Professional Documents
Culture Documents
Base on Minister Decree No. 376/Kpts-II/1998 stipulates that oil palm plantation developments can be
approved in places the provincial land use plan (RTRWP) classifies as non-forest lands. But if the land use
classification in the RTRWP prepared by provincials government and the forest classification in the Forest Use
Plan according to National Government (TGHK) still not match each other, Approval must be obtained from
the Ministry of Forestry and Plantations for release forest land in order to convert from forest land to other
uses,
In term of Concession Licenses in Non Forest areas (APL) , it is important to re-iterate that investor has
followed, and continues to follow, the legal requirements based on the Land Use Plans contained within the
Provincial Spatial Plans. There are four steps in the basic licensing process, as follows:
Without these four licenses in advanced, no one can start the project.
Basic Regulation :
Minister of Agrarian/National Land Agency No. 2/1999 about Location Permiti. At the present time, the
granting of Concession Licenses is an issue that is clouded with legal uncertainty. Regional Autonomy Law No.
22/1999, Regulation PP 25, was passed in early 1999, stipulated that the bupati (at the Regency or kabupaten
level) had the authority to approve the issuance of Location permit. The only exception to this is where a
concession area overlapped two or more Regencys or overlapped with Forest Zone . In this case, the Governor
and the Minister of Forestry were required to give approval for the Location Permit.
Step 2: Amdal
In line with national law for all development projects (administered by the Ministry of Environment), before
the company applies for a IUP License it must first conduct an Indonesia environmental and social impact
assessment (Amdal). Consequently, investor has accompanying Amdal assessments for all its Location Permit.
Basic Regulation :
Plantation activities with an area 25 hectares or more shall be obligated to have Plantation Permit (IUP), given
by :
a. Governor
if the location of plantation area is in the inter regional area of Regency or City.
b. Bupati
if the location of plantation area is in the Regent/City based on the recommendation of the Governor
1 of 6 21/09/2018, 18:43
PROCESS PERMIT FOR OIL PALM ESTATE http://arieyoedo.blogspot.com/2011/03/proses-perijinan-lahan-untuk-keb...
A. Local Permits
1. Allocated Land
Issued by Regency Level of National Land Agency ( BPN Kabupaten ) or by Regency level of Regency
Development Board ( BAPEDA )
2 Location Survey
Taken Investor through assisted by The Team TP4L Kabupaten obtaining land for the location of the
investment projects
3. Location Permit
· Issued by Head of Regency ( BUPATI ), but The identification Land Use and Vegetation must be taken by the
Department of Forestry , if overlapping with Conversion Forest.
· Shall automatically cancelled if no realization of projects taken place in the form of concrete activities for 3
years starting from the date of it issuance
Plantation Business Permit Issued by Bupati based on the recommendation of the Governor - if the location of
plantation area is in the Regent/City or by Provincial Level of Plantation Department ( DISBUN Propinsi ) or
Provincial Development Board (BAPEDA/Governor) if the location of plantation area is in the inter regional
area of Regency or City.
B. Cadastre
1.The verification of Land Use and Land Boundary by the Team assigned from the Provincial & District
Government Agencies
c. Cadastre Mapping
2 of 6 21/09/2018, 18:43
PROCESS PERMIT FOR OIL PALM ESTATE http://arieyoedo.blogspot.com/2011/03/proses-perijinan-lahan-untuk-keb...
D. SK HGU
The Decree of HGU ( SK.HGU ) is issued by Head of National Land Agency (BPN)
E. BPHTB
Land Tax has to be paid before issuing the HGU Certificate (BPHTB- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan)
F. HGU Certificate
Berdasarkan Keputusan Menteri No. 376/Kpts-II/1998 dinyatakan bahwa pembangunan perkebunan kelapa
sawit bisa disetujui berdasarkan Rencana Tata Ruang Propinsi (RTRWP) yang sudah diklasifikasikan sebagai
Area Peruntukan Lain (APL). Namun bila RTRWP tersebut belum disahkan oleh Pemerintah Pusat maka
lahan yang diminta harus merujuk pada Tata Guna Hutan Kesepakatan. Apabila berdasarkan Tata Guna
Hutan Kesepakatan ternyata lahan tersebut masuk kedalam kawasan hutan konversi, maka ijin peruntukan
lahan harus diperoleh dari Menteri Kehutanan untuk diterbitkannya Surat Keputusan Pelepasan Kawasan
Hutan.
Pada keadaan dimana lahan yang diminta sudah pasti didalam kawasan APL, maka investor harus
memperhatikan dan selalu mengikuti proses penyelesaian ijin ijin yang paling mendasar Yakni :
• Ijin Lokasi;
• Amdal;
3 of 6 21/09/2018, 18:43
PROCESS PERMIT FOR OIL PALM ESTATE http://arieyoedo.blogspot.com/2011/03/proses-perijinan-lahan-untuk-keb...
Tanpa ke empat ijin tersebut diatas, projek pembangunan kebun dilarang untuk dimulai
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2/1999 tentang Ijin Lokasi. Sejak otonomi daerah
dilaksanakan, maka untuk mengatasi ketidak pastian hukum dalam ijin perolehan lahan, sejak awal 1999,
dikeluarkan Peraturan Pemerintah no 25 yang merujuk pada Undang Undang Otonomi Daerah No. 22/1999,
dinyatakan bahwa bupati memiliki otoritas untuk menerbitkan Ijin Lokasi, kecuali bila area yang diminta
berada di dua kabupaten atau tumpang tindih dengan kawasan hutan. Pada kasus seperti ini, Gubernur dan
Menteri Kehutanan yang berhak mengeluarkan ijin Lokasi.
Step 2: Amdal
Sesuai dengan Undang undang Negara untuk semua proyek pembangunan (ditetapkan oleh menteri
Lingkungan Hidup), sebelum mengajukan permohonan Ijin Usaha Perkebunan (IUP) investor harus sudah
melaksanakan Analisa mengenai Dampak Lingkungan dan Dampak Sosial (Amdal) di lahan yang termasuk
dalam Ijin Lokasi.
Kegiatan Perkebunan diatas areal lahan 25 hektar atau lebih harus memiliki Ijin Usaha Perkebunan (IUP),
yang dikeluarkan oleh :
i. Gubernur :
ii. Bupati :
A. Perijinan di Daerah
Pemerintah Daerah Berhak memberikan Ijin untuk beberapa hal sebagai berikut :
1. Arahan Lahan
Dikeluarkan oleh Bupati sebagai penunjukan awal lokasi yang bisa kembangkan dan masih perlu dilakukan
pengkajian lebih mendalam oleh investor.
2. Survey Orientasi
Harus memperoleh ijin dari Team TP4L Kabupaten atas survey yang akan dilakukan apa lahan yang diarahkan
oleh Bupati. Pada survey ini, investor melakukan kajian awal tentang aspek tata ruang wilayah dan tata guna
lahan dan kesesuaian lahan.
3. Ijin Lokasi
Dikeluarkan oleh Bupati atas permohonan Investor dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh
Investor, terutama mengenai masa berlakunya dan Perlunya ijin pelepasan kawasan hutan bila tumpang
4 of 6 21/09/2018, 18:43
PROCESS PERMIT FOR OIL PALM ESTATE http://arieyoedo.blogspot.com/2011/03/proses-perijinan-lahan-untuk-keb...
tindih dengan Kawasan Hutan. Ijin Lokasi akan batal dengan sendirinya bila selama masa berlakunya ijin
lokasi, investor tidak menunjukan kemajuan perolehan lahan diatas 50 % dari luas yang diijinkan
Dilaksanakannya survey AMDAL oleh Konsultan yang berwenang dan laporan hasil analisanya di sahkan oleh
BAPEDAL Kabupaten dan Bupati.
5. Sosialisasi
Pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat di dalam kawasan ijin lokasi sudah dapat dilaksanakan untuk
menjelaskan program pembangunan kebun dan sekaligus menjelaskan model program Kemitraan.
i. Gubernur :
Apabila lokasi lahan yang akan dikembangkan berada di dua wilayah Kabupaten atau Kota.
ii. Bupati :
Apabila lokasi lahan yang akan dikembangkan berada di satu wilayah Kabupaten/kota setelah memperoleh
rekomendasi dari Gubernur.
8. Kadastral
a. Survey Kadastral akan dikoodinir oleh Kanwil BPN yang melibatkan semua instansi terkait. Survey
meliputi identifikasi penggunaan lahan dan batas batas calon kebun.
b. Pemeriksaan hasil pembayaran Kompensasi dan bukti buktinya serta adanya surat pernyataan dari
masyarakat mendukung proyek pembangunan perkebunan.
c. Peta Kadastral ditanda tangani oleh semua instansi terkait dan Bupati
B. Risalah PANITIA B
SK HGU
Berdasarkan rekomendasi dari Panitia B, dan setelah melalui pemeriksaan ulang dengan seksama, Ketua
Badan Pertanahan Nasional akan menerbitkan Surat Keputusan HGU.
BPHTB
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) harus dibayar oleh investor untuk dapat
diterbitkannya sertifikat HGU oleh BPN Kabupaten. Besarnya BPHTB umumnya sebesar 5 % dari NJOP yang
ditetapkan Pemerintah.
SERTIFIKAT HGU
Sertifikat HGU akan diterbitkan oleh BPN Kabupaten berdasarkan S.K.HGU dari Kepala BPN.
5 of 6 21/09/2018, 18:43
PROCESS PERMIT FOR OIL PALM ESTATE http://arieyoedo.blogspot.com/2011/03/proses-perijinan-lahan-untuk-keb...
6 of 6 21/09/2018, 18:43