You are on page 1of 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIDAKBERHASILAN

PEMBERIAN ASI EKSLUSIF MELALUI KELOMPOK PENDUKUNG ASI


(KP-ASI) DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU

Factors That Cause Unsuccessful Supplying Exclusive ASI Support Group (Kp-Asi)
At Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru

Yufi Permata Dewi1, Besti Verawati2, Indrawati3


1, 2
Program Studi S1 Gizi Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau
3
Program Studi D3 Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau
Email : yufipermatadewi@gmail.com

ABSTRACT
The lowest coverage rate of exclusive breastfeeding in 2019 was found in the
Sidomulyo Health Center working area of 33.7%. One of the factors that influence the low
level of exclusive breastfeeding is the lack of encouragement and support from family and
the environment. Support from the environment can be realized by forming a
breastfeeding support group (KP-ASI). The purpose of this study was to analyze the
factors that cause the unsuccessfulness of exclusive breastfeeding through breastfeeding
support groups (KP-ASI) at Sidomulyo Health Center Pekanbaru. This type of research is
quantitative with cross sectional method. This research was conducted on 02 June - 17
June 2020 at Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru with a sample size of 25 KP-ASI members
and 25 infant mothers. The technique of collecting interview data using a questionnaire.
The analysis used was univariate and bivariate with the Chi Square test. The results of
univariate analysis showed that most 13 people (52%) had good motivation, most of the
availability of infrastructure, 14 people (56%) were in the inadequate category and
supervision, namely 13 people (52%) were in the poor category The results showed a p
value of 0.028 for the motivation variable, 0.070 for the variable availability of
infrastructure and 0.025 for the monitoring variable. The conclusion is there is a
relationship between motivation and supervision with the practice of exclusive
breastfeeding. Meanwhile, seen from the p value> 0.05 for the variable availability of
infrastructure, there is no relationship between the availability of infrastructure and the
practice of exclusive breastfeeding. It is hoped that the next research can examine other
methods in the ASI Companion Group program (KP-ASI).
Keywords: Exclusive breastfeeding on breasts, breastfeeding support groups, motivation,
supervision and infrastructure.
PENDAHULUAN Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
Pertumbuhan dan perkembangan (Riskesdas) tahun 2018, cakupan ASI
yang optimal baik fisik maupun mental Eksklusif di Indonesia masih dibawah
serta kecerdasan bayi dipengaruhi oleh target nasional yaitu 37,3%. Persentase
Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Riau
makanan terbaik bagi bayi karena sebesar 65% dan untuk di Kota
mengandung komposisi yang lengkap. Pekanbaru, rata-rata cakupan pemberian
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi ASI eksklusif pada tahun 2019 sebesar 41
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa %. Angka cakupan pemberian ASI
tambahan cairan lain seperti susu formula, eksklusif terendah diantaranya terdapat di
air jeruk, madu, air teh, air putih dan wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo
tanpa tambahan makanan padat seperti sebesar 33,7% pada tahun 2019.
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur Cakupan pemberian ASI eksklusif
nasi dan tim, selama 6 bulan (Mufdlilah, yang rendah pada bayi usia 0-6 bulan
2013). World Health Organization dapat disebabkan oleh rendahnya
(WHO) dan United Nation Children Fund pengetahuan di masyarakat mengenai ASI
(UNICEF) telah merekomendasikan eksklusif, bahkan tenaga kesehatan juga
program ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 kurang mengerti tentang keunggulan dan
bulan. Hal ini sejalan dengan Keputusan berbagai manfaat penting dari ASI
Menteri Kesehatan RI eksklusif (Kemenkes RI, 2010).
No.450/Menkes/IV/2004 yang Pengetahuan ibu, dukungan sosial,
menetapkan bahwa ASI merupakan dukungan tenaga kesehatan, sosial
makanan terbaik bagi bayi, untuk budaya, serta faktor-faktor
mencapai pertumbuhan dan sosiodemografi lainnya saat ini sering
perkembangan yang optimal dihubungkan dengan rendahnya
(Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes pemberian ASI Eksklusif. Faktor yang
RI), 2015). Hal ini juga sesuai dengan dapat menghambat pemberian ASI secara
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan eksklusif yang tidak kalah pentingnya
Perempuan dan Perlindungan Anak adalah kurangnya dorongan dari keluarga
Republik Indonesia Nomor 03 Tahun seperti suami atau orang tua dan
2010 tentang penerapan sepuluh langkah lingkungan yang dapat menurunkan
menuju keberhasilan menyusui salah semangat ibu untuk menyusui dan
satunya yaitu pembentukan Kelompok mengurangi motivasi ibu untuk menyusui
Pendukung ASI. (Mawadddah, 2018).
Target pemberian ASI Eksklusif Salah satu faktor yang
secara nasional ditetapkan sebesar 80%. mempengaruhi rendahnya pemberian ASI
Eksklusif adalah kurangnya dorongan dan menyusui. Program ini masih berjalan
dukungan dari keluarga dan lingkungan. hingga tahun 2019 namun belum
Dukungan dari lingkungan dapat dilakukan monitoring dan evaluasi terkait
diwujudkan dengan pembentukan pengaruh pembentukan KP-ASI tersebut
kelompok pendukung ASI (KP-ASI). KP- terhadap praktik pemberian ASI Eksklusif
ASI merupakan wadah bagi keluarga dan di Kelurahan Tuah Karya.
lingkungan ibu menyusui untuk Kendala yang selama ini dirasakan
memotivasi dalam beberapa metode dalam pencapaian cakupan adalah
seperti diskusi dan pemaparan terkait kurangnya motivasi dari anggota KP-ASI,
kesehatan pada ibu menyusui. ketersediaan sarana prasarana dan
Pembentukan Kelompok kurangnya pengawasan. Studi terkait KP-
Pendukung ASI (KP-ASI) eksklusif ASI telah banyak dilakukan seperti pada
penting dibentuk karena ibu merasa penelitian Nurrahman (2017) tentang
didukung, dicintai dan diperhatikan, Pengetahuan, Sikap dan Praktik
maka akan muncul emosi positif yang Pemberian ASI Eksklusif dengan jenis
akan meningkatkan produksi hormon penelitian cross sectional. Sampel
oksitosin sehingga produksi ASI lancar. sejumlah 102 orang dengan teknik
Adanya pembentukan Kelompok pengambilan sampel yaitu accidental
Pendukung ASI Eksklusif di Puskesmas sampling. Hasil penelitian ini
Sidomulyo dapat memberikan manfaat menunjukkan bahwa, hubungan
dan meningkatkan pemberian ASI pemberian ASI Eksklusif dengan
Eksklusif pada bayi yang dapat diukur pengetahuan ibu diperoleh hasil uji
dari praktik yang dilakukan ibu. Praktik statistik yaitu nilai p = 0,877 > 0,05, tidak
adalah reaksi/tindakan seseorang terhadap ada hubungan antara praktik pemberian
suatu stimulus. Pada bidang gizi, praktik ASI Eksklusif dengan pengetahuan ibu.
merupakan respon yang berkaitan dengan Sedangkan hubungan pemberian ASI
makanan, zat-zat gizi dan penyakit baik Eksklusif dengan sikap diperoleh hasil uji
secara aktif yang dilakukan seseorang statistik yaitu nilai p = 0,000 < 0,05, ada
sehubungan dengan status kesehatan yang hubungan antara praktik pemberian ASI
dimiliki (Notoatmodjo, 2012). Eksklusif dengan sikap ibu dengan tingkat
Pembentukan KP-ASI di keeratan hubungan kuat (α = 0,674).
Kelurahan Tuah Karya dilakukan pada Tujuan penelitian ini adalah
bulan Agustus 2018. KP-ASI memiliki menganalisis faktor-faktor yang
kegiatan berupa penyuluhan, menyebabkan ketidakberhasilan
pendampingan dan konsultasi yang pemberian ASI Ekslusif melalui
dijadwalkan setiap bulannya pada ibu
Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) di sebagian besar ibu bayi yakni sebanyak
Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. 16 orang (64%)termasuk dalam kategori
usia dewasa awal. Selanjutnya hampir
METODE PENELITIAN
sepertiga anggota KP-ASI pendidikannya
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
S1 yakni berjumlah 9 orang (36%)
korelasional dengan desain cross
sedangkan ibu bayi sebagian besar yaitu
sectional. Penelitian ini dilaksanakan
sebanyak 17 orang (68%). berpendidikan
pada bulan Mei 2020 di Puskesmas
SMA.
Sidomulyo Kota Pekanbaru. Sampel
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Motivasi
dalam penelitian ini adalah 25 orang KP-ASI di Puskesmas Sidomulyo
Motivasi Frekuensi Persentase
anggota KP-ASI dan 25 orang ibu yang (n) (%)
memiliki bayi usia 6-12 bulan yang Baik 13 52
Kurang 12 48
sudah mendapat pendampingan KP-ASI. Total 25 100
Instrumen penelitian yang
Berdasarkan tabel 2 dari 25 orang
digunakan adalah kuesioner digunakan
sebagian besar KP-ASI yaitu berjumlah
untuk mengetahui motivasi, sarana dan
13 orang (52%) termasuk dalam kategori
prasarana, pengawasan. Uji statistic yang
motivasi baik.
digunakan adalah uji Chi Square.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Ketersediaan Sarana Prasarana KP-
HASIL PENELITIAN ASI di Puskesmas Sidomulyo
Ketersediaan
Analisa Univariat Frekuensi Persentase
Sarana
Tabel 1 Karakteristik Responden (n) (%)
Prasarana
Karakteristik KP-ASI Ibu bayi
Memadai 11 44
N % n %
Tidak memadai 14 56
Usia
Remaja akhir Total 25 100
0 0 9 36
(17-25 tahun)
Dewasa awal
7 28 16 64
Berdasarkan tabel 3 dari 25 orang KP-
(26-35 tahun)
Dewasa akhir ASI sebagian besar yaitu berjumlah 14
14 56 0 0
(36-45 tahun)
Lansia awal orang (56%) merasa ketersediaan sarana
4 16 0 0
(45-55 tahun) prasarana termasuk dalam kategori tidak
Total 25 100 25 100
Pendidikan memadai.
S1 9 36 3 12
D3 7 28 5 20 Tabel 4 Distribusi Frekuensi
SMA 8 32 17 68 Pengawasan KP-ASI di Puskesmas
SMP 1 4 0 0 Sidomulyo
Pengawasan Frekuensi Persentase
Total 25 100 25 100
(n) (%)
Baik 14 56
Berdasarkan tabel 1 dari 25 orang
Kurang 11 44
anggota KP-ASI sebagian besar yaitu Total 25 100
sebanyak 14 orang (56%) termasuk dalam
Berdasarkan tabel 4 dari 25 orang KP-
kategori dewasa akhir (36-45 tahun) dan
ASI sebagian besar yaitu sejumlah 14 dengan motivasi yang baik memiliki
orang (56%) merasa pengawasan dari peluang 0,185 kali lebih besar dalam
petugas telah baik. memberikan pendampingan kepada ibu
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Praktik bayi untuk menerapkan pemberian ASI
Pemberian ASI Eksklusif di
secara eksklusif
Puskesmas Sidomulyo
Praktik Frekuensi Persentase Tabel 7 Hubungan Ketersediaan Sarana
(n) (%) Prasarana dan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif 12 48 ASI Eksklusif di Puskesmas Sidomulyo
Tidak Eksklusif 13 52 Praktik Pemberian ASI
Total
p OR CI
Total 25 100 Ketersediaan Eksklusif value 95%
sarana Tidak ASI
prasarana eksklusif Eksklusif
Berdasarkan tabel 5 dari 25 orang KP- n % n % n %
Tidak 10 71,4 4 28,6 14 100 0,028 6,667
ASI sebagian besar ibu bayi yakni memadai (1,145-
38,833)
berjumlah 13 orang (52%)belum Memadai 3 27,3 8 72,7 11 100
Total 13 52 12 48 25 100
melakukan praktik pemberian ASI secara
eksklusif.
Berdasarkan tabel 7 dari 14 orang KP-ASI
Analisa Bivariat
Tabel 6 Hubungan Motivasi dan yang merasa ketersediaan sarana
Praktik Pemberian ASI Eksklusif prasarana tidak memadai terdapat 4
di Puskesmas Sidomulyo
OR (28,6%) ibu bayi yang menerapkan
Praktik Pemberian ASI
CI
Eksklusif p
Motiva Total
value
95% pemberian ASI eksklusif. Kemudian dari
si Tidak ASI
eksklusif Eksklusif 11 orang anggota KP-ASI yang merasa
n % n % n %
Kurang 3 25 9 75 12 100 0,009 0,100 ketersediaan sarana prasarana memadai
(0,016
-
0,627)
terdapat 3 orang (27,3%) ibu bayi yang
Baik 10 76,9 3 23,1 13 100
tidak menerapkan pemberian ASI
Total 13 52 12 48 25 100
eksklusif. Hasil uji menunjukkan p value
Berdasarkan tabel dari 12 orang anggota
< 0,05 (0,028) hal ini menunjukkan ada
KP-ASI yang memiliki motivasi kurang
hubungan ketersediaan sarana prasarana
terdapat 9 orang (75%) ibu bayi yang
Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
menerapkan ASI Eksklusif. Kemudian
dengan praktik pemberian ASI Eksklusif
dari 13 orang KP-ASI yang memiliki
di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
motivasi terdapat 10 orang (76,9%) ibu
Kemudian didapatkan nilai OR 6,667 ini
bayi yang tidak menerapkan ASI
menunjukkan bahwa ketersediaan sarana
Eksklusif. Berdasarkan uji Chi Square
prasarana KP-ASI yang memadai
didapatkan p value < 0,05 (0,009) artinya
memiliki peluang 6,667 kali lebih besar
ada hubungan motivasi KP-ASI dengan
dalam memberikan pendampingan kepada
praktik pemberian ASI Eksklusif di
ibu bayi untuk menerapkan pemberian
Puskesmas Sidomulyo dengan OR 0,100
ASI secara eksklusif.
ini menunjukkan bahwa anggota KP-ASI
Tabel 8 Hubungan Pengawasan dan ASI yaitu berjumlah 13 orang (52%)
Praktik Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Sidomulyo termasuk dalam kategori motivasi baik.
OR CI
Praktik Pemberian ASI
Total
p
95% Menurut peneliti motivasi baik ini terlihat
Eksklusif value
Penga
wasan Tidak ASI pada saat dilakukan wawancara pada
eksklusif Eksklusif
F % F % F % anggota KP-ASI dimana anggota KP-ASI
Kurang 9 81,8 2 18,2 11 100 0,008 11,25
(1,65-
76,85)
mendapatkan dorongan dari sesama
Baik 4 28,6 10 71,4 14 100
anggota untuk menjalankan kegiatan KP-
Total 13 52 12 48 25 100
ASI tersebut. Motivasi yang didapatkan
Berdasarkan tabel 8 dari 11 orang KP-ASI dari anggota mendorong KP-ASI
yang merasa pengawasan kurang terdapat melakukan kegiatan tersebut dengan
2 orang (18,2%) ibu bayi yang telah optimal ditambah lagi mereka merasa
menerapkan pemberian ASI secara memiliki tanggung jawab untuk
Eksklusif. Kemudian dari 14 orang KP- meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di
ASI termasuk dalam kategori pengawasan wilayahnya. Hal ini sejalan dengan
yang baik terdapat 4 orang (28,6%) ibu penelitian Ervada (2018) tentang
yang menerapkan pemberian ASI secara “Hubungan Dukungan Motivator dengan
Eksklusif. Berdasarkan hasil uji Motivasi Peserta Kelompok Pendukung
didapatkan p value < 0,05 (0,008). Hal Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
ini menunjukkan ada hubungan Sangkrah” dengan sampel 202 orang.
pengawasan kegiatan Kelompok Hasil analisa univariat menunjukkan
Pendukung ASI (KP-ASI) dengan praktik bahwa 50% motivator memiliki motivasi
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas yang baik. Hasil uji ada hubungan antara
Sidomulyo Pekanbaru. Nilai OR 11,25 ini dukungan emosional dengan motivasi
menunjukkan bahwa pengawasan kepada peserta (p=0,016), dukungan instrumental
KP-ASI yang baik memiliki peluang dengan motivasi peserta (p=0,000),
11,25 kali lebih besar dalam memberikan dukungan informasi dengan motivasi
pendampingan kepada ibu bayi untuk peserta (p=0,004). Tidak terdapat
menerapkan pemberian ASI secara hubungan dukungan penghargaan dengan
eksklusif. motivasi peserta.
Motivasi adalah daya upaya yang
PEMBAHASAN mendorong seseorang melakukan sesuatu.
Analisa Univariat Motif dapat dikatakan sebagai daya
Motivasi Kelompok Pendukung ASI penggerak dari dalam diri subyek untuk
Eksklusif (KP-ASI) melakukan aktivitas tertentu demi
Berdasarkan hasil analisa univariat mencapai tujuan. (Sardiman, 2011).
dari 25 orang KP-ASI sebagian besar KP- Motivasi yang baik dari anggota KP-ASI
dapat mendorong agar tercapainya tujuan langsung maupun tidak langsung untuk
dari program yakni meningkatkan mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Tujuan sarana prasarana adalah
Sidomulyo. memberikan layanan serta
Ketersediaan Sarana Prasarana profesionalisme dalam rangka
Kelompok Pendukung ASI Eksklusif terselenggara proses kegiatan program
(KP-ASI) secara efektif dan efisien (Nurdiana,
Berdasarkan hasil analisa univariat 2015).
dari 25 orang KP-ASI sebagian besar Pengawasan Kelompok Pendukung
yaitu berjumlah 14 orang (56%) merasa ASI Eksklusif (KP-ASI)
ketersediaan sarana prasarana termasuk Berdasarkan hasil analisa univariat
dalam kategori tidak memadai. Menurut dari 25 orang KP-ASI sebagian besar
peneliti melalui wawancara dan juga yaitu sejumlah 14 orang (56%) merasa
observasi terlihat sarana prasarana yang pengawasan dari petugas telah baik.
ada belum memadai seperti alat peraga Pengawasan dari petugas setempat seperti
menyusui yang terbatas. Begitu juga petugas puskesmas, petugas kelurahan
dengan media yang digunakan untuk dan tokoh masyarakat sudah baik. Dari
melakukan pendampingan masih belum hasil wawancara dapat dilihat koordinasi
mencukupi seperti leaflet, brosur dan yang baik antar petugas dan juga anggota
sebagainya. Hal ini sejalan dengan KP-ASI. Hal ini juga terlihat melalui
penelitian Nurdiana (2015) tentang dilakukannya pertemuan-pertemuan antar
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan lintas sektor terkait kegiatan tersebut. Hal
Ketersediaan Fasilitas Penunjang Asi ini sejalan dengan penelitian Hervilia
Eksklusif dengan Pemberian ASI di (2016) tentang “Hambatan Kinerja
Wilayah Kerja Puskesmas Bonorowo Konselor Menyusui dalam Meningkatkan
Kabupaten Kebumen” dengan sampel Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di
adalah ibu yang mempunyai bayi usia 7 Kota Kupang” dengan informan
sampai 12 bulan yang berjumlah 242 penelitian ini adalah konselor ASI (n=17)
responden. Hasil penelitian menunjukkan dan penanggung jawab program gizi dan
41,7 % ibu merasa ketersediaan fasilitas KIA Dinas Kesehatan Kota Kupang
masih kurang. (n=1). Penelitian dilakukan dengan
Sarana prasarana adalah suatu usaha metode indepth interview. Hasil
pengadaan dan pemeliharaan alat benda penelitian menunjukkan bahwa hambatan
yang bergerak maupun yang tidak terbesar yang dimiliki konselor menyusui
digunakan untuk menunjang kelancaran adalah motivasi dalam melaksanakan
proses kegiatan suatu program baik secara tugas sebagai konselor. Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan akan dana bayi yakni berjumlah 13 orang
tambahan yang belum terpenuhi dan (52%)belum melakukan praktik
kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pemberian ASI secara eksklusif. Menurut
konseling menyusui. Kesimpulan dari asumsi peneliti masih banyaknya ibu bayi
penelitian ini adalah pemberian motivasi, yang belum menerapkan praktik
perbaikan sarana prasarana, dan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini terlihat
monitoring evaluasi secara berkala dari observasi dan wawancara mendalam
diperlukan untuk menunjang kegiatan pada ibu bayi masih banyaknya yang
konseling menyusui sehingga dapat memberikan makanan sebelum bayi
membantu menyukseskan program ASI berusia 6 bulan. Ada juga ibu yang
eksklusif di wilayah Kota Kupang. mengatakan bahwa anaknya diberikan
Pengawasan adalah fungsi di susu formula karena ASI ibu tersebut
dalam manajemen fungsional yang harus tidak keluar. Penelitian ini sejalan dengan
dilaksanakan oleh setiap pimpinan semua penelitian Ichsan (2015) tentang
unit/satuan kerja terhadap pelaksanaan “Keefektifan Program Kelompok
pekerjaan atau petugas yang Pendukung Ibu dalam Mengubah Perilaku
melaksanakan sesuai dengan tugas Ibu Menyusui” dengan besar sampel yaitu
pokoknya masing-masing. Dengan 384 ibu yang memiliki bayi berusia 6-24
demikian, pengawasan oleh pimpinan bulan. Hasil uji Mann-Whitney
khususnya yang berupa pengawasan menunjukkan bahwa pengetahuan dan
melekat (built in control), merupakan sikap tentang ASI eksklusif pada ibu-ibu
kegiatan manajerial yang dilakukan yang mengikuti program pendukung ibu
dengan maksud agar tidak terjadi lebih tinggi secara bermakna dibanding
penyimpangan dalam melaksanakan ibu-ibu yang tidak mengikuti (p=0,04 dan
pekerjaan (Kadarisman, 2013). p=0,001). Uji Chi-Square menunjukkan
Pengawasan oleh petugas yang bahwa tidak terdapat perbedaan tindakan
baik pada anggota KP-ASI dapat yang bermakna pada kelompok tersebut
meningkatkan peluang berhasilnya (p=0,82).
program tersebut. Hal ini dikarenakan Praktik adalah suatu sikap yang
dengan adanya pengawasan oleh petugas terwujud dalam bentuk tindakan. ASI
kinerja KP-ASI dapat terus di pantau agar eksklusif adalah pemberian ASI saja
bekerja sesuai dengan tugas dan tanpa tambahan cairan seperti susu
fungsinya. formula, jeruk, madu, air teh, air putih
Praktik Pemberian ASI Eksklusif dan tanpa tambahan makanan padat
Berdasarkan hasil analisa univariat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
dari 25 orang KP-ASI sebagian besar ibu biskuit, bubur nasi dan tim (Arini, 2012).
Praktik Pemberian ASI eksklusif adalah motivasi dari KP-ASI bukanlah satu-
tindakan yang dilakukan ibu untuk satunya penentu pemberian ASI Ekkslusif
menerapkan pemberian ASI saja tanpa pada bayi. Hal ini terlihat dari hasil
tambahan makanan lainnya pada bayi usia penelitian dimana meskipun motivasi dari
0-6 bulan. KP-ASI kurang namun masih ada ibu bayi
Analisa Bivariat yang menerapkan ASI Eksklusif dan juga
Analisa bivariat menggunakan uji KP-ASI yang memiliki motivasi baik
Chi Square dengan derajat kepercayaan namun masih ada ibu bayi yang tidak
(Convidence Interval) yang digunakan menerapkan pemberian ASI Eksklusif.
95% dan =0,05 untuk mengetahui Faktor lainnya yang mempengaruhi
adanya hubungan antar variabel.. pemberian ASI Eksklusif adalah
Hubungan Motivasi dan Praktik dukungan dari keluarga dan ibu telah
Pemberian ASI Eksklusif mengetahui sebelumnya pentingnya
Berdasarkan analisa bivariat dari 12 orang pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
anggota KP-ASI yang memiliki motivasi Penelitian ini sejalan dengan penelitian
kurang terdapat 9 orang (75%) ibu bayi Sutaryono (2015) tentang Pembentukan
yang menerapkan ASI Eksklusif. Kelompok Pendukung Air Susu Ibu (ASI)
Kemudian dari 13 orang KP-ASI yang Muhammadiyah Klaten dimana
memiliki motivasi terdapat 10 orang pembentukan kelompok secara
(76,9%) ibu bayi yang tidak menerapkan kelembagaan telah kuat dan mandiri
ASI Eksklusif. Berdasarkan uji Chi dengan memiliki administratif yang baik,
Square didapatkan p value < 0,05 (0,009) mengadakan pelatihan motivator dengan
artinya ada hubungan motivasi KP-ASI peserta 418 orang, kunjungan lapangan,
dengan praktik pemberian ASI Eksklusif serta mengadakan penyuluhan ASI dan
di Puskesmas Sidomulyo dengan OR pemberian makanan pendamping anak
0,100 ini menunjukkan bahwa anggota untuk pengungsi korban bencana gunung
KP-ASI dengan motivasi yang baik merapi. Motivator yang telah dilatih
memiliki peluang 0,185 kali lebih besar diharuskan mampu memberikan
dalam memberikan pendampingan kepada penyuluhan tentang pemberian ASI
ibu bayi untuk menerapkan pemberian terhadap ibu-ibu yang memiliki bayi
ASI secara eksklusif.. dilingkungan sekitarnya. Hasil penelitian
Menurut asumsi peneliti motivasi menunjukkan motivasi dari motivator
sangat mempengaruhi tindakan seseorang sangat mempengaruhi pemberian ASI
sehingga motivasi anggota KP-ASI akan Eksklusif pada bayi.
sangat menentukan praktik pemberian Motivasi memiliki pengaruh yang
ASI Eksklusif oleh ibu bayi. Namun signifikan terhadap kinerja seseorang.
Motivasi merupakan penggerak 4 (28,6%) ibu bayi yang menerapkan
kegairahan kerja seseorang agar mereka pemberian ASI eksklusif. Kemudian dari
mau bekerja sama, bekerja efektif, dan 11 orang anggota KP-ASI yang merasa
terintegritas dengan segala daya upaya ketersediaan sarana prasarana memadai
untuk mencapai kepuasan. Motivasi kerja terdapat 3 orang (27,3%) ibu bayi yang
akan mendorong seseorang untuk bekerja. tidak menerapkan pemberian ASI
Motivasi kerja seseorang sangat eksklusif . Hasil uji menunjukkan p value
dipengaruhi oleh perasaan “butuh” < 0,05 (0,028) hal ini menunjukkan ada
individu tersebut untuk melakukan hubungan ketersediaan sarana prasarana
sesuatu (Misransyah, 2012). Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
Faktor-faktor yang dapat menurunkan dengan praktik pemberian ASI Eksklusif
motivasi adalah penyebab ketidakpuasan di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
yang meliputi kondisi kerja yang buruk, Kemudian didapatkan nilai OR 6,667 ini
pengawasan yang inkompeten, gaji yang menunjukkan bahwa ketersediaan sarana
rendah, kebijakan perusahaan (program) prasarana KP-ASI yang memadai
yang tidak efisien, hubungan personal memiliki peluang 6,667 kali lebih besar
yang buruk, dan mutu kepemimpinan dalam memberikan pendampingan kepada
yang buruk. Faktor yang dapat ibu bayi untuk menerapkan pemberian
meningkatkan motivasi adalah penyebab ASI secara eksklusif.
kepuasan atau hasil kerja itu sendiri. Menurut asumsi peneliti ketersediaan
Kepuasan terhadap hasil kerja merupakan sarana prasarana memang merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi unsur penting dalam berlangsungnya
motivasi kerja, dan motivasi kerja sangat sebuah kegiatan. Dari hasil analisa dapat
mempengaruhi komitmen terhadap tugas dilihat meski ketersediaan sarana
yang akan dilaksanakan. Komitmen yang prasarana yang tidak memadai namun ibu
kuat akan mendasari tanggung bayi tetap memberikan ASI secara
jawab/kewajiban untuk melaksanakan eksklusif begitu juga sebaliknya dimana
pekerjaan dengan baik serta untuk ketersediaan sarana prasarana memadai
mengembangan pekerjaannya tetapi ibu tidak memberikan ASI secara
(Rayadi,2012). eksklusif. Hal ini disebabkan oleh
Hubungan Ketersediaan Sarana pemanfaatan sarana prasarana saat
Prasarana dan Praktik Pemberian ASI melakukan pendampingan bergantung
Eksklusif pada anggota KP-ASI. Jika sarana
Berdasarkan hasil analisa bivariat dari 14 prasarana dapat dimanfaatkan secara
orang KP-ASI yang merasa ketersediaan efektif maka akan berdampak pada
sarana prasarana tidak memadai terdapat penerimaan informasi oleh ibu bayi
sehingga ibu akan menerapkan pemberian pemberian ASI secara Eksklusif.
ASI secara eksklusif. Kemudian dari 14 orang KP-ASI
Ketersediaan sarana prasarana dapat termasuk dalam kategori pengawasan
mendukung kelancaran jalannya kegiatan yang baik terdapat 4 orang (28,6%) ibu
KP-ASI. Sarana prasarana yang dimaksud yang menerapkan pemberian ASI secara
seperti gedung tempat melakukan Eksklusif. Berdasarkan hasil uji
pertemuan, media dan alat peraga untuk didapatkan p value < 0,05 (0,008). Hal
melakukan pendampingan. Jika semua ini menunjukkan ada hubungan
sarana prasarana tersebut telah memadai pengawasan kegiatan Kelompok
maka anggota KP-ASI dapat melakukan Pendukung ASI (KP-ASI) dengan praktik
penyampaian informasi secara efektif. Ibu pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
bayi juga akan menerima dan memahami Sidomulyo Pekanbaru. Nilai OR 11,25 ini
informasi terkait pemberian ASI secara menunjukkan bahwa pengawasan kepada
eksklusif dengan baik karena didukung KP-ASI yang baik memiliki peluang
adanya media seperti leaflet, poster, 11,25 kali lebih besar dalam memberikan
spanduk, buku saku dan alat peraga untuk pendampingan kepada ibu bayi untuk
membantu dalam ibu mempraktikkan cara menerapkan pemberian ASI secara
menyusui secara benar. eksklusif.
Sarana prasarana yang memadai dan Melalui hasil penelitian dapat
hubungan personal yang baik dalam dilihat pengawasan yang baik masih
lingkungan kerja dapat meningkatkan adanya yang belum menerapkan ASI
produktivitas kerja. Betapapun positifnya Eksklusif dan juga pengawasan yang
perilaku manusia seperti tercermin dalam kurang namun telah menerapkan ASI
kesetiaan yang besar, disiplin yang tinggi, Eksklusif, hal ini disebabkan karena
dan dedikasi yang tidak diragukan serta pengawasan dilakukan kepada anggota
tingkat keterampilan yang tinggi tanpa KP-ASI . Menurut asumsi peneliti
sarana dan prasarana kerja ia tidak akan pengawasan tidak selalu dilakukan ketika
dapat berbuat banyak apalagi KP-ASI sedang melakukan
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan pendampingan pada ibu bayi sehingga
produktivitas kerjanya (Rayadi, 2012). pengawasan dirasa belum maksimal.
Hubungan Pengawasan dan Praktik Pengawasan yang baik dapat menunjang
Pemberian ASI Eksklusif kelancaran suatu kegiatan. Sama halnya
Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan program KP-ASI yang
dari 11 orang KP-ASI yang merasa membutuhkan pengawasan oleh petugas
pengawasan kurang terdapat 2 orang setempat seperti pengawasan oleh petugas
(18,2%) ibu bayi yang telah menerapkan puskesmas, petugas kelurahan serta tokoh
masyarakat yang ada. Karena dengan 2. Sebagian besar KP-ASI yaitu
pengawasan maka setiap kegiatan dapat berjumlah 14 orang (56%) merasa
dipantau sudah sesuai dengan tugas pokok ketersediaan sarana prasarana
dan fungsi dan dapat meminimalisir termasuk dalam kategori tidak
kesalahan dalam melaksanakan kegiatan. memadai.
Penelitian ini sejalan dengan 3. Sebagian besar KP-ASI yaitu
penelitian Fikawati (2010) tentang sejumlah 14 orang (56%) merasa
“Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan pengawasan dari petugas telah baik.
Praktik Pemberian ASI Eksklusif” dengan Sebagian besar ibu bayi yakni
desain studi adalah studi kualitatif dengan berjumlah 13 orang (52%) belum
14 informan yaitu ibu bayi yang berusia melakukan praktik pemberian ASI
>6-24 bulan yang dibagi berdasarkan secara eksklusif.
keberhasilan pelaksanaan ASI 4. Berdasarkan hasil uji Chi Square
eksklusifnya. Data dikumpulkan melalui menujukkan p value 0,009 (α=0,05)
wawancara mendalam dan dilakukan yang artinya ada hubungan antara
triangulasi sumber data mencakup bidan motivasi KP-ASI dengan Praktik
puskesmas dan suami serta triangulasi Pemberian ASI Eksklusif Di
analisis oleh pakar. Pendidikan, Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
pengetahuan, dan pengalaman ibu adalah 5. Berdasarkan hasil uji Chi Square
faktor predisposisi yang berpengaruh menujukkan p value 0,028 (α=0,05)
positif terhadap keberhasilan ASI yang artinya ada hubungan antara
eksklusif, sedangkan IMD adalah faktor ketersediaan sarana prasarana KP-ASI
pemungkin yang kuat terhadap dengan Praktik Pemberian ASI
keberhasilan ASI eksklusif. Dari segi Eksklusif Di Puskesmas Sidomulyo
faktor pendorong, dukungan tenaga Pekanbaru.
kesehatan penolong persalinan paling 6. Berdasarkan hasil uji Chi Square
nyata pengaruhnya dalam keberhasilan menujukkan p value 0,008 (α=0,05)
pelaksanaan ASI eksklusif. Disisi lain, yang artinya ada hubungan antara
iklan susu formula di media massa pengawasan KP-ASI dengan Praktik
ternyata mempengaruhi keberhasilan ASI Pemberian ASI Eksklusif Di
eksklusif terutama pada ibu yang Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
berpendidikan rendah.
KESIMPULAN
1. Sebagian besar KP-ASI yaitu
berjumlah 13 orang (52%) termasuk
dalam kategori motivasi baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 2019.


Profil Gizi. Pekanbaru
Kementerian Kesehatan RI. SDKI, 2015.
Diakses pada tanggal 6 Maret
2020 dari http://sdki.bkkbn.go.id/?
lang=id.
Nurrahman. 2017. Pengetahuan, Sikap,
Dan Praktik Pemberian Asi
Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jumpandang Baru
Kecamatan Tallo Kota Makassar.
Jurnal Universitas Hasanuddin.
Puskesmas Sidomulyo. 2019. Profil
Kesehatan Puskesmas 2019.
Pekanbaru
Sutaryono, E. Purwaningsih. 2015.
Pembentukan Kelompok
Pendukung Air Susu Ibu (ASI)
Muhammadiyah Klaten.
Universitas Muhammadiyah
Semarang
WHO. 2014. Maternal Mortality. Diakses
pada tanggal 5 Januari 2019 dari,
www.who.int/gho/maternal_health
/mortality/maternal_mortality_text
.204
Yuniyanti, B. 2017. Efektivitas Kelompok
Pendukung Asi (KP-ASI)
Eksklusif terhadap Perilaku
Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal
Ilmiah Bidan 2 (1): 41-47.

You might also like