You are on page 1of 33

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA

KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN LAPORAN KETAATAN SYARIAH


SEBAGAI DETEKTOR OPTIMALISASI FINANCIAL TECHNOLOGY
Jenis Sesi Paper: Full Paper

Fahmi Firdaus
Jursan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Jember
E-Mail: fahmifirdaus14011997@gmail.com

ABSTRACT

This study focus on the problem of islamic accounting practice and the effected to sharia
bank performance. The purpose of this research is giving applicable recommendation to
resolve the problem. Today, the role of sharia bank has not been able to replace the position
of conventional bank, because sharia bank can‟t to implementing sharia good corporate
governance in real practice. The weakness regulatory of Financial Service Authority
No.6/POJK.03/2015 about sharia compliance disclosure still voluntary disclosure.
Accordance with the regulation of Financial Service Authority (OJK) of Indonesia
No.77/POJK.01/2016 about utilization fintech for financial access was growing digital era.
There is the role of accountant generation to ensure sharia implementing be better in digital
era. This research has used quantitative method and secondary data from self assesment
letter and financial performance document on period year 2012-2016 listed on Indonesia
Stock Exchange (IDX). Population has used all of the number sharia bank listed on OJK per
April, 2017 using purposive sampling. To make descriptive statistic analysis using SPSS 23.
Analysis data was performed using simple regression analysis, after the classical assumption
test, the analyzed data meets the criteria of classical assumptions. A simple regression
analysis was performed, and from the results of hypothesis testing showed a significance
value of 0.20 (Model 1) and 0,30 (Model 2) is more then the value of α 0.05, measured by
variable Good Corporate Governance, Return On Asset and Return On Equity. So the
alternative hypothesis is accepted and the result that value of sharia good corporate
governance has significant effect on the growth of sharia bank performance. Implication of
this research related of Technology Acceptance Model (TAM) Theory and too support of
Signaling Theory that using information technology to disclose sharia compliance by Internet
Financial Reporting (IFR) as part of financial technology will be increase the market positive
reaction.

Keyword: Sharia Compliance Report, Sharia Good Corporate Governance, Financial


Performance, IFR, Financial Technology

1. PENDAHULUAN

1
Perkembangan era digital saat ini telah memberikan peluang sekaligus tantangan bagi
Lembaga Keuangan Bank Syariah dalam memenuhi segala kebutuhan financial access1
masyarakat yang semakin kompleks. Bank Syariah dinilai sebagai lembaga keuangan yang
secara inklusi memiliki integritas dalam pengelolaan kegiatan operasional perbankan untuk
mencapai maqashid syariah2 berdasarkan aturan Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan
Al-Hadist. Tata kelola perbankan berbasis syariah didasarkan pada prinsip Islam sebagai
Addeen atau suatu cara hidup yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah (perkataan,
persetujuan, dan tindakan Nabi Muhammad SAW) (Kaleem dan Ahmed, 2009; Syed Yusuf,
2011; Khaled, 2013).

Perkembangan bank syariah di Indonesia ditunjukan dengan meningkatnya jumlah


Bank Umum Syariah (BUS) baru yang merupakan hasil konversi 3 dari Bank Konvensional
dan spin off4 Unit Usaha Syariah di Indonesia (Syafe’i, 2013) dengan jumlah bank syariah di
Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 13 BUS. Perkembangan bank syariah telah mendapat
dukungan dari pemerintah dengan dikeluarkannya UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah. Namun, peningkatan eksistensi bank syariah tidak diimbangi dengan
peningkatan market share bank syariah yang sangat kecil sebesar 3,84% dan total aset
sebesar 5,18% pada tahun 2017 (Data Otoritas Jasa Keuangan per April 2017), sedangkan
market share ditahun 2016 sebesar 3,44%, dimana hal ini relatif berdampak terhadap kinerja
keuangan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa minat publik yang relatif kecil akibat
rendahnya kepercayaan (trust) terhadap tata kelola (good corporate governance) berdasarkan
prinsip syariah, serta rendahnya akesbilitas keuangan berbasis teknologi. Sejatinya bank
merupakan lembaga keuangan yang dikembangkan berdasarkan kepercayaan (Insani, 2016).

Sehingga, untuk menghadapi persaingan ekonomi global diera saat ini, bank syariah
perlu menciptakan inovasi baru melalui kerjasama dengan perusahaan penyedia jasa layanan
keuangan berbasis teknologi bagi masyarakat (nasabah) untuk memenuhi segala
kebutuhannya, namun dengan tetap menjaga prinsip syariah dalam mencapai maqashid
syariah sebagai dasar operasionalnya. Berdasarkan Technology Acceptance Model (TAM)
Theory, pemanfaatan financial technology sebagai kemudahan financial access akan
memberikan reaksi yang positif pasar dan mampu meningkatkan market share (Davis, 1989).
Sehingga, dengan diterapkannya financial technology pada perbankan syariah akan menarik

1
Financial Acces : Bentuk transaksi secara tidak langsung menggunakan teknologi sebagai perantara
2
Maqashid Syariah: Tujuan utama berdasarkan aturan syariat islam
3
Konversi: Pemecahan Bank Konvensional dengan membentuk Bank Syariah dengan nama yang sama
4
Spin Off: pemisahan/pemecahan bentuk lembaga/organisasi menjadi lingkup yang lebih luas

2
minat nasabah yang semakin luas dan memiliki nilai tambah bagi pihak bank syariah (Wolk,
2001) dalam (Narsa & Pratiwi, 2014).

Namun, mengoptimalkan peranan financial technology pada bank syariah


memunculkan keraguan para pengguna jasa keuangan bank syariah atas tata kelola
berdasarkan prinsip syariah didalamnya. Lemahnya regulasi pengungkapan kepatuhan
syariah dan standar akuntansi syariah, serta regulasi penggunaan financial technology bagi
perbankan syariah di Indonesia belum dapat menjamin pelaksanaan prinsip syariah secara
harfiah sesuai Nomor 10/16/PBI/2008 pasal 2 (Rizqiyah & Lubis, 2017). Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang pinjam meminjam uang melalui sistem
informasi berbasis financial technology hanya mengatur sistem pada entitas umum
Seyogyanya, pihak bank bertanggungjawab tinggi atas segala bentuk tata kelola
operasionalnya dan harus melakukan pengungkapan informasi (Insani, 2016).

Pemanfaatan financial technology sebagai kemuadahn financial access harus


diimbangi dengan kualitas kepercayaan (trust quality) masyarakat atas pengelolaan dana
secara hukum dan harfiah syariah (Hidayat, 2008) melalui pengungkapan laporan kepatuhan
syariah menggunakan Internet Financial Reporting (IFR). Hal ini sejalan dengan Sharia
Enterprise Theory, bahwa segala aktivitas syariah harus dipertanggung jawabkan untuk
memperoleh ridho Allah SWT melalui laporan ketaatan syariah dengan landasan triple
bottom line. Pengungkapan laporan keuangan beserta laporan pertanggung jawaban
menggunakan IFR pada bank syariah di Indonesia berada pada skor 40%-49% dengan range
tertinggi 50%-59% dari total skor keseluruhan 100% (Lestari,2014), artinya pengungkapan
atas laporan pertanggungjawaban pada bank syariah masih bersifat sukarela (voluntary
disclosure) (Purba, Medyawati, Silfianti, & Herman, 2013).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengarahkan adanya pengungkapan informasi


keuangan melalui situs web perusahaan ataupun lembaga (Rizqiyah & Lubis, 2014) dengan
tujuan untuk memberikan transparasi informasi keuangan dan non-keuangan sesuai Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009. Informasi akuntansi termasuk laporan ketaatan
syariah yang dilaporkan melalui laporan keuangan harus dapat menjamin adanya kebenaran,
kepastian, keterbukaan, keadilan, kerjasama, keseimbangan dan larangan melakukan
transaksi apapun yang bertentangan dengan aturan syariah (Harahap, 2001) untuk mencapai
tujuan akhir akuntansi syariah dalam pencapaian maslahah sesuai dengan prinsip tauhid dan

3
ajaran Tuhan (Hidayat, 2008). Sehingga, tata kelola (corporate governance) bank syariah
dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam Islamic Finance Service Board (IFSB) menyatakan bahwa seluruh bank
syariah harus melakukan pengungkapan yang memadai dan tepat waktu kepada pemegang
akun investasi dan publik sebagai bentuk transparasi tata kelola syariah (Greuning dan Zamir,
2011:190). Penggunaan IFR dalam financial technology sebagai media penyajian informasi
tata kelola akan memberikan dampak positif terhadap image bank syariah., sejalan dengan
Signalling Theory, bahwa pengungkapan laporan keuangan suatu entitas melalui internet
dapat meningkatkan kualitas kepercayaan pengguna laporan keuangan yang berdampak pada
peningkatan intangible benefit atas optimalisasi financial technology pada lembaga keuangan
bank syariah (Wolk, 2001) dalam (Narsa & Pratiwi, 2014).

Semakin tinggi kualitas tata kelola (good cororate governance) syariah yang
dilaporkan mampu meningkatkan nilai kepercayaan nasabah, sehingga semakin tinggi pula
reaksi pasar untuk memberikan umpan balik positif yang berpengaruh terhadap eksistensi
kinerja keuangan (analisis nilai return on asset dan return on equity) pada bank syariah.
Kinerja keuangan yang baik sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan para pengguna jasa
keuangan, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan
peran akuntan sebagai generasi emas untuk berkontribusi dalam membangun pelaksanaan
praktik syariah yang sesungguhnya. Dalam mewujudkan kontribusi tersebut, maka penulis
termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengaruh
tata kelola entitas terhadap kinerja entitas yang diukur menggunakan variabel GCG, ROA,
ROE dan memberikan rekomendasi sebagai solusi permasalahan terkait.

2. KAJIAN LITERATUR
2.1 TEORI SINYAL (Signaling Theory)

Dalam Shehata (2014), Signalling Theory seringkali digunakan oleh para ahli dalam
menjelaskan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan sebuah perusahaan
(Ross, 1977), walaupun diawal kemunculannya signalling theory digunakan dalam
mengklarifikasi asimetri informasi di pasar tenaga kerja (Spence, 1973). Teori ini pernah
digunakan dalam pengembangan voluntary disclosure pada laporan keuangan dan non-
keuangan sebuah entitas. Berdasarkan penelitian Wolk et al. (2000) dalam Rizqiyah & Lubis
(2017), signalling theory akan mengungkapkan sinyal-sinyal atas segala informasi yang
diungkapkan oleh perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi para pengguna dalam

4
pengambilan keputusan. Sehingga, pengungkapan laporan ketaatan syariah yang disajikan
akan memberikan sinyal-sinyal positif bagi bank syariah yang secara sukarela (voluntary
disclosure) telah melaporkannya.

2.2 TEORI TAM (Technology Acceptance Model Theory)

Technology Acceptance Model (TAM) Theory menunjukan bahwa pemanfaatan


teknologi akan memberikan rekasi positif para penggunanya dan mampu meningkatkan
pangsa pasar suatu usaha dalam perekonomian. Menurut Davis (1986) menyatakan bahwa:

“Technology Acceptance Model (TAM) Theory is an information


systems theory that models shows users come to accept and use a
technology...”
Konsep tersebut dapat pula diartikan sebagai salah satu model yang dibangun untuk
menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan
teknologi oleh masyarakat, termasuk penggunaan teknologi sebagai fasilitas sebuah usaha.
Pemanfaatan teknologi pada bank syariah dinilai mampu meningkatkan daya saing dalam
pemasaran, value added point5, stakeholder value dan meningkatkan competitive advantage6.

2.3 KINERJA KEUANGAN (Financial Performance)

Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai ukuran efektivitas, efesiensi dan


produktivitas secara berkala yang menunjukan prestasi atas pengelolaan manajemen
perusahaan yang dilihat atas dasar laporan manajemen dan laporan keuangan yang
merupakan pencermin prestasi yang dicapai (Prasetyo, 2008). Kinerja keuangan dapat diukur
dari berbagai metode, beberapa diantaranya didasarkan pada nilai ROA, ROE, DER dan jenis
pengukuran lainnya.

2.4 GOOD CORPORATE GOVERNANCE SYARIAH

Menurut Bank Indonesia dalam PBI Nomor 11/33/PBI/2009 good corporate


governance, yang selanjutnya disebut sebagai GCG merupakan suatu tata kelola bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsbility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness),
dimana tingkat tata kelola perusahaan akan menunjukan tingkat prestasi yang diperoleh.

5
Value Added Point : Nilai tambah yang dihasilkan atas nilai lebih yang diberikan
6
Competitive Advantage: Daya Saing suatu usaha

5
2.5 INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR)

Desain laporan keuangan & non-keuangan konvensional telah mengalami perubahan


menjadi desain kontemporer setelah munculnya internet (Rizqiyah & Lubis, 2017), dimana
pelaporan aktivitas perusahaan maupun entitas lain dalam bentuk laporan melalui internet
biasa disebut sebagai Internet Financial Report (IFR) (Purba, Medyawati, Silfianti &
Hermana, 2013) atau dalam media lain disebut pula sebagai Corporate Internet Reporting
(CIR)7. Internet Financial Report (IFR) seringkali diartikan sebagai mekanisme
pengungkapan laporan melalui web resmi perusahaan untuk dikonsumsi publik sebagai hasil
akhir pertanggungjawaban entitas (Mooduto, 2013). Penggunaan internet financial report
(IFR) dinilai akan memberikan keuntungan bagi pihak internal maupun pihak eksternal
entitas.

2.6 FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)

Financial Technology merupakan bentuk kemudahan financial access, transaksi,


aksesbilitas produk-produk keuangan, dan meningkatkan literasi keuangan interlokal.
Kemunculan financial technology merupakan tuntutan baru dan berkembang dalam industri
bank syariah saat ini (Alyas dan Rakib, 2017). Pemanfaatan teknologi pada suatu usaha akan
meningkatkan daya saing suatu usaha tersebut. Financial Technology (fintech) di Indonesia
terdiri atas startup pembayaran (payments), peminjaman (lending), perencanaan keuangan
(personal finance), investasi ritel, pembiayaan (crowfunding), remitansi, Comparison site
atau Financial Aggregator, dan riset keuangan. Beragam startup fintech ini memberikan
peluang bagi bank syariah dalam menghadapi persaingan ekonomi global.

2.7 PENELITIAN TERDAHULU (Previous Research)

Tabel 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Author Fokus Penelitian


1 Insani (2016) Analisis Penyajian IFR Terhadap Kinerja Keuangan Bank
Syariah

Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan bank syariah


sangat dipengaruhi oleh tingkat pengungkapan informasi yang
disajikan bank syariah
2 Lestari Internet Financial Report Disclosure
(2014)

7
Corporate Internet Reporting (CIR): Istilah lain yang diungkapkan dalam penelitian Rizqiyah & Lubis (2017)

6
Khan & Tujuan pengungkapan pelaporan informasi keuangan & non-
Ismail (2011) menggunakan internet financial report (IFR) adalah untuk
Rizaqiyah & dikonsumsi para penggunanya. Penelitian menunjukan adanya
Lubis (2017) pengungkapan laporan entitas melalui website (IFR) yang tidak
optimal di Indonesia dengan beberapa alasan.
3 Nuswandari Pengaruh Good Corporate Governance Pada Bank Umum
(2009) Syariah terhadap Kinerja Keuangan

Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh good corporate


governance signifikan positif terhadap kinerja keuangan.
4 Tertius & Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Christiwan Keuangan
(2015)
Good Corporate Governance memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap nilai kinerja keuangan bank melalui analisis ROA
5 Alyas & Financial Technology Dalam Bank Syariah
Rakib (2017) Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam menghadapi era
persaingan, financial technology merupakan tuntutaan era digital
dalam segala bentuk financial access.
6 Penelitian Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
saat ini Keuangan Bank Syariah Dengan Laporan Ketaatan Syariah
(2018) Sebagai Detektor Optimalisasi Financial Technology

Kinerja keuangan yang digunakan sebagai variabel analisis adalah


return on asset dan return on equity

2.8 PERUMUSAN HIPOTESIS

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan diuraikan pada latar belakang serta diperkuat
dengan landasan teori, maka good corporate governance sebagai tata kelola bank syariah
seharusnya memiliki korelasi positif (berhubungan) dengan kinerja keuangan yang diukur
berdasarkan nilai return on asset dan return on equity. Dengan pertimbangan tersebut, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

H1 : Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Dalam menyesuaikan hipotesis dengan tujuan peneilitian, maka secara lebih spesifik
hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

H1 : Good Corporate Governance berpengaruh terhadap Return On Asset

H2 : Good Corporate Governance berpengaruh terhadap Return On Equity

7
3. METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data berupa
dokumentasi laporan penilaian sendiri (self assesment latter) 8 tahun 2012-2016 yang
disajikan setiap entitas dan laporan kinerja keuangan tahunan yang telah diaudit dan terdaftar
di Indonesian Stock Exchange periode 2012-2016.
3.2 PENENTUAN KARAKTERISTIK
Dalam menentukan karakteristik pelaksanaan tata kelola syariah, penelitian ini
menggunakan skala nilai komposit 9 dan item penilaian/bobot10 yang telah dilakukan dan
diotorisasi oleh bank indonesia. Metode perhitungan dengan cara mengalikan total skor yang
diperoleh dengan skor maksimal yang dapat diperoleh bank apabila mengungkapkan semua
item, dimana formula yang digunakan adalah Nilai GCG Syariah = Peringkat (self assesment
letter) x Bobot Nilai, dimana ∑ Skor maksimal yang akan diperoleh disesuaikan dengan skala
nilai komposit

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan syariah di
Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Per April 2017 11 yang ditentukan
berdasarkan metode penentuan kriteria tertentu (purposive sampling)12 dengan beberapa
asumsi, yakni:

1. Seluruh Bank Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Per April 2017 13.
2. Seluruh Bank Syariah yang telah menerbitkan laporan kinerja keuangan tahunan di
BEI pada tahun 2012-2016 sebagai indikator analisis Return On Asset (ROA) dan
Return On Equity (ROE).
3. Seluruh Bank Syariah yang meyajikan laporan Self Assesment Latter tahun 2012-2016
(tanpa perubahan kebijakan).
4. Bank Syariah yang tercatat menggunakan Internet Financial Reporting dan tercatat di
Bank Indonesia sebagai web resmi bank syariah di Indonesia.

8
Self Assesment Letter: laporan aktivitas perusahaan selama periode berjalan dengan penilaian
9
Skala Nilai Komposit: (Terlampir)
10
Bobot penilaian: (Terlampir)
11
Data Sample: (Terlampir)
12
Purposive Sampling: Penentuan sample berdasarkan kriteria teertentu
13
Data Sample (Terlampir)

8
3.4 DEFINISI VARIABEL DAN OPERASIONAL

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel independent


dan dependen, yaitu:

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah good corporate governance pada self
assesment latter
b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Asset & Return On Equity.

Tabel 2. Definisi Variabel

No Variabel Keterangan Formula


1 ROA ROA akan menunjukan efektivitas manajemen 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐴 =
dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
pendapatan (Kasmir, 2012:201).
2 ROE ROE adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐴 =
terhadap ekuitas 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
3 GCG Tata kelola perusahaan guna mewujudkan nilai
Syariah Pemilik Modal/RPB dalam jangka panjang dengan Bobot Variabel x Nilai
tetap memperhatikan kepentingan stakeholders Komposit
sesuai peraturan dan nilai etika.

3.5 METODE ANALISIS DATA

3.5.1 METODE ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis statistik deskriptif, diamana untuk memberikan gambran secara umum, data
penelitian akan diadakan analisis statistik deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian.
Deskripsi variabel tersebut disajikan dalam bentuk absolut yang menyajikan angka rata-rata
median, kisaran, dan standar deviasi.

3.5.2 ANALISIS REGRESI

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi Ordinary Least Square (OLS),
dengan metode perhitungan kuadrat terkecil (Wirawan, 2012). Tujuannya adalah
mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan
setiap observasi terhadap garis tersebut. Penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana
dalam menguji hipotesis, dengan bentuk Y= α + βX1 + ε.

3.5.3 UJI ASUMSI KLASIK

9
Uji asumsi klasik adalah bentuk analisis untuk menguji apakah terdapat sebuah model
regresi linier Ordinary Least Square (OLS) terdapat masalah-masalah asumsi klasik. Dalam
penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi yang digunakan adalah Uji Durbin-Watson (DW test) dimana uji ini
digunakan untuk uji autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan
adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada lagi variabel diantara variabel
independen. Hasil yang baik adalah yang terbebas dari uji autokorelasi. Uji Autokorelasi
muncul karena obesrvasi yang berurutan sepanjang waktu (time series) berkaitan satu sama
lainnya.

2) Uji Heteroskedastisitas

Dalam uji ini, metode yang digunakan adalah Uji Glesjer. Model regresi yang baik
adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, dengan signifikansi diatas
standar 5% (0,05). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
(Ghozali, 2016)

3) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode uji statistik Kolmogrov-
Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansinya. Hasil dari uji ini dikatakan sebagai
distribusi data residual normal apabila hasil memiliki tingkat signifikansi ≥ 5% (0,05). Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016), sehingga hipotesis yang dibuat adalah:

H0: Data residual terdistribusi normal

Ha: Data residual terdistribusi tidak normal

3.5.4 PENGUJIAN HIPOTESIS

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
Goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik f dan nilai statistik t (Ghozali, 2016).

10
1) Koefisien Determinasi R2

Koefisien determinasi (R2) akan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1.
Nilai R2 kecil menunjukan keterbatasan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen, dan sebaliknya jika niali R2 mendekati 1 menunjukam variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).

2) Uji Statistik F (Uji F)

Uji F dalam penelitian ini menggunakan model Anova, dimana uji digunakan untuk
mengetahui apabila model yang digunakan layak untuk memprediksi variabel dependen apabila nilai
tingkat signifikansi< standar signifikansi (Sig ≤ 0,05).

3) Uji Statistik (Uji T)

Uji T dalam penelitian ini menggunakan model Anova, dimana uji ini akan menunjukan
seberapa jauh penagruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2016). Perbandingan yang digunakan sebagai berikut:

a. Apabila (Sig ≤ 0,05), maka H1 diterima dan H0 ditolak, yang artinya variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen
b. Apabila (Sig ≤ 0,05), maka H2 diterima dan H0 ditolak, yang artinya variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen
c. Apabila (Sig ≥ 0,05), maka H1 ditolak dan H0 diterima, yang artinya variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
d. Apabila (Sig ≥ 0,05), maka H2 ditolak dan H0 ditirema, yang artinya variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

4.HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data laporan self assesment letter syariah dan laporan tahunan kinerja
keuangan (nilai return on asset dan return on equity) setiap sample yang digunakan untuk
periode 2012-2016 yang, maka hasil analisis statistik deskriptif menggunakan Statistical
Package for the Social Science (SPSS) 24 adalah sebagai berikut:

1. UJI NORMALITAS

11
Tabel 3. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. ,05845864
Deviation
Most Extreme Differences Absolute ,106
Positive ,106
Negative -,086
Test Statistic ,106
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Sumber: Data Diolah (2018)

Uji Normalitas menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


menghasilkan nilai asymp.sig. (2-tiled) lebih besar dari standar signifikansi atau 0,200 ≥ 0,05
(5%), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang dapat diartikan bahwa semua data yang
dijadikan sampel telah terdistribusi secara normal.

Tabel 4. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROE

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. ,05845864
Deviation
Most Extreme Differences Absolute ,106
Positive ,106
Negative -,086
Test Statistic ,106
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Sumber: Data Diolah (2018)

Uji Normalitas menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


menghasilkan nilai asymp.sig. (2-tiled) lebih besar dari standar signifikansi atau 0,200 ≥ 0,05
(5%), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang dapat diartikan bahwa semua data yang
dijadikan sampel telah terdistribusi secara normal.

2. UJI AUTOKORELASI

Tabel 5. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROA

Model Summaryb

12
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,572a ,327 ,310 ,00774382 1,481
a. Predictors: (Constant), GCG
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data Diolah (2018)

Uji Autokorelasi sebagai syarat data time series14 yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Uji Durbin Watson (Uji DW) dengan nilai durbin watson sebesar 1,481.
Apabila, T (n) = 8 sample dan k = 3 variabel, maka nilai dU= 2,2866 (tabel uji durbin
watson15). Maka untuk memenuhi nilai pembanding 4-d= 4 – 1,481= 2,519. Syarat lolos uji
autokorelasi dari deteksi autokorelasi negatif adalah (4-d) > dU, dimana hasil data 2,519 >
2,2866 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak ada (lolos) deteksi autokorelasi negatif.
Tabel 6. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROE

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,492 ,242 ,222 ,05922283 1,373
a. Predictors: (Constant), GCG
b. Dependent Variable: ROE
Sumber: Data Diolah (2018)

Uji Autokorelasi sebagai syarat data time series yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Uji Durbin Watson (Uji DW) dengan nilai durbin watson sebesar 1,373.
Apabila, T (n) = 8 sample dan k = 3 variabel, maka nilai dU= 2,2866 (tabel uji durbin
watson). Maka untuk memenuhi nilai pembanding 4-d= 4 – 1,373= 2,627. Syarat lolos uji
autokorelasi dari deteksi autokorelasi negatif adalah (4-d) > dU, dimana hasil data 2,627 >
2,2866 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak ada (lolos) deteksi autokorelasi negatif.
3. UJI HETEROSKEDASTISITAS
Tabel 7. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROA

Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) ,003 ,005 ,624 ,536

14
Time Series: Data yang digunakan urut berdasarkan periodenya (data peneitian 2012-2016)
15
Tabel uji Durbin Watson adalah tabel yang digunakan sebagai perbandingan dalam uji autokorelasi dengan
standar signifikansi 5% (0,05)

13
GCG ,001 ,001 ,108 ,669 ,508
a. Dependent Variable: AbstRes1
Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam penilitian ini menggunakan Uji Glesjer, dimana hasil uji heteroskedastitas
model 1 menunjukan adanya siginifikansi sebesar 0,508. Nilai ini lebih besar daripada 0,05
yang menunjukan syarat homokedastisitas/ bebas heterkedastisitas Sig. > standar signifikansi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini bebas dari Heteroskedastisitas, yang artinya
model ini menunjukan adanya data yang valid.

Tabel 8. Model 2 Nilai GCG Syariah terhadap ROE

Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) ,020 ,044 ,443 ,660

GCG ,007 ,011 ,101 ,626 ,535


a. Dependent Variable: AbstRes2

Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam penilitian ini menggunakan Uji Glesjer, dimana hasil uji heteroskedastitas
model 2 menunjukan adanya siginifikansi 0,535. Nilai ini lebih besar daripada 0,05 yang
menunjukan syarat homokedastisitas/ bebas heterkedastisitas Sig. > standar signifikansi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini tidak ada Heteroskedastisitas, yang artinya
model ini menunjukan adanya data yang valid.

4. ANALISIS REGRESI MODEL 1


Tabel 9. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROA

Variables Entered/Removed a
Variables
Model Entered Variables Removed Method
1 GCGb . Enter
a. Dependent Variable: ROA
b. All requested variables entered.
Sumber: Data Diolah (2018)

a. Koefisien Determinasi
Model Summary

14
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,572a ,327 ,310 ,00774382
a. Predictors: (Constant), GCG

Dalam penelitian ini koefisien determinasi diketahui, bahwa Adjusted R Square 0,310
yang artinya setiap nilai tersebut dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisanya
dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi.
b. Uji Statistik (Uji F)
Tabel 10. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROA

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,001 1 ,001 18,484 ,000b
Residual ,002 38 ,000
Total ,003 39
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), GCG

Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam melakukan uji F menggunakan model Anova dengan hasil nilai signifikansi
0,000 < 0,05 (5%) yang memenuhi syarat kelayakan uji F bahwa sig. < standar signifikansi
(0,05) dengan nilai F 18,484. Nilai F dianggap memenuhi syarat kelayakan karena nilai
signifikansinya di bawah 0,05. Berdasarkan data diketahui bahwa nilai signifikansi uji F jauh
di bawah 0,05 yakni sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukan bahwa model Anova yang
digunakan layak untuk memprediksi variabel dependen.
c. Uji Statistik (Uji T)
Tabel 11. Model 1 Nilai GCG Syariah terhadap ROA

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toler
Model B Std. Error Beta T Sig. ance VIF
1 (Constan -,024 ,010 -2,450 ,019
t)
GCG ,010 ,002 ,572 4,299 ,000 1,000 1,000

a. Dependent Variable: ROA


Sumber: Data Diolah (2018)

15
Dalam melakukan Uji T menggunakan model Anova dengan hasil data, nilai
signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan kesimpulan yang signifikan dikarenakan
nilainya berada di bawah batas 0,05 sehingga hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak, yang
artinya variabel GCG berpengaruh terhadap ROA.
5. ANALISIS REGRESI SEDERHANA MODEL 1
Analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji dan menganalisis serta
memprediksi adanya pengaruh satu variabel bebas atau variabel independent terhadap
variabel terikat atau variabel dependent. Analisis ini akan menunjukan apabila variabel bebas
diketahui skornya maka variabel terikatnya dapat pula diprediksi besarnya, dimana analisis
ini digunakan untuk mengetahui linieritas antara variabel bebas dan variabel terikatnya.
Analisis regresi sederhana terdiri atas satu variabel bebas (predictor) dan satu variabel terikat
(respon), dengan persamaan Y= a+bX, dimana dalam metode ini digunakan perbandingan
nilai signifikansi dengan probabilitas 5% atau 0,05. Apabila nilai signifikansi < standar
signifikansi (0,05) maka variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
terikatnya, dan apabila signifikansi > standar signifikansi (0,05) maka variabel bebas tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.
Formula 1. Analisis Regresi Sederhana
Hasil Analisis Regresi Sederhana Keterangan
Y= α + βX1 + ε Y = Kinerja Keuangan (ROA)
Sehingga, analisis regresi sederhananya α = Konstanta X1 = GCG
ROA = α + β.GCG + ε Β = Koefisien Regresi ε = Error
Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam metode ini, nilai signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 sehingga
variabel bebas memiliki signifikansi positif dan memiliki keterkaitan dengan variabel
terikatnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa GCG berpengaruh terhadap ROA.
6. ANALISIS REGRESI MODEL 2
Tabel 12. Model 2 Nilai GCG Syariah terhadap ROE

Variables Entered/Removed a
Variables Variables
Model Entered Removed Method
b
1 GCG . Enter
a. Dependent Variable: ROE
b. All requested variables entered.
Sumber: Data Diolah (2018)

16
a. Koefisien Determinasi
Tabel 13. Model 2 Nilai GCG Syariah terhadap ROE

Model Summary
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 ,492a ,242 ,222 ,05922283
a. Predictors: (Constant), GCG
Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam penelitian ini koefisien determinasi diketahui, bahwa Adjusted R Square 0,222
yang artinya setiap nilai tersebut dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisanya
dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi.

b. Uji Statistik (Uji F)


Tabel 14. Model 2 Nilai GCG Syariah terhadap ROE

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,043 1 ,043 12,143 ,001b
Residual ,133 38 ,004
Total ,176 39
a. Dependent Variable: ROE
b. Predictors: (Constant), GCG
Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam melakukan uji F menggunakan model Anova dengan hasil nilai signifikansi
0,001 < 0,05 (5%) yang memenuhi syarat kelayakan uji F bahwa sig. < standar signifikansi
(0,05) dengan nilai F 12,143. Nilai F dianggap memenuhi syarat kelayakan karena nilai
signifikansinya di bawah 0,05. Berdasarkan data diketahui bahwa nilai signifikansi uji F jauh
di bawah 0,05 yakni sebesar 0,001. Hasil tersebut menunjukan bahwa model Anova yang
digunakan layak untuk memprediksi variabel dependen.
c. Uji Statistik (Uji T)
Tabel 15. Model 2 Nilai GCG Syariah terhadap ROE

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toler
Model B Std. Error Beta T Sig. ance VIF
1 (Constant) -,115 ,076 -1,500 ,142
GCG ,064 ,018 ,492 3,485 ,001 1,000 1,000
17
a. Dependent Variable: ROE
Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam melakukan Uji T menggunakan model Anova dengan hasil data, nilai
signifikansinya sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan kesimpulan yang signifikan dikarenakan
nilainya berada di bawah batas 0,05 sehingga hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak, yang
artinya variabel GCG berpengaruh terhadap ROE.
7. ANALISIS REGRESI SEDERHANA MODEL 2

Analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji dan menganalisis serta


memprediksi adanya pengaruh satu variabel bebas atau variabel independent terhadap
variabel terikat atau variabel dependent. Analisis ini akan menunjukan apabila variabel bebas
diketahui skornya makan variabel terikatnya dapat pula diprediksi besarnya, dimana analisis
ini digunakan untuk mengetahui linieritas antara variabel bebas dan variabel terikatnya.
Analisis regresi sederhana terdiri atas satu variabel bebas (predictor) dan satu variabel terikat
(respon), dengan persamaan Y= a+bX, dimana dalam metode ini digunakan perbandingan
nilai signifikansi dengan probabilitas 5% atau 0,05, dimana apabila nilai signifikansi kurang
dari 0,05 maka variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya, dan
apabila signifikansi lebih dari 0,05 maka variabel bebas tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel terikatnya.

Formula 2. Analisis Regresi Sederhana


Hasil Analisis Regresi Sederhana Keterangan
Y= α + βX1 + ε Y = Kinerja Keuangan (ROE)
Sehingga, analisis regresi sederhananya α = Konstanta X1 = GCG
ROE = α + β.GCG + ε Β = Koefisien Regresi ε = Error
Sumber: Data Diolah (2018)

Dalam metode ini, nilai signifikansi sebesar 0,001 atau kurang dari 0,05 sehingga
variabel bebas memiliki signifikansi positif dan memiliki keterkaitan dengan variabel
terikatnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa GCG berpengaruh positif signifikan terhadap
ROE.
Tabel 16. Ringkasan hasil penelitian GCG terhadap ROA Model 1
No Jenis Uji Metode Syarat Hasil Keterangan
1 Uji Normalitas One-Sample asymp.sig. > 0,200 ≥ Model uji bebas dari
Kolmogorov- Standar 0,05 asumsi kalsik.
Smirnov Test Signifikansi

18
2 Uji Durbin (4-d) > dU 1,481 Model lolos uji
Autokorelasi Watson autokorelasi
3 Uji Glesjer Sig. > Standar 0,508 > Data valid
Heteroskedas Sig. 0,05 (homokedastisitas)
tisitas
4 Uji Regresi Koefisien (Melihat 0,310 nilai tersebut dapat
Determinasi Adjusted R dijelaskan oleh variabel
Square) independen
5 Uji Statistik Anova sig. < standar 0,000 < Model yang digunakan
(Uji F) signifikansi 0,05 dan layak untuk memprediksi
variabel dependen
6 Uji Statistik Anova sig. < standar sig.0,000 H1 diterima dan H0
(Uji T) signifikansi < 0,05 ditolak (variabel GCG
berpengaruh terhadap
variabel ROA)

7 Analisis Ordinary Least Sig < Standar 0,000 < variabel bebas memiliki
Regresi Square Sig. 0,05 signifikansi positif pada
Sederhana variabel terikatnya
Sumber: Data Diolah (2018)

Tabel 17. Ringkasan hasil penelitian GCG terhadap ROE Model 2


No Jenis Uji Metode Syarat Hasil Keterangan
1 Uji Normalitas One-Sample asymp.sig. 0,200 ≥ Model uji bebas dari
Kolmogorov- (2-tiled)> 0,05 asumsi kalsik.
Smirnov Test Standar
Signifikansi
2 Uji Durbin (4-d) > dU 1,373 Model lolos uji
Autokorelasi Watson autokorelasi
3 Uji Glesjer Sig. > Standar 0,535 ≥ Data valid
Heteroskedas Sig. 0,05 (homokedastisitas)
tisitas
4 Uji Regresi Koefisien (Adjusted R 0,222 nilai tersebut dapat
Determinasi Square) dijelaskan oleh variabel
independen
5 Uji Statistik Anova sig. < standar 0,001 < Model yang digunakan
(Uji F) signifikansi 0,05 layak untuk memprediksi
dan variabel dependen
6 Uji Statistik Anova sig. < standar sig.0,00
H2 diterima dan H0
(Uji T) signifikansi 1 <
ditolak (variabel GCG
0,05 berpengaruh terhadap
ROE)
7 Analisis Ordinary Least Sig < Standar 0,001 < variabel bebas memiliki
Regresi Square Sig. 0,05 signifikansi positif pada
Sederhana variabel terikatnya
Sumber: Data Diolah (2018)

19
5. ANALISIS DESKRIPTIF
5.1 IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE SYARIAH PADA TRANSAKSI
BANK SYARIAH BERBASIS FINANCIAL TECHNOLOGY

Implementasi Financial Technology pada bank syariah seyogyanya memiliki peranan


yang variatif jika dibandingkan dengan bank konvensional pada umumnya, walaupun para
ahli masih meragukan fungsi kelembagaan bank syariah (Yunitarini, 2009). Keraguan para
nasabah terhadap praktik bank syariah menjadi sebuah hambatan, diantaranya penerapan
praktik tata kelola yang tidak sesuai Fatwa Dewan Syariah 16, sehingga mindset masyarakat
harus dirubah untuk meningkatkan posisi bank syariah pada perekonomian global saat ini
(Syafe’i, 2013). Keraguan tersebut turut didukung dengan adanya penggunaan teknologi yang
dinilai tidak tepat, dimana seharusnya bank syariah menggunakan teknologi yang berbasis
syariat islam (Ismail, 2010).

Dalam Penelitian Prof.Dr.Sayuti Hasibuan (2011) yang berjudul “Islamic Finance :


Ehancing It‟s Transformation Role in Muslim Countries With The Special Reference To
Indonesia” tentang pemanfaatan teknologi pada bank syariah seharusnya teknologi yang
dapat disesuaikan dengan aturan dan syariat hukum islam, sehingga optimalisasi penggunaan
teknologi tersebut memberikan competitive advantage. Bank Syariah sebagai lembaga
keuangan berbasis hukum islam, dituntut untuk turut mengoptimalkan peranan financial
technology sebagai kemudahan transaksi yang disesuaikan dengan aturan hukum islam,
sebagaimana tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman :

“...Allah mengkhendaki kemudahan Bagimu, dan tidak mengkhendaki kesukaran Bagimu...”.

Financial technology merupakan teknologi yang diharapkan dapat dikembangkan


dalam praktik syariah dengan fasilitas transfer uang, purchishing, tracking of spanding,
investing, borrowing, dan sebagainya dengan tetap menjaga prinsip syariah dalam
pelaksanaannya. Dalam Putusan MK Nomor 64/PUU-X/2012 Tahun 2012 merupakan
tafsiran UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah menyatakan bahwa
pemberian financial access, seperti pemberian kartu debit (debt card), charge card harus
berdasarkan prinsip syariah, salah satunya adalah transaksi bank syariah seharusnya terlepas
dari adanya unsur riba (interest free banking). Beberapa transaksi yang telah diatur dalam

16
Penyimpangan Fatwa Dewan Syariah: (Terlampir)

20
PSAK 101-PSAK 109 pada praktiknya tidak sesuai dengan pelaksanaan good corporate
governance syariah, diantaranya:

Tabel 18. Praktik Transaksi Syariah

No Penyimpangan Praktik Keterangan


Mudharabah (Qiradh)
1 Bank Syariah Tidak Dana dari nasabah akan diinvestasikan kembali ke pos-pos
Mengelola Dana Sendiri yang dinilai halal oleh bank syariah dengan alasan
efisiensi proses pengelolaan dana
2 Melanggar Akad Dalam akad mudharabah yang disepakati, bank syariah
Mudharabah (memiliki sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah sebagai
peran ganda) penyedia dana (Shahibul maal). Praktiknya ketika
dilakukan reinvestasi, bank syariah sebagai penyedia dana
(Shahibul maal) dan pos-pos yang dipercaya sebagai
pengelola dana (mudharib).
3 Muncul 2 Kesepakatan Ibnu Mas’ud RA menyatakan bahwa Rasullulah Nabi
Dalam 1 Kesepakatan Muhammad SAW melarang adanya 2 kesepakatan
(shafqatain‟fi sha‟qatin) dalam 1 kesepakatan
(shafqatain‟fi sha‟qatin) (HR Ahmmad, Al-Musnad,
I/398), Praktiknya, bank syariah memiliki 2 peran dalam 1
kesapakatan yakni penyedia & pengelola
4 Muncul Riba Terselubung Dalam praktiknya ketika pihak bank memperoleh
keuntungan dari reinvestasi, maka bentuk bagi hasil
kepada nasabah sudah jelas merupakan keuntungan riba
yang haram diambil dalam aturan islam (Husein Syahatah
dalam Hidayat, 2013)
Murabahah
1 Sebagai trik (hilah) untuk Praktiknya, pihak bank akan memberikan abntuan dalam
menghalalkan riba bentuk cicilan atas komoditas yang tidak benar-benar
dibeli oleh bank, artinya komoditas hanya sebagai alat
pengukuran nilai untuk melekatkan nilai satuan yang akan
diberikan (Husein Syahatah dalam Hidayat, 2013)
2 Jual-Beli Barang Yang Praktiknya, dalam transaski ini pihak nasabah akan
Belum Dimiliki Penjual membeli sendiri komoditas yang dijual dengan akad
(Bai‟ al-ma‟dum) (wakalah) sehingga adanya jual-beli barang yang tidak
dimiliki penjual dilarang dalam syariat islam
3 Munculnya anggapan Pihak nasabah akan melunasi atas komoditas yang dibeli
praktik utang-piutang dengan cara mencicil secara berkala (installment) atas
dana yang diberikan oleh bank syariah sebesar harga
komoditas.
4 Adanya transaksi 1 barang Prinsip islam melarang keras adanya jual-beli satu barang
sejenis, dimana pihak bank menjual komoditas dengan
memberikan (uang) kepada nasabah untuk membeli
sendiri komoditas yang diinginkan dan nasabah akan
membayar dalam bentuk cicilan (uang).
5 Transaksi murabahah Murabahah „inah adalah pinjaman ribawi yang direkayasa
„inah (jual-beli „inah) dengan praktik jual beli yang dilarang aturan syariat islam.

21
6 Murabahah bay‟ atani‟ fi Rasulullah SAW telah melarang bentuk jual beli bay‟
bay‟ah atani‟ fi bay‟ah (HR Imam Ahmad, Nasa’i dan
Tirmidzi:9834), karena pihak bank syariah memiliki opsi
2 harga yang dilarang dalam ajaran islam (Hadist Abu
Hurairah Radhiyaallahu’anhu), yakni harga komoditas jika
dibayarkan secara tunai dan cicilan.

5.2 HAMBATAN DAN DORONGAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE


PADA BANK SYARIAH

Munculnya hambatan dalam pelaksanaan kepatuhan syariah perlu dipertimbangan untuk


mencari solusi permasalahan pada bank syariah dalam mewujudkan good corporate
governane perbankan syariah yang sesuai prinsip syariah secara substantif (Hidayat,2002).

5.2.1 HAMBATAN

1. Undang-Undang

UU Nomor 21 Tahun 2008 (UUPS Nomor 21 Tahun 2008) tentang Perbankan


Syariah & Putusan MK Nomor 64/PUU-X/2012 Tahun 2012 tentang transaksi yang
diperbolehkan dan dilarang dalam aktivitas perbankan syariah tidak memberikan ketegasan
bahwa setiap aktivitas bank syariah secara substantif harus dapat dijamin (Hidayat, 2008).
Sehingga diperlukan adanya regulasi secara rigid yang mengatur pengungkapan laporan
ketaatan syariah guna meningkatkan kualitas pelaksanaan prinsip syariah (Nurhayati, 2009).

2. Peraturan Bank Indonesia (BI) & Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 pasal 2 tentang Pelaksanaan Prinsip


Syariah penghimpunan dana dan penyaluran dana pada bank syariah dinilai belum menjamin
sepenuhnya kinerja perbankan syariah (Rizqiyah & Lubis, 2017). Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang pinjam meminjam melalui sistem informasi
berbasis financial technology secara khusus hanya diperuntukan entitas secara umum, dimana
pengembangan internet financial report (IFR) dalam roadmap OJK (2014) sebagai
transparasi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan syariah bagi BUS & UUS masih
bersifat voluntary disclosure dan berbentuk draft (Rizqiyah & Lubis, 2017).

3. AAOFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution)

22
Di Indonesia sendiri, AAOFI sebagai lembaga pembuat standar syariah internasional
hanya sebagai dasar pedoman (basis of guidelines) dan belum memiliki kekuatan rigid bagi
pelaksanaan prinsip syariah sesuai standar.

4. Standar Akuntansi Keuangan Syariah

SAK Syariah yang digunakan saat ini tidak membahas secara khusus bagi transaksi
perbankan syariah, padahal perbankan syariah memiliki variasi transaksi yang lebih
kompleks dan luas jika dibandingkan dengan entitas pada umumnya.

5. Audit Syariah

Dalam penelitian yang dilakukan Hussainey (2016), di Indonesia hanya 33% bank
syariah yang memiliki Sharia Auditing Departement (SAD), sementara praktik dilapangan
seorang auditor menggunakan standar auditing yang banyak digunakan secara umum pada
bank konvensional karena Peraturan Bank Indonesia (PBI) sendiri masih menyamakan
dengan bank konvensional.

6. Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan
Syariah Nasional (DSN)

Salah satu tugas DSN-MUI adalah mengawasi DPS dalam menjalankan tugasnya
mengawasi bank syariah (Muhammad, 2010), namun pada kenyataannya kinerja dari Dewan
Pengawas Syariah sendiri dinilai masih belum optimal sehingga beberapa aktivitas pada bank
syariah tidak sesuai dengan kaidah islam yang seharusnya. Kinerja DPS akan mempengaruhi
kredibilitas dan pertanggung jawaban tata kelola prinsip syariah pada bank syariah.

7. Sumber Daya Insani

Para pelaku dalam aktivitas perbankan syariah seharusnya adalah subyek yang
memahami masalah muamalah. Tujuannya adalah untuk menciptakan segala aktivitas syariah
sesuai dengan prinsip aturan hukum islam (syariah). Kondisinya, di Indonesia sendiri sumber
daya manusia yang menguasai aturan hukum islam (syariah) pada praktik bank syariah masih
terbatas, termasuk pemahaman menganai muamalah.

5.2.3 DORONGAN

Dalam Receptio a Contrario Theory atas pengembangan dari Receptie Exit Theory dan
Teori Kewujudan menyatakan adanya sebuah penerimaan suatu konsep dan prinsip oleh

23
budaya setempat. Eksistensi penerapan prinsip syariah pada lembaga keuangan syariah mulai
diterima oleh masyarakat Indonesia, sebagai negara yang memiliki total masyarakat muslim
yang cukup besar. Sehingga, dari sisi local wisdom17 masyarakat Indonesia telah menerima
keberadaan bank syariah sebagai lembaga penghimpun dan pengelola dana masyarakat.
Dengan adanya penerimaan eksistensi bank syariah di Indonesia, maka bank syariah perlu
meingkatkan optimalisasi peranan bank syariah dalam perekonomian global dan mampu
bersaing dengan bank konvensional pada umumnya. Budaya masyarakat yang menerima
eksistensi bank syariah juga harus diimbangi dengan feedback positif dari pihak bank untuk
melaksanakan prinsip syariah secara harfiah (substantif) (Nurhayati,2009) sehingga
meningkatkan kualitas kepercayaan masyarakat (Hidayat, 2008).

5.5 REKOMENDASI

Dalam rangka meningkatkan good corporate governance syariah sebagai optimalisasi


financial technology untuk menjamin pelaksanaan praktik sesuai prinsip syariah untuk
mencapai maqasid syariah, maka diperlukan peran generasi akuntan yang profesional untuk
turut berkontribusi membangun perekonomian nasional melalui literasi bank syariah dengan
mempertimbangkan beberapa rekomendasi, diantaranya:

1. Merujuk Pada Ketegasan Regulasi dan Standar Penerapan Syariah pada Bank Syariah
di Bahrain.

Beberapa hal yang perlu dirubah atas pelaksanaan standar syariah internasional di
Indonesia dengan merujuk pada penerapan AAOFI (Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institution) di Negara Bahrain sebagai negara dengan pelaksanaan
AAOIFI terbaik di dunia. Hal-hal tersebut adalah :

Tabel 19. Rekomendasi Penerapan AAOFI di Negara Bahrain

No Kondisi Bank Syariah di Indonesia Rekomendasi

1 AAOFI sebagai dasar pedoman AAOFI sebagai standar adopsi modifikasi


(Basis of Guidelines) (Modification Adoption)
2 Sifat pengungkapan laporan aktivitas Sifat pengungkapan laporan aktivitas syariah
syariah melalui IFR dalam Financial melalui IFR dalam Financial Technology
Technology bersifat voluntary bersifat mandatory disclosure (Sharia
disclosure (Roadmap 2014 Otoritas Standart in Bahrain and Sudan; Islamic

17
Local wisdom : kearifan lokal atau segala pengetahuan yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di
dunia dan berbudaya.

24
Jasa Keuangan, draft) Development Bank)
3 Kantor Akuntan Publik (KAP) Sharia Auditing Departement (SAD) sebagai
sebagai auditor bank syariah lembaga audit khusus bank syariah di Bahrain
4 IAI berpedoman pada PSAK Syariah ASIFI berpedoman pada AAOIFI Auditing
dalam mengaudit perbankan syariah Standart pada perbankan syariah

2. Penyajian Laporan Ketaatan Syariah Melalui Internet Financial Report (IFR) pada
optimalisasi Financial Technology

Dalam praktik perbankan syariah, bank syariah memiliki tanggung jawab hukum dan
sosial atas tata kelola (good corporate governance) syariah sebagai tujuan utama (maqasid
syariah) bertanggungjawab kepada Allah SWT, bukan hanya memenuhi standar untuk tidak
menyimpang dari peraturan yang digunakan, namun perlu memfokuskan pada pelaksanaan
prinsip syariah secara harfiah (substantif) sesuai dengan aturan hukum islam (Hidayat, 2008).
Berdasarkan Sharia Enterprise Theory, dalam mewujudkan pelaksanaan yang sesuai dengan
prinsip syariah secara harfiah, maka perlu adanya ketegasan regulasi laporan ketaatan syariah
melalui internet financial report sebagai optimalisasi financial technology.

3. Optimalisasi Peranan Regulator Inkulsi Syariah (MUI, DSN, DPS) Dalam Mengawasi
Tata Kelola Syariah

Pengawasan atas pelaksanaan prinsip syariah menajdi pilar positif bagi reputasi bank
syariah, sehingga perlu adanya pengawasan yang optimal. Pengawasan yang dilakukan
meliputi penialian tata kelola, hasil kinerja, kesesuaian dengan standar syariah yang berlaku
umum. Mengoptimalisasikan peranan financial technology dalam praktik perbankan syariah
perlu adanya ketegasan regulasi yang rigid, sehingga pemanfaatan teknologi yang digunakan
pada bank syariah sesuai dengan adaptasi hukum islam (Ismail, 2010) dan dapat dibenarkan
untuk dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT secara hukum dan harfiah (Hidayat,
2008).

4. Regulasi Yang Rigid Pada Pemanfaatan IFR Sebagai Bentuk Peningkatan Kualitas
Good Corporate Governance Syariah

Bank Syariah sebagai lembaga jasa keuangan syariah berada dibawah kendali Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan belum memiliki keterikatan yang rigid dalam
pemanfaatan internet financial report (IFR) sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan
prinsip syariah melalui laporan ketaatan syariah dikarenakan Otoritas jasa Keuangan masih
membentuk regulasi penggunaan IFR pada bank syariah dalam bentuk draft (Rizqiyah &

25
Lubis, 2017). Pemanfaatan financial technology dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 77/POJK.01/2016 belum mengatur ketegasan penggunaan financial technology pada
bank syariah. Sehingga, diperlukan adanya regulasi yang rigid dari PBI & POJK sebagai
bentuk keseriusan dalam pengoptimalisasian peranan financial technology pada bank syariah.

5. Peran IAI Dalam Merumuskan Standar Akuntansi Keuangan Syariah

Dalam memudahkan proses pencatatan, penilaian dan pengungkapan aktivitas


pengelolaan keuangan syariah, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah membentuk Standar
Akuntansi Keuangan Syariah sebagai pedoman umum perbankan syariah. Konsistensi IAI
diperlukan dalam perumusan aturan syariah yang disesuaikan. IAI sebagai badan inklusi
dalam pembuatan standar akuntansi masih mengalami kendala atas beberapa penilaian
aktivitas keuangan syariah, salah satunya mengenai Eksistensi Entitas Pembayar Zakat.
Sehingga, IAI memiliki peranan yang penting dalam optimalisasi transaksi syariah, terlebih
jika bank syariah akan menggunakan financial technology sebagai bagian dari kemudahan
financial access.

6. PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi
sederhana melalui SPSS 24 yang dikembangkan menggunakan studi literatur, maka dapat
disimpulkan bahwa:

1. Good Corporate Governance Syariah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja


keuangan bank syariah yang diukur berdasarkan nilai Return On Asset
2. Good Corporate Governance Syariah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
keuangan bank syariah yang diukur berdasarkan nilai Return On Equity
3. Pealaksanaan Good Corporate Governance syariah pada bank syariah masih
tergolong rendah.
4. Penyajian laporan ketaatan syariah (sharia compliance) sebagai pertanggungjawaban
tata kelola bank syariah sesuai maqashid syariah masih bersifat voluntary disclosure.
5. Regulasi tata kelola prinsip syariah (UU, PBI, & POJK) belum berjalan secara rigid.
6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atas pengungkapan aktivitas perbankan syariah
melalui IFR masih berupa draft.
7. Data penelitian menunjukan bahwa peringkat berdasarkan nilai komposit perbankan
syariah yang menggunakan IFR masih berada pada peringkat 2.

26
8. Kinerja regulator dan pengawas syariah (MUI, DSN, DPS, BI, OJK) belum optimal.
9. Munculnya keraguan nasabah untuk menggunakan financial access perbankan syariah
terkait tata kelola syariah yang menyimpang.

6.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka rekomendasi yang diajukan dapat digunakan


sebagai alternatif pemecahan masalahyang terjadi mempertimbangkan beberapa saran
berikut:

1. Meningkatkan kualitas good corporate governance syariah melalui penyajian laporan


ketaatan syariah sebagai bagian laporan keuangan perbankan syariah guna
meningkatkan eksistensi dan kinerja keuangan bank syariah.
2. Menyajikan laporan ketaatan syariah melalui internet financial reporting sebagai
optimalisasi pemanfaatan financial technology.
3. Perlu adanya ketegasan regulasi penerapan prinsip syariah sesuai aturan syariat islam.
4. Otoritas Jasa Keuangan perlu mengubah regulasi pengungkapan aktivitas perbankan
syariah tidak hanya dalam bentuk exposure draft.
5. Otoritas Jasa Keuangan perlu melakukan evaluasi pedoman pemanfaatan financial
technology pada perbankan syariah.
6. Mengubah regulasi pengungkapan aktivitas perbankan syariah melalui IFR yang
masih bersifat voluntary disclosure menjadi mandatory disclosure.
7. Mengoptimalkan peranan regulator dalam mengatur, mengawasi dan membuat
standar prinsip syariah sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara legalitas dan
harfiah hukum islam (harfiah) nya.
8. Melakukan adopsi modifikasi terhadap AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution) sebagai standar lembaga keuangan
syariah di Indonesia.
6.2 KETERBATASAN
1. Pengukuran kinerja keuangan hanya menggunakan nilai return on asset (ROA) dan
return on equity (ROE) tanpa mempertimbangkan pengukuran kinerja keuangan
lainnya.
2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel bank syariah yang memiliki kriteria
penilaian nilai komposit dengan kebijakan yang sama untuk mempermudah
membandingkan dan pengambilan keputusan hasil penelitian.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alyas & Rakib. (2017). Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam
Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus Pada Usaha Roti Maros Di Kabupaten
Maros).Sosiohumaniora.Vol.19,No.2:114-120.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Yayasan Pendidikan Ujung Pandang-Universitas Negeri Makassar.

Chapra, M. Umer. (2000). Islam dan Tantangan Ekonomi, Gema Insani, Jakarta.

Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of
information technology. MIS Quarterly, Vol. 13, No. 3, 319-339.

Davis, F. D. (1986). A technology acceptance mpdel for empirically testing new end-user
information systems: Theory and results. Doctoral dissertation. Cambridge, MA: MIT
Sloan School of Management.

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Greuning & Zamir. (2011). Analisis Resiko Perbankan Syariah. Terjemahan oleh Yulianti
Abbas. Jakarta. Salemba Empat.

Hasibuan, Sayuti. (2011). Islamic Finance:Enhancing Its Transformation Role In Muslim


Countries With Special Reference To Indonesia.

Hidayat, S.(2008).Penerapan Akuntansi Syariah Pada BMT Lisa Sejahtera.Jurnal, Fakultas


Ekonomi dan Bisnis: UNISNU Jepara.

Hussainey, S. E.H. (2016). Determinants of Compliance with AAOIFI Standarts by Islamic


Banks. International Journal of Islamic and Middle Finance and Management Vo.9 Iss
1 pp,1-22.

Husaini, Ningtyas, Darminto. (2013). Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional Dan Bank
Syariah berdasarkan analisis rasio keuangan.Universitas Brawijaya Malang. Malang.

Indriantoro & Supomo. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi
1. Yogyakarta: BPFE.

Ismail, Abdul Ghafar. (2010). Money, Islamic Banks and The Real Economy.Cengage
Learning Asia Pte Ltd.

28
Insani, D. T. (2016). Internet Financial Reporting: Studi Komparasi Bank Umum Syariah Di
Indonesia Dan Malaysia. Jurnal ekonomi dan Bisnis. Universitas Airlangga.Surabaya.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. PT. Rajagrapindo
Persada. Jakarta.

Kaleem, A., and Ahmeed, S. (2009). The Quran and Poverty alleviation: A theotrical model
for chirty-based Islamic Microfinance Institutions (MFIs). Non-profit and Voluntary
Sector Quarterly, 39,409-428.

Lai-S.-C., Lin, C., Li,H.-C., & Wu, F.H. (2010). An Empirical Study of The Impact Of
Internet Financial Reporting on Stock Prices, The International Journal of Digital
Accounting Research, 10, 1-26.

Lestari, N.(2014). Analisis Jumlah Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan


Perbankan Syariah melalui Website.Skripsi Mahasiswa, Fakultas Ekonomi: Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Macey, J., and O’Hara., (2003). The Corporate Governance of Banks, Federal Reserve bank
of New York Economic Policy. Review 9, No. 1: 91-107.

Muthaher, Osmad.(2012) .Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muhammad.(2010) . Pengantar Akuntansi Syariah.Jakarta: Salemba Empat.

Mooduto, W. I. S. (2013). Reaksi Investor atas Pengungkapan Internet Financial Reporting.


Journal Review Akuntansi dan Keuangan, 3 (2), 479-492.

Narsa, I. M. & Pratiwi, F. F., (2017). Internet Financial Reporting, Pengungkapan Informasi
Website, Luas Lingkup Pengungkapan Internet dan Nilai Perusahaan. EKUITAS
(Jurnal Ekonomi dan Keuangan), 18 (2), 259-273.

Nuswandari, C. (2009). Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja


Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Economics and
Business Journal. Vol.6, No. 2.

Purba, L., Medyawati, H., Silfianti, W., & Hermana, B. (2014). Internet Financial Reporting
Index Analysis: An Overview from the State Owned Enterprise in Indonesia. Journal of
Economics, Business and Management, 1(3).

29
Pratiwi, A., D., & Hermana, B. (2014). Comparing Internet Financial Reporting Index
Between Bank and Non-Bank in Indonesia. The Journal of Internet Banking and
Commerce, 18(2).

Prasetyo Indra. (2008). Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional di
Indonesia. Vol.6, No. 2: 164-174.

Rizqiyah, R., N., Lubis. (2017). Penerapan Internet Financial Report (IFR) Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam.Vol.5(1) 63-81

Shehata, N. F. (2014). Theories and Determines of Voluntary Disclosure. Accounting and


Finance Research, 3(1).

Syafe’i, Widuhung, Hadi. (2013).Penerapan Teknologi (Sistem) Berbasis Islam Pada Bank
Syariah Di Indonesia.Vol.2

Tertius & Christiwan. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan pada Sektor Keuangan. Business and Accounting Review, Vol.3 No.
1.Surabaya.

Wirawan, (2012). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Teori Aplikasi dan Penelitian.
Salemba Empat, Jakarta.

30
Lampiran-Lampiran

Lampiran 9. Tabel Range Nilai Komposit

No Nilai Komposit Peringkat


1 <1,50 Sangat Baik
2 1.5 < NK < 2.5 Baik
3 2.5 < NK < 3.5 Cukup Baik
4 3.5 < NK < 4.5 Kurang Baik
5 4.5 < NK < 5 Tidak Baik
Sumber : Ketentuan Nilai Komposit Bank Indonesia

Lampiran 10. Tabel Bobot Penilaian Komposit

NO ITEM BOBOT
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 12,50%
Syariah
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17,50%
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite 10,00%
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas 10,00%
Syariah
5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan 5,00%
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
6 Penanganan benturan kepentingan 10,00%
Penerapan fungsi kepatuhan Bank Syariah 5,00%
7 Penerapan fungsi audit intern 5,00%
8 Penerapan fungsi audit ekstern 5,00%
9 Batas Maksimum Penyaluran Dana 5,00%
10 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan 15,00%
pelaksanaan GCG dan pelaporan internal Syariah
Sumber: Ketentuan Nilai Komposit Bank Indonesia

Tabel 11. Contoh Perhitungan Nilai Komposit Bank Muamalat Syariah

No ITEM Nilai Score


(¹)x(²)
Peringkat¹ Bobot ²
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab 1 12,50% 0,125
Dewan Komisaris Syariah
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab 1 17,50% 0,175
Direksi
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas 2 10,00% 0,2
Komite
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab 10,00% 0,1
Dewan Pengawas Syariah 1
5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam 5,00% 0,05
kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa 1
6 Penanganan benturan kepentingan 1 10,00% 0,1

7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 1 5,00% 0,05


Syariah
8 Penerapan fungsi audit intern 2 5,00% 0,1

9 Penerapan fungsi audit ekstern 1 5,00% 0,05

10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 1 5,00% 0,05

11 Transparansi kondisi keuangan dan non 1 15,00% 0,15


keuangan, laporan pelaksanaan GCG
dan pelaporan internal Syariah
Score Komposit 100% 1,15
PREDICATE SANGAT BAIK

Tabel 13. Daftar Populasi

No Kode Bank
Variabel 2012 2013 2014 2015 2016
ROA 0,0265 0,0287 0,0299 0,0303 0,0305
1 SBBCA ROE 0,2258 0,2229 0,2119 0,2012 0,183
GCG 2 2 1 1 1
ROA 0,0211 0,0234 0,026 0,018 0,0189
2 SBBNI ROE 0,1619 0,19 0,1775 0,1165 0,1278
GCG 1 1 2 2 2
ROA 0,0339 0,0341 0,0302 0,0289 0,0261
3 SBBRI ROE 0,288 0,2692 0,2482 0,2246 0,1786
GCG 1 1 2 2 2
ROA 0,0252 0,0257 0,0242 0,0232 0,0141
4 SBMRI ROE 0,2096 0,2121 0,197 0,177 0,0955
GCG 2 2 2 2 1
ROA 0,0143 0,0137 0,0049 0,004 0,002
5 SBVRI ROE 0,1339 0,1597 0,0607 0,0445 0,0023
GCG 2 2 2 3 2
ROA 0,0128 0,0135 0,0092 0,0102 0,0088
6 SBUKOPIN ROE 0,1676 0,1504 0,1065 0,128 0,095
GCG 2 2 2 2 2
ROA 0,0211 0,0079 0,009 0,0154 0,0184
7 SMEGA ROE 0,2199 0,0858 0,0861 0,0914 0,0924
GCG 2 2 2 2 2
ROA 0,0105 0,0112 0,005 0,0073 0,008
8 SMAYBANK ROE 0,1253 0,1266 0,0486 0,0726 0,0706
GCG 2 2 2 3 3
Sumber: Bursa Efek Indonesia dan Self Assesment Letter tahun 2012-2016
Tabel 1. Perbandingan Regulasi Syariah dan Praktik Tata Kelola Syariah

NO REGULASI PRINSIP Praktik Tata Kelola


1 Fatwa Dewan Bank membeli barang yang Dalam laporan keuangan bank
Syariah Nasional diperlukan nasabah atas syariah tidak ada nilai atas aset
Nomor 04/DSN- nama bank sendiri, dan yang dimiliki untuk dijual
MUI/IV/2000 pembelian ini harus sah dan kembali, karena bank syariah
bebas riba (FatwaDSN- hanya berperan sebagai badan
MUI,hal.24) intermediasi pembiayaan dana.
2 Fatwa Dewan Lembaga Keuangan Syariah Dalam Penelitian Dr.
Syariah Nasional menanggung semua kerugian Muhammad Arifin Baderi
Nomor 07/DSN- akibat dari mudharabah (2017) nasabah yang mengalami
MUI/IV/2000 kecuali jika nasabah kerugian usaha masih
melakukan kesalahan yang diharuskan mengembalikan
disengaja atau menyalahi dana pembiayaan dari pihak
perjanjian bank secara utuh.
3 Fatwa Dewan Besar biaya pembiayaan dan Bank syariah meminta biaya
Syariah Nasional pemeliharaan marhun administrasi atas pembiayaan
Nomor 25/DSN- (barang gadai) tidak boleh dan pemeliharaan barang
MUI/III/2002 ditentukan berdasakan sebesar persentase tertentu
jumlah pinjaman (Fatwa senilai piutang. Berdasarkan
DSN-MUI,hal.154) Fatwa DSN-MUI tersebut,
Fatwa Dewan Ongkos sebagaimana yang seharusnya bank syariah hanya
Syariah Nasional dimaksud dalam ayat 2 akan mengenakan biaya sebesar
Nomor 26/DSN- besarnya didasarkan pada Safe Deposite Box18 (SDB),
MUI/III/2002 pengeluaran yang nyata- faktanya biaya yang diminta
Ayat 2 nyata diperlukan (Fatwa bank justru lebih tinggi dari
DSN-MUI,hal.154) biaya SDB.

18
Safe Deposit Box : biaya yang dikenakan sebagai sewa atas jasa keamanan yang diberikan oleh pihak
perbankan kepada pengguna atau nasabah.

You might also like