You are on page 1of 30

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Pengaruh Anticipatory Guidance Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia


0-6 Bulan

Atik Pramesti Wilujeng 1, Desi Trianita 2, Ninis Indriani 3

Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi, Banyuwangi
1,3

Program Studi D-3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi, Banyuwangi
2-

INFORMASI A B S T R A C T
Korespondensi: This study aims to analyze the influence of providing Anticipatory Guidance on the
atikpramesti@stikes- growth and development of infants aged 0-6 months. This study uses a quasi experi-
banyuwangi.ac.id mental design with a post test only non equivalent control group design. The respon-
dents involved in this study were 54 mothers who had babies aged 0-6 months who
were taken using a purposive sampling technique which was divided into treatment
and control groups. The results of the Mann-Whitney U test showed that there were
differences in growth in the treatment group with the control group with a value of ρ
= 0.009 while the results of the Mann-Whitney U test on the development variable
showed a difference between the treatment group with the control group with a value
of ρ = 0.021. Assessment of infant growth is carried out by measuring anthropometrics
which include weight (BW), length / height (TB), and head circumference then com-
pared with the WHO-NCHS BB / U index. Assessment of infant development using
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Anticipatory guidance is an educa-
Keywords: tional method provided to provide guidance to parents so that children can grow and
Anticipatory Guidance, develop optimally and aims to improve family independence in maintaining health,
Development, Growths preventing and overcoming child health problems.

11
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

PENDAHULUAN mengetahui masalah perkembangan sejak dini, anak-


Masa balita merupakan periode penting dalam pros- anak dapat diberikan perawatan yang lebih efektif, seh-
es tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan ingga defisit perkembangan lebih lanjut dapat dicegah
pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhas- (Moodie et al., 2014). Banyak data yang menunjukkan
ilan pertumbuhan dan perkembangan anak di peri- pentingnya bimbingan orang tua dalam mengasuh
ode salanjutnya (Dosman, Faap, Andrews, & Frcpc, anak sampai usia remaja (Partridge, 2014). Pemberian
2012). Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh anticipatory guidance akan efektif apabila diberikan
kembang yang optimal (golden period) bila terjadi dalam bentuk pelatihan menggunakan buku panduan.
gangguan pada masa ini akan berpengaruh negatif Pada penelitian ini peneliti menggunakan buku pegan-
pada kualitas generasi penerus (Kesehatan & Indone- gan fasilitator kelas ibu balita serta buku KIA yang di-
sia, 2017). Pertumbuhan anak yang sehat dipengaruhi miliki oleh ibu.
oleh pengasuhan orang tua (Nur & Adriani, 2009).
Diperkirakan 1-3% anak mengalami keterlambatan METODE
perkembangan usia < 5 tahun dengan 5-10% dalam Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
2 aspek perkembangan. Presentase gizi buruk di Jawa adalah quasi experimental dengan pendekatan post
Timur tahun 2016 sebesar 2,6% sedangkan gizi kurang test only non equivalent control group dimana kelom-
sebesar 11% (RI, 2016). Cakupan pemberian ASI Ek- pok intervensi dan kelompok kontrol tidak dipilih se-
sklusif tahun 2017 di Banyuwangi sebesar 74% belum cara random dan pengukuran dilakukan hanya setelah
memenuhi target yang telah ditetapkan (77%) ( Jawa selesai diberikan intervensi. Sampel dalam penelitian
Timur, 2017). Pada tahun 2017 angka balita yang ini adalah ibu dengan bayi usia 0-6 bulan memenuhi
mengalami gizi buruk di Banyuwangi sebesar 0.55 %. kriteria berjumlah 54 yang diambil menggunakan teh-
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Banyuwangi menun- nik purposive sampling. Variabel bebas penelitian ini
jukkan angka kematian bayi tahun 2017 sebanyak 111 setiap adalah anticipatory guidance. Variabel terikat peneli-
1000 Kelahiran Hidup. Berdasarkan pemeriksaan KPSP tian ini adalah pertumbuhan dan perkembangan. Pada
didapatkan data tahun 2015 terdapat 10 anak men- kelompok perlakuan dilakukan pemberian anticipatory
galami keterlambatan perkembangan (Banyuwangi, guidance selama 5 kali pertemuan menggunakan buku
2018). Berdasarkan survei data awal didapatkan data pegangan fasilitator kelas ibu balita terdiri dari Modul
jumlah persalinan di Ruang Bersalin RSU Blambangan A1: pemberian ASI, modul A2 : Pemberian Imunisasi,
Banyuwangi Bulan Januari-Juli 2018 terdapat 502 per- modul A3 : Pemberian MP-ASI, modul A4 : Tumbuh
salinan dengan rata-rata 83 persalinan setiap bulan dan kembang bayi dan modul A5 : Penyakit terbanyak pada
semua ibu yang melahirkan belum pernah diberikan bayi. Instrumen yang digunakan untuk menilai status
anticipatory guidance. Kehidupan awal anak dimulai pertumbuhan bayi adalah lembar observasi penguku-
dari orang tua, sehingga orang tua bertanggung jawab ran antropometri (BB, PB, LILA, dan LK), sedang-
terhadap masa depan anak (Hasinuddin, 2010). Setiap kan perkembangan bayi diukur dengan Kuesioner Pra
orang tua memanfaatkan pendidikan kesehatan untuk Skrining Perkembangan (KPSP). Analisis bivariat yang
mendapatkan informasi tentang bagaimana mengasuh dilakukan pada penelitian ini adalah : Uji statistik U
anak (Thygesen et al., 2017). Konseling oleh petugas Mann-Whitney untuk mengetahui apakah ada per-
kesehatan dapat mengurangi perilaku ibu pengena- bedaan penilaian pertumbuhan dan perkembangan
lan dini makanan padat pada bayi (< 6 bulan) (Kuo, pada kelompok kontrol maupun intervensi.
Inkelas, Slusser, Maidenberg, & Halfon, 2011). Antici-
patory guidance adalah metode pendidikan yang dise- HASIL
diakan untuk memberikan bimbingan kepada orang Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di
tua baru sehingga anak tumbuh dan berkembang opti- Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyuwangi 2019
mal. Seorang anak sangat membutuhkan aktivitas ber- ditindaklanjuti dengan melakukan kunjungan ke ru-
main yang akan mempermudah perkembangan kognisi mah masing-masing responden.
anak (Atik Pramesti Wilujeng, Leny Andiyati, 2017).
Sebagai bagian dari tenaga kesehatan profesional, per-
awat mempunyai peran yang penting dalam membantu
memberikan bimbingan dan pengarahan pada orang
tua (Dosman et al., 2012). Keluarga membutuhkan
panduan tentang pentingnya memberikan stimulasi
perkembangan pada anak (Pediatrics, 2016). Dengan
12
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

Tabel 1 Karakterstik responden berdasarkan usia ibu di Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan berat
Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyuwangi 2019. badan lahir bayi di Ruang Bersalin RSD Blambangan
Banyuwangi 2019.
No. Usia Ibu dalam tahun n %
1. 20-25 16 30 No. Berat Badan Lahir n %
2. 26-30 21 39 1. < 2500 4 7%
3. 31-35 7 12 2. 2500 – 3500 41 76%
4. 36-40 10 19 3. > 3500 9 17
Total 54 100% Total 54 100%
Sumber : (Data Primer, 2019)
Sumber : (Data Primer, 2019)
Tabel 2 Karakterstik responden berdasarkan pendi- Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan usia gesta-
dikan ibu di Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyu- si bayi di Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyuwan-
wangi 2019. gi 2019.

No. Pendidikan Ibu n % No. Usia gestasi n %


1. SD 2 4 1. ≤ 37 minggu 38 70%
2. SMP 1 2 2. > 37 minggu 17 30%
3. SMA 49 90 Total 54 100%
4. Perguruan Tinggi 2 4 Sumber : (Data Primer, 2019)
Total 54 100%
Sumber : (Data Primer, 2019) Tabel 7. Distribusi Pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan
pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Umum
Tabel 3 Karakterstik responden berdasarkan pekerjaan Blambangan Banyuwangi 2019
ibu di Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyuwangi
2019. No. Pertumbuhan n %
1. Baik 21 78%
No. Pekerjaan Ibu n % 2. Kurang 5 19%
1. IRT 43 80 3. Buruk 1 4%
2. SWASTA 9 16 Total 27 100%
3. PNS 1 2 Sumber : (Data Primer, 2019)
4. Guru 1 2
Tabel 8 Distribusi Pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan
Total 54 100%
pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Umum Blam-
Sumber : (Data Primer, 2019)
bangan Banyuwangi 2019
Tabel 4 Karakterstik responden berdasarkan jenis ke- No. Pertumbuhan n %
lamin bayi di Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyu- 1. Baik 14 60%
wangi 2019. 2. Kurang 11 33%
3. Buruk 2 7%
No. Jenis kelamin n % Total 27 100%
1. Laki – laki 36 65% Sumber : (Data Primer, 2019)
2. Perempuan 19 35%
Total 54 100%

Sumber : (Data Primer, 2019)

13
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Pertumbuhan bayi usia Tabel 12. Distribusi Perkembangan bayi usia 0-6 bulan
0-6 bulan di Rumah Sakit Umum Blambangan Banyu- pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Umum Blam-
wangi 2014 bangan Banyuwangi 2019
Kolmogor- No. Perkembangan n %
Shapiro-Wilk
Kelom- ov-Smirnov 1. Sesuai 15 56%
pok Sta- Sta-
df Sig df Sig 2. Meragukan 11 40%
tistic tistic
3. Penyimpangan 1 4%
Antici- 0,495 27 0,000 0,476 27 0,000
Pertumbuhan

Total 27 100%
patory
Guidance Sumber : (Data Primer, 2019)
Kontrol 0,306 27 0,000 0,752 27 0,000
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Perkembangan bayi usia
0-6 bulan di Rumah Sakit Umum Blambangan Banyu-
Pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa hasil uji nor-
wangi 2019
malitas pada variabel pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan
Kolmogor-
menggunakan metode Lilliefors dan Shapiro Wilk. Shapiro-Wilk
Kelompok ov-Smirnov
Nilai Sig (p Value) kedua uji di atas < 0,05 yang be-
Statistic df Sig Statistic df Sig
rarti data tidak berdistribusi normal sehingga peneliti
Anticipa-

0,000

0,000
memilih menggunakan Mann Whitney U Test dari
Perkembangan
tory 0,303 27 0,741 27
pada Independen T Test. Guidance

0,031

0,006
Tabel 10. Perbedaan Pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan Kontrol 0,176 27 0,884 27
di Rumah Sakit Umum Blambangan Banyuwangi 2014
Perlakuan Kontrol Tabel 13 di atas adalah hasil uji normalitas pada vari-
Mann Sig able perkembangan bayi usia 0-6 bulan menggunakan
Mean Sum of Mean Sum of (2-tailed) metode Lilliefors dan Shapiro Wilk. Nilai Sig (p Value)
-Whit-
Rank Ranks Rank Ranks kedua uji di atas < 0,05 yang berarti data tidak berdistri-
ney U
busi normal sehingga peneliti memilih menggunakan
Pertumbuhan

Mann Whitney U Test dari pada Independen T Test.


22,81 616,00 238,00 32,19 869,00 0,009
Tabel 14. Perbedaan Perkembangan bayi usia 0-6 bulan
pada kelompok intervensi dengan kelompok control di
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa pada varia- Rumah Sakit Umum Blambangan Banyuwangi
bel penilaian pertumbuhan pada kelompok yang diber-
ikan intervensi anticipatory guidance dan kelompok Perlakuan Kontrol
(2-tailed)

kontrol dengan hasil Sig (2-tailed) 0,009 < 0,05 yang Mann- Mean Sum of
Sig

Mean Sum of Whitney


artinya ada perbedaan nilai pertumbuhan pada bayi Rank Ranks Rank Ranks
U
yang diasuh ibu yang diberikan anticipatory guidance
Perkembangan

dengan bayi yang diasuh ibu tidak diberikan anticipa-


tory guidance.
32,24 870,50 236,500 22,76 614,50 0,021

Tabel 11. Distribusi Perkembangan bayi usia 0-6 bu-


lan pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Umum Penilaian perkembangan pada kelompok yang diber-
Blambangan Banyuwangi 2019 ikan intervensi anticipatory guidance dan kelompok
No. Perkembangan n % kontrol menunjukkan hasil Sig (2-tailed) 0,021 < 0,05
1. Sesuai 19 70% yang artinya ada perbedaan nilai perkembangan pada
2. Meragukan 7 26% bayi yang diasuh ibu yang diberikan anticipatory guid-
3. Penyimpangan 1 4% ance dengan bayi yang diasuh ibu tidak diberikan an-
ticipatory guidance.
Total 27 100%
Sumber : (Data Primer, 2019) PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji
14
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

Mann-Whitney U pada variabel pertumbuhan, hasil kutan bahkan menangis ketika ditinggal orang yang
nilai p value adalah 0,009 lebih kecil dari 0,05 sedang- mengasuhnya (Halle & Darling-churchill, 2016). Ke-
kan hasil uji statistik dengan menggunakan uji majuan terbesar akan terjadi ketika langkah-langkah
Mann-Whitney U pada variabel perkembangan, hasil perkembangan sosial dan emosional balita dibuat den-
nilai p value adalah 0,02 lebih kecil dari 0,05. Ini berar- gan jelas ( Jones, Zaslow, Darling-churchill, & Halle,
ti bahwa pemberian anticipatory guidance memiliki 2016). Kehidupan awal anak dimulai dari orang tua,
pengaruh yang signifikan dengan pertumbuhan bayi sehingga orang tua bertanggung jawab terhadap masa
karena nilai p value kurang dari 0,05 adalah 0,009 pada depan anak (Hasinuddin, 2010). Setiap orang tua me-
variabel pertumbuhan dan 0,02 pada variabel perkem- manfaatkan pendidikan kesehatan untuk mendapat-
bangan sehingga dapat dinyatakan satu kesimpulan kan informasi tentang bagaimana mengasuh anak
bahwa Ha diterima dan H0 ditolak yang berarti ada (Thygesen et al., 2017). Konseling oleh petugas keseha-
pengaruh pemberian anticipatory guidance terhadap tan dapat mengurangi perilaku ibu dalam pemberian
pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 0-6 bulan makanan dini pada bayi usia kurang dari 6 bulan (Kuo
di Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyuwangi et al., 2011). Anticipatory guidance adalah metode
2019. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu pendidikan yang disediakan untuk memberikan bimb-
tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai bera- ingan kepada orang tua baru sehingga anak tumbuh
khirnya masa remaja. Anak menunjukkan ciri-ciri per- dan berkembang optimal. Nutrisi yang baik dan cukup,
tumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan status kesehatan yang baik, pengasuhan yang benar, dan
usianya. Pertumbuhan merupakan peningkatan jum- stimulasi yang tepat pada periode ini akan membantu
lah dan ukuran sel di seluruh bagian tubuh yang secara anak untuk tumbuh sehat dan mampu mencapai ke-
kuantitatif dapat diukur dengan ukuran berat (gram, mampuan optimalnya sehingga dapat berkontribusi
kilogram) dan ukuran panjang (sentimeter, meter) se- lebih baik dalam masyarakat. Stimulasi yang tepat akan
dangkan perkembangan merupakan bertambahnya ke- merangsang otak balita sehingga perkembangan ke-
mampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kom- mampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan ke-
pleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan mandirian pada balita berlangsung optimal sesuai den-
sebagai proses pematangan serta pembelajaran (Hock- gan umur anak. Deteksi dini penyimpangan tumbuh
enberry dan Wilson, 2009). Pencapaian derajat kese- kembang perlu dilakukan untuk dapat mendeteksi secara
hatan yang tinggi bagi anak adalah sebagai satu ba- dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita ter-
gian dari system pelayanan kesehatan di keluarga. masuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terha-
Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan dap masalah tumbuh kembang anaknya. Apabila
individu mendukung, menghargai dan meningkat- ditemukan ada penyimpangan, maka dilakukan inter-
kan kekuatan dan kompetensi dalam memberikan vensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita di-
asuhan terhadap anak, sedangkan prinsip keper- mana dalam penelitian ini penelti memberikan stimu-
awatan anak harus berfokus pada anak dan keluarga, lasi yang sesuai dengan KPSP selanjutnya dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga evaluasi setelah 2 minggu, hal ini sebagai tindakan ko-
(Setyawan, 2017). Menurut Kemenkes RI tahun 2016 reksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak agar
pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkem- tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpan-
bangan. Tahun-tahun pertama kehidupan, terutama gannya tidak semakin berat (Kemendikbud, 2012).
periode sejak janin dalam kandungan sampai anak beru- Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Reich &
sia 2 tahun merupakan periode yang sangat penting da- Bickman, 2010) menunjukkan bahwa kelompok ibu
lam pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode ini yang diberikan buku cara mendidik anak memiliki
merupakan kesempatan emas sekaligus masa-masa yang pengetahuan yang lebih tinggi dari pada 2 kelompok
rentan terhadap pengaruh negatif. Memiliki bayi yang yang lain. Sehingga dapat disimpulkan buku yang diba-
baru lahir adalah momen belajar bagi seorang ibu yang ca ibu tampak efektif dalam memberikan bimbingan
akan merubah pola hidup dan kebiasaan sehari-hari antisipatif. Orang tua melaporkan perlunya pelatihan
demi kesehatan bayinya (French et al., 2012). Perkem- dan dukungan tambahan untuk membuat bimbingan
bangan sosial dan emosional pada usia bayi merupakan antisipatif lebih efektif. Anticipatory guidance yang
pondasi untuk perkembangan ditahap selanjutnya sep- terdiri dari informasi yang bermanfaat, untuk member-
erti usia todler, pra sekolah dan sekolah. The Center on ikan dukungan kepada orang tua dalam pengambilan
the Social Emotional Foundations for Early Learning keputusan sehingga meningkatkan praktik pengasuhan
(CSEFEL) menyatakan bayi mengekspresikan emosi (Sege, Hatmaker-flanigan, Vos, Levin-goodman, &
ketika berinteraksi sosial dengan cara tersenyum, keta- Spivak, 2006). Intervensi berbasis masyarakat mem-
15
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

pengaruhi pertumbuhan anak. (Blake-lamb et al., yakit terbanyak pada bayi selanjutnya penyampaian
2016). Anticipatory guidance diberikan dengan hara- modul pemberian MP-ASI dilakukan pada bulan keti-
pan bahwa orang tua terlibat dalam mendukung per- ga. Setelah itu peneliti melakukan penilaian pertumbu-
ilaku kesehatan anak dan perkembangan awal anak. han dan perkembangan bayi dengan menggunakan
Orang tua dapat dengan mudah diajari metode mening- buku KIA dan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkem-
katkan disiplin dan pencegahan cedera pada anak. Leb- bangan). Adanya perbedaan pertumbuhan dan perkem-
ih dari 99% orang tua melaporkan kegiatan saat ini bangan bayi yang diasuh oleh ibu yang telah diberikan
mendukung perkembangan anak mereka (Combs- pendampingan anticipatory guidance dibandingkan
orme, Nixon, & Herrod, 2015). AAP merekomen- dengan ibu yang tidak diberikan anticipatory guidance,
dasikan pelatihan pediatrik bagi ibu baru dan calon dalam hal ini ibu yang telah diberikan pendampingan
pengasuh anak selama 3 bulan (Mccolgan et al., 2010). anticipatory guidance telah mendapat informasi yang
Studi secara epidemiologi, sosiologis, dan genetik telah lebih jelas mengenai pertumbuhan dan perkembangan
semakin menunjukkan korelasi antara pola asuh orang bayi melalui pemberian materi dari 5 modul yang ter-
tua dengan kesehatan anak, dan pentingnya family cen- dapat dalam buku pegangan fasilitator kesehatan ibu
tered care untuk kesehatan anak. Sering kali informasi dan balita yang terdiri dari pentingnya pemberian ASI
tentang kesehatan anak menjadi efektif apabila disam- eksklusif bagi bayi mengingat zat gizi yang terkandung
paikan kepada keluarga sehingga keluarga telah menja- dalam ASI merupakan komponen zat gizi yang sangat
di mitra sejak awal bagi tenaga kesehatan demi tercapa- lengkap dan sesuai dengan pencernaan bayi selain itu
inya anak yang sehat (VICTOR C. STRASBURGER, ASI juga mengandung zat anti bodi yang sangat pent-
2010). Pada penelitian ini peneliti mendata ibu yang ing untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi seh-
melahirkan di Ruang Bersalin RSD Blambangan, se- ingga bayi tidak mudah sakit. Pemberian ASI saja pada
lanjutnya peneliti membagi ibu-ibu tersebut menjadi bayi selama 6 bulan pertama bukan merupakan sesuatu
dua kelompok yaitu 27 orang sebagai kelompok per- yang mudah bagi ibu-ibu yang belum memahami man-
lakuan yang diberikan intervensi anticipatory guidance faat dan pentingnya ASI terutama bagi ibu-ibu yang
dan 27 orang sebagai kelompok control. Selanjutnya bekerja namun pada penelitian ini sebagian besar re-
peneliti mendata alamat masing-masing responden dan sponden adalah sebagai ibu rumah tangga sehingga
mohon bantuan bidan sebagai pembantu lapangan un- dengan pendampingan anticipatory guidance tentang
tuk membuat pertemuan dengan ibu-ibu tersebut. manfaat ASI eksklusif bagi bayi maka ibu-ibu banyak
Pada kelompok perlakukan diberikan pendampingan yang telah berhasil memberikan pemberian ASI saja
kelas ibu balita yang terdiri dari 5 modul. Modul A1: pada bayinya sehingga bayi memiliki pertumbuhan
pemberian ASI, modul A2 : Pemberian Imunisasi, yang baik, sedangkan pada modul pertumbuhan dan
modul A3 : Pemberian MP-ASI, modul A4 : Tumbuh perkembangan bayi menekankan pemahaman menge-
kembang bayi dan modul A5 : Penyakit terbanyak pada nai pentingnya deteksi dini pertumbuhan bayi melalui
bayi. Pemberian anticipatory guidance ini peneliti me- pemeriksaan berat badan dan tinggi badan secara rutin
manfaatkan beberapa alat dan bahan pendukung seper- setiap bulan di posyandu sehingga apabila ada penyim-
ti bloknote dan bolpoint untuk responden, buku kelas pangan pertumbuhan pada bayi dapat segera dilakuan
ibu balita, buku KIA serta pantom payudara sehingga intervensi. Upaya optimalisasi perkembangan bayi
diharapkan responden lebih mudah memahami materi dapat dilakukan melalui stimulasi, dalam hal ini dibu-
yang disampaikan. Anticipatory guidance disampaikan tuhkan pemahaman yang benar bagi ibu-ibu yang
dalam bentuk penyuluhan, diskusi dan simulasi. Pem- memiliki bayi usia 0-6 bulan mengenai pentingnya
berian anticipatory guidance dilakukan di beberapa stimulai bagi perkembangan bayi yang dapat dilakukan
rumah bidan dan kader sebagai tempat berkumpulnya melalui permainan dan mempererat tali kasih sayang
responden. Penyampaian materi masing-masing modul antara ibu dan bayi. Hubungan kasih kasih sayang an-
dilakukan dengan durasi 30 menit dilanjutkan dengan tara ibu dan bayi dapat dilakukan saat proses menyusui
diskusi. Pada saat sesi tanya jawab diskusi berjalan den- ataupun saat memandikan bayi. Adanya kontak mata
gan interaktif hal ini tampak dari banyaknya ibu-ibu saat menyusui dan sentuhan kasih sayang dari ibu inilah
yang mengajukan pertanyaan tentang pertumbuhan yang menjadi kunci keberhasilan pertumbuhan dan
dan perkembangan bayi kepada para peneliti. Proses perkembangan bayi. Adanya informasi tersebut, me-
penyampaian modul dilakukan selama 3 bulan. Pada mungkinkan pengetahuan responden meningkat seh-
bulan pertama dilakukan penyampaian modul pembe- ingga diharapkan ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6
rian ASI dan modul tumbuh kembang bayi, pada bulan bulan mampu memberikan nutrisi yang baik melalui
kedua adalah penyampaian modul imunisasi dan pen- pemberian ASI dan memberikan stimulasi sehingga
16
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

bayi mampu mencapai pertumbuhan dan perkemban- Mann-Whitney U pada variabel perkembangan, hasil
gan yang sesuai dengan tahap usianya. Setelah dilaku- nilai p value adalah 0,02 lebih kecil dari 0,05. Ini be-
kan pendampingan anticipatory guidance mengenai rarti bahwa pemberian anticipatory guidance memiliki
imunisasi maka responden lebih memahami manfaat pengaruh yang signifikan dengan pertumbuhan bayi
imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit bayi serta karena nilai p value kurang dari 0,05 adalah 0,009 pada
ibu-ibu lebih memahami jenis-jenis imunisasi dan jad- variabel pertumbuhan dan 0,02 pada variabel perkem-
wal imunisasi, responden diharapkan bisa mengubah bangan sehingga dapat dinyatakan satu kesimpulan
persepsinya tentang imunisasi dan efek samping imuni- bahwa Ha diterima dan H0 ditolak yang berarti ada
sasi. Meskipun salah satu efek samping imunisasi DPT pengaruh pemberian anticipatory guidance terhadap
adalah bayi akan mengalami demam namun dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 0-6 bulan di
pemahaman ibu yang benar bahwa demam yang terjadi Ruang Bersalin RSD Blambangan Banyuwangi 2019.
pada bayi setelah imunisasi adalah hal yang tidak ber-
bahaya maka ibu akan lebih mudah mencari alternative DAFTAR PUSTAKA
solusi bukan sebaliknya menimbukan sikap cemas dan Atik Pramesti Wilujeng, Leny Andiyati, A. E. (2017).
berlebihan. Melalui pendampingan anticipatory guid- Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2 (2), 2(2).
ance tentang penyakit terbanyak pada bayi maka re- Retrieved from http://journal.um-surabaya.ac.id/
sponden lebih paham tentang penyakit terbanyak pada index.php/JKM/article/view/961/pdf
bayi dan dapat melakukan tindakan pencegahan dan Banyuwangi, D. K. (2018). Data seputar kesehatan. Re-
penanganan penyakit anak saat di rumah. Anggota kel- trieved from https://www.banyuwangikab.go.id/
uarga dalam hal ini suami diharapkan memberikan Blake-lamb, T. L., Locks, L. M., Perkins, M. E., Baidal,
dukungan serta mendampingi responden dalam mem- J. A. W., Cheng, E. R., & Taveras, E. M. (2016).
berikan terapi kepada anaknya sehingga responden leb- Interventions for Childhood Obesity in the First
ih termotivasi. Sebagaimana yang disebutkan oleh 1,000 Days A Systematic Review. American Jour-
Friedman (1998) bahwa keluarga bisa memberikan nal of Preventive Medicine, 1–10. https://doi.
dukungan berupa pemberian saran, sugesti dan infor- org/10.1016/j.amepre.2015.11.010
masi dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Wilu- Combs-orme, T., Nixon, B. H., & Herrod, H. G.
jeng, 2018). Sebagian besar ibu sebagai ibu rumah (2015). Anticipatory Guidance and Early Child
tangga dimana ibu rumah tangga memilki lebih banyak Development : Pediatrician Advice , Parent Be-
waktu untuk anaknya, mereka dapat mengatur pola haviors , and Unmet Needs as Reported by Par-
makan anak dan memberikan ASI lebih banyak seh- ents From Different Backgrounds. https://doi.
ingga anak anak mereka makan makanan yang sehat org/10.1177/0009922811403302
dan bergizi (Mariyana & Kock, 2018). Aktivitas dan Dosman, C., Faap, F., Andrews, D., & Frcpc, F. (2012).
pekerjaan ibu terkadang melupakan peran ibu bahkan Anticipatory guidance for cognitive and social-
tidak dapat meluangkan sedikit waktu untuk memper- emotional development : Birth to five years, 17(2),
hatikan anak (Fitri, Chundrayetti, & Semiarty, 2014). 75–80.
Sebagian besar ibu mempunyai tingkat pendidikan Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014).
SMA (90%). Menurut (Fitri et al., 2014) dinyatakan Artikel Penelitian Hubungan Pemberian ASI
bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu fak- dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di
tor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena Puskesmas Nanggalo, 3(2), 136–140.
pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima French, G. M., Nicholson, L., Skybo, T., Klein, E. G.,
segala informasi dari luar terutama tentang cara penga- Schwirian, P. M., Murray-Johnson, L., … Groner,
suhan anak yang baik. Ibu yang memiliki tingkat pen- J. A. (2012). An Evaluation of Mother-Centered
didikan yang tinggi cenderung mudah untuk memaha- Anticipatory Guidance to Reduce Obesogenic In-
mi dan menyerap informasi yang lebih luas dalam fant Feeding Behaviors. Pediatrics, 130(3), e507–
proses pengasuhan anak yang baik, yang nantinya ber- e517. https://doi.org/10.1542/peds.2011-3027
dampak pada tumbuh kembang anak. Halle, T. G., & Darling-churchill, K. E. (2016). Jour-
nal of Applied Developmental Psychology Re-
KESIMPULAN view of measures of social and emotional de-
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan velopment. Journal of Applied Developmental
uji Mann-Whitney U pada variabel pertumbuhan, ha- Psychology, 45, 8–18. https://doi.org/10.1016/j.
sil nilai p value adalah 0,009 lebih kecil dari 0,05 se- appdev.2016.02.003
dangkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Hasinuddin, M. (2010). Modul Anticipatory Guid-
17
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (1) 2020

ance Terhadap Perubahan Pola Asuh Anak ( An- Reich, A. S. M., & Bickman, L. (2010). The Effective-
ticipatory Guidance Module Changes The Au- ness Of Baby Books For Providing Pediatric Antic-
thoritaritative Parenting Of Parents In Stimulating ipatory Guidance To New Mothers, 125(5), 997–
Children Development ), 51–58. 1002. Https://Doi.org/10.1542/Peds.2009-2728
Jawa Timur, D. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Ri, K. K. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun
Timur Tahun 2016. Dinkes Jawa Timur. 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan Ri.
Jones, S. M., Zaslow, M., Darling-Churchill, K. E., & Sege, R. D., Hatmaker-Flanigan, E., Vos, E. De,
Halle, T. G. (2016). Journal Of Applied Develop- Levin-Goodman, R., & Spivak, H. (2006). Antic-
mental Psychology Assessing Early Childhood So- ipatory Guidance And Violence Prevention : Re-
cial And Emotional Development : Key Concep- sults From Family And Pediatrician Focus Groups,
tual And Measurement Issues. Journal Of Applied 117(2). Https://Doi.org/10.1542/Peds.2005-
Developmental Psychology, 45, 42–48. Https:// 0377
Doi.org/10.1016/J.appdev.2016.02.008 Setyawan, A. B. (2017). Hubungan Antara Berat Bayi
Kemendikbud. (2012). Depkes Ri. 2010. Stimula- Lahir Rendah Dengan Tumbuh Kembang Anak
si, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kem- Usia Dini.
bang Anak (Sosialisasi Buku Pedoman Pelak- Thygesen, L. C., Koushede, V., Sjo, C., Axelsen, F., Win-
sanaan Ddtk Di Tingkat Pelayanan Kesehatan kel, P., Lindschou, J., … Due, P. (2017). Antenatal
Dasar), Jakarta. Https://Doi.org/10.1017/ Small-Class Education Versus Auditorium-Based
Cbo9781107415324.004 Lectures To Promote Positive Transitioning To
Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2017). Profil Keseha- Parenthood – A Randomised Trial, 1–18. Https://
tan Indonesia 2016. Doi.org/10.1371/Journal.pone.0176819
Kuo, A. A., Inkelas, M., Slusser, W. M., Maidenberg, Victor C. Strasburger, Md. (2010). P Erforming Pre-
M., & Halfon, N. (2011). Introduction Of Solid vent Ive S Ervice S : A Bright Future S Handbook.
Food To Young Infants, 1185–1194. Https://Doi. In Children, Adolescents, And Media (P. 164).
org/10.1007/S10995-010-0669-5 Wilujeng, A. P. (2018). Pengaruh Brain Gym Terhadap
Mariyana, R., & Kock, S. F. De. (2018). Hubungan Ri- Kadar Kortisol Selama Hospitalisasi Pada Anak
wayat Prematur Dengan Tumbuh Kembang, 3(3), Usia Pra Sekolah, 3(109), 117.
183–188.
Mccolgan, M. D., Cruz, M., Mckee, J., Dempsey, S. H.,
Davis, M. B., Barry, P., … Giardino, A. P. (2010).
Child Abuse & Neglect Results Of A Multifacet-
ed Intimate Partner Violence Training Program
For Pediatric Residents ଝ. Child Abuse & Neglect,
34(4), 275–283. Https://Doi.org/10.1016/J.
chiabu.2009.07.008
Moodie, S., Daneri, P., Goldhagen, S., Tamara, H.,
Green, K., & Lamonte, L. (2014). Early Child-
hood Developmental Screening : A Compendium
Of Measures For Children Ages Birth To Five Ear-
ly Childhood Developmental Screening : Wash-
ington: Opre Child Trends.
Nur, F., & Adriani, M. (2009). Hubungan Pola Asuh
, Asih , Asah Dengan Tumbuh Kembang Balita
Usia 1 – 3 Tahun.
Partridge, B. (2014). Adolescent Pediatric Deci-
sion-Making  : A Critical Reconsideration In
The Light Of The Data, 299–308. Https://Doi.
org/10.1007/S10730-014-9250-8
Pediatrics, A. A. O. (2016). The Pediatricians Role
In Optimizing School Readiness. Pediatrics,
138(3), E20162293–E20162293. Https://Doi.
org/10.1542/Peds.2016-2293
18
Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.14 No.2 Oktober 2020: Hal. 89-93
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK p-ISSN: 1907-459X e-ISSN: 2527-7170

PENGARUH EDUKASI STIMULASI TUMBUH KEMBANG TERHADAP


KEMAMPUAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 0-5 TAHUN
OLEH ORANGTUA

The Influence of Education Stimulation of Growth and Development Towards


the Early Detection Ability of Growing in Children Age 0-5 Years by Parents

Siska Nurul Abidah*, Hinda Novianti


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
*(siskanurul@unusa.ac.id)

ABSTRAK
Stimulasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini seringkali oleh
sebagian orangtua mengabaikannya akibat ketidaktahuan orangtua tentang cara dan pentingnya
memberikan stimulasi anak sejak usia dini. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh edukasi stimulasi
tumbuh kembang terhadap kemampuan deteksi dini tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun oleh orangtua.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Quasy Eksperiment Desaign dengan
rancangan one group pretest postest desaign. Variabel independen adalah edukasi stimulasi tumbuh
kembang dan variabel dependen adalah kemampuan orangtua dalam deteksi dini tumbuh kembang anak
usia 0-5 tahun. Populasi ibu yang mempunyai anak usia 0-5 tahun. Sampel berjumlah 80 orang dengan cara
simple random sampling. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu Mei-Juli 2020 di RW 01 dan RW 02
Kelurahan Wonokromo Surabaya. Pengumpulan data berupa kuesioner yang mengacu pada KPSP
(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan), Uji statistik menggunakan wilcoxon-test. Hasil uji statistik
menggunakan uji wilcoxon-test diperoleh hasil nilai signifikan 0,000 (p-value < 0.05) artinya terdapat
pengaruh edukasi stimulasi tumbuh kembang terhadap kemampuan deteksi dini tumbuh kembang anak usia
0-5 tahun oleh orangtua. Pemberian edukasi stimulasi tumbuh kembang anak oleh orangtua dapat
meningkatkan kemampuan orangtua dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang sejak dini yang akan
berdampak positif seperti meningkatkan perkembangan bahasa dan memori anak, kesiapan anak dalam
sekolah dan membantu anak untuk memaksimalkan potensi dalam hidup mereka.
Kata Kunci: Tumbuh Kembang; Balita;

ABSTRACT
Stimulation is one of the factors that influence a child's development. This is often overlooked by some
parents due to parents' ignorance of how and the importance of stimulating children from an early age.
The purpose of this study was to determine the effect of education on growth stimulation on the ability to
detect early growth and development of children aged 0-5 years by parents. This research is a quantitative
study with the design of the Quasy Experiment Desaign with the design of one group pretest postest
desaign. The independent variable is education of growth stimulation and the dependent variable is the
ability of parents in the early detection of growth and development of children aged 0-5 years. Population
of mothers who have children aged 0-5 years. Samples amounted to 80 people by means of simple random
sampling. The study was conducted for 3 months, Mei-Juni 2020 in RW 01 and RW 02, Wonokromo Sub-
District, Surabaya. Data collection in the form of a questionnaire that refers to KPSP (Pre Development
Screening Questionnaire), statistical tests using Wilcoxon-test. Statistical test results using Wilcoxon-test
obtained a significant value of 0.000 (p-value <0.05) means that there is an influence of growth and
stimulation education on the ability to detect early growth and development of children aged 0-5 years by
parents. Parenting education for child growth and development can improve the ability of parents to
provide growth and development stimulation from an early age that will have positive impacts such as
improving children's language and memory development, children's readiness in school and helping
children to maximize their potential in life.
Keywords: Growth and Development, Toddler
https://doi.org/10.33860/jik.v14i2.132
© 2020 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons
Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).

89
PENDAHULUAN dari lahir sampai dewasa. Sehingga
berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
Usia dini merupakan periode masa emas
meneliti tentang pengaruh edukasi stimulasi
(Golden Age), jendela kesempatan dan periode
tumbuh kembang terhadap kemampuan deteksi
kritis (Critical Period) bagi perkembangan dini tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun oleh
anak.1 Stimulasi dini sangat diperlukan oleh orangtua.
anak sebagai rangsangan untuk aspek
perkembangan mereka. Hal ini seringkali oleh METODE PENELITIAN
sebagian orangtua mengabaikannya akibat
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
ketidaktahuan orangtua tentang cara dan
Quasy Eksperiment Desaign dengan rancangan
pentingnya memberikan stimulasi anak sejak
one group pretest postest desaign. Variabel
usia dini.
independen dalam penelitian ini adalah edukasi
Cakupan pelayanan kesehatan balita dalam
stimulasi tumbuh kembang dan variabel
deteksi dini tumbuh kembang balita yang
dependen dalam penelitian ini adalah
mengalami gangguan tumbuh kembang di
kemampuan ibu deteksi dini tumbuh kembang
Indonesia sebanyak 45,7%. Dalam pelaksanaan
anak usia 0-5 tahun. Populasi ibu yang
program SDIDTK di Jakarta anak usia 0-6
mempunyai anak usia 0-5 tahun. Sampel pada
tahun sebanyak 500 diperoleh hasil dari 476
penelitian sebanyak 80 orang dengan cara
anak yang mendapatkan pelayanan SDIDTK
simple random sampling. Penelitian dilakukan
didapatkan 57 anak kelainan tumbuh
selama 3 bulan yaitu Mei-Juli 2020 di RW 01
kembang.2
dan RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh
Edukasi dilakukan oleh peneliti dengan
keadaan dengan malnutrisi kronis berat,
cara memberikan penyuluhan kesehatan berupa
stimulasi dini yang kurang adekuat,
ceramah dan video serta diberikan modul.
kekurangan yodium dan anemia defisiensi besi.
Instrument yang digunakan untuk menilai
Stimulasi dini adalah rangkaian aktivitas yang
kemampuan ibu berupa kuesioner yang
bertujuan untuk merangsang anak sehingga
mengacu pada KPSP berupa pertanyaan
terbentuk kemampuan perkembangan dasar
dengan 2 pilihan jawaban ‘benar’ dan “salah”
tumbuh kembang yang optimal.3 Deteksi dini
sebanyak 20 item. Pertanyaan terbagi dalam
perkembangan perlu dilakukan secara rutin
cara stimulasi perkembangan motorik kasar,
pada anak3 –12 bulan dengan menggunakan
motorik halus, bahasa, kemandirian dan
KPSP sesuai usia anak. Deteksi dini
sosialisasi. Penentuan skor untuk kuesioner
perkembangan dapat menemukan gangguan
menggunakan skala Guttman. Jawaban
pertumbuhan dan perkembangan anaksehingga
responden di katakan mampu bila menjawab
dapat dilakukan intervensi sedini mungkin.4
benar 19-20 dan sebaliknya dikatakan tidak
Pemberian stimulasi diawal atau sejak dini
mampu bila menjawab benar <19.
yang diberikan oleh orangtua memberikan
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan
dampak positif yaitu perkembangan bahasa
uji statistik menggunakan SPSS yaitu uji
dan memori anak, meningkatkan kesiapan anak
wilcoxon-test.
dalam sekolah dan membantu anak untuk
memaksimalkan potensi dalam hidup mereka.5 HASIL
Berdasarkan penelitian Sumiyati tahun 2016,
Tabel 1. Menunjukkan hasil sebagian kecil
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
(11,3%) responden berusia kurang dari 20
bermakna antara stimulasi dan perkembangan
tahun sebanyak 9 orang dan sebagian besar
anak usia 4-5 tahun.6 Hal ini didukung oleh
(62,5%) berusia 20-35 tahun sebanyak 50
penelitian Soedjatmiko tahun 2016
mengatakan terdapat pengaruh pemberian orang. Tabel 1. Menunjukkan hasil sebagian
stimulasi orangtua dengan perkembangan kecil (6,3%) pendidikkan ibu adalah SMP
anak.7 sebanyak 5 orang dan sebagian besar (52,5%)
Pemberian edukasi stimulasi tumbuh pendidikkan ibu adalah SMA/SMK sebanyak
kembang anak dapat meningkatkan 42 orang.
kemampuan orangtua dalam memberikan Tabel 1 Menunjukkan hasil sebagian besar
stimulasi anak sejak usia dini karena ibu (76,3%) sebelum mendapatkan edukasi masuk
adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya dalam kategori tidak mampu sebanyak 61
orang dan sisanya (23,8%) masuk kedalam

90
kategori mampu sebanyak 19 orang. Tabel 1 berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 9 orang.
Menunjukkan hasil sebagian besar (93,8%) Umur ibu berhubungan dengan pengetahuan,
setelah mendapatkan edukasi masuk dalam yaitu seiring bertambahnya usia ibu maka
kategori mampu sebanyak 75 orang dan pengetahuan ibu juga akan bertambah dan
sisanya (6.3%) masuk kedalam kategori tidak begitu sebaliknya. Selanjutnya, pengetahuan
mampu sebanyak 5 orang. ibu merupakan domain kognitif dalam
pembentukan kemampuan ibu dalam
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik dan melakukan deteksi dini tumbuh kembang
Kemampuan Deteksi Dini Responden anak.8
di RW 01 dan RW 02 Kelurahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Wonokromo
sebagian besar kemampuan ibu melakukan
Variabel Penelitian Frekuensi Persentase deteksi dini tumbuh kembang anak setelah
(%) mendapatkan edukasi masuk dalam kategori
Usia Ibu mampu sebanyak 75 orang (93,8%). Usia ibu
<20 Thn 9 11,3 sebagian besar masuk kategori usia matang dan
20-35 Thn 50 62,5 sebagian besar berpendidikan menengah atas.
>35 Thn 21 26,3 Pentingnya pemberian stimulasi dalam
Pendidikan mendeteksi dini tumbuh kembang anak salah
SMP 5 6,3 satunya di pengaruhi oleh faktor umur dan
SMA/SMK 42 52,5
pendidikan. faktor umur dan pendidikan
PT 33 41,3
Kemampuan Sebelum merupakan faktor positif yang dapat
Mampu 19 23,8 mempermudah ibu dalam menerima
Tidak Mampu 61 76,3 pengetahuan,inovasi dan informasi baru.9 Pada
Kemampuan Setelah usia matang seseorang juga sudah mulai
Mampu 75 93,8 membina rumah tangga dan belajar menjadi
Tidak Mampu 5 6,3 orangtua baru. Sehingga dari pemberian
Sumber: data primer, 2020 edukasi tentang stimulasi tumbuh kembang
Tabel 2 Menunjukkan hasil uji akan meningkatkan ibu dan kemampuan ibu
menggunakan wilcoxon-test didapatkan nilai dalam deteksi dini tumbuh kembang anak
signifikansi 0,000 (p-value < 0.05) artinya menjadi lebih baik dibandingkan sebelum
terdapat pengaruh edukasi stimulasi tumbuh mendapatkan edukasi. Sebagaimana yang
kembang terhadap kemampuan deteksi dini dikemukakan oleh penelitian Fazrin dkk tahun
tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun oleh 2018, menyatakan bahwa pengetahuan
orangtua. seseorang dapat diperoleh dari pengalaman,
informasi dari guru, orangtua, buku dan media
Tabel 2. Pengaruh Edukasi Stimulasi Tumbuh masa.10
Kembang Terhadap Kemampuan Berdasarkan hasil penelitian ini
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
menunjukan bahwa kemampuan ibu dalam
Usia 0-5 Tahun Oleh Orangtua Di RW
01 dan RW 02 Kelurahan Wonokromo deteksi dini tumbuh kembang anak semakin
baik setelah mendapatkan edukasi. Sehingga
Variabel Kemampuan ibu Nilai hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
p edukasi stimulasi tumbuh kembang terhadap
Mampu Tidak Mampu
n % n % kemampuan ibu dalam deteksi dini tumbuh
Sebelum 19 24,0 61 76,0 kembang anak. Hal ini sesuai dengan
0,000 pernyataan Sunarsih tahun 2015 yang
Sesudah 75 94,0 5 6,0
Sumber: data primer, 2020 menyatakan bahwa Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan seseorang terhadap kesehatan
PEMBAHASAN dapat diberikan oleh fasilitator melalui
Menurut hasil penelitian menunjukkan penyampaian informasi melalui media massa
hasil sebagian besar kemampuan ibu dalam seperti media cetak maupun media
deteksi dini tumbuh kembang sebelum elektronik.11
mendapatkan edukasi masuk dalam kategori Pemberian pendidikan kesehatan
tidak mampu sebanyak 61 orang (76,3%). Hal merupakan strategi yang efektif untuk
ini dipengaruhi oleh usia ibu dan pendidikan meningkatkan perilaku kesehatan seseorang
ibu. Usia ibu sebagian kecil (11,3%) responden dalam hal ini kemampuan deteksi dini tumbuh

91
kembang anak. Untuk itu, pengetahuan pengaruh edukasi stimulasi tumbuh kembang
orangtua yang baik dapat menjadi salah satu terhadap kemampuan deteksi dini tumbuh
faktor penunjang dalam mendukung stimulasi kembang anak usia 0-5 tahun oleh orangtua.
perkembangan anak. Peranan penting orangtua Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
sebagai pengasuh pertama yaitu mengontrol, sumber pengetahuan yang terkait dengan
membimbing dan mendampingi anaknya stimulasi tumbuh kembang dan deteksi dini
menuju kedewasaan.12 Stimulasi dini adalah tumbuh kembang anak serta sebagai sumber
Rangkaian aktivitas yang bertujuan untuk informasi dan evidence based untuk
merangsang kemampuan perkembangan dasar mengembangkan penelitian selanjutnya
anak agar terbentuk tumbuh kembang yang tentang stimulasi tumbuh kembang anak.
optimal.13 Kemampuan orangtua dalam
melakukan stimulasi harus sesuai tahap
UCAPAN TERIMA KASIH
perkembangan karena menjadi hal utama jika Ucapan terimakasih penulis sampaikan
orangtua menginginkan anaknya untuk tumbuh kepada Kemenristek Dikti dan Universitas
optimal dan tidak mengalami keterlambatan Nahdlatul Ulama Surabaya yang telah banyak
dalam perkembangannya.14 membantu pada saat penelitian ini.
Kemampuan ibu dalam mengasuh anak
harus disesuaikan dengan tahap DAFTAR PUSTAKA
perkembangannya seperti menerapkan 1. Imron R. Penyuluhan Pentingnya
stimulasi motorik, stimulasi kognitif, dan Penimbangan dan Pemantauan Tumbuh
mengasah stimulasi berbahasa serta Kembang Balita dengan Teknik Stimulasi,
berinteraksi sosial dengan lingkungannya. 15 Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Hal ini sesuai dengan penelitian Riska dkk Kembang (Sdidtk) Balita di Posyandu
Anggrek Simbaringin Desa Sidosari Natar
tahun 2017 mengatakan bahwa ibu yang
Lampung Selatan. Sakai Sambayan J
mempunyai kemampuan melakukan stimulasi Pengabdi Kpd Masy. 2018;2(1):21–5.
berpengaruh terhadap perkembangan bayi usia 2. Kementerian Kesehatan R.I. Pelayanan
3-6 bulan.12 Selanjutnya hasil penelitian ini Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
juga di dukung oleh penelitian Fazrin dkk Kembang Anak. Kementerian Kesehatan
tahun 2018, mengatakan bahwa orangtua dan Republik Indonesia. 2018.
guru mempunyai kesadaran akan pentingnya 3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
deteksi dini tumbuh kembang anak lebih baik Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
setelah mendapatkan penyuluhan.10 Menurut Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
hasil penelitian oleh Lathifa pada tahun 2016 Summ Policymakers. 2016;
4. Entoh C, Noya F, Ramadhan K. Deteksi
juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh
Perkembangan Anak Usia 3 Bulan – 72 Bulan
pemberian edukasi pada ibu meningkat Menggunakan Kuesioner Pra Skrining
pemberian stimulasi tumbuh kembang pada Perkembangan (KPSP). Poltekita J Pengabdi
anak balita.16 Masy [Internet]. 18 Mei 2020;1(1):8–14.
Dampak dari peningkatan pengetahuan Tersedia pada:
yaitu seseorang akan berkembang, lebih http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/PJ
obyektif, berwawasan luas dan terbuka PM/article/view/72
sehingga akan diterapkan dengan perbuatan 5. Yenawati S. Stimulasi Tumbuh Kembang
yang positif.17 Sebagai agen kesehatan Anak. Psympathic J Ilm Psikol.
pertama, peran seorang ibu sangat penting 2018;3(1):121–30.
6. Sumiyati, Suparmi, Santjaka A, Hapsari W.
yaitu memenuhi kebutuhan asah, asuh, dan
Stimulasi perkembangan anak usia 4-5 tahun.
asih pada anak. Oleh karena itu, setiap ibu J Link. 2016;12(1):34–8.
yang memiliki anak usia 0-5 tahun 7. Soedjatmiko S. Pentingnya Stimulasi Dini
memerlukan informasi untuk meningkatkan untuk Merangsang Perkembangan Bayi dan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi. Sari
tepat serta harus memiliki kepercayaan diri Pediatr. 2016;8(3):164.
yang tinggi untuk melakukan deteksi dini 8. Kurniawati A, Hanifah L. Hubungan
tumbuh kembang anaknya sesuai tahap Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Tumbuh
perkembangannya.18 Kembang Balita dengan Perkembangan Balita
Usia 12-36 Bulan di Posyandu Kasih Ibu 7
KESIMPULAN DAN SARAN Banyu Urip Klego Boyolali Tahun 2014. J
Kebidanan Indones. 2015;3(1):22–6.
Berdasarkan Hasil Penelitian Terdapat 9. Nia AD. Faktor Dominan Karakteristik Ibu

92
yang Berhubungan dengan Pertumbuhan dan tumbuh kembang sesuai tahapan usia anak
Perkembangan Balita Usia 2-5 Tahun di terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu
Wilayah Kerja PUSKESMAS Nanggolo Kota dalam menstimulasi tumbuh kembang balita.
Padang Tahun 2011. keperawatan anak. 2015;XIII(1):5–9.
2011;2(2):15–20. 15. Andriana D. Tumbuh Kembang & Terapi
10. Fazrin I, Widiana D, Trianti IR, Baba KJ, Bermain Pada Anak. jakarta: Salemba
Amalia NM, Smaut MY. Pendidikan Medika; 2016.
Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang 16. Lathifah NS, Andriani T. Pengaruh
pada Anak di Paud Lab School UNPGRI Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Kediri Journal of Community Engagement in Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Balita
Health. J Community Engagem Heal. Usia 3-5 Tahun Di Posyandu Sakura
2018;1(2):6–14. Kelurahan Gunung Mas Teluk Betung
11. Sunarsih T. Peran Bidan dalam Parenting Selatan, Lampung Tahun 2016. J Kebidanan.
Education Sebagai Upaya Peningkatan 2018;4(2):90–6.
Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. SEAJOM 17. Imelda. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian
Southeast Asia J Midwifery. 2015;1(1):29–38. Stimulasi Dan Perkembangan Anak Pra
12. Riska destina ER dan AT. Kemampuan ibu Sekolah (3-5 Tahun) Di Banda Aceh.
melakukan stimulasi untuk perkembangan Pengetah Ibu Tentang Pemberian Stimulasi
bayi usia 3-6 bulan di wilayah kerja Dan Perkemb Anak Pra Sekol (3-5 Tahun) Di
puskesmas puhjarak kabupaten kediri. Banda Aceh. 2017;8(3):19–23.
2017;6(1):56–65. 18. Fitriani IS, Oktobriariani RR. Stimulasi,
13. Maryunani A. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Deteksi dan Intervensi Dini Orang Tua
Kebidanan. Ilmu Kesehat Anak Dalam terhadap Pencegahan Penyimpangan
Kebidanan Jakarta Trans Info Media. 2010; Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita.
14. Muflihah IS. efektifitas pelatihan deteksi dini Indones J Heal Sci. 2017;1(1):1.

93
Jurnal
JurnalKeperawatan
KeperawatanJiwa, Volume
Volume 4 No42,
NoHal
2, 114
Hal -114 - 125,
125, November
November 20162016 ISSN 2338-2090 (Cetak)
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 3-5 TAHUN YANG


MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Rizki Septiani1, Susana Widyaningsih2, Muhammad Khabib Burhanuddin Igomh1
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Kendal
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Diponegoro Semarang
Khabib.ners@yahoo.com

ABSTRAK
Anak pada periode pra sekolah perlu untuk mencapai tugas-tugas perkembangan mereka yang
mencakup : keterampilan motorik, sosial dan bahasa. Pendidikan anak usia dini (PAUD) akan
membantu pencapaian tugas-tugas perkembangan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
perbedaan tingkat perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti PAUD. Terdapat 61 anak
yang tidak mengikuti PAUD dan 79 anak dari tiga sekolah PAUD di Desa Protomulyo Kabupaten
Kendal. Subyek diukur menggunakan Denver Developmental Screening Test II (DDST II) pada satu
kali periode. Diantara mereka yang tidak mengikuti PAUD, 41% (25 anak) didiagnosis suspect,
sementara 8,9% (7 anak) dari PAUD yang tidak bisa mencapai tugas perkembangan. Tujuh puluh dua
anak yang telah mengikuti minimal 3 bulan program PAUD, mampu mencapai tugas-tugas
perkembangan mereka sepenuhnya. Oleh karena itu, ada perbedaan tingkat perkembangan antara
anak-anak yang mengikuti dan tidak mengikuti PAUD, dengan p value (p =0,000). Program PAUD
mempunyai peran yang sangat penting untuk merangsang perkembangan anak. Orangtua dapat
meyediakan permainan yang mendidik di rumah dan bagi petugas kesehatan harus aktif dalam
memberikan screening pengembangan menggunakan DDST II untuk semua anak di masyarakat.

Kata Kunci: Pendidikan anak usia dini (PAUD), perkembangan, anak pra sekolah

LEVEL OF DEVELOPMENT OF 3-5 YEAR PRA SCHOOL CHILDREN WHO


FOLLOWS AND DOES NOT FOLLOW EARLY CHILDREN EDUCATION

ABSTRACT
Children in the pre-school period need to achieve their developmental tasks which include: motor,
social and language skills. Early childhood education (PAUD) will help achieve the tasks of this
development. This study aims to measure differences in the level of development of children who
follow and do not participate in PAUD. There were 61 children who did not attend PAUD and 79
children from three PAUD schools in Protomulyo Village, Kendal Regency. Subjects were measured
using the Denver Developmental Screening Test II (DDST II) at one time period. Among those who
did not attend Early childhood education (PAUD), 41% (25 children) were diagnosed suspect, while
8.9% (7 children) of Early childhood education (PAUD) were unable to achieve developmental tasks.
Seventy-two children who have participated in at least 3 months of the Early childhood education
(PAUD) program are able to fully accomplish their development tasks. Therefore, there are
differences in the level of development between children who follow and do not participate in PAUD,
with p value (p = 0,000). The Early childhood education (PAUD) program has a very important role
in stimulating children's development. Parents can provide educational games at home and health
workers must be active in providing development screening using DDST II for all children in the
community.

Keywords: Early childhood education (PAUD), development, pre-school children

PENDAHULUAN dan mensintesis protein baru yang


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal menghasilkan peningkatan ukuran berat seluruh
yang terus terjadi secara berkesinambungan atau sebagian bagian sel. Adapun
selama kehidupan manusia (Wong, perkembangan menurut Susanto (2011),
Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, perkembangan adalah bertambahnya struktur,
2009), pertumbuhan adalah meningkatnya fungsi dan kemampuan manusia yang lebih
jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri kompleks.Periode penting dalam tumbuh

114
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

kembang anak adalah masa balita, karena pada gangguan bicara dan bahasa. Berdasarkan
masaini pertumbuhan dasar yang akan Committed in Improving the Health of
mempengaruhi dan menentukan perkembangan Indonesian Children yang dirilis Pediatric of
anakselanjutnya. Proses pertumbuhan dan Society oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
perkembangan terbagi dalam beberapa tahapan (IDAI) diperkirakan sekitar 5-10% anak usia
berdasarkan usia. Salah satu fasenya adalah dibawah 5 tahun diperkirakan mengalami
masa prasekolah yaitu anak berusia 3-5 keterlambatan umum.
tahun(Wong, et al., 2009).
Keterlambatan perkembangan pada anak
Masa pra sekolah merupakan masa keemasan dikarenakan kurangnya orangtua mengenal
(golden age) dimana stimulasi seluruhaspek tanda bahaya (redflag) perkembangan anak,
perkembangan berperan penting untuk tugas kurangnya pemeriksaan deteksi dini atau
perkembangan selanjutnya, dimana 80 % skrining perkembangan pada anak dan
perkembangan kognitif anak telah tercapai pada kurangnya keterlibatan langsung orangtua
usia prasekolah (Apriana, 2009).Perkembangan dengan anak atau stimulasi dari selain orangtua
pada anak prasekolahmencakup (IDAI, 2013). Dari hasil penelitian Christiari,
perkembanganmotorik, personal sosial dan Syamlan dan Kusuma (2013), terdapat
bahasa. hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu tentang stimulasi dini dengan
Perkembangan motorik anak terdiri dari dua perkembangan motorik anak usia 6-24 bulan
yakni : motorik kasar dan motorik halus, hal ini dan anak yang mempunyai ibudengan
tidak terlepas dari ciri anak yang selalu pengetahuan tentang stimulasi dini yang rendah
bergerak dan selalu ingin bermain sebab dunia akan beresiko lebih besar untuk mengalami
mereka adalah dunia bermain dan proses dugaan keterlambatan motorik.Di Kota
belajar(Wong et al., 2009). Adapun pada Semarang, menurut Irmawati (2007),
personal sosialanak usia pra sekolah mencakup berdasarkan data dari DKK Semarang tahun
aspek yang berhubungan dengan kemampuan 2006 terdapat 388 kasus penyimpangan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan perkembangan yang dirujuk ke Klinik
lingkungannya. Dalam bahasa pada usia 2,5 TumbuhKembang RSUP Dr. Kariadi dengan
sampai dengan 5 tahun, pengucapan kata penemuan terlambat karena deteksi yang tidak
meningkat, anak mulai memproduksi ujaran teratur. Sebagian besar kasus yang ditemukan
yang lebih panjang, kadang secara gramatik adalah gangguan bicara dan bahasa 56,61%,
kadang tidak (Depkes RI, 2006). autisme 13,15%, gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas 12,10%
Anak pada usia tiga tahun pertama merupakan sertaketerlambatan duduk atau berdiri 10,09% .
masa-masapaling penting dan menentukan
dalammembangun kecerdasan anak dibanding Faktor yang mempengaruhi perkembangan
masasesudahnya. Anak yang mendapat anak, salah satunya adalah faktor lingkungan.
rangsangan yang maksimalmaka potensi Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan
tumbuh kembang anak akanterbangun secara pranatal dan postnatal. Salah satu faktor
maksimal. Pada setiap tahap perkembangan lingkungan postnatal yang mempengaruhi
anak akan terjadi integrasi perkembangan anak perkembangan adalah lingkungan psikososial
secara utuh. Dalam masa perkembangan anak (Soetjiningsih, 2005). Hal ini didukung
terdapat masakritis, dimana pada masa tersebut penelitian Thabita, Werdiningsih dan Astarani
memerlukanpembinaan tumbuh kembang anak (2012), dimana terdapat hubungan antara faktor
secarakomprehensif dan berkualitas. Hal ini lingkungan terutama peran ibu dalam
dapat didukung melalui kegiatan stimulasi, pemenuhan kebutuhan dasar anak terhadap
deteksidan intervensi dini penyimpangan perkembangan motorik halus, motorik kasar
tumbuhkembang anak sehingga dan personal sosial anak pra sekolah. Faktor
perkembangankemampuan gerak, bicara dan lingkungan psikososial yang berupa stimulasi
bahasa, sosialisasidan kemandirian pada anak yang dapat diberikan oleh ibu atau pengasuh
berlangsung optimal sesuai umur anak. dalam situasi formal diharapkan dapat
menunjang optimalnya perkembangan anak.
Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2008, Menyikapi keberadaan anak yang memiliki
di Indonesia terdapat 19.971.366 dimana potensi yang dapat dikembangkan seoptimal
sebanyak 27% balita terdapat gangguan mungkin, menurut Gutama (2006), perlu
perkembangan, sekitar 4-5 % balita mengalami adanya upaya pendidikan yang memadai baik
115
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

formal, informal, maupun nonformal. Terkait yang tidak mengikuti PAUD kurang diberikan
dengan faktor psikososial yaitu stimulasi bahwa stimulasi untuk perkembangan mereka,beberapa
stimulasi sangat penting bagi perkembangan orang tua anak yang tidak mengikutkan
anak agar optimal, hal ini dapat diperoleh baik anaknya ke PAUD mengutarakan keluhan
dari orang tua maupun pendidikan formal. bahwa anak kurang mandiri dan sebagian orang
tua beranggapan bahwa anak dengan usia
Pendidikan yang tepat untuk memberikan kurang dari 5 tahun orang tua masih mampu
stimulasi pada anak usia prasekolah yaitu mengasuh dan mendidik anak sendiri tanpa
PAUD. Studi tentang kesiapan bersekolah di mengikutsertakan anak ke PAUD. Data yang
enam kabupaten di Indonesia menunjukkan didapatkan peneliti dari PusKesMas Kaliwungu
bahwa program PAUD telah membantu Selatan terdapat 185 anak pra sekolah usia 3-5
mengembangkan kompetensi psikososial dan tahun. Anak yang mengikuti program PAUD
kognitif (Kementerian Pendidikan Nasional, sebanyak 105 dan 80 anak tidak mengikuti
2012).Hal ini didukung penelitian Wulandari PAUD. Penelitian ini bertujuan Untuk
(2009) dengan judul Perbedaan Kematangan mengetahuitingkat perkembangan anak usia pra
Sosial Anak Ditinjau Dari Keikutsertaan sekolah (3-5 tahun) yang mengikuti dan tidak
Pendidikan Prasekolah (Play Group) dimana mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di
pendidikan prasekolahmerupakan pemberian Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu
upaya untuk menstimulasi perkembangan anak. Selatan Kabupaten Kendal.
Oleh sebab itu layanan pendidikan anak usia
dini merupakan dasar yang sangat penting dan METODE
berpengaruh terhadap perkembangan anak Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
hingga dewasa. dengan rancangan penelitian menggunakan
deskriptif komparatif. Penelitian ini
Target Angka Partisipasi Kasar (APK) 75% menggunakan metode pendekatan cross
pada tahun 2015 yang dimiliki Kementerian sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Desa
kesepakatan pada Konvensi Dakkar tahun 2000, Protomulyo sebanyak 185. Sampel dalam
melalui Program 1 Desa 1 PAUD. Hingga akhir penelitian ini menggunakan rumus Slovin maka
tahun 2013, dari total 77.559 desa se-Indonesia, diperoleh sampel sebanyak 127 responden,
sebanyak 53.832 desa sudah terlayani PAUD. ditambah 10 % sebanyak 13 responden untuk
Target Renstra dan capaian PAUD, mengantisipasi droup out dengan jumlah
menghasilkan prestasi yang sangat baik dengan sampel menjadi 140. Kriteria inklusi dalam
melihat indikator kerja utama Angka Partisipasi penelitian ini adalah Anak pra sekolah usia 3-5
Kasar (APK) PAUD secara nasional pada tahun tahun yang mengikuti PAUD di Desa
2012 memiliki target APK 63,60, terealisasikan Protomulyo minimal 3 bulan, dalam
63,01%, tahun 2013 target APK 67,40%, seminggu3-4 kali pertemuan, setiap pertemuan
terealisasikan 69,4%, sedangkan tahun 2014 dalam sehari 2-3 jam di Desa Protomulyo,
Kemdikbud mencapai target APK Anak pra sekolahusia 3-5 tahun yang
72,90%.Peningkatan APK PAUD tercermin tidakpernah mengikutiPAUD di Desa
dari jumlah lembaga PAUD yang terus Protomulyo. Kriteria eksklusi dalam penelitian
bertambah setiap tahun (KemDikBud, 2014). ini adalah anak yang sedang sakit pada saat
pengambilan data atau anak dengan kecacatan
Fenomena berdasarkan hasil observasi dan fisik, mental, emosional / psikologis. Teknik
wawancara peneliti pada sebagian ibu dan anak pengambilan sampel pada penelitian ini
pra sekolah yang tinggal di lingkungan Desa menggunakan teknik stratified random
Protomulyo, pada anak-anak pra sekolah yang sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chi
mengikuti PAUD, mereka diberikan stimulus square.
dengan diberikan permainan edukatif seperti
menyusun balok, balok numerik, membedakan HASIL
warna, bermain dengan alam dan sebagainya Hasil penelitian disajikan sebagai berikut:
baik secara mandiri maupun berkelompok.
Sedangkan pada anak-anak usia prasekolah

116
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Tabel 1.
Karakteristik responden (n = 140)
Variabel Mengikuti Tidak mengikuti
Mean Min- Mean Min-
f % f %
(SD) max (SD) max
Usia anak (bulan) 43,84 42,04
79 100 (5,67) 36-52 61 100 (5,34) 36-53
Jenis kelamin
Laki-laki 30 38,0 29 47,5
Perempuan 49 62,0 32 52,5
Jumlah (sibling)
0 34 43,0 24 39,3
1 34 43,0 19 31,1
2 7 8,9 13 21,3
3 3 3,8 3 4,9
4 0 0 1 1,6
6 1 1,3 1 1,6
Pendidikanibu responden
SD 3 3,8 7 11,5
SMP 17 21,5 21 34,4
SMA 54 68,4 33 54,1
S1 5 6,3 0 0
Pekerjaan ibu responden
Guru 4 5,1 0 0
IRT 27 34,2 35 57,4
Karyawan 13 16,5 14 23,0
Pedagang 5 6,3 7 11,5
Petani 5 6,3 3 4,9
PNS 1 1,3 0 0
Swasta 24 30,4 1 1,6
TKI 0 0 1 1,6
Pengasuh
Ada 37 46,8 11 18,0
Tidak ada 42 53,2 50 82,0

Tabel 2.
Tingkat Perkembangan Anak usia pra sekolah (n= 140)
Mengikuti Tidak Mengikuti
Perkembangan Normal Suspect Normal Suspect P value
f % f % f % f %
Personal sosial 76 96,2 3 3,8 46 75,4 15 24,6 0,000
Motorik halus 78 98,7 1 1,3 50 82,0 11 18,0 0,000
Bahasa 79 100 0 0 53 86,9 8 13,1 0,001
Motorik kasar 79 100 0 0 61 100 0 0 -

Tabel 3.
Tingkat Perkembangan Secara Umum (n= 140)
Perkembangan
PAUD
Suspect Normal Total
f % f % f %
Mengikuti 7 8,9 72 81,1 79 100
Tidak mengikuti 25 41 36 59 61 100

117
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Tabel 4.
Perbedaan Tingkat Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti
PAUD (n= 140)
Perkembangan OR P value
PAUD
Suspect Normal (95%CI)
f % f %
Mengikuti 7 8,9 72 81,1
7,143 0,000
Tidak mengikuti 25 41 36 59

PEMBAHASAN Anak dengan mengikuti PAUD dapat


Hasil penelitian tentang pendidikan anak usia menambah informasi danpembelajaran,
dini pada anak pra sekolah di Desa Protomulyo kemampuan bersosialisasi, serta mendapatkan
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal saranabermain yang lebih lengkap dan edukatif
sebanyak 105 (56,4%)anak mengikuti PAUD baik untuk perkembangan anak yang baik dan
dan sebanyak 61 (43,6%) anak yang tidak terarah sesuai usianya. Hal ini membantu
mengikuti PAUD.Hasil penelitian ini sesuai dengan kesibukan orangtua dalam bekerja
teori yang dikemukakanSoetjiningsih sehinggaorang tua tidak mampu memenuhi
(2005),bahwa kebutuhan dasar perkembangan kebutuhan anak akan. Santrock (2007),
anakpada faktor lingkungan memberikan mengemukakan bahwa pada
pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang perkembangananak, pendidikan merupakan
anak dan dapat dikelompokkan menjadi : Asuh dimensi yang sangat penting dalam
(Kebutuhan fisik - biomedis), Asih (Kebutuhan perkembangan anak. Oleh sebab itu layanan
emosi dan kasih sayang), dan Asah (stimulasi) pendidikan anak usia dini merupakan dasar
yaitu adanya rangsangan dari lingkungan luar yang sangat berpengaruh terhadap
anak, dapat berupa latihan atau bermain. perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa.
Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat Anak yang tidak mengikuti PAUD masih
penting untuk perkembangan anak. Anak yang banyak dikarenakan masih adanya anggapan
banyak medapatkan stimulasi yang terarah akan orang tua bahwa anak berusia kurang dari 5
cepat bekembang dibandingkan dengan anak tahun masih perlu memusatkan kegiatannya di
yang kurang mendapatkan stimulasi. rumah dengan orangtua dan keluarga lainnya
ataupun pengasuh karena orang tua sibuk
Sistem pendidikan nasional dalam Pasal 1 ayat bekerja. Orang tuaberanggapan dalam usia anak
14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, usia pra sekolah, orang tuamerasa masih dapat
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini mengasuh sendiri, tanpaharus melibatkan orang
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang lain, serta mendidikanaknya tanpa harus
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai mengikuti PAUD. Sejalandengan pendapat
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui Siswono (2004), bahwastimulasi adalah upaya
pemberian rangsangan pendidikan untuk orang tua untukmengajak anak bermain dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan, suasana penuhgembira dan kasih sayang
baik perkembangan jasmani dan rohani agar dimana anak akan lebih dekat dengan ibu dan
anak memiliki kesiapan dalam memasuki keluarga.
pendidikan lebih lanjut (Mulyani, 2014). Anak
yang mengikuti PAUD dapat lebihberkembang Standar PAUD yang di laksanakan di Indonesia
sesuai usia dari pada anak yang tidak mengikuti hampir sama seperti yang di laksanakan di luar
PAUD. Hasil penelitian ini sama dengan hasil negeri, seperti di Australia dimana diisi dengan
penelitian Wulandari (2009), tentang banyak bermain. Anak bisa menemukan
kematangan sosialanak yang ditinjau dari minatnya dan guru membantu si anak dengan
keikutsertaan pendidikan prasekolah dimana memberinya banyak ruang dan kesempatan
pendidikan prasekolahmerupakan pemberian untuk mengembangkan sesuai minatnya,
upaya untuk menstimulasi perkembangan anak. dengan kemandirian dan empati melalui hal-hal
Oleh sebab itu layanan pendidikan anak usia sederhananamun penting untuk perkembangan
dini merupakan dasar yang sangat penting dan si anak (Naluri, 2012). Model pembelajaran
berpengaruh terhadap perkembangan anak berdasarkan minat anak ini merupakan model
hingga dewasa. pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada anak untuk memilih kegiatan sesuai
minatnya. Misal saat bermain peran seperti

118
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

berwisata ke pantai, anak dibolehkan untuk perilaku. Kebiasaan dan sifat orang-orang yang
memilih peran dan tugasnya sendiri sebagai ada disekitarnya akan membantu anak
siapa, seperti : penjual tiket wisata, penumpang, memahami aspek-aspek psikologi dari
pengemudi kereta mini, penjual sate, dan lingkungan sosialnyadengan cara berinteraksi
sebagainya. Di PAUD untuk mendeteksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pendidikandi
perkembangan anak dilakukan pada saat PAUD memberi stimulus pada anak untuk
bermain. Deteksi dini merupakan upaya dapat mengembangkan kemampuan personal
penjaringan yang dilaksanakan secara sosial yang lebih baik dari pada anak yang tidak
komprehensif untuk menemukan penyimpangan mengikuti PAUD, sebagai contoh : mengambil
tumbuh kembang dan mengetahui serta bekal sendiri dan makan bersama dengan
mengenal faktor risiko (fisik, biomedik, teman-temannya, memakai baju sendiri dan
psikososial) pada balita.Untuk mengetahui dengan cara bermain peragaan yang mudah
penyimpangan tumbuh kembang balita secara dicerna atau mengerjakan tugas-tugas kecil
dinisehingga upaya pencegahan, upaya bersama teman secara berkelompok seperti
stimulasi dan upaya penyembuhan serta seperti saling menyebutkan nama teman satu
pemulihan dapat diberikan dengan indikasi kelompoknya.
yang jelas sedini mungkin pada masa-masa
kritis proses tumbuh kembang (Mulyani, 2014). Metode pembelajaran yang baik untuk anak
usia pra sekolah yaitudengan melatih anak
Upaya-upaya yang diberikan sesuai dengan bekerja sama yang beranggotakan 3-4
umur perkembangan anak, dengan demikian orang(Suyanto, 2005). Metode ini melatih anak
dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang bekerja sama dan mengembangkan kemampuan
optimal.Jika memang ditemukan adanya sosial, anak akan saling mengenal satu dengan
keterlambatan dalam perkembangan segera yang lain dan mulai berinteraksi dengan saling
ditelusuri penyebabnya sebelum menentukan menolong atau bermain bersama.
apa yg harus dilakukan dengan bantuan tenaga Perkembangan personal sosial pada anak yang
kesehatan seperti bidan, perawat, kader dan mengikuti PAUD yang belum tercapai karena
orang tua atau anggota keluarga lainnya yang beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor
mampu dan terampil di pusat-pusat pelayanan lingkungan, keluarga membiasakan anak
kesehatan, di posyandu, serta dokter. Masih dibantu dalam pemenuhan kebutuhan aktifitas
banyaknya jumlah responden yang tidak seperti :anak yang memakai baju masih
mengikuti PAUD dalampenelitian ini dipakaikan oleh pengasuhnya, saat makan anak
menunjukkan bahwa motivasi orang tua untuk masih disuapi .
mengikutsertakananaknya dalam program
PAUD masih kurang. Banyak faktor yang Anak yang tidak mengikuti PAUDyang belum
mempengaruhimotivasi orang tua untuk tercapai menunjukan perilaku yang tidak mau
mengikutsertakan anaknya dalam program melakukan aktifitas sendiri karena manja dan
PAUD antara lain tingkat pengetahuan, sikap, malas, malu atau gagal dalam melakukan
lingkungan, kemampuan ekonomi, dan seperti memakai baju, makan, menyebutkan
sebagainya. Hal ini penting di ketahui oleh nama teman atau orang di sekitar anak. Dalam
orang tua untuk memahami pentingnya melakukan aktifitas sehari-hari seperti mandi,
memberikan stimulasi untuk perkembangan memakai baju anak terbiasa dibantu dengan
anak terutama pada masa golden age agar orang tua. Orang tua cenderung membiarkan
perkembangan anak dapat tercapai secara anaknya berkembang apa adanya, bahkan
optimal. jarang berinteraksi dan memberikan stimulasi
kepada anak dengan dibiarkan bermain
Hasil penelitian menjelaskan bahwa sendiritanpa ada teman sebaya atau orang yang
perkembangan personal sosial anak yang dapat mengawasi perkembangan yang bisa
mengikuti PAUD sebanyak 76 (96,2%) dengan mengarahkan gerakan perkembangan yang
perkembangan kategori normal dan 3 (3,8%) sesuai dengan tahapan umur anak. Sementara
kategori suspect. Pada anak yang tidak ibu sibuk bekerja atau mengurus saudara yang
mengikuti PAUDsebanyak 46 (75,4%) kategori lain terutama yang memiliki adik bayi.
normal dan 15 (24,6%) dalam kategori suspect.
Anak yang mengikuti PAUD mendapatkan Hasil penelitian ini didukung penelitian tentang
stimulasi yang lebih baik dan terarah, yang dampak persaingan saudara kandung (sibling
didapatkan melalui program pendidikansesuai rivaly) pada anak usia dini, bahwa dampak
usianya seperti pengenalan berbagai sikap dan sibling rivalry pada anak akan dirasakansecara
119
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

berbeda oleh masing-masing anak, tergantung diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi
pada karakter anak masing-masing serta pola anak-anaknya. Hal ini akanberpengaruh
asuh orangtua. Lingkungan juga mempengaruhi terhadap perkembangan anak (Ismira, 2008).
pada dampak yang terjadi terhadap anak.Sikap Anak yang mengikuti PAUD memiliki
orang-orang terdekat disekitarnya dapat perkembangan sosial yang lebih baik dari pada
menambah munculnya dampak yang terjadi anak yang tidak mengikuti PAUD. Pernyataan
pada anak, dampak terhadap saudara dan tersebut didukung teori Soetjiningsih (2005)
dampak terhadap orang lain (Putri, Deliana & yang menyatakan adanya lingkungan yang baru
Hendriyani, 2013).Hal tersebut menunjukan dimana responden yang mengikuti PAUD lebih
bahwa orang tua terutama ibu memiliki peran banyak berinteraksi dengan teman sebaya,
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. sehingga interaksi yang terjalin baik antar
Penelitian ini juga di dukung penelitian oleh sesama murid ataupun dengan guru dapat
Werdiningsih dan Astarani (2012),tentang mempengaruhi perkembangan sosial. Hal ini
peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar dapat disimpulkan bahwa lingkungan
anak terhadap perkembangan anak usia memberikan pengaruh bagi perkembangan
prasekolah, bahwa terdapat hubungan peran ibu personal sosial anak, dimana di PAUD anak
dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak dapat menemukan teman baru dan melatih anak
terhadap perkembangan motorik halus, motorik untuk bersosialisasi serta saling berinteraksi
kasar dan personal sosial anak. yang lebih luas, tidak hanya dengan orang
terdekat saja akan tetapi anak dengan teman-
Stimulasi paling banyak didapatkan dari temannya.
lingkungan terdekat anak.Keluarga atau
orangtua, khususnya ibu, merupakan Hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan
lingkungan pertama dan utama bagi seorang motorik halus anak yang mengikuti PAUD
anak balita. Peran seorang ibu dalam sebanyak 78 (98,8%) dengan perkembangan
pengasuhan anak, juga dalam pemberian kategori normal dan 1 (1,3%) kategori suspect.
stimulasi pada anak sangat besar. Interaksi Pada anak yang tidak mengikuti PAUD
antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sebanyak 50 (82%) kategori normal dan 11
sangat bermanfaat bagi proses perkembangan (18%) dalam kategori suspect. Anak yang
anak secara keseluruhan karena orang tua dapat mengikuti PAUD mendapatkan banyak sarana
segera mengenali kelainan proses atau alat bantu, kejelian dan rangsangan
perkembangan anaknya dan sedini mungkin permainan yang variatif dan edukatif untuk
untuk memberikan stimulasi pada tumbuh memberikan stimulasi perkembangan pada
kembang anak secara menyeluruh. Karena itu anak. Pendidikan di PAUD mengajarkan
diperlukan pengetahuan dan sikap yang benar kepada anak untuk belajar menggunakan jari
oleh ibu tentang pemberian stimulasi agar tangan seperti menggoyangkan ibu jari,
perkembangan anak dapat optimal (Hariweni, memegang pensil, menggambar sesuai minat
2005). atau memungut benda-benda yang tergolong
kecil seperti belajar menyusun kubus, puzzle,
Anak yang mengikuti PAUD akan tetapi masih ular tangga, dan permainan edukatif yang
masuk dalam kategori suspect dan pada anak mendukung perkembangan anak. Untuk
yang tidak mengikuti PAUD dan mampu mendukung perkembangan anak, anak
menapai tugas perkembangannya hal ini di membutuhkan alat bermain, baik untuk bermain
karenakan beberapa faktor, salah satunya yaitu sendirimaupun bermain secara kelompok. Alat
pola asuh orang tua.Orangtua memiliki cara dan bermain yang paling efektif untuk anak balita
pola tersendiri dalam mengasuh dan adalah jenis alat permainan edukatif (APE).Alat
membimbing anak. Polaasuh orangtua permainan edukatif (APE) merupakan alat
merupakan gambaran tentang sikap dan permainan yang dapat mengoptimalkan
perilaku orangtua dan anak dalamberinteraksi, perkembangan anak, disesuaikan dengan usia
berkomunikasi selama mengadakan kegiatan dan tingkatperkembangannya, serta berguna
pengasuhan.Kegiatan memberikan pengasuhan, untuk anak (Ngastiyah, 2005).Penelitian lain
orangtua akan memberikan perhatian, menjelaskan bahwa bahwa stimulasi
peraturan, disiplin, hadiahdan hukuman, serta menggunakan APEberpengaruh terhadap
tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perkembangan anak (Nurlailis, 2010).
perilaku, dan kebiasaanorangtua selalu dilihat,
dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian Anak yang tidak mengikuti PAUD
semua itu secara sadar atautidak sadar akan padaperkembangan motorik halusnya yang
120
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

belum tercapai mengalami kegagalan dalam mengucapkan kembali kata demi kata. Adanya
memenuhi tahap perkembangannya sesuai tahap buku bacaan anak dan gambar edukatif serta
perkembangan usia anak, seperti :tidak dapat berbagai warna juga penting karena akan
mencontoh gambar lingkaran dan tanda tambah menambah kemampuan berbahasa. Anak yang
atau silang. Di rumah anak tidak di ajarkan atau mengikuti PAUD juga memiliki perkembangan
dilatih seperti memegang benda kecil agar dapat bahasa yang lebih baik dari pada responden
merangsang perkembangan motorik halus. Di yang tidak mengikuti PAUD. Guru PAUD
rumah anak tidak mempunyai banyak alat bantu memberikan pendidikan bahasa yang mudah
permainan yang variatif dan edukatif untuk dimengerti oleh anak membacakan buku bacaan
memberikan stimulasi pada anak seperti yang karena akan menambah perbendaharaan kata
ada di PAUD. Hal ini di karenakan kurangnya anak (Kania, 2011).
pengetahuan orang tua dalam mendidik atau
mengajarkan anak sesuai dengan tahapan usia Anak yang tidak mengikuti PAUD yang belum
anak dengan membiarkan anak bermain sendiri mencapai kemampuan berbahasa ini saat
atau dengan pengasuh ketika orang tua bekerja. diberikan pertanyaan anak gagal dalam
menjawab pertanyaan, hal ini dibuktikan saat
Perkembangan motorik halus anak yang tidak anak ditanya apa kegunaan benda seperti : meja,
mengikuti PAUD yangtercapai dikarenakan topi, bola, anakhanya diam atau kadang
sebagian besar orang tuamemberikan stimulasi menjawab namun salah. Di samping itu, anak
dengan alat bantu permainan yang variatif dan mengucapkan sebuah kata dengan jelas tetapi
edukatif seperti yang ada di PAUD. Adapun tidak dapat mengucapkan sebuah kata yang
pada anak yang mengikuti PAUD akan tetapi sedikit lebih sulit untuk dimengerti seperti
masih terdapat yang masuk dalam kategori menyebutkan kegunaan benda dan mengartikan
suspect dikarenakan orang tua saat di rumah kata. Kurangnya komunikasikarena kesibukan
tidak memberikan stimulasi seperti di PAUD. orang tua, pengetahuan orang tuayang tidak
Anak hanya mendapatkan stimulasi saat di pandai bercerita terhadap putra atau putrinya
PAUD dan orang tua beranggapan bahwa anak serta imajinasi dalam bercerita merupakan
sudah mendapatkan stimulasi di PAUD sudah kendala yang sering dialami, sehingga
cukup. Anak yang mengikuti PAUD memiliki kemampuan kosa kata pada responden menjadi
perkembangan motorik halus yang lebih baik terhambat. Salah satu faktor yang
dari pada responden yang tidak mengikuti mempengaruhi perkembangan bahasa adalah
PAUD. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan rangsangan yang diberikan oleh orang tua atau
di PAUD terbukti meningkatkan perkembangan lingkungan sekitar anak. Hal tersebut didukung
motorik halus responden. Hal ini sesuai dengan oleh penelitian Sari, Pohan dan Sobirun (2012),
pernyataan Hidayat (2005), bahwakebutuhan bahwa komunikasi dalam keluarga memberikan
stimulasi atau upaya merangsang anak untuk pengaruh dalam perkembangan bahasa anak pra
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun sekolah.
ketrampilan baru ternyata sangat penting dalam
peningkatan kecerdasan anak.Stimulasi yang Menurut teori yang dikemukakan Sudono
beragam merupakan suatu kebutuhan dasar (2006), pekerjaan orang tua yang menyita
yang harus diperhatikan dan diberikan oleh waktu sehingga kurang berinteraksi dengan
orang tua. anak serta tingkat pendidikan orang tua yang
rendah juga dapat mempengaruhi
Hasil penelitian perkembangan pada anak yang perkembangan bahasa anak yang
mengikuti dan tidak mengikuti PAUD bahwa memungkinkan juga akan mengalami
perkembangan bahasa anak yang mengikuti mengalami hambatan. Pada anak yang tidak
PAUD keseluruhan anak 79 (100%) dengan mengikuti PAUD, anak hanya bermain dengan
perkembangan kategori normal. Pada anak yang dirinya sendiri tanpa ada yang memberi
tidak mengikuti PAUD sebanyak 53 (86,9%) pengawasan, perhatian dan memberi contoh
kategori normal dan 8 (13,1%) dalam kategori perilaku yang positif sehingga perbendaharaan
suspect. Anak yang mengikuti PAUD kata yang dimiliki oleh anak yang tidak
mendapatkan stimulasi yang lebih terarah mengikuti PAUD kurang atau sedikit.
seperti bernyanyi bersama seperti menyebutkan Pendidikan di PAUD memberikan rangsangan
anggota tubuh manusia, lagu dinyanyikan untuk dapat melatih perkembangan bahasa
dengan berbagai gerakan dan menunjukkan dengan saling berbagi cerita. Metode
gambar serta warna sehingga akan pembelajaran tersebut juga diungkapkan oleh
mempermudah anak untuk mengingat dan Suyanto (2005) dengan presentasi dan
121
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

cerita.Metode ini baik digunakan untuk kemampuan manipulative lebih banyak


mengungkap kemampuan, perasaan, dan melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain
keinginan anak. Setiap hari guru dapat meminta dari tubuh kita juga dapat digunakan.Bentuk-
dua atau tiga orang anak untuk bercerita apa bentuk kemampuan manipulative terdiri dari :
saja yang ingin diungkapkan. Gerakan mendorong (melempar, memukul,
menendang), dan gerakan menerima
Hasil penelitian tentang perkembangan motorik (menangkap) obyek.Perkembangan motorik
kasar anak yang mengikuti PAUD sebanyak 79 kasar pada anak usia pra sekolah yang
(100%) dan anak yang tidak mengikuti PAUD mengikuti dan tidak mengikuti PAUD masuk
sebanyak 61 (100%) dengan perkembangan dalam kategori normal karena hal ini biasa
kategori normal.Pada perkembangan motorik dilakukan dalam aktifitas sehari-hari seperti
kasar, presentase responden yang mengikuti dan berjalan, melompat, melempar, mendorong,
tidak mengikuti PAUD mengalami mengangkat, dan sebagainya.
perkembangan normal. Permainan variatif yang
diajarkan oleh guru pada anak yang mengikuti Uji statistik menggunakan Chi-Squaredari
PAUD, dapat merangsang perkembangan anak perkembangan anak yang mengikuti PAUD
untuk ikut secara aktif bergerak seperti yang sebanyak 72 (91,1%) kategori normal dan 7
diarahkan oleh guru seperti permaian ular- (8,9%) kategori suspect. Sedangkan anak yang
ularan dan berbagai alat permainan edukatif tidak mengikuti PAUD sebanyak 36 (59,0%)
seperti bola dunia merupakan salah satu sarana kategori normal dan 25 (41%) kategori
bermain yang disukai oleh anak. Pendidikan di suspect.Hasil uji statistik menggunakan Chi-
PAUD mengajarkananaksesuai dengan Square didapatkan nilai pvalue0,000
tingkatan umur, sehingga perkembangan (pvalue<0,05) sehingga dapat disimpulkan
motorik kasar dapat dievaluasi secara baik. terdapat perbedaan yang signifikan antara
Untuk perkembangan motorik kasar juga perkembangan anak usia pra sekolah (3-5
diperlukan stimulasi yang terarah dengan tahun) yang mengikuti dan tidak mengikuti
bermain, latihan-latihan atau olahraga (Kania, pendidikan anak usia dini (PAUD).
2011).
Penelitian ini sesuai dengan teori Fathani
Perkembangan motorik kasar pada anak yang (2008), bahwa anak-anak yang mengikuti
tidak mengikuti PAUD juga menunjukkan PAUD mendapatkan kurikulum program
perkembangan normal karena gerakan motorik pembelajaran yang ditunjang dengan sarana dan
kasar biasa dilakukan seperti aktifitas sehari- prasarana yang cukup lengkap, sehingga tujuan
hari seperti menggoyangkan jari-jari tangan, pembelajaran bagi anak akan tercapai.
berjalan, naik turun tangga, melempar, dan Pelaksanaan PAUD yang efektif sangat
sebagainya. Hal ini sesuai dengan teori bermanfaat bagi perkembangan yaitu melalui
Suparyanto(2012), bahwa anak usia prasekolah pemberian kesempatan pada anak untuk
harus sudah mampu menggerakkan seluruh memperoleh pengalaman langsung dari
anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan- berbagai permainan yang variatif dan edukatif
gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun dengan aktifitas pembelajaran yang sesuai.
tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua Selain itu pelaksanaan PAUD yang efektif juga
gerakan sekaligus seperti melompat sambil dapat memotivasi anak untuk memikirkan dan
melempar bola. mengemukakan jawaban yang benar terhadap
suatu konflik. Pendidikan anak usia dini juga
Teori Samsudin (2005), mengungkapkan memberikan kesempatan pada anak untuk
motorik kasar merupakan aktifitas dengan melakukan berbagai kegiatan sehingga dapat
menggunakan otot-otot besar yang meliputi mengembangkankemampuannya (Theo &
gerak dasar lokomotor, non lokomotor dan Martin, 2004).
manipulative. Kemampuan lokomotor
digunakan untuk memindahkan tubuh dari suatu Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat perkembangan anak, salah satunya adalah
tubuh ke atas seperti :berlari dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri
melompat.Kemampuan non lokomotor terdiri dari lingkungan pranatal dan postnatal.Salah
dari menekuk dan meregang, mendorong dan satu faktor lingkungan postnatal yang
menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat mempengaruhi perkembangan adalah
dan memutar, mengocok, melingkar, lingkungan psikososial (Soetjiningsih, 2005).
melambungkan dan lain-lain.Adapun Faktor lingkungan psikososial yang berupa
122
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

stimulasidalam pemenuhan kebutuhan dasar lebih baik dibandingkan dengan anak yang
anak dalam situasi formal dapat menunjang tidak mengikuti PAUD.
optimalnya perkembangan anak. Terkait dengan
faktor psikososial yaitu stimulasi bahwa 2. Guru
stimulasi sangat penting bagi perkembangan Memberikan penghargaan (reward) bagi anak
anak agar optimal, hal ini dapat diperoleh baik didiknya untuk merangsang peningkatan respon
dari orang tua maupun pendidikan formal. positif yang pada akhirnya diharapkan respon
Pendidikan yang tepat untuk memberikan perkembangan anak meningkat. Pada anak
stimulasi pada anak usia pra sekolah yaitu dengan keterlambatan perkembangan sebaiknya
PAUD. Dari hasil penelititian tentang tingkat guru berusaha untuk memberikan stimulasi
perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 khusus untuk merangsang perkembangan anak,
tahun) yang mengikuti dan tidak mengikuti guru mengkomunikasikan dengan orangtua
PAUD di Desa Protomulyo Kecamatan anak tentang keterlambatan anak tersebut untuk
Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal bahwa dikonsultasikan ke dokter anak atau petugas
anak yang mengikuti PAUD memiliki tingkat kesehatan sehingga upaya penyembuhan serta
perkembanganpersonal sosial, motorik halus, pemulihan dapat diberikan dengan indikasi
bahasa, serta motorik kasar yang lebih baik dari yang jelas sedini mungkin pada masa-masa
anak yang tidak mengikuti PAUD. kritis proses tumbuh kembang.

SIMPULAN DAN SARAN 3. Petugas Kesehatan


Simpulan Diharapkan petugas kesehatan dari puskesmas
1. Anak yang mengikuti dan tidak mengikuti atau dari wilayah terdekat dapat mengadakan
PAUD banyak memiliki perkembangan acara atau minimal dalam kegiatan posyandu
personal sosial dalam kategori normal. untuk memberikan penyuluhan pada warga
2. Anak yang mengikuti dan tidak mengikuti tentang pentingnya mengetahui perkembangan
PAUD banyak memiliki perkembangan anak sedini mungkin agar mengetahui
motorik halus dalam kategori normal. penyimpangan secara dini sehingga upaya
3. Anak yang mengikuti dan tidak mengikuti pencegahan, upaya stimulasi dan upaya
PAUD banyak memiliki perkembangan penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan
bahasa dalam kategori normal. dengan indikasi yang jelas sedini mungkin.
4. Anak yang mengikuti dan tidak mengikuti
PAUD memiliki perkembangan motorik 4. Bagi peneliti selanjutnya
kasar dalam kategori normal. Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan
5. Ada perbedaan yang bermakna atau untuk penelitian yang selanjutnya dengan
signifikan antara perkembangan anak usia jumlah sampel yang lebih besar, variabel yang
pra sekolah yang mengikuti dan tidak lebih lengkap. Diharapkan peneliti lain dapat
mengikuti PAUD di Desa Protomulyo mengembangkan dengan menambah variable
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten seperti factor asupan gizi anak, sehingga dapat
Kendal. diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan
lebih variatif.
Saran
1. Orang tua DAFTAR PUSTAKA
Bagi orang tua, hendaknya orangtua dapat Apriana, R. (2009). Hubungan Pendidikan Anak
memantau dan peka tehadap perkembangan Usia Dini (PAUD) dengan Perkembangan
anak dengan aktif datang ke posyandu dan Kognitif Anak Usia Dini Prasekolah di
memberikan stimulasi untuk perkembagan Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan
anak. Pada orang tua yang mengikutsertakan Banyumanik. Universitas Diponegoro
anak ke PAUD perlu meningkatan stimulasi Semarang.
anak pada saat anak tidak hanya dalam proses
belajar di sekolah tetapi juga pada saat orangtua Arikunto.,& Suharsimi. (2006). Prosedur
berada di rumah, sehingga diharapkan Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
perkembangan anak akan tumbuh dengan lebih Jakarta: Rineka Cipta.
baik. Pada orangtua anak yang tidak
mengikutkan anaknya ke PAUD, diharapkan Christiari., Syamlan., &Kusuma.
perlu memasukkan anaknya kePAUD, karena (2013).Hubungan Pengetahuan Ibu
sesuai dengan hasil penelitia nanak yang tentang Stimulasi Dinidengan
mengikuti PAUD memiliki perkembangan yang Perkembangan Motorik pada Anak Usia
123
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

6-24 bulandi Kecamatan Mayang Komara., Yulianti., Budhi., wahyuningsih., &


Kabupaten Jember. Universitas Jember. Ester. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik, Volume 2. In Wong.,
Depkes. (2006). Stimulasi, deteksi, dan Hockenberry., Wilson., Winkelstein.,&
intervensi dini tumbuh kembang anak di Schwartz. (Eds). Jakarta : EGC.
tingkatpelayanan kesehatan dasar.
Jakarta: Direktorat Departemen Maryatun.,&Hayati. (2010). Pengembangan
Kesehatan. program pendidikan anak usia dini.
Yogyakarta: Universitas Negri
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyani, N. (2014). Orang tua, Guru Pertama
Dikti. (2010). Naskah akademik dan Rambu- bagi Anak.(2014, 20
rambu Penyelenggaraan PG PAUD. Oktober).http://satelitnews.com/orang-
Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan. tua-guru-pertama-bagi-anak/.

Ester, M. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Naluri, D. (2012).Pendidikan anak usia dini
Keperawatan Anak.In Supartini, Y. (Ed). dari pengalaman. (2015, 8 Februari).
Jakarta : EGC. http://nengkoala.com/2012/04/20/pendidi
kan-anak-usia-dini-belajar-dari-
Ester, M. (2005). Perawatan Anak Sakit 2. In pengalaman-arvind-di-childcare-
Ngastiyah. (Ed). Jakarta: EGC. australia/.com

Fatimah, E. (2010). Psikologi perkembangan : Notoatmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian


Perkembangan peserta didik. Jakarta : Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Pustaka Setia.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan
Gutama. (2006). Standart perkembangan Metodologi Penelitian Ilmu
PAUD. (2014, 29 Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis
September).http://www.infopendidikanki dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
ta.com. Jakarta: Salemba Medika.

Hasinuddin, M. (2010). Modul Anticipatory Nuryanto, A. (2007). Statistika untuk


Guidance Terhadap Perubahan Pola Asuh Penelitian. In Sugiono. (Ed). Bandung :
Orang Tua Yang Otoriter Dalam Alfabeta.
Stimulasi Perkembangan Anak. Madura :
Stikes Ngudi Husada Madura. Saadah., &Nurlailis. (2010). Pengaruh Alat
Permainan Edukatif (APE)Terhadap
Irmawati. (2007). Analisis Hubungan Fungsi Perkembangan Anak Usia Todlerdi
Manajemen Pelaksana KegiatanStimulasi Posyandu II Dukuh Sungwi Desa
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh SugihwarasKecamatan Maospati
Kembang (SDIDTK) denganCakupan Kabupaten Magetan. Jurnal Penelitian
SDIDTK Balita dan Anak Pra Sekolah di Kesehatan Suara Forikes.
Puskesmas KotaSemarang.Universitas
Diponegoro Semarang. Sari., Pohan., & Sobirun. (2012). Hubungan
Antara Komunikasi Dalam Keluarga
Kania, N. (2010). Stimulasi tumbuh kembang dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia
anak untuk mencapai tumbuh kembang Pra Sekolah Di TK Tunas Rimba
yang optimal.(2015, 8 Februari). Mranggen Demak. STIKes Telogorejo.
.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/upl Siswono. (2004). Hubungan Tingkat
oads/2010/02/stimulasitumbuhkembang.a Pengetahuan Ibu Dengan Stimulasi Pada
nak_optimal.pdf Anak. (2015, 8 Februari).
http://yasir.com./pengetahuan-ibu-
Kemdikbud. (2013). Pendidikan Anak Usia stimulasi-anak/.
Dini. (2014, 20 Oktober).
http://Paud.Kemdikbud.Go.Id/Main.

124
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 114 - 125, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Sjabana, D. (2005). Pengantar Ilmu Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter Usia


Keperawatan Anak 1. In Hidayat, A. Dini (Strategi membangun karakter di
(Ed). Jakarta : Selemba Medika. usia emas). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soetjiningsih. (2005). Tumbuh Kembang Anak. Wulandari. (2009). Perbedaan Kematangan


Jakarta : EGC. Sosial Anak Ditinjau Dari Keikutsertaan
Pendidikan Prasekolah
Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia (Playgroup).Universitas Muhammadiyah
Dini : Pengantar dalam Berbagai Surakarta.
Aspeknya. Jakarta : Prenada Media
Group. Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan
Anak & Remaja. Bandung : Remaja
Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar pendidikan Rosdakarya.
anak usia dini. Yogyakarta: Hikayat.

Werdiningsih, A. (2012). Peran Ibu Dalam


Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak
Terhadap Perkembangan Anak Usia
Prasekolah. Stikes Rs Baptis Kediri.

125
P-ISSN : 2302-3082
E-ISSN : 2657-1978

Tersedia online dihttps://akbid--dharmahusada-kediri.e-journal.id/JKDH/index

KELAS PIJAT BAYI : PENINGKATAN KETRAMPILAN IBU DALAM


MEMBERIKAN PIJAT BAYI
BABY MASSAGE CLASS : IMPROVING THE SKILLS OF MOTHER‘S
MASSAGE PRACTICES
Lilik Ariyanti1, Sevy Astriyana2, Fatchurrohmah Ines P3
Program Studi DIV Fisioterapi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional.
1,2,3

Email: lilik.ariyanti@stikesnas.ac.id, b physio.astriyana.s@stikesnas.ac.id


physio.astriyana.s@stikesnas.ac.id,cphysio.ines@stikesnas.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Sejarahartikel: Pijat bayi memberikan manfaat bagi ibu dan bayi.Kurangnya


bayi.
Menerima2 September 2019 informasi tentang teknik pijat bayi menyebabkan para ibu tidak
Revisi25 September 2019
Diterima 30 September 2019 memijat bayinya secara mandiri
mandiriPemberian
Pemberian kelas pijat bayi diharapkan
Online 10 Oktober 2019 dapat memberikan keterampilan kepada ibu agar lebih maksimal
Kata kunci: dalam meningkatkan tumbuh kembang anak secara mandiri Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kelas pijat bayi terhadap
Tumbuh kembang, peningkatan keterampilan ibu.
kelas pijat bayi, Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain quasi experiment
e dengan
keterampilan pendekatan non randomized pre and post test with control group design.
design
Populasi pada penelitian ini yaitu semua ibu yang memiliki bayi usia
0-12
12 bulan. Teknik sampling menggunakan total sampling diperoleh
sampel sebanyak 38 responden. Pada penelitian ini menggunakan dua
variabel yaitu variabel independen adalah keterampilan
mpilan ibu
i melakukan
pijat bayi dan variabel dependen adalah kelas pijat bayi. Pengumpulan
Keywords: data menggunakan checklist.
Growth and development, Hasil uji perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test untuk keterampilan ,
baby massage class, skills didapatkan nilai Z sebesar -2,046 dengan pvalue 0,041 (kelompok
kontrol) dan nilai Z sebesar -3,826 dengan pvalue 0,000 (kelompok
perlakuan)
perlakuan).. Sedangkan untuk uji beda pengaruh antara kelompok
perlakuan dan kel
kelompok kontrol mendapatkan p value 0,000.
Kesimpulanpenelitian ini terdapat perbedaan pengaruh kelas pijat
bayi
bayipada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
ABSTRACT

Baby mas
massage provides benefits for mother and baby. Information about baby
massage techniques causes mothers not to massage their babies independently
inde
Baby massage classes wewere
re expected to be able to provide training
tra for mothers
so that they we were
re more leverage in promoting children's growth and
development independently.. The purpose of this study was to determine effect
of baby massage classes on improving maternal skills.
This quantita
quantitative research used a quasi-experimental
experimental design using non-
non
random pre and post test with a control group design. The population this
study were all mothers who had babies aged 00-12 12 months. The sampling
technique use
used total sampling obtained by a sample of 38 respondents. In this
t
study using two variables, independent variable is the mother's skill and
dependent variable was the baby massage sage class. Data collection used a
checklist.
89 | Jurnal Kebidanan Vol.8 No. 2 Oktober 2019
The Wilcoxon Signed Rank Test for the skills test results obtained a Z value
of -2.046 with p value 0.041 (control group) and Z value -3.826 with a p
value of 0,000 (experiment group). While for the test the difference between
the experiment group and the control group getp value 0,000. The conclusion
of this study wasdifferent effect on baby massage classes for experiment and
control group.

1. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Sustainable Development untuk menambah kelekatan hubungan orang
Goals (SDGs) dalam rangka mencapai tua-batin. 8 Sejak 1990-an,ibu, perawat ibu dan
masyarakat Indonesia yang sejahtera dan merata anak mulai tertarik untuk mempelajari lebih
adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB) lanjut pijat bayi dan mencari informasiuntuk
sekurang-kurangnya 12 per 1.000 kelahiran pijat bayi dengan mendaftar di kelas-kelas di
hidup pada 2030 1. Angka Kematian Bayi di seluruh negara. Informasi berbagi untuk pijat
Indonesia sampai saat ini menunjukkan adanya bayi denganibu dan perawat akan melangkah
kecenderungan penurunan. Namun penurunan jauh untuk meningkatkan kesehatan
tersebut belum mencapai target bila bayi,mempromosikan ikatan dan mengurangi
dibandingkan dengan angka kematian di negara kekerasan remaja. 9,10,11
ASEAN lainnya2. Pada tahun 2017, AKB Pijatan pada bayi memberikan banyak
mencapai 24 per 1000 kelahiran hidup3. Oleh manfaat. Pijat bayi meningkatkan interaksi
karena itu, pemerintah memerlukan dukungan antara ibu-bayi.12,13Bal Yilmaz dan Conk meneliti
dari berbagai pihak untuk meningkatkan tentang efek pijat bayi selama empat bulan
kesehatan bayi di Indonesia. terhadap durasi tidur bayi. Penelitian ini
Berbagai faktor risiko kematian bayi melaporkan bahwa durasi tidur bayi meningkat
dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan anak ketika para ibu menerapkan terapi pijat pada
serta keadaan kelahiran3. Penyebab kematian mereka.14
bayi antara lain kurangnya stimulus dan nutrisi, Fakta di masyarakat saat ini, walaupun
berat badan lahir rendah (BBLR), pnemonia, dan pijat bayi memiliki banyak manfaat yang besar
lain sebagainya4. Oleh karena itu pemerintah dan bagi bayi dan orang tua, namun banyak orang
para ahli telah sepakat bekerja sama tua yang tidak mau memijat bayinya sendiri
meningkatkan kesehatan bayi dengan berbagai dengan alasan takut salah memijat dan
cara. Salah satunya adalah menanamkan dan menyakiti bayinya. Penyebab ibu tidak mau
mendeminasi konsep terapi sentuhan/pijat untuk memijat bayinya secara mandiri karena
meningkatkan daya tahan tubuh dan bonding kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya
antaraibu dan anak.5 pijat bayi secara mandiri sehinggamenimbulkan
Tahun pertama kehidupan sangat penting sikap dan perilaku ibu negatif terhadap stimulasi
bagi perkembangan psikologi bayi.6 Rasa pemijatan bayi secara mandiri2.
kepercayaan antara ibu dan bayi mulai terbentuk Pendidikan kesehatan tentang manfaat
pada masa ini.7 Salah satu cara untuk dan teknik pijat bayi dapat diberikan untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang adalah meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga
dengan cara stimulasi sejak dini. Stimulasi orang tua dapat melakukan pijat bayi secara
tumbuh kembang yang baik dapat diberikan mandiri. Pendidikan kesehatan merupakan
oleh orang tua kepada anaknya mulai dari bayi. segala upaya yang direncanakan untuk
Stimulasi atau rangsangan yang baik untuk anak mempengaruhi orang lain baik individu,
dapat diberikan oleh orang tua untuk kelompok atau masyarakat sehingga mereka
perkembangan potensinya secara maksimal. melakukan apa yangdiharapkan oleh pelaku
Pijat bayi merupakan keterampilan kuno pendidikan di bidang kesehatan.15
yang dipraktikkan sebagai sarana yang efektif

Jurnal Kebidanan Vol.8 No. 2 Oktober 2019 | 90


P-ISSN : 2302-3082
E-ISSN : 2657-1978

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian untuk pemijatan, refleks pada bayi, gerakan pijat
kuantitatif dengan desain quasi eexperimentdengan bayi, waktu yang tepat dan tidak tepat memulai
pendekatan non randomized pre and post test pijatan pada bayi.
withcontrol group design. Pengambuilan data
Penelitian dilakukan di Desa Pranan
menggunakan checklist yang diambil dari buku
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
manual pijat bayi yang diterbitkan oleh
Dengan variabel bebas adalah kelas pijat bayi
International
nternational Assosiation of Infant Massage
Massage.16 Kelas
dan variabel terikatnya adalah keterampilan
keterampila
pijat bayi dilakukan dengan tatap muka 5 kali
ibu.Populasi penelitian sebanyak 38 orang yang
pertemuan dengan durasi waktu 60 menit setiap
kemudian
udian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu satu
pertemuan. Materi yang disampaikan adalah
kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol.
keuntungan pijat bayi, minyak yang digunakan

Gambar 1. Rancangan penelitian

Uji statistik yang digunakan untuk 3. DISKUSI


melihat pengaruh pemberian kelas pijat bayi Ibu pada penelitian ini memiliki
terhadap keterampilan ibu dalam melaksanakan karakteristik yang beragamdalam setiap
praktik pijat bayi secara mandiri menggunakan kelompok. Perbandingan
erbandingan karakteristik ibu pada
uji statistik Wilcoxon. Sedangkan untuk kelompok perlakuan dan kelompok ke kontrol
mengetahui beda
eda pengaruh kelas pijat terhadap disajikan dalam tabel 1. Tidak ada perbedaan
keterampilan ibu pada dua kelompok yang signifikan karakteristik ibu dengan
menggunakan uji Mann Whitney Test. keterampilan pijat bayi (p>0,05
p>0,05).
Tabel 1. Karakteristik ibu
bu di kelompok perlakuan dan kontrol
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Karakteristik Ibu
n % n %
Usia (tahun)
<20 Tahun 1 5,3 1 5,3
20-35 Tahun 12 63,2 16 84,2
>36 Tahun 6 31,6 2 10,5
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah 1 5,3
SD/Sederajat 2 10,5 4 21,1
SMP/Sederajat 6 31,6 3 15,8
SMA/Sederajat 7 36,8 8 42,1
Perguruan Tinggi 3 15,8 4 21,1
Pendapatan keluarga
Dibawah UMR 11 57,9 10 52,6
Diatas UMR 8 42,1 9 47,4
Total 19 100,0 19 100,0

91 | Jurnal Kebidanan Vol.8 No. 2 Oktober 2019


Tabel 2 menunjukkan hasil uji statistik pengaruh secara statistik signifikan (p <0,001).Rata-rata
pemberian kelas pijat bayi terhadap pretes total ibu kelompok kontrol adalah
keterampilan ibu. Ditemukan bahwa rata-rata 18,21±6,28 dan rata-rata total postes yang
pretes dari kelompok perlakuan (16,00±5.35) diperoleh (19,95±5,95) sedikit meningkat, dengan
meningkat setelah mendapatkan kelas pijat perbedaan antara kelompok yang signifikan
(40,68±11.23) dan perbedaan antara kelompok secara statistik (p <0,05).

Tabel 2. Hasil Uji Statistik antara dua kelompok Asosiasi Pijat Bayi Internasional
Hasil uji statistik Pre -Test mempromosikan
Post-test pentingnya pijat
p b bayi untuk
M±SDa mengembangkan
M±SD hubungan orang tua dan bayi.
Oleh karena itu keterampilan orang tua perlu
Kelompok perlakuan (n-19) 16,00±5.35 40,68±11.23 0,001
ditingkatkan dengan keikutsertaan dalam kelas
Kelompok kontrol (n=19) 18,21±6,28 19,95±5,95 0,041
pijat.18
Catatan :
a : M adalah total nilai rata-rata ibu dalam kelompok Pijat adalah salah satu cara termudah dan
eksperimen dan kontrol terhadap pengukuran pretest paling alami untuk membangun sentuhan dan
dan posttest. kontak mata yang meningkatkan keterikatan
b : Wilcoxon Signed Rank Test
antara ibu dan bayi18,19. Ada pengaruh
pemberian kelas pijat pada keterampilan ibu
Untuk uji beda pengaruh dengan uji Mann-
pada kelompok intervensi maupun kelompok
Whitney test mendapatkan hasil terdapat
kontrol akan tetapi nilai keterampilan ibu pada
perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi
kelompok intervensi lebih baik daripada
kelas pijat bayi dengan kelompok kontrol, hal ini
kelompok kontrol.
ditunjukkan dengan nilai signifikansi p = 0,000.
Peningkatan keterampilan ibu dapat
Pijat bayi adalah teknik sederhana, murah
diberikan melalui diadakannya kelas pijat bayi.
dan efektif untuk mendukung perkembangan
Kepercayaan diri pada ibu akan terbentuk
bayi. Pijat bayi diterima sebagai praktik baru
karena kelas pijat dapat memberikan
secara bertahap mendapatkan popularitas di
pengetahuan tentang teknik pijat bayi dan ibu
masyarakat; itu dapat dilakukan secara mandiri.
dapat secara mandiri mengaplikasikan pijatan
Namun, banyak ibu tidak tahu bahwa mereka
ini secara mandiri.20Kelas pijat bayi dapat
dapat berkomunikasi dengan bayi mereka
diberikan pada beragam tingkatan pendidikan
dengan sentuhan karena mereka berpikir bahwa
karena dalam penelitian ini peningkatan
mereka dapat dengan mudah menyakiti bayi
keterampilan tidak dipengaruhi oleh latar
mereka.17
belakang pendidikan.
4. SIMPULAN Pengadaan kelas pijat bayi dapat meningkatkan
Kesimpulan penelitian ini adalah ada keterampilan ibu mengaplikasikan gerakan pijat
perbedaan keterampilan pijat bayi pada kepada bayi mereka
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
5. REFERENSI Kependudukan dan Keluarga Berencana
1. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Nasional
Kesehatan Anak. Jakarta 4. Ronald, HS 2011, Pedoman & Perawatan
2. E. Sastrasuanda, Toto, dkk. Source and Balita Agar Tumbuh Sehat dan Cerdas,
Methodologies Applied in Estimating Child Nuansa Aulia, Bandung
Mortality in Indonesia: Population Cencus. 5. Roesli. U. 2009, Pedoman Pijat Bayi, Trubus
lntercelsal population Survey. SusenasISKRT Agriwidya, Jakarta
and SDKl dalam Proceeding of National 6. Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan
Seminar: Maternal. Infant and Under Five Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba
Mortality in Indoncsia. Biro Pusaat Statistik Medika.
and UNICEF, 1995 7. Muller-Nix, C., Forcada-Guex, M.,
3. BPS. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Pierrehumbert, B., Jaunin, L., Borghini, A.,
Indonesia 2017. Jakarta: Badan Ansermet, F. 2004. Prematurity. Maternal

Jurnal Kebidanan Vol.8 No. 2 Oktober 2019 | 92


P-ISSN : 2302-3082
E-ISSN : 2657-1978

Stress and Mother-Child


Child Interaction. Early 15. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan
Human development, 79, 145-158
158 Perilaku Kesehatan.. Jakarta: RinekaCipta
8. Mainous, R. 2002. Infant Massage as a 16. McClure, V. Infant Massage : A Handbook for
Component of Developmental Care: Past, Loving Parents (Third ed.). London: Souvenir
Present, and Future. Holistic Nursing Practice. PressLtd;2017
17(1):1–7, 17. Gürol, A &Polat, S. 2012. The Effects of Baby
9. Field, T. M. (2002). Preterm infant massage Massage on Attachment between Mother and
therapy studies: An American approach. their Infants. Asian Nursing Research
Seminars in Neonatology, 7, 487
487-494. 18. Simpson, R. 2001. Baby massage classes and
10. Peters, B. (2002). The benefits of baby the work of thee International Association of
massage. www.trusttouch. com Infant Massage. Complementary Therapiesin
11. Steptoe, C. (2002). The benefits of infant or Nursing & Midwifery 7, 25-33
25
baby massage. www. infantmassage.com 19. Matthiesen, A,S., Ransjo-Arvidson,A,B.,
Ransjo
12. Lee, H, K., 2006. The effect Of Infant Massage Nissen, E., & Uvnas--Moberg, K,. 2001.
on Weight, Height and Mother Mother-Infant Postpartum maternal oxytosin release by
Interaction. Journal of Korean Academy of newborn : Effect of Infant Hand Massage
Mass and
Nursing, 36, 1331-1339 Sucking. Birth, 28, 13-19
13. Roesli, U. 2013. Pedoman pijat bayi. Jakarta: 20. Glover, V., Onozawa, K., & Hodgkinson, A.
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. (2002). Benefits of infant massage for mothers
14. Bal Yilmaz,
ilmaz, H., Conk, Z. 2009. The Effect of with postnatal depression. Semin Neonatol, 7,
Massage by Mothers on Growth in Healthy 495-500
Fullterm Infants. International Journal of
Human Sciences, 6

93 | Jurnal Kebidanan Vol.8 No. 2 Oktober 2019

You might also like