You are on page 1of 11

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN SCREEN TIME DENGAN STATUS GIZI

PADA SISWA-SISWA SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO


Tara Sefanya Kairupan*

*Program Pasca Sarjana Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat

ABSTRACT
Nutritional problems in the society is closely related to the behavior and lifestyle in childhood and adolescence
period. There are many factors that may influence the nutritional status including physical activity. Along with
the development of various modern devices, electronic media, as well as many motor vehicles, the society are
introduced to inactive lifestyle. This inactive lifestyle may endanger life and responsible for the development of
various health problems. One form of inactivity is the use of screen media (screen time). The purpose of this
study was to describe the associations between physical activity and screen time with nutritional status in
children and adolescents.
This was a cross-sectional study with 88 samples taken from Eben Haezar Christian Junior High School 2
Manado. The nutritional data were collected by anthropometric measurement and categorized based on body
mass index (BMI) z-score, while physical activity and screen time data using recall questionnaire and interview.
Statistical analysis was performed using Spearman Rank correlation method.
This research found that 22.7% had excess nutritional status and 14.8% had obesity. The average metabolic
value of physical activity was 347.11 MET-hour/week. There were 26,1% who did not meet physical activity
recommendation by WHO and 93.2% did not meet AAP screen time daily recommendation. Spearman Rank
analyses showed a significant correlation which was very strong between physical activity and nutritional status
(p=0.000; r=-0.705), also between nutritional status and the time spent in low intensity activities (p=0.000;
r=0.609), moderate activities (p=0.000; r=-0.471) and vigorous activities (p=0.000; r=-0.445). There was also
a significant correlation between the achievement level of WHO physical activity recommendation with
nutritional status (p=0.000; r=-0.390). There was no significant correlation found between screen time or the
achievement level of AAP daily screen time recommendation with nutritional status.
The total MET-hour/week of physical activity was related to nutritional status. Time used to perform light
intensity activities was directly correlated to the nutritional status, while the time spent in doing moderate and
vigorous activity were inversely correlated with nutritional status. No relationship found between screen time
and nutritional status. Based on this results, children and adolescents are suggested to increase their activity
level according to the WHO recommendation.

Keywords: Physical Activity, Screen Time, Nutritional Status, Children, High School, Health Policy.

ABSTRAK
Masalah gizi yang berkembang di masyarakat sangat erat hubungannya dengan perilaku dan gaya hidup pada
masa kanak-kanak dan remaja. Salah satu faktor perilaku yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain
adalah faktor aktivitas fisik. Seiring dengan berkembangnya berbagai sarana modern, media elektronik, serta
kendaraan bermotor, masyarakat semakin semakin diperkenalkan pada pola hidup tidak aktif. Perilaku inaktif
dapat membahayakan kesehatan dan bertanggung jawab terhadap berkembangnya berbagai masalah kesehatan
termasuk obesitas. Salah satu bentuk perilaku inaktif adalah penggunaan screen media (screen time). Penelitian
ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara aktivitas fisik dan screen time dengan status gizi pada anak
dan remaja.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang terhadap 88 sampel dari SMP Kristen Eben Haezar 2
Manado. Data status gizi didapatkan melalui pengukuran antropometri dan dibagi berdasarkan z-skor indeks
massa tubuh, sedangkan aktivitas fisik dan screen time diukur melalui wawancara menggunakan kuesioner.
Analisis statistik dilakukan menggunakan uji korelasi rank Spearman.
Dari hasil penelitian ditemukan 22,7% responden memiliki status gizi lebih dan 14,8% obesitas. Rata-rata
responden memiliki nilai metabolik 347,11 MET-jam/minggu. Terdapat 26,1% responden yang tidak memenuhi
rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO. Screen time melebihi rekomendasi AAP ditemukan pada 93,2%
responden. Hasil uji rank Spearman, ditemukan korelasi yang signifikan antara total MET-jam/minggu aktivitas
fisik dengan status gizi (p=0,000; r=0,705), serta antara status gizi dengan waktu yang digunakan untuk
melakukan aktivitas ringan (p=0,000; r=0,609), aktivitas sedang (p=0,000; r=-0,471), dan berat (p=0,000; r=-
0,445) dengan status gizi. Terdapat juga korelasi yang signifikan antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas
fisik dengan status gizi (p=0,000; r=-0,390). Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara screen time dan
tingkat capaian screen time menurut AAP dengan status gizi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat MET-jam/minggu aktivitas fisik berhubungan dengan status
gizi. Waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas ringan berbanding lurus dengan status gizi,
sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas sedang dan berat berbanding terbalik

45
dengan status gizi. Tidak terdapat hubungannya antara screen time dengan status gizi. Berdasarkan hasil
penelitian ini, anak-anak dan remaja disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik intensitas sedang dan berat
sesuai rekomendasi WHO.

Kata kunci: Aktivitas Fisik, Screen Time, Status Gizi, Anak, Sekolah Menengah, Kebijakan Kesehatan.

46
PENDAHULUAN dari keluarga dengan tingkat ekonomi
Masalah gizi saat ini telah menjadi perhatian menengah ke atas, sehingga paparan teknologi
global. Sebagian besar negara-negara maju dan media informasi seperti televisi, komputer,
berkembangmengalami peningkatan masalah permainan video, dan berbagai media lain
gizi lebih dan obesitas(Khan, 2006; WHO, diperkirakan cukup tinggi.
2008). Masalah gizi yang berkembang di
masyarakat sangat erat hubungannya dengan METODE
perilaku dan gaya hidup pada masa kanak- Penelitian ini merupakan penelitian
kanak dan remaja (Dietz & Gortmaker, 2001; analitikobservasional dengan rancangan
Sabin & Shield, 2008). Sekitar 80% obesitas potong lintang.
pada masa kanak-kanak dan remajaakan terus Lokasi penelitian yang dipilih yaituSMP
berkembang menjadi obesitas pada saat Kristen Eben Haezar 2 Manado yang berlokasi
dewasa dan semakin sulit untuk diubah di Jl. 14 Februari Teling Atas
(Schwarz, 2012). Manado.Penelitian inidilaksanakan selama 2
Salah satu faktor perilaku yang dapat bulan, mulai daribulan Februari 2012 sampai
mempengaruhi status gizi antara dengan bulanApril 2012.
lainialahfaktor aktivitas fisik (Schutz & Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
Maffeis, 2002; Dwyer et al, 2008).Seiring siswa SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado.
dengan berkembangnya berbagai sarana Jumlah siswa SMP Kristen Eben Haezar 2
modern, media elektronik, dan kendaraan Manado ialah sebanyak 404 siswa.
bermotor,masyarakat semakin semakin Berdasarkan , jumlah minimum sampel untuk
diperkenalkan pada pola hidup tidak aktif. Di diteliti ialah sebanyak 88 siswa. Untuk
Amerika Serikat, sekitar 23,1% remaja mempertahankan respons rate, maka jumlah
cenderung inaktif atau tidak pernah melakukan sampel minimal di atas ditambah 10% menjadi
rekomendasi WHO untuk melakukan aktivitas 88 siswa.
intensitas sedang atau berat selama 60 menit Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
setiap harinya (Eaton et al, 2009; WHO, acak sistematikdimanabanyaknya sampel dari
2010). Perilaku inaktif ini memberikan masing-masingtingkatan kelas ditentukan
dampak yang serius bagi masyarakat (WHO, secara proporsional.
2010; USHHS, 1996, 2001). Salah satu bentuk Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu :
perilaku inaktifialahpenggunaan screen media 1. Kuesioner yang memuat pertanyaan-
(screen time) seperti menonton televisi atau pertanyaan mengenai karakteristik umum,
video,bermain komputer,danbermain sosioekonomi rumah tangga,aktivitas
permainan video (Boone et al, 2007; Wong & fisik, dan screen time dari responden.
Leatherdale, 2009).Tren penggunaan media- 2. Timbangan badan injakdigital merek
media tersebut saat ini telah menyebabkan SECA dengan ketelitian 0,1 kg.
anak-anak dan remaja menjadi semakin lama 3. Mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm.
semakin tidak aktif (Council of Sport Medicine 4. Alat tulis menulis, komputer, mesin
and Fitness and Council on School Health, pencetak, dan mesin fotokopi.
2006).
Di Sulawesi Utara secara khusus, studi-studi
yang mempelajari tentang hubungan antara
aktivitas fisik dan screen timedengan status
gizi masih kurang(Masoara, 2009; Tendean,
2011). Studi-studi seperti ini pada dasarnya
sangat penting sebagai landasan perencanaan
promosi kesehatan terutama dalam rangka
pengendalian masalah gizi. Pengendalian
masalah gizi perlu dilakukan sejak dini dalam
hal ini pada masa anak-anak atau
remaja.Lokasi SMP Kristen Eben Haezar 2
Manadodipilih karena dapat mewakili
kelompok umur yang menjadi target penelitian
yaitu anak-anak dan remaja. Sebagai sekolah
swasta, siswa-siswanya sebagian besar berasal

47
HASIL
Distribusi responden berdasarkan status gizidapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Distribusi Responden BerdasarkanKategori Status Gizi (IMT/U)


Laki-laki Perempuan Total
Status Gizi (IMT/u)
N % n % N %Total
Normal (-2SD s/d 1SD) 27 58,7 28 66,7 55 62,5
Gemuk (>1SD s/d 2SD) 7 15,2 13 30,9 20 22,7
Obesitas (>2SD) 12 26,1 1 2,4 13 14,8
Total 46 100 42 100 88 100
Aktivitas fisik berdasarkan total MET-jam/minggu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Statistik Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai MET-jam/minggu


Komponen Nilai MET-jam/minggu
Nilai rata-rata (mean) 347,11
Nilai tengah (median) 337,73
Nilai minimum 257,64
Nilai maksimum 585,15
Gambaran aktivitas fisik berdasarkan waktu yang digunakan sehari-hari untuk melakukan aktivitas
intensitas sedang dan berat dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Statistik Aktivitas Fisik Berdasarkan Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Intensitas
Sedang dan Berat
Aktivitas Sedang Aktivitas Berat
Komponen
(jam/hari) (jam/hari)
Nilai rata-rata (mean) 1 jam 59 menit 58 menit
Nilai tengah (median) 1 jam 47 menit 50 menit
Nilai minimum 34 menit 6 menit
Nilai maksimum 4 jam 53 menit 5 jam 22 menit
Distribusi responden berdasarkan tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Rekomendasi Aktivitas Fisik


Capaian Rekomendasi1,2 n %
Tidak memenuhi kedua rekomendasi 23 26,1
Memenuhi salah satu rekomendasi 34 38,6
Memenuhi seluruh rekomendasi 31 35,2
Total 88 100
1
minimal 7x/minggu melakukan ≥10 menit aktivitas sedang dengan total waktu 60 menit/hari.
2
minimal 3x/minggu melakukan ≥10 menit aktivitas berat.
Sekitar 26,1% tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik WHO sehari-harinya.
Gambaran screen time responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel5. Deskripsi StatistikScreen Time


Komponen Nilai screen time (jam/hari)
Nilai rata-rata (mean) 5 jam 19 menit
Nilai tengah (median) 5 jam 33 menit
Nilai minimum 28 menit
Nilai maksimum 10 jam 21 menit

48
Distribusi responden menurut tingkat capaian rekomendasi screen time menurut AAP dapat dilihat
pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden BerdasarkanScreen Time


Screen Time n %
Screen Time Total
0 – 2 jam sehari 6 6,8
> 2 jam sehari 82 93,2

Televisi atau Video


0 – 2 jam sehari 33 37.5
> 2 jam sehari 55 62.5

Permainan Video
0 – 2 jam sehari 79 89.8
> 2 jam sehari 9 10.2

Komputer/Laptop
0 – 2 jam sehari 32 36.4
> 2 jam sehari 56 63.6
Dari hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden (82 siswa atau 93,2%) memiliki screen time
yanglebih dari rekomendasi AAP yakni lebih dari 2 jam/hari.
Hasil uji korelasi antara total MET-jam/minggu melakukan aktivitas fisik dengan status gizi dapat
dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antaraTotal MET-jam/minggu dengan Status Gizi
Status Gizi Total MET-jam/minggu
Koefisien
1,000 -0,705**
korelasi
Status Gizi
Sig. (2-tailed) . 0,000
n 88 88
Koefisien
-0,705** 1,000
Total MET- korelasi
jam/minggu Sig. (2-tailed) 0,000 .
n 88 88
**Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
Hubunganantara komponen waktu (jam/hari) yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas
ringan, sedang, dan berat dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 8.

49
Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Intensitas
Ringan, Sedang, dan Berat dengan Status Gizi
Total Frekuensi Total Frekuensi Total Frekuensi
Status Gizi Aktivitas AktivitasSedang Aktivitas
Ringanper hari per hari Beratper hari
Koef.korelas
1,000
i
Status Gizi Sig. (2-
.
tailed)
n 88
Koef.korelas
.0,609** 1,000
Total Frekuensi i
Aktivitas Ringan Sig. (2-
0,000 .
per hari tailed)
n 88 88
Koef.korelas
-0,471** -0,790** 1,000
Total Frekuensi i
Aktivitas Sedang Sig. (2-
0,000 0,000 .
per hari tailed)
n 88 88 88
Koef.korelas
-0,445** -0,649** 0,163 1,000
Total Frekuensi i
Aktivitas Berat Sig. (2-
0,000 0,000 0,129 .
per hari tailed)
n 88 88 88 88
**Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
Berdasarkan tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO, hasil tabulasi silang antara
aktivitas fisik dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tabulasi Silang antara Tingkat Capaian Rekomendasi Aktivitas Fisik Menurut WHO dengan
Status Gizi
Status Gizi
Komponen Total
Normal Gemuk Obesitas
Tidak memenuhi rekomendasi 6 11 6 23
Memenuhi salah satu rekomendasi 24 6 4 34
Memenuhi semua rekomendasi 25 3 3 31
Total 55 20 13 88
Hubungan antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO dengan status
giziberdasarkan uji rank Spearmandapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Capaian Rekomendasi Aktivitas Fisik
Menurut WHO dengan Status Gizi
Status Gizi Aktivitas Fisik
Koefisien korelasi 1,000 -0,390**
Status Gizi Sig. (2-tailed) . 0,000
n 88 88
Capaian Koefisien korelasi -0,390** 1,000
Rekomendasi Sig. (2-tailed) 0,000 .
Aktivitas
n 88 88
Fisik
**Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).

50
Uji korelasi rank Spearman antara screen time bulan atau 3 bulan apabila hanya
dalam total jam/hari dan status gizi dapat ditanyakan dalam waktu 1 minggu (Elder
dilihat pada tabel 15.Setelah dilakukan analisis et al, 2003). Inilah dasar pada penelitian
bivariat dengan menggunakan uji korelasi rank ini dipilih untuk menilai aktivitas fisik
Spearman, maka hasilnya tidak ditemukan selama 3 bulan terakhir.
adanya korelasi yang signifikan (p=0,158) Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
antara komponen-komponen screen time, baik mengenai hubungan antara aktivitas fisik
total screen time secara umum maupun dengan status gizi, maka dalam penelitian
komponen-komponen pembentuknya ini aktivitas fisik dianalisis berdasarkan 3
(frekuensi penggunaan screen media sudut pandang yaitu 1) total MET-
tertentu)dengan status gizi. jam/minggu melakukan aktivitas fisik, 2)
Tidak ada korelasi yang signifikan pula waktu yang digunakan untuk melakukan
(p=0,567) antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas ringan, sedang dan berat per hari
screen time menurut AAP dengan status gizi. (jam/hari) serta 3) tingkat capaian
rekomendasi aktivitas fisik menurut
PEMBAHASAN WHO; yang kemudian dihubungkan
1. Hubungan antara aktivitas fisik dengan dengan status gizi responden.
status gizi Berdasarkan hasil analisis dengan uji
Pengukuran aktivitas fisikpada siswa- korelasi antara total MET-jam/minggu
siswa SMP Eben Haezar 2 dilakukan dengan status gizi, ditemukan adanya
dengan menggunakan teknik wawancara korelasi yang signifikan dengan keeratan
untuk mendapatkan data aktivitas fisik 3 sangat kuat yang saling berbanding
bulan terakhir. Hasil wawancara terbalik (r=-0,705) antara kedua variabel
kemudian diisi dalam formulir yang tersebut, dengan kata lain semakin tinggi
sebelumnya telah disusun berdasarkan variabel aktivitas fisik maka variabel
teori yang ada dan hasil survei awal pada status gizi cenderung semakin rendah
beberapa siswa untuk menentukan jenis ataupun sebaliknya semakin rendah
kegiatan yang sering dilakukan. Hasil variabel aktivitas fisik rendah maka
diskusi meliputi berbagai kegiatan sekolah variabel status gizi cenderung semakin
dan kegiatan di luar sekolah. Kegiatan tinggi. Perlu diingat bahwa hasil ini tidak
sekolah termasuk kegiatan belajar di menunjukkan hubungan kausalitas, karena
kelas, kegiatan olahraga, kegiatan waktu dapat terjadi hubungan dua arah.
istirahat, akomodasi pergi dan pulang Berdasarkan waktu yang digunakan untuk
sekolah, kegiatan ekstrakurikuler melakukan aktivitas fisik, dari penelitian
(termasuk study club, studi klinik, sanggar ini juga ditemukan korelasi yang
seni, sanggar bahasa, basket, futsal, signifikan dengan tingkat keeratan cukup
bulutangkis, marching band, dan catur), yang berbanding lurus (r=0,609) antara
serta kegiatan kompetisi sekolah. waktu yang digunakan untuk melakukan
Kegiatan di luar sekolah termasuk les, aktivitas intensitas ringan (<3 MET)
olahraga, pekerjaan rumah, rekreasi, dengan status gizi, artinya semakin lama
akomodasi kegiatan di luar sekolah, waktu yang digunakan untuk melakukan
aktivitas agama, aktivitas bermain dan aktivitas intensitas ringan, status gizi
menonton, serta waktu tidur. seseorang cenderung semakin tinggi
Status gizi merupakan efek jangka (gemuk dan obesitas) ataupun sebaliknya
panjang dari aktivitas fisik. Dalam dan berlaku dua arah. Ditemukan juga
mencari pola aktivitas fisik anak perlu korelasi yang signifikan dengan tingkat
untuk mempertimbangkan jangka waktu keeratan cukup yang berbanding terbalik
ini. Berdasarkan penelitian dari Nemet et (r=-0,471) antara waktu yang digunakan
al (2005), perbedaan berat badan yang untuk melakukan aktivitas intensitas
bermakna sebagai efek dari aktivitas fisik sedang (3-6 MET) dengan status gizi,
sudah dapat dilihat dalam jangka waktu 3 serta ada korelasi yang signifikan dengan
bulan. Selain itu, terdapat kemungkinan tingkat keeratan cukup yang berbanding
pelaporan yang berlebihan dari aktivitas- terbalik (r=-0,445) antara waktu yang
aktivitas fisik tertentu yang hanya digunakan untuk melakukan aktivitas
dilakukan beberapa kali dalam waktu 1 intensitas berat (>6 MET) dengan status

51
gizi. Dengan kata lain semakin lama juga mendukung penggunaan media
waktu yang digunakan untuk melakukan elektronik terutama komputer atau laptop
aktivitas intensitas sedang dan berat, maka melalui kebijakan sekolah untuk
status gizi cenderung semakin rendah menyediakan sarana konektivitas internet
(normal) ataupun sebaliknya dan berlaku nirkabel untuk siswa. Tampak bahwa
dua arah. kemudahan untuk menggunakan media
Berdasarkan hasil uji korelasi antara elektronik telah tersedia dimana-mana
tingkat capaian rekomendasi aktivitas baik dalam rumah tangga hingga sekolah.
fisik menurut WHO dengan status gizi, Kedua tempat ini merupakan tempat
ditemukan korelasi yang signifikan antara utama anak menghabiskan sebagian besar
tingkat capaian rekomendasi aktivitas waktunya. Sirard et al (2010) meneliti
fisik menurut WHO dengan status gizi mengenai hubungan antara media
dengan tingkat keeratan kurang dan elektronik yang tersedia di dalam rumah
berbanding terbalik (r=-0,390). Dengan dengan screen time dan menemukan
kata lain, semakin memenuhi bahwa kepemilikan media elektronik
rekomendasi aktivitas fisik maka status berkorelasi dengan screen time media
gizi cenderung semakin rendah (normal) elektronik yang dimiliki tersebut.
ataupun sebaliknya dan berlaku dua arah. Kemudahan untuk menggunakan media
Hasil-hasil di atas konsisten dengan elektronik ini dapat memberikan dampak
berbagai studi deskriptif, intervensi, yang positif maupun negatif. Media
maupun penelitian kebijakan lainnya, baik elektronik penting dalam proses
yang dilakukan pada remaja maupun pada pendidikan dan perkembangan anak,
dewasa. Mushtaq et al (2011) menemukan namun dapat merugikan apabila
adanya hubungan antara aktivitas fisik digunakan melebihi batas. Dalam
dengan indeks massa tubuh. penelitian yang dilakukan terhadap anak
2. Hubungan antara screen time dengan dan remaja Amerika Serikat diketahui
status gizi bahwa 7 dari 10 anak memiliki televisi
Selain aktivitas fisik, penelitian ini juga dalam kamar dan 50% memiliki juga alat
mencari hubungan antara screen time dan permainan video dalam kamar. Sekitar
status gizi. Dari keseluruhan data yang dua per tiga anak-anak usia 8-18 tahun
terkumpul didapatkan nilai rata-rata mengaku menonton televisi selama makan
screen time siswa mencapai 5 jam 19 dan sebagian menyalakan televisinya
menit/hari. Durasi screen time terpanjang hampir seharian penuh. Rata-rata, anak
didapatkan 10jam 23 menit/hari. The dan remaja usia 8-18 tahun menghabiskan
American Academy of Pediatrics (AAP) lebih dari 7 jam per hari menggunakan
merekomendasikan waktu screen time media hiburan (televisi, permainan video,
anak yakni maksimum 2 jam/hari. Dalam dan komputer) yakni mencapai 53 jam per
penelitian ini, hanya 6,8% responden yang minggu (USHHS, 2010). Perilaku screen
memenuhi rekomendasi tersebut, based activity yang berlebihan ini dapat
sedangkan 93,2% sisanya tidak. membahayakan kesehatan dan
Temuan screen time yang tinggi pada bertanggung jawab terhadap
populasi ini kemungkinan didukung oleh berkembangnya masalah obesitas,
status kepemilikan media elektronik penyakit, hingga kematian(USHHS, 1996;
dalam keluarga. Dari total 88 responden, WHO, 2008).
mayoritas responden (73,9%) memiliki Hingga saat ini, penelitian-penelitian
seluruh media elektronik ditanyakan terkait perilaku inaktif dan screen time
dalam wawancara (televisi, alat pemutar terhadap status gizipada anak dan remaja
VCD/DVD, permainan video, maupun telah banyak dilakukan dan sebagian
komputer dan/atau laptop); 12,1% besar menemukan hubungan antara
sisanyamemiliki satu atau beberapa dari keduanya. Boone et al (2007) menemukan
keempat media elektronik tersebut. bahwa screen time yang rendah
Persentase kepemilikan televisi mencapai berkorelasi dengan prevalensi obesitas
97,7%, alat pemutar VCD/DVD mencapai yang rendah.
92%, alat permainan video 79,5%, serta Kurangnya korelasi antara screentime dan
komputer dan/atau laptop 94,3%. Sekolah status gizi dalam penelitian ini dapat

52
disebabkan oleh berbagai penyebab. SIMPULAN
Pertama, walaupun beberapa faktor telah Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000)
terkontrol secara tidak langsung (misalnya antara aktivitas fisik dan status gizi dengan
umur dan jenis kelamin (terkontrol keeratan relatif yang sangat kuat (r=-0,705).
melalui kategori IMT/U), status Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000)
sosioekonomi (terkontrol melalui antarawaktu yang digunakan untuk melakukan
homogenitas status sosioekonomi kegiatan-kegiatanintensitas ringan (r=0,609),
populasi dari sekolah swasta), penyakit kegiatan-kegiatan intensitas sedang (r=-0,471)
dan program penurunan berat badan dan kegiatan-kegiatan intensitas berat (r=-
melalui penentuan sampel), namun selain 0,445) dengan status gizi. Terdapat hubungan
itu masih terdapat berbagai faktor-faktor yang bermakna (p=0,000) antara tingkat
lainnya yang tidak dikontrol dan dapat capaian rekomendasi aktivitas fisik dengan
mempengaruhi status gizi termasuk faktor status gizi (r=-0,390).
genetik, asupan energi, dan faktor-faktor Tidak terdapat hubungan yang bermakna
lain yang telah dibahas sebelumnya. antara screen time(p=0,158) maupun capaian
Selain itu, kekurangan dari desain rekomendasi AAP (p=0,567) dengan status
penelitian secara potong lintang yang gizi.
terbatas dalam melihat perubahan status
gizi dari responden akibat perilaku screen SARAN
time-nya sehingga kemungkinan akibat 1. Bagi sekolah
kronik dari screen time yangbaru akan a. Memantau status gizi siswa-siswa
terlihat ketika bertambah dewasa tidak secara berkala.
dapat diamati. Selain itu seseorang bisa b. Meningkatkan kegiatan-kegiatan
saja memiliki screen time yang tinggi olahraga maupun permainan-
namun tetap melakukan aktivitas fisik permainan yang memberikan peluang
yang sedang dan berat sesuai rekomendasi bagi siswa-siswa untuk bergerak
pada hari yang sama (Boone, 2007). aktif.
Selain berkontribusi terhadap gizi lebih c. Memberikan penyuluhan kepada para
dan obesitas, screen time dapat pula siswa dan orangtua tentang manfaat
menyebabkan akibat yang berlawanan aktivitas fisik intensitas sedang
dengan membuat frekuensi dan porsi hingga berat, manfaat gaya hidup
makan anak menjadi berkurang, namun aktif secara fisik di sekolah dan di
belum ada penelitian yang mendukung hal rumah sesuai dengan rekomendasi
ini. Faktor ini dibuktikan dalam analisis WHO, serta mengurangiscreen time
tambahan antara waktu aktivitas fisik agar sekurang-kurangnya tidak
intensitas sedang dan berat dengan screen mengganggu waktu mereka untuk
time (lampiran 6). Hasilnya tidak melakukan aktivitas intensitas sedang
ditemukan adanya korelasi yang dan berat sehari-harinya.
signifikan antara waktu aktivitas fisik 2. Bagi masyarakat
sedang maupun berat dengan screen time. a. Membiasakan pola hidup aktif secara
Ini menunjukkan bahwa seorang anak fisik serta mengurangi screen time.
dapat saja memiliki screen time yang b. Orang tua memberikan teladan pola
tinggi dan secara bersamaan juga hidup aktif secara fisik pada anak,
memiliki waktu aktivitas fisik sedang dan menyediakan sarana dan prasarana
berat yang tinggi dan sebaliknya. Faktor olahraga serta waktu khusus yang
bias juga dapat berpengaruh, dimana memberikan kesempatan anak-anak
responden gagal dalam mengingat atau untuk lebih banyak melakukan
menyampaikan waktu screen time-nya aktivitas intensitas sedang dan berat.
dengan benar sehingga mempengaruhi 3. Bagi pembuat kebijakan
hasil analisis. Berbagai faktor ini dapat a. Pemerintah pusat maupundaerah
menjadi alasan tidak ditemukannya khususnyakota Manado diharapkan
korelasi antara screen time dan status gizi menyediakan sarana dan prasarana
pada penelitian ini. umum yang kondusif untuk
mengembangkan pola hidup aktif
secara fisik, serta

53
mempertimbangkan pengembangan qualitative study. International
kebijakan yang berkaitan dengan Journal of Behavioral Nutrition and
aktivitas fisik dan screen time pada Physical Activity 5:66.
anak dan remaja. DOI:10.1186/1479-5868-5-66.
b. Dinas kesehatan dan pendidikan Eaton, D.K., Kann, L., Kinchen, S., Shanklin,
daerah diharapkan dapat bekerjasama S., Ross, J., Hawkins, J., Harris, W.A.,
dengan sekolah-sekolahuntuk Lowry, R., McManus, T., Chyen, D.,
mengadakan pemeriksaan status gizi Lim, C., Whittle, L., Brenner, N.D.,
secara berkala, memberikan and Wechsler, H. 2010. Youth risk
penyuluhan dan pendidikan behavior surveillance – United States,
kesehatan, serta mengembangkan 2009. Morbidity and Mortalilty Weekly
program-program yang menunjang. Report – Surveillance Summaries
4. Bagi penelitian di masa depan 59:SS-5. Diakses dari:
a. Dapat dilakukan penelitian kasus- http://www.cdc.gov/mmwr/pdf/ss/ss59
kontrol, longitudinal maupun 05.pdf, pada tanggal 16 April 2012.
intervensi mengenai aktivitas fisik, Elder, J.P., Baquero, B., Arrendondo, E., and
screen time, dan status gizi untuk McKenzie, T. 2003. Self-reported
dapat memperoleh hubungan yang physical activity recall, pedometer
lebih jelas dan akurat. counts, and EMA with Mexican-
b. Dapat dilakukan penelitian lanjut American Women. San Diego
untuk merancang suatu rekomendasi University. Diakses dari:
baru tentang aktivitas fisik dan http://dccps.cancer.gov/hprb/realtime/ppt_
screen time yang sesuai untuk presentations_09-
penduduk Sulawesi Utara khususnya 2003/pdfs/elder_presentation.pdf, pada
kota Manado. tanggal 28 April 2012.
c. Dapat dilakukan penelitian mengenai Masoara, K. 2009. Screen Time Rate Siswa
faktor-faktor yang mempengaruhi Gizi Lebih dan Gizi Normal di SD
aktivitas fisik ataupun screen time Negeri 11 Kota Manado. Karya Tulis
sebagai dasar kebijakan dan program Ilmiah Sarjana (tidak dipublikasi).
intervensi dan di masa mendatang. Manado: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam
DAFTAR PUSTAKA Ratulangi.
Boone, J.E., Gordon-Larsen, P., Adair, L.S., Mushtaq, M.U., Gull, S., Mushtaq, K., Shahid,
and Popkin, B.M. 2007. Screen time U., Shad, M.A., and Akram, J. 2011.
and physical activity during Dietary behaviors, physical activity,
adolescence: longitudinal effects on and sedentary lifestyle associated with
obesity in young adulthood. overweight and obesity, and their
International Journal of Behavioral socio-demographic correlates, among
Nutrition and Physical Activity 4:26(1- Pakistani primary school
8). DOI:10.1186/1479-5868-4-26. children.International Journal of
Council on Sports Medicine and Fitness and Behavioral Nutrition and Physical
Council on School Health. 2006. Activity 8:130(1-13).
Active living: prevention of childhood DOI:10.1186/1479-5868-8-130.
obesity through increased physical Nemet, D., Barkan, S., Epstein, Y., Friedland,
activity. Pediatrics 117:1834-42. DOI: O., Kowen, G., and Eliakim, A. 2005.
10.1542/peds.2006-0472. Short- and long-term beneficial effects
Dietz, W.H.and Gortmaker, S.L. 2001. of a combined
Preventing obesity in children and dietary−behavioral−physical activity
adolescent. Annual Review of Public intervention for the treatment of
Health 22:337-53.DOI: childhood obesity.Pediatrics 115:e443.
10.1146/annurev.publhealth.22.1.337. DOI: 10.1542/peds.2004-2172.
Dwyer, G.M., Higgs, J., Hardy, L.L., and Baur, Sabin, M.A.and Shield, J.P.H. 2008.
L.A. 2008. What do parents and Childhood obesity. In Karbonits, M.
preschool staff tell us about young (Ed.), Obesity and Metabolism.
children's physical activity: a London: Karger.

54
Schutz, Y.and Maffeis, C. 2002. Physical Masyarakat Universitas Sam
activity.In Burniat, W., Cole T., Ratulangi.
Lissau, I. Poskitt, E. (Eds.), Child and Wong, S.L.and Leatherdale, S.T. 2009.
Adolescent Obesity: Causes and Association between sedentary
Consequences, Prevention, and behavior, physical activity, and
Management. New York: Cambridge obesity: inactivity among active
University Press. kids.Prevention of Chronic Disease
Schwarz, S.M. 2012. Obesity in Children. 6(1):A26. Diakses
Medscape reference. Diakses dari: dari:http://www.cdc.gov/pcd/issues/20
http://emedicine.medscape.com/article/ 09/jan/07_0242.htm,pada tanggal 11
985333, pada tanggal 9 April 2012. April 2012.
Sirard, J.R., Laska, M.N., Patnode, C.D., World Health Organization (WHO). 2008.
Farbakhsh, K., and Lytle, L.A. 2010. Facts Sheet No. 311: Obesity and
Adolescent physical activity and Overweight. Geneva. Diakses
screen time: associations with the dari:http://www.who.int/mediacentre/f
physical home environment. actsheets/fs311/en/index.html,pada
International Journal of Behavioral tanggal 6 November 2011.
Nutrition and Physical Activity7:82(1- World Health Organization (WHO). 2010.
9). DOI: 10.1186/1479-5868-7-82. Global Recommendations on Physical
Tendean, A.L. 2011. Skripsi: Hubungan Activity for Health. Geneva: WHO
Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Press. Diakses dari:
pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan http://whqlibdoc.who.int/publications/
Masyarakat Semester 1 Universitas 2010/9789241599979_eng.pdf, pada
Sam Ratulangi (tidak dipublikasikan). tanggal 6 November 2011.
Manado: Fakultas Kesehatan

55

You might also like