You are on page 1of 6

ISSN : 2354-5852

e-ISSN : 2579-5783
Difference of Weight Gain in Baby Mother Given Boiled Of Papaya Fruit

Susilawati 1*, Nining Chusnul Chotimah 1


1Prodi Kebidanan Jember, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jawa Timur, Indonesia
Email: susi7415@yahoo.com *

Abstrak

Babies should be exclusively breastfed for the first 6 months. But the success of exclusive breastfeeding is low.
Shown with coverage of exclusive breastfeeding in the Village District of Arjasa Biting Jember is by 30-40%,
whereas the target coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia is 80%. The reason is the lack of milk
production. Efforts are needed to increase milk production. By providing water boiled papaya fruit in nursing
mothers can improve milk production. This study aimed to determine differences in weight babies in the treatment
group with the control group. The research method used in this research is the design of Quasi Experimental
"Non-Equivalent Control Group Design". Sampling technique using accidental sampling by respondents as many
as 28 nursing mothers. Scale ratio data with independent t-test test gained an average weight gain of treatment
and control group infants at 279,78 and 179,36. Analysis SPSS statistical test obtained t count > t table (3,86 >
2.160). Thus Ho is rejected, meaning that there are differences in weight babies in the treatment group with
the control group. That is because the boiled papaya fruit contain saponins and alkaloids which can affect the
production of prolactin and oxytocin. With the significant results expected health workers can provide
information to breastfeeding mothers that water boiled papaya fruit can increase milk production.

Keywords: Baby Weight, Boiled of Papaya fruit, Breast Milk Production

1. Pendahuluan kuantitasnya. B erbagai penelitian


World Health Organization (WHO) dan menunjukkan bahwa pemberian ASI sangat
semua Negara di dunia menganjurkan kepada menguntungkan ditinjau dari segi kesehatan
para wanita untuk memberikan air susu ibu dan sosial ekonomi, termasuk dapat
(ASI) pada bayinya selama 6 bulan pertama menurunkan angka kesakitan dan kematian
(ASI eksklusif) dan dilanjutkan hingga anak bayi. ASI juga berpengaruh terhadap
berusia 2 tahun. Bahkan pemerintah telah perkembangan kecerdasan pertumbuhan otak.
mengeluarkan peraturan perundang- Data Riset Kesehatan Dasar
undangan tentang ASI eksklusif yang (Riskesdas) 2013 menunjukkan cakupan ASI
tertuang dalam PP No.33. Tahun 2012. Akan di Indonesia hanya 42%. Angka ini jelas
tetapi program pemerintah yang berada dibawah target WHO yang
menganjurkan ibu yang memiliki bayi harus mewajibkan cakupan ASI hingga 50%.
memberikan ASI eksklusif masih belum Dinas Kesehatan Jawa Timur (2012)
berjalan dengan lancar. Meskipun informasi persentase cakupan ASI eksklusif mencapai
pentingnya ASI eksklusif sudah diketahui 60-70%. Sedangkan persentase cakupan ASI
oleh semua kalangan masyarakat, akan tetapi eksklusif Kabupaten Jember (2012) mencapai
kesadaran untuk memberikan ASI eksklusif 66,37%. Dari data pra survey di desa Biting
masih rendah. Tidak jarang dijumpai bayi baru kecamatan Arjasa presentase cakupan ASI
lahir sudah diberikan makanan selain ASI eksklusif mencapai 30-40%. kecamatan
dengan alasan ASI belum keluar dan Arjasa presentase cakupan ASI eksklusif
takut bayi mengalami kehausan. Padahal mencapai 30-40%.
pada kenyataannya, bayi masih bisa bertahan Dari data di atas, cakupan ASI
hingga 72 jam pasca kelahiran. Meskipun eksklusif masih tergolong rendah. Hal
jumlah kolostrum yang keluar pada hari tersebut terjadi karena adanya faktor yang
pertama hinga ke tiga jumlahnya sedikit, mempengaruhi gagalnya pemberian ASI
tetapi itu sudah mencukupi kebutuhan bayi. eksklusif, yaitu kurangnya informasi,
Hal ini disebabkan karena ASI merupakan putting susu yang pendek, abses payudara,
sumber gizi yang ideal dengan komposisi serta kurangnya produksi ASI (Wiji, 2013).
yang seimbang dan disesuaikan dengan Dari beberapa faktor tersebut, kurangnya
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan produksi ASI merupakan masalah yang
bayi. ASI merupakan makan bayi yang benyak dijumpai. Dengan keluarnya ASI
paling sempurna, baik kualitas maupun yang jumlahnya sedikit, membuat ibu yang

34 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783
menyusui merasa takut jika kebutuhan vitamin dan enzim. Kharisma dkk (2011)
nutrisi bayinya kurang. Dengan rasa takut memaparkan bahwa air buah pepaya muda
yang dirasakan ibu, itu juga menjadi sebab memberikan efek meningkatkan jumlah dan
produksi ASI tidak lancar. Dengan tidak diameter kelenjar mama. Getah (lateks) dari
lancarnya produksi ASI, kebanyakan ibu buah papaya muda memiliki efek sama
lebih memilih untuk memberikan makanan dengan oksitosin pada uterus. Hormon
tambahan bagi bayinya meskipun usia bayi prolaktin dan oksitosin berperan dalam
belum mencapai 6 bulan. Dengan demikian, peningkatan produksi air susu. Prolaktin
akan terjadi kegagalan ASI eksklusif berperan dalam sintesis air susu, sedangkan
Pemberian ASI eksklusif yang masih oksitosin berperan merangsang mioepitel
rendah dapat menyebabkan masalah gizi pada disekitar alveolus untuk berkontraksi
balita. Hal tersebut dibuktikan dengan status sehingga semprotan ASI dapat diteruskan
gizi balita di wilayah regional timur melalui duktus (Manuaba, 2007).
berdasarkan Riskesdas (2013) mencapai 16,2-
30,9% gizi kurang, 9,4-16,2% balita kurus, 2. Metode
34,8-48% balita pendek. Menurut Dinas Penelitian ini menggunakan metode
Kesehatan Jawa Timur (2012), angka berat Quasi Eksperimen dengan design penelitian
badan kurang mencapai 12,6% dan sangat “Rancangan Non Equivalent Control Group“
kurang mencapai 2,3%. Sedangkan nilai status yaitu tipe penelitian ini mengungkapkan
gizi kurang di Kabupaten Jember mencapai adanya pengaruh perlakuan (intervensi) pada
44,7 %. Upaya yang dapat dilakukan untuk kelompok eksperimen dengan cara
menanggulangi masalah gizi antara lain membandingkan kelompok tersebut dengan
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2010).
ASI (Kharisma dkk, 2011). Perlakuan dalam penelitian ini adalah
Masalah produksi ASI dapat diatasi peneliti mengobservasi berat badan bayi
dengan obat yang dapat meningkatkan dan sebelum ibu diberikan perlakuan, kemudian
memperlancar pengeluaran air susu ibu diobservasi lagi berat badan bayi setelah ibu
yang dikenal dengan Laktogogum. Obat ini diberikan perlakuan selama 7 hari, setelah itu
tidak banyak dikenal dan relatif mahal. Hal ini menganalisa perbedaan berat badan bayi pada
menyebabkan perlu dicarinya obat ibu yang diberikan perlakuan dengan yang
laktogogum alternatif yang berasal dari diberikan kontrol selama 7 hari.
tanaman berkhasiat obat (Kharisma dkk, Populasi dalam penelitian ini yang
2011). digunakan adalah Ibu nifas di Desa Biting
Indonesia merupakan salah satu yang secara secara accidental sampling
negara yang kaya akan berbagai tanaman diperoleh 28 ibu dengan kriteria inklusi
yang berkhasiat untuk obat. Terdapat 7.000 memiliki bayi berusia lebih dari 10 hari dan
jenis tanaman obat. Disamping itu, menyusui bayinya.
masyarakat Indonesia memiliki tradisi atau
kebiasaan. memanfaatkan potensi alam, baik 3. Hasil dan Pembahasan
tumbuh- tumbuhan maupun hewan sebagai 3.1 Hasil
bahan berkhasiat obat. Sebagian besar 3.1.1 Karakteristik Subjek berdasarkan
tanaman tersebut diambil langsung dari alam Paritas
dan sedikit yang telah dibudidayakan. Keseluruhan subjek menyusui
Salah satunya adalah yang berhasiat sebagai bayinya lebih dari sama dengan 10 kali.
laktogogum seperti tanaman katuk, lampes, Karakteristik subjek berdasarkan paritas
bayam duri, jinten hitam pahit, kelor, ditampilkan pada Tabel 1.
temulawak, turi dan buah papaya muda. Tabel 1. Distribusi karakteristik reponden
Pepaya muda (Carica papaya L.) berdasarkan paritas di Desa Biting
merupakan salah satu laktogogum alternatif, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
karena banyak dijumpai di wilayah Indonesia, Paritas Frekuensi Presentase (%)
bisa diperoleh dengan harga yang relatif 1 7 25,0
murah, serta proses budidaya yang tergolong 2 15 53,6
mudah untuk dilakukan. Disamping itu, 3 6 21,4
pepaya muda (Carica papaya L.) Jumlah 28 100,0
mengandung saponin, alkaloid, mineral,

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 35


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783
Tabel 1 menjelaskan bahwa responden
yang jumlah paritasnya 1 berjumlah 7
orang (25,06%), jumlah paritasnya 2
sejumlah 15 orang (53,6%) dan jumlah
paritasnya 3 sejumlah 6 orang (21,4%).

3.1.2 Analisis perbedaan berat badan bayi


sebelum dan sesudah perlakuan
Analisis perbedaan berat badan bayi
sebelum dan sesudah perlakuan ditunjukkan
pada Gambar 1.

Gambar 2. Perbedaan berat badan bayi


sebelum dan sesudah ibu diberikan control

Berdasarkan Gambar 2 rata-rata berat


badan bayi pada pengukuran pertama terhadap
kelompok kontrol adalah 3109,64 kg dengan
standar deviasi 269,80 dan rata-rata berat
badan bayi pada pengukuran kedua adalah
3289,00 kg, dengan standar deviasi 259,55.
Dari uji T berpasangan, diketahui nilai mean
perbedaan BB bayi sebelum dan sesudah
ibu diberikan kontrol yaitu 179,36 kg.
Perbedaan ini diuji dengan uji T
berpasangan menghasilkan t= 8,55.

Gambar 1. Analisis Perbedaan berat badan bayi 3.1.4 Analisis perbedaan berat badan bayi
sebelum dan sesudah diberikan rebusan pepaya pada kelompok perlakuan dengan
muda kelompok kontrol
Gambar 1 menjelaskan bahwa rata-rata Interpretasi hasil analisis yang didapat
berat badan bayi sebelum ibu diberikan air secara SPSS mengenai perbedaan berat badan
rebusan buah pepaya muda adalah 3235,93 bayi pada ibu yang diberikan dan tidak
kg dengan standar deviasi 245,97 dan rata- diberika air rebusan buah pepaya muda
rata berat badan bayi setelah ibu diberikan air ditampilkan pada Gambar 3.
rebusan buah pepaya muda adalah 3515,71 kg
dengan standar deviasi 231,23.
Dari uji T berpasangan, diketahui
nilai mean perbedaan BB bayi sebelum dan
sesudah ibu diberikan air rebusan buah
pepaya muda yaitu 279,78 kg. Perbedaan ini
diuji dengan uji T berpasangan menghasilkan
t= 18,32.

3.1.3 Analisis perbedaan berat badan bayi


pada kelompok kontrol
Analisis perbedaan berat badan bayi
pada kelompok kontrol ditunjukkan pada Gambar 3. Perbedaan berat badan bayi
Gambar 2. pada kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol

36 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783
Pada gambar 3 di atas, berat badan bayi tersebut dikarenakan kandungan dalam buah
sebelum dan sesudah ibu diberikan air rebusan pepaya muda ikut berperan dalam proses
buah pepaya muda mengalami peningkatan produksi ASI. Dengan rutinnya ibu
rata-rata sebesar 279,78 kg. Sedangkan berat mengkonsumsi air rebusan buah pepaya muda
badan bayi sebelum dan sesudah pada ibu yang selama 7 hari berturut-turut, maka semakin
tidak diberikan air rebusan buah pepaya terlihat peningkatan produksi ASI secara
muda mengalami peningkatan rata-rata signifikan.
sebesar 179,36 kg. Dari uji T bebas,
diketahui nilai t dari perbedaan rata-rata 3.2.2 Analisis perbedaan berat badan bayi
peningkatan berat badan bayi pada ibu yang sebelum dan sesudah ibu diberikan
diberikan dengan yang tidak diberikan air kontrol
rebusan buah pepaya muda adalah t= 3,86. Hasil penelitian perbedaan berat badan
bayi pada kelompok kontrol di Desa Biting
3.2 Pembahasan Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember Tahun
3.2.1 Perbedaan berat badan bayi 2014, diperoleh rata-rata kenaikan berat badan
sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 179,36 gram. Berdasarkan hasil uji
Rata-rata berat badan bayi sebelum statistik t-test sampel berpasangan yang
ibu mengkonsumsi air rebusan buah pepaya didapatkan secara SPSS, didapatkan nilai
muda adalah 3235,93 gram dan rata-rata berat thitung lebih besar dari t tabel (8,55 > 2,160),
badan bayi setelah ibu mengkonsumsi air sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak,
rebusan buah pepaya muda adalah 3515,71 berarti terdapat perbedaan berat badan bayi
gram. Sehingga didapatkan rata-rata sebelum dan sesudah pada ibu yang tidak
kenaikan berat badan bayi setelah ibu diberikan air rebusan buah pepaya muda.
diberikan air rebusan buah pepaya muda yaitu Menurut Arisman (2010) bayi peminum
279,78 gram. Berdasarkan hasil uji statistik t- ASI akan tumbuh dengan baik jika ia dapat
test sampel berpasangan yang didapatkan mengkonsumsi air susu ibu sabanyak 150-200
secara SPSS, didapatkan nilai thitung lebih cc/kg BB/hari. Kecukupan tersebut
besar dari tabel (18,32 > 2,160), sehingga dibuktikan dengan bayi terlihat sehat dan
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, berarti berat badannya naik setelah 2 minggu pertama
terdapat perbedaan berat badan bayi sebelum (100-200 g setiap minggu) (Proverawati, dkk.
dan sesudah yang signifikan pada ibu yang 2010). Selain itu, sampel yang digunakan
diberikan air rebusan buah pepaya muda. dalam penelitian ini adalah bayi usia lebih
Berdasarkan hasil penelitian Kharisma dari 10 hari kurang dari 6 minggu, dan
(2011) didapatkan bahwa air buah pepaya kategori usia tersebut masuk dalam usia bayi
muda memberikan efek meningkatkan kurang dari 3 bulan. Berdasarkan penjelasan
jumlah dan diameter kelenjar mamae. Hal dari Proverawati, dkk (2010), bahwa
tersebut dikarenakan adanya kandungan penelitian menunjukkan bahwa volume ASI
saponin dan alkaloid yang mampu bayi usia 4 bulan adalah 500-800 gr/hari, bayi
meningkatkan aktivitas sel sekretorius. usia 5 bulan adalah 400-600 gr/hari, dan bayi
Kedua zat yang terkandung dalam pepaya usia 6 bulan adalah 350-500 gr/hari. Dari
muda tersebut secara bersama-sama dapat pernyataan tersebut kita dapat menyimpulkan
meningkatkan produksi hormon prolaktin. bahwa semakin bertambah umur bayi, volume
Sedangkan alkaloid mempunyai fungsi yaitu ASI semakin berkurang. Maka, apabila
langsung bekerja pada semua otot polos. keseluruhan responden berumur semakin
Dengan adanya kontraksi yang ditimbulkan muda, maka produksi ASI akan semakin baik.
pada otot polos tersebut, maka terjadilah Menurut (Obstetri fisiologi, 1983;336) pada
proses pengeluaran ASI, serta peningkatan bulan-bulan bertama, berat badan bayi
jumlah dan diameter alveoli. Dimana mengalami kenaikan sebesar ± 25 gram/
peningkatan diameter alveoli rata-rata hari. Sehingga berat badan bayi akan
sebanding dengan peningkatan ASI yang mengalami kenaikan ± 175 gram/ minggu.
dihasilkan. Berdasarkan data diatas ada kesesuaian
Berdasarkan data diatas ada kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian. Ini
antara teori dengan hasil penelitian. Ini menunjukkan bahwa hasil rata-rata kenaikan
ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata- berat badan bayi pada ibu yang diberikan
rata berat badan bayi sebesar 279,78 gram. Hal kontrol mengalami kenaikan berat badan yang

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 37


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783
normal. Hal tersebut dikarenakan setelah ibu Dengan adanya kontraksi yang ditimbulkan
partus, berhubung lepasnya plasenta dan pada otot polos tersebut, maka terjadilah
kurang berfungsinya korpus luteum maka proses pengeluaran ASI, dan peningkatan
estrogen dan progesteron sangat berkurang. jumlah dan diameter alveoli. Dimana
Dengan berkurangnya hormon estrogen dan peningkatan diameter alveoli rata-rata
progesteron maka faktor-faktor yang sebanding dengan peningkatan ASI yang
menghambat produksi prolaktin akan dihasilkan.Kecukupan produksi ASI akan
terhambat, sehingga produksi ASI akan membuat bayi mendapatkan nutrisi yang
mengalami peningkatan. cukup. Tanda bayi mendapat nutrisi cukup
salah satunya dapat dilihat dengan kenaikan
3.2.3 Analisis perbedaan berat badan berat badan. Sedangkan kenaikan berat badan
bayi pada kelompok perlakuan bayi setelah 2 minggu pertama yaitu 100-
dengan kelompok kontrol 200 gram setiap minggu.
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata- Berdasarkan data diatas ada kesesuaian
rata berat badan bayi pada kelompok antara teori dengan hasil penelitian. Dan
perlakuan yaitu sebesar 279,78 gram dan berat didapatkan bahwa kenaikan berat badan
badan bayi pada kelompok kontrol yaitu bayi pada kelompok perlakuan sesuai dengan
sebesar 179,36 gram. Ini menunjukkan teori, bahkan cenderung lebih besar
peningkatan berat badan bayi pada kelompok kenaikkannya. Hal tersebut dikarenakan
perlakuan lebih basar daripada berat badan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
bayi pada kelompok kontrol. Rata- rata selisih produksi ASI juga ditemukan di Desa Biting
peningkatan berat badan bayi pada kelompok Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember,
perlakuan dengan kelompok kontrol yaitu yaitu 100% responden menyusui bayinya ≥
sebesar 100,42 gram. 10 kali perhari dan sebagian besar
Berdasarkan hasil uji statistik dengan responden merupakan ibu dengan multipara
menggunakan Uji Independen t-tes/t sampel (paritasnya 1 berjumlah 7 orang (25,06%),
bebas secara SPSS (lampiran 9) dengan nilai paritasnya 2 sejumlah 15 orang (53,6%) dan
probabilitas 0,001 < 0,05 dan didapatkan hasil paritasnya 3 sejumlah 6 orang (21,4%)). Data
t hitung sebesar3,86. Dari hasil t hitung diatas didukung pula dengan dikonsumsinya
tersebut, jika dibandingkan dengan harga t air rebusan buah pepaya muda selama 7 hari
tabel sebesar 2,056 dengan dk = 26 dan taraf berturut- turut. Dimana didalam pepaya muda
kesalahan ditetapkan sebesar 5%. Sehingga terkandung alkaloid dan saponin yang dapat
harga t hitung lebih besar daripada t tabel (3,86 meningkatkan produksi prolaktin dan
> 2,056). Dengan demikian Ho ditolak oksitosin.
yang berarti yaitu terdapat perbedaan berat Peningkatan berat badan bayi pada
badan bayi pada ibu yang diberikan dengan kelompok perlakuan terbukti lebih signifikan
yang tidak diberikan air rebusan buah pepaya dibandingkan dengan kelompok kontrol.
muda. Karena, terproduksinya prolaktin dan oksitosin
Adanya perbedaan kenaikan berat badan yang lebih tinggi akan meningkatakan pula
tersebut dikarenakan adanya kandungan produksi ASI.
saponin dan alkaloid yang mampu
meningkatkan aktivitas sel sekretorius. 4. Kesimpulan
Kedua zat tersebut secara bersama-sama Air rebusan buah pepaya muda
dapat meningkatkan produksi hormon memberikan perbedaan kenaikan berat badan
prolaktin melalui mekanisme penghambatan yang signifikan pada kelompok perlakuan
terhadap dopamine. Kerja dari dopamine ialah dengan kelompok kontrol di Desa Biting
menghambat pelepasan prolaktin dari kelenjar Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Hal ini
hipofisis. Dengan terjadinya penghambatan ditunjukkan pada rata-rata kenaikan berat
terhadap dopamine, maka terjadi pelepasan badan bayi pada kelompok perlakuan sebesar
prolaktin. Dan fungsi dari prolaktin adalah 279,78 gram. Sedangkan rata-rata kenaikan
untuk sintesis ASI. Sedangkan semua jenis berat badan bayi pada kelompok kontrol
alkaloid alam mempunyai fungsi yaitu sebesar 179,36 gram. Hal ini menunjukkan
langsung bekerja pada semua otot polos. Salah bahwa kenaikan berat badan bayi pada
satu otot polos yang berperan dalam ekskresi kelompok perlakuan memiliki kenaikan baret
ASI adalah otot polos yang ada pada alveoli.

38 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017


ISSN : 2354-5852
e-ISSN : 2579-5783
badan yang lebih besar dari pada kelompok Kelenjar Mamma Mencit Laktasi. 160-
kontrol. 165
Diharapkan penelitian ini menjadi Lingga, Lanny. 2010. Cerdas Memilih Sayuran.
sumber informasi bagi masyarakat bahwa air Jakarta : PT Agro Media Pustaka
rebusan buah pepaya (Carica papaya L) muda Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba,
dapat mempengaruhi peningkatan produksi dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007.
ASI, sehingga dapat menjadikan pepaya Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
muda sebagai tanaman obat laktogogum Meutia, A.A. & Kusnadi, J. Ekstraksi
alternatif. Antioksidan dari Buah Pepaya (Carica
Papaya L) dengan Menggunakan Metode
Daftar Pustaka Ultrasonic Bath (kajian Kematangan
Akbar, M. dkk. 2013. Produksi Air Susu Induk Pepaya dan Proporsi Volume Pelarut:
dan Tingkat Mortalitas Anak Kelinci Bahan)
yang diberi Pakan Tambahan Tepung Murtiana, T. 2011. Pengaruh Konsumsi Daun
Daun Katuk (Sauropus Androgynus L. Katuk dengan Peningkatan Produksi ASI
Merr) pada Ibu Menyusui di Wilayah
Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu harus Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu
Menyusui. Yogjakarta: FlashBooks. Tahun 2011. Jurusan Kebidanan,
Arisman.( 2010). Buku Ajar Ilmu Gizi- Politeknik Kesehatan Bengkulu,
Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Bengkulu.
Jakarta: EGC Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Beck, M.E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
dengan Penyakit- Penyakit untuk Cipta
Perawat dan Dokter. Yogyakarta: Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan
Yayasan Essentia Medica Metodologi PenelitianIlmu
Bobak, M. Irene, et. al. 2005. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Provera, W. & Rahmawati, E. 2010. Kapita
Bahasa : Maria A, Wijayarini. Jakarta: Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta:
EGC Nuha Medika
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil Saefudin, Malik. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun Kesehatan Masyarakat. Jakarta: TIM
2012 Sarker, S.D. & Nahar, L. 2009. Kimia untuk
Emfud Machfuddin, 2004. Patofisiologi Mahasiswa Farmasi Bahan Kimia
Pembentukan Asi, Departemen Obstetri Organik, Alam dan Umum. Yogyakarta:
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Pustaka Pelajar
Universitas Sriwijaya Setyaningsih, D. & Sediawan, W.B. 2004.
Goodman & Gilman. 2001. Goodman & Kesetimbangan Papain dalam Getah
Gilman Dasar Farmakologi Terapi. Eds Padat dan Air pada Ekstraksi Papain:
10. Alih Bahasa : Hardman. J.G & Variasi kadar NaHSO3 dalam Air.
Limbird, L.E, pp 240- 275. Jakarta: EGC Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian.
Gunawan, D. & Mulyani, S. 2010. Ilmu Obat Jakarta: IKAPI
Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta: Suradi & Kristina (Ed). 2004. Manajemen
Penebar Swadaya Laktasi Cetakan ke 2. Jakarta: Program
Harimukti, Indri. 2013. Kandungan Saponin Manajemen Laktasi Perkumpulan
dan Flafvonoid pada Daun Pepaya Perinatologi Indonesia
(Carica papaya L) Akibat Perebusan Syaifuddin.( 2006). Anatomi Fisiologi untuk
bersama Daun Singkong (Manihoi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC
utilissima). Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakologi Efek
Herlina Widyoningrum dan Tini. 2011. Solusi Samping Obat. Jakarta: Salemba Medika
Alternatif Kitab Taman obat Nusantara. Wiji, R.N. 2013. ASI dan Panduan Ibu
Yogyakarta : Medpress Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medik
Kharisma, Y, Armaya A, Herri S. 2011. Efek
Ekstrak Air Buah Pepaya (Carica papaya
L) Muda terhadap Gambaran Histologi

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. April 2017 | 39

You might also like