You are on page 1of 10

“KOSALA” JIK. Vol. 6 No.

2 November 2018

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN


STIGMA PADA PECANDU NARKOBA DENGAN MOTIVASI
TIDAK MEMAKAI NARKOBA PADA REMAJA

Endang Dwi Ningsih1, Emanuela Veren Gravita Kusuma2

Abstract

Background: The circulation of drugs in Indonesia has penetrated in all of the society
levels, this condition is very worrying for the sustainability of the nation. The prevalence
of drug abuse in group of students and college students in 2016 is 3.8%, where every
year experiencing significant fluctuations. Related to the above, it is necessary to
research about the relationship between the level of knowledge about drugs and the
stigma of drug addicts with the motivation not to use drugs in teenagers GBI Emunah
Solo Baru Sukoharjo.
Objective: To know the correlation between the level of knowledge about drugs and
stigma on drug addicts with the motivation not to use drugs in adolescents.
Research Subject: Research sample are 63 teenagers / youth of GBI Emunah Solo Baru
Sukoharjo by using Saturation sampling technique.
Research Subject: Research sample are 63 teenagers / youth of GBI Emunah Solo Baru
Sukoharjo by using Saturation sampling technique.
Result of the research: By Bivariate test obtained the result p = 0.000 and p <0.05. By
Multivariate test obtained result of value Negelkerke Square 60.3%
Conclusion: There is a relationship between the level of knowledge about drugs with the
motivation of not using drugs, and there is also a relationship between the stigma of drug
addicts with the motivation not to use drugs. That the level of knowledge about drugs and
stigma in drug addicts together related to non-drug motivation 60.3% while the remaining
39.7% influenced by other variables outside the study.

Keywords: Motivation not to use drugs, stigma in drug addicts and level of knowledge
about drugs

PENDAHULUAN kelompok pelajar dan mahasiswa di


Peredaran narkoba di Indonesia 16 Provinsi di Indonesia Tahun 2011
sudah merambah pada seluruh menunjukkan bahwa 4.3%
lapisan masyarakat, kondisi seperti pelajar/mahasiswa Indonesia
ini sangat menghawatirkan untuk pernah menggunakan narkoba.
keberlangsungan bangsa. Bahkan remaja Indonesia saat ini
Sebagaimana yang ditayangkan tidak hanya berstatus sebagai
pada MetroTV bahwa Indonesia pemakai tetapi juga pengedar
menjadi target peredaran narkoba (Riyadi, 2015). Peningkatan
terbesar di Asia karena demand dan penggunaan narkoba pada remaja
keuntungan yang besar serta sekarang ini sudah sering dijumpai
hukuman yang ringan, bahkan di berbagai media sosial dan media
80% penghuni Lapas juga pemakai cetak. Data BNN menunjukkan
narkoba, jaringan narkoba di lapas jumlah pengguna narkoba di
sudah sangat canggih alat-alatnya Indonesia hingga Nopember 2016
menggunakan satelit sehingga tidak mencapai 5.9 juta orang. Prevalensi
dapat dideteksi oleh alat Lapas yang penyalahgunaan narkoba pada
masih sederhana. kelompok pelajar dan mahasiswa
Sebagaimana Survei Nasional tahun 2016 yaitu 3.8%, dimana
Perkembangan Penyalahgunaan setiap tahun mengalami fluktuasi
dan Peredaran Gelap Narkoba pada yang signifikan (Sunaryo, 2017).

83
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

Penyebab utama seseorang terlibat yang menimbulkan kegelisahan,


dalam penyalahgunaan narkoba ketakutan dan kecemasan di
yaitu rasa ingin tahu/rasa penasaran kalangan masyarakat, pendidik,
yang besar tanpa menyadari ulama hingga para pejabat
akibatnya. Biasanya seseorang (Siswaya, 2008). Pengalaman
menyalahgunakan narkoba melalui empirik membuktikan bahwa
lima tahap yaitu coba-coba untuk kriminalisasi penyalahgunaan
memenuhi rasa ingin tahu, narkoba tidak menyelesaikan
menggunakan narkoba hanya pada masalah justru stigma masyarakat
saat bergaul agar diterima oleh terhadap pecandu narkoba sebagai
lingkungan pergaulan, penjahat yang harus dijauhi agar
menggunakan narkoba pada saat tidak menular. Stigma merupakan
kesal, sedih dan kecewa, pandangan negatif masyarakat
menggunakan narkoba semakin terhadap suatu hal atau individu
meningkat tanpa alasan pergaulan termasuk pecandu narkoba. Hal
atau sedang bermasalah dan yang inilah yang membuat pecandu
terakhir adalah menggunakan narkoba semakin sulit untuk
narkoba menjadi kebutuhan hidup mendapat bantuan dan dukungan
(Nashshar, 2009). dalam penyembuhan, walaupun
NAPZA adalah narkotika, alkohol, sudah berhentipun tetap
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. diperlakukan sama di masyarakat
NAPZA erat kaitannya dengan dianggap sampah masyarakat yang
masalah sosial yang terjadi di tiap patut disingkirkan, yang akhirnya
negara. Bahan-bahan NAPZA tidak akan berdampak timbulnya perilaku
boleh digunakan secara bebas kriminal yang lebih berat.
karena dapat mengakibatkan Pengetahuan adalah suatu
adiksi/kecanduan, yang ditandai pembentukan yang terus menerus
dengan melemahnya kemampuan oleh seseorang yang setiap saat
individu untuk beraktivitas normal mengalami reorganisasi karena
dan berpikir sehat. Seseorang yang adanya pemahaman baru (Widianti,
telah adiktif, sangat kuat 2007). Pengetahuan terjadi setelah
kemungkinan untuk melakukan orang mengadakan pengindraan
kekerasan terhadap keluarga terhadap objek tertentu melalui
maupun lingkungan untuk panca indra manusia. Pada waktu
mendapatkan apa yang menjadi pengindraan sampai menghasilkan
keinginannya (Noorkasiani, Heryati, pengetahuan tersebut sangat
dan Ismail, 2009). dipengaruhi oleh intensitas
Salah satu yang meresahkan perhatian persepsi terhadap objek
masyarakat dan diprediksi akan (Wawan dan Dewi, 2011).
memberikan masalah serius pada Sebagaimana kutipan dalam
permasalahan bangsa adalah penelitian yang dilakukan Sunaryo
dekadensi moral. Selain krisis (2017) bahwa, pengetahuan
ekonomi tahun 1998, sebelum merupakan unsur utama pembentuk
terjadinya krisis itu, dekadensi moral perilaku seseorang. Pengetahuan
mulai ramai dibicarakan, terutama merupakan proses kognitif dari
seks bebas dan narkoba. Narkotika seseorang untuk memberi arti
dan obat-obatan terlarang (narkoba) terhadap lingkungan, sehingga
adalah momok bak teroris yang masing-masing individu akan
akan mengancam generasi muda. memberi arti sendiri-sendiri terhadap
Penyalahgunaan dan peredaran stimulus yang diterimanya meskipun
narkoba semakin merajalela dan stimulusnya sama. Pengetahuan
telah menimbulkan banyak korban atau kognitif merupakan domain
jiwa, harta, dan moral anak bangsa, yang sangat penting untuk

84
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

terbentuknya tindakan seseorang remaja, tekanan kelompok sebaya,


atau ovent behavior (Wawan dan keterasingan remaja, stres dan rasa
Dewi, 2011). tidak aman serta penilaian pada diri
Pada penelitian yang dilakukan oleh sendiri. Biasanya remaja laki-laki
Zaen, Azizah dan Warseno (2017), lebih rentan mengkonsumsi narkoba
menyimpulkan terdapat hubungan dibanding remaja perempuan, hal ini
antara tingkat pengetahuan dengan dipengaruhi aspek lingkungan
sikap menghindari diri dari remaja laki-laki lebih luas jaringan
penyalahgunaan NAPZA dengan sosialnya dan aspek psikologis
hasil penelitian bahwa tingkat yakni gangguan perilaku yang
pengetahuan siswa tentang narkoba mengakibatkan remaja laki-laki
lebih banyak pada kategori cukup memiliki motivasi yang rendah untuk
(70.2%) dengan sikap menghindari tidak menggunakan narkoba (Hani,
diri dari penyalahgunaan NAPZA 2011). Pada penelitian yang
mayoritas tinggi (97.6%) maka dilakukan Putra dan Sukoco (2011)
disarankan pihak sekolah dapat dinyatakan bahwa ada hubungan
memfasilitasi adanya penyuluhan antara dukungan sosial dengan
tentang bahaya NAPZA serta motivasi untuk sembuh pada
pengawasan terhadap siswa pengguna NAPZA di Rehabilitasi
dengan bekerjasama dengan Madani Mental Health Care dengan
keluarganya. Demikian halnya pada menggunakan uji korelasi Pearson
Penelitian yang dilakukan oleh didapatkan r hitung 0.435 dengan
Fazbir dan Syaifudin (2017), signifikasi 0.001 < 0.01, maka
menyatakan ada hubungan antara keputusannya adalah menerima
tingkat pengetahuan dan hipotesis dan koefisien determinasi
kecerdasan spiritual remaja dengan R Square (R2) sebesar 0.275.
sikap kecenderungan Artinya seluruh aspek dukungan
penyalahgunaan NAPZA di SMKN 1 sosial memberikan sumbangsih
Siniu Sulawesi Tengah dengan sebesar 27.5% terhadap motivasi
menggunakan Product Moment untuk sembuh. Dengan demikian
nilai p= 0.000 dan p lebih kecil dari 72.5% sisanya dapat dijelaskan oleh
0.05. variabel lain selain dukungan sosial.
Motif merupakan tenaga pendorong Demikian halnya penelitian yang
yang mendorong manusia untuk dilakukan oleh Shidqi (2014), bahwa
bertindak atau suatu tenaga di tayangan video anti narkoba
dalam diri manusia, yang berpengaruh terhadap sikap remaja
menyebabkan manusia bertindak pada NAPZA di Dusun Pratan
atau melakukan sesuatu. Motivasi Kelurahan Sinduadi Kecamatan
adalah serangkaian sikap dan nilai- Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta
nilai yang mempengaruhi individu dengan hasil uji statistik
untuk mencapai hal yang spesifik menunjukkan nilai mean 110.76
sesuai tujuan individu (Donsu, untuk pre test dan 126.20 untuk post
2017). Sedangkan menurut Effendy test dan selanjutnya diperoleh
dan Nursalam (2008) motivasi dapat signifikasi p= 0.000 dan p < 0.05.
diartikan sebagai dorongan internal Berdasarkan data yang diperoleh
dan eksternal dalam diri seseorang dari wawancara pada 6 (enam)
yang diindikasikan dengan adanya remaja/pemuda di GBI Emunah
hasrat dan minat untuk melakukan Solo Baru diperoleh informasi
kegiatan. bahwa mereka takut dan ngeri kalau
Beberapa hal yang menyebabkan melihat dampak narkoba pada
remaja menggunakan narkoba media sosial. Mereka mengatakan
adalah karena munculnya budaya orang yang terkena narkoba masa
mencari kenikmatan, kepribadian depannya akan hancur maka

85
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

mereka merasa tidak perlu penelitian ini adalah untuk


berteman dengan orang yang mengetahui tingkat pengetahuan
menggunakan narkoba, takut tentang narkoba pada remaja,
tertular atau takut diberi stigma mengetahui gambaran pemberian
negatif oleh masyarakat. Pada saat stigma pada pecandu narkoba oleh
peneliti menanyakan tentang remaja, mengetahui tingkat
pengetahuan narkoba lebih detail motivasi tidak memakai narkoba
dan berapa besar motivasi untuk pada remaja dan mengetahui
tidak memakai narkoba, hubungan antara tingkat
remaja/pemuda tersebut menyebut pengetahuan tentang narkoba
ganja, heroin dan sabu-sabu, untuk dengan motivasi tidak memakai
jenis lainnya tidak tahu karena tidak narkoba, serta untuk mengetahui
pernah mendalami dengan hubungan tentang stigma pada
sungguh-sungguh tentang pecandu narkoba dengan motivasi
pengetahuan tersebut. Adapun tidak memakai narkoba.
motivasi untuk tidak memakai
narkoba hanya dijawab tidak ingin, METODE/DESAIN PENELITIAN
merasa tidak pernah terlintas dalam Penelitian ini merupakan penelitian
pikirannya tentang narkoba. Para analitik dengan desain korelasi dan
remaja/pemuda ini tidak mampu melibatkan tiga variabel yang
memberi jawaban yang pasti karena bertujuan untuk mengkaji hubungan
selama ini juga belum pernah tingkat pengetahuan tentang
dilakukan panelitian. narkoba dan stigma pada pecandu
Dari latar belakang tersebut di atas, narkoba sebagai variabel bebas
dirasa perlu adanya penelitian (independent variable) dengan
tentang hubungan tingkat motivasi tidak memakai narkoba
pengetahuan tentang narkoba dan sebagai variabel terikat (dependent
stigma pada pecandu narkoba variable).
dengan motivasi tidak memakai
narkoba pada remaja/pemuda GBI POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK
Emunah Solo Baru Sukoharjo. SAMPLING
Penelitian ini merupakan replika Populasi pada penelitian ini adalah
penelitian sebelumnya, namun remaja/pemuda GBI Emunah Solo
memiliki perbedaan dalam hal lokasi Baru Sukoharjo yang berjumlah 63
penelitian dan memasukkan variabel orang yang kemudian diambil
tentang stigma pada pecandu sebagai sampel dengan
narkoba untuk mengetahui menggunakan teknik sampling jenuh
sejauhmana penolakan atau yaitu dengan mengambil semua
penerimaan remaja/pemuda tentang anggota populasi menjadi sampel.
pecandu narkoba, karena dari sikap
inilah dapat diketahui motivasi tidak HASIL PENELITIAN
memakai narkoba dan cara Di bawah ini akan dipaparkan
penanganan bila menghadapi para karakteristik responden berdasarkan
pecandu narkoba. jenis kelamin, usia dan pendidikan
adalah sebagai berikut :
TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan
tentang narkoba dan stigma pada
pecandu narkoba dengan motivasi
tidak memakai narkoba pada
remaja. Sedangkan tujuan khusus

86
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

Tabel 1. b. Stigma remaja/pemuda pada


Distribusi Karakteristik Responden pecandu narkoba kategori tinggi
Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia sejumlah 48 orang (76.2%)
dan Tingkat Pendidikan. sedang kategori rendah
Karakteristik Kategori f % sejumlah 15 orang (23.8%).
Jenis Laki – laki 29 46 c. Motivasi tidak memakai narkoba
Kelamin Perempuan 34 54 kategori tinggi sejumlah 40
Usia orang (63.5%) sedang kategori
15-20 tahun 34 54
rendah sejumlah 23 orang
21-30 tahun 27 43
(36.5%).
>30 tahun 2 3
PT 26 41 Tabel 3.
Tingkat
Pendidikan
Tabulasi Silang Tiap Variabel Bebas
SMA/SMK 37 59
Terhadap Variabel Terikat
Dari tabel di atas menunjukkan Motivasi
bahwa sebagian besar responden Variabel Kategori tidak memakai narkoba
berjenis kelamin perempuan Tinggi Rendah Total
berjumlah 34 orang (54%) dan Tingkat 39 7 46
penge- Tinggi
jumlah responden berjenis kelamin (84.8) (15.2) (100)
laki-laki berjumlah 29 orang (46%). tahuan
1 16 17
Sedangkan karakteristik Rendah
(5.9) (94.1) (100)
berdasarkan usia sebagian besar Stigma 38 10 48
responden berusia 15 - 20 tahun pada Tinggi
(79.2) (20.8 (100)
berjumlah 34 orang (54%) dan pecandu
responden yang berusia paling narkoba Rendah 2 13 15
sedikit > 30 tahun berjumlah 2 (13.3) (86.7) (100)
orang (3%). Untuk tingkat Berdasarkan tabel di atas dapat
pendidikan pada tingkat perguruan dilihat bahwa :
tinggi 26 orang (41%) dan tingkat a. Pada hubungan tingkat
SMA/SMK sejumlah 37 orang pengetahuan tentang narkoba
(59%). dengan motivasi tidak memakai
Tabel 2. narkoba.
Distribusi Frekuensi 1) Terdapat responden yang
Variabel Penelitian memiliki tingkat pengetahuan
Variabel Kategori f % tinggi sejumlah 46 orang, 39
Tinggi 46 73 orang (84.8%) memiliki
Tingkat motivasi tinggi dan 7 orang
pengetahuan Rendah 17 27 (15.2%) memiliki motivasi
Stigma pada 76.2 rendah.
Tinggi 48
pecandu 2) Terdapat responden yang
Rendah 15 23.8
narkoba memiliki tingkat pengetahuan
Motivasi tidak Tinggi 40 63.5 rendah sejumlah 17 orang, 1
memakai
narkoba Rendah 23 36.5 orang (5.9%) memiliki motivasi
tinggi dan 16 orang (94.1%)
Dari tabel di atas dapat diperoleh memiliki motivasi rendah.
data bahwa: Berdasarkan hasil uji dengan
a. Tingkat pengetahuan menggunakan Chi Square
remaja/pemuda tentang narkoba dengan α = 5% (0.05) diperoleh
kategori tinggi sejumlah 46 p = 0.000 menunjukkan bahwa
orang (73%) sedang kategori ada hubungan antara tingkat
rendah sejumlah 17 orang pengetahuan tentang narkoba
(27%). dengan motivasi tidak memakai
narkoba.

87
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

b. Pada hubungan tentang stigma Antara lain karena pendidikan,


pada pecandu narkoba dengan pekerjaan, usia, lingkungan dan
motivasi tidak memakai narkoba. sosial budaya. Pengaruh tingkat
1) Terdapat responden yang pendidikan, usia dan pekerjaan
memiliki stigma tinggi dapat dilihat bahwa tingkat
sejumlah 48 orang, 38 orang pendidikan responden 41% dari
(79.2%) memiliki motivasi perguruan tinggi dan 59% dari
tinggi dan 10 orang (20.8%) SMA/SMK serta dari segi usia
memiliki motivasi rendah pada usia 15 – 43 tahun, semakin
2) Terdapat responden yang tinggi pendidikan seseorang makin
memiliki stigma rendah mudah menerima informasi dan
sejumlah 15 orang, 2 orang semakin bertambah usia seseorang
(13.3%) memiliki motivasi akan menunjukkan tingkat
tinggi dan 13 orang (86.7%) kedewasaannya terlebih bila
memiliki motivasi rendah responden sudah bekerja maka
Berdasarkan hasil uji dengan tingkat kematangannya makin
menggunakan Chi Square terbentuk. Adapun pengaruh
dengan α = 5% (0.05) lingkungan dan sosial budaya yang
diperoleh p = 0.000 membentuk tingkat pengetahuan
menunjukkan bahwa ada responden karena makin maraknya
hubungan antara stigma perbincangan tentang topik narkoba
remaja/pemuda pada pecandu dan cara-cara pencegahannya
narkoba dengan motivasi tidak melalui media: televisi, radio, dan
memakai narkoba. media digital lain, atau mungkin
Berdasarkan hasil bivariat maka melalui komunitas – komunitas
semua variabel menunjukkan hasil p tertentu, terlebih sebagaimana yang
< 0.05 maka semua variabel dapat disampaikan oleh Siswaya (2008)
dianalisis dengan uji multivariat bahwa masalah NAPZA selalu
karena p < 0.25. berkaitan dengan permasalahan
Hasil analisa multivariat pada bangsa yang menyangkut
penelitian ini menunjukkan variabel dekadensi moral menyangkut seks
independen mempengaruhi variabel bebas dan penyalahgunaan obat-
dependen dengan nilai Nagelkerke obat terlarang, maka hal tersebut
R Square 60.3% artinya bahwa telah menjadi momok yang
variabel tingkat pengetahuan mengancam generasi muda,
tentang narkoba dan gambaran sehingga sangat dimungkinkan
stigma pada pecandu narkoba mudahnya diperoleh informasi
secara bersama-sama berhubungan tentang narkoba. Sebagaimana
dengan motivasi tidak memakai dikutip oleh Sunaryo (2017) bahwa
narkoba sebesar 60.3% dan sisanya pengetahuan merupakan proses
yang 39.7% dipengaruhi variabel kognitif dari seseorang untuk
lain di luar penelitian. memberi arti terhadap lingkungan,
dalam hal ini responden belajar dari
PEMBAHASAN lingkungannya atau komunitasnya.
Berdasarkan Tabel 2, sebagian Para remaja/pemuda perlu
sebagian besar remaja/pemuda mengetahui pengetahuan yang
memiliki tingkat pengetahuan yang menyangkut narkoba, agar tidak
tinggi tentang narkoba yaitu sebesar terjerumus atau bahkan
73%. Sebagaimana yang menyalahgunakan obat yang
dikemukakan oleh Wawan dan Dewi termasuk berbahaya. NAPZA
(2011), banyak faktor yang merupakan obat yang
mempengaruhi diperolehnya mempengaruhi saraf/otak, apabila
informasi pengetahuan seseorang. disalahgunakan akan menimbulkan

88
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

ketagihan dan merusak serta sebagaimana hasil penelitian Zaen,


menimbulkan ketidakmampuan Azizah dan Warseno ( 2017), bahwa
fungsi sosial, pekerjaan dan sekolah tingkat pengetahuan tentang
(Sugiharsono, et al., 2008). narkoba lebih banyak pada kategori
Demikian halnya yang disampaikan cukup (70.2%) dan sikap
oleh Efendi dan Makhfudli (2009), menghindari dari penyalahgunaan
bahwa NAPZA menyebabkan narkoba mayoritas tinggi (97.6%).
terganggunya fungsi kognitif, Pada penelitian yang dilakukan oleh
persepsi, daya nilai perilaku dan Fazbir dan Syaifudin (2017)
ketergantungan fisik maupun psikis. membuktikan bahwa ada hubungan
Dari hasil uji bivariat dapat diperoleh antara tingkat pengetahuan dan
p = 0.000 dan p < 0.05 artinya ada kecerdasan spiritual remaja dengan
hubungan antara tingkat sikap kecenderungan
pengetahuan tentang narkoba penyalahgunaan NAPZA di SMKN I
dengan motivasi tidak memakai Siniu Sulawesi.
narkoba, hal ini dapat dilihat pada Pada Tabel 2 ini juga didapatkan 48
tabel 3 dari 46 orang yang memiliki orang (76.2%) responden
pengetahuan kategori tinggi memberikan stigma tinggi pada
terdapat 84.8% responden memiliki pecandu narkoba. Menurut
motivasi tinggi tidak memakai Ardhiyanti, Lusiana dan Megasari
narkoba, hal ini sesuai yang (2015), stigma merupakan bentuk
diungkapkan oleh Widianti (2007) prasangka yang mendiskreditkan,
bahwa pengetahuan terbentuk pandangan negatif atau menolak
melalui proses yang terus-menerus seseorang, stigma berhubungan
yang setiap saat akan mengalami dengan struktur masyarakat dan
reorganisasi karena adanya nilai/norma yang mengatur
pemahaman yang baru. kehidupan sehari-hari. Seseorang
Pengetahuan merupakan unsur yang telah adiktif/ kecanduan
utama pembentukan perilaku narkoba sangat kuat dimungkinkan
seseorang (Sunaryo, 2017) maka melakukan kekerasan terhadap
semakin tinggi tingkat pengetahuan keluarga maupun lingkungan
semakin positif pula motivasinya sebagaimana kutipan Heryati dan
yang akhirnya akan memunculkan Ismail (2009), hal ini semakin
perilaku yang positif dan semakin membuat takut dan cemas kalangan
rendah pengetahuan narkoba masyarakat, pendidik dan ulama
seseorang, motivasi tidak memakai (Siswaya, 2008). Pada pengamatan
narkoba kategori rendah makin peneliti terhadap responden, karena
tinggi, hal ini dapat dilihat pada tabel sampel yang diteliti adalah
3. dari 17 orang yang tingkat lingkungan gerejani maka
pengetahuannya rendah terdapat remaja/pemudanya tentunya sangat
94.1% yang memiliki motivasi ditekankan pada ajaran-ajaran
rendah tidak memakai narkoba. Dari agama tentang bagaimana
kutipan Sobur (2011), dinyatakan menghindari pergaulan yang
bahwa motivasi merupakan menjerumuskan manusia pada
dorongan yang timbul yang tujuan moral yang tidak baik, sehingga
akhirnya adalah perbuatan, dampak gambaran stigma
sedangkan perbuatan/perilaku yang remaja/pemuda pada pecandu
didasari oleh pengetahuan akan narkoba sangat tinggi, hal tersebut
bersifat lebih langgeng (Wawan dan bukan karena antipati atau
Dewi (2011). Jadi bila tingkat memusuhi tetapi karena besarnya
pengetahuan semakin baik semakin dampak negatif dari
baik pula motivasi responden untuk penyalahgunaan NAPZA seperti
tidak memakai narkoba yang disampaikan oleh Siswaya

89
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

(2008), bagi pecandu narkoba disampaikan oleh Donsu (2017),


sendiri akan terjadi perubahan bahwa fungsi motivasi sebagai
perilaku anti sosial, merosotnya penggerak, menentukan arah
produktivitas kerja, gangguan perbuatan dan menentukan
kesehatan dan berubah emosional perbuatan apa yang harus
sedang bagi keluarga akan dikerjakan dengan menyisihkan
berdampak dari rasa malu, hidup perbuatan yang tidak bermanfaat.
tidak tenang, uang terkuras untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
penyembuhan dan menghancurkan dilakukan oleh Shidqi (2014) bahwa
nama baik keluarga. Bagi seseorang tayangan video anti narkoba
yang sudah mengalami kecanduan berpengaruh pada sikap untuk tidak
narkoba, seringkali keluarga sendiri menyalahgunakan narkoba pada
merasa kesulitan dalam melakukan remaja Dusun Pratan Sleman,
bimbingan atau memberi motivasi dengan melihat tayangan video anti
sembuh, hal ini sesuai hasil narkoba tentunya akan
penelitian Putra dan Sukoco (2011) memunculkan sikap antipati (stigma)
bahwa dukungan sosial hanya terhadap narkoba dan memberi
memberi sumbangsih sebesar pemahaman tentang bahayanya
27.5% terhadap motivasi untuk masalah narkoba sehingga
sembuh pada pengguna NAPZA di memunculkan sikap untuk tidak
Rehabilitasi Madani Mental Health menyalahgunakan narkoba dan
Care. munculnya motivasi tidak ingin
Dari hasil uji bivariat dapat diperoleh memakai narkoba.
p = 0.000 dan p < 0.05 artinya ada Hasil penelitian menunjukkan
hubungan antara stigma pada variabel independen mempengaruhi
pecandu narkoba dengan motivasi variabel dependen dapat dilihat
untuk tidak memakai narkoba, hal ini dengan nilai Nagelkerke R Square
dapat dilihat pada tabel 3 dari 48 60,3% artinya bahwa bahwa
orang responden yang memiliki variabel tingkat pengetahuan
stigma tinggi terhadap pecandu tentang narkoba dan gambaran
narkoba, 79.2% memiliki motivasi stigma pada pecandu narkoba
tinggi untuk tidak memakai narkoba, secara bersama-sama berhubungan
hal ini sesuai yang diungkapkan dengan motivasi tidak memakai
oleh Ardhiyanti, Lusiana dan narkoba sebesar 60.3% dan sisanya
Megasari (2015), bahwa yang 39.7% dipengaruhi variabel
penyalahgunaan narkoba lain di luar penelitian. Tingkat
merupakan penjahat/kriminal, pengetahuan yang tinggi pada
sampah masyarakat yang harus responden dan stigma yang tinggi
dijauhi agar tidak menular, maka responden terhadap pecandu
semakin kuat stigma pada pecandu narkoba memberikan motivasi yang
narkoba semakin sulit diterima di kuat untuk tidak memakai narkoba,
lingkungan masyarakat. hal ini dapat dilihat dari tabel 2 yang
Stigma yang tinggi responden memiliki motivasi tinggi untuk tidak
terhadap pecandu narkoba memberi memakai narkoba 40 orang (63.5%).
dorongan untuk menghindari stigma Jadi tingkat pengetahuan tentang
yaitu dengan tidak bersentuhan narkoba dan stigma pada pada
dengan masalah narkoba bahkan pecandu narkoba memberi
responden merasa tidak pernah pemahaman yang benar dan
terlintas dalam pikirannya tentang motivasi positif, sebagaimana yang
narkoba, hal ini menunjukkan sikap disampaikan oleh Wawan dan Dewi
yang positif dan memunculkan (2011) bahwa domain kognitif pada
motivasi yang positif untuk tidak tingkat memahami akan memberi
memakai narkoba. Sebagaimana kemampuan untuk menjelaskan

90
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

secara benar obyek yang diketahui dan gambaran stigma pada


dan mampu menginterprestasikan pecandu narkoba secara
secara benar pula karena bersama-sama berhubungan
pengetahuan dan kognitif yang dengan motivasi tidak memakai
benar merupakan domain yang narkoba sebesar 60.3% dan
sangat penting untuk terbentuknya sisanya yang 39.7% dipengaruhi
tindakan seseorang. Hal ini variabel lain di luar penelitian.
diperkuat oleh pendapat
Notoatmodjo (2011), bahwa SARAN
pengadopsian perilaku yang 1. Agar remaja/pemuda mampu
didasari oleh pengetahuan, memiliki motivasi tidak memakai
kesadaran yang positif akan narkoba, maka harus
memunculkan perilaku yang ditingkatkan tingkat pengetahuan
langgeng (long lasting). dan stigma terhadap pecandu
narkoba sehingga memiliki
KESIMPULAN pemahaman yang benar tentang
Dari hasil penelitian yang berjudul perilaku menyimpang tersebut
hubungan tingkat pengetahuan dan remaja/pemuda dapat
tentang narkoba dan stigma pada terhindar dari penyalahgunaan
pecandu narkoba dengan motivasi narkoba.
tidak memakai narkoba pada 2. Bagi institusi pendidikan
remaja/pemuda GBI Emunah Solo keperawatan, diharapkan dapat
Baru Sukoharjo dapat diperoleh melakukan penyuluhan tentang
kesimpulan sebagai berikut : pencegahan terhadap
1. Terdapat tingkat pengetahuan penyalahgunaan narkoba.
remaja/pemuda tentang narkoba 3. Untuk peneliti selanjutnya
kategori tinggi sejumlah 46 orang diharapkan dapat
(73%) sedang kategori rendah mengembangkan faktor-faktor
sejumlah 17 orang (27%). lain yang belum diteliti yang
2. Stigma remaja/pemuda pada berhubungan dengan
pecandu narkoba kategori tinggi penanggulangan narkoba.
sejumlah 48 orang (76.2%)
sedang kategori rendah sejumlah DAFTAR PUSTAKA
15 orang (23.8%). Ardhiyanti, Y., N. Lusiana dan K.
3. Motivasi tidak memakai narkoba Megasari. 2015. Bahan ajar
kategori tinggi sejumlah 40 orang AIDS pada Asuhan
(63.5%) sedang kategori rendah Keperawatan Kebidanan.
sejumlah 23 orang (36.5%). https://book.google.co.id/books?
4. Tingkat pengetahuan tentang id=ej. Dilihat pada tanggal 28
narkoba berhubungan dengan oktober 2017.
motivasi tidak memakai narkoba Donsu, J. D. T. 2017. Psikologi
(p = 0.000 dan p < 0.05). Keperawatan. Pustaka Baru
5. Stigma pada pecandu narkoba Press, Yogyakarta.
berhubungan dengan motivasi Effendi, F. dan Makhfudli. 2009.
tidak memakai narkoba (p = Keperawatan Kesehatan
0.000 dan p < 0.05). Komunitas Teori dan Praktik
6. Hasil analisa multivariat dalam Keperawatan.
menunjukkan variabel https://books.google.co.id/books
independen mempengaruhi Dilihat pada tanggal 3
variabel dependen dengan nilai September 2017.
Nagelkerke R Square 60.3%
artinya bahwa variabel tingkat
pengetahuan tentang narkoba

91
“KOSALA” JIK. Vol. 6 No. 2 November 2018

Effendi, Ferry dan Nursalam. 2008. Shidqi, M. 2014. Pengaruh


Pendidikan dalam Tayangan Video Anti Narkoba
Keperawatan. Salemba Medika, terhadap Sikap Remaja pada
Jakarta. NAPZA (Studi Eksperimen pada
Fazbir, M. dan Syaifudin. Hubungan Remaja Dusun Patran
Tingkat Pengetahuan dan Kelurahan Sinduadi Kecamatan
Kecerdasan Spiritual Remaja Mlati Kabupaten Sleman).
dengan Sikap Kecenderungan Digital Library UIN Sunan
Penyalahgunaan NAPZA di Kalijaga. Volume 1. Diunduh
SMKN 1 Siniu Sulawesi pada tanggal 8 September 2017
Tengah. Opac.say.ac.id.pdf. Sobur, A. 2011. Psikologi Umum.
Diakses tanggal 6 oktober 2018. Pustaka Setia, Bandung.
Hani, Tz. 2011. Remaja dan Sugiharsono, et al. 2008. Ilmu
Narkoba. Pengetahuan Sosial. https://
https://www.kompasiana.com. books. google. co.id/books?id.
Diakses tanggal 6 Oktober 2018 Diakses pada tanggal 6 Oktober
Joko. 2007. Hindari NAPZA. 2017.
Mediatama, Surakarta. Sunaryo, S. 2017. Hubungan Tingkat
Nashshar. 2009. Memahami Pengetahuan Remaja Tentang
Masalah Penyimpangan Sosial. Narkoba dan Sikap menggunakan
Puri Pustaka, Bandung. Narkoba pada SMA di Kabupaten
Noorkasiani, Heryati, dan Rita Sleman.
Ismail. 2009. Sosiologi Jurnal.stikes.wirahusada.ac.id.pdf.
Keperawatan. Diakses tanggal 10 Nopember
https://books.google.co.id/ 2017
books?id. Diakses pada tanggal Widianti, E. 2007. Remaja dan
5 September 2017. permasalahannya: bahaya
Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan merokok, penyimpangan seks
Masyarakat Ilmu dan Seni. pada remaja dan bahaya
Rineka Cipta, Jakarta. penyalahgunaan narkoba.
Putra, Bayu dan Sukoco. 2011. Available.
Hubungan Antara Dukungan https://elib.unikom.ac.id/files/dis
Sosial dengan Motivasi untuk k.pdf. Diakses tanggal 10
Sembuh pada Pengguna Oktober 2017.
NAPZA di Rehabilitasi Madani Wawan A. dan Dewi M. 2011.
Mental Health Care. Pengetahuan, Sikap dan
repository.uinsyarifhidayatullah. Perilaku Manusia. Nuha
Diunduh pada tanggal 8 Medika, Yogyakarta.
September 2017. Zaen, Aprian Zam, Fajriati Nur
Riyadi, A. 2015. Resiko Azizah dan Agus Warseno.
Penyalahgunaan NAPZA pada Hubungan antara Tingkat
Remaja ditinjau dari Jenis Pengetahuan dengan Sikap
Kelamin, Status Tinggal dan Siswa tentang Penyalahgunaan
Status Orang Tua. UMSETD- NAPZA di SMA Negeri I Sleman
db. Volume 1. Diunduh pada Yogyakarta.
tanggal 9 September 2017. repositori.stikesayaniyk.ac.id.pdf.
Siswaya, et al. 2008. Drug and Diakses 5 oktober 2017.
Drink, Cara Menjauhinya. Suara
1
Media Sejahtera, Surakarta. Dosen AKPER Panti Kosala
Surakarta
2
Mahasiswa AKPER Panti Kosala
Surakarta

92

You might also like