You are on page 1of 5

Cara Menurunkan Keluhan Sesak Pasien Tb Paru (Tintin S)

ACTIVE CYCLE OF BREATHING MENURUNKAN KELUHAN SESAK NAFAS


PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
(Active Cycle of Breathing decrease Dyspneu on Tuberculosis Patient)

Tintin Sukartini*, Sriyono*, Iwan Widia Sasmita**

* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257. E-mail: tintin_bios@yahoo.com.
** STIKES Wiyata Husada Blitar

ABSTRACT

Introduction: Active cycle of breathing as one of the nursing intervention can solve respiratory
problems (such as caused by tuberculosis). Tuberculosis can cause fibrosis tissue in lung. Fibrosis
makes elasticity and compliance of lung decrease result in air ventilation and oxygenation
disorder, so it will increase Respiratory Rate (RR) and dyspnea. The objective of this study was to
analyze the effect of active cycle of breathing technique on reducing RR and dyspnea. Method: A
quasy experimental purposive sampling design was used in this study. There were 14 respondents
who met to the inclusion criteria, divided into 7 respondents for intervention group and 7
respondents for control group. Data were analyzed by using Paired t-Test, Independent t-Test,
Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney U-Test with significance levelα≤0.05. Result: The
result showed that active cycle of breathing had significance level on decreased RR (p=0.002) and
dyspnea (p=0.014). Discussion: It can be concluded that active cycle of breathing has effect
decrease RR and dyspnea. It recommended to use active cycle of breathing continuously to
decrease dyspnea and to enhance quality of life on Tuberculosis patient.

Keywords: active cycle of breathing, dyspnea, RR, tuberculosis


_______________________________________________________________________________

PENDAHULUAN ekspirasi maksimum (Guyton dan Hall,


1996). Penurunan elastisitas dan compliance
Latihan penafasan merupakan paru dapat pula menyebabkan ventilasi paru
tindakan keperawatan dalam penatalaksanaan yang tidak maksimal dan jika tidak ditangani
pasien dengan masalah gangguan sistem dengan maksimal dapat menyebabkan
pernafasan. Termasuk didalamnya adalah kecacatan paru dan bahkan atelektasis yang
latihan pernafasan active cycle of breathing. berujung pada kematian pasien (Mulyono,
Latihan pernafasan active cycle of breathing 1997).
merupakan salah satu latihan pernafasan Penyakit Tuberkulosis paru
yang selain berfungsi untuk membersihkan merupakan penyakit penyebab kematian
sekret juga dapat mempertahankan fungsi pertama pada golongan penyakit infeksi
paru (Pyor and Webber, 1998). Latihan (Rahayu, 2007). Di Indonesia penyakit ini
pernafasan ini dapat mengkoordinasikan dan merupakan penyakit rakyat nomor satu dan
dapat melatih pengembangan (compliance) sebagai penyebab kematian nomor dua
dan pengempisan (elastisitas) paru secara setelah sistem sirkulasi (SKRT, 1995 dan
optimal (Pyor and Webber, 1998), serta Gusti, A., 2003). Pada umumnya gejala
pengaliran udara dari dalam paru menuju respiratorik yang ditimbulkan setelah
keluar saluran pernafasan secara maksimal seseorang terkena tuberkulosis adalah batuk
(Falling, 1993). lebih dari 3 minggu, berdahak, batuk darah,
Salah satu penyakit yang nyeri dada, serta sesak nafas (Alsagaaf dan
menimbulkan dampak pada penurunan Mukty, 1995). Pada perjalanan penyakit
elastisitas dan compliance paru yaitu tuberkulosis selanjutnya menimbulkan
penyakit Tuberkulosis Paru. Kondisi tersebut kecacatan berupa destruksi atau fibrosis dari
berdampak pada peningkatan kerja otot saluran nafas dan parenkim paru, dengan
pernafasan dan penurunan kemampuan
21
Jurnal Ners Vol.3 No.1April 2008 : 21-25

manifestasi klinis berupa sesak nafas dan ventilasi paru, namun latihan pernafasan
batuk (Aida, 1996). active cycle of breathing ini belum diketahui
WHO menyatakan bahwa 1/3 pengaruhnya terhadap penurunan sesak nafas
penduduk dunia telah terinfeksi kuman terhadap penderita tuberkulosis paru.
tuberkulosis. Saat ini di negara maju
diperkirakan setiap tahun terdapat 10–20 BAHAN DAN METODE
kasus baru setiap 100.000 penduduk dengan
kematian 1-5 per 100.000 penduduk sedang Desain penelitian yang digunakan
di negara berkembang masih tinggi. WHO dalam penelitian ini adalah quasy
memperkirakan di Indonesia setiap tahun experimental purposive sampling pre-posttest
terjadi 175.000 kematian akibat tuberkulosis design. Sampel diambil sesuai dengan
dan terdapat 550.000 kasus tuberkulosis. kriteria inklusi yang telah ditentukan, dengan
Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan sampel sebanyak 14 responden, dibagi
pada tahun 2001 di Indonesia terdapat 50.443 menjadi kelompok perlakuan (diberikan
penderita tuberkulosis paru dengan BTA intervensi latihan pernafasan active cycle of
positif yang diobati (Helmia dan Lulu, 2004). breathing setiap 1 kali / hari selama 10 hari,
Jawa Timur merupakan penyumbang kedua dengan durasi pertemuan 20-30 menit) dan
kasus tuberkulosis positif di Indonesia kelompok kontrol (tanpa latihan pernafasan)
setelah Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas dengan jumlah sampel masing-masing 7
Kesehatan Jatim 2006, sedikitnya 39.371 orang. Penelitian dilakukan selama bulan
penderita TB BTA positif di Surabaya, Juni sampai dengan Juli 2007.
jumlah penderita TB sedikitnya 812 orang Variabel independen dalam
pada 2005 dan meningkat menjadi 3.005 penelitian ini adalah teknik penafasan active
pada 2006. Penderita yang berobat di RSU cycle of breathing, sedangkan variabel
Dr Soetomo Surabaya sedikitnya 365 dependen adalah penurunan sesak nafas yang
penderita (Martiana, 2007). ditandai dengan adanya hasil observasi
Penyakit ini bermula saat individu respiration rate dan observasi terhadap
menghirup basil tuberkulosis dan menjadi keluhan sesak dengan menggunakan teknik
terinfeksi. Bakteri menuju ke alveoli dan fifteen-count Breathlesness Score. Instrumen
memperbanyak diri melalui jalan nafas. yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Sistem imun tubuh merespons dalam bentuk lembar observasi terhadap RR dan penilaian
respons inflamasi. Fagosit (neutrofil dan terhadap keluhan sesak.
makrofag) menelan banyak bakteri. Massa Data yang diperoleh, dianalisis
jaringan baru yang disebut granuloma yang dengan menggunakan uji statistik Mann
merupakan gumpalan jaringan granulasi yang Whitney U Test, Wilcoxon Signed Rank Test,
berisi basil yang masih hidup dan yang sudah Paired t-Test dan Independent t-Test, dengan
mati dikelilingi oleh makrofag membentuk derajat kemaknaan α<0,05.
dinding protektif. Granuloma diubah menjadi
massa jaringan fibrosa. Bahan (bakteri dan HASIL
makrofag) menjadi nekrotik, membentuk
massa seperti keju, massa ini mengalami Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat
kalsifikasi, membentuk skar kolagenase perbedaan hasil post respiratory rate (RR)
(Brunner dan Suddarth, 2002). Pembentukan yang signifikan antara kelompok perlakuan
jaringan ini mengakibatkan berkurangnya dan kelompok kontrol dengan hasil uji
luas permukaan membran pernafasan total stastistik Independent t-Test (p=0,008). Pada
dan meningkatkan ketebalan membran kelompok perlakuan terjadi penurunan nilai
pernafasan dan seringkali menyebabkan rerata RR dari 28,86 menjadi 24,86. Dengan
kerusakan jaringan paru yang hebat. menggunakan uji Paired t-Test diperoleh
Penggunaan latihan pernafasan hasil dengan nilai signifikansi p=0,002 yang
active cycle of breathing oleh penderita berarti terdapat perbedaan yang signifikan
tuberkulosis diharapkan dapat menurunkan RR antara pre dan post. Pada kelompok
sesak nafas yang dialami. Menurut penelitian kontrol nilai rerata tidak menunjukkan
yang dilakukan Pardy et al. (1991) dalam perbedaan yang besar yaitu dari 27,43
Cherniack (1991) menunjukkan latihan nafas menjadi 27,14 dengan hasil uji statistik
yang dilakukan 15 menit akan meningkatkan Paired t-Test (p=0,356) yang berarti tidak

22
Cara Menurunkan Keluhan Sesak Pasien Tb Paru (Tintin S)

terdapat perbedaan pre dan post terhadap RR latihan nafas active cycle of breathing.
kelompok kontrol. Penebalan dan pembentukan perkejuan
Terdapat perbedaan hasil post sampai fibrosis akan mengakibatkan
latihan nafas active cycle of breathing yang turunnya luas permukaan membran dan
signifikan terhadap keluhan sesak nafas meningkatkan penebalan jaringan paru, hal
antara kerlompok perlakuan dan kelompok ini mengakibatkan penurunan ventilasi udara
kontrol dengan hasil uji statistik Mann yang masuk menuju paru-paru akibat
Whitney U-Test (p=0,010). Pada masing- turunnya compliance paru dan elastisitas paru
masing kelompok menunjukkan rerata (Guyton dan Hall, 1997). Ventilasi diatur
penurunan nilai dari 3,00 menjadi 2,14. oleh kadar CO2, O2 dan konsentrasi ion
Terdapat perbedaan pre post yang signifikan hidrogen (pH) dalam arteri. Faktor paling
pada kelompok perlakuan dengan hasil penting dalam pengontrolan ventilasi adalah
analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test kadar CO2 (karbia) dalam darah arteri.
(p=0,014), sedangkan pada kelompok kontrol Peningkatan PaCO2 mengakibatkan sistem
didapatkan nilai p=0,317 yang berarti tidak kontrol pernafasan di otak meningkatkan
ada perbedaan pre post keluhan sesak pada frekuensi dan kedalaman pernafasan. Usaha
kelompok kontrol (lihat tabel 2). ventilasi yang meningkat mengeluarkan
kelebihan CO2 kronik dalam darah arteri.
PEMBAHASAN Kemoreseptor pada arteri karotid dan aorta
sensitif terhadap hipoksemia atau kadar O2
Hasil penelitian pada kelompok arteri yang rendah. Jika terjadi hipoksemia
perlakuan menunjukkan penurunan yang reseptor ini memberi tanda pada otak untuk
signifikan RR dan penurunan sesak pada meningkatkan frekuensi pernafasan (Perry
penderita tuberkulosis paru setelah diberikan dan Potter, 2005).

Tabel 1. Respiratory Rate (RR) pada penderita tuberkulosis di ruang Paru Laki RSU Dr. Soetomo
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
No.
Pre Post Pre Post Post Post
Mean 28,86 24,86 27,43 27,14 24,86 27,14
SD 1,574 1,574 0,976 1,069 1,574 1.069
Paired t-Test Paired t-Test Independent t-Test
(p=0,002) (p=0,356) (p=0,008)

Tabel 2. Keluhan sesak pada penderita tubekulosis di ruang Paru Laki RSU Dr. Soetomo
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
No.
Pre Post Pre Post Post Post
1 sedang ringan sedang sedang ringan sedang
2 sedang ringan sedang ringan ringan ringan
3 sedang ringan sedang sedang ringan sedang
4 sedang ringan sedang sedang ringan sedang
5 sedang ringan sedang sedang ringan sedang
6 sedang ringan sedang sedang ringan sedang
7 sedang ringan sedang sedang ringan sedang
Mean 3,00 2,14 3,00 2,14 2,14 2,14
SD 0,000 0,378 0,000 0,378 0,378 0,378
Wilcoxon Signed Rank Wilcoxon Signed Rank Mann Whitney U-Test
Test Test (p=0,010)
(p=0,014) (p=0,317)

Keterangan:
p = signifikansi
SD = Standar Deviasi
Mean = Rerata

23
Jurnal Ners Vol.3 No.1April 2008 : 21-25

Latihan pernafasan active cycle of menyelesaikan hitungan secara cepat,


breathing dapat mengembalikan kepada membuat penderita harus menahan nafas
nafas yang normal serta memperbaiki sebentar sehingga tidak ada O2 baru dalam
ventilasi dan oksigenasi (Falling, 1993). rentang 7-8 detik. Hal ini yang
Selain itu latihan pernafasan dapat mengakibatkan penderita biasanya menarik
meningkatkan inflasi alveolar maksimal serta nafas lagi di pertengahan penghitungan.
merelaksasikan otot, menghilangkan ansietas, Latihan nafas active cycle of
menyingkirkan pola aktivitas otot pernafasan breathing yang dilakukan penderita
yang tidak terkoordinasi, melambatkan tuberkulosis paru dapat meningkatkan
frekuensi dan mengurangi kerja bernafas sirkulasi paru serta pengembangan paru yang
(Brunner dan Suddarth, 2002). lebih optimal, Teknik pernafasan ini dapat
Otot pernafasan yang dilatih mencegah bronkospasme pada saluran
memungkinkan peningkatan volume pernafasan sehingga tetap terbuka walaupun
pernafasan sehingga meningkatkan ventilasi pada saat ekspirasi. Pada fase thoracic
paru. Ventilasi paru yang meningkat expansion exercise pengembangan paru lebih
menyebabkan volume udara yang menuju ke optimal sehingga pada saat diukur dengan
paru dan yang meninggalkan paru juga menggunakan teknik fifteen-count
mengalami peningkatan. Hasil akhir Breathlesness Score yaitu kemampuan
menunjukkan pasokan O2 dan pengeluaran menghitung angka 1-15 dalam waktu 7-8
CO2 yang semakin optimal, sehingga upaya detik lebih meningkat yang mencerminkan
fisiologis tubuh untuk meningkatkan semakin menurunnya keluhan sesak pada
pernafasan dalam memenuhi kebutuhan penderita. Setelah selesai melakukan latihan
oksigenasi dengan meningkatkan frekuensi pernafasan penderita juga menyatakan secara
menjadi berkurang. spontan dapat bernafas dengan lega.
Keluhan sesak ini terjadi sebagai
akibat kurang terpenuhinya sirkulasi paru SIMPULAN DAN SARAN
karena terhambatnya compliance dan
elastisitas paru serta terdapatnya sekret yang Simpulan
menutupi saluran pernafasan. Pemberian
latihan pernafasan active cycle of breathing Teknik pernafasan active cycle of
dapat meningkatkan sirkulasi paru pada tahap breathing mampu menurunkan respiratory
breathing control dengan mengontrol rate (RR) karena terjadi peningkatan
pernafasan seperti orang normal. Pada tahap elastisitas dan compliance paru yang pada
thoracic expansion exercise dapat akhirnya meningkatkan ventilasi paru,
mengembangkan jaringan paru dan dimana pengeluaran CO2 dan pemasukan O2
meningkatkan volume paru. Forced meningkat. Penurunan keluhan sesak
expiration technique dapat mencegah penderita tuberkulosis lebih cepat dicapai
terjadinya bronkospasme saluran pernafasan dengan latihan nafas active cycle of
dan dapat mengeluarkan sekret yang breathing. Hal ini karena terjadi pengeluaran
menutupi saluran pernafasan (Pyor and mukus dari saluran pernafasan serta
Webber, 1998). peningkatan pemasukan O2.
Pada orang sehat, mampu
menyelesaikan hitungan dengan hanya satu Saran
kali tarikan nafas saja. Namun tidak
demikian dengan penderita tuberkulosis, Hasil penelitian ini, peneliti
karena proses fibrosis dan pembentukan menyarankan agar latihan nafas active cycle
jaringan kolagen menyebabkan of breathing hendaknya dilakukan secara
pengembangan serta pengempisan paru kontinyu pada penderita tuberkulosis paru
terhambat. Penderita juga mengalami untuk mengurangi gangguan pernafasan dan
penyempitan pada saluran pernafasan akibat meningkatkan kualitas hidup.
basil tuberkulosis pada saluran pernafasan
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi
udara yang menuju paru pasokan O2 dalam KEPUSTAKAAN
tubuh berkurang. Ketika diminta untuk

24
Cara Menurunkan Keluhan Sesak Pasien Tb Paru (Tintin S)

Aida, N. 1996. Kekerapan Hiperaktivitas U. Pendit. Jakarta: EGC, hlm. 598,


Bronkus Pada Bekas TB Paru di RSUP 603-604, 671, 676.
Persahabatan Jakarta. Jakarta: Bagian Helmia dan Lulu. 2004. Buku Ajar Ilmu
Pulmonologi FKUI Jakarta, hlm. 16. Penyakit Paru. Surabaya: Graha
Alsagaff dan Mukty. 1995. Dasar-dasar Ilmu Masyarakat Ilmiah Kedokteran
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga Universitas Airlangga, hlm. 10-21.
University Press, hlm. 7,11,13-15,73- Martiana. 2007. Daftar 10 Penyakit
92. Terbanyak (September 2007),
Brunner dan Suddarth, 2002. Buku Ajar (Online), (http://www.surabaya-
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 ehealth.org., diakses tanggal 17 April
Vol.1. Alih Bahasa oleh Agung 2007, jam 09.00 WIB).
Waluyo. Jakarta: EGC, hlm. 584-589, Mulyono, D. 1997. Rehabilitasi Pada
671. Penderita Penyakit Paru Obstruktif
Cherniack, N.S. 1991. Chronic Obstructive Menahun. Cermin Dunia Kedokteran,
Pulmonary Disease 1st Edition, USA: 129, 33-37.
Saunders Company, pp. 500-534. Perry dan Potter. 2005. Fundamental
Falling, J. 1993. Principles and Practice of Keperawatan. Alih Bahasa oleh
Pulmonary Rehabilitation, Yasmin Asih. Jakarta: EGC, hlm. 791.
Philadelphia: WB Saunders, hlm. 176. Pyor and Webber. 1998. Physioterapy for
Gusti, A. 2003. Kekerapan TB Paru pada Respiratory and Cardiac Problem,
Pasangan Suami Istri Penderita TB Eidenburgh: Churcill Livingston, pp.
Paru yang Berobat di Bagian Paru 139-145.
RSU Adam Malik. Skripsi tidak Rahayu. 2007. Jatim Penyumbang TB Ke-2
dipublikasikan. Medan: Universitas di Indonesia, (Online),
Sumatra Utara, hlm. 57-68. (http://www.jatim.co.id., diakses
Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi tanggal 14 April 2007, jam 20.00
Kedokteran. Alih Bahasa oleh Brahm WIB).

25

You might also like