You are on page 1of 11

BLOK ELEKTIF

LAPORAN KASUS

FAKTOR SOSIO EKONOMI PADA PASIEN REMAJA


PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA
DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DI RUMAH SAKIT
KETERGANTUNGAN OBAT (RSKO)

Disusun Oleh:
TITTANIA SAFITRI KRISANDA
1102015240
BIDANG KEPEMINATAN DRUG ABUSE KELOMPOK 4

Tutor:
dr. Dian Mardhiyah, MKK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018
ABSTRACT
Background: The prevalence of drug abuse in Indonesia is increasing over the years. The users of
drug abuse in 2012 are betwen 162 million to 324 million users or 3.5% - 7% and increasing. One of
the most users are from teenagers. The teenagers are really susceptible for using drug abuse. At this
age they entered a critical phase because at time like this they would seek for identity and their
mentality still unstable.

Case description: Mr. M, 21st years old, rehabilitation patient in Rumah Sakit Ketergantungan Obat
(RSKO), has been using drugs since 2012 because his friends offered him. In this year, he started to
take Marijuana, and then continued with ecstasy. In 2016, Mr. M had an accident after consuming
drug (Sabu) and that accident made him stop using drugs for eight months.. But in the end, he started
using drugs again because his friends offered him, and after that he entered the rehabilitation centre
in RSKO, Cibubur.

Discussuion: There are some factors that related to using drugs. There are curiousity, problems form
their life, family,and life style. Other than that the incentive factors for adolescense using drug abuse
are indvidual factor, social factor, and availability of drugs factor

Conclusion: Drugs are something that can ruin someone life and also the environment. Social and
economy factors can affect someone for using drugs. The role of parents and the selection of friends
are realy necessary to prevent someone from using drugs.

Keywords: Drugs, social, economy, socio economy, adolescense

ABSTRAK
Latar Belakang: Penyalahgunaan narkotika di Indonesia dari tahun ke tahun prevalensinya terus
meningkat. Pengguna penyalahgunaan NAPZA ditahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324 juta
orang atau sekitar 3,5%-7% dan terus meningkat. Salah satu pengguna terbanyak adalah golongan
remaja. Remaja merupakan golongan yang juga rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. Pada usia
remaja masuk dalam masa yang kritis sebab pada masa-masa seperti ini mereka akan mencari jati
dirinya menjelang dewasa.

Deskripsi kasus: Mr. M berumur 21 tahun pasien rehabilitasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
(RSKO), telah menggunakan NAPZA sejak tahun 2012 karena ditawari oleh temannya. Pada saat itu ia
mulai mengonsumsi ganja, dan dilanjutkan dengan mengonsumsi pil ekstasi. Pada tahun 2016 Mr. M
mengalami kecelekaan dibawah pengaruh NAPZA dan membuatnya putus zat untuk delapan bulan.
Namun, pada akhirnya ia kembali mengosumsi Napza karena ditawari oleh temannya, dan setelah itu
tertangkap dan masuk ke pusat rehabilitasi di RSKO, Cibubur.

Diskusi: Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba. Antara lain adalah
faktor coba-coba, keingintahuan, masalah yang diadapi, keluarga, dan gaya hidup. Selain itu faktor
pendorong bagi remaja untuk menggunakan NAPZA adalah faktor individu, lingkungan/sosial, dan
ketersediaan NAPZA

Kesimpulan: NAPZA adalah suatu tindakan yang dapat merusak individu itu sendiri sera
lingkungannya. Faktor sosial dan ekonomi pun dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunkana
NAPZA. Peran orangtua dan pemilihan lingkungan pertemenan yang baik akan mecegah terjadinya
penyalahgunaan NAPZA..

Kata Kunci: NAPZA, sosial, ekonomi, sosio ekonomi, remaja

2
LATAR BELAKANG

Banyak sekali zat-zat adiktif yang sangat berbahaya bagi tubuh dan menjadi
masalah bagi manusia, salah satunya adalah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif. Penggunaan NAPZA dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau
psikologis seseorang meliputi pikiran, perasaan dan perilaku, serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi (BNN, 2016). Bila zat-zat ini masuk
kedalam tubuh manusia, baik secara oral, dihirup, maupun melalui alat suntik akan
berpengaruh pada kerja otak atau susunan saraf pusat. NAPZA memiliki daya adiksi
(ketagihan), daya toleran (penyesuaian), dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat
kuat, sehingga menyebabkan pemakai tidak dapat lepas dari pemakaiannya. (Gono,
2014).
Dari laporan perkembangan situasi narkoba dunia tahun 2014, diketahui
angka estimasi pengguna narkoba di tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324
juta orang atau sekitar 3,5%-7% (BNN, 2014). Diketahui bahwa penyalahgunaan
NAPZA di Indonesia dari tahun ke tahun prevalensinya terus meningkat. Jenis zat
yang paling sering disalahgunakan adalah metamfetamin atau “shabu”, ganja, dan
minuman keras. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar
saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia,
mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi
atas. Dari data Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan pengguna narkoba di
Indonesia mencapai 5,1 juta orang, dan itu terbesar di Asia. Dari jumlah itu, 40% di
antaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Penyalahgunaan NAPZA
paling banyak berumur antara 15–24 tahun. (Kemenkes, 2014).
Pada usia remaja masuk dalam masa yang kritis sebab pada masa-masa seperti
ini mereka akaan mencari jati dirinya menjelang dewasa. Dengan kerpibadian yang
masih labil, seringkali gejolak jiwanya mengarahkan mereka pada hal-hal negatif,
misalnya mencoba-coba penyalahgunaan NAPZA. Belum lagi beberapa faktor lain
yang mendorong upaya coba-cobanya itu menjadi sebuah kenyataan. Diantaranya

3
rasa ingin tahu, tekanan teman sebaya, rasa keterasingan dan perubahan struktur
sosial. (Noorkamilah, 2016)
Beberapa ahli mengatakan faktor sosial seperti lingkungan perteman dapat
memengaruhi atau mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan terlarang dan
kenakalan lainnya, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa semakin dekat seorang
remaja dengan teman sebayanya, maka akan memengaruhi perilaku konsumsi
NAPZA pada remaja tersebut. Selain itu juga dari faktor ekonomi dapat
mempengaruhi. Seorang remaja yang secara ekonomi cukup mampu, tetapi kurang
memperoleh perhatian yang cukup dari keluarga atau masuk kedalam lingkungan
pergaulan yang salah, akan lebih mudah terjerumus menjadi pengguna NAPZA.
Dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba berkecukupan, mendapatkan dukungan
keuangan dari orang tua, dan terkadang menjadi pengedar atau kurir bandar NAPZA.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah kurangnya pengetahuan agama,
mudahnya akses terhadap NAPZA, sulitnya keluar dari siklus pergaulan yang telah
kecanduan narkoba. (Sartika, 2017)
Pembuatan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui faktor sosio
ekonomi pada remaja dalam penyalahgunaan NAPZA. Diharapkan laporan ini dapat
bermanfaat bagi tanaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran dalam menambah
pengetahuan dan wawasan, serta dapat menyadarkan masyarakat untuk menghindari
penyalahgunaan NAPZA.

4
PRESENTASI KASUS

Mr. M berusia 21 tahun adalah salah satu pasien di Rumah Sakit


Ketergantungan Obat Cibubur. Pendidikan terakhir SMA, dan saat ini sedang
menjalani pendidikan di Universitas Indonesia. Mr. M pertama kali menggunakan
narkoba saat duduk dibangku SMA karena ajakan dari temannya. Jenis NAPZA yang
pertama kali digunakan adalah ganja. Pertama kali ia mencoba karena rasa ingin tahu.
Lalu merasakan efek yang membuatnya senang dan lupa akan masalah – masalahnya
serta post effect yang ditimbulkan ringan. Seiring dengan berjalannya waktu Mr. M
menambahkan dosisnya karena dirasa semakin lama tubuhnya butuh dosis lebih
tinggi. Mr. M mengakui pernah menggunakan NAPZA jenis lain yaitu pil ekstasi,
sabu-sabu, dan NAPZA jenis baru yaitu gorila. Mr. M memperoleh uang untuk
membeli obat-obatan dengan meminta uang dari orangtua (uang saku) dan dari
keuntungan penjualan NAPZA yang dia jual ke teman - temannya dengan harga yang
lebih mahal.
Mr. M mengaku sudah 6 tahun menggunakan NAPZA, dia pertama kali
menggunakannya di sekolah bersama teman-teman yang awalnya obat tersebut
didapatkan secara cuma-cuma dari temannya namun, pada penggunaan selanjutnya
Mr. M membeli sendiri melalui suplier yang dikenalkan oleh temannya. Selama 6
tahun menjadi seorang addict frekuensi Mr. M menggunakan narkotika tidak
konsisten sepanjang tahun. Jenis NAPZA yang sering digunakannya adalah pil
ekstasi dan ganja. Untuk pemakaian pil ekstasi Mr. M menggunakannya satu bulan
sekali sedangkan untuk ganja bisa satu minggu sekali. Alasannya setiap kali
menggunakan NAPZA atau sedang relaps karena adanya pemicu seperti sedang
stress akan hubungannya dengan pacar dan berbagai permasalahan kuliah. Selain itu
Mr. M juga tergolong berasal dari keluarga yang mampu sehingga sering
mengunjungi tempat – tempat seperti club ataupun mengikuti acara – acara musik
seperti DWP. Di tempat-tempat seperti itulah Mr. M dapat dengan mudah
mendapatkan NAPZA dan bisa dengan bebas menggunakannya.

5
Pada tahun 2016 ia mengalami kecelakaan di depan istana negara dalam
keadaan setela memakai sabu. Dia mulai menggunakan sabu setelah mencoba milik
teman dan merasakan efek yang luar biasa. Sampai pada hari dia mengalami
kecelakaan itu, Mr. M mulai stop menggunakan NAPZA jenis tersebut. Selama 8
bulan lamanya dia mengaku masih trauma dan mengalami putus zat. Tetapi karena
lingkungan pertemanan dan mudahnya mendapatkan NAPZA dari kuda (horse /
pengedar) maka Mr. M mulai menggunakan NAPZA lagi jenis ganja dan ekstasi.
Setelah itu Mr. M juga mulai memakai jenis NAPZA terbaru yaitu gorila. Gorila
sangat banyak beredar dikalangan anak muda jaman sekarang, sehingga sangat
mudah untuk mendapatkannya. Mr. M sering menggunakannya ketika sedang berada
di kosan temannya sambil mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Mr. M merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara. Dari keterangan yang
diberikan Mr. M tergolong berasal dari kalangan menengah keatas. Dia tinggal
didaerah Jakarta Pusat dan setiap hari pulang pergi untuk kuliah yang membuat
hubungan Mr. M dengan orangtuanya tidak begitu dekat. Tetapi Mr. M tidak
memiliki masalah dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dia mengaku cukup
dengan kaka pertamanya. Hal tersebut karena kaka pertama Mr. M juga merupakan
seorang pengguna. Mereka pernah menggunakan obat-obatan terlarang tersebut
bersama dirumah tanpa sepengetahuan orangtua. Namun kaka pertamanya telah
berhenti setelah berkeluarga. Dia juga tidak pernah mengalami overdosis ataupun
withdrawal. Tetapi orangtua nya pernah merasa curiga akan sikap Mr. M yang
terkadang aneh. Terutama saat pagi hari dengan post effect yang timbul setelah
penggunaan NAPZA pada malam sebelumnya. Apabila merasa tidak bisa mengontrol
emosi dan efek lainnya setelah memakai NAPZA, Mr. M siap dengan obat
alprazolam yang biasa dia beli ditoko.
Satu bulan yang lalu Mr. M tertangkap oleh polisi saat sedang menggunakan
NAPZA bersama temannya dikmar kos. NAPZA tersebut berbentuk liquid vape. Mr.
M tertangkap saat sedang mengerjakan skripsi. Teman dari Mr. M itu ternyata
merupakan target operasi (TO) polisi. Kemudian dia dibawa ke POLDA dan mulai di

6
proses secara hukum. Sekarang proses pengadilan pun masih berlanjut hingga Mr. M
mendapatkan vonis. Sementara menunggu persidangan selanjutnya keluarga serta
pendidik Mr. M memilih untuk membawanya ke RSKO untuk masa rehabilitasi. Mr.
M pun mengikuti serangkaian kegiatan yang disiapkan oleh pihak RSKO. Selama
berada di RSKO ia mulai mengintropeksi diri dengan sikapnya dan ingin berhenti
menggunakan NAPZA.

DISKUSI

Faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam penyalahgunaan narkoba adalah


faktor sosial. Dengan keadaan lingkungan terutama pertemanan yang sangat
berpengaruh bagi remaja dapat membuat seorang remaja tersebut merasa penasaran
dan coba –coba untuk menggunakan NAPZA. Serta adanya dukungan dari segi
ekonomi dari orangtua yang berkecukupan. Dalam kasus ini pasien memiliki seorang
teman yang juga menggunakan NAPZA dan diapun merasa penasaran jadi ikut
menggunakannya juga. Selain itu pasien berasal dari kalangan menengah keatas
sehingga mudah untuknya mendapatkan NAPZA tanpa perlu melakukan tindak
kriminal seperti mencuri uang untuk membeli NAPZA.

PEMBAHASAN

Dalam kasus ini pasien merasa kurang dekat dengan keluarganya. Karena
sejak SMA ia pergi ke sekolah fullday dan saat kuliah ia pulang pergi dari rumahnya
di Jakarta kekampusnya di Depok. Selain itu kedua orangtuanya yang cukup sibuk
dengan pekerjaannya membuat pasien semakin kurang perhatian dari mereka. Pasien
lebih sering menghabiskan waktunya dengan teman-temannya, dan dari merekalah
pasien mulai menggunakan NAPZA hingga sekarang.

7
Sesuai dengan teori, faktor lingkungan/sosal antara lain kondisi
keluarga/orang tua, pengaruh teman/kelompok sebaya, faktor sekolah, dan kehidupan
masyarakat modern. Keluarga salah satunya yang memiliki peran paling besar
seharusnya menjadi tempat untuk menikmati kebahagiaan dan curahan kasih sayang,
namun seringkali keluarga justru menjadi pemicu anak untuk memakai NAPZA.
Adanya komunikasi yang buruk antara orangtua dengan anak sering kali
menimbulkan konflik yang tidak kunjung usai. Konflik dalam keluarga dapat
membuat seseorang merasa frustasi sehingga menggunakan NAPZA sebagai
solusinya. Tidak hanya dari masalah ekonomi. Banyak sekali dari kalangan
menengah keatas yang terjerat dalam narkoba. Bisa juga karena kurangnya perhatian
akibat broken home dan pola asuh yang salah, serta minimnya komunikasi karena
kesibukan masing – masing. (Hoesna, 2016)
Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan NAPZA
pada seseorang remaja yaitu faktor individu, coba-coba, ikut-ikutan, digunakan untuk
melupakan masalah, dan gaya hidup. (Farid, 2016). Pada kasus ini pasien mulai
menggunakan NAPZA sejak SMA karena ajakan dari temannya. Pasien mengaku
bahwa ia menggunakannya karena rasa ingin tahu dan coba-coba sesuai dengan teori
sebelumnya. Pasien pun akhirnya ikut-ikutan untuk menggunakan NAPZA dan mulai
mengedarkannya juga.
Pasien dalam kasus ini berasal dari keluarga menengah ketas. Yang berarti
faktor ekonomi juga bisa membuat seseorang menyalahgunakan NAPZA. Menurut
teori seseorang yang menggunakan NAPZA dapat berasal dari kalangan manapun.
Hanya bagaimana cara mendapatkannya yang berbeda-beda. Banyak tindakan
kriminal yang dilakukan seseorang pecandu apabila sudah tidak memiliki uang untuk
membeli NAPZA. Tetapi berbeda untuk mereka dari kalangan menengah atas. Uang
bukanlah masalah utama untuk mendapatkan NAPZA. Selain itu NAPZA sekarang
tersedia dimana-mana dan mudah diperoleh karena maraknya peredaran Narkoba,
Indonesia sudah sebagai produsen Narkoba, bisnis Narkoba yang menjanjikan
keuntungan besar, kultivasi gelap ganja di beberapa daerah di Indonesia serta

8
penegakan hukum yang belum tegas dan konsisten. (Hasril, 2013). Dengan kata lain
pasien di kasus ini bisa sangat mudah untuk mendapatkan NAPZA dan menyebarkan
dikalangan pertemanannya. Dia tidak perlu melakukan tindak kriminal karena
mendapat cukup uang dari orangtuanya.
Dengan jauhnya hubungan antara pasien dengan orangtua membuatnya
kurang perhatian terhadap mereka. Apa yang dilakukannya tentu saja dapat membuat
kecewa kedua orangtuanya. Sebagai seorang anak seharusnya ia memperhatikan
setiap tindakannya agar tidak meyakiti hati orangtua. Sebagaimana Firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Sembahlah Allah dan jangan kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang
tua Ibu Bapak". (An Nisa’ : 36). Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak)
merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban. Sehingga Birul
Walidain hukumnya adalah fardhu (wajib bagi masing-masing individu). Keutamaan
berbakti kepada orangtua adalah diampuninya dosa oleh Allah, menjadi sebab masuk
surga, mendapat ridho Allah, bertambahnya umur, dan mendapat rizki yang barokah.
(Abdulaziz, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

NAPZA adalah suatu tindakan yang dapat merusak individu itu sendiri serta
lingkungannya. Serta dapat mengancam masa depan hingga jiwa seorang
penggunanya. Penggunaan yang kebanyakan diawali oleh rasa ingin tahu dan ajakan
seorang pengguna lainnya. Faktor sosial dan ekonomi pun dapat mempengaruhi
seseorang dalam menggunkana NAPZA. Peran orangtua dan pemilihan lingkungan
pertemenan yang baik akan mecegah terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Disarankan
pada kasus seperti ini perhatian orangtua lebih tertuju pada anak terutama jika anak
mengalami masalah. Serta tidak sembarangan dan tetap mebatasi keuangan anak
mereka agar tidak berlebihan dan digunakan pada hal buruk seperti membeli NAPZA.

9
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan kepada Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)


Cibubur, Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat
berkunjung, memfasilitasi, dan mengumpulkan informasi dari pasien untuk
kelancaran penulisan laporan kasus ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
narasumber dan staff di RSKO atas wawasan dan waktu yang telah diberikan. Terima
kasih kepada DR. drh. Hj. Titiek Djannatun selaku koordinator penyusun Blok
Elektif, dr. Hj. RW. Susilowati, M.Kes selaku koordinator pelaksana Blok Elektif,
dan dr. Nasrudin Noor, SpKJ selaku dosen pengampu bidang kepeminatan
Ketergantungan Obat/Drug Abuse. Terima kasih kepada dr. Dian Mardhiyani, MKK
selaku Tutor pembimbing kelompok kami yaitu kelompok 4 yang telah membimbing
kami dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi. Tidak lupa teman-teman
kelompok 4 kepeminatan drug abuse dan rekan-rekan calon sejawat Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi yang telah membantu dalam penulisan laporan kasus
ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdulaziz. 2009. Birrul Walidain. Tersedia pada: https://hizbut-


wtahrir.or.id/2012/06/10/hukum-berbakti pada orangtua-dalam-fiqih-islam/ [Diakses 20
November 2018]

BNN. 2014. Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan NAPZA Tahun
Anggaran 2014. Tersedia pada: http://www.bnn.go.id.portal/_upload/post/2010/11/23/2010-
11-23.pdf [Diakses 17 November 2018]

BNN. 2016. Pengertian Narkoba. Badan Narkotika Nasional. Teresdia pada: http:
http://bonebolangokab.bnn.go.id/post/pengertian-narkoba [Diakses 17 November 2018]

Elviza R, Helfi A. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal
Kesehatan Masuyarakat Andalas. Tersedia pada:
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/ [Diakses 17 November 2018]

Farid H. 2016. Dampak Sosial Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja. Jurnal Universitas
Islam Negeri Makassar. Tersedia pada: http:// Farid%20Hidayat_opt.pdf/jkma/ [Diakses 20
November 2018]

Gono, J. 2014. Narkoba: Bahaya Penyalahgunaan Dan Pencegahannya. Tersedia pada:


http://ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/download/3162/2838 [Diakses pada 17
November 2018]

Hasril. 2013. Karya Tulis Ilmiah Tentang Narkoba. Tersedia pada:


https://hazrilmadridista.wordpress. com/2013/12/28/karya-tulis-ilmiah-tentang-narkoba/
(Diakses [17 November 2018]

Hoesna. M. E. 2016. Faktor Penyebab Dan Penyalahgunaan Narkoba, Tersedia pada:


11250027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf [Diakses pada 17 November 2018]

Kemenkes. 2014. Pengguna NAPZA Dapat Dicegah dan Dapat Direhabilitasi. Buletin
Jendela data dan Informasi Kesehatan (1):1-47

Noorkamilah. 2016. Faktor Penyebab Dan Dampak Penyalahgunaan NAPZA. Tersedia pada:
http:file:// 11250027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf [Diakses pada 17
November 2018]

Sari S. B, Setyaningrum R, Pujianti N, et al. 2017. Analisis Faktor Eksternal Yang


Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA Pada Pasien Di Unit Rehabilitasi (UNITRA)
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

11

You might also like