You are on page 1of 8

Happy Dwi Aprilina et al.

, Pengaruh Konseling Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap Pemberian Prelaktal Bayi Baru Lahir
PENGARUH KONSELING LAKTASI PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III TERHADAP PEMBERIAN PRELAKTAL BAYI
BARU LAHIR
Happy Dwi Aprilina1, Risanto Siswosudarmo2, Wahyu Ikka Setiyarini3

ABSTRACT
Background: Exclusive breastfeeding’s rate in Indonesia is still low. One of the causes of this failure is the
prelacteal feeding in infants’ early life. Prelacteal feeding can cause the infants reluctance to suckle their
mothers’ breasts, diarrhea, allergy, ear infections and respiratory disorders in infants. One of the efforts to
prevent prelacteal feeding is providing lactation counselingto women in the third trimester of pregnancy.
Objective: To assess the impact of lactation counseling to women in the third trimester of pregnancy
toward prelacteal feeding to newborn infants.
Method: This research design usedrandomized controlled trial (RCT) which is divided into treatment group
(pregnant women class and individual lactation counseling) n=33 and control group (pregnant women class
only) n=34. The subjects are woman in the third trimester of pregnancy in the work area of Puskesmas
Sokaraja 1, Banyumas. The sampling technique is simple random sampling. Chi square, relative risk (RR)
and logistic regression analysis is used for statistical analysis.
Result and Discussion: Proportion mothers who did not give prelacteal feeding wassignificantly higher in
intervention group than in control group, 69% vs 30% with RR = 1.69 (95% CI: 1.06 to 2.68) p = 0.01.
Conclusion: Mothers who received counseling lactation in the third trimester of pregnancy had a 1.69
times greater chance to not give prelacteal than mothers who did not receive counseling lactation.

Keywords: Exclusive Breastfeeding, Lactation Counseling, Prelacteal, Health Education, Breastfeed

ABSTRAK
Latar Belakang: Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih dalam rendah. Salah satu penyebab
kegagalan ASI Eksklusif adalah pemberian prelaktal pada awal kehidupan bayi. Pemberian prelaktal dapat
menyebabkan bayi malas menyusu, diare, alergi, infeksi dan gangguan pernapasan pada bayi. Salah satu
upaya dalam mencegah pemberian prelaktal yaitu dengan memberikan konseling laktasi pada ibu hamil
trimester ketiga.
Tujuan: mengetahui pengaruh konseling laktasi pada ibu hamil trimester ketiga terhadap pemberian
prelaktal bayi baru lahir.
Metode: Desain penelitian menggunakan randomized controlled trial (RCT),dibagi menjadi kelompok
perlakuan (kelas ibu hamildan konseling laktasi) n=33 dan kelompok kontrol (kelas ibu hamil saja) n=34.
Subjek penelitian yaitu ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Sokaraja 1 Banyumas. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Chisquare, risiko relatif (RR) dan analisis
regresi logistik digunakan untuk analisis statistik.
Hasil dan Pembahasan: Proporsi ibu tidak memberikan prelaktal pada kelompok intervensi lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol; 69% vs 30% dengan RR=1,69 (95% CI: 1,06-2,68), sehingga

1 E-mail: happydwiaprilina@yahoo.com; Program Studi Magister Keperawatan Universitas Gadjah Mada


2 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
3 Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

85
Vol. 2 | No. 2 | Agustus 2015 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 85-92

terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan
kelompok kontrol
Kesimpulan: Proporsi ibu yang mendapatkan konseling laktasi pada kehamilan trimester ketiga 1,69 kali
berpeluang lebih besar tidak memberikan prelaktal daripada ibu yang tidak mendapatkan konseling laktasi.

Kata kunci: ASI Eksklusif, Konseling laktasi, Prelaktal, Pendidikan Kesehatan, Menyusui

PENDAHULUAN Berdasarkan data di atas khususnya di


Millenium Development Goals (MDG’s) wilayah kerja Puskesmas Sokaraja I angka
merupakan deklarasi milenium hasil kesepakatan kematian bayi sudah memenuhi target MDGs.
dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa Namun, tiap tahunnya masih terjadi peningkatan
(PBB) yang mulai dijalankan pada bulan angka kematian bayi. Untuk itu perlu adanya
September 2010. Secara umum, target MDG’s usaha untuk tetap menurunkan angka kematian
yaitu agar tercapainya kesejahteraan rakyat bayi di wilayah tersebut.
dan pembangunan masyarakat pada tahun Salah satu program untuk menurunkan
2015. MDG’s menjalankan delapan butir tujuan angka kematian bayi yaitu merekomendasikan
yang harus dicapai pada tahun 2015. Diantara agar bayi mendapatkan ASI Eksklusif selama 6
delapan target tersebut, target keempat adalah bulan. Setelah 6 bulan, bayi baru dapat diberikan
menurunkan angka kematian anak. Salah satu makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap
indikatornya yaitu angka kematian bayi menurun memberikan ASI sampai minimal anak berusia 2
sebesar 23/1000 kelahiran hidup.1 tahun.4 ASI eksklusif adalah menyusui selama
Berdasarkan angka kematian bayi di Jawa 6 bulan tanpa memberikan makanan atau
Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran minuman lain termasuk air putih, susu formula
hidup, hal tersebut meningkat jika dibandingkan maupun makanan lainnya, kecuali obat-obatan,
dengan tahun 2011 yaitu sebesar 10,34/1.000 vitamin ataupun mineral tetes.5
kelahiran hidup.2Sesuai dengan pendapat diatas, Menurut Riskesdas6, cakupan pemberian
angka kematian bayi di Kabupaten Banyumas ASI Eksklusif di Indonesia pada bayi usia 6 bulan
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada sebesar 30,2%. Berbeda dengan Dinas Kesehatan
tahun 2010 sebesar 7,1/1.000 kelahiran Banyumas, Sedangkan cakupan pemberian ASI
hidup, pada tahun 2011 meningkat menjadi Eksklusif di Kabupaten Banyumas pada bayi
10,31/1.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 0-6 bulan sebesar 53.6%, dan di wilayah kerja
sebesar 10.60/1.000 kelahiran hidup.3 Salah Kecamatan Sokaraja lebih besar yaitu 53.9%3.
satu puskesmas di Kabupaten Banyumas yaitu Menurut Rachmad7, persentase tersebut dikate-
wilayah kerja Puskesmas Sokaraja 1 didapatkan gorikan rendah karena pada tahun 2015 target
angka kematian bayi tiap tahunnya mengalami pemberian ASI Eksklusif di Indonesia meningkat
peningkatan. Pernyataan tersebut terbukti sebesar 80%.
dengan data angka kematian bayi yang meningkat
Pemberian ASI Eksklusif sering mengalami
pada tahun 2012 sebesar 13,5/1.000 kelahiran
kegagalan, hal ini disebabkan oleh beberapa
hidup dan pada tahun 2013 meningkat menjadi
faktor. Faktor yang mempengaruhi kegagalan
14,3/1.000 kelahiran hidup.
pemberian ASI selama dua bulan yaitu ibu

86
Happy Dwi Aprilina et al., Pengaruh Konseling Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap Pemberian Prelaktal Bayi Baru Lahir

pekerja sebesar 52,6%, persalinan tidak normal 52,4%, Faktor kedua, promosi susu formula di
sebesar 32,9%, pendidikan rendah sebesar fasilitas kesehatan sebesar 46,3%. Faktor ketiga,
28.3%, pengenalan awal bukan ASI (prelaktal) kurangnya dukungan keluarga saat hamil ataupun
sebesar 42.1%, mindset/pikiran ibu untuk saat periode kritis dalam tiga hari pertama
memberikan bayinya ASI dan susu formula atau sebesar 10,6%. Faktor lainnya adalah kurang
makanan pendamping ASI sebesar 52%, paritas pengetahuan ibu tentang ASI, cara menyusui
≥ 3 sebesar 32.2%, keadaan ibu sakit sebesar kurang tepat, melahirkan dengan operasi cesar
32.9% dan frekuensi ANC kurang lengkap dan episiotomi. Penelitian tersebut didukung
sebesar 10.5%.8 Menurut Sholichah9, penyebab oleh Nirmalasari13, pemberian prelaktal pada
dominan kegagalan menyusui eksklusif adalah bayi baru lahir dengan alasan bayi menangis dan
ibu menganggap bayi yang menangis disebabkan ASI belum keluar sebesar 35,5%.
lapar, jadi perlu diberikan makanan tambahan/ Untuk mencegah pemberian prelaktal, Nguyen,
prelaktal. Keithly12 menyarankan adanya intervensi yang tepat
Prelaktal diberikan kepada bayi baru lahir terutama selama berada di pelayanan kesehatan.
dengan alasan ASI belum keluar atau ASI keluar Salah satu intervensi yang dapat mencegah
sedikit sehingga bayi kelaparan. Alasan lainnya pemberian prelaktal adalah memberikan dukungan
adalah adanya kepercayaan/kebiasaan untuk dan konseling pada saat antenatal, perinatal dan
memberikan makanan/minuman selain ASI manajemen postnatal yang baik. Pemberian
sebelum ASI keluar. Pemberian prelaktal pada bayi konseling dimulai pada saat antenatal terutama pada
akan mengakibatkan bayi malas menyusu ibunya ibu hamil di trimester ketiga, karena pada trimester
karena bayi sudah puas dan merasa kenyang. ketiga ibu cukup fokus dalam mempersiapkan
Hal tersebut yang menyebabkan produksi ASI proses persalinan dan pemberian nutrisi yang
terhambat dan tidak lancar. Bayi yang diberikan baik untuk bayinya. Konseling laktasi dapat
prelaktal akan lebih banyak terserang gangguan meningkatkan pengetahuan, merubah persepsi
pencernaan, konstipasi, diare, alergi, infeksi yang salah serta meningkatkan kepercayaan diri ibu
telinga dan gangguan pernapasan, karena bayi dalam memberikan ASI Eksklusif.
belum siap mencerna makanan atau minuman Penelitian tersebut didukung oleh Moore
kecuali ASI. Masalah bayi baru lahir tersebut and Coty14, yang menyatakan bahwa ibu harus
dapat menyebabkan Sudden Infant Death (SID) mendapatkan informasi tentang menyusui
atau kematian mendadak pada bayi.10 sebelum melahirkan. Informasi tersebut harus
Pemberian prelaktal pada bayi baru lahir berdasarkan bukti ilmiah, konsisten dan realistis.
di Indonesia masih dalam kategori tinggi yaitu Pada kelompok prenatal, tema konseling yaitu
sebesar 43,6%, sedangkan data di Jawa Tengah manfaat menyusui bagi bayi dan ibu, ketersediaan
sebesar 43,2%.6 Hal tersebut didukung oleh dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar
Rosha and Utami11 yang menyatakan bahwa 44% serta mengambil keputusan akan memberikan
bayi diberikan makanan prelaktal di Kelurahan ASI saja. Pada kelompok postnatal, informasi
Kebon Kelapa dan Ciwaringin, Kota Bogor Tengah. yang penting untuk diberikan adalah cara
Penelitian Nguyen, Keithly12 menyatakan menyusui yang benar, pentingnya dukungan
bahwa ada beberapa faktor penyebab pem- suami dan orang sekitar, menerima saran serta
berian prelaktal. Faktor pertama, adanya memvalidasi pengalaman dan niat dalam proses
persepsi ibu yang salah tentang pemberian ASI menyusui eksklusif.

87
Vol. 2 | No. 2 | Agustus 2015 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 85-92

Berdasarkan hasil survey di wilayah kerja Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
Puskesmas Sokaraja 1, dengan 15 responden ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas
pasca melahirkan didapatkan 12 bayi baru lahir Sokaraja 1 Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
(80%) diberikan prelaktal. Penyuluhan kesehatan Sampelpenelitian yang memenuhi kriteria
tentang ASI Eksklusif sudah dilakukan di wilayah inklusi yaitu usia kehamilan ibu ≥ 32 minggu yang
tersebut pada saat prenatal, intranatal dan dihitung dengan HPHT/USG, tafsiran berat janin
postnatal. Pada saat prenatal, ada program kelas minimal 1800 gram, berdomisili di wilayah kerja
ibu hamil yang salah satu programnya adalah Puskesmas Sokaraja 1 Kab. Banyumas, setelah
penyuluhan kesehatan tentang ASI Eksklusif. melahirkan (3x24 jam setelah melahirkan),
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dilaksanakan saat ibu dan bayi akan kembali ke wilayah kerja
ibu setelah melahirkan bayi (intranatal). Pada Puskesmas Sokaraja 1 Kab. Banyumasdan ibu
masa postnatal, ibu diajarkan cara menyusui hamil yang berkeinginan menyusui bayinya.
yang benar. Meskipun penyuluhan kesehatan Kriteria Eksklusia adalah ibu hamil yang tidak
telah diberikan, beberapa ibu masih memberikan bersedia menjadi responden, ibu tidak ada atau
prelaktal.Alasan memberikan prelaktal adalah ibu terpisah dari bayi seperti meninggal dunia, ibu
ASI belum keluar dan bayi nangis karena lapar dan bayi tidak rawat gabung, indikasi medis perlu
serta anggapan yang salah tentang kolostrum. diberikan prelaktal dan bayi mengalami kesulitan
Biasanya ibu mulai memberikan prelaktal setelah saat menyusu/mengalami cacat bawaan .
4-8 jam setelah melahirkan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
Hal tersebut diduga kurangnya konseling adalah simple random sampling yang diacakdengan
tentang ASI Eksklusif yang disertai tentang bahaya program komputer. Data dianalisismenggunakan uji
pemberian prelaktal. Maka dari itu, perlu adanya statistik chi square.
konseling laktasi pada ibu hamil trimester ketiga
di wilayah kerja Puskesmas Sokaraja 1 Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN
Banyumas, sehingga ibu tidak memberikan
prelaktal pada bayi baru lahir. 1. Karakteristik Subyek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil
METODE trimester III di wilayah kerja Puskesmas Sokaraja 1
Penelitian ini dirancang menggunakan Kabupaten Banyumas yang berjumlah 72 ibu hamil.
metode Randomized Controlled Trial (RCT) yang Responden tersebut dibagi menjadi 2 kelompok
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan
perlakuan dan kelompok kontrol dengan kelas ibu hamil dan konseling laktasi per individu
single blind.Asisten peneliti tidak tahu subjek sedangkan kelompok kontrol mendapatkan kelas
yang menjadi kelompok perlakuan atau ibu hamil saja. Karakteristik responden meliputi:
kelompok kontrol. Kelompok perlakuan (n=33) usia ibu, tingkat pendidikan, kebiasaan prelaktal,
mendapatkan kelas ibu hamil dan konseling dukungan keluarga, pekerjaan, dukungan petugas
laktasi per individu, sedangkan kelompok kontrol kesehatan, paritas dan jenis persalinan.
(n=34) hanya mendapatkan kelas ibu hamil saja.

88
Happy Dwi Aprilina et al., Pengaruh Konseling Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap Pemberian Prelaktal Bayi Baru Lahir

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian (86,56%), tingkat pendidikan tinggi sebesar 34


(50,75%), ibu tidak bekerja sebesar 59 (88,06%),
ibuprimipara sebesar 34 (50,75%), ibu yang
bersalin normal sebesar 46 (68,66%).

2. Komparabilitas Pemberian Prelaktal Bayi


Baru Lahir
Tabel 2 terlihat bahwa karakteristik
responden yaitu umur ibu, tingkat pendidikan,
pekerjaan, paritasdan jenis persalinan tidak
memiliki perbedaan yang bermakna atau dalam
kata lain karakteristik responden adalah sama
(komparabel). Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Sudigdo Sastroasmoro and
Ismael15 bahwa agar kelompok eksperimental
mendapatkan hasil yang sahih, maka karakte-
ristik kelompok yang diperbandingkan harus
seimbang (sama). Jadi, jika hasil akhir penelitian
Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik terdapat perbedaan efek antara kedua kelompok,
responden secara mayoritas untuk setiap item maka perbedaan itu disebabkan oleh adanya
adalah ibu berumur 20-35 tahun sebesar 58 perlakuan.

Tabel 2 Komparabilitas Pemberian Prelaktal Bayi BaruLahir

89
Vol. 2 | No. 2 | Agustus 2015 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 85-92

3. Pengaruh Konseling Laktasi pada Ibu Hamil perlakuan mendapatkan kelas ibu hamil dan
Trimester III terhadap Pemberian Prelaktal konseling laktasi per individu, sedangkan
Bayi Baru Lahir kelompok kontrol mendapatkan kelas ibu hamil
Responden pada penelitian ini dibagi menjadi saja.
kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok

Tabel 3. Pengaruh Konseling Laktasi pada Ibu Hamil Trimester III terhadap Pemberian Prelaktal Bayi Baru Lahir

Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi ibu sekali oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja
tidak memberikan prelaktal pada kelompok Puskesmas Sokaraja I Kabupaten Banyumas.
intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan Direktorat Jenderal Bina Gizi and Kesehatan
kelopmpok kontrol; 69% vs 30%, p=0,01 dengan Ibu Anak Kementerian Kesehatan Republik
RR=1,69 (95% CI: 1,06-2,68) sehingga terdapat Indonesia16 membuat program kelas ibu hamil di
perbedaan yang bermakna secara statistik pada Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. ibu dan anak terutama pada kelompok yang
Analisis ini menunjukkan bahwa H0 ditolak yang rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin, dan
berarti proporsi ibu yang mendapatkan konseling bayi pada masa perinatal.
laktasi pada kehamilan trimester ketiga 1,69 Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk
kali berpeluang lebih besar tidak memberikan belajar bersama tentang kesehatan ibu hamil
prelaktal daripada ibu yang tidak mendapatkan dalam bentuk tatap muka yang berkelompok.
konseling laktasi. Pada kelompok perlakuan, ibu Kelas ibu hamil difasilitasi oleh tenaga kesehatan
yang memberikan prelaktal sebesar 10 orang dengan menggunakan paket berupa buku KIA, flip
(29,41%). Pada kelompok kontrol, ibu yang chart (lembar balik), pedoman pelaksanaan kelas
memberikan prelaktal sebesar 20 ibu (70,58%). ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil
Pada penelitian ini didapatkan proporsi dan buku/CD senam hamil. Semua responden
ibu yang mendapatkan konseling laktasi pada penelitian mengikuti kelas ibu hamil. Peneliti
kehamilan trimester ketiga 1,69 kali berpeluang menghadiri dan mengobservasi pelaksanaan
lebih besar tidak memberikan prelaktal daripada kelas ibu hamil yang diselenggarakan tenaga
ibu yang tidak mendapatkan konseling laktasi. kesehatan tersebut. Materi tentang ASI Eksklusif
Terdapat perbedaan kelompok perlakuan sudah disampaikan sesuai dengan materi
dan kontrol karena pada kelompok perlakuan pegangan fasilitator standar Direktorat Jenderal
diberikan kelas ibu hamil dan konseling laktasi Bina Gizi & Kesehatan Ibu Anak Kementerian
per individu sedangkan pada kelompok kontrol Kesehatan Republik Indonesia.
hanya mendapatkan kelas ibu hamil saja. Setelah semua responden penelitian mengikuti
Kedua kelompok telah menghadiri kelas kelas ibu hamil, pada kelompok perlakuan
ibu hamil yang diselenggarakan rutin satu bulan ditambahkan konseling laktasi, sedangkan pada

90
Happy Dwi Aprilina et al., Pengaruh Konseling Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap Pemberian Prelaktal Bayi Baru Lahir

kelompok kontrol tidak mendapatkan konseling dengan lebih percaya diri dan terbuka kepada
laktasi. konselor. Maka dari itu, dengan adanya konseling,
Konseling adalah cara bekerja sama dengan kelompok perlakuan lebih sadar dan memahami
orang, dimana kita berusaha memahami pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan bahaya
perasaan mereka serta membantu mereka pemberian prelaktal dibandingkan dengan
memutuskan apa yang dilakukan.17 Konseling kelompok kontrol sehingga kelompok perlakuan
dapat merubah perilaku klien, memecahkan lebih besar berpeluang untuk tidak memberikan
masalah klien, menjadikan mental klien lebih prelaktal pada bayi baru lahir.
positif serta dapat mengambil keputusan Hal tersebut sesuai dengan penelitian
sendiri yang telah dibantu oleh konselor. Hal sebelumnya oleh Romawati19 yang menyatakan
tersebut sesuai dengan pernyataan Pender bahwa ibu hamil trimester ketiga yang
et al dalamTomey18, yang menyatakan bahwa mendapatkan konseling ASI eksklusif secara
promosi kesehatan atau pemanfaatan diri akan intensif 23,92 lebih besar kemungkinan untuk
menambah kemampuan untuk melakukan menyusui dini dan memberikan kolostrum
tindakan dan perbuatan dari suatu perilaku. pada tiga hari pertama kelahiran dibandingkan
Pengaruh positif pada suatu perilaku akibat ibu hamil trimester ketiga yang mendapatkan
pemanfaatan diri yang baik dapat menambah konseling ASI eksklusif tidak intensif. Penelitian
hasil yang positif. Konseling merupakan salah tersebut juga diperkuat oleh Ambarwati20,
satu promosi kesehatan yang dapat membantu yang menyatakan bahwa kelompok yang
klien dalam memecahkan permasalahannya, mendapatkan konseling laktasi secara intensif
sehingga klien dapat mengambil keputusan yang menunjukkan adanya perubahan skor pada
lebih positif. semua anak dan peningkatan jumlah ibu yang
World Health Organization/UNICEF17 menya- memberikan ASI Eksklusif sampai 3 bulan pada
takan bahwa konseling laktasi akan berjalan anak yang dilahirkan selama penelitian menjadi
efektif jika konselor melalui tahap mendengar 5 kali lipat dibandingkan dengan kelompok
dan mempelajari terlebih dahulu supaya dapat kontrol yang tidak mendapatkan konseling laktasi
memberikan bantuan dan informasi yang sesuai secara intensif. Penelitian yang berkaitan yang
dengan kebutuhan klien. Tahap mendengar dan menyatakan bahwa konseling laktasi pada ibu
mempelajari tersebut meliputi: menggunakan dengan bayi BBLSR dapat meningkatkan inisiasi
komunikasi non-verbal, mengajukan pertanyaan menyusui dini (IMD) dan proses menyusui tanpa
terbuka, menggunakan respon dan gerakan ibu bertambah stres atau cemas.
tubuh yang menunjukkan perhatian, mengatakan Jenis prelaktal yang diberikan bayi baru lahir
kembali yang ibu katakan, berempati dan di wilayah kerja Puskesmas Sokaraja I diketahui
menghindari kata-kata yang menghakimi. ada dua yaitu susu formula dan madu. Jenis
Konseling laktasi yang dilakukan oleh kon- prelaktal pada kelompok perlakuan yaitu 7 (70%)
selor laktasi secara per individu tersebut dapat susu formula dan 3 (30%) madu, serta pada
membantu permasalahan atau ketidakpahaman kelompok kontrol yaitu susu formula 15 (75%)
tentang hal menyusui. Konseling secara dan madu 5 (25%).
individu itu dapat membantu ibu dalam Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
mengkonsultasikan permasalahan yang dihadapi Nguyen et al.12 yang menyatakan bahwa pada tiga
atau ketidakpahaman tentang masalah menyusui hari pertama setelah kelahiran, bayi baru lahir

91
Vol. 2 | No. 2 | Agustus 2015 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 85-92

sebesar 73,3% diberikan prelaktal. Prelaktal yang 8. Hikmawati I. Faktor-faktor risiko kegagalan pemberian
diberikan susu formula sebesar 53,3% dan air ASI selama dua bulan. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2008.
putih sebesar 44,1%. Begitu pula penelitian oleh
Riskesdas5 yang menyatakan bahwa beberapa 9. Sholichah F. Studi kualitatif penyebab pemberian
ASI Non Eksklusif pada ibu rumah tangga di Desa
bayi baru lahir di Indonesia masih ada yang
Ngemplak Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
diberikan prelaktal. Jenisnya yaitu susu formula Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2011.
sebesar 70,3%, madu sebesar 15,8%, air putih 10. Prabantini D. A to Z makanan pendamping ASI.
sebesar 10,6% dan jenis prelaktal lainnya seperti Yogyakarta: ANDI; 2010.
air kopi, santan, biskuit, kelapa muda, air daun 11. Rosha BC, Utami NH. Determinan pemberian makanan
pare dan kurma sebesar 3,3%. prelaktal pada bayi baru lahir di Kelurahan Kebon
Kelapa dan Ciwaringin Kota Bogor. Penelitian Gizi dan
KESIMPULAN DAN SARAN Makanan. 2013;36:54-61.
Proporsi ibu yang mendapatkan konseling 12. Nguyen PH, Keithly SC, Nguyen NT, Nguyen TT, Tran LM,
laktasi pada kehamilan trimester ketiga 1,69 Hajeebhoy N. Prelacteal feeding practices in Vietnam:
challenges and associated factors. BMC Public Health.
kali berpeluang lebih besar tidak memberikan
2013:1-11.
prelaktal daripada ibu yang tidak mendapatkan
13. Nirmalasari D. Hubungan beberapa faktor ibu dengan
konseling laktasi. pemberian makanan pralaktal pada bayi usia 0-1
bulan. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008.
DAFTAR PUSTAKA 14. Moore ER, Coty M-B. Prenatal and postpartum focus
1. BAPPENAS. Laporan pencapaian tujuan pem- groups With primiparas: breastfeeding attitudes,
bangunan milenium di Indonesia, 2011. Kementerian Support, Barriers, selfefficacy, and intention. Journal of
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Peren- Pediatric Health Care. 2006;20:35-46.
canaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 15. Sudigdo, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian
2. Dinas Kesehatan Jateng. Buku profil kesehatan Provinsi klinis. keempat ed. Jakarta: Sagung Seto; 2012.
Jawa Tengah tahun 2012. Semarang. 16. Direktorat Jenderal Bina Gizi, Kesehatan Ibu Anak
3. Dinas Kesehatan Banyumas. 2012. Profil Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
Kabupaten Banyumas tahun 2012. Banyumas: Dinas pelaksanaan kelas ibu hamil. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Kabupaten Banyumas. Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
4. World Health Organization. Infant and young child 17. World Health Organization/UNICEF. Pelatihan
feeding. http://wwwwhoint/mediacentre/factsheets/ konseling menyusui modul 40 jam WHO/UNICEF:
fs342/en/ (diakses tanggal 18 Maret 2014). WHO/UNICEF; 2011.
5. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 18. Tomey A, M & Alligood,. Nursing theorists and their
2010). RI K, editor. Jakarta: Bhakti Husada work, 6th edition. St. Louis, Missouri: C.V. Mosby
6. Riskesdas. R 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS Company; 2006.
2013). RI BPdPKKK, editor. Jakarta: Bhakti Husada; 19. Rohmawati R. Pengaruh konseling ASI Eksklusif pada
7. Rachmad E. Menkes minta Sumut fokus tingkatkan ASI ibu hamil trimester ketiga terhadap penyusuan dini
Eksklusif dan penurunan kasus AIDS. http://beritasore. dan pemberian kolostrum. Jogjakarta: Universitas
com/2013/04/29/menkes-minta-sumut-fokus- Gadjah Mada; 2008.
tingkatkan-asi-eksklusif-dan-penurunan-kasus-aids/; 20. Ambarwati R. Konseling Laktasi Intensif dan Pemberian
2013 [diakses tanggal 28 Maret 2014, pukul 06.00 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Sampai 3 Bulan. Media
WIB]. Medika Indonesiana. 2012;46:201-8.

92

You might also like