You are on page 1of 7

Mutiara Medika

Vol. 10 No. 1:55-61, Januari 2010

Gambaran Strategi Koping Keluarga dalam Merawat Pasien Skizofrenia


di Wilayah Kecamatan Kasihan Bantul

Description Family Coping Strategy in Treating Schizofrenia Patient


in Sub-District of Kasihan, Bantul
Shanti Wardaningsih1, Elya Rochmawati2, Puji Sutarjo3
1
Departemen Jiwa dan Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, 2Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, 3Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta
Email: Shantiwardaningsih@gmail.com

Abstract

Family Coping Strategy remains important method that implemented by member of


family, even treating the mentality disorder patient among family members becomes necessity
because of the increasing number of mentality disorder relapse, which predicted to get setback
into the patient, as much as 95% of patients become chronic along their lives. This research
attempts at investigating and identifying general description of family coping strategy in treating
psychological disorder patient in Puskesmas, Kasihan Bantul Yogyakarta. It is qualitative
research using in-depth interview. Determining of participant by using purposive sampling.
Number of participants is five person particularly members whose closed relationship, staying
at the same place and interacting with patient for at least years. With range of age is 17-65 years
old. The result of this research is referred to previous researches which seeking for determinant
faktors for instances, internal family coping strategy and external family coping strategy. This
research concludes that description of family coping strategy in treating patient with mentality
disorder can be seen through several factors for instance factor of faith, financial, knowledge,
type of communication, and social support.

Key words: family coping strategy, Schizofrenia, Primary Health Care

Abstrak

Strategi koping keluarga merupakan upaya penting yang harus dilakukan oleh anggota
keluarga, bahkan dalam merawat penderita gangguan jiwa dikalangan keluarga menjadi hal
paling pokok. Angka kekambuhan gangguan jiwa semakin meningkat, diperkirakan sebesar
95% pasien menjadi kronik dengan gejala-gejala sepanjang hidupnya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran strategi koping keluarga dalam merawat penderita gangguan
jiwa di wilayah Kecamatan Kasihan Bantul. Penelitian ini menggunakan rancangan fenomologi
dengan metode wawancara mendalam (indeepth interview) merupakan penelitian kualitatif.
Pengambilan partisipan menggunakan purposive sampling. Jumlah partisipan 5 orang yaitu
keluarga yang masih ada hubungan darah dengan penderita gangguan jiwa yang mengalami
gangguan jiwa minimal 5 tahun dan tinggal satu rumah serta berinteraksi langsung dengan
penderita, umur 17-65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan gambaran strategi koping keluarga
dalam merawat pasien skizofrenia dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dan
tipe-tipe strategi koping yang sering digunakan oleh keluarga yaitu strategi koping keluarga

55
Shanti Wardaningsih, Elya Rochmawati, Puji Sutarjo, Gambaran Strategi Koping ...

internal dan strategi koping keluarga eksternal. Disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi strategi koping adalah yaitu faktor keyakinan, keuangan, pengetahuan, pola-
pola komunikasi, dukungan sosial. Strategi koping yang sering digunakan dapat dilihat dari
tipe-tipe strategi koping keluarga yaitu strategi koping keluarga internal berupa mengandalkan
kelompok keluarga, pengontrolan makna dari masalah, pemecahan masalah bersama-sama dan
pengungkapan bersama.

Kata kunci: strategi koping keluarga, skizofrenia, Puskesmas

Pendahuluan gangguan jiwa. Data yang diperoleh


dari hasil studi pendahuluan pada bulan
Keluarga secara konstan akan terus Oktober-November 2009 menunjukkan
mengalami perubahan demi perubahan bahwa angka gangguan jiwa terutama
sesuai dengan persepsi dan hidup keluarga. pasien skizofrenia di Wilayah Puskesmas
Perubahan ini dipengaruhi oleh stimulus Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
dari internal keluarga maupun dari eksternal masih sangat tinggi yaitu (143 pasien).
keluarga.1 Dalam teori stress keluarga Peningkatan angka gangguan jiwa di
dijelaskan mengenai sebuah krisis timbul wilayah Puskesmas Kecamatan Kasihan
karena sumber-sumber dan strategi adaptif dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
tidak secara efektif mengatasi ancaman- satunya adalah kurangnya pengetahuan
ancaman stressor, sehingga keluarga tidak cara merawat penderita gangguan jiwa
dapat terampil dalam memecahkan masalah di lingkungan keluarga nya dan usaha-
dan keluarga menjadi kurang bermanfaat.2 usaha yang dilakukan oleh keluarga berupa
Krisis atau stress keluarga dicirikan oleh koping positif untuk membantu proses
ketidakstabilan dan kesemerawutan penyembuhan. Strategi koping keluarga
keluarga, pada saat stress muncul biasanya merupakan upaya penting yang harus
keluarga merasa tidak nyaman dan biasanya dilakukan oleh anggota keluarga. Bahkan
bersifat reseptif terhadap nasehat-nasehat dalam merawat penderita gangguan jiwa
dan informasi.3 pada anggota keluarga menjadi hal yang
Strategi koping keluarga merupakan paling pokok, karena angka kekambuhan
strategi positif dari adaptasi keluarga secara gangguan jiwa semakin meningkat.
keseluruhan dengan melakukan upaya- Diperkirakan sepenuhnya akan mengalami
upaya pemecahan masalah atau mengurangi serangan ulang, yaitu 95% pasien menjadi
stress yang diakibatkan oleh masalah atau kronik dengan gejala-gejala sepanjang
peristiwa. Kasus gangguan jiwa terutama hidupnya.4
skizofrenia akan menjadi beban yang berat Strategi koping keluarga diperlukan
bagi keluarga dan akan mempengaruhi dalam merawat penderita gangguan jiwa,
anggota keluarga yang lain secara karena strategi koping merupakan upaya
keseluruhan karena karakteristik skizofrenia positif yang dilakukan oleh keluarga untuk
yang sangat kompleks. Skizofrenia ditandai mengatasi atau mencegah terjadinya
dengan penyimpangan perilaku yang kekambuhan pada penderita gangguan jiwa.
tidak wajar sehingga anggota keluarga Strategi koping keluarga dapat dilakukan
merasa malu dan menyembunyikannya, dengan menggunakan dua tipe yaitu: 1)
ditambah dengan lingkungan masyarakat pertama, tipe strategi koping keluarga
yang kurang mendukung terhadap proses internal dapat dilakukan melalui tujuh cara,
penyembuhannya sehingga muncul stigma yaitu mengandalkan kelompok keluarga,
negatif terhadap penderita gangguan jiwa menggunakan humor, pengungkapan
dan keluarganya. Selain itu, faktor keuangan bersama yang semakin meningkat
yang kurang memadai juga dapat menjadi (memelihara ikatan), mengontrol arti atau
faktor penghambat dalam kesembuhan makna masalah, pemecahan masalah

56
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 1:55-61, Januari 2010

bersama-sama, fleksibilitas peran dan pedoman wawancara. Wawancara direkam


normalisas; 2) tipe strategi koping eksternal, menggunakan tape recorder setelah
dilakukan dengan mencari informasi, sebelumnya memperoleh persetujuan dari
memelihara hubungan aktif dengan partisipan. Selain itu, peneliti juga membuat
komunitas, mencari dukungan sosial dan catatan-catatan lapangan untuk menjamin
mencari dukungan spiritual. keabsahan data yang diperoleh khususnya
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pada saat peneliti melakukan survei
gambaran strategi koping keluarga dalam pendahuluan.
merawat pasien skizofrenia di wilayah
Kecamatan Kasihan, Bantul. Hasil

Bahan dan Cara Hasil penelitian ini menggambarkan


tentang; Faktor-faktor yang mempengaruhi
Penelitian ini menggunakan rancangan strategi koping keluarga dalam merawat
penelitian fenomologi, menggunakan pasien skizofrenia, terdiri dari faktor
metode wawancara mendalam (indeepth keuangan (status ekonomi), faktor dukungan
interview) yang merupakan penelitian sosial, faktor keyakinan (spiritual), faktor
kualitatif.5 Penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan keluarga, faktor pola-pola
bagaimana gambaran strategi koping komunikasi keluarga.
keluarga dalam merawat pasien skizofrenia Strategi koping keluarga yang
di wilayah Kecamatan Kasihan Bantul. sering digunakan dalam merawat pasien
Pengambilan partisipan menggunakan skizofrenia, yaitu; 1) Strategi koping
purposive sampling. Partisipan penelitian keluarga internal meliputi ketergantung
ini memenuhi kriteria sebagai berikut: an pada kelompok keluarga, pemaknaan
keluarga dari pasien skizofrenia di wilayah masalah, pemecahan masalah bersama-
kerja Kecamatan Kasihan Bantul, masih sama dan pengungkapan bersama; 2)
ada hubungan darah dengan pasien yang Strategi koping keluarga eskternal meliputi
mengalami skizofrenia minimal 5 tahun mencari dukungan spiritual dan mencari
dan tinggal satu rumah serta berinteraksi dukungan sosial.
langsung dengan penderita. Partisipan
berumur 17 ≤ 65 tahun. Diskusi
Sebelum dilakukan penelitian,
diajukan permohonan izin penelitian kepada Faktor-faktor yang mempengaruhi
pihak-pihak dan instansi yang berkaitan strategi koping keluarga dalam merawat
dengan masalah yang diteliti. Untuk pasien skizofrenia adalah faktor keluarga,
mendapatkan informasi dari partisipan, faktor dukungan sosial, faktor keyakinan
peneliti menanyakan kesediaannya (spiritual), faktor pengetahuan keluarga dan
terlebih dahulu sebelum diwawancarai. faktor pola-pola komunikasi keluarga.
Sebelum wawancara dilaksanakan, Faktor keuangan (status sosial
terlebih dahulu diutarakan tujuan, jaminan ekonomi). Sebagaimana diungkapkan
kerahasiaan responden, dan hak-hak serta oleh P4 berikut ini: “Kami ini bukan orang
kewajiban partisipan. Hasil wawancara yang mampu mbak, ga punya biaya lebih
dikonfirmasikan kembali kepada partisipan makanya kami bawa ke pondok rehabilitasi,
yang bersangkutan untuk mendapatkan disana biayanya murah cuma semampu
kejelasan tentang apa yang sudah kami berapa bisa bayarnya, ya seikhlasnya
disampaikannya sebelum wawancara gitu lah mbak..”. Ungkapan partisipan di
berakhir. Dalam pelaksanaan pengambilan atas menunjukkan bahwa faktor keuangan
data menggunakan metode wawancara menjadi faktor yang berpengaruh dalam
mendalam yang telah dibuat oleh peneliti mengatasi masalah pengobatan. Terbukti
sehingga data yang didapatkan merupakan dengan pernyataan P3 yang berasal dari
data primer. Proses wawancara berlangsung kalangan keluarga tidak mampu, “Dulu
secara fleksibel, namun tetap menggunakan pernah mba diobatin ke Pakem tapi malah

57
Shanti Wardaningsih, Elya Rochmawati, Puji Sutarjo, Gambaran Strategi Koping ...

anak saya ga sembuh-sembuh, tambah bahwa ia lebih banyak dibantu oleh


biayanya juga mbak kami nggak mampu lingkungan sosial masyarakat: “ Pertama
bawa anak saya lagi ke Rumah Sakit, ya kali dulu Pak RT yang membantu mencari
sudah akhirnya kami rawat di rumah aja informasi bantuan, dibantu urus surat-surat
mbak, yang penting anak saya sudah nggak ke rumah sakit.”. Masyarakat menjadi pusat
ngamuk-ngamuk…”. Ketidakteraturan informasi yang penting terhadap cara atau
penghasilan dan pekerjaan dapat menjadi upaya yang akan dilakukan oleh keluarga,
faktor yang berpengaruh bagaimana baik keluarga inti maupun keluarga besar
keluarga dalam pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan, seperti
terutama dalam perawatan kesehatan.6 ungkapan P1 berikut ini: “..... dapat bantuan
“Bapaknya kerja buruh bangunan, kalo dari pedukuhan desa ini, sama Pak RT
pas ada kerja bangunan ya kerja, kalo pas dibantu cari Askes dan Jamkesmas untuk
nggak ada ya nganggur mba di rumah. tebus obat, dan masyarakat disini juga
Semenjak anak saya sakit ini mba saya coba sudah memaklumi keadaan ibu, sudah
bantu suami dengan jualan sayur matang paham gitulah mbak, kadang ibu sering
keliling perumahan sekitar sini. Kalo nggak diajak sama tetangga-tetangga kalau ada
kayak gitu nggak cukup mba untuk biaya acara hajatan, kumpulan arisan, acara-
pengobatan, ini aja masih kurang mba..” P5. acara besar di masyarakat.”
Ungkapan partisipan di atas, menunjukkan Faktor Keyakinan (Spiritual).
bahwa status sosial ekonomi rendah akan Ungkapan dari P4 dan P5 menunjukkan
mempengaruhi pola berfikir dalam usaha bahwa mereka lebih mengutamakan nilai
penyembuhan pasien gangguan jiwa, seperti kepasrahan diri kepada Tuhan menjadikan
mencari tahu informasi tentang penyakit, mereka lebih tenang dan optimis untuk
gejala-gejala, dan cara pengobatan yang merawat penderita gangguan jiwa. “Kami
efektif karena keluarga terfokus untuk cuma bisa berdoa mbak, pasrah saja sama
mencari penghasilan dalam memenuhi Allah, Dia yang tahu hidup kita tho mbak,
kebutuhan sehari-hari. insyaAllah jadi nilai ibadah kan mbak…”
Faktor dukungan sosial. Sesuai (P4).
dengan ungkapan dari P4 dan P5, Terbukti bahwa semua partisipan
dukungan dari keluarga yang memberikan berada pada rentang respon adaptif, yaitu
support system untuk mencari pertolongan keluarga memandang masalah yang sedang
ketika pertama kali partisipan mengetahui dihadapi pada kasus gangguan jiwa memiliki
adasalah satu anggota keluarganya makna dan nilai-nilai positif. Dengan
mengalami gangguan jiwa.“ Ada saudara demikian koping yang dilakukan oleh
adiknya suami saya yang bekerja di Rumah keluarga juga bernilai positif yaitu dengan
Sakit Jiwa, dia yang bantu mengarahkan mendukung dan terus melakukan upaya
kami harus kemana-mana dan alhamdulillah penyembuhan pada anggota keluarganya,
keluarga besar juga mendukung, kami selalu seperti ungkapan P5 berikut ini: “..... apa
diskusi bareng keluarga yang lain.”(P5). sih mbak yang bisa kami lakukan kecuali
Keluarga besar (extended family) berdoa, pasrah sama Gusti Allah, semoga
dapat menjadi faktor pendukung bagi diberi kesabaran dan kekuatan terus sama
keluarga dalam memecahkan masalah umur yang panjang untuk merawat anak
dengan mencari pengobatan dan informasi saya. Alhamdulillah nggak terasa sudah
akan memudahkan bagi keluarga merawat selama 15 tahun. Insyallah Allah
menemukan solusi yang tepat, seperti lebih tahu dari kita ya mbak, lha anak itu kan
ungkapan P4 berikut ini: “Pertama kali titipan dari Gusti Allah tho mbak, ya tinggal
diberitahu sama keponakan saya mbak, dijalani ajalah…insyaAllah jadi tambah nilai
terus diarahkan kemana-mana, dia juga ibadah.”
yang menemani kami mencari bantuan ke Faktor pengetahuan keluarga.
kecamatan mengurus Jamkesmas dan Ungkapan dari P3 ketika diwawancarai
Askes, sampai ke tempat pondok rehabilitasi mengenai pengetahuan gangguan jiwa.
di Kulonprogo.”. Ungkapan P3 menunjukkan “.....nggak tahu mbak apa itu gangguan

58
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 1:55-61, Januari 2010

jiwa, yang saya tahu ya sakit pikirannya tidak harmonis. Hal ini menunjukkan bahwa
gitu lah mbak, orang gila ya mbak susah ada komunikasi yang disfungsional dalam
ngobatinnya. Katanya orang-orang itu keluarga. Seperti ungkapan P3 berikut ini:
karena gangguan dedemit gitu lah mbak, “ ...bingung mbak, mau ngomong sama
terus tak bawa ke pak kiayi ke orang pinter, siapa, mau minta tolong ke siapa, keluarga
katanya memang diikuti sama makhluk saya pada nggak peduli, ya pada mikir
halus. Jadi kayak gitu mbak sekarang sering sendiri-sendiri lah mbak dengan urusan
ngomong sendiri.” Keluarga memandang sendiri-sendiri.” Pola komunikasi yang
bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh disfungsional dapat menghambat keluarga
makhluk halus dan sejenisnya sehingga dalam berinteraksi satu dengan yang lain.
keluarga akan mencari pengobatan Strategi koping keluarga yang
kepada dukun atau paranormal sebagai sering digunakan dalam merawat pasien
bentuk proses penyembuhannya. Berbeda skizofrenia dapat digolongkan menjadi dua
dengan partisipan lainnya mengatakan yaitu strategi koping keluarga internal dan
bahwa gangguan jiwa yang diderita karena strategi koping keluarga eksternal.
faktor lingkungan, sehingga tindakan Strategi koping keluarga internal
yang dilakukan juga akan mempengaruhi meliputi beberapa hal yaitu: 1) Bergantung
keluarga. Ungkapan P4 menunjukkan pada kelompok keluarga. Seperti ungkapan
bahwa partisipan sudah mengetahui tentang P4, keluarga besar ikut serta dalam
gangguan jiwa: “....kalau gangguan jiwa itu mencari informasi bantuan untuk setiap
setahu saya ya ada yang tidak beres dengan masalah yang dihadapi keluarga. “....ada
pikirannya, terganggu jiwanya gitulah mbak. saudara adiknya suami saya, kebetulan
Penyebabnya macam-macam. Kalau anak kerja diPakem bantu urusan kami, ngasih
saya ini karena lingkungan kerjanya, baru arahan-arahan sama kami jadi kami nggak
pulang dari kerja itu anak saya jadi diam bingung-bingung lagi.” Melalui kekuatan
terus, kalau diajak ngomong jawabnya itu- internal keluarga besar pula keluarga
itu aja, saya tanya tentang pekerjaannya, tidak merasa khawatir terhadap masalah
malah ngamuk-ngamuk. Terus sama yang dihadapinya. Seperti ungkapan P5
bapaknya coba menanyakan ke tempat berikut ini: “Alhamdulillah mbak, keluarga
kerjanya ada masalah apa disana, sudah besar sangat membantu kami. Mencarikan
ketemu masalahnya langsung kami bawa bantuan pengobatan, jadi kami nggak
ke Pakem mbak..”. bingung-bingung lagi. Sekarang anak
Faktor pola-pola komunikasi saya sudah di pondok diobatin disana.”
keluarga. Sebuah keluarga yang fungsional 2) Pemaknaan masalah. Dalam rentang
menggunakan pola-pola komunikasi dengan respon kecemasan, keluarga cenderung
karakteristik pola-pola interaksi sirkular dari berada pada rentang respon adaptif, yaitu
keluarga, sehingga akan ada umpan balik menerima keadaan salah satu anggota
dengan komunikasi yang terbuka antara keluarga yang mengalami gangguan
satu dengan yang lain. Pola komunikasi jiwa. Salah satu ungkapan P4 berikut ini
yang dibentuk oleh keluarga dapat mendukung hal tersebut: “....kami yakin kok
memudahkan keluarga untuk mengambil mbak, meskipun 20 tahun kami merawatnya
keputusan dalam proses penyembuhan, dan belum sembuh sampai sekarang,
seperti ungkapan P4 berikut ini: “ ...kami semoga dengan jalan ini menjadikan kami
selalu diskusi terus, cari solusi terus lebih dekat sama Allah”. 3) Pemecahan
bagaimana baiknya, Alhamdulillah sekarang masalah secara bersama-sama. Semua
sudah 2 tahun nggak pernah kumat lagi.” partisipan menggunakan strategi koping
Dalam pengkajian masalah perawatan ini sebagai salah satu strategi yang sering
dalam family health care disebutkan bahwa dilakukan oleh keluarga. Ungkapan dari
salah satu faktor masalah dalam keluarga “...kami diskusi terus sama keluarga besar
adalah hubungan suami istri yang tegang, kalau anak saya ini kambuh lagi, cari
hubungan orang tua dan anak yang tegang, solusi bagaimana baiknya. Kadang mereka
serta hubungan antar anggota keluarga membantu masalah biaya pengobatan

59
Shanti Wardaningsih, Elya Rochmawati, Puji Sutarjo, Gambaran Strategi Koping ...

kalau pas kami nggak punya biaya.” yakin Allah itu akan nolong orang-orang
Ungkapan menunjukkan bahwa diskusi yang susah”. Zikir dan bacaan dalam
bersama keluarga menjadi strategi yang sholat membuat hati seseorang menjadi
sering dilakukannya, sebagai berikut: tenang, sesuai dengan riset Hawari yang
“ .....pada awal mbak saya ini sakit, semua menyimpulkan bahwa keadaan psikologis
keluarga ngumpul disini, kebetulan mbak yang tenang serta motivasi hidup yang
saya ini paling tua jadi kami adik-adiknya tinggi memiliki kontribusi sampai 50%
diskusi bersama mencari pengobatan untuk mendukung kesembuhan pasien
untuk menyembuhkan mbak. Kebetulan yang sakit.7 Ungkapan P1 dan P5 sebagai
di Puskesmas juga sudah ada obatnya, berikut : “Kami cuma bisa berdoa mbak
jadi kami putuskan untuk pengobatannya sama gusti Allah…pasrah dan sabar sajalah
di puskesmas aja mbak lebih dekat, jadi mbak….” Sabar dan kepasrahan diyakini
kami nggak bingung-bingung lagi mikirin merupakan salah satu bentuk motivasi
biaya.” 4) Pengungkapan bersama, seperti dan kekuatan yang dapat dilakukan oleh
yang diungkapkan oleh P1: “....kalau keluarga ketika menghadapai suatu
ibunya ini agak bingung-bingung sering masalah. Hal ini dibuktikan oleh P4 dalam
melamun, saya coba selalu tanya apa melakukan perawatan anggota keluarga
yang dipikirkannya, dari sana saya jadi yang menderita gangguan jiwa selama
tahu mbak apa yang ibunya ini rasakan. 20 tahun lamanya. Seperti ungkapannya
terus saya coba kasih masukan mbak, sebagai berikut: “….kuncinya berdoa mbak,
jangan sering melamun, buat kerja apa aja. sabar dan pasrah sama Gusti Allah. Kami
Yang penting jangan melamunlah mbak.” yakin kok mbak, 20 tahun bukan waktu
Pengungkapan perasaan dan persoalan- yang lama merawatnya buktinya kami bisa
persoalan sangat menguntungkan dan menjalaninya.” 2) Mencari dukungan sosial.
mengurangi ketegangan-ketegangan Mencari dukungan sosial yaitu mencari
keluarga, sehingga terjalin ikatan keluarga bantuan dari lingkungan sekitarnya, dengan
yang kuat. Hal ini sangat membantu ketika keluarga besar, tokoh masyarakat dan
keluarga mengalami trauma karena anggota pemerintah sekitar. P1 mengungkapakan
keluarga sangat membutuhkan dukungan. bahwa ia mendapat bantuan dari pedukuhan
Disamping itu, pengungkapan bersama dan RT sekitar, seperti ungkapannya
dapat juga dilakukan dengan mengikuti berikut ini : “...ya mbak….saya cari bantuan
kegiatan-kegiatan dalam waktu luang. dari pedukuhan desa disini dikasih surat
Seperti yang diungkapkan oleh P2 berikut pengantar buat ASKES untuk tebus obat,
ini: “...saya sering menasihati mbak saya ini, terus dapat bantuan dari bapak RT juga”.
kalau mau sembuh jangan sering melamun, Dukungan sosial juga dapat diberikan
tapi cari aktivitas di rumah. Terus itu yang melalui keluarga besar, seperti ungkapan P2
kasih pakan ternak setiap hari ya mbak dan P5 berikut ini : “...ada keluarga adiknya
saya ini. Saya sering juga ngajak mbak ipar suami saya kebetulan kerja di Pakem, ia
saya nonton kuda lumping di sini kalau pas yang memberi arahan ini harus bagaimana
ada, kebetulan dulu sebelum sakit dia hobi dan dibawa kemana…dari sana kami dapat
nonton itu”. bantuan jadi kami tidak perlu bingung lagi…”
Strategi koping keluarga eskternal
meliputi 1) Mencari dukungan spiritual. Kesimpulan
Mencari dukungan spiritual keluarga dapat
dilakukan dengan melakukan pendekatan 1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kepada Tuhan melalui sholat seperti strategi koping keluarga dalam
yang diungkapkan P1: “....saya sudah merawat penderita gangguan jiwa
mencari kemana-mana waktu ibu pergi yaitu terdiri faktor keuangan (status
dari rumah dan saya bawa sholat tahajud sosial ekonomi), faktor keyakinan
mbak tiap malam, zikir, berdoa sama Allah. (agama), faktor dukungan sosial, faktor
Alhamdulillah setelah 3 hari ibu pulang pengetahuan keluarga, dan faktor pola-
dengan sendiri setelah itu mbak saya pola komunikasi.

60
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 1:55-61, Januari 2010

2. Strategi koping keluarga yang digunakan 2. Friedmen, M. 2003. Family Nursing


keluarga dalam merawat penderita Research Theory and Practice. Fifth
gangguan jiwa terdiri dua tipe yaitu: Edition. Prentice Hall
a. Strategi koping keluarga internal 3. Nurjanah, I. 2004. Pedoman
terdiri atas mengandalkan kelompok Penanganan Gangguan Jiwa.
keluarga, pengontrolan makna Mocomedia. Yogyakarta
masalah, pengungkapan bersama 4. Stuart and S.1998. Keperawatan Jiwa.
dan pemecahan masalah bersama- Edisi 3. EGC. Jakarta
sama. 5. Moleong, L.J. 2007. Metodologi
b. Strategi koping eksternal meliputi Penelitian Kualitatif Remaja.
mencari dukungan spiritual dan Rosdakarya. Bandung
mencari dukungan sosial. 6. Potter, A.P. and Perry, G.A. 1992.
Fundamental of Nursing; Concepts,
Daftar Pustaka Process and Practice. 3rd ed. London.
Mosby Year Book. St Louis
1. Friedman, M.M. 1998. Keperawatan 7. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa.
Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3. Cetakan 1. Refika Aditama. Bandung
EGC. Jakarta

61

You might also like