You are on page 1of 13

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING

ASI DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12BULAN


DI DESA WATESUMPAK KECAMATAN
TROWULAN MOJOKERTO

*Tri Ratnaningsih, Titis Murti Utami


*STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

Abstract
Breast milks food supplement is a supplement which is given during 6-24 months old
for completed babies nutrition that have not gotten from Breast milk. But there is mother
gives Breast milks supplement early and lately who was not proper by time, type, frequency
and quantity decided. Therefore, the gift of Breast milks food supplement affects the babies
growth such as hard motoric, soft, social and independence. This research went for proving
the relation of Breast milks food supplement precison with babies growth 9-12 months old in
Watesumpak Trowulan Mojokerto. In research used analytical observational designed by case
control. There whose 39 respondents are taken by total sampling. Data collection used Breast
milks food supplement questionnaire and Pre Screening Development Questionnaire. This
research used presentil with cross tab data analysis, so it can be concluded that the hypothesis
of this research can be said that there tendency in relation of giving Breast milks food
supplement accuracy with babies growth of 9-12 months old in Watesumpak Trowulan
Mojokerto. Giving Breast milks food supplement well in time, type, frequency and quantity
can be influenced by education, proffesion, earning, information, society and families
supports. These support the process of babies growth because it is important progress in
constructing the structure and the function of babies body so that the nutrition of babies with
its growth must be balanced to reach the proper growth.

Keywords: Breast milks supplement food, Growth, 9-12 months old babies

PENDAHULUAN yang tepat kepada bayi pada usia tertentu.


ASI merupakan makanan utama dan Makanan yang diberikan kepada bayi harus
pertama bagi bayi. Kandungan yang kaya tepat baik jenis makanan, jumlahnya,
akan berbagai macam kebutuhan yang hingga kandungan gizinya (Lituhayu,
diperlukan oleh bayi, semua berada dalam 2010).
Kenyataan yang ada yaitu masih ada
ASI. Jangka waktu pemberian ASI
ibu yang memberikan makanan
eksklusif yang terbaik bagi bayi adalah
pendamping ASI terlalu cepat atau dini
hingga mencapai usia 6 bulan. Namun
sehingga membuat bayinya sering sakit-
setelah bayi berusia 6 bulan, ia
sakitan seperti demam dan batuk pilek
membutuhkan makanan tambahan yang
karena faktor pelindung ASI sedikit.
dikenal sebagai makanan pendamping ASI
Sehingga pada sejumlah anak dapat
(MP-ASI). Satu hal penting yang harus
menimbulkan reaksi alergi dan bisa
diperhatikan adalah pemberian makanan
mengakibatkan obesitas dan kegemukan
(Yeland, 2008). Sebaliknya, masih ada ibu 1,97 % dari target yang di tentukan (SPM,
yang memberikan makanan pendamping 2009).
Dari Studi pendahuluan yang
ASI dengan terlalu lambat. Hal ini
dilakukan pada tanggal 3 maret 2014 di
menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi
desa Watesumpak Trowulan Mojokerto
lambat, cenderung kurus dan berat badan
sebanyak 15 responden bayi dan ibu bayi
kurang atau tidak sesuai normalnya bahkan
usia 9-12 bulan bahwa 2 bayi (13%) usia 9
gizi buruk terjadi. Jika pemberian MP-ASI
dan 10 bulan mengalami
tidak optimal dan tidak sesuai dengan usia
Perkembangannya Sesuai, 3 bayi (20%)
maka dimungkinkan perkembangan bayi
diantaranya 1 bayi (6,7%) usia 11 bulan
tidak optimal (Kalnins, 2010 dalam Yatty,
dan 2 bayi (13%) usia 12 bulan mengalami
2011).
Berdasarkan hasil Survei Demografi Perkembangan Meragukan, 3 bayi (20%)
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun diantaranya 1 bayi (6,7%) usia 9 bulan dan
2006 sebanyak 13% bayi di bawah dua 2 bayi (13%) usia 12 bulan mengalami
bulan telah diberi susu formula dan satu Perkembangannya Menyimpang dan
dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi hasil wawancara menunjukan bahwa 4 ibu
makanan tambahan (Joomla, 2005 dalam (27%) memberikan MP-ASI usia < 6 bulan
Ulfa Farah, 2012) dan Survei Demografi dengan nasi lumat, pisang kerok maupun
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 bubur susu, sedangkan 1 ibu (6,7%)
menunjukan 30% usia bayi yang kurang memberikan MP-ASI usia 6 bulan dengan
dari 6 bulan mengkonsumsi selain ASI pisang kerok, bubur sereal, nasi lumat dan
diberi makanan, 18% ASI dan susu 2 ibu (13%) memberikan MP-ASI umur >
formula, 9% ASI dan air putih serta 20% 6 bulan dengan pepaya, pisang kerok, nasi
ASI dan juice (Yatty, 2011). Data tersebut tim. Adanya bayi yang mengalami
hanya 41,2% bayi usia 6-23 bulan diberi perkembangan yang meragukan di
makan sesuai anjuran yakni diberi ASI, sebabkan mempunyai penyakit yang
lebih dari 3(tiga) kelompok makanan dan kambuhan, stimulasi yang kurang
dengan frekuensi minimal pemberian diberikan ibu serta interaksi yang kurang
makanan (Depkes, 2010). Sedangkan diberikan ibu karena ibu sibuk dengan
untuk daerah Mojokerto berdasarkan data pekerjaannya. Sedangkan bayi yang
dari SPM pada tahun 2012 bahwa indikator mempunyai perkembangan yang
pemberian makanan pendamping ASI 6-24 menyimpang di sebabkan karena ibu
bulan untuk keluarga miskin tahun 2012 memberikan makanan pendamping ASI
wilayah Mojokerto tercapai dengan hasil yang tidak memenuhi gizi untuk seusia
bayinya akibat dari faktor ekonominya makanan pendamping ASI dengan
yang kurang, stimulasi yang kurang dan perkembangan bayi usia 9-12 bulan di
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Desa Watesumpak Kecamatan Trowulan
Salah satu yang mempengaruhi
Mojokerto. Tujuan penelitian ini adalah
perkembangan adalah pemberian makanan
membuktikan hubungan ketepatan
(Depkes RI, 2010). Pemberian makanan
pemberian makanan pendamping ASI
pendamping ASI pada bayi yang terlalu
dengan perkembangan bayi usia 9-12 bulan
dini dan terlambat dipengaruhi oleh
di Desa Watesumpak Kecamatan Trowulan
beberapa faktor yaitu pendidikan ibu,
Mojokerto.
pengetahuan ibu tentang pemberian MP-
ASI, pekerjaan ibu, dan sikap ibu dalam
METODE PENELITIAN
pemberian MP-ASI. Pemberian makanan
Penelitian ini merupakan penelitian
pendamping ASI yang terlalu dini pada
observasional analitik dengan desain
bayi usia 0-6 bulan dapat menyebabkan
penelitian yang digunakan case control.
gangguan pencernaan, yaitu bayi
Jenis penelitian ini merupakan kebalikan
mengalami diare, gangguan menyusui
dari penelitian kohort. Populasi dalam
karena bayi sudah merasa kenyang
penelitian ini adalah seluruh ibu yang
sebelum bayi menyusui ibunya, beban
mempunyai bayi usia 9 12 bulan beserta
ginjalyang meningkat, alergi terhadap
bayinya yang berjumlah 39 orang di desa
makanan, gangguan pengaturan selera
Watesumpak kecamatan Trowulan
makan dan perubahan selera makan.
Mojokerto. Sampling dalam penelitian ini
Berdasarkan gangguan-gangguan tersebut,
menggunakan Non Probability Sampling
bayi yang terkena diare akan mengalami
adalah pengambilan sampel yang tidak di
penurunan status gizi, tampak lemah,
dasarkan atas kemungkinan yang dapat di
pucat, dan mengalami penurunan berat
perhitungkan, tetapi semata mata hanya
badan sehingga mempengaruhi
berdasarkan kepada segi segi kepraktisan
perkembangan bayi. MP-ASI yang di
belaka.
berikan tidak tepat memberi pengaruh yang
Teknik sampling yang digunakan
kurang baik bagi kesehatan bayi termasuk
adalah sampling jenuh, Sampel dalam
perkembangannya secara keseluruhan
penelitian ini adalah Seluruh ibu yang
(Yatty, 2011).
memiliki bayi yang berusia 9-12 bulan dan
Berdasarkan uraian di atas maka
bayinya di desa Watesumpak, kecamatan
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Trowulan Mojokerto sebanyak 39 orang,
tentang Hubungan ketepatan pemberian
Pada penelitian ini metode pengumpulan
data menggunakan Kuesioner. Untuk bulan sebanyak 26 responden (66,7%).
variabel independen Ketepatan Pemberian Dari hasil penelitian di atas bahwa
MP-ASI diukur dengan menggunakan ketepatan pemberian makanan pendamping
Kuesioner. Sedangkan untuk variabel ASI di sebabkan karena responden
dependen perkembangan bayi diukur memberikan makanan pendamping ASI
dengan menggunakan KPSP (Kuisioner saat umur 6 bulan dengan pisang kerok dan
Pra Skrining Perkembangan). bubur halus dengan frekuensi makan 3-4
kali dalam sehari dengan tambahan
HASIL PENELITIAN makanan selingan seperti biskuit dan
Berdasarkan hasil penelitian di kacang ijo. Pemberian makanan
ketahui bahwa sebagian besar dari pendamping ASI merupakan makanan
responden memberikan makanan tambahan selain ASI yang dapat di berikan
pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia bayi setelah berusia 6 bulan sampai berusia
9-12 bulan dengan tepat sebanyak 26 24 bulan( Aryani, 2010). Dengan
responden (66,7%). Sebagian besar dari responden memberikan makanan
responden memiliki bayi dengan pendamping ASI yang tepat maka sangat
perkembangan sesuai sebanyak 25 mempengaruhi dari pertumbuhan dan
responden (64,1%). Responden yang perkembangan bayi karena seluruh organ-
memberikan MP-ASI tepat usia, sebagian organ pencernaannya sudah mampu untuk
besar bayi mengalami perkembangan yang mengolah makanan yang yang cocok
sesuai sebanyak 23 responden (56,4%); dengan masa usianya sehingga
responden yang tidak memberikan MP- meminimalkan kejadian diare, alergi dan
ASI tepat usia, hampir setengah bayinya metabolisme tubuh tidak mengalami
mengalami perkembangan meragukan gangguan.
Dari hasil penelitian juga
sebanyak 9 responden (23,1%). Sangat
menunjukan Pemberian makanan
sedikit dari responden yang tidak
pendamping ASI yang di berikan ibu di
memberikan MP-ASI secara tepat
pengaruhi oleh lingkungan sekitar
mengalami Perkembangan sesuai sebanyak
rumahnya yang ikut-ikutan dalam
2 responden (5,1%).
pemberian makanan pendamping ASI dan
apalagi salah satu anggota keluarga
PEMBAHASAN
mendukung pemberian makanan
Sebagian besar responden
pendamping ASI walaupun belum belum
memberikan makanan pendamping ASI
berumur 6 bulan tanpa memikirkan
(MP-ASI) secara tepat pada bayi 9-12
dampak ke depannya. Pemberian makanan tingkat SMA dan sebagian responden
pendamping ASI merupakan bentuk setelah SMA juga langsung bekerja dan
perilaku terbuka (Overt behaviour) yang bahkan ada yang langsung menikah.
dapat dilihat, diamati orang lain dari luar Menurut Kuntjoroningrat, makin tinggi
dan dipengaruhi oleh faktor dari dalam tingkat pendidikan seseorang, maka makin
individu, yaitu karakteristik individu, mudah menerima informasi. Sebaliknya
diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan pendidikan yang kurang akan menghambat
serta adanya informasi tentang makanan perkembangan sikap seseorang terhadap
pendamping ASI ( Notoadmojo, 2005). nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Yatty,
Ketepatan pemberian makanan 2011). Walaupun responden sebagian besar
pendamping ASI di sebabkan berbagai hanya sampai berpendidikan SMA saja tapi
macam faktor, diantaranya telah mendapat responden mendapatkan informasi yang
informasi tentang makanan pendamping tepat dari sumber yang ada seperti bidan,
ASI. Meski responden sebagaian besar perawat, dokter bahkan dari media televisi,
mengenyam pendidikan dasar yaitu radio dan internet yang akan
sebagian besar adalah lulusan SMA, mempengaruhi dari perilaku dalam
karena di tunjang dari kematangan usia pemberian makanan pendamping ASI
sehingga mampu berpikir dewasa dan sehingga responden dapat menyikapi
adanya informasi yang benar tentang secara positif dan melakukan pemberian
Makanan pendamping ASI dari tenaga makanan pendamping ASI dengan tepat
kesehatan sehingga responden memberikan usia.
Di ketahui bahwa sebagian besar dari
makanan pendamping ASI secara tepat dari
responden memiliki bayi dengan
waktu, jenis, frekuensi dan jumlah
perkembangan sesuai sebanyak 25
pemberian. Lebih lanjut pemberian
responden (64,1%). Dari hasil penelitian
makanan pendamping ASI dapat di
juga menjelaskan bahwa perkembangan
jelaskan berdasarkan karakteristik
sesuai yang di alami bayi karena ibu sering
responden, seperti umur, pendidikan dan
memberikan stimulasi yang sesuai
pemberian informasi tentang Makanan
umurnya, makanan yang tepat untuk
pendamping ASI.
Berdasarkan hasil penelitian bayinya sesuai gizi yang di butuhkan bayi,
diketahui bahwa hampir setengah dari faktor genetik dari saudara-saudaranya
responden berpendidikan SMA sebanyak yang dulu mempunyai perkembangan yang
16 responden (41,0 %). Dari data cepat dan tepat usianya. Perkembangan
penelitian responden pendidikannya hanya adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam bahwa responden yang yang tidak bekerja
kemampuan gerak kasar, halus, bicara, dan karena ibu ingin fokus merawat bayinya
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian serta dapat memantau pertumbuhan dan
(Kemenkes, 2010). Tahap perkembangan perkembangannya. Dari segi pekerjaan,
seorang anak mengikuti pola yang teratur menurut Yatty 2011 dalam Markum
dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak (1991), bekerja umumnya merupakan
bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi
dahulu mampu membuat lingkaran ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
sebelum membuat gambar kotak, anak terhadap kehidupan keluarga. Sebagian
mampu berdiri sebelum berjalan, ketika besar responden tidak bekerja memiliki
anak melihat mainan dengan beraneka waktu luang yang lebih besar bersama
ragam, anak mempersepsikan dalam otak anak. Namun hal itu tidak akan terlaksana
nya bahwa dia ingin memainkannya. jika kesibukan mengurus rumah tangga
Begitu juga perkembangan bayi usia 9 lebih prioritas sehingga mengurangi waktu
bulan tidak akan langsung bisa melakukan bersama anak dan kurangnya pengetahuan
tahapan perkembangan bayi usia 14 bulan stimulasi perkembangan menyebabkan
karena ada tahapan-tahapan umum tertentu responden ibu tidak mampu meningkatkan
yang berproses sesuai dengan kematangan perkembangan anaknya, sehingga
fisik anak. Hal itu juga dipengaruhi oleh perkembangan menjadi meragukan atau
latar belakang responden ibu seperti bisa terjadi penyimpangan. Maka dari itu
pekerjaan, paritas, umur bayi, serta jenis peran ibu sangat penting dalam pencapaian
kelamin dari bayi. Pekerjaan menunjukan perkembangan anak yang sesuai.
Sebagian besar dari responden adalah
tingkat sosial ekonomi seseorang yang
Multipara (memiliki lebih dua-lebih)
membentuk cara pandang tertentu terhadap
sebanyak 20 responden (51,3 %). Dari
suatu masalah, sedangkan paritas
hasil penelitian bahwa responden ingin
menunjukan pengalaman sebagai sumber
mempunyai anak 2-3 orang dan responden
inspirasi untuk mendapatkan pemahaman
memantau pertumbuhan dan
tentang suatu masalah sedangkan jenis
perkembangannya setiap bulan.
kelamin sebagai acuhan dalam
Pengalaman merupakan guru yang terbaik
membedakan pemahaman tentang suatu
pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
masalah.
Di ketahui bahwa sebagian besar dari pengalaman merupakan sumber
responden tidak bekerja sebanyak 27 pengetahuan atau pengalaman itu suatu
responden (69,2 %). Dari hasil penelitian cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman perempuan karena energi yang dibutuhkan
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya juga berbeda dan energi yang di butuhkan
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini laki-laki juga lebih banyak, maka
dilakukan dengan cara mengulang kembali pemberian makanan pendamping ASI
pengalaman yang diperoleh untuk harus tepat waktu, jenis, frekuensi dan
memecahkan permasalahan yang dihadapi jumlah yang di berikan. Berdasarkan tabel
pada masa lalu ( Notoatmojo, 2005 ). 4.10 di ketahui bahwa responden
Begitu juga seorang ibu saat memiliki bayi memberikan makanan pendamping ASI
untuk kedua kalinya atau lebih yang (MP-ASI) secara tepat pada bayi usia 9-12
pastinya akan memiliki pengalaman yang bulan, sebagian besar bayi mengalami
dijadikan pelajaran untuk mengawasi masa perkembangan yang sesuai sebanyak 23
pertumbuhan dan perkembangannya untuk responden (59,0%). Dari hasil penelitian
yang lebih baik sehingga tahapan yang di dapat bahwa ibu sudah
perkembangan bayi akan teratur sesuai memberikan makanan pendamping ASI
proses perkembangannya. Namun hal berumur 6 bulan dengan jenis yang sesuai
tersebut tidak terlepas dari faktor lainnya gizi bayi dan perkembangan yang sesuai
yang menjadikan perkembangan bayi bisa pada aspek gerak kasar, gerak halus, bicara
meragukan. dan bahasa serta kemandirian sesuai usia
Sebagian besar dari responden jenis
bayi. Makanan pendamping ASI
kelamin bayi adalah Laki-laki sebanyak 21
merupakan makanan peralihan dari ASI
responden (53,8 %). Dari hasil data
dengan makanan keluarga (Proverawati,
penelitian yang di dapat bahwa responden
Atikah dan Siti Asfuah, 2009). Peranan
mengatakan asupan makanan yang
makanan pendamping ASI sama sekali
diberikan anak laki-laki lebih banyak
bukan untuk menggantikan ASI yang di
ketimbang bayi perempuan sehingga berat
berikan pada bayi usia 6-24 bulan (Hayati,
badannya pun perbulan naik secara
2009). Kurangnya pemberian makanan
bertahap dan saat menggendong ibu terasa
pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan
berat. Fungsi reproduksi pada anak
bisa menyebabkan terganggunya
perempuan berkembang lebih cepat
perkembangan mental, terganggunya
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati
pertumbuhan badan, serta terdapatnya
masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
berbagai jenis penyakit pada bayi
akan lebih cepat (Kemenkes, 2010). Begitu
merupakan akibat langsung maupun tidak
juga dengan asupan MP-ASI bayi laki-laki
langsung dari kurang gizi. Jika pemberian
sedikit lebih banyak dari pada bayi
MP ASI tidak optimal dan tidak sesuai
dengan usia, maka dimungkinkan terjadi meragukan apalagi keterlambatan.
perkembangan motorik kasar bayinya tidak Jadi faktor yang lain perlu diimbangi untuk
optimal ( Kalnins, 2010 dalam Yatty, menghasilkan perkembangan yang sesuai.
Responden yang tidak memberikan
2011).
Responden memberikan makanan MP-ASI secara tepat mengalami
pendamping ASI yang tepat yang Perkembangan meragukan sebanyak 2
mengalami perkembangan meragukan responden (5,1%). Dari data penelitian
sebanyak 3 responden (7,7%). Dari hasil bahwa responden memberikan makanan
penelitian bahwa Perkembangan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan dan
meragukan yaitu pada aspek gerak kasar aspek perkembangan yang belum di capai
seperti bayi 9 bulan yang belum bisa duduk adalah bayi belum bisa bicara dan bahasa
sendiri, berdiri dengan bantuan juga belum dan gerak kasar . Pemberian makanan
bisa. Hal ini dapat di pengaruhi karena berumur lebih dari 6 bulan tidak di beri
adanya, stimulasi yang kurang karena ibu makanan pendamping ASI, maka
lebih banyak bekerja dan bayinya di pertumbuhan dan perkembangannya akan
titipkan ke neneknya, pemberian makanan mengalami gangguan (Aryani, 2010).
yang belum memenuhi gizi dengan Akibat dari pemberian yang tidak tepat
usianya, pendapatan ibu yang kurang maka menyebabkan kurangnya asupan gizi
sehingga ibu memberikan makanan yang dan kalori yang dibutuhkannya untuk
sesuai dengan ekonomi yang ada seperti melakukan perkembangan selanjutnya dari
halnya. Pemberian makanan pendamping gerakan kasar, kemampuan bicara dan
ASI diberikan sebelum usia 6 bulan, maka bahasa serta kemandirian, seperti
dapat menyebabkan penyerapan ASI yang menopang kepala, menahan berat tubuh
kurang maksimal. Kurangnya pemberian untuk merangkak, berdiri, berjalan,
ASI akibat bayi telah diberi MP ASI juga bermain CILUK BA, mengucapkan 2 1-
menyebabkan berbagai masalah seperti 2 kata maka sehingga stimulasi dan
sistem pencernaan bayi akan mengalami perbaikan makanan yang baik dan sesuai
gangguan sehingga akan mendatangkan gizi bisa di atur dan dukungan dari
beberapa penyakit seperti mencret, sakit keluarga dan lingkungan yang harus
perut, diare, sembelit sehingga imbang karena mempengaruhi satu sama
mempengaruhi cadangan untuk lain.
Responden yang tidak memberikan
perkembangan selanjutnya (Aryani, 2010).
MP-ASI secara tepat mengalami
Pemberian makanan pendamping ASI yang
Perkembangan sesuai sebanyak 2
tepat akan meminimalkan bayi untuk
responden (5,1%). Dari data penelitian 1. Pemberian makanan pendamping ASI
yang di dapat responden memberikan ( MP-ASI) pada bayi usia 9-12 bulan di
makanan pendamping ASI sebelum bayi Desa Watesumpak Kecamatan Trowulan
berumur 6 bulan dengan di berikan pisang Mojokerto, sebagian besar memberikan
kerok dan susu formula dan aspek makanan pendamping ASI ( MP ASI )
perkembangan yang ada terlampaui pada bayi 9-12 bulan tepat usia
keseluruhanya tapi aspek gerak kasar sebanyak 26 responden (66,7%).
sering menjadi hambatan. Banyak hal yang 2. Perkembangan motorik kasar pada bayi
mempengaruhi perkembangan antara lain usia 9-12 bulan di Desa Watesumpak
dari faktor internal seperti umur, keluarga Kecamatan Trowulan Mojokerto
dll,; faktor eksternal seperti gizi, radiasi, sebagian besar memilki bayidengan
endokrin, psikologi ibu dll; faktor perkembangan Sesuai sebanyak
persalinan dan faktor pasca persalinan 24responden (64,1%).
(Kemenkes, 2010). Meski tidak 3. Berdasarkan hasil tabulasi silang di atas
memberikan MP ASI secara tepat usia, dapat ditarik kesimpulan bahwa
namun faktor-faktor lain diluar MP ASI hipotesis dalam penelitian ini dapat
yang bersifat positif tampaknya lebih dikatakan ada kecenderungan hubungan
dominan mempengaruhi perkembangan ketepatan pemberian makan
bayi. Hal ini dapat terjadi jika perhatian pendamping ASI dengan perkembangan
ibu maksimal terhadap bayi. Ibu rutin bayi usia 9-12 bulan di Desa
melakukan stimulasi untuk meningkatkan Watesumpak Kecamatan Trowulan
perkembangan bayi, mengingat sebagian Mojokerto.
besar ibu tidak bekerja, sehingga memiliki
SARAN
waktu luang yang cukup banyak. Dapat
1. Bagi Ibu, dalam penelitian ini
juga karena kondisi pranatal yang baik,
makanan pendamping ASI menjadi
seperti ibu mencukupi kebutuhan gizinya
faktor yang mempengaruhi dari
dengan baik saat fase kehamilan maupun
perkembangan. Untuk ke arah
akibat status kesehatan anak yang cukup
kedepannya, peneliti selanjutnya
baik, stres yang positif, sanitasi lingkungan
supaya menjadikan hasil penelitian ini
yang baik itu juga sangat berperan
sebagai data dasar bagi penetilian
sehingga perkembangan bayi mengalami
selanjutnya mengenai faktor lain yang
kesesuaian.
mempengaruhi perkembangan bayi
usia 9-12 bulan ,misalnya
SIMPULAN
dihubungkan dengan motivasi ibu untuk memotivasi ibu memberikan MP
dalam memberikan MP ASI maupun ASI,tenaga kesehatan bekerja sama
dikaitkan dengan perkembangan. dengan pihak ketiga dapat
2. Bagi Responden, Responden agar
menyelenggarakan lomba balita sehat,
dapat meningkatkan pengetahuannya
lomba menciptakan menu balita dan
hingga pada taraf aplikasi tentang
sebagainya.
pemberian makanan pendamping 4. Pada penelitian ini bisa di jadikan
ASImelalui berbagai sumber informasi bahan bacaan dan tambahan
tentang Makanan pendamping ASI pengetahuan bagi mahasiswa lain yang
terutama dari tenaga kesehatan akan mengajukan tugas skripsi.
maupun media massa. Ibu juga
DAFTAR PUSTAKA
sebaiknya meningkatkan stimulasi
Aminah, Mia Siti. 2009.Seri Buku Pintar
bayisesuai umurnya agar anak dapat
Ibu Baby's Corner Kamus bayi 0-12
memiliki perkembangan sesuai. Bagi Bulan . Jakarta: PT Luxima Metro
Media, 2009
responden yang memiliki bayi dengan
perkembangan yang meragukan dan Aryani, Wahyu. 2010.Aneka Menu Sehat
bayi. Yogyakarta: Insania, 2010
menyimpangan, sebaiknya perlu di
konsultasikan pada tenaga kesehatan Arikunto, Prof. Dr. Suhartini.
2006.Prosedur Penelitian Suatu
agar meminimalkan kejadian tersebut
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
serta mendapatkan solusi yang tepat Rineka Cipta
untuk menghasilkan perkembangan
Arumningtyas, Restu Maharani. 2010.
yang sesuai. Hubungan Jenis Asupan Makanan
3. Tenaga kesehatan lebih Pendamping ASI Dominan dengan
Perkembangan Anak usia 6-24
mengembangkan kegiatan kesehatan
bulan. Skripsi sarjana kedokteran
bayi seperti diadakan penyuluhan fakultas kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Makanan pendamping ASI berkaitan
http://digilib.uns.ac.id diakses 08
dengan cara pemberian, pengolahan Februari 2014
dengan memanfaatkan bahan makanan
Asfuah, Atikah Proverawati dan Siti.
lokal serta penyajian yang dapat 2009.Buku Ajar Gizi Untuk
Kebidanan. Jogjakarta: Nuha
mengandung selera makan bayi.
Medika, 2009
Dengan cara tersebut ibu responden
Azwar, Saifuddin.2007. Sikap Manusia
mampu mengeluarkan ketrampilannya
Teori dan pengukurannya.
dalam mengolah makanan bayi dengan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
bermacam-macam menu. Selain itu
Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2007.Metode Banda Aceh : Jurnal Ilmiah STIKES
Penelitian Ilmu-Ilmu Perilaku . U'Budiyah, 2012
Jakarta: Bumi Aksara Lituhayu, Rivanda. 2008. A-Z Tentang
Makanan Pendamping ASI.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Yogyakarta: Genius Publiser
Umum Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) LPPM STIKES Bina Sehat PPNI
Lokal. Jakarta: Depkes RI Mojokerto.2013. Buku Panduan
Penyusunan KTI dan Skripsi.
Depkes RI. 2010. Mojokerto: LPPM
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/in
dex.php/pgm/article/view/142 di Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh
akses 23 Februari 2014 Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi
Dasar Balita. Jogjakarta : Nuha
Fathoni, A. 2005. Metodologi Penelitian & Medika
Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta Nasution, S. 2009. Metodh Research :
Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi
Hayati, Aslis Wirda. 2009.Buku Saku Gizi Aksara
Bayi. jakarta: EGC, 2009
Notoatmojo, Prof. Dr.
Hidayat, A. A. 2008. Riset Keperawatan Soekidjo.2012.Metodologi
dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika Rineka Cipta, 2012

Indiarti, MT. 2009. Your baby Day Baby Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Perkembangan Bayi Sehat 0-3 metodologi Penelitian Ilmu
tahun. Yogyakarta : C.V Andi Offset, Keperawatan. Jakarta: Salemba
2009 Medika
Purnamasari, Ariavita. 2006. Kamus
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Perkembangan Bayi dan Balita.
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Jakarta: Erlangga
Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak Di Tingkat Pelayanan Rusilanti, Mutiara Dahlia dan. 2008.
Kesehatan Dasar. Jakarta : Indonesia Bubur Sehat Pendamping ASi.
Sehat Jakarta: Agro Media Pustaka

Lawson, Dr. Margaret. 2009. Makanan Sari, Aninggar Citra dan Ana
Sehat Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Wigunantiningsih. 2010. Hubungan
Dian Rakyat, 2009 ibu tingkat Menyusui dengan
Ketepatan Pemberian Makanan
Lewis, Sara. 2011. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Semarang : jurnal
Bayi. Jakarta: Erlangga ilmiah AKBID MITRAHUSADA
KARANGANYAR, 2010
Lisa, Ulfa Farrah. 2012. Hubungan
Pemberian ASI Ekslusif dengan Setiawati, Santun dan Agus Citra
Perkembangan Motorik Kasar Balita Dermawan. 2009. Ketrampilan
di Kelurahan Brontokusuman khusus Praktik Keperawatan Anak.
Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. Jakarta: EGC
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2010.
Dasar Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto

Sudarlasih, Feni. 2010. Optimal Mengurus


Segala Kebutuhan dan Masalah Bayi
sehari-hari Bayi Anda. Jogjakarta :
Garailmu

Sugiyono. 2013. Statistika untuk


Penelitian. Bandung: AlfaBeta

Sukarmin, Sujono Riyadi dan. 2009.


Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jogjakarta: Graha Ilmu

Supartini, Yupi. 2004. Konsep dasar


Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Yatty, Rosdiana Linda. 2011. Hubungan


pemberian MP-ASI dengan
perkembangan, Motorik. Kasar bayi
usia 9-12 bulan didesa Besuki Kec
Jabon Kabupaten Sidoarjo. Skripsi
STIKES BINA SEHAT PPNI,
MOJOKERTO

Yeland, Anne. 2008. 18 bulan Pertama.


Jakarta: Dian Rakyat

You might also like