You are on page 1of 8

Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant


Berbahan Resin Dibandingkan dengan Ionomer Kaca Fuji VII
(The Attachment of Streptococcus mutans for Fissure Sealant
application Made of Resin Compare With Glass Ionomer
Fuji VII)
Nazala Zetta Zettira, Niken Probosari, Pujiana Endah Lestari
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
e-mail korespondensi : niken.probosari.fkg@unej.ac.id

Abstract
Background : Dental caries is the hard tissue disease. Caries is caused by multiple factors that is of
them are morphology the surface of the tooth and bacteria Streptococcus mutans. The pit and fissure are
primary habitats of S. mutans. Therefore, prevention of fissure sealants are needed. The materials of fis-
sure sealant are composite resin and glass ionomer fuji VII. S. mutans can attach to foreign objects, one
of them is material restoration. Objective : The purpose of this research is to know the difference of S.
mutans attachment for fissure sealant application made of resin and glass ionomer fuji VII. Method : The
experimental laboratory was post test only control design. The samples size from two group are 32
samples. The tool that used is spectofotometer with unit of measurement is colony forming unit a mL.
Result and Conclusion : The average of S. mutans attachtment of composite resin and glass ionomer
are 5,201 x 108 and 3,963 x 108. The attachtment was tested by independent sample T-tes there was dif-
ferences of S. mutans attachment for fissure sealant application made of resin and glass ionomer fuji VII.
Resin composite have a higher total number than ionomer fuji VII.

Keywords: dental caries, fissure sealant, glass ionomer, resin, s. mutans,

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 441


Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

Abstrak

Latar Belakang : Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi. Karies dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu diantaranya adalah morfologi permukaan gigi dan bakteri Streptococcus mutans. Pit dan
fisura yang dalam merupakan habitat utama bakteri S. mutans. Untuk itu dilakukan pencegahan berupa
fissure sealant. Bahan yang digunakan yaitu resin komposit dan ionomer kaca fuji VII. Bakteri S. mutans
juga mampu menempel pada benda asing salah satunya bahan restorasi. Tujuan : Penelitian ini ber-
tujuan untuk mengetahui perbedaan perlekatan S. mutans pada fissure sealant berbahan resin dan
ionomer kaca fuji VII.. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitian the post test only control group design. Total jumlah sampel dari dua kelompok yang
dibutuhkan adalah 32 sampel. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer dengan satuan pengukuran
colony forming unit per mL Hasil dan Kesimpulan: Rata-rata tingkat perlekatan S. mutans dari resin
komposit dan ionomer kaca fuji VII adalah 5,201 x 108 and 3,963 x 108. Perbedaan perlekatan diuji
dengan uji T sampel tidak berpasangan dan hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan dari perlekatan
S. mutans pada resin komposit dan ionomer kaca fuji VII. Perlekatan S. mutans terbanyak adalah pada
resin komposit.

Kata kunci : fissure sealant, ionomer kaca, karies gigi, resin, s. mutans

Pendahuluan Beberapa faktor penyebab karies tersebut


maka dibutuhkan suatu metode pencegahan
Karies gigi merupakan penyakit jaringan karies pada gigi anak. Dalam ilmu kedokteran
keras gigi. Terdapat empat faktor yang gigi anak, salah satu yang dipelajari adalah
mempengaruhi terjadinya karies gigi. Keempat tentang suatu metode pencegahan terhadap
faktor tersebut yaitu faktor host meliputi gigi dan terjadinya karies pada gigi anak[5]. Fissure
saliva, mikroorganisme, substrat dan waktu[1]. sealant adalah bahan yang diaplikasikan pada
Permukaan oklusal gigi pada setiap individu fisura dan cekungan-cekungan dari permukaan
bervariasi dan macamnya juga beragam. gigi untuk membuat pertahanan tipis yang
Macam pit dan fisura yaitu menurut bentuk dan melindungi permukaan yang di sealant dari
kedalamannya terdapat pit dan fisura tipe U kerusakan[6]. Bahan ini terutama dipakai di
yang cenderung dangkal sehingga mudah daerah oklusal gigi untuk menambal fisura ok-
dibersihkan. Kemudian terdapat bentuk V dan I lusal, sehingga daerah tersembunyi yang
yang dalam, sempit, dan berkelok sehingga memungkinkan timbulnya karies dapat dihil-
lebih rentan karies akibat penumpukan plak, angkan[7].
mikroorganisme, dan debris[2]. Fissure sealant bertujuan untuk mencegah
Bakteri utama penyebab karies adalah karies pada daerah pit dan fisura yang
bakteri S. mutans. S. mutans merupakan kuman merupakan daerah cekungan yang terlindung
yang kariogenik. S. mutans dapat tumbuh subur sehingga mendukung terjadinya proses
dalam suasana asam dan dapat menempel karies[8]. Dimana pada daerah tersebut saliva
pada permukaan gigi karena kemampuannya dan alat pembersih mekanis sulit
membuat polisakarida ekstra sel yang sangat menjangkaunya sehingga terjadi penumpukan
lengket dari karbohidrat makanan. Akibatnya sisa makanan. Dengan diberikannya bahan
bakteri terakumulasi dan melekat sehingga plak penutup pit dan fisura pada awal erupsi gigi,
menebal menyebabkan saliva terhambat dalam diharapkan dapat mencegah bakteri sisa
menetralkan plak[3]. makanan berada dalam pit dan fisura[9].
S. mutans mampu melekat pada permukaan Selain untuk melindungi pit dan fisura dari
gigi dan benda asing salah satunya bahan sisa makanan, dibutuhkan bahan fissure sealant
restorasi. Pelikel gigi merupakan mediator yang memiliki daya antibakteri terhadap S.
melekatnya bakteri rongga mulut pada mutans. Bahan fissure sealant dibagi atas 2
permukaan restorasi[4]. kategori. Kedua kategori tersebut yaitu sealant
berbasis resin dan ionomer kaca[6].

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 442


Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

Terdapat kebaikan dan kekurangan dari Metode Penelitian


sealant berbasis resin. Kebaikan dari bahan
resin adalah resin mampu bertahan lebih lama Jenis penelitian ini adalah eksperimental
dan kuat selain itu juga mampu mengurangi per- laboratorik. Penelitian ini dilakukan di
lekatan koloni S. mutans atau bakteri lain yang laboratorium Mikrobiologi dan Klinik Pedodonsia
ada di dalam rongga mulut melalui permukaan RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
restorasi resin komposit yang halus[7]. Resin Jember. Pelaksaan penelitian dilakukan pada
mampu bertahan lebih lama dan kuat karena bulan Agustus – November 2015.
memiliki kemampuan penetrasi yang lebih Bahan yang digunakan : bakteri s. mutans,
bagus. Proses etsa pada enamel gigi yang resin komposit helioseal, ionomer kaca Fuji VII,
menghasilkan kontak yang lebih baik antara celluloid strip, saliva buatan, laruta Mc. Farland
bahan resin dengan permukaan enamel [8]. no. 1, kultur: BHI-B, larutan PBS dan aquades
Kekurangan pada bahan ini adalah adanya steril. Alat yang digunakan: cincin plastik
penyusutan selama polimerisasi sehingga diameter 5 mm dan tinggi 2 mm, plat kuningan,
menimbulkan kebocoran tepi tumpatan yang anak timbangan 1 kg, tabung reaksi, gelas ukur,
membentuk kebocoran mikro. Celah ini tabung erlenmeyer, petridish, pinset kedokteran
menyebabkan penetrasi mikroorganisme, gigi, ose, suntikan, autoklaf, inkubator, laminar
cairan, substansi kimia rongga mulut sehingga flow, spektofotometer, vorteks, desikator, dan
menyebabkan terjadinya karies sekunder[9]. lampu sinar (Light emiting diode curing unit).
Selain itu kekurangan dari resin komposit adalah S. mutans diperoleh dari laboratorium
walaupun adanya degradasi dari komponen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi
dalam resin komposit yang berpengaruh dalam Universitas Jember. Pembuatan S. mutans
meningkatnya sintesis glukan yang merupakan diperoleh dengan cara mengambil 2 ml larutan
media perlekatan bakteri terutama bakteri S. PZ ditambah 1 ose bakteri S. mutans lalu
Mutans [10]. dimasukkan dalam desikator selama 24 jam,
Kelebihan dari fissure sealant ionomer kaca kemudian dilihat tingkat kekeruhannya pada
adalah kemampuan dalam melepaskan fluor dan spektofotometer sesuai dengan standart Mc.
pengaplikasian yang mudah sedangkan untuk Farland no. 1 (3x108 CFU/ml) dengan panjang
kekurangannya yaitu rendahnya daya tekan dan gelombang 560 nm.
kekuatan tarik yang dimiliki oleh bahan ini. Media bakteri dibuat dari 3, 7 gram bubuk
Fissure sealant ionomer kaca memiliki BHI-B ditambahkan 100 cc aquades pada
kemampuan melepaskan fluor yang dalam erlenmeyer kemudian dipanaskan dalam air
jumlah besar dan ikatannya dengan enamel mendidih sambil diaduk dengan spatula sampai
lebih baik dari resin komposit. Pelepasan fluor homogen. Selanjutnya disterilkan dalam autoklaf
yang tinggi memberikan kemampuan pada suhu 121oC selama 15 menit.
antikariogenik yaitu dengan cara menghambat Sampel resin komposit dibuat dengan cara
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. resin komposit dimasukkan ke dalam cetakan
Ikatan semen ionomer kaca ke jaringan enamel cincin plastik di plat kuningan yang bagian
yang merupakan ikatan kimia dapat mencegah bawahnya telah dilapisi celluloid strip. Kemudian
terjadinya kebocoran mikro mencegah bagian atasnya ditutup dengan celluloid strip.
tertumpuknya plak sehingga dapat menghindari Setelah ditutup celluloid strip lalu sampel disinari
terbentuknya karies sekunder [11]. Selain itu dengan lampu sinar dengan posisi tegak lurus
pengaplikasian ionomer kaca lebih cepat dan terhadap sampel selama 40 detik. Kemudian
mudah tanpa perlu etsa dan bonding dan tidak diberi beban 0,5 kg selama 30 detik.
membutuhkan peralatan yang mahal. Namun Pada sampel ionomer kaca dibuat dengan
kekurangan dari bahan ini adalah daya tekan cara mengaduk campuran bubuk dan cairan
dan kekuatan tarik rendah sehingga sesuai petunjuk pabrik kemudian dimasukkan ke
penggunaannya terbatas pada daerah dengan dalam cetakan cincin plastik di plat kuningan
tekanan oklusi yang kecil. yang bagian bawahnya telah dilapisi celluloid
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strip. Kemudian bagian atasnya ditutup dengan
adanya perbedaan perlekatan S. mutans pada celluloid strip. Lalu diberi beban 0,5 kg selama
aplikasi fissure sealant berbahan resin dan 30 detik.
ionomer kaca fuji VII. Tahap perlakuannya yaitu sampel disterilkan
terlebih dahulu dalam autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit. Kemudian sampel
direndam salam saliva buatan selama 1 jam lalu

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 443


Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

dibilas dengan larutan PBS. Selanjutnya sampel yang melekat pada fissure sealant berbahan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi resin komposit dengan ionomer kaca Fuji VII.
suspensi S. mutans lalu diinkubasi selama 24 Hal ini ditunjukkan melalui signifikansi 0,000
jam dalam desikator. Setelah diinkubasi selama (<0,05), maka H0 ditolak sehingga perlekatan S.
24 jam, sampel di vibrasi dengan vorteks mutans bahan resin komposit tidak sama
selama 30 detik guna melepas S. mutans yang dengan perlekatan S. mutans bahan ionomer
menempel. kaca Fuji VII.
Perhitungan tingkat perlekatan S. mutans Perbedaan tingkat perlekatan bakteri S.
pada bahan fissure sealant yang diukur tingkat mutans yang terjadi mungkin dikaitkan dengan
kekeruhannya melalui alat spektrofotometer komposisi kimia yang berbeda dari kedua bahan
[12]. Carlen et al. (2001) menununjukkan bahwa
dengan satuan CFU/ml dengan rumus :
ada perbedaan efek komposisi kimia dari kedua
bahan terhadap perlekatan bakteri[13]. Peneli-
(nilai absorben media + S. mutans) – (nilai abs. media). X
tian dari Kimyai et al. (2011) menjelaskan bahwa
Nilai absorben larutan standar Mc. Farland no. 1
spesimen ionomer kaca memiliki kandungan
fluor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Keterangan : X = konsentrasi bakteri dari resin komposit[14].
larutan standart Mc. Farland no. 1 = 3.108 Kandungan fluor yang terdapat pada fissure
CFU/ml. sealant berbahan ionomer kaca Fuji VII
menyebabkan bahan ini lebih efektif dalam
Hasil Penelitian menurunkan tingkat perlekatan bakteri S.
mutans dibandingkan dengan resin komposit.
Rata-rata dan standart deviasi dari tingkat Efek penghambatan yang baik pada ionomer
perlekatan S. mutans yang melekat pada fissure kaca terhadap pertumbuhan bakteri dan per-
sealant berbahan resin dan ionomer kaca fuji VII lekatan sebagai akibat dari pelepasan fluor telah
pada tabel1 dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh
Palenik et al. (1992) [15]. Efek dari fluor yang
Tabel 1. Rerata dan standart deviasi jumlah dilepaskan oleh ionomer kaca menyebabkan
perlekatan S. mutans yang melekat pada glukan tidak menyatu dalam lapisan biofilm S.
fissure sealant berbahan resin dan mutans [16].Selain itu, efek terpenting dalam
ionomer kaca fuji VII fluor dalam mengurangi jumlah perlekatan S.
mutans adalah mengganggu metabolisme
Kelompok Rerata SD bakteri[17].
Tingkat perlekatan S. mutans mampu
(CFU/mL)
dikurangi dengan adanya kemampuan fluor
Resin 16 5,201 x 108 0,432 x 108 dalam menekan pertumbuhan bakteri[18]. Fluor
komposit di dalam cairan plak berkombinasi dengan ion
Ionomer 16 3,963 x 108 0,6001 x 108 hidrogen untuk membentuk Hidrogen Fluor.
Kemudian secara cepat berdifusi ke dalam sel
Kaca Fuji
ketika pH plak turun akibat bakteri memproduksi
VII asam. HF berdisosiasi di dalam sel,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ionomer mengakibatkan sel menjadi asam dan
kaca fuji VII memiliki jumlah perlekatan lebih melepaskan ion fluor yang terlibat dengan
sedikit dibandingkan dengan ionomer kaca. aktivitas enzim di dalam bakteri[19]. Selain
mampu menurunkan jumlah perlekatan bakteri
Pembahasan S. mutans dengan cara menekan pertumbuhan
bakteri, fluor yang dilepaskan juga mampu
Hasil perhitungan rata-rata tingkat perlekatan menurunkan kemungkinan terjadinya karies
S. mutans pada aplikasi fissure sealant berba- melalui dua mekanisme . Dua mekanisme
han resin komposit dengan ionomer kaca fuji VII tersebut yaitu menghambat demineralisasi dan
menunjukkan resin komposit memiliki perlekatan meningkatkan remineralisasi. Remineralisasi
S.mutans lebih tinggi yaitu 5,201 x 108 CFU/ml merupakan pergantian sebagian mineral yang
dibandingkan ionomer kaca yaitu 3,963 x 108 didemineralisasi pada lesi karies enamel atau
CFU/ml. dentin (termasuk pada akar gigi). Proses
Hasil uji T tidak berpasangan menunjukkan remineralisasi ini terjadi karena terhentinya
bahwa ada perbedaan perlekatan S. mutans proses demineralisasi akibat penetralan asam

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 444


Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

oleh saliva yang mengalir di atas plak sehingga sehingga pelepasan ion fluor terhambat[26].
terjadi peningkatan pH. Fluor berperan dalam Karena pelepasan fluor dari bahan restorasi
meningkatkan remineralisasi dengan adalah proses kompleks yang melibatkan
membentuk lapisan baru yaitu fluoroapatit. Ion beberapa fase seperti difusi air ke dalam bahan,
OH- dalam hidroksiapatit murni digantikan pertukaran pemisahan dari bentuk padat fluor,
secara keseluruhan oleh ion F pada proses dan difusi dari ion fluor keluar dari bahan[27].
remineralisasi, sehingga fluoapatit yang Mekanisme perlekatan bakteri S. mutans
terbentuk lebih resisten untuk tidak larut oleh pada kedua bahan tersebut dimulai dari
asam[19]. Sedangkan fluor menghambat terbentuknya plak. Plak adalah lapisan
demineralisasi dengan cara meningkatkan polisakarida yang melekat kuat pada permukaan
fluorapatit pada struktur gigi dari ion kalsium dan bahan fissure sealant dan mengandung banyak
ion fosfat pada saliva. Ion-ion yang tidak larut ini organisme patogen terutama S. mutans [28].
menggantikan garam yang larut dan Proses terbentuknya plak diawali dari deposisi
menggantikan mangan serta karbonat yang pelikel (lapisan glikoprotein saliva) dimana
hilang akibat demineralisasi dengan perantara pelikel sebenarnya memiliki fungsi proteksi yaitu
bakteri. Proses pergantian ini menyebabkan mencegah masuknya ion asam ke gigi. Namun
email menjadi lebih resisten terhadap asam [20]. pelikel juga merupakan media perlekatan
Perlekatan S. mutans yang tinggi pada resin bakteri. Pada waktu 24 jam bakteri berkoloni
komposit terjadi akibat resin komposit dianggap membentuk lapisan awal plak. Setelah 24 jam
dapat meningkatkan kolonisasi bakteri, dengan bakteri mulai membentuk plak secara progresif
cara merangsang spesies bakteri kariogenik dan sehingga ketebalan plak bertambah[29].
rendahnya aktivitas anti bakteri dari resin Selain itu konsumsi karbohidrat yang ber-
komposit[21]. Walaupun Ono et al. (2007) ulang juga berpengaruh dalam perlekatan dan
menunjukkan bahwa permukaan resin komposit pertumbuhan bakteri. Ketika bakteri terpapar
yang halus memiliki peran penting dalam mem- karbohidrat maka bakteri akan mampu memben-
perlambat perlekatan biofilm dan pertumbuhan tuk polisakarida ekstraseluler dan intraseluler
S. mutans namun ada beberapa penelitian yang yang berperan pertumbuhan dan perlekatan
menggambarkan dan menjelaskan stimulasi per- bakteri. Polisakarida ekstraseluler berfungsi
tumbuhan bakteri, khususnya S. mutans pada menjaga plak tetap melekat kuat pada per-
resin komposit karena degradasi dari trietileng- mukaan gigi dan menjaga keutuhan plak. Poli-
likol dimetakrilat (TEGDMA) yang berada pada sakarida intraseluler berfungsi untuk mem-
lingkungan mulut dan meningkatkan ekspresi produksi asam yang dihasilkan oleh metabol-
glukosiltransferase dari S. mutans dengan de- isme bakteri ketika ada substrat eksogen yang
mikian mampu meningkatkan sintesis bakteri terpapar dalam mulut[29].
glukan [22]. Tidak adanya aktivitas daya
antibakteri pada resin komposit ini juga
Simpulan dan Saran
mendukung perlekatan S. mutans.. Hal ini
sesuai dengan penelitian dari Rahayu (2005) Kesimpulan dari hasil penelitian adalah
yang menyatakan bahwa pada pengamatan terdapat perbedaan perlekatan S. mutans pada
yang dilakukan pada interval waktu 24 jam dan fissure sealant berbahan resin dengan ionomer
48 jam pelepasan ion fluor belum optimal[23]. kaca Fuji VII. Resin komposit memiliki jtingkat
Pernyataan ini dikuatkan dengan penelitian dari perlekatan yang lebih tinggi dibandingkan
Widjiastuti (2001) yang menunjukkan bahwa ion dengan ionomer kaca fuji VII.
fluor yang dilepaskan oleh resin komposit Fissure sealant berbahan ionomer kaca fuji
efektifitasnya terlihat selama interval waktu 14 VII lebih efektif dibandingkan dengan resin
sampai 28 hari [24]. Sedangkan Artiningsih et al. komposit dalam mencegah perlekatan bakteri S.
(2004) menyatakan bahwa resin komposit mutans sehingga disarankan untuk penggunaan
menunjukkan pelepasan fluor terbesar pada fisssure sealant dengan bahan ionomer kaca
satu minggu [25]. Fuji VII. Selain itu perlu penelitian lebih lanjut
Salah satu komposisi resin komposit yaitu tentang perlekatan S. mutans pada fissure seal-
matriks resin merupakan penyebab lain dari ant berbahan resin komposit dan ionomer kaca
tingginya tingkat perlekatan S. mutans. Dimana fuji VII dengan metode dan interval waktu
matrik resin ini mengelilingi sumber fluor lainnya.
sehingga mempersulit fluor untuk berhubungan
dengan air karena pergerakan bebas dari air
mungkin terbatas pada cured resin matrik

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 445


Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

Daftar Pustaka [13]Carlén, Nikdel, Wennerberg, Holmberg, dan


Olsson. Surface characteristics and In Vitro
[1]Pintauli, S. & Hamada, T. Menuju Gigi dan Biofilm Formation on Glass Ionomer and
Mulut Sehat: Pencegahan dan Pemelihar- Composite Resin. Biomaterials, 22 (5): 481-
aannya. Cetakan Pertama. Medan: USU 7. 2001.
Press. 2007. [14]Kimyai, Lotfipour, Pourabbas, Sadr, Nikazar,
[2]Pinkham, J.R. Pediatric Dentistry: infancy Milani. Effect of Two Prophylaxis Methods on
through adolescence. 2nd Edition. Phil- Adherence of Streptococcus Mutans to Mi-
adelphia: W. B Saunders Company. 1994. crofilled Composite Resin and Giomer Sur-
[3]Kidd, E.A.M. & S.J. Bechal. Dasar-Dasar faces. Med. Oral Patol. Oral Cir. Bucal, 16
Karies Penyakit dan Penanggulangannya.
(4): 561-7. 2011.
Edisi 2. Jakarta: EGC. 2002.
[15]Palenik, Behnen, Setcos, Miller. Inhibition of
[4]Edgerton M & Levine ML. Biocompatibility: its
Microbial Adherence and Growth by Various
future in prosthodontis research. J Prosthet
Glass Ionomers In Vitro. Dent. Mater. I8 (1):
Dent, 69 (4): 406-15. 1993
16-20. 1992.
[5]Sukanto, Pit dan Fissure Sealant.
[16]Ono, Nikaido, Ikeda, Imai, Hanada, Tagami.
http://sukantodrg.files.wordpress.com201009
Surface Properties of Resin Composite Ma-
pit-dan-fissure-sealant-makalah-bab-1-
terials Relative to Biofilm Formation. Dent
42.doc [13 juli 2013]. 2009.
Mater J, 26 (5): 613-22. 2007.
[6]Corona, Borsatto, Garcia, Ramos, Pal-
[17]Budisuari, M. A. “Keunggulan Semen Glass
ma-Dibb. Randomized, Controlled Trial Com-
Ionomer Sebagai Bahan Restorasi.”
paring the Retention of a Flowable Restorat-
http://www.tempo.co.id. [20 November
ive System with a Conventional Resin Seal-
2002].
ant: One-Year Follow Up. Int J Paediatr
[18]Subiyanto, A. Daya Antibakteri Semen Glass
Dent, 15 (1): 44-50. 2005.
Ionomer Perekat dan Tumpatan Terhadap
[7]Pedrini D, Gaetti-Jardim Junior E dan Vas-
Streptococcus mutans. ISJD. 35 (3): 111-
conceloss AC. Retention of Oral Microorgan-
114.. 2002.
isms on Conventional and Resin-Modified
[19]Featherstone, J.D.B. The Science and prac-
Glass Ionomer Cements. Presqui Odontol
tice of Caries Prevention. Journal JADA, 131
Bras, 15 (3): 196-200. 2001.
(7): 887-889. 2000.
[8]Ganesh, M. Comparative Evaluation of The
[20]Putri, M. H., Herijulianti, E., & Nurjannah, N.
Marginal Sealing Ability of Fuji VII and Con-
Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
cise as Pit and Fissure Sealants. The Journal
dan Jaringan Pendukung Gigi. Cetakan Per-
Contemporary Dental Practice, 8 (4): 10-8.
tama. Jakarta : EGC. 2011.
2007.
[21]Gregson KS, Shih H, dan Gregory RL. The
[9]Chimello, Chinelatti, Ramos, dan Dibb. In
Impact of Three Strains of Oral Bacteria on
Vitro Evaluation of Microleakage of a Flow-
The Surface and Mechanical Properties of A
able Composite in Class V Restorations.
Dental Resin Material. Clin. Oral Investig. 16
Braz Dent. J. 13 (3): 184-187. 2002.
(4): 1095-1103. 2012.
[10]Khalici P, Singh J, Cvitkovitch DG, Santerre
[22]Ono, Nikaido, Ikeda, Imai, Hanada, Tagami.
JP. The Influence of Triethylene Glycol De-
Surface Properties of Resin Composite Ma-
rived from Dental Composite Resins on The
terials Relative to Biofilm Formation. Dent.
Regulation of Streptococcus mutans Gene
Mater. J, 26 (5): 613-22. 2007.
Expression. Biomaterials, 30 (4): 452-9.
[23]Rahayu, N. Perbedaan Daya Antibakteri Ba-
2009.
han Restorasi Komposit dan Amalgam ter-
[11]Fracasso, Rios, Machado, Silva, dan Abdo.
hadap Pertumbuhan Streptococcus mutans
Evaluation of Marginal Microleakage and
Secara In Vitro. Skripsi. Tidak dipublikasik-
Depth of Penetration of Glass Ionomer Ce-
an. Jember: Universitas Jember. 2005.
ments Used as Occlusal Sealants. J. Appl.
[24]Widjiastuti, I. Efek Antibakteri Fluorida pada
Oral Sci. 13 (3): 269-74. 2005.
Bahan Restorasi yang Mengandung Fluorida
[12]Meier R, Hauser-Gerspach I, Lüthy H, Meyer
terhadap Streptococcus mutans. Maj. Ked.
J. Adhesion of Oral Streptococci to All-
Gigi. 32 (1): 202-5. 2001.
Ceramics Dental Restorative Materials In
[25]Artiningsih, Nyoman dan Kamizar. Daya An-
Vitro. J. Mater. Sci. Mater. Med, 19 (10):
tibakteri Bahan Tumpat Amalgam dan Resin
3294-53. 2008.
Komposit Berfluor Terhadap Bakteri Strepto-

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 446


Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

coccus mutans Serotipe KPSKZ . Ind. J.


Dent, 11 (3):100-105. 2004.
[26]Iazzetti G, JO Burgess, dan D Gardiner. Se-
lected Mechanical Properties of Fluoride-Re-
leasing Restorative Materials. J. Op. Dent.
26 (1): 21-6. 2001.
[27]Yap A U J, E Khor, dan S H Foo. Fluoride
Release and Antibacterial Properties of
New-Generation Toot-colored Restoratives.
Oper, Dent. 24 (5): 297-305. 1999.
[28]McIntyre JM. Dental Caries-The major
Cause of Tooth Damage. In: Mount GJ,
Hume WR (ed). Preservation and Restora-
tion of Tooth Structure. 2nd ed. Queensland:
Knowledge Books & Software. 2005.
[29]Cawson RA, Odell EW. Essential of Oral
Pathology and Oral Medicine. 6th ed. Edin-
burg: Churcill Livingstone. 1998.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 447


Zettira, et al., Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin...........

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 3), September, 2017 448

You might also like