You are on page 1of 16

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF LINTAS BUDAYA

M. AIi Sibram Malisir

Abstract
cross-cultural leadership is the ability of a person (the leader)
to influence and motivate
group members of different cultures. Cross-culturalleadership
emphasizes the impact of culture
on power leader, the personal characteristics of a leader in
the self-image and the pattern of
interaction between leaders and subordinates. Cultural and
cross-cultural c"ontribution to impro-
ving the effectiveness of educational leadership. In addition, cultural
diversity often creates
chaos, if well managed and supported by the righi leadership,
will be a force.
Transformational leader will motivate personnel in order to
fully realizetheir potential.
But to succeed in intercultural issues, transformational leader
must be u i"ui ptuyer as well, and
be prepared to be influenced by, and learn from members
of other organizations. This means that
the principal transformational main role is to transform
the potentiai of the institutional school,
teachers, school committees, students and administrative
staff into a force (energy) that is
focused on achieving the desired goal. Another power that
needs to be owned by the principal is
negotiating power, ie the ability of principats to buila unity
within the group in the school and
move towards the same goal in togetherness. Another power -very
is also important for the
principal as transformational leader is the power of communication
(in communication skills),
which is the principal's ability to communicate and communicate
various things about the school
such as the implementation of the vision, mission, objectives,
strategies / ipproaches, targets,
indicators and other so on.
Intelligent leadership culture has three aspects of managing
the group environment
(environmental management group), development of culturally
diverse groups (the development
of a culturally diverse) and developing cultural intelligence in ttre
cultural intelligence). sro;'p 1in ttre group develop

Key words : Leadership, education, Cross_Culture

A. Pendahuluan Kehidupan politik dan ekonomi


Kemajuan tekonologi komunikasi yang mengglobal (AFTA, APEC, EC) ten_

telah membabat batas-batas yang mengiso_ fu memerlukan visi baru, mindset baru, dan

lasi manusia. Lahirlah apa yangdinamakan dengan sendirinya membutuhkan suatu je_

masyarakat terbuka (open society). Dunia nis pendidikan dengan cita-cita kemanusia_

yang terbuka telah menciptakan apa yang an. Sistem pendidikan di seluruh dunia per_

disebut dunia tanpabatas. Manusia dewasa lu reinventing yaitu pendidikan yang d,apat
ini hidup di dalam apa yalg disebut global mempersiapkan manusia-manusia yang
village atau kampung global. Kini orang mempunyai identitas dalam masyarakat
berkata-kata mengenainya perlu ad,anya lokalnya dan sekaligus memiliki visi global

global governance. untuk membangun dunia bersama.2

Dosen Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam


-Fakultas
Negeri Palangka Raya
2H.A.R
Tilaar, Pendiclikan, Kebudayaan, dan Masyarakat
Madani Indonesla, (Bandung: Rosdakarya, 2OO7),h. 216.

52
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya 53

Berlakunya konsep globalisasi ter- unfuk menjalani penugasan luar negeri ter-

hadap dunia internasional saat ini mem- lebih dahulu (expatriates), agar mereka
bawa berbagai konsekuensi yang sangat mampu dan memiliki pengalaman yang
luas dalam setiap aspek kehidupan manusia lebih luas dengan nuansa yang sangat ber-
tanpa terkecuali, termasuk dalam bidang beda dari situasi dan kondisi lingkungan
pendidikan dengan seluruh komponen domestik pekerjaan yang selama ini ryrere-
yang mendukung bidang pendidikan ter- ka tekuni. Keberhasilan mereka mengem-
sebut. Saat ini para pimpinan dalam rangka ban penugasan tersebut menjadi penilaian
mengelola organisasi pendidikan memerlu- prestasi mereka untuk jabatan yang lebih
kan visi dan perspektif global jika mereka tinggi (promosi misalnya ke guru besar).
berkeinginan mencapai sukses. Batasan Penugasan internasional menjadi
negaru tidak mampu untuk menghambat semakin penting saat ini dan telah menjadi

atau membatasi organisasi dari tekanan bahagian dari karir para manajer (mana-
persaingan dari luar flegata, sehingga ke- gerial career). Sebagai konsekuensi dari
suksesan organisasi sangat ditentukan oleh kondisi tersebut maka kompetensi kepe-
kemampuan manajer atau pimpinan untuk mimpinan lintas budaya sangat diperlukan

beradaptasi dalam lingkungan internasional dalam institusi yang beroperasi secara in-
yang bukan saja jauh lebih luas tetapi juga ternasional. Secara lebih nyata kondisi ini
sangat dinamis dan penuh dengan berbagai akan sangat mempengaruhi interaksi antara

peluang dan tantangan serta sangat di- manajer yang ditugaskan ke luar negeri
namis. (expatriates manager) dengan para staf
Sehubungan dengan hal tersebut lokal mereka, yatg kenyataannya sangat

berbagai persiapan telah dilakukan oleh memerlukan berbagai tingkat,

banyak institusi terutama oleh mayoritas Adaptasi yang harus mereka laku-
institusi yang memiliki jangkauan operasi kan baik oleh manajer maupun oleh staf
di berbagai negara atau lebih dikenal de- mereka. Bagi para manajer hal tersebut
nganworld class university, dai mulai me- sangat erat berhubungan dengan gaya ke-

ningkatkan daya saing produk yang mereka pemimpinan yang harus diterapkan akibat
hasilkan, memberikan berbagai pengetahu- dari perbedaan budaya yang mereka miliki.

an tentang lingkungan internasional, meng- Demikian juga bagi para staf lokal mereka

amati strategi bersaing yang dilakukan oleh juga harus menerima serta menyesuaikan
para pesaing mereka sampai kepada per- perilaku mereka terhadap perubahan gaya
ubahan kebijakan yang dilakukan terhadap kepemimpinan yang diterapkan oleh ma-

penilaian prestasi atau kinerja bagi seorang najer yang berasal dari luar negeri dengan

calon manajer yang akan dipromosikan manajer lokal mereka selama ini meskipun

Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya


Program Pascasariana STAIN Palangka Raya
54

penyesuaian telah dilakukan oleh para tna- sebagai pelaku dari bidang bisnis itu sen-

najer luar negeri tersebut. diri.

Keberhasilan dalam Penyesuaian Sebuah kepemimPinan akan efektif

dari kedua belah pihak merupakan kunci bila dapat mengakomodir budayayang ada

sukses bagi kinerja organisasi secara kese- di lingkung anny a, sehingga kepemimpinan

luruhan. Namun demikian bagi para mana- semacam ini dapat menjadi kekuatan untuk
jer yang ditugaskan di luar negeri (pxpa- meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

triates manajer), secara khusus tantangan Kesimpulan dikemukakan oleh Sri Puji
tersebut terasa lebih berat dan memiliki Lestari (2009) dalam tesisnya yang ber-
konsekuensi yang jauh lebih besar jika judul "Kepemimpinan Lintas Budaya di

dibandingkan dengan situasi yang dialami Pesantren" dengan mengambil pondok pe-

oleh para karyawan, hal ini disebabkan santren Al-Kenaniy ah J akarta sebagai sam-

oleh posisi mereka sebagai pimpinan yang pel penelitian. kepemimpinan lintas budaya

harus mampu mempengaruhi pata karya- merupakan kemampuan seseorang (pe-

wan agar mereka bersedia untuk bekerja- mimpin) untuk mempengaruhi dan me-
sama dalam melaksanakan operasional per- motivasi anggota kelompoknya yang ber-
usahaan, di mana keberhasilan paru ma- beda budaya.

najer akan dievaluasi dan ditentukan bagi Kepemimpinan lintas budaYa me-
jenjang karir mereka selanjutnya. nekankan dampak budaya pada kekuasaan

Berbagai tantangan akan muncul pemimpin, karakteristik personal pada pen-

bagi para manajer yang ditugaskan di luar citraan diri pemimpin dan pola interaksi
negeri (exp atriatesmanaj er), terutama yang antara pemimpin dengan bawahan.Lebih

berasal dari kekuatan sosial budaya yang jauh lagi, citra yang diciptakan oleh pe-

diwakili oleh perbedaan budaya baik mimpin dimungkinkan menjadi prototype


budaya nasional (negara) yang bersang- pemimpin dan bawah at yafigberhasil pada

kutan maupun perbedaan budaya organi- budaya di tempat tertentu.Penelitian ini

sasi yang berlaku dalam menjalankan bis- merupakan sanggahan terhadap teori hege-

nis mereka. Budaya baik secara langsung moni kepemimpinan yang berpaham mo-
maupun tidak langsung pada kenyataannya nokultural yang diusung oleh Anthonio

akan mempengaruhi keseluruhan aspek Gramsci.Sejalan dengan pendapat pen-

fungsional bisnis, baik dalam bidang pe- dapat para terdahulunya, Sri Puji Lestari

masaran, bidang sumber daya manusia, (2009) menyatakan bahwa kontribusi bu-

bidang keuangan, bidang produksi dan bi- daya dan lintas budaya dapat meningkat-

dang-bidang lainnya, karena budaya me- kan efektifitas kepemimpinan pendidikan.

nyentuh seluruh aspek kehidupan manusia

Volume II, Nomor 1, Juni 2014


f urnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
55
Program Pascasariana STAIN Palangka Raya

Selain itu, keragaman budaYa Yang nunjukkan dengan jelas adanya perubahan

seringkali menimbulkan kekacauafi, apa- terus menerus dalam hal kepemimpinan'


Perubahan itu tidak hanya mencerminkan
bila dikelola dengan baik dan didukung
adatya ketidakpuasan dengan teori-teori
oleh kepemimpinan yang tepat, akan men-
jadi sebuah kekuatan' Wacana kajian lintas sebelumnya karena adanya persoalan-
persoalan yang belum terjawab, tetapi juga
budaya dewasa ini belum tersosialisasi de-
mencermink an adany a perbedaan perspek-
ngan baik.Oleh karena itu, sudah semesti-
nya semua pihak ikut serta berpartisipasi tif yang dipakai oleh para teoris.s

aktif dalam mensosialisasikan dan mem- Raihani mengutiP Tirmizi Yang

bantu terwujudnya model kepemimpinan menyebutkan bahwa evolusi teori kepe-

pendidikan yang menggunakan perspektif mimpinan dapat diklasifikasikan ke dalam

lintas budaya.3 tiga pendekatan, yaitu pendekatan pem-


bawaan, perilaku dan kontingental'

B. Kepemimpinan dan Lintas Budaya (Cul- Kemudian Chemers (1997) memasukkan

tural Crossing) ketiga pendekatan ini ke dalam apa yarrg

1. KepemimPinan (LeadetshtP) disebutnya teori-teori leader-oriented, dan

Riset tentang kePemimPinan Pen- menyatakan bahwa pendekatan-pendekatan

didikan menunjukkan bahwa kepemimpin- yang memusatkan perhatian khusus pada

an memegang peranan penting, atau men- hubungan pimpinan-bawahan (leader-fol-

jadi faktor utama, yang mendorong kesuk- lower relationship) merupakan pendekatan

sesan upaya-upaya reformasi sekolah' Pada transformasional dan transaksional.6

gilirannya, ia juga menentukan pencapaian


prestasi sekolah secara keseluruhan, ter- 2. Lintas Budaya (Cultutal Ctossing)

masuk prestasi siswa sebagai fokus utama KonseP keberagaman budaYa

di sekolah.a kadang-kadang terdapat tumpang tindih

KonseP kePemimPinan telah ber- pandangan. Perbedaan tersebut dapat di-

kembang dari waktu ke waktu menggam- pahami dalam pengertian bahwa dalam

barkan evolusi teori-teori kepemimpinan organisasi di mana terdapat keberagaman


dengan Sembilan klasifikasi-yaitt teoti the budaya tidak tertutup terjadi interaksi an-

great man, pembawaall, kekuasaan dan pe- tara sumber daYa manusia Yang mem-
ngaruh, behavioris, situasional, kontingen- punyai latar belakang bersamabudaya yang

tal, transaksional, atribusi (penyifatan), dan


itu, interaksi antar
berbeda. Sementara

teori transformasional. Klasifikasi ini me- budaya dilakukan oleh sumber daYa

lThe School_Y.2No.8
5lbid.,h. tt.
4Raihani, Kipemimpinan Sekolah Transformdlfl (Yogyakarta: LKIS'
olbid.
2010), h. 1.

f"p"nti.plru, fendidikan Perspektif Lintas Budaya


56 Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya

manusia dalam organisasi. Bagi Wibowo, tural seperti mode organik; team mervpa-
keberagaman budaya organisasi terjadi kan representasi manajer secara interna-
apabila di dalam suatu organisasi terdapat sional; kepemimpinan meliputi berbagai
variasi sumber daya manusia dilihat dari keterampilafi yang cocok untuk konteks
segi gendor, umur, pendidikan, status so- global; motivasi yang cocok untuk kebe-
sial, agama dan kepercayaafl, rasa atau ragaman, budaya organisasi seperti men-

suku, serta etnis. Dalam kerangka kebe- cirikan organisasi pembelajaran, metode
ragaman tersebut, dapat saja di antara dan sistem komunikasi; negosiasi mem-
mereka mempunyai latar belakang budaya berikan manfaat bersama bagi semua pe-
berbeda.Adapun dalam pengertian budaya laku; sistem dan praktek manajemen sum-
multikultural atau banyak pula disebut ber daya manusia yang mencerminkan
sebagai antar budaya ata.u lintas budaya dinamika operasi dalam konteks global.
terjadi apabila dua budaya atau lebih ber- Transformational leaderakan cocok
interaksi dalam suatu organisasi.T untuk menjadi manajer antar budaya. Pe-
Manajemen antarbudaya adalah mimpin tranformasional memotivasi perso-
mahal, tetapi juga menghasilkan nilai nel agar menyadari sepenuhnya potensi
manfaat yang sangat tinggi.Sekarang bah- yang mereka miliki. Namun untuk sukses

kan dapat direkomendasikan bahwa orga- dalam masalah antarbudaya, pemimpin


nisasi global menyewa spesialis dalam transformasional harus menjadi pemain tim

bidang manajemen antar budaya. Sehing- juga, dan dipersiapkan untuk dipengaruhi
ga, masalah yang timbul dalam manajemen oleh, dan belajar dari anggota organisasi

antar budaya dapat diantisipasi dan diper- lainnya.

hatikan. Sebaliknya, kekuatan kontrapro-


duktif pada manajemen antar budaya dapat C. KepemimpinanTransformasional
memperoleh landasan dan dapat menjadi (Tr an sfo rm ational Le ade r s hiP)

melembaga. Model kepemimpinan transfor-


Manajemen antarbudaYa daPat masional merupakan model yang relative

dipandang sebagai bagian dari manajemen baru dalam kajian tentang kepemimpinan.

internasional. Karenanya mungkin relevan Suriansyah dan Aslamiah (2012) menyata-

untukmemperhatikan karakteristik mana- kan bahwa Burn (1978) adalah penggagas


jemen internasional yang efektif. Wibowo yang mendefinisikan kepemimpinan trans-

mengutip Nina Jacob menyebutkan ciri-ciri formasional yang menurutnya, kepemim-

tersebut adalah: mengubah bentuk struk- pinan transformasional menekankan perlu-


nya pemimpin menyokong bawahannya
'Wibowo, Budaya Organisasi. Sebuah Kebutuhan untuk
bagi melakukan tanggung jawab lebih dari
Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, (Jakafia: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), h. 4.

furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural Volume II, Nomor 1, Iuni 2014
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
57

yang diharapkan. Pemimpin transformasro- sendiri demi kepentingan organisasi yang


nal harus mampu mendefinisikan, mengko- lebih besar. Pemimpin transformasional
munikasikan, dan mengartikulasikan visi juga harus mengartikulasikan visi masa

organisasi sehingga bawahan dapat mene- depan organisasi yang realistik, mensti-
rima serta mengakui kredibiliti kepemim- mulan bawahan dengan cara yang intelek
.8
pmannya. dan menaruh perhatian pada perbedaan-
Filip Lievens et.al.emenyatakan perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya.

b ahw a " Tr ansfo rmational Ie a d er s mov e be - Dengan demikian, seperti yang diungkap-
yond these simple excltange processes. kan oleh Teddy dan Devanna (1991) yang

They set challenging expectations and dikutip oleh Suriansyah (2013111, keber-

enable others to achieve higher levels of adaan para pemimpin transformasional


p edormanc e. Transformational leaders hip mempunyai efek transformasi, baik pada
as comprisingfour distinct factors: charis- tingkat organisasi maupun pada tingkat
ma, inspiration, individual consideration individu. Lebih lanjut mereka juga menun-
andint ell e c tual s timul ation." jukkan bahwa pemimpin transformasional
"Dengan demikian, pemimpin trans- melakukan proses transformasi dalam tiga
formasional merupakan pemimpin yang tahap yaitu 1) identifikasi kebutuhan akan

kharismatik dan mempunyai peran utama perubahan; 2) menciptakan visi baru; 3)

serta strategi dalam membawa organisasi melernbagakan perubahan.

mencapai tujuan. Pemimpin transformasio- Selanjutnya, Triguna (2001)12 menye-

nal juga harus mempunyai kemampuan un- butkan bahwa kepemimpinan transformasio-
tuk menyamakan visi masa depan dengan nal itu meliputi: 1) pandangan ke masa depan
bawahannya serta meningkatkan kebutuh- dan memiliki inspirasi; 2) rencana jangka
an bawahan pada tingkat yang lebih tinggi panjang; 3) sadar dan kreatif; 4) berorientasi

daripada apa y ang mereka inginkan. pada perubahan; 5) aktif; dan 6) penuh tan-

Menurut Yammario dan Bass tangan. Dumphy & Stace (1990) juga me-
(1990) sebagaimana dikutip Lievens, nyatakan bahwa kepemimpinan transfor-
et.al.l0, pemimpin transformasional harus masional memiliki tiga karakteristik penting,

mampu membujuk para bawahannya untuk yaitu (1) Merumuskan visi baru mengenai
melakukan tugas melebihi kepentingan masa depan organisasi, (2) mengkomunikasi-
kan visi baru, dan (3) mewujudkannya.
8
Ahmad Suriansyah dan Aslamiah, Menuju Kepala Sekolah
Efektif Dari Teoritis, (Solo: Rumah Pengetahuan, 2012), h.
1 13.
' Filip Lievens, et.al., "Identification of Transformational
rrAhmad Suriansyah dan Aslamiah, Menuju Kepala Sekolah,
Leadership Qualities: An Examination of Potential Biases",
dalam European Journal of Work and Organizational 1 13.
Psychologt, 1997,6 a(4), 415-430. ''T.igona, Budaya Kerja, (lakarta: PT. Golden Terayon
rbid. Press, 2001), h. 6.
'o

Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lhtas Budaya


58 Program Pascasariana STAIN Palangka Raya

Posner dan Kauzers (1988)13 meru- dalam merealisasikan visi bersama dan
muskan lima langkah yang dapat dilakukan seluruh anggota organisasi.
agar dapat menjadi pemimpin transformasio- f. Memiliki gaya prbadi inspirasional. pe-
nal, yaitu: (1) mempertanyakan praktik yang mimpin transformasional memiliki daya
ada pada saat ini; (2) menginspirasi visi ber_ magnetis pribadi yang kuat sehingga
sama; (3) membantu orang lain untuk bertin_ membuat pengikutnya merasa dekat de_
dak; (a) memperagakan atau mempraktekkan ngan pimpinannya.
cara merealisasikan visi baru; dan (5) men_ g. Memiliki kemampuan merangsang dunia
dukung dengan sepenuh hati. usaha individu. Pemimpin transformasio-
beberapa karakteristik penting dari pemimpin nal memiliki kemampuan mengidentifi_
transformasional, yaitu: kasi potensi yang ada pada setiap indivi-
a. Memiliki visi yang kuat. pemimpin trans_ du dalam organisasi yang kemudian me-
formasional memiliki visi yang kuat ten_ rangsang dan membantu individu secara
tang bagaimana suatu organisasi harus intelektual agar berkembang untuk men_
berjalan dengan baik serta mampu men- capai visi organisasi yang telah disetujui
transformasikan visi tersebut kepada bersama.
bawahannya. h. Memiliki kemampuan mengidentifikasi
b. Memiliki kerangka untuk visi. pemimpin manfaat-manfaat. Pemimpin transforma-
transformasional dapat menyusun visi ke sional memiliki kemampuan mengidenti-
dalam suatu kerangka kerja yang jelas dan fikasi manfaat-manfaat yang diperoleh
telah diyakini oleh seluruh anggota orga- apabila dapat secara langsung menun_
nisasi. jukkan penghargaan dan pengakuan ke
c. Memiliki peta untuk melakukan tindakan. atas keberhasilan bagi mencapai visi
Pemimpin transformasional mengetahui organisasi.
bagaimana menterjemahkan visi organi-
sasi ke dalam kenyataan. D. Ciri Kepemimpinan Transformasional
d. Memiliki kepercayaan diri. pemimpin dalam Keberagaman
transformasional memiliki kepercayaan Salah satu aktivitas kepemim_
diri yang tinggi serta selalu bersikap op- pinan adalah melakukan transformasi.
timis dan tidak kehilangan akal dalam Kepemimpinan kepala sekolah yang
menghadapi suatu masalah. menganut transformasi mempersyaratkan
e. Berani mengambil resiko. pemimpin kemampuan komunikasi yang kuat agar
transformasional berani mengambil resiko semua komponen yang ada dalam
sekolah dapat mendukung apayang akan
"Posn". dan Kauzers, The Leadership Challenge, (Amazon: menjadi visi, misi dan tujuan yang ingin
co.UK, 1987), h. 7.

furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural Volume II, Nomor 7,luni20l,4


Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
59

dicapai. Komunikasi yang diperlukan ngaruh yang besar apabila paling sedikit

adalah komunikasi persuasive dan komu- memiliki pengaruh yang besar apabila
nikasi negosiatif yang mampu memba- paling sedikit memiliki beberapa power
ngun komitmen, motivasi dan dedikasi seperti kekuatan sebagai seorang ahli,

pa.ra anggotanya dalam melaksanakan yaitu keahlian dan atau kecerdasan se-

tugas-tugas yang menjadi tanggung ja- orangpimpinan dalam bidang tugas yang

wabnya. diembannya, di sekolah berarti substansi

Untuk menjadi PemimPin Yang kegiatan dan komponen sekolah, kebijak-

efektif dalam konteks ini seorang pemim- an persekolahan (pendidikan secara

pin transformasional termasuk kepala umum) dan kegiatan teknis yang ada di

sekolah sangat ditentukan oleh kemam- sekolah seperti kegiatan kegiatan proses

puan yang dimilikinya dalam mengelola belajar dan pembelajaran kurikulum,


organisasi sekolah dalam wujud mem- penilaian, pembinaan dan pengembangan

berikan pengaruh kepada bawahan untuk Di samping itu, power


dan sebagainya.
mau dan mampu melakukan sesuatu se- lain yalg perlu dimiliki oleh kepala
perti yang diinginkan dalam visi dan misi sekolah adalah power negotiating, yaitu

organisasi. kernampuan kepala sekolah membangun

Kepemimpinan transformasi Pada kebersamaan dalam kelompok di sekolah


dasamya adalah mengubah potensi men- untuk menuju dan beraktivitas pada tuju-
jadi energi nyata.Ini berarti kepala se- anyarLg sama dalam kebersamaan.

kolah yaflg transformasional memiliki Kesamaan dan kebersamaan

tugas utama untuk mengubah potensi dalam memahami visi dan misi serta

yang dimiliki sekolahnya secara kelem- tujuan dan berbagai aspeknya memerlu-
bagaan, guru-guru, komite sekolah, siswa kan upaya yang kuat bagi kepala sekolah,

dan tenaga administrasi menjadi suatu karena harus menyatukan berbagai per-

kekuatan (energ1,,) yang terfokus pada sepsi dan pemikiran dari orang banyak
rLpaya pencapaian tujuan yang diingin- yang memiliki perbedaan, bahkan ka-
kan. dang-kadang sangat tajam yang berpoten-

Untuk menumbuhkan pengaruh si untuk menjadi konflik dalam organisa-


pada bawahan tersebut kepala sekolah si.Untuk itulah kemampuan negosiasi
dapat menggunakan style kepemimpinan kepala sekolah sangat diperlukan. Power
yang dapat membangkitkan potensi sum- lain yang juga sangat penting bagi kepala
ber daya pendidikan di sekolah menjadi sekolah sebagai pemimpin transforma-

kekuatan bersama mencapai tujuan seko- sional adalah power of communication


lah. Kepala sekolah dapat memiliki pe- (s ki I I in co mmuni c ati on), y aitu kemampu-

Kepemimpinan Pendidikan Penpektif Lintas Budaya


Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
60

an kepala sekolah berkomunikasi dan yang dikemukakan oleh Leithwood. Cin-

mengkomunikasikan berbagai hal tentang ciri yang ditambahkan antara lain: kepala
penyelenggaraan sekolah seperti visi, sekolah memiliki kemampuan sebagai

misi, tujuan, strategi/pendekatan, target, agen pembaruan yang selalu ditunjuk-


indicator dan lain sebagainya. Mengingat kannya dalam setiap aktivitas yang di-
pentingnya keterampilan ini dalam lakukan di sekolah. Artinya kepala se-

pengelolaan sekolah sehingga dikatakan kolah tidak bekefia hanya rutinitas be-
skill in communicationis a key to success laka. Ciri lain adalah kepala sekolah
full team effort. Juga tidak kalah penting- menjadi sebagai seotang pemberani, atau

nya kemampuan kepala sekolah sebagai yang disebut Anderson sebagai seorang
agent of change, yaitu kepala sekolah yang berani mengambil resiko atas segala

memiliki kemampuan untuk menyajikan tindakan dan pemikirannya. Kepala se-

berbagai pembaruan (innovation) yang kolah transformasional j,rga dicirikan


akan diimplementasikan di sekolah dalam dengan kemauannya untuk mempercayai

rangka mempercepat upaya peningkatan orang lain sebagai salah satu strategi
mutu sekolah.la dalam membangun kebersamaan dan

Berkaitan dengan kepemimpinan trans- komitmen bersama. Dalam hal ini berarti

formasional ini Leithwood et. al. (1994),15 pimpinan mendistribusikan kepemim-


menyatakan bahwa kepemimpinan transfor- pinannya pada orang lain. Segala tindak-

masional seseorang ditandai dengan adanya an pemimpin transformasional hendaknya

indikator yang nampak dari seseorang dalam didasarkan atas sistem nilai yang tumbuh

proses kepemimpinannya sebagai berikut: dan berkembang di lingkungan sekolah-

1. Memiliki sensitivity terhadap pengem- nya. Dengan demikian akan menumbuh-

bangan organisasi kan kesamaan nilai, budaya dan ke-


2. Mengembangkan visi bersama antar ko- biasaan yang berlaku di sekolah. Hal ini

munitas dalam organisasi akan menj adi cara yang efektif dalam
3. Mendistribusikan peran kepemimpinan membangun kebersamaan. Ciri lain yang

4. Mengembangkan kultur sekolah pada dasarnya sama dengan apa yang ada

5. Melakukan usaha-usaha restrukturisasi di dalam total quality management (TQM)

sekolah. adalah kepala sekolah terus menerus

Ciri-ciri tersebut ditambahkan melakukan upaya perbaikan dan pening-


juga oleh ahli lain dengan berbagai ciri katan kompetensi orang-orang yang di-

lain sebagai penyempumaan dari apa pimpinnya. Dari sekian banyak upaya
kepemimpinan transformasional ciri lain
Hsuriansyah dan Aslamiah, Menuiu Kepala Sekolah,h. ll4.
r5Kenneth Leithwood et. al., Developing Expert Leadership yang sangat penting adalah kemampuan
For Future School, (UK: The Falmer Press, 1994).

Volume ll, Nomor L, Juni 2014


f urnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
Program Pascasariana STAIN Palangka Raya 61

kepala sekolah menunjukkan bahwa diri- masalah yang dlhadapi tanpa harus
nya adalah seorang yang visioner (memi- merugikan dan atau rasa kalah dari
liki visi ke depan), oleh Anderson disebut sebagian anggota organisasi di seko-

dengan envisioning, look-forward dan lah.


lain-lain istilah. g. Memiliki keyakinan dalam pemikiran

Menurut Yukll6menyatakan bah- yang diajukan dan memiliki kemam-


wa pemimpin transformasional yang puan yang sangat cermat (hati-hati)
efektif memiliki atribut-atribut tertentu dalam pemecahan masalah yang di-
dalam proses kepemimpinannya. Atribut hadapi.

tersebut adalah sebagai berikut: h. Memiliki visi yang mempercayai insti-


a. Mereka melihat dirinya sendiri sebagai tusi mereka.

agen pembaruan. Dari berbagai teori yang dikemukakan


b. Sebagai pengambil resiko yang ber- oleh para ahli tentang kepemimpinan trans-

hati-hati. formasionaldapat disimpulkan bahwa ke-


c. Mempunyai keyakinan yang kuat pada pemimpinan transformasional itu memiliki

orang lain dan sangat peka terhadap indikator sebagai berikut: pembaru, mem-
kebutuhan-kebutuhan mereka. beri tauladan, mendorong kinerja bawahan,
d. Mengartikulasikan sejumlah nilai inti mengharmoniskan lingkungan kerja, mem-

yang membimbing perilaku mereka berdayakan bawahan, bertindak atas dasar

dalam kegiatan kepemimpinannya di sistem nilai, peningkatan terus menerus,


sekolah. dan mampu menghadapi situasi yang ru-
e. Fleksibel dan terbuka terhadap pela- mit. Kesimpulan tersebut perlu ditambah-
jaran dan pengalaman yang diperoleh- kan dengan ciri lain yaitu kepala sekolah
nya sebagai pemimpin dalam pergaul- menunjukkan perilaku seperti: komunika-
an dengan orang-orang yang dipim- tor yang handal, negosiator yang hebat dan

pinnya selama ini. Dengan kata lain seorang yang visioner serta memiliki kepe-

dapat disebut sebagai belajar dari pe- kaan (r e sp o n s ev en e s s).

ngalaman dan menjadikan pengalaman Ketiga tambahan atribut itu


sebagai guru untuk peningkatan mutu. sangat penting dan bahkan dapat dikatakan

f. Mempunyai kemampuan kognitif. sangat menentukan keberhasilannya se-

Yang dimaksudkan di sini kemampuan bagai seorang pemimpin. Bagaimanapun


strategi kognitif yang mampu berpikir kemampuan seorang pemimpin apabila
holistic dalam setiap upaya pemecahan tidak didukung dengan ciri seperti di atas

(kemampuan untuk berkomunikasi handal,


r6Gary
A. Yrkl, Leadership in Organizalions, (l)K: Pearson negosiasi, visioner dan kepekaan) maka
Education, 2012), h. 87.

Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya


Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
62

upayanya untuk membangun potensi yang sekolah tetapi memiliki kontribusi yang
ada dalam organisasi tidakakandapat di- besar terhadap hasil pendidikan di sekolah.
capai secara optimal. Oleh sebab itu semua itu harus drupayakan
Kepemimpinan transformasional oleh kepala sekolah yang transformasional,
adalah kemampuan mentransformasi ber- bagaimana mewujudkan potensi kontribusi

bagai sumber daya yang tersedia di suatu mereka menjadi sesuatu yang nyata di
sekolah dalam rangka mencapai dan men- sekolah. Misalnya bagaimana potensi
jadikan sekolah yang produktif dan ber- dunia usaha atau masyarakat sekitar dapat
kualitas. Transformasi yang dimaksudkan memberikan kondisi nyata dalam perbaik-
di sini adalah mencakup berbagai hal an sekolah, melengkapi kebutuhan sekolah
seperti visi, misi menjadi realita./kenyataan yang tidak dapat dipenuhi oleh sekolah.
yang terwujud, potensi menjadi aktual. Ini Karena itu kepemimpinan transformasional
berarti proses mengubah sesuatu yang yang diterapkan di sekolah dapat berperan

mungkin masih tersimpan menjadi sesuatu sebagai jembatan yang menghubungkan


yang baru dan nyata. Dengan demikian, berbagai kebutuhan di sekolah dengan
kepala sekolah disebut sebagai kepala mengakomodasi semua kepentingan warga
sekolah yang transformasional, jika dia sekolah. Sehingga tidak ada pihak yang
mampu mengubah sesuatu yang sudah merasa dikalahkan atau dikecewakan.
berjalan rutinitas menjadi sesuatu yang Kepemimpinan transformasional
baru yang lebih produktif, efektif, efisien ini mampu merubah konflik dalam orga-
dan berkualitas. nisasi menjadi kekuatan kebersamaan yang
Hal-hal yang dapat dirubah dapat kuat. Konflik biasanya muncul dari hasil
mencakup berbagai hal seperti: sumber adanya perbedaan pendapat, beda persepsi,

daya manusia maupun non manusia baik di cara pandang dan rasionalitas serta per-
dalam sekolah (internal) maupun sumber bedaan kepentingan antar individu dan
daya di luar organisasi sekolah (ekstemal) antar kelompok dalam organisasi. hal
yang terkait dan akan berpengaruh ter- tersebutlah yang disatukan dalam kesatuan

hadap penyelenggaraan proses pendidikan yang utuh oleh pemimpin transformasio-


di sekolah, terutama berpengaruh dan kon- nal.

tribusinya terhadap output pendidikan di David Saxe (20fi)17 melaporkan


sekolah yang berkualitas, seperti komite hasil studi terkini dalam kepemimpinan
sekolah, orang tua murid dan masyarakat transformasional bahwa: This study iden-
lingkungan sekolah bahkan pemerintah
daerah dan dunia usaha merupakan sumber ITDavid
Saxe, "The Relationship Between Transformational
Leadership and and the Emosional and Social Competence
daya yang berasal dari luar organisasi of School Leader", dalam Disertasi, Loyola University.
Chicago, 20 1 l.

furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural Volume II, Nomor L, funi 2014
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya 53

tifies relationship management, social Namun, mereka harus berkomum-

awareness, and self management as emo- kasi sambil terikat dalam pengambilan
tional and social skills that correlate with keputusan organisasi. Namun, mereka

and predict transformational leadership harus berkomunikasi sambil terikat dalam

behaviors among the group of principals pengambilan keputusan dengan cara y ang

studied. In conclusion, findings suggest dapat diterima anggota tim. Dalam setiap

that the principal's ability to manage rela- usaha tim, tampak adanya kekosongan
tionships, understand the thoughts, fee- keterampilan antarpribadi yang dapat
lings, and perspectives of others, recognize bertindak sebagai hambatan pada fungsi
the bigger picture, control disruptive im- tim secara optimal dan sinergis. Satu ang-
pulses and be flexible in the face of change gota mungkin menempatkan pandangan

predicts behaviors that can lead to dengan cara agresif yang bagi orang lain

meaningful reforms efforts and positive mengganggu. Yang lain mungkin terlalu

school outcomes. pasif dan tidak dapat mempengaruhi

kelompok dengan cukup. Kedua anggota


E. Komunikasi dan Negosiasi Pimpinan harus belajar menjadi tegas, tetapi selu-
Lintas Budaya ruhnya dengan cara berbeda.
Manajemen antar budaya menye- Dalam pengaturan antar budaya,
lidiki secara sangat eksternal ke dalam masalahnya mungkin menjadi tercampur
ranah perilaku organisasi. Beberapa di- karena individu yang agresifberasal dari
mensi manajemen antar budaya yang konteks di mana perilaku agresif ditto-
mempunyai nada seperti perilaku orga- leransi.Orang yang pasif mungkin berasal
nisasi yang dapat dijelaskan di bawah dari budaya di mana berbicara secara
. t8
Inl:
pelan dihargai. Kedua anggota harus
Team Management, bagaimana tim
membersihkan diri mereka dari pengha-
dibentuk\, dan bagaimana mereka dapat
lang budaya sambil belajar lebih banyak
dibuat berfungsi dengan baik adalah keterampilan berorientasi tim.
merupakan aspek penting dari tim ma-
Corporate Strategt, dalam konteks
najemenTim multikultural mempunyai manajemen antar budaya, strategi korpo-
anggota yang membawa kompetensi yang
rasi menjadi faktor utama dalam mene-
berbeda ke dalam pengambilan keputusan
rapkan keputusan untuk memasuki wila-
organisasi. yah geografis baru, diikuti oleh penetrasi
dan konsolidasi di pasar. Strategi juga

dapat bervariasi tergantung pada pola


l8Nina Jacob, Intercultural Management, (London: Kogan pikir budaya yang telah diformulasikan.
Page,2003), h. 6.

Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya


64 Program Pascasariana STAIN Palangka Raya

Beberapa pola pikir dalam mengimple- manajer yang berbeda bersama-sama

mentasikan strategi menjadi lebih baik mengikuti program sensitivitas lintas bu-
dengan memperhatikan preferensi lokal. daya dapat meningkatkan apresiasi pada
Menurut Walker, perusahaan yang terikat pola komunikasi yang berbeda.Perbedaan

dalam pengambilan keputusan strategies budaya dapat terjadi berdasarkan bahasa.

menjalankan langkah sebagai berikut: (a) Terjemahan harfiah dari satu bahasa ke

mendefinisikan filosofi korporasi dan bahasa lainnya tidak direkomendasikan.

mengembangkan mission statement, (b) Manajer global cenderung lancar ber-


skaning kondisi lingkungan, (c) meng- bahasa Inggris.

evaluasi kekuatan dan kelemahan organi- Komunikasiadalah mekanisme pen-

sasi, (d) mengembangkan tujuan dan ting untuk mengelola organisasi secara

sasaran, dan (e) mengembangkan rencana bersama, terutama organisasi global yang

tindak. Organizational Structure, Peter mempunyai cabang di seluruh dunia.


Senge menjelaskan tipe organisasi yang Dalam komunikasi antarorganisasi dila-
dinamakan learning organization. Orga- kukan negosiasi untuk mendapatkan

nisasi pembelajaran sangat cocok dalam kesepakatat y ang saling menguntungkan


banyak hal untuk tenaga kerja antar- antar kedua pihak.

budaya. Hal tersebut karena organisasi Memahami komunikasi antar bu-


pembelajaran mempunyai fleksibilitas daya, komunikasi antarbudaya pada
besar dalam pengaturan, yang memung- dasamya adalah merupakan proses ko-
kinkan menjadi global apabila diperlu- munikasi antar individu dari budaya yang
kan, dan menjadi lokal pada waktu lain. berbeda. Untuk memahami memerlukan

Lingkungan organisasi pembelajaran perspektif akurat tentang apa yang harus

mendorong anggota menjadi toleran ter- disampaikan secara verbal maupun non
hadap dan belajar dari budaya lain. Dasar verbal. Keyakinan dan sikap tentang
untuk bekerja dalam lingkungan seperti orang dari budaya lain sering dapat di-
itu adalahle(l) memimpin dengan contoh komunikasikan melalui perilaku.
(menunj ukk an h erb agiI mengaj ar I dans ete - Masyarakat diklasifikasikan dalam
rusnya); (2) komunikasi secara trans- dua kelompok20, yaitu: (a) high-context-
paran; (3) komitmen/motivasi/rekognisi; societies (1) heterogenitas, (2) mobilitas
(4) kepemilikan dan tanggung jawab; dan sosial tinggi, (3) mobilitas pekerjaan

(5) pemberdayaan staf. tinggi, (4) hubungan jangka pendek, (5)


Komunikasimenunjukkan sensiti- insiders dan outsiders tidak terlalu dibe-
vitas pada perbedaan bahasa. Membawa dakan. Adapun karakteristik high context

'n
lbtd.,h.2'l 'o lbid. , h. 73

f urnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural Volume II, Nomor 1,1uni2074


Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya 65

societies adalah (1) homogenitas, (2) mo- konflik kepentingan dan mencapai kese-

bilitas sosial rendah, (3) mobilitas peker- pakatan yang menguntungkan bagi kedua

jaan rendah, (4) hubungan jangka pan- belah pihak.Karakteristik dan keteram-
jang, (5) insiders dengan outsiders de- pilan yang diperlukan dalam negosiasi,
ngan jelas dibedakan. misalnya dengan menggunakan persuasi,

Untuk menfasilitasi proses komu- memberikan tanda terdapatnya konsen-

nikasi antarbudaya diperlukan berupa sus, dan pengembangan kompromi serta

bantuan: intercultural training, language solusi kreatif.Dengan sendirinya Kenya-

training, culture spectfity, versus pan- taanterdapatnya perbedaan antarbudaya

culturalism, dan communication infra- membuat komplikasi meningkat.

structure.2l Salah satu cara untuk memahami

Intercultural training menyangkut perbedaan kultural adalah dengan meme-

mendidik orang tentang aturan yang cah tipe negosiasi dalam fase dan men-

mengatur komunikasi, interaksi, dan pe- catat bahwa terdapat perbedaan kultural

rilaku orang pada budaya lain. Diperlu- dalam proporsi waktu atau penekanan
kan kepedulian dan wawasan disbanding- pada masing-masing fase. Fase-fase ter-

kan dengan aturan dibandingkan dengan sebutadalah: (1) membangun hubungan,

aturan yang mengatur komunikasi, inter- (2) bertukar informasi, (3) berusaha

aksi dan perilaku sendiri. Kesamaan dan saling membujuk, (4) membuat konsesi
22
perbedaan dicatat dan dihargai. Melalui dan mendapat persetujuan.

pelatihan antarbudaya, manajer dapat Variabel kunci budaya adalah "po-


belajar dasar aturan komunikasi budaya wer distance", di mana orang mengharap-

asing, seperti kapan perlu berbicara, kan melihat kekuatan dan kewenangan
kepada siapa dan bagaimana orang lain diminta mengatasi masalah. Model atri-
harus dipanggil. Kemungkinan komuni- busi negosisasi mengharapkan bahwa
kasi dan interaksi diharapkan meningkat apabila terdapat perbedaan kepentingan
apabila manajer mahir dalam bahasa dari yang dinegosiasikan, harus ada tingkat
budaya di mana mereka beroperasi. otoritas yang lebih tinggi yattg dapat
Pengetahuan dalam bahasa lokal me- menyelesaikan persoalan dengan mem-
mungkinkan manajer memahami pola buat keputusan yang mengesankan bagi
komunikasi begitu mereka berada dalam semua pihak. Ini sering diamati di Je-
budaya baru. pang. Model lain adalah birokratik, yang

Negosiasi adalah situasi komuni- berusaha mengurangi keperluan akan


kasi yang bertujuan untuk mengatasi
22David
C. Thomas dan Kerr Inkson, Cultural Intelligence,
(San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, 2004), h. I 17 .
"Ibid.,h.76.

Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya


66 Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya

negosiasi dengan monspesifikasi terlebih Ketiga hal tersebut adalah mana-


dahulu aturan dan prosedur yang sesuai ging the group environmenr (mengelola
untuk menyelesaikan ketidaksepakatan. lingkungan kelompok), development of
Kondisi ini sering diamati di Jerman. culturally diverse group (pengembangan
Kolektivis lebih suka berunding, yang secara kultural beragam) dandeve-
mediasi, dan menciptakan hubungan se- loping cultural intelligence in the group
belum melakukan negosiasi serius, se- (mengembangkan kecerdasan budaya
dangkan individualis lebih senang dalam dalam kelompok23
situasi kompetitif dalam mempersiapkan Managing the group environment,
argument dan bertindak sebagai penyo- fungsi setiap kelompok memerlukan juga
kong. Dalam negosiasi antarbudaya tergantung pada lingkungan manajerial
mungkin dapat menggunakan kombinasi (management support), rewards, stafus
dari metode yang berbeda, tetapi untuk kelompok (group status), dan peluang
melakukannya memerlukan semua pihak untuk mengelola diri.
melangkah sementara keluar dari kon- Development of culturally diverse
vensi normal. group, elemen utama pengembangan ke-
Komplikasi selanjutnya adalah ne- lompok adalah adalah seleksi dan alokasi
gosiator mengubah perilaku mereka ke- dari anggota. Kelompok tidak mulai ber-
tika melakukan negosiasi dengan orang fungsi secara instan.Perkembangannya
dari Negara yang berbeda. Sudah tentu dapat terjadi dalam waktu panjang.
masalah tersebut masih merupakan gene- Pengembangan kelompok terjadi melalui:

ralisasi gaya negosiasi dari kelompok forming, pertama kali mereka menjadi
budaya yang berbeda yang masih mung- familiar satu sama lain; storming, melalui
kin terdapat perbedaan individual yang konflik yang tidak dapat diabaikan yang
substansial. timbul tentang siapa melakukan apa dan
bagaimana menjalankan sesuafu; nor-
F. Penutup
ming, mulai mengembangkan harapan
Tugas pemimpin kelompok adalah
bersama satu sama lain; performing,
menfasilitasi suatu proses yang memung-
akhirnya bekerja bersama secara erat dan
kinkan sisi kreatif keberagaman tumbuh
efektif.
dengan subur. Ada hal yang dilakukan
Developing cultural intelligence in
orang cerdas budaya untuk mengurangi
the group, cara terbaik mengkapitalisasi
atau menghapuskan kerugian proses dan
keragaman budaya dalam kelompok ada-
kapitalisasi keberagaman.
lah memastikan bahwa anggota kelompok

23lbid.h. 156.

Volume II, Nomor L,luni2014


furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya 67

mempunyai kecerdasan budaya dan pe- Posner dan Kauzerc, The Leadership Chal-
lenge, Amazon: co.UK, 1987.
mimpin kelompok mempunyai kemauan
dan keterampilan menggali masalah pro- Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transfor-
matif, Y ogyakarta: LKIS, 2010.
ses di dalam kelompok. Menfasilitasi pe-

ngembangan kecerdasan budaya, pelatih- Saxe, David, "The Relationship Between


Transformational Leadership and and
aL anggota kelompok dalam saling pe-
the Emosional and Social Competence
ngertian dan keterampilan antarbudaya of School Leadet'', dalam Disertasi,
Loyola University. Chicago, 201I.
adalah sangat berharga. Elemen utama
dalam menggali masalah proses adalah Suriansyah, Ahmad dan Aslamiah, Menuju
Kepala Sekolah Efektif Dari Teoritis,
umpan balik kepadea anggota kelompok,
Solo: Rumah Pengetahuan, 2012.
baik dari masing-masing dan dari peng-
The School_Y.z Number 8, Ciputat: Uni-
amat di luar kelompok. Dengan saling
versitas Islam Negeri Syarif Hidaya-
pengertian yang baik dalam dinamika tullah Jakarta.
kelompok dan penyebab kesulitannya, Thomas, David C. and Kerr Inkson, Cultural
anggota kelompok dapat mengembang- Intelligence, San Francisco: Berrett-
Koehler Publisher, 2004 -
kan cara produktif baru tentang meng-
ubah baik catatan mereka untuk kelom- Trlaar, H.A.R., Pendidikan, Kebudayaan, dan
Masyarakat Madani Indonesia, Ban-
pok dan perilaku mereka sendiri.
dung: Rosdakarya,2002.

Daftar Pustaka Triguna, Budaya Kerja, Jakarta: PT. Golden


Terayon Press, 200I.
Jacob, Nina, Intercultural Management, Lon-
don: Kogan Page, 2003. Wibowo, Budaya Organisasi: Sebuah Ke-
butuhan untuk Meningkatkan Kinerja
Leithwood, Kenneth, et.
a1., Developing Jangka Panjang, Jakarta: PT. Raja
Expert Leadership For Future School, Grafindo Persada, 2010.
UK: The Falmer Press, 1994
Yukl, Gary A., Leadership in Organizations,
Lievens,Filip,et.al., "Identification of Trans- UK: Pearson Education, 2012.
formational Leadership Qualities: An
Examination of Potential Biases",
dalam European Journal of Work and
Organizational Psychologlt, 1991, 6
a(4),415-430.

Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya

You might also like