Professional Documents
Culture Documents
Kata kunci: gempa bumi, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), penanganan
PTSD, rehabilitasi.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 dalam Gulo (2014)
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (BNPB, 2012).
Bencana alam telah banyak terjadi di wilayah Indonesia. Salah satu
bencana alam yang sering terjadi di Indonesia yaitu bencana alam berupa gempa
bumi. Wilayah posisi Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng
tektonik dunia yakni Lempeng Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasifik
yang apabila bertemu dapat menghasilkan tumpukan energi yang memiliki
ambang batas tertentu. Di samping itu, terdapat banyak sesar-sesar aktif yang
terletak pada badan pulau di pulau-pulau Indonesia. Akibat dari tatanan yang
demikian membuat wilayah kepulauan Indonesia menjadi daerah rawan gempa
bumi (Novianta, 2015).
Gempa bumi sering terjadi di seluruh dunia, namun kebanyakan dari
kejadian gempa tersebut tidak penting karena intensitas atau jaraknya jauh dari
daerah berpenduduk. Gempa bumi mengakibatkan hilangnya nyawa yang
signifikan jarang terjadi. Pusat Penelitian Epidemiologi Bencana Dunia (CRED)
menyediakan daftar bencana yang diperbarui dan, untuk satu yang harus
dipertimbangkan, gempa harus memenuhi satu atau lebih dari kriteria berikut: i)
sepuluh atau lebih orang melaporkan terbunuh, ii) 100 orang atau lebih dilaporkan
terkena dampak, iii) meminta bantuan internasional, atau iv) deklarasi keadaan
darurat. Sejak tahun 2000, sebanyak 456 bencana terkait gempa sesuai kriteria
diatas telah didokumentasikan secara global (32 di Eropa) (Navarro, 2017).
Sedangkan kejadian gempa di Indonesia menurut BNPB (2017) dalam Buku
Capaian Kinerja 2016 menyebutkan bahwa selama 2016 terjadi 5.578 gempa bumi
atau rata-rata 460 gempa setiap bulan. Berdasarkan kekuatannya terdapat 181 kali
gempa di atas 5 SR, 10 kali gempa dengan kekuatan 6-6,9 SR dan 1 kali gempa
berkekuatan 7,8 SR pada 2 Maret 2016.
Menurut Erwina (2010) dalam Gulo (2014), salah satu bentuk dampak
psikologis yang sering ditemui pada masyarakat korban bencana alam adalah Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD). Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
sebenarnya muncul sebagai manifestasi dari pengalaman mengerikan.
Penderitanya adalah mereka yang merupakan korban hidup yang secara fisik
selamat, tetapi secara mental masih berada dalam tekanan psikologis dan terus-
menerus berada dalam keadaan tersebut (Hartuti, 2009 dalam Gulo, 2014).
Individu dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) akan mengalami ansietas
dan selalu teringat trauma melalui memori, mimpi atau reaksi terhadap isyarat
internal tentang peristiwa yang terkait dengan trauma. Gangguan ini dapat terjadi
pada semua usia, termasuk anak-anak dan remaja (APA, 2000; Videback, 2008
dalam Astuti, 2012 dalam Gulo, 2014).
Gangguan stres pascatrauma (PTSD) adalah salah satu gangguan patologis
yang paling umum setelah terpapar trauma. Jumlah studi tentang trauma dan
PTSD telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Ada konsensus yang
berkembang bahwa perbedaan individu yang hebat ada kaitannya dengan respons
jangka panjang posttrauma. PTSD yang umum diamati pada studi trauma
sebelumnya mencakup 'hambatan' (minimal atau tidak ada gejala dari waktu ke
waktu), 'disfungsi kronis' (gejala sedang atau berat dari waktu ke waktu),
'disfungsi tertunda' (gejala minimal / tidak ada gejala diikuti dengan gejala tinggi),
'pemulihan' (gejala awalnya moderat / parah diikuti oleh kembalinya fungsi pra-
trauma secara bertahap) dan 'kambuh / pengantaran' (gejala yang menunjukkan
jalur siklis) (Fan, 2015). Diperkirakan oleh para peneliti, pemulihan PTSD bisa
memerlukan waktu 8 tahun lebih bagi mereka yang mengalami stres setelah
bencana (Kusumo, 2009 dalam Gulo, 2014).
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan tersebut diketahui bahwa
negara Indonesia sangat sering mengalami bencana gempa bumi yang dapat
menimbulkan efek Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) bagi korbannya, untuk
itu sangat perlu adanya penanganan dan rehabilitasi post traumatic stress disorder
pada korban gempa bumi ini, agar tetap dapat tercapai kesehatan yang optimal
untuk korban gempa bumi dan trauma pada korban tidak berkepanjangan.
1.2 Metode
Metode yang digunakan adalah metode literature review dari berbagai
jurnal internasional tentang Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada korban
gempa bumi dibebarapa negara. Literatur review dilakukan dengan cara membaca,
memahami, mengkritik, dan mereview literature dari berbagai macam sumber,
dalam hal ini sumber yang digunakan adalah jurnal internasional yang dicari
melalui ProQuest, Biomedcentral, Science Direct, EBSCO, Google Cendekia, dan
lain-lain dengan literature jurnal yang terpublish 5 tahun terakhir. Kata kunci yang
digunakan untuk mencari literature agar sesuai dengan tema adalah menggunakan
kata Post Traumatic Stress Disorder In Earthquake Victims. Setelah memperoleh
jurnal yang sesui, tahap review jurnal dilakukan untuk menemukan ulasan,
rangkuman, dan pemikiran penulis tentang tema yang dibahas.
11. Judul: What are the determinants of post-traumatic stress disorder: age,
gender, ethnicity or other? Evidence from 2008 Wenchuan earthquake
Penulis
P. Kun; X. Tong; Y. Liu; X. Pei a; H. Luo a (2013)
Sampel
Survei dilakukan secara terpisah di empat kabupaten di Provinsi Sichuan, dengan
total responden pada tahun 2004. Kota Beichuan dan Kota Dujiangyan rusak lebih
parah daripada Kabupaten Yaan dan Kabupaten Langzhong saat terjadi gempa.
Secara keseluruhan, 1890 rumah tangga diwakili, dengan rata-rata 2,2 responden
per rumah tangga.
Metode
Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara terstruktur, dan Kuesioner
Harvard Trauma and Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
kriteria Fourth Edition digunakan untuk mendiagnosis PTSD.
Intervensi
Intervensi yang dirancang untuk mengurangi PTSD di antara populasi yang
terkena dampak gempa 2008 harus berfokus pada orang-orang tanpa pendapatan
rumah tangga, mereka yang memiliki rumah tangga yang rusak dan mereka yang
mengalami kematian anggota keluarga. Intervensi psikososial yang efektif,
berkelanjutan dan budaya sensitif dan layanan kesehatan mental diperlukan, dan
perhatian harus ditujukan kepada orang-orang yang selamat yang mengalami
kematian anggota keluarga, wanita dan orang dewasa yang lebih tua setelah
bencana alam yang menghancurkan.
Hasil
Tingkat prevalensi dugaan PTSD adalah 47,3% (n ¼ 436) di daerah yang rusak
berat dan 10,4% (n ¼ 93) di daerah yang rusak ringan. Tingkat prevalensi gejala
PTSD di antara orang tua, tengah umur dan dewasa muda masing-masing adalah
55,8%, 50,2% dan 28,6% (P ¼ 0,001), di daerah yang rusak parah. Usia yang
lebih tua, jenis kelamin perempuan, tidak menikah / bercerai / janda, etnis
minoritas, kematian anggota keluarga, tidak ada pendapatan rumah tangga dan
rumah tangga yang rusak merupakan faktor risiko independen untuk gejala PTSD
di daerah yang rusak parah. Pemerintah harus mendukung kegiatan menghasilkan
pendapatan dan memperbaiki kondisi kehidupan. Petugas lapangan terlatih dapat
membantu penilaian dan rujukan PTSD, dan layanan kesehatan pedesaan yang ada
dapat digunakan untuk memberikan perawatan untuk gangguan kejiwaan umum.