You are on page 1of 12

Jurnal Litbang Vol. XII, No.

2 Desember 2016: 136-147

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK


DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

THE IMPLEMENTATION OF SMOKE-FREE AREA POLICY


IN RSUD RAA SOEWONDO PATI

Aeda Ernawati
Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati
Email: aeda.ernawati@yahoo.com

Naskah Masuk: 26 September 2016 Naskah Revisi: 3 Oktober 2016 Naskah Diterima: 12 Oktober 2016

ABSTRACT
Local Regulation of Pati District No. 10 of 2014 states that the hospital is one of the smoke free
areas. The purpose of this study was to describe the implementation of smoke-free area policy in
RAA Soewondo Hospital, Pati District, focusing on program, implementation and targeted groups.
This study used a qulitative approach that was conducted on February to August 2016. The number
of informants was 12, consists of 2responsible employees for smoke-free-area implementation, 5
hospital employees, and 5 visitors. The data were collected through interview as well as
observation and analyzed descriptively. The results showed that the implementation of smoke-free
area policy has not been optimized yet. Specific department that is responsible for policy
implementation was not existed. Socialization and monitoring have been conducted although they
were not optimal. The hospital has not had a guideline for punishment. The organization has not
allocated specific budget for policy implementation. The participaton of targeted group was low.
The organization might improve the participation of targeted groups by increasing the awareness
regarding collective responsibility on the implementation of smoke-free area in the hospital.
Moreover, the local government should accelerate the legalization of the guideline of free-smoke
area policy.
Keywords: implementation, policy, program, smoke free area, targeted groups.

ABSTRAK
Rumah sakit merupakan salah satu kawasan tanpa rokok berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Pati No 10 Tahun 2014. Tujuan penelitian untuk menggambarkan implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Pati No 10 Tahun 2014 di RSUD RAA Soewondo Pati berdasarkan
unsur pelaksana, program dan kelompok sasaran. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Agustus 2016. Informan berjumlah 12 orang terdiri 2
orang pegawai pelaksana kebijakan KTR, 5 orang karyawan dan 5 pengunjung. Pengumpulan data
dengan wawancara dan observasi. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
kebijakan KTR di RSUD RAA Soewondo Pati sudah dilaksanakan, tetapi belum optimal. Belum ada
bagian yang bertanggungjawab secara khusus terkait pelaksanaan kebijakan KTR. Program KTR
berupa sosialisasi dan pengawasan sudah dilaksanakan tetapi belum efektif. Pemberian sanksi sulit
dilaksanakan karena belum ada pedomannya. Belum ada anggaran khusus untuk program KTR.
Peran serta kelompok sasaran masih rendah. Untuk itu perlu peningkatan partisipasi kelompok
sasaran dengan meningkatkan pemahaman tentang tanggung jawab bersama dalam mewujudkan
KTR di lingkungan rumah sakit. Peraturan Bupati tentang Pedoman Pelaksanaan KTR di
Kabupaten Pati perlu segera disahkan.
Kata kunci: kawasan tanpa rokok, kebijakan, kelompok sasaran, pelaksana, program

136
Implementasi Kebijakan Kawasan...... Aeda E.

PENDAHULUAN sendiri juga orang lain di sekitarnya.


Perokok pasif terutama bayi dan anak-
Pemerintah berkewajiban untuk anak perlu dilindungi haknya dari
menyelenggarakan berbagai upaya kerugian akibat paparan asap rokok.
kesehatan bagi seluruh Warga Negara Biaya ekonomi dan sosial yang
Indonesia. Salah satu upaya kesehatan ditimbulkan akibat konsumsi tembakau
yang dilakukan pemerintah adalah terus meningkat dan beban peningkatan
pengamanan zat adiktif. Upaya ini ini sebagian besar ditanggung oleh
diarahkan agar tidak mengganggu dan masyarakat miskin. Kementrian
membahayakan kesehatan perseorangan, Kesehatan (2014) menyebutkan angka
keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerugian akibat rokok setiap tahun
(Undang-Undang Kesehatan No 36 mencapai US$ 200 juta dolar. Angka
Tahun 2009). kematian akibat penyakit yang
Zat adiktif adalah bahan yang diakibatkan merokok terus meningkat.
menyebabkan adiksi atau ketergantungan Jumlah biaya konsumsi tembakau di
yang membahayakan kesehatan dengan Indonesia pada tahun 2005 yang meliputi
ditandai perubahan perilaku, kognitif, biaya langsung di tingkat rumah tangga
dan fenomena fisiologis, keinginan kuat dan biaya tidak langsung karena
untuk mengonsumsi bahan tersebut. kehilangan produktivitas akibat kematian
Produk tembakau termasuk zat adiktif. dini, sakit, dan kecacatan sebesar US$
Rokok merupakan salah satu produk 18,5 Milyar atau Rp 167,1 triliun. Jumlah
tembakau yang dimaksudkan untuk tersebut lebih tinggi 5 kali lipat dari
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup pemasukan cukai tahun 2005 yang
asapnya, termasuk rokok kretek, rokok besarnya Rp 32,6 Triliun atau US$ 3,62
putih, cerutu atau bentuk lainnya yang milyar.
dihasilkan dari tanaman nicotiana Hasil penelitian Arsilita, M.H,
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies Basyar M, dan Mulyani H (2014)
lainnya atau sintetisnya yang asapnya menunjukkan 66,4% penderita karsinoma
mengandung nikotin dan tar, dengan atau paru merupakan perokok aktif. Selain itu,
tanpa bahan tambahan (Peraturan Kemenkes (2014) menyatakan bahwa
Pemerintah No. 109 Tahun 2012). perokok berisiko terkena kanker paru 7,8
Perilaku merokok merupakan salah kali lebih besar dibandingkan dengan
satu gaya hidup yang mempengaruhi bukan perokok. Perempuan perokok aktif
kesehatan individu dan masyarakat. Saat dan pasif mempunyai peningkatan resiko
ini di Indonesia banyak dijumpai tertundanya kehamilan. Laki-laki
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perokok bisa menyebabkan impotensi
perilaku merokok seperti jantung sampai 50%.
koroner, kanker, stroke, diabetes, dan Mengingat besarnya permasalahan
tekanan darah tinggi (Tris, A.O.S., akibat asap rokok, pemerintah melakukan
Ramadhani, N., Eliza, M., 2003). upaya pengamanan masyarakat dari
Merokok bagi sebagian besar bahaya asap rokok melalui kebijakan
masyarakat Indonesia masih dianggap kawasan tanpa rokok. Undang-undang
sebagai perilaku yang wajar, bagian dari Kesehatan Tahun 2009 Pasal 115 ayat 2
kehidupan sosial dan gaya hidup tanpa menyebutkan bahwa pemerintah daerah
memahami risiko dan bahaya bagi wajib menetapkan kawasan tanpa rokok
kesehatan. Padahal merokok di wilayahnya.
menimbulkan beban kesehatan, sosial, Pemerintah Kabupaten Pati
ekonomi dan lingkungan bagi perokok merespon amanat UU Kesehatan No 23

137
Jurnal Litbang Vol. XII, No. 2 Desember 2016: 136-147

Tahun 2009 terkait penentuan KTR di Peraturan Daerah Kabupaten Pati


daerah dengan dikeluarkannya Peraturan No 10 tahun 2014 menyebutkan definisi
Daerah Kabupaten Pati Nomer 10 tahun KTR, penjelasan tempat, tujuan adanya
2014 tentang Kawasan tanpa Rokok KTR dan sanksi bagi yang melanggar.
(KTR) yang berlaku sejak diundangkan Kawasan tanpa rokok adalah ruangan
pada tanggal 25 September 2014. atau area yang dinyatakan dilarang untuk
Peraturan tersebut menyebutkan salah kegiatan merokok dan kegiatan
satu lokasi yang ditetapkan sebagai KTR memproduksi, menjual, mengiklankan,
adalah fasilitas kesehatan. dan atau mempromosikan produk
Rumah sakit merupakan salah satu tembakau. Termasuk kawasan tanpa
KTR yang bebas dari asap rokok hingga rokok adalah fasilitas pelayanan
batas terluar sehingga dilarang kesehatan tempat proses belajar
menyediakan tempat khusus untuk mengajar, tempat anak bermain, tempat
merokok. Rumah Sakit Umum Daerah ibadah, angkutan umum tempat kerja,
(RSUD) RAA Soewondo Pati merupakan dan tempat umum.
salah satu fasilitas kesehatan milik Tujuan adanya kawasan bebas
Pemerintah Kabupaten Pati yang rokok berdasarkan Peraturan Daerah
berkewajiban mewujudkan kebijakan Kabupaten Pati Nomor 10 Tahun 2014
KTR. Adapun tujuan penelitian adalah adalah; (a) Memberikan perlindungan
menggambarkan implementasi kebijakan dari bahaya asap rokok bagi perokok
kawasan tanpa rokok di RSUD RAA aktif &/ pasif;(b). Memberikan
Soewondo Pati. lingkungan yang bersih dan sehat bagi
masyarakat; (c). Menciptakan lingkungan
TINJAUAN PUSTAKA yang bersih dan sehat, bebas dari asap
rokok; (d). Memenuhi rasa aman,
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok nyaman pada orang lain; (e).
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Meningkatkan kesadaran, kemauan,&
di Kabupaten Pati mengacu pada kemampuan hidup sehat; (f).
beberapa peraturan yaitu: (a). Undang- Menurunkan angka perokok dan
Undang Republik Indonesia Nomor 36 mencegah perokok pemula.
tahun 2009 tentang Kesehatan; (b). Sanksi bagi pelanggar perda
Undang-Undang Republik Indonesia kawasan tanpa rokok ada 2 yaitu sanksi
Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah administratif dan sanksi pidata.
Sakit; (c). Peraturan Bersama Menteri Termasuk sanksi administratif yaitu
Kesehatan Nomor 188/MENKES/PB/I/ peringatan tertulis, denda administratif,
2011 dan Menteri Dalam Negeri Nomor sanksi polisional, pembekuan. Sanksi
7 Tahun 2011 tentang Pedoman pidana terdiri atas pidana kurungan
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok; (d). minimal 1 bulan maksimal 3 bulan dan
Perda Kabupaten Pati No 10 Tahun 2014. denda maksimal Rp 1 .000.000,00.
Kawasan Tanpa Rokok di rumah
Implementasi Kebijakan
sakit secara khusus diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tachjan (2006) menyebutkan
tahun 2009 tentang rumah sakit implementasi kebijakan publik
menyebutkan bahwa salah satu merupakan proses kegiatan adminsitratif
kewajiban Rumah Sakit adalah yang dilakukan setelah kebijakan
memberlakukan seluruh lingkungan ditetapkan dan disetujui. Kegiatan ini
rumah sakit sebagai kawasan tanpa terletak di antara perumusan kebijakan
rokok. dan evaluasi kebijakan. unsur-unsur

138
Implementasi Kebijakan Kawasan...... Aeda E.

implementasi kebijakan yang mutlak menyelesaikan pekerjaan tertentu (c)


harus ada ialah unsur pelaksana, adanya besarnya biaya yang diperlukan beserta
program yang akan dilaksanakan, dan sumbernya (d) jenis-jenis kegiatan yang
kelompok sasaran. Unsur pelaksana akan dilaksanakan (e) tenaga kerja yang
merupakan organisasi maupun dibutuhkan baik ditinjau dari segi
perseorangan yang bertanggung jawab jumlahnya maupun dilihat dari sudut
dalam pengelolaan, pelaksanaan dan kualifikasi serta keahlian dan ketrampilan
pengawasan implementasi kebijakan. yang diperlukan.
Program merupakan penjabaran dari Peran kelompok sasaran sangat
kebijakan. Program bersifat operasional penting dalam mewujudkan kawasan
sehingga lebih mudah dipahami dan tanpa rokok. Masyarakat memiliki
dilaksanakan. Kelompok sasaran adalah kesempatan yang sama untuk
orang-orang yang langsung dipengaruhi bertanggung jawab dan berperan serta
oleh kebijakan. Kelompok sasaran untuk terwujudnya KTR. Masyarakat
adalah sekelompok orang atau organisasi diarahkan untuk dapat memfasilitasi dan
dalam masyarakat yang akan menerima membantu pejabat berwenang dalam
barang dan jasa atau yang akan mengawasi terlaksananya KTR.
dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan. Adapun bentuk peran serta
Kelompok sasaran harus mengadopsi masyarakat dapat berupa; (a). pemberian
pola-pola interaksi sebagaimana yang saran, pendapat dan pemikiran, usulan
diharapkan oleh perumus kebijakan dan pertimbangan berkenaan dengan
(Tachjan, 2006). pemantauan dan pelaksanaan kebijakan
Pihak utama yang bertanggung KTR;(b).keikutsertaan dalam bimbingan,
jawab dalam melaksanakan kebijakan penyuluhan serta penyebarluasan
publik adalah unit-unit birokrasi informasi tentang KTR kepada
pemerintah. Unit-unit birokrasi masyarakat;(c). pemberian peringatan
melakukan kegiatan administratif yang atau teguran kepada perokok untuk tidak
menghasilkan kebijakan-kebijakan merokok di KTR; (d). pemberitahuan
administratif berupa kebijakan umum, kepada pimpinan dan/atau penanggung
kebijakan pelaksanaan dan kebijakan jawab KTR jika terjadi pelanggaran;
teknis (Tachjan, 2006). dan/atau; (e). melaporkan kepada pejabat
Selanjutnya unit-unit administratif berwenang jika terjadi pelanggaran.
melakukan pengorganisisasian terhadap
tenaga manusia, alat, tugas, wewenang, METODE PENELITIAN
tanggung jawab dan tata kerja ditata
sedemikian rupa sehingga dapat Penelitian ini merupakan
digerakkan untuk melaksanakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
kegiatan. Selanjutnya unit birokrasi fokus penelitian implementasi Peraturan
mengembangkan model-model yang Daerah Kabupaten Pati No 10 tahun 2014
dibutuhkan serta melakukan pengawasan tentang Kawasan Tanpa Rokok di RSUD
dan penilaian. RAA Soewondo Pati. Penelitian
Kebijakan administratif perlu dilaksanakan bulan Pebruari sampai
dijabarkan lagi dalam program yang
Agustus 2016. Pemilihan informan
bersifat operasional agar dapat
penelitian menggunakan teknik purposif
diimplementasikan. Tachjan (2006)
menyebutkan program yang baik harus sampling yaitu pemilihan subjek
memiliki ciri-ciri: (a) sasaran yang berdasarkan pertimbangan peneliti
hendak dicapai (b) jangka waktu untuk dengan kriteria sampelnya telah diketahui

139
Jurnal Litbang Vol. XII, No. 2 Desember 2016: 136-147

sebelumnya (Notoatmodjo, 2002). No 44 Tahun 2009 dan Perda Kab. Pati


Informan berjumlah 12 orang terdiri 2 No. 10 Tahun 2014.
orang pegawai pelaksana (Kasubbag
Hukum dan Humas dan Satpam), 5 orang
karyawan RSUD RAA Soewondo, dan 5
pengunjung (penjaga pasien).
Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara mendalam,
observasi dan catatan lapangan. Alat
pengumpul data berupa panduan
wawancara dan camera. Data dianalisis
secara deskriptif (Idrus, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum RSUD RAA


Soewondo Pati Gambar 1. Stiker, Brosur dan Spanduk
sebagai sarana Sosialisasi KTR di RSUD
Rumah Sakit Umum Daerah
RAA Soewondo Pati
(RSUD) RAA Soewondo Pati Sumber : Survei Lapangan, 2016
merupakan salah satu rumah sakit
pemerintah di Kabupaten Pati. Obyek pengamatan yang lain
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri adalah orang yang merokok di
Kesehatan No. 95/MENKES/SK/I/95 lingkungan RSUD RAA Soewondo Pati.
tanggal 30 Januari 1995 RSUD RAA Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
Soewondo Pati termasuk kategori Rumah masih banyak dijumpai pengunjung yang
Sakit Kelas B Non Kependidikan (RSUD merokok di lingkungan rumah sakit.
RAA Soewondo Pati, 2013). Pengunjung merokok di tempat yang ada
Hasil pengamatan di lingkungan banyak pengunjung lain termasuk anak-
RSUD RAA Soewondo Pati anak yaitu di depan ruang perawatan,
menunjukkan sosialisasi kebijakan KTR koridor rumah sakit, teras rumah sakit
sudah dilaksanakan melalui stiker, poster bagian depan, area sekitar masjid
maupun spanduk yang terpasang pada (Gambar 2).
dinding rumah sakit. Sebagian besar
poster berisi pesan bahwa rumah sakit
sebagai area dilarang merokok dan
tulisan kawasan tanpa rokok dengan
tanda tidak boleh merokok. Selain itu ada
poster yang berisi ajakan untuk menegur
orang yang merokok di rumah sakit.
Adapun spanduk yang ada berisi tulisan
RSUD RAA Soewondo Pati sebagai
Kawasan Tanpa Rokok disertai sanksi
dan dasar hukum yang digunakan
(Gambar 1). Sanksi ditulis ancaman Gambar 2. Hasil Observasi Keberadaan
hukuman maksimal 50 juta atau pidana Perokok di RSUD RAA
kurungan maksimal 3 bulan. Dasar Soewondo Pati
hukum yang digunakan tertulis UU RI Sumber : Survei Lapangan, 2016

140
Implementasi Kebijakan Kawasan...... Aeda E.

Jejak adanya orang merokok dapat Unsur Pelaksana


dilihat dari adanya putung rokok. Hasil
pengamatan menunjukkan banyak putung RSUD RAA Soewondo Pati
rokok di lingkungan rumah sakit seperti sebagai unit birokrasi pemerintah
di bawah kursi ruang tunggu rawat jalan, mempunyai kewajiban melaksanakan
di halaman bagian depan, di tanah sekitar kebijakan kawasan tanpa rokok. Sebagai
taman bagian dalam dan di saluran air. unsur pelaksana, RSUD RAA Soewondo
Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan Pati telah membuat kebijakan tentang
KTR di RSUD RAA Soewondo Pati KTR berupa Peraturan Direktur RSUD
belum optimal (Gambar 3). RAA Soewondo Pati No. 445/01/Tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di
RSUD RAA Soewondo Pati. Peraturan
ini menyebutkan bahwa lingkungan
rumah sakit termasuk kamar mandi dan
kamar kecil dilarang digunakan untuk
merokok, memperjualbelikan rokok,
mempromosikan & mengiklankan rokok.
“ Untuk pelaksanaan KTR di RSUD RAA
Soewondo Pati telah mengeluarkan
Peraturan Direktur RSUD RAA
Gambar 3. Hasil Observasi Keberadaan Soewondo Pati No. 445/01/Tahun 2015
Putung Rokok di RSUD RAA tanggal 15 Januari 2015”(Informan 11).
Soewondo Pati Adanya Peraturan Direktur ini
Sumber : Survei Lapangan, 2016 menunjukkan RSUD RAA Soewondo
Pati cepat merespon Peraturan Daerah
Implementasi Kebijakan Kawasan Kabupaten Pati No 10 Tahun 2014 yang
Tanpa Rokok menyebutkan rumah sakit sebagai salah
satu KTR sampai dinding terluar.
Implementasi kebijakan kawasan
Berdasarkan wawancara dengan
tanpa rokok di RSUD RAA Soewondo
Kasubbag Hukum dan Humas serta
Pati akan dibahas berdasarkan unsur-
petugas satpam yang melaksanakan
unsur yang mutlak harus ada dalam
kebijakan KTR di RSUD RAA
implementasi kebijakan (Tachjan, 2006). Soewondo Pati..
Unsur-unsur tersebut ialah unsur
pelaksana, adanya program yang akan “Belum ada bagian khusus yang
dilaksanakan, dan kelompok sasaran. bertanggung jawab dalam pelaksanaan
Unsur pelaksana yang dimaksud dalam KTR di RSUD RAA Soewondo Pati.
penelitian ini adalah pimpinan dan atau Untuk penyebarluasan informasi KTR
penanggung jawab KTR di RSUD R AA dilakukan oleh Sub Bagian Hukum dan
Humas. Untuk pengawasan orang yang
Soewondo Pati sedangkan program
merokok di lingkungan rumah sakit
adalah program KTR di RSUD RAA
dilakukan Bagian Satpam”(Informan 11)
Soewondo Pati. Adapun kelompok
sasaran adalah keluarga pasien, “Tidak ada SK khusus terkait tugas
karyawan, pengunjung, dan masyarakat mengawasi atau menegur setiap perokok
pengguna fasilitas RSUD RAA di lingkungan rumah sakit. Tugas
Soewondo Pati pengawasan dilakukan satpam karena

141
Jurnal Litbang Vol. XII, No. 2 Desember 2016: 136-147

Bagian Satpam yang diberi tugas brosur, dan spanduk KTR adalah Sub
menjaga keamanan dan ketertiban. Jadi Bagian Hukum dan Humas. Adapun
ya otomatis ” (Informan 12) pengawasan dilakukan oleh Bagian
Penjelasan tersebut menunjukkan Satpam” (Informan 11)
bahwa belum ada bagian yang Berdasarkan observasi dan
bertanggungjawab secara khusus terkait wawancara dengan Kasubbag Hukum
pelaksanaan kebijakan KTR di RSUD dan Humas RSUD RAA Soewondo Pati,
RAA Soewondo Pati. Bagian yang upaya penyebarluasan informasi tentang
terlibat pelaksanaan kebijakan KTR Sub larangan merokok telah dilakukan di
Bagian Hukum dan Humas dan Bagian rumah sakit. Berbagai stiker, spanduk
Satpam sesuai dengan tugas sehari-hari. dan poster tentang larangan merokok
Akibatnya pelaksanaan kebijakan KTR
telah dipasang di lingkungan RSUD
belum sesuai dengan yang diharapkan. RAA Soewondo Pati.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi secara
berkala belum dilaksanakan. “Sosialisasi sudah kita laksanakan lewat
stiker, poster, spanduk, pengumuman
Program lewat pengeras suara. Sosialisasi kepada
Sasaran yang hendak dicapai pegawai lewat apel pagi. Informasi yang
terkait program kawasan tanpa rokok di disampaikan ya.. hanya sebatas
larangan merokok di lingkungan rumah
RSUD RAA Soewondo Pati berdasarkan
sakit saja…tidak sampai mendetil seperti
Peraturan Direktur RSUD RAA tujuan adanya Kawasan Tanpa Rokok”
Soewondo No 445/01/ Tahun 2015 (Informan 11)
adalah mewujudkan RSUD R AA
Soewondo Pati sebagai Kawasan Tanpa Kegiatan sosialisasi yang
Rokok sampai dinding terluar, termasuk dilakukan oleh pihak rumah sakit sudah
kamar mandi dan kamar kecil tidak boleh diterima oleh pengunjung rumah sakit.
digunakan untuk merokok. Jangka waktu Beberapa informan mengetahui larangan
untuk mencapai sasaran tersebut belum merokok di rumah sakit dari tulisan,
ditentukan. Dana untuk program kawasan stiker, dan spanduk yang dipasang di
KTR belum ada alokasi khusus. Dana lingkungan rumah sakit. Ada informan
berasal dari dana Subbag Hukum dan yang sudah mendengar pengumuman
Humas secara umum. Hasil wawancara lewat pengeras suara.
dengan Kasubbag Hukum dan Humas “…tahu ada larangan merokok dari itu
menyebutkan bahwa kegiatan terkait tulisan yang ditempel di dinding .
program KTR secara umum ada 2 yaitu Makanya kita merokok di lorong-lorong
penyebarluasan informasi tentang KTR ini. Karena di ruangan tidak boleh”
dan pengawasan pelaksanaan kebijakan (Informan 1)
KTR di RSUD RAA Soewondo Pati. “…Ada tulisan larangan merokok yang
Program penyebarluasan informasi ditempel di dinding…kalau saya mau
dilakukan oleh Subbag Hukum dan merokok ya di sini.. di taman ini… yang
penting sudah di luar ruang
Humas, sedang pengawasan oleh Satpam.
perawatan…” (Informan 2)
“Program KTR di RSUD RAA Suwondo “ saya tahu ada larangan merokok dari
ini secara umum ada 2 yaitu stiker dan spanduk tertulis hukumannya
penyebarluasan informasi melalui stiker, juga kok…” (Informan 4)

142
Implementasi Kebijakan Kawasan...... Aeda E.

“ saya pernah dengar informasi larangan perlu ada larangan merokok karena
merokok lewat pengeras suara…” pemerintah masih membutuhkan dana
(Informan 3) cukainya. Menurut mereka larangan akan
“ selama 4 hari di rumah sakit, saya efektif jika pabriknya sekalian ditutup.
belum pernah mendengar pengumuman “Pemerintah melarang merokok, tapi
larangan merokok dari ruang informasi” masih menerima pajak atau cukainya…
(Informan 5) ya..kalau dilarang sekalian pabriknya
Beberapa ungkapan tersebut ditutup saja… tidak usah ada petani
menunjukkan masih ada informan yang tembakau juga” (Informan1)
salah menangkap informasi terkait Media komunikasi lain yang
pemasangan stiker larangan merokok di digunakan adalah penyuluhan langsung.
dinding perawatan. Informan Sosialisasi melalui penyuluhan langsung
menganggap hanya ruang perawatan saja sudah dijalankan, tetapi sasaran terbatas
yang dilarang digunakan untuk merokok. hanya pada pasien rawat jalan. Waktunya
Informan tidak tahu bahwa larangan juga hanya seminggu sekali. Materi KTR
merokok di rumah sakit tidak hanya hanya sebagai materi sisipan karena
berlaku di ruang perawatan saja, tetapi materi penyuluhan yang harus
seluruh lingkungan rumah sakit termasuk disampaikan sangat banyak.
lorong depan ruang perawatan. Hasil
wawancara dengan bagian keamanan “ selain poster dan spanduk, ada juga
terungkap bahwa banyak informan penyuluhan langsung. Sasarannya
mengartikan bahwa tempat-tempat di pasien rawat jalan. Ada program
lingkungan rumah sakit yang ada penyuluhan rutin setiap hari selasa,
tumbuhannya berarti bisa digunakan tetapi materi tentang KTR hanya sebagai
untuk merokok sehingga banyak sisipan”. (Informan 11)
pengunjung merokok di taman-taman Tachjan (2006) menyebutkan
atau lorong. bahwa faktor komunikasi sangat
“Masyarakat memang belum paham berpengaruh terhadap penerimaan
bahwa seluruh lingkungan rumah sakit kebijakan pada kelompok sasaran. Proses
tidak boleh digunakan untuk merokok. komunikasi yang baik dapat
Menurut mereka bagian rumah rumah mempengaruhi efektivitas implementasi
sakit yang ada pohonnya bisa digunakan kebijakan. Media komunikasi yang sudah
untuk merokok” (Informan 12) digunakan RSUD RAA Soewondo dalam
mensosialisasikan rumah sakit sebagai
Media promosi yang dapat KTR sampai dinding terluar sebagian
menjangkau banyak sasaran adalah stiker besar stiker dan poster. Tulisan dalam
dan poster. Berdasarkan pengamatan, stiker “area dilarang merokok” diterima
media tersebut hanya memungkinkan informan bahwa yang menjadi KTR
kemunikasi satu arah sehingga karyawan hanya tempat yang ditempel stiker. Perlu
dan pengunjung kurang memahami informasi lain yang perlu disampaikan
tentang peran yang bisa dilakukan untuk bahwa seluruh lingkungan rumah sakit
terwujudnya perda tentang kawasan merupakan kawasan tanpa rokok.
tanpa rokok. Informan menangkap pesan Informasi ini bisa disampaikan lewat
dari kebijakan KTR ini sebagai aturan poster atau spanduk.
untuk melarang merokok, bukan Azkha (2013) menyebutkan salah
membatasi tempat untuk merokok. satu faktor terlaksananya perda KTR
Informan ada yang menyampaikan tidak adalah adanya peran serta masyarakat.

143
Jurnal Litbang Vol. XII, No. 2 Desember 2016: 136-147

Masyarakat perlu didorong untuk mau manusiawi.. dengan teguran saja…kalo


menegur dan melaporkan orang yang dihukum ya penjaranya juga penuh….”
merokok di lingkungan rumah sakit. Oleh (Informan 12)
karena itu, tulisan yang mendorong peran
Berdasarkan Perda Kabupaten Pati
serta masyarakat dalam mewujudkan
No. 10 Tahun 2014, denda bagi orang
KTR juga penting untuk ditulis dalam
stiker dan poster. yang merokok di kawasan tanpa rokok
maksimal Rp 1.000.000,- atau pidana
Bagian Satpam bertugas
melakukan pengawasan pelaksanaan kurungan paling lama 1 bulan. Hal ini
belum dapat dilaksanakan mengingat
kebijakan KTR di RSUD RAA
peraturan pelaksanaan berupa Peraturan
Soewondo Pati. Satpam merupakan
petugas yang bertanggung jawab Bupati belum disahkan. Padahal,
berdasarkan Perda Kabupaten Pati No. 10
menangani keamanan dan ketertiban.
Hasil observasi menunjukkan Tahun 2014, Peraturan Bupati paling
lambat disahkan satu tahun sejak perda
pengawasan yang dilakukan oleh satpam
disahkan. Jadi seharusnya Peraturan
belum optimal. Banyak orang merokok
Bupati Pati disahkan maksimal tanggal
dengan bebas di tempat-tempat
25 September 2016.
lingkungan rumah sakit seperti taman
dalam rumah sakit, lorong depan, lorong Informasi tersebut menunjukkan
bahwa program KTR di RSUD RAA
belakang dan masjid. Informan tidak
mendapat teguran dari satpam ketika Soewondo Pati sudah dilaksanakan,
tetapi belum optimal. Penyebaran
informan merokok di tempat tersebut.
informasi sudah dilakukan, tetapi
“saya merokok di taman ini, tidak ada pemahaman pengunjung tentang KTR
petugas yang menegur” (Informan 2) masih rendah. Pengawasan sudah
“saya kalo merokok di dekat pagar yang berjalan, tetapi belum efektif. Selain itu
dekat taman. Kalo di depan ruang belum ada anggaran khusus untuk
perawatan ya ditegur pak satpam kalau program KTR dan belum ada ketentuan
pas lewat” (Informan 1) waktu yang diperlukan untuk
mewujudkan program KTR di RSUD
Salah satu kendala pelaksanaan RAA Soewondo Pati
kebijakan KTR di Rumah sakit adalah
Kelompok Sasaran
pengunjung yang berganti-ganti. Kondisi
ini tidak memungkinkan pemberian Sasaran kebijakan KTR di RSUD
informasi tentang kebijakan kawasan RAA Soewondo Pati berdasarkan
tanpa rokok secara berkelanjutan. Selain Peraturan direktur RSUD RAA
itu pemberian sanksi juga sulit Soewondo Pati No. 445/01/2015 adalah
dilaksanakan karena tata cara pemberian setiap orang yang berada di lingkungan
sanksi belum ada. RSUD RAA Soewondo Pati, termasuk di
dalamnya karyawan, pasien dan
“..kita menegur ya.. sekali dua kali… pengunjung rumah sakit. Kelompok
orangnya juga macam-macam dan silih sasaran bertanggung jawab mewujudkan
berganti. Kalau pelaksanaan sanksi ya kawasan tanpa rokok dengan cara tidak
belum. Peraturan tentang pelaksanaan merokok pada saat berada di area di
sanksi belum jelas. Denda bagi RSUD RAA Soewondo Pati. Kelompok
pelanggar sesuai tulisan di spanduk itu sasaran diharapkan juga ikut memberi
maksimal 50 juta atau hukuman saran dan penyuluhan terkait KTR di
kurungan maksimal 1 bulan. Menurut rumah sakit. Selain itu kelompok sasaran
kami itu terlalu besar. Ya kita masih diharapkan memberi teguran dan
144
Implementasi Kebijakan Kawasan...... Aeda E.

melaporkan kepada petugas jika melihat Belum ada pengunjung yang melaporkan
orang merokok di lingkungan rumah orang yang merokok di lingkungan
sakit. Rumah Sakit kepada pihak KTR.
Hasil observasi menunjukkan tidak
“ ya tidak berani saya menegur apalagi
ada karyawan yang merokok di
melaporkan…” (Informan 4)
lingkungan rumah sakit. Berdasarkan
wawancara dengan petugas, karyawan “ yang bisa saya lakukan baru memberi
kalau merokok di luar RSUD RAA teguran kepada perokok jika dekat
Soewondo Pati. Tetapi masih banyak dengan saya. Kalau jauh walaupun
pengunjung merokok di lingkungan melihat tidak saya tegur. Banyak
rumah sakit. Tempat yang banyak perokok di rumah sakit tapi saya belum
dipakai pengunjung untuk merokok pernah lapor ke petugas” (Informan 5)
adalah teras depan ruang perawatan dan
“ Pernah dulu menegur pengunjung
di sekitar taman dekat ruang perawatan.
yang merokok di ruang pelayanan ketika
Selain itu, masih banyak ditemukan
dulu saya tugas di pelayanan. Saya
putung rokok di halaman rumah sakit dan
menegur perokok baru sekali itu.
bawah pagar koridor rumah sakit. Ada
Sekarang saya sudah tidak di bagian
informan yang menyampaikan, jumlah
pelayanan, jadi saya tidak berinteraksi
pengunjung yang merokok pada malam
secara langsung dengan pengunjung“
hari lebih banyak dibandingkan siang
(Informan 6)
hari. Informan menyebutkan bahwa
merokok merupakan sudah menjadi “saya belum pernah menegur, itu kan
kebiasaan dan sulit ditinggalkan tugasnya satpam” (Informan 7)
termasuk saat di rumah sakit.
Berdasarkan wawancara dengan
“saya sudah kecanduan rokok. Sehari informan, pengunjung dan karyawan
bisa tiga bungkus. Nggak bisa kalau belum berperan secara optimal dalam
tidak merokok. Jadi… walaupun di mewujudkan kawasan tanpa rokok. Hal
rumah sakit ya saya tetap ini disebabkan informan umumnya
merokok”(Informan 1) sekedar tahu ada larangan merokok di
rumah sakit dari stiker, poster dan
“saya lihat banyak pengunjung merokok,
spanduk. Informan belum pernah
terutama kalau malam” (Informan 4)
mengikuti penyuluhan tentang KTR
Salah satu bentuk peran serta apalagi menyebarluaskan informasi
masyarakat dalam mewujudkan kawasan tentang KTR kepada pengunjung rumah
tanpa rokok di rumah sakit adalah sakit lainnya.
karyawan dan pengunjung mau memberi “kita tahunya hanya dilarang merokok
saran, menegur, dan melaporkan orang saja dari tulisan yang ditempel di
yang merokok di lingkungan rumah sakit. dinding itu, gimana kita mau ngasih
Berdasarkan wawancara, pengunjung dan saran“ (Informan 1)
karyawan belum berperan dalam
menyampaikan saran, pendapat dan “belum pernah ngasih saran. Bingung
pemikiran, usulan dan pertimbangan mau ngasih saran apa” (Informan 2)
berkenaan dengan pemantauan dan Pihak rumah sakit membenarkan
pelaksanaan kebijakan KTR. Pengunjung informasi bahwa karyawan dan
dan karyawan sudah ada yang memberi pengunjung memang belum ada yang
teguran kepada perokok untuk tidak menyampaikan saran atau pendapat
merokok di lingkungan Rumah sakit. terkait pelaksanaan kebijakaan KTR di

145
Jurnal Litbang Vol. XII, No. 2 Desember 2016: 136-147

rumah sakit. Laporan dari karyawan dan kebijakan KTR di RSUD RAA
pengunjung kepada penanggung jawab Soewondo Pati. Bagian yang terlibat
pelaksanaan KTR tentang pelanggaran pelaksanaan kebijakan KTR saat ini Sub
kebijakan KTR juga belum ada. Bagian Hukum dan Humas dan Bagian
“Selama ini memang belum ada masukan Satpam. Program KTR di RSUD RAA
atau saran dari pengunjung terkait Soewondo Pati berupa sosialisasi sudah
pelaksanaan kebijakan tentang KTR. dilaksanakan, tetapi pemahaman
Termasuk melaporkan pengunjung yang kelompok sasaran tentang KTR masih
melanggar peraturan KTR memang rendah. Pengawasan sudah berjalan,
belum ada” (Informan 11) tetapi belum efektif. Pemberian sanksi
sulit dilaksanakan karena pengunjung
Berdasarkan hasil observasi dan silih berganti dan pedoman pelaksanaan
wawancara dengan informan dapat sanksi belum ada. Belum ada anggaran
disimpulkan bahwa peran kelompok
khusus untuk program KTR. Peran serta
sasaran dalam melaksanakan kebijakan
kelompok sasaran belum optimal ditandai
kawasan tanpa rokok di RSUD RAA
oleh: (a) belum adanya pemberian saran
Soewondo Pati belum optimal.
dari kelompok sasaran; (b) kurangnya
Akibatnya, implementasi kebijakan
peran serta kelompok sasaran dalam
kawasan tanpa rokok di RSUD RAA
Soewondo Pati belum terwujud dengan bimbingan dan penyuluhan karena
baik. Hal ini ditandai dengan masih terbatasnya kegiatan sosialisasi informasi
banyaknya pengunjung yang merokok di tentang KTR; (c) keengganan kelompok
lingkungan rumah sakit. Hasil penelitian sasaran menegur perokok untuk tidak
ini sama dengan hasil penelitian Nuraini merokok di lingkungan rumah sakit; (d)
(2014) yang menunjukkan partisipasi ketidaksediaan kelompok sasaran
pengunjung RSUD dr. Soedarso melaporkan setiap perokok di lingkungan
Pontianak dalam melaksanakan RSUD RAA Soewondo Pati.
kebijakan KTR masih rendah. Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Terkait upaya pengoptimalan
implementasi kebijakan KTR di RSUD
Kesimpulan RAA Soewondo Pati, penulis
Rumah Sakit Umum Daerah menyarankan: (1) Unsur pelaksana perlu
(RSUD) RAA Soewondo, Kabupaten memperbaiki isi pesan dalam stiker dan
Pati telah melaksanakan kebijakan poster terkait peran serta masyarakat
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan dalam mewujudkan kawasan tanpa rokok
disyahkannya regulasi berupa Peraturan sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Pati
Direktur RSUD RAA Soewondo Pati No. No. 10 Tahun 2014 dan informasi bahwa
445/01/Tahun 2015 tentang Kawasan seluruh lingkungan rumah sakit
Tanpa Rokok di RSUD RAA Soewondo merupakan kawasan tanpa rokok ; (2)
Pati. Namun demikian, pelaksanaan Perlu ada pengawasan rutin dari satpam
kebijakan tersebut belum optimal yang misalnya dengan berkeliling setiap satu
ditunjukkan dengan masih banyaknya jam sekali terutama di waktu malam; (3)
pengunjung yang merokok di lingkungan Perlu segera disahkannya Peraturan
rumah sakit, khususnya pada malam hari. Bupati tentang Pedoman Pelaksanaan
Terkait unsur pelaksana, belum KTR di Kabupaten Pati; (4) Perlu
ada bagian yang bertanggungjawab meningkatkan sikap peduli masyarakat
secara khusus terkait pelaksanaan kepada kesehatan melalui upaya promosi

146
Implementasi Kebijakan Kawasan...... Aeda E.

kesehatan sehingga masyarakat tergerak Peraturan Direktur RSUD RAA


untuk berperan serta mewujudkan KTR. Soewondo Pati No. 445/01/2015
tentang Kawasan Tanpa Rokok.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun
Azkha, N. 2013. Studi Efektivitas 2012 tentang Pengamanan Bahan
Penerapan Kebijakan Perda Kota yang Mengandung Zat Adiktif
Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berupa Produk Tembakau Bagi
(KTR) dalam Upaya Menurunkan Kesehatan
Perokok Aktif di Sumatera Barat Kementrian Kesehatan Republik
Tahun 2013. Jurnal Kebijakan Indonesia. 2014. Perilaku Merokok
Kesehatan Indonesia, Volume 02 Masyarakat Indonesia. Infodatin :
No. 04 : 171-179. 1-10
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Tachjan, 2006. Implementasi Kebijakan
Soewondo. 2013. Profil RSUD Publik. Bandung : AIPI Bandung
RAA Soewondo Pati.Pati. Tris, A.O.S., Ramadhani, M. N. Eliz.
Frinaldi, A dan M. E. Ali. 2014. Budaya 2013. Empati dan Perilaku
Kerja Ewuh Pakewuh di Kalangan Merokok di Tempat Umum. Jurnal
Pegawai Negeri Sipil Etnik Psikologi, Vol 20.2 : 81-90.
Jawa(studi pada Kabupaten Undang-Undang Republik Indonesia
Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Nomor 36 tahun 2009 tentang
Barat). Humanus, Vol. VIII No.1 : Kesehatan.
68-75.
Undang- Undang Republik Indonesia
Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Sosial Nomor 44 tahun 2009 tentang
Pendekatan Kualitatif dan Rumah Sakit.
Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi BIODATA PENULIS
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. Aeda Ernawati, SKM, M.Si, Peneliti
Muda Bidang Kepakaran Perilaku
Nuraini, 2014. Efektivitas Implementasi Kesehatan di Kantor Penelitian dan
KTR Terhadap Pengunjung Pengembangan Kabupaten Pati sejak
Rumah Sakit. Publika, Vol.3 No. 4 tahun 2011. Lahir di Purworejo pada
: 1-12 tanggal 22 November 1976. Alumni S1
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Kesehatan Masyatakat Universitas
dan Menteri Dalam Negeri Nomor: Diponegoro dan S2 Magister Gizi
188/MENKES/PB/I/2011 dan 7 Masyarakat Universitas Diponegoro.
Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.

147

You might also like