You are on page 1of 7

ARTIKEL PENELITIAN

Increased The Cognitive, Effective, and Psychomotor Aspects of Nurses in


The Practice of Developmental Care

Mariyam1, Riwayati2
1
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
mariyam@unimus.ac.id

Abstract

Background: The cause of high infant mortality rate is low birth weight (LBW). Optimal LBW treatment
needed that the baby can pass the transition from intrauterine to extrauterine. One of the efforts done
is developmental care. Implementation of developmental care requires knowledge, attitudes and skills
of nurses. Objective: This study aims to identify the cognitive, affective and psychomotor aspects of
nurses in treating LBW before and one month after being given developmental care information at RS
Roemani Semarang. Methodology: The design of this research are pre experiment pre and post design.
The sample of the study was all nurses in high risk infant room Roemani Hospital Semarang . Sample
amounted to 12 respondents. Researchers identify the cognitive, affective and psychomotor aspects of
nurses in treating LBW with questionnaires and observations before being given developmental care
information. A month after being given information about developmental care researchers re-identify
the cognitive, affective and psychomotor aspects of the nurse. Result: Cognitive score of respondent
before health education 11.75 and after 13.83 with total score 22, mean affective score of respondent
before health education 48,83 and after 52,92 with total score 60, mean of psychomotor score of
respondent before health education 2.58 and after 4 with a total score of 4. Based on the results of
statistical analysis each show p value 0.00 so that it can be concluded there are differences cognitive,
affective and psychomotor nurses in the application of developmental care both before and a month
after being given health education. Discussion: In this study post intervention is done month after health
education like input from previous researcher Zubaidah, rustina & Sabri (2013) to know the right time in
repeating the same information. The results showed that after 30 days showed a cognitive, affective and
psychomotor increase, this could be because after given the health education nurses apply in the care of
LBW so that knowledge and skills increase.

Keywords: cognitive, affective, psychomotor, developmental care


DOI: 10.1026/mki.010103

PENDAHULUAN (Bobak, Lowdermilk & Jersen, 2005). Selain


itu BBLR juga berisiko terjadi
BBLR menyebabkan tingginya angka ketidakseimbangan suhu, hipoglikemia,
kematian karena seringkali mengalami asfiksia, ketidakseimbangan cairan
beberapa masalah sebagai akibat dari organ elektrolit, hiperbilirubinemia, infeksi dan
yang belum matang. Surfaktan yang kurang gangguan pertumbuhan serta
dan sedikitnya alveoli yang berfungsi perkembangan (University of California San
mengakibatkan bayi kesulitan bernapas Fransisco children Hospital, 2004).

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 21
Berbagai masalah yang dihadapi BBLR dan berkembang secara optimal, sehingga
menyebabkan bayi membutuhkan perlu diterapkan di ruang perawatan bayi.
perawatan yang intensif. Bayi Beberapa intervensi developmental care di
membutuhkan berbagai prosedur dan RS Roemani sudah diterapkan di neonatal
fasilitas peralatan untuk mendukung intensive care unit (NICU) yaitu penerapan
kelangsungan hidup bayi. Walaupun hal minimal handling. Namun intervensi lain
tersebut dibutuhkan bayi, namun pada belum dilaksanakan dengan maksimal.
kenyataannya beberapa prosedur dan Sedangkan di ruang perawatan bayi risiko
fasilitas perawatan merupakan stresor tinggi, intervensi developmental care belum
sendiri bagi bayi. Stres tersebut bersumber diterapkan. Pemberian informasi terkait
dari kebisingan yang dihasilkan dari alat kanguru mother care pernah diberikan,
monitor, percakapan staff di ruang namun belum diterapkan. Hal inilah yang
perawatan, prosedur invasif misalnya melatarbelakangi peneliti ingin
pengambilan sampel darah, pergantian mengidentifikasi terkait kognitif, afektif dan
popok, membuka dan menutup inkubator, psikomotor perawat dalam merawat BBLR
dan perpisahan orang tua (Westrup et al, baik sebelum dan sesudah diberikan
2000; Lissauer & Fannarof, 2009). Selain itu pemberian informasi developmental care.
pencahayaan ruangan juga merupakan Zubaidah, Rustina & Sabri (2012) telah
sumber stres bayi (Bowden et al, 2009). meneliti pengaruh pemberian informasi
developmental care terhadap pengetahuan,
Stres pada bayi akan mengeluarkan energi sikap dan tindakan perawat dalam merawat
yang seharusnya dibutuhkan untuk BBLR di RS dr Karyadi Semarang. Penelitian
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh ini hanya meneliti sebelum dan sesaat
karena itu dibutuhkan strategi perawatan setelah intervensi dan pada saran penelitian
untuk mengurangi stimulus yang lanjut diharapkan meneliti efek jangka
berlebihan. Strategi tersebut dapat dicapai panjang informasi yang diberikan. Oleh
melalui asuhan perkembangan atau karena itu penelitian ini meneliti kognitif,
developmental care. Intervensi afektif dan psikomotor setelah sebulan
developmental care antara lain modifikasi intervensi.
lingkungan (penerangan dan suara),
minimal handling, perawatan metode Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
kanguru, pemberian posisi tepat, pengaruh pendidikan kesehatan tentang
pengelompokan aktifitas perawatan dan developmental care terhadap kognitif,
memfasilitasi interaksi bayi dan orang tua afektif dan psikomotor perawat dalam
(Bowden et al, 2009). merawat BBLR.

Banyak penelitian yang menunjukkan METODE


manfaat developmental care. Pemberian
posisi prone dapat menurunkan kehilangan Penelitian ini adalah penelitian eksperimen
panas. kanguru mother care dapat semu (quasy experiment) dengan jenis pre
meningkatkan saturasi oksigen (Ali et al, and post test design. Populasi penelitian ini
2009). Penelitian yang dilakukan Ludwig et adalah perawat ruang bayi risiko tinggi RS
al (2008) menunjukkan bahwa Roemani Semarang. Sampel ditentukan
developmental care dapat mempercepat dengan teknik total sampling, yaitu dengan
kenaikan berat badan bayi prematur dan mengambil semua anggota populasi
mempercepat kepulangan. menjadi responden sesuai dengan kriteria
inklusi. Kriteria inklusi responden meliputi:
Manfaat developmental care pada BBLR perawat ruang bayi risiko tinggi, perawat
sangat membantu agar bayi dapat tumbuh tidak sedang cuti, bersedia menjadi

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 22
responden dengan jumlah sampel 12 Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan
responden. kognitif, afektif dan psikomotor dalam
penerapan developmental care pada perawatan
BBLR sebelum diberikan pendidikan kesehatan
Sebelum diberikan intervesi pemberian
di RS Roemani Semarang
informasi, responden diidentifikasi terlebih
dahulu kognitif, afektif dan psikomotor
Variabel Mean SD Minimum-
dalam merawat BBLR. Kognitif dan afektif
maksimum
perawat diukur dengan kuesioner yang Kognitif 11,75 3,696 5-18
diadopsi dari Zubaidah, Rustina & Sabri Afektif 48,83 4,407 44-59
(2012) dengan validitas 0,3 dan reliabilitas Psikomotor 2,58 0,669 2-4
sebesar 0,855 artinya instrumen dinyatakan
valid dan reliabel. Pemberian informasi Tabel 1. Distribusi responden
diberikan dengan metode ceramah, diskusi, berdasarkan kognitif, afektif dan psikomotor
demonstrasi dan praktik klinik. Total waktu dalam penerapan developmental care pada
pemberian informasi 15 jam, merujuk pada perawatan BBLR Sebulan setelah diberikan
penelitian yang dilakukan oleh Mohamed pendidikan kesehatan di RS Roemani Semarang
dan Wafa (2011). Setelah pemberian
informasi selesai, dilakukan identifikasi Variabel Mean SD Minimum-
kognitif, afektif dan psikomotor perawat maksimum
dalam merawat BBLR 30 hari kemudian. Kognitif 13,83 3,68 8-20
Afektif 52,92 3,825 4-60
Psikomotor 4 0,0 4-4
HASIL

Responden dalam penelitian ini berjumlah


Berdasarkan hasil analisis statistic masing-
12 dengan rerata usia 37,08 tahun (SD±
masing menunjukkan p value 0,00 sehingga
6,403) dan rerata lama bekerja 6,92 tahun
dapat disimpulkan ada perbedaan kognitif,
(SD± 6,388). Pendidikan responden 11 dari
afektif dan psikomotor perawat dalam
DIII dan 1 dari S1 Ners dan berdasarkan
penerapan developmental care baik
paparan terhadap informasi terkait
sebelum dan sebulan setelah diberikan
developmental care sejumlah 4 responden
pendidikan kesehatan.
sudah pernah mendapatkan informasi dan 8
responden belum pernah mendapatkan
informasi tentang developmental care. PEMBAHASAN
Rerata kognitif perawat tentang
developmental care sebelum diberikan Responden pada penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan 11,75 dan sesudah perawat yang bekerja di ruang bayi risiko
13,83 dengan total skor 22, rerata skor tinggi atau NICU dengan usia antara 29
afektif responden sebelum pendidikan tahun sampai dengan 49 tahun.
kesehatan 48,83 dan setelah 52,92 dengan Berdasarkan rentang usia responden
skor total 60, rerata skor psikomotor tersebut merupakan usia produktif untuk
responden sebelum pendidikan kesehatan bekerja. Sesuai dengan pengertian usia
2,58 dan setelah 4 dengan total skor 4. produktif menurut Depkes (2009), yang
menyatakan bahwa usia produktif adalah
penduduk dengan usia 15 sampai dengan
64 tahun. Hasil penelitian Zubaidah (2012)
juga menunjukkan bahwa perawat yang
bekerja di ruang NICU adalah usia 22 tahun
sampai 56 tahun yang merupakan usia
produktif juga.

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 23
Lama bekerja responden berkisar antara 1 menutup incubator, alarm dari alat NICU
tahun sampai dengan 23 tahun dan variasi dan pembicaraan petugas. Responden juga
lama bekerjanya cukup tinggi yaitu 6,388 telah mengetahui salah satu cara untuk
tahun. Hal ini dikarenakan kebijakan dari mengatasi stress bayi adalah dengan
rumah sakit yang melakukan rotasi setiap 1 menurunkan pencahayaan ruang dan
atau 2 tahun. Namun tidak semua perawat kebisingan dan mengetahui bahwa tindakan
yang telah bekerja di ruang bayi risiko tinggi untuk mengatur penerangan di NICU
di rotasi ke ruang lain. Sebanyak 7 (58,3%) dengan memberikan siklus penerangan,
perawat sebagai responden tidak dilakukan menutup bagian atas incubator dan
rotasi dan telah bekerja lebih dari 5 tahun di meminimalkan penerangan dari prosedur
ruang bayi risiko tinggi atau NICU. yang dilakukan pada bayi lain. Pengetahuan
responden ini dikarenakan sejumlah 33,3 %
Pada penelitian ini, perawat yang bekerja di responden telah menerima informasi terkait
ruang bayi risiko tinggi atau NICU RS dengan developmental care sebelumnya.
Roemani sebagian besar masih
berpendidikan DIII keperawatan dan hanya Pada penelitian ini masih terdapat
1 yang sudah Ners. RS Roemani memiliki responden yang tidak mengetahui tentang
kebijakan bahwa minimal pendidikan maksud dari developmental care dan tujuan
perawat yang dapat bekerja di RS Roemani developmental care. Sebagian responden
adalah DIII Keperawatan. Sebagian besar masih ada yang beranggapan bahwa
responden 66,7% belum pernah developmental care hanya dilakukan pada
mendapatkan informasi tentang saat kondisi bayi dalam keadaan stabil.
developmental care dalam perawatan bayi Masih terdapat responden yang tidak
berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini mengetahui kebisingan yang
karena ada beberapa responden 41,6% direkomendasikan oleh AAP dan efek dari
lama kerja di ruang bayi kurang dari 5 tahun kebisingan untuk bayi. Responden juga
dan belum mendapat kesempatan diikutkan masih belum mengetahui posisi terbaik
pelatihan atau seminar terkait untuk memfasilitasi perkembangan BBLR
developmental care. yang di rawat di ruang NICU atau
perinatologi, belum mengetahui nesting
Kognitif atau pengetahuan merupakan hasil sebagai pembatas untuk mengurangi stres
“tahu” dan yang terjadi setelah seseorang bayi dan belum mengetahui tindakan yang
melihat terhadap suatu obyek tertentu mendukung asuhan perkembangan bayi.
(Notoatmojo, 2010). Penerapan Hal ini kemungkinan dikarenakan sebagian
developmental care membutuhkan besar responden belum pernah
pengetahuan terkait hal tersebut dalam mendapatkan informasi terkait
pelaksanaan pada perawatan bayi developmental care. Rerata kognitif
(Coughlin, Gibbins, & Hoath, 2009). Pada responden setelah sebulan diberikan
penelitian ini pengetahuan perawat pemberian informasi 13,83 mengalami
sebelum dilakukan pemberian informasi penambahan dibanding sebelum diberikan
tentang developmental care menunjukkan informasi. Pada rentang sebulan setelah
skor rata-rata 11,75 dengan total skor 22. diberikan informasi tentang developmental
Responden mengetahui bahwa BBLR care, responden menerapkan
merupakan bayi dengan berat badan lahir developmental care pada perawatan sehari-
kurang dari 2500 gram tanpa memandang hari bayi berat badan lahir rendah. Hal ini
usia gestasi dan mengetahui bahwa bayi menyebabkan pengetahuan responden
yang stress salah satu tandanya tangan dan bertambah. Menurut Millete, Richard, dan
kaki ekstensi, mengetahui sumber Martel (2005), mengungkapkan bahwa
kebisingan yang mempengaruhi bayi adalah program pelatihan dengan salah satunya

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 24
memberikan informasi dapat meningkatkan informasi mempunyai rerata 52,92.
pengetahuan perawat dalam merawat bayi. Responden yang sebelumnya merasa bahwa
Pemberian informasi developmental care asuhan perkembangan merupakan tindakan
berpengaruh meningkatkan pengetahuan yang menyita waktu cukup banyak setelah
perawat tentang developmental care dalam diberikan informasi anggapan tersebut telah
perawatan BBLR (Zubaidah, Rustina & Sabri, berubah. Pada penelitian ini sikap perawat
2012). dalam penerapan developmental care
sangat sesuai dengan penelitian Van der
Selain pengetahuan, afektif perawat atau pal, et al (2007) mengenai pendapat staf
sikap perawat dalam penerapan terkait developmental care menunjukkan
developmental care pada perawatan BBLR bahwa perawat memiliki sikap lebih positif
juga dilihat dalam penelitian ini. Sikap terhadap penerapan developmental care
merupakan respon tertutup individu dibandingkan dengan staf medis.
terhadap stimulus tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang Psikomotor merupakan tindakan atau
bersangkutan (Notoatmojo, 2010). Rata- praktek yang ditunjukkan oleh seseorang.
rata skor afektif responden sebelum Psikomotor responden pada penelitian ini
diberikan informasi 48,83 dengan total skor diobervasi 2 kali pada awal responden
60. Sebagian besar responden setuju berinteraksi dengan BBLR dalam
dengan melakukan asuhan perkembangan memberikan asuhan keperawatan dan pada
(developmental care) dapat meningkatkan akhir shif saat responden memberikan
pemberian asuhan perkembangan pada asukan keperawatan pada BBLR. Skor rata-
BBLR, menganggap hal itu menyenangkan rata psikomotor responden adalah 2,16
dan positif. Sebagian besar responden tidak dengan total skor 4. Semua responden telah
setuju bahwa dengan pendekatan asuhan memberikan posisi fleksi dalam merawat
perkembangan tidak akan memperbaiki BBLR dan mengumpulkan beberapa
pelayanan asuhan keperawatan, selain itu tindakan yang memungkinkan dalam satu
responden juga tidak setuju jika penerapan waktu atau memegang bayi setiap 2-3 jam.
asuhan perkembangan itu cukup sulit, tidak Namun ada sebagian responden yang
setuju jika asuhan perkembangan dianggap belum menutup bagian atas inkubator
kurang bermanfaat untuk keluarga dan bayi dengan kain penutup atau selimut dan
yang dirawat dan responden juga tidak belum memberikan nesting atau pembatas
setuju jika dengan melakukan asuhan pada bagian bawah dan samping untuk
perkembangan di NICU atau perinatologi mempertahankan posisi bayi. Telah
akan membuat dokter atau petugas diketahui bahwa penerapan developmental
kesehatan lain kurang mendukung perawat. care dapat membantu BBLR untuk tumbuh
Hal tersebut menunjukkan sikap perawat dan berkembang. Berdasarkan Bowden et al
terhadap penerapan developmental care (2000) mengungkapkan bahwa posisi yang
pada perawatan BBLR di rumah sakit cukup tepat dan anatomis adalah komponen
baik. penting dalam pemberian asuhan
perkembangan pada bayi. Asuhan
Sikap atau kepercayaan mengacu pada ide- perkembangan pada bayi dapat diberikan
ide yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dengan memfasilitasi interaksi antara bayi
tepat atau tidak tepat. Sikap yang tepat dan keluarga, pemberian posisi dan nesting,
dapat meningkatkan praktek sementara melindngi kulit, meminimalkan stress
sikap yang tidak tepat dapat memiliki efek terhadap nyeri, pemberian nutrisi yang
yang merugikan, hal tersebut sesuai dengan optimal dan menfasilitasi tidur bayi. Praktek
pendapat Nishaja, Bajacharya dan Shankar developmental care dalam merawat BBLR di
(2013). Sikap perawat setelah diberikan RS Roemani telah dijelaskan dalam standar

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 25
asuhan keperawatan yang ada di rumah pemberian informasi kognitif, afektif dan
sakit namun belum ada standar prosedur psikomotor masih menunjukkan
yang jelas terkait developmental careI peningkatan sehingga untuk pengulangan
sehingga masih ada perawat yang belum pemberian informasi dengan tema yang
memberikan asuhan perkembangan secara sama memungkinkan untuk dilakukan
maksimal. Perawat telah memberikan setelah 30 hari, tidak perlu diulang dalam
pembatas pada bayi namun hanya pada waktu kurang dari 30 hari.
samping kanan dan kiri tubuh bayi bukan
melingkari tubuh bayi. Pemberian pembatas REFERENSI
ini dimaksudkan untuk memfasilitasi bayi
agar tetap dalam kondisi fleksi agar bayi Ali, S.M., Sharma, J., Sharma, R., & Alam, S.
tidak mengalami stres. Psikomotor (2009). Kangoro mother care as
responden pada penelitian ini sebagian compaired to conventional care for LBW
telah baik dikarenakan sikap dari responden bebies. Dicle Med J, 36(3), 155-160.
terhadap penerapan developmental care
juga baik. Nishaja, Bajacharya dan Shankar Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jasen, M.D.
(2005). Buku ajar keperawatan
(2013) dalam penelitiannya menjelaskan
maternitas (edisi 4). Jakarta: EGC
sikap yang tepat dapat meningkatkan
praktek seseorang. Namun masih ada yang
Bowden, V. R., Greenberg, C. S., & Donaldson, N.
belum menerapkan developmental care hal E. (2000). Developmental care of the
ini berkaitan dengan penelitian Brown & newborn. Online Journal of Clinical
Mainous (2009) yang menunjukkan masih Innovation, 3 (7), 1-77.
banyak perawat yang tidak menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh terkait Brown, T., & Mainous, P.O. (2009). Research
developmental care dalam asuhan abstract: understanding staff nurses
perkembangan pada neonatus. Setelah experiences when implementing
diberikan informasi tentang penerapan neonatal developmental care. Advance in
developmental care pada BBLR Neonatal Care, 9(4), 186-187.
menunjukkan bahwa rerata psikomotor
perawat baik, semua responden melakukan Coughlin, M., Gibbins. S., & Hoath, S. (2009).
penerapan developmental care pada Core measure for developmentally
supportive care ini neonatal intensive
perawatan BBLR.
care unit: theory, precendence, and
practice. Journal of Advanced Nursing,
Pemberian informasi dilakukan dengan 65(10), 2239-2248 UCSF Children’s
metode ceramah, diskusi, demonstrasi dan hospital. (2004). Very low and extremely
praktik klinik. Total waktu pemberian low birth weight infants. Diunduh tanggal
informasi 15 jam, merujuk pada penelitian 3 April 2016 dari
yang dilakukan oleh Mohamed dan Wafa http://www.childinfo.org
(2011).
Depkes RI. (2009). Data Penduduk sasaran
SIMPULAN program pembangunan kesehatan 2007-
2011. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Depkes RI.
Kognitif, afektif dan psikomotor responden
dalam penerapan developmental care pada
Ludwig, S., Steichen, J., Khoury, J., & Krieg, P.
perawatan BBLR setelah 30 hari diberikan (2008). Quality improvement analysis of
informasi mengalami peningkatan developmental care in infant less than
dibanding dengan sebelum diberikan 1500 grams at birth. Newborn & Infant
informasi. Hal ini bisa menjadikan acuan Nursing Reviews, 8(2), 94-100.
untuk Rumah Sakit bahwa setelah 30 hari

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 26
Mhilettle, I.H., Richard, L., & Martel, M.J. (2005). Van Der Pal et al. (2007). Staff opinions
Evaluation of developmental care regarding the newborn individualized
training program for neonatal nurse. developmental care and assessment
Journal Child health Care, 9, 94-109. program (NIDCAP). Early Human
Development, 83, 425-432
Mohamed, S.A., & Wafa. A.M. (2011). The
effects of an educational program on Westrup, B., Kleberg, A., Eichwald, K. V.,
nurses knowledge and practice related to Stjernvist, K.I., & Lagercrantz, H. (2000). A
hepatitis C virus: A pretest an randomized controlled trial to evaluation
the effect posttest quasi experimental
Nishaja, Bajracharya, O., & Shankar, P.R. (2013). design. Australian Journal of Basis and
Knowledge, attitude and Practice toward Aplied Sciences, 5(11), 564-570
medicine among school teacher in
Lalitpur destrict, Nepal before and after Zubaidah, Rustina, Y., & Sabri, L. (2013).
educational intervention. BMC Publich Peningkatan pengetahuan perawat
Health, 13, 565 melalui pemberian informasi tentang
developmental care. Paper presented at
Notoatmojo, S. (2010). Promosi kesehatan. Teori 10th international Seminar on Disaster
dan aplikasi. Jakarta: Rineka cipta Jogjakarta.

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 27

You might also like