatif terhadap Total 42 100
pelaksanaan yaitu pengetahuan ibu yang 2. Tingkat
kurang terkait Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) Pendidikan
sehingga berdampak pada sikap dan PT 4 9,5
pelaksanaan Inisaiasi Menyusu Dini (IMD). SMA 26 61,9
Selain faktor pengetahuan, sikap negatif ibu SMP 7 16,7
mengenai Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) SD 5 11,9
disebabkan karena kepercayaan mereka Total 42 100
yang kurang terhadap Inisaiasi Menyusu Dini 3. Pekerjaan
(IMD). Sebagian besar dari mereka tidak Bekerja 12 28,6
mempercayai jika bayi yang baru lahir dapat TidakBekerja 30 71,4
langsung menyusu dan dapat ditengkurapkan Total 42 100
di dada ibu. Hal inilah yang kemudian 4. Status GiziIbu
membuat mereka tidak melaksanakan Kurang 3 7,1
Inisaiasi Menyusu Dini (IMD).9 Normal 18 42,9
Lebih 21 50
METODE PENELITIAN Total 42 100
Penelitian ini dilakukan pada
ibumenyusuibaiksecaraekslusifmaupun non Tabel 1. menjelaskan bahwa
ASI Ekslusif yang mempunyaibayiberumur 0- berdasarkan karakteristik umur,
6 bulan di wilayahkerjaPuskesmasGayamsari responden penelitian ini mayoritas
214
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

berumur 26-35 tahun (66,7%). ± 1,15SD, dimana nilai Z-Score terendah


Berdasarkankarakteristiktingkatpendidika adalah -2,74 SD dan tertinggi adalah
nmenunjukkanproporsitingkatpendidikant 2,08 SD.
erbanyakpadatingkatpendidikan SMA
(61,9%).
Berdasarkankarakteristikpekerjaanibume 3. PolaAsuh
nunjukkanproporsipekerjaanibuterbanyak
padapekerjaan IRT/ tidakbekerjasebesar Tabel 3.PolaAsuhGizi
71,4%. Berdasarkankarakteristik status
giziibumenunjukkanproporsi status Pola Asuh F (%)
giziibumenyusuiterbanyakberadapada Kurang 13 31
status gizilebihyaitu 50%. Baik 29 69
Total 42 100
2. Status GiziBayi
Tabel 2. StatusGiziBayi Tabel 3. menjelaskan bahwa pola
asuh bayi lebih banyak pada kategori
Status F % baik yaitu sebesar 29 orang (69%),
GiziBayi sedangkan pada kategori kurang
BB/U Normal 41 97,6 sebanyak 13 orang (31%).
Tidak Normal 1 2,4
B. HubunganPraktikPemberian Air
Total 42 100
SusuIbudengan Status GiziBayi
PB/U Normal 41 97,6
Tidak Normal 1 2,4
1. HubunganPraktikPemberian ASI dengan
Total 42 100
Status Gizi (BB/U)
BB/PB Normal 38 90,5
Tidak Normal 4 9,5 Tabel 4.HubunganPraktikPemberian ASI
Total 42 100 dengan Status GiziBayi (BB/U)
Tabel2.menjelaskan Status Gizi Bayi
hasilpengukuran antropometri bayi usia
Praktik (BB/U)
0-6 bulan berupa Z-Score (BB/U) Tidak Total
Pemberi Normal
menunjukkan sebanyak 1 bayi (2,4%) an ASI Normal
mengalami status gizitidak normal(gizi
F % F % F %
kurang) . Rerata nilai Z-Score BB/U
sebesar -0,68 ± 0,84SD, dimana nilai Z- ASI
0 0 21 100 21 100
Score terendah adalah -2,04 SD dan Ekslusif
Non ASI
tertinggi adalah 1,78 SD. 1 4,8 20 95,2 21 100
Berdasarkan tabel 2 dapat Ekslusif
diketahui bahwa hasil pengukuran Total 1 41 42 100
antropometri bayi usia 0-6 bulan berupa
Z-Score (PB/U) menunjukkan 1 bayi Tabel 4. menunjukkan bahwa
(2,4%) mengalami status tidak proporsi bayi dengan status gizi normal
normal(pendek atau stunting). Rerata (gizi baik) lebih banyak pada bayi yang
nilai Z-Score PB/U sebesar 0,36 ± diberi ASI secara Ekslusif (100%),
0,79SD, dimana nilai Z-Score terendah sedangkan proporsi bayi dengan status
adalah -2,12 SD dan tertinggi adalah gizitidak normal(gizi kurang) terjadi pada
2,23 SD. bayi yang tidak diberi ASI secara Ekslusif
Berdasarkan tabel 2 dapat (4,8%). Hasil uji Fisher’s Exact Test
diketahui bahwa hasil pengukuran didapat nilai p yakni 1,000 (p>0,05) yang
antropometri bayi usia 0-6 bulan berupa berarti bahwa tidak ada hubungan antara
Z-Score (BB/PB) menunjukkan 4 bayi praktik pemberian ASI dengan status gizi
(9,5%) berstatustidak normal(kurus). bayi (BB/U),
Rerata nilai Z-Score PB/U sebesar -4,06 tetapiterdapatkecenderunganbahwapem
berian ASI non
215
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dibandingkandenganpemberian ASI
Status Gizi Bayi Ekslusif.
Praktik (BB/PB)
Total
Pemberi Tidak Normal 3. Hubungan PraktikPemberian ASI dengan
an ASI Normal Status GiziBayi (BB/PB)
F % F % F %
ASI Tabel 6.HubunganPraktikPemberian ASI
1 4,8 20 95,2 21 100
Ekslusif dengan Status GiziBayi (BB/PB)
Non ASI
3 14,3 18 85,7 21 100
Ekslusif
Total 4 38 42 100 Tabel 6. menunjukkan bahwa
Ekslusifkepadabayimempunyairisikolebih proporsi bayi dengan statusgizi normal
besarterhadapkejadian status gizitidak lebih banyak pada bayi yang diberi ASI
normal (gizikurang) secara Ekslusif (95,2%), sedangkan
Status Gizi Bayi proporsi bayi dengan statusgizitidak
Praktik (PB/U) normal(kurus) terjadi pada bayi yang
Total
Pemberi Tidak Normal diberi ASI Ekslusif (4,8%) dan tidak
an ASI Normal diberi ASI secara Ekslusif (14,3%). Hasil
uji Fisher’s Exact Test didapat nilai p
F % F % F %
ASI yakni 0,606 (p>0,05) yang berarti bahwa
0 0 21 100 21 100 tidak ada hubungan antara praktik
Ekslusif
Non ASI pemberian ASI dengan status gizi bayi
1 4,8 20 95,2 21 100 (BB/PB),
Ekslusif
tetapiterdapatkecenderunganbahwapem
Total 1 41 42 100
berian ASI non
dibandingkandenganpemberian ASI
Ekslusifkepadabayimempunyairisikolebih
Ekslusif.
besarterhadapkejadian status gizitidak
normal (kurus)
dibandingkandenganpemberian ASI
Ekslusif.
2. HubunganPraktikPemberian ASI dengan
Status GiziBayi (PB/U) PEMBAHASAN
Tabel 5.HubunganPraktikPemberian ASI Hubungan Pratik Pemberian ASI dengan
dengan Status GiziBayi (PB/U) Status GiziBayi

Penelitian ini sebagian besar ibu


Tabel 5 menunjukkan bahwa menyusui berusia 26 – 35 tahun (66,7%).
proporsi bayi dengan statusgizi normal Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
lebih banyak pada bayi yang diberi ASI sebagian besar ibu menyusui dalam
secara Ekslusif (100%),sedangkan kelompok usia reproduksi. Hal ini sejalan
proporsi bayi dengan statusgizitidak dengan teori yang mengatakan bahwa secara
normal(pendek) terjadi pada bayi yang umum wanita yang lebih muda memiliki
tidak diberi ASI secara Ekslusif (4,8%). kemampuan laktasi yang lebih baik daripada
Hasil uji Fisher’s Exact Test didapat nilai yang tua karena adanya perkembangan
p yakni 1,000 (p>0,05) yang berarti kelenjar matang di saat pubertas dan
bahwa tidak ada hubungan antara praktik berfungsi sesudah kelahiran bayi.11Jenis
pemberian ASI dengan status gizi bayi kelamin bayi paling banyak dalam penelitian
(PB/U), ini adalah perempuan yaitu sebesar 66,7%
tetapiterdapatkecenderunganbahwapem dan sebagian besar usia bayi yang
berian ASI non mendominasi adalah usia 3-4 bulan yaitu
Ekslusifkepadabayimempunyairisikolebih sebesar 50%.
besarterhadapkejadian status gizitidak Berdasarkandari penelitian yang
normal (pendek) telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

216
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

berdasarkan indikator BB/U dan PB/U, dan kebutuhan asupan gizipun akan
Kejadian gizi kurang dan pendek pada bayi terpenuhi. Selain itu, apabila tingkat ekonomi
berpeluang lebih besar pada bayi yang tidak suatu keluarga tinggi maka kemampuan
mendapatkan ASI Ekslusif yaitu sebesar mendapatkan fasilitas kesehatan juga
4,8% dibandingkan dengan bayi yang diberi tinggi.15
ASI Ekslusif yaitu 0%. Berdasarkan indikator Studi di negara berkembang
BB/PB, kejadian status gizi kurus lebih besar mengungkap bahwa penyebab utama
terjadi pada bayi yang tidak diberikan ASI terjadinya gizi kurang dan hambatan
Ekslusif yaitu sebesar 14,3% dibandingkan pertumbuhan pada anak-anak usia balita
dengan bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif berkaitan dengan rendahnya pemberian
yaitu sebesar 4,8%. ASI.Pertumbuhan dan perkembangan bayi
Hasil analisis bivariat menunjukkan dan balita sebagian besar dipengaruhi oleh
bahwa tidak ada hubungan antara praktik jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi
pemberian Air Susu Ibu (ASI) dengan status dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam
gizi bayi dengan nilai p>0,05. Hal ini juga ASI tersebut. Frekuensi dan lama menyusui
berarti bahwa bayi yang mendapatkan dan bagi bayi sangat berpengaruh terhadap
yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif asupan bayi.16 Frekuensi dan lama menyusui
memilikipeluang yang sama mengalami bayi dalam penelitian ini sangat bervariasi .
status gizi kurang. Hampir semua bayi menyusui >10 kali/hari
Secara teori seharusnya terdapat dengan durasi waktu 10-15 menit tiap kali
hubungan antara praktik pemberian Air Susu menyusu. Kecukupan ASI dapat terlihat dari
Ibu (ASI) dengan status gizi bayi,12namun penambahan berat badan bayi hingga
dalam penelitian ini tidak ditemukan mencapai dua kali lipat BBL (Berat Badan
hubungan antara praktik pemberian Air Susu Lahir) pada usia 5-6 bulan.17
Ibu (ASI) dengan status gizi bayi. Hal ini Berdasarkan dari beberapa
dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang pertanyaan seperti sejak umur berapa bulan
lebih dominan hubungannya dengan status bayi diberi makanan ataupun minuman selain
gizi bayi. Faktor-faktor tersebut antara lain ASI, sebagian ibu menjawab bayi diberi MP-
status kesehatan yaitu status imunisasi dan ASI sejak umur 4 bulan tetapi tidak jarang
penyakit infeksi, pola asuh, serta status pula yang menjawab >5 bulan. Pertanyaan
ekonomi. Kaitan penyakit infeksi dan status dan jawaban tersebut tidak langsung
gizi merupakan hubungan timbal balik dan digolongkan dalam keberhasilan memberikan
sebab akibat, penyakit infeksi dapat ASI Ekslusif, tetapi disambung dari beberapa
memperburuk keadaan status gizi dan status pertanyaan berikutnya.
gizi yang kurang dapat mempermudah Berdasarkan hasil penelitian yang
terkena penyakit infeksi.13 Keseluruhan bayi telah dilakukan, masih ada bayi yang tidak
dalam sampel penelitian ini tidak menderita diberikan ASI Ekslusif sampai usia enam
penyakit infeksi atau dapat dikatakan dalam bulan, adapun jenis makanan yang diberikan
keadaan sehat dan telah mendapatkan kepada bayi sebelum berusia enam bulan
imunisasi untuk terlindung dari penyakit antara lain berupa susu formula, air putih,
sehingga hampir keseluruhan bayi pisang, bubur instan (serelac, milna, sun,
mengalami status gizi yang baik. Sebagian nestle). Pemilihan makanan pendamping
(69%) bayi mendapatkan pola asuh yang tersebut dikarenakan harga relatif lebih
baik, semakin baik pola asuh maka semakin murah dan mudah didapatkan. Alasan
baik status gizi. Pola asuh memberikan terkuat ibu memberikan MP-ASI pada usia
kontribusi sebesar 30% terhadap penentuan yang terlalu dini adalah karena ASI yang
status gizi bayi.14 Hampir sebagian besar tidak bisa keluar atau produksi ASI yang
(71,4%) pendapatan keluarga dalam kurang lancar sehingga bayi diberikan susu
penelitian ini berada pada keluarga dengan formula, dan status ibu menyusui yang
pendapatan ≥UMR. Status ekonomi suatu bekerja. Selain itu, kebiasaan memberikan
keluarga sangat mempengaruhi tingkat MP-ASI pada usia dini telah dilakukan secara
kesejahteraan keluarga tersebut. Jika status turun temurun dan tidak menimbulkan
ekonomi suatu keluarga tinggi maka daya beli masalah.
keluarga akan makanan bergizi juga tinggi
217
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Rendahnya tingkat pemahaman dapat mengganggu fungsi normal dari


tentang pentingnya ASI selama enam bulan kelenjar susu dan mengganggu pola
pertama kelahiran bayi dikarenakan kehidupan emosional anaknya dan akhirnya
kurangnya informasi dan pengetahuan yang akibat dari itu semua adalah mengganggu
dimiliki oleh para ibu mengenai segala nutrisi perkembangan dan pertumbuhan anak.23
dan manfaat yang terkandung dalam ASI.18
Selain itu status ibu yang bekerja juga turut KESIMPULAN
mendukung rendahnya tingkat pemberian
ASI kepada bayi.Ibu yang bekerja kesulitan 1. Berdasarkan dari hasil pengukuran
memberikan ASI kepada bayinya karena antropometri pada bayi dengan
masa cuti yang telah usai, selain itu karena menggunakan indeks BB/U ditemukan
kurangnya informasi mengenai cara satu bayi (4,8%) yang berstatus gizi
menyimpan ASI yang baik dan benar bila ibu kurang pada bayi yang tidak diberikan ASI
bekerja. Gencarnya promosi susu formula Ekslusif. Dari hasil pengukuran dengan
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang indeks PB/U ditemukan satu bayi (4,8%)
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu yang berstatus gizi pendek pada bayi yang
formula. Meskipun susu formula dibuat mirip tidak diberi ASI Ekslusif dan dari hasil
dengan ASI, tetapi tidak pernah bisa pengukuran indeks BB/PB ditemukan satu
menyerupai komposisi ASI yang sebenarnya. bayi (4,8%) berstatus gizi kurus pada bayi
Pertumbuhan anak yang diberi susu formula yang diberi ASI Ekslusif dan tiga bayi
biasanya lebih cepat terutama berat (14,3%) berstatus kurus pada bayi yang
badannya.19 tidak diberi ASI Ekslusif.
Bayi yang sehat pada umumnya 2. Berdasarkanhasilujistatistikmenunjukkan
tidak memerlukan makanan tambahan tidak ada hubungan praktik pemberian ASI
sampai berumur 6 bulan.20 Pemberian dengan status gizi (BB/U) bayi usia 0-6
makanan selain ASI sesungguhnya memiliki bulan (p =1,000),
resiko. Sebagai contoh dari hasil penelitian tetapiterdapatkecenderunganbahwapemb
yang dilakukan di daerah Jember, pemberian erian ASI non
susu formula dan MP-ASI terlalu dini memiliki Ekslusifkepadabayimempunyairisikolebihb
kemungkinan empat kali lebih besar untuk esarterhadapkejadian status gizitidak
dirawat di rumah sakit karena terjadinya normal (gizikurang)
infeksi bakteri, lebih sering menderita dibandingkandenganpemberian ASI
muntaber kematian bayi secara mendadak, Ekslusif.
penyakit hati dan penderitaan lain seperti 3. Berdasarkanhasilujistatistikmenunjukkan
kurang gizi dan busung lapar.,21 tidak ada hubungan antara praktik
Pada keadaan khusus pemberian ASI dengan status gizi (PB/U)
diperbolehkan memberikan makanan bayi usia 0-6 bulan (p =1,000),
tambahan setelah bayi berumur 4 bulan dan tetapiterdapatkecenderunganbahwapemb
sebelum mencapai umur 6 bulan dikarenakan erian ASI non
kurangnya kenaikan berat badan bayi sesuai Ekslusifkepadabayimempunyairisikolebihb
standar (tidak ada peningkatan berat badan esarterhadapkejadian status gizitidak
dalam 1-2 minggu) atau didapatkan tanda- normal (pendek)
tanda bahwa pemberian ASI tidak berjalan dibandingkandenganpemberian ASI
dengan baik. Dapat dilihat lagi sebelum diberi Ekslusif.
makanan tambahan, ibu seharusnya 4. Berdasarkanhasilujistatistikmenunjukkan
mencoba memperbaiki cara menyusuinya.22 tidak ada hubungan praktik pemberian ASI
Penelitian ini belum menggali dengan status gizi (BB/PB) bayi usia 0-6
informasi lebih lanjut terkait penyebab utama bulan (p = 0,06),
ibu memberikan makanan ataupun minuman tetapiterdapatkecenderunganbahwapemb
selain ASI yaitu karena ASI tidak keluar atau erian ASI non
produksi ASI yang kurang lancar. Walaupun Ekslusifkepadabayimempunyairisikolebihb
demikian dimungkinkan ada faktor lain seperti esarterhadapkejadian status gizitidak
faktor psikologis dan fisiologis karena normal (kurus)
kecemasan dan konflik batin yang dialami ibu
218
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dibandingkandenganpemberianASI Buleleng. Jurnal Sains dan Teknologi,


Ekslusif. 2013.
5. Berdasarkanhasilujistatistikmenunjukkanb 5. DepKes RI. Situasi dan Analisis ASI
ahwa tidak ada perbedaan yang bermakna Ekslusif. DepKes. Jakarta, 2013
antara rata-rata status gizi (BB/U,PB/U, 6. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar
BB/PB) antara kelompok bayi dengan 2013. Badan Penelitian dan
pemberian ASI Ekslusif dan Non ASI Pengembangan Kesehatan. Kementrian
Ekslusif. (p>0,05), Kesehatan, 2013.
tetapiterdapatkecenderunganbahwa rata- 7. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar
rata status gizibayi yang diberi ASI 2010. Badan Penelitian dan
Ekslusiflebihtinggidaripada rata-rata status Pengembangan Kesehatan. Kementrian
gizibayi yang diberi ASI non Ekslusif. Kesehatan, 2010.
8. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar
SARAN 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Kementrian
1. Bagi Responden Kesehatan, 2007.
Perlu diberikannya pendidikan kesehatan 9. Widyastuti, Endang. Hubungan Riwayat
tentang ASI Ekslusif kepada para ibu baik Pemberian ASI Ekslusif dengan Status
sebelum hamil, saat hamil, saat menyusui Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Di Provinsi
yang berhubungan dengan manajemen Nusa Tenggara Barat (NTB). Tesis.
laktasi sehingga cakupas ASI Ekslusif Fakultas Kesehatan Masyarakat.
dapat meningkat. Para ibu supaya lebih Universitas Indonesia, 2007.
aktif mencari informasi tentang bagaimana 10. Sugiyono. Statistika Untuk penelitian.
cara agar dapat memberikan ASI Ekslusif Bandung: Alfabeta, 2007.
kepada bayinya. 11. Marmi. ASI Saja Mama.. Berilah Aku ASI
2. Bagi Puskesmas Karena Aku Bukan Anak Sapi.
Bagi pengelola program gizi Puskesmas Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Gayamsari, Kecamatan Gayamsari, Kota 12. Sulistyoningsih, Hariyani. Gizi Untuk
Semarang diharapkan dapat memberikan Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
penyuluhan tentang ASI Ekslusif kepada Graha Ilmu. 2011
ibu-ibu menyusui khususnya kepada ibu- 13. Notoatmojo,S . Promosi Kesehatan dan
ibu di wilayah kerja Puskesmas Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta,
Gayamsari , Kecamatan Gayamsari, Kota 2007
Semarang. 14. Lubis, Ritayani. Hubungan Pola Asuh Ibu
DAFTAR PUSTAKA Dengan Status Gizi Anak Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
1. Marmi. ASI Saja Mama.. Berilah Aku ASI Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten
Karena Aku Bukan Anak Sapi. Langkat. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Masyarakat. Universitas Sumatera Utara,
2. WHO. The Optimal Duration of Exclusive 2008.
Breastfeeding. Departement of Nutrition 15. Primisasiki, Rita Juniriana. Mengenal
For Health and Development. World Penyakit-Penyakit Balita dan Anak.
Health Organization. Roma, 2001 Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka, 2010.
3. Dewey KG, Cohen RJ, Brown KH, Rivera 16. Gibney, Michael. Barry Margets dkk. Gizi
LL. Effects of Exlusive Breastfeeding for Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Four Versus Six Months on Maternal 2009.
Nutritional Status and Infant Motor 17. Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang,
Development: Result of Two Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Randomized Trials in Honduras. J Nutr Balita. Yogyakarta: Nuha Medika, 2010.
131:262-267, 2001 18. Hubertin, Sri Purwanti. Konsep
4. Kurnia, Giri. Hubungan Pola Pemberian Penerapan ASI Ekslusif. Jakarta: EGC,
ASI Ekslusif dengan Status Gizi Balita 2010.
Usia 6-24 Bulan di Kampung Kajanan

219
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2012 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

19. Beck, Marry E. Ilmu Gizi dan Diet 22. Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang,
Hubungannya Dengan Penyakit- Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Penyakit. Yogyakarta: Andi. 2011. Balita. Yogyakarta: Nuha Medika, 2010.
20. Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI Makanan 23. Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI Makanan
Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan
dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta:
Andi, 2010. Andi, 2010.
21. Risa, Wargiana LAS. Hubungan
Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas RowoTengah
Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka
Kesehatan, 2011

220

You might also like