Professional Documents
Culture Documents
Upaya Keluarga Dalam Penyembuhan Pasien Penyakit Jiwa; Studi Pada Pasien
Penyakit Jiwa di RSJ HB. Sa’anin Padang
Penulis : Yenni Melia
Sumber : Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2016
Diterbitkan Oleh : Laboratorium Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat
Yenni Melia
ABSTRACT
Madness is a symptom of a disease caused by psychiatric symptoms. Many factors become the cause
of insanity, therefore need many approaches in healing. The process of healing the family
involvement factor is an important factor. This study discusses family efforts to support the cure of
psychiatric patients at psychiatric hospital of Prof. HB. Sa’anin. The research was conducted by
qualitative method by following the steps suggested by Miles and Huberman. Data were collected
using observation techniques, interviews and documentation studies. The informant consists of the
main informant, the family of the mental illness patient and the supporting informant, the hospital
officer. The results reveal the efforts provided by the family in the healing of mental illness patients,
among others, by providing motivation to return to normal conditions. Another factor that causes
healing is the economic and educational factor of family members. What is unique is that ethnic
role factors have an effect on patient healing. Strategies that can be done to involve the family in
healing is to establish mutual communication and the resignation nature of family members.
ABSTRAK
Gila adalah gejala penyakit yang disbabkan oleh gejala kejiwaan. Banyak faktor yang menjadi
penyebab kegilaan, oleh karena itu perlu banyak pendekatan dalam penyembuhannya. Dalam
proses penyembuhan tersebut faktor keterlibatan keluarga adalah faktor penting dalam proses
penyembuhan. Studi ini membahas tentang upaya keluarga dalam mendukung penyembuhan
pasien sakit jiwa di rumah sakti jiwa Prof. HB. Sa’anin. Penelitian dilakukan dengan metode
kulitatif dengan mengikuti langkah-langkah yang disarankan Miles dan Huberman. Data
dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Informan penelitian terdiri dari informan utama, yaitu keluarga pasien penyakit jiwa dan
informan pendukung, yaitu petugas rumah sakit. Hasil penelitian mengungkapkan upaya yang
diberikan oleh keluarga dalam penyembuhan pasien penyakit jiwa antara lain dengan
memberikan motivasi untuk kembali ke kondisi normal. Faktor lain yang menjadi penyebab
kesembuhan adalah faktor ekonomi dan pendidikan anggota keluarga. Yang unik adalah, faktor
peran etnis ikut berpengaruh dalam upaya penyembuhan pasien. Strategi yang dapat dilakukan
untuk melibatkan keluarga dalam penyembuhan adalah dengan menjalin komunikasi timbal balik
dengan sesama anggota keluarga dan sifat pasrah anggota keluarga.
Kata Kunci: Pengobatan Oleh Keluarga, Pasien Penyakit Jiwa, Penyakit Jiwa.
atau kondisi mental yang tidak normal dan mengalami penyakit jiwa mempunyai
perlu proses pengobatan. Salah satu usaha hambatan-hambatan terutama sekali
bidang kesehatan yang digunakan oleh hambatan mental sehingga mengganggu
rumah sakit jiwa adalah rehabilitasi. Pasien jiwanya dan aktivitas mereka secara normal.
penyakit jiwa merupakan seseorang yang tak Sehat atau kesehatan adalah keadaan yang
dapat hidup dalam tatanan masyarakat yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan
layak seperti masyarakat lainnya, umumnya yang memungkinkan setiap individu hidup
mereka tidak dapat berinteraksi, tidak produktif secara sosial ekonomi dan
mengenal lingkungan dan kadang kala ada intelektual (Sukarni, 1994). Semua warga
pola tingkah laku yang merusak serta berhak memperoleh derajat kesehatan yang
membahayakan anggota keluarga dan optimal, agar dapat bekerja dan hidup layak
masyarakat tempat mereka tinggal. sesuai dengan martabat manusia tanpa ada
Kegilaan merupakan kondisi fisik tekanan dari berbagai pihak. Beberapa factor
kemanusiaan paling rendah yang padanya penentu derajat kesehatan: (1) faktor
kekuatan gaib tinggal dalam inkarnasi untuk bawaan. (2) faktor pelayanan. (3) faktor
mewujudkan bahwa tidak ada kekejaman prilaku. (4) faktor lingkungan antara lain :
dalam diri manuasia yang tidak dapat fisik, biologik dan kemasyarakatan (Sukarni,
dibebaskan atau diselamatkan dari pengaruh 1994). Menurut UU No.9 thn 1960 sehat
kekuatan gaib tersebut (Foucault, 2002). adalah keadaan yang meliputi kesehatan
Seseorang yang dikatakan sakit jiwa atau badan, rohani (mental dan sosial dan bukan
orang gila adalah seseorang yang kehilangan hanya keadaan yang bebas dari penyakit,
immoralitas dan irrasionalitas. Adapun ciri- cacat dan kelemahan).
ciri seseorang yang mengalami penyakit jiwa
(Depkes RI, 1991) adalah : KLASIFIKASI PENYAKIT JIWA YANG DI
1. Memiliki hambatan mobilitas fisik DERITA PASIEN
dalam melaksanakan kegiatan sehari- Klasifikasi pasien yang dirawat di Rumah
hari. Sakit Jiwa yang mendapat pelayanan,
2. Memiliki hambatan atau kecanggungan pengobatan mengalami berbagai macam
mental psikologis yang menyebabkan penyakit kejiwaan. Ini dapat dilihat pada
rasa rendah diri, isolatif, kurang tabel berikut:
percaya diri, rendahnya kemauan dan
kecintaan kerja serta kurangnya Tabel :
tanggung jawab terhadap masa depan Jumlah diagnose penyakit pasien penyakit
diri, keluarga maupun masyarakat. jiwa di rumah sakit jiwa Prof. HB. Sa’anin
3. Memiiki hambatan dan gangguan dalam Padang Des - Maret 2016
keterampilan kerja produktif. No Diagnosa Jumlah %
4. Memiliki hambatan dalam
melaksanakan kegiatanyang tidak 1 Schizophrenia 724 org 73,9%
terlihat pada hal sebagai berikut: paranoid
a. Tidak memiliki kemauan dan 2 Episode kini manic 145 org 14,79
kemampuan bergaul dengan wajar. dengan gejala %
b. Tidak berkemauan dan psikotik
berkemampuan berkomunikasi 3 Gangguan kepribadian 40 org 4,08 %
secara wajar. dan prilaku akibat
c. Tidak berkemauan dan penyakit kerusakan
berkemampuan dalam dan otak
melaksanakan kegiatan masyarakat 4 Schizophrenia 24 org 2,44 %
hebefrenik
dan lebih banyak bergantung pada
5 Episode kini depresif 15 org 1,53 %
orang lain.
berat dengan gejala
5. Rawan kondisi sosial ekonomi keluarga. psikotik
6. Usia produktif atau secara fisik Nampak 6 Schizophrenia yang 12 org 1,22 %
kuat. tak ditentukan
7 Episode kini depresif 11 org 1,12 %
Dari uraian ciri-ciri tersebut ringan / sedang
menggambarkan bahwa seseorang yang
8 Episode kini manik 9 org 0,91 % harmonis karena adanya penurunan nilai
tanpa gejala psikotik – nilai budaya, aturan agama yang
Jumlah 980 org 100 mengharuskan setiap anggota keluarga
saling mengasihi dan ikut merasakan
Sumber: Diolah data dari RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang
penderitaan anggota dalam keluarga
Berdasarkan tabel diatas di peroleh tersebut apalagi orang tua yang sudah
keterangan bahwa penyakit yang banyak melahirkan dan membarsarkan hingga
dialami adalah schizophrenia paranoid 724 mereka dewasa. Dari hasil penelitian
orang ( 73,9 % ), episode kini manic dengan jumlah pasien yang 299 orang, 98 orang
gejala psikotik 145 orang ( 14,79 % ), berstatus belum kawin dan berstatus
gangguan kepribadian dan prilaku akibat janda/duda lebih banyak dari kedua status
penyakit kerusakan otak 40 orang ( 4,08 % ), tersebut yaitu 101 orang lebih banyak
schizophrenia hebefrenik 24 orang (2,44 %), memberikan motivasi dan semangat untuk
episode kini depresif berat dengan gejala sembuh adalah peran ayah/ibu. Dengan
psikotik 15 orang ( 1,53 % ), schizophrenia bantuan perhatian perhatian dan
yang tak ditentukan 12 orang ( 1,22 % ), bimbingan kedua orang tuanya, pasien
episode kini depresif ringan / sedang 11 merasa damai serta dapat melakukan
orang (1,12 % ), episode kini manic tanpa aktifitas sederhana. Seorang ayah/ibu
gejala psikotik 9 orang ( 0,91 % ). Dari tabel masing – masing memiliki peran yang
diatas tergambar penyakit pasien sakit jiwa sama dalam membesarkan dan
yang banyak adalah Schizofrenia paranoid membimbing anak – anaknya. Seorang
yaitu penderita mengalami delusi, halusinasi ayah dianggap sebagai kepala keluarga
yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak yang diharapkan mempunyai sifat
teratur serta kacau balau. Umumnya pasien kepemimpinan.
schizophrenia paranoid sangat bermusuhan Seorang pemimpin harus dapat
terhadap siapapun. Sedangkan penyakit memberikan teladan yang baik,
kejiwaan episode kini manik tanpa gejala memberikan semangat untuk
psikotik dan episode kini depresi berkembangnya kreatif anak. Seorang ibu
ringan/sedang karena penyakit tersebut berperan sebagai proses terjadinya
masih dalam taraf ringan dan tidak terlalu sosialisasi awal bagi kehidupan seorang
perlu untuk dirawat inapkan dirumah sakit. anak. Sehingga jika sianak mengalami
persoalan dia akan kembali kepada ibu /
bapaknya untuk memberikan
UPAYA KELUARGA DALAM MENDUKUNG perlindungan.
PENYEMBUHAN PASIEN PENYAKIT JIWA Hasil penelitian juga mengungkapkan
Peran anggota keluarga dalam peran ibu sangat menentukan karena
memberikan motivasi kepada pasien sakit secara psikologi hubungan ibu dengan
jiwa dibantu oleh anggota keluarga pasien anak tidak dapat dipisahkan walau sianak
sakit jiwa yang dilakukan oleh keluarga baik sudah bekerja dan mandiri. Hubungan
secara fisik maupun psikis. Bantuan keluarga tersebut tidak akan terputus apalagi jika
secara fisik terhadap pasien sakit jiwa yaitu sianak dalam keadaan sakit yang
memberikan obat dan memasukan pasien kondisinya berbeda dari penyakit
kerumah sakit atau secara medis. Sedangkan masyarakat kebanyakan.
secara phisikis memberikan kasih sayang,
motivasi dan kunjungan rutin terhadap 2. Motivasi dari Suami / Istri
pasien yang berada di Rumah Sakit Jiwa Prof. Hubungan suami / istri diikat dalam
HB. Sa’anin Padang. status perkawinan dengan tujuan
membentuk rumah tangga atau keluarga
1. Motivasi dari Ibu dan Bapak yang saling menghormati, menyayangi dan
Dalam masyarakat umum masih ada ikut merasakan setiap persoalan yang
suatu keluarga yang terdiri dari dihadapi oleh masing – masing pasangan.
bapak/ibu, anak yang sudah menikah dan Ini terbukti dari hasil penelitian
memiliki beberapa cucu. (Hartomo:1999). mengungkapkan bahwa 89 orang atau
Hubungan tersebut berjalan baik dan 30,90 % berstatus kawin karena keluarga
akan terasa lengkap apabila antara suami
/ istri dan anggota keluarga lain saling meluangkan waktu demi kakaknya agar
menunjang, member semangat dalam dapat sembuh. Walau sebenarnya ia tidak
menjalani kehidupan. tega melihat kondisi klien yang dikurung
Hubungan suami / istri akan berjalan dijeruji besi seperti tahanan.
baik apabila masing – masing tersebut Dapat disimpulkan bahwa motivasi
menjalankan peran suami dengan yang diberikan oleh kakak/adik sangat
kedudukannya misalnya suami membantu dalam penyembuhan pasien
menjalankan peran sebagai bapak pencari sakit jiwa. Dengan saling mendengar dan
nafkah, melindungai anggota keluarga memberikan pertolongan kala diantara
lain, sedangkan seorang istri tidak hanya anggota keluarga dalam kesusahan, walau
memberikan dan melayani suami ataupun orang tua tidak berdaya untuk membantu.
istri dalam kondisi senang maupun sakit.
Hasil penelitian, mengungkapkan bahwa FAKTOR PENDUKUNG PENYEMBUHAN
seorang istri memasukkan suaminya ke PASIEN PENYAKIT JIWA
rumah sakit tidak hanya untuk berobat Masing-masing setiap peran yang
tetapi ketidakmampuan untuk merawat dilakukan oleh anggota keluarga antara lain:
pasien jika penyakit yang diderita pasien ibu/bapak, suami/istri, kakak/adik dalam
kambuh dan sampai pada perbuatan melakukan kunjungan dan motivasi ke
tindak kekerasan. Rumah Sakit di pengaruhi beberapa faktor
Tingkat kepedulian seorang suami pendukung yaitu :
tidak hanya bagaimana memberikan
pengobatan agar pasien sembuh tapi juga 1. Faktor Ekonomi Keluarga
memberikan kasih sayang, perhatian dan Kebutuhan ekonomi dalam suatu
semangat untuk hidup berkumpul keluarga merupakan kebutuhan yang
bersama anggota keluarga. utama sebagai alat untuk melanjutkan
Dukungan istri walaupun kadang ia kehidupan yang lebih baik. Dalam
tidak mengakui suaminya yang sakit masyarakat secara luas ada pola
dirumah sakit tapi keluarga khususnya masyarakat yang taraf ekonominya
istri tetap memberikan perhatian dan menengah keatas dan ada masyarakat
menjenguk pasien sambil melihat atau keluarga yang ekonominya menengah
perkembangan pasien. Secara medis ke bawah. Pasien yang ditempatkan
pasien tidak dapat sembuh jika tidak dirumah sakit jiwa juga ada yang dikelas
didukung oleh peran dokter, psikolog dan utama ( VIP ) sampai kelas III serta
para medis lainnya tapi juga keluarga atau keluarga yang peduli dengan pasien.
orang – orang yang dekat dengan pasien. Tetapi tidak memiliki dana atau biaya
untuk mengobati pasien maka anggota
3. Motivasi dari Saudara keluarga menempatkan pasien pada
Hubungan saudara adalah hubungan bangsal kelas III dengan bantuan biaya
dengan kedekatan emosi yang lebih kuat pemerintah. Di lihat dari ekonomi anggota
diantara mereka berdua. Hubungan atau keluarga pasien ada beberapa faktor yang
ikatan emosinya berlangsung paling lama mempengaruhi yaitu:
dibandingkan hubungan persaudaraan
yang lain, dapat terpisah karena status 1. Bentuk Pekerjaan Keluarga Pasien
atau sudah mengalami perselisihan. Peran Pekerjaan keluarga pasien penyakit
kakak/adik dilakukan tidak hanya karena jiwa bermacam-macam ada dari
pasien belum kawin, janda/duda dan pedang, petani, ABRI dan PNS /
kawin tapi karena adanya ikatan darah pensiunan dan lain-lain. Tingkat
maupun rasa tanggung jawab yang besar kepedulian keluarga tidak tergantung
terhadap saudara dekat dalam kesusahan. dari PNS atau petani. Keluarga Jum
Untuk memberikan dukungan, motivasi (klien) yang bapaknya bekerja sebagai
dan perhatian kepada sudaranya agar petani sawit dikebun orang, dengan
dapat sembuh dan kembali berkumpul kehidupan yang sederhana. Orang tua
bersama keluarga. hasil penelitian,adanya jum rutin 1 kali sebulan melihat atau
kepedulian seorang adik untuk berusaha mengontrol perkembangan prilaku
mendengar cerita, keluhan dan
klien, dengan membawa makanan roti pelayanan gratis atau dibiayai oleh
atau rokok. Dari hasil informasi pemerintah, keluarga hanya
petugas rumah sakit dan data yang mengusahakan biaya untuk ongkos dan
didapatkan selama peneli berada kebutuhan keluarga jika ingin melihat
dirumah sakit jiwa ada juga keluarga pasien dirumah sakit. Keluarga yang
yang orang tua maupun suaminya memiliki penghasilan tetap yaitu
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tapi
(PNS) maupun pensiunan. ia malu dan tidak peduli pada pasien,
namun ada keluarga yang kekurangan
2. Tingkat Penghasilan Keluarga serta hanya cukup untuk kebutuhan
Pasien hidup sehari-hari mampu memberikan
Tingkat penghasilan keluarga pasien perhatian pada pasien.
rumah sakit jiwa menurut informasi
dari beberapa keluarga yagn 2. Faktor Pendidikan Keluarga Pasien
mengunjungi pasien secara rutin Peran keluarga dalam membantu
bermacam-macam sesuai dengan mata penyembuhan pasien penyakit jiwa juga
pencaharian keluarga pasien. Dari tergantung dari tingkat faktor pendidikan
wawancara di dapat gambaran anggota keluarga pasien. Dengan pengetahuan
keluarga yang selalu mengunjungi yang dimiliki oleh keluarga pasien
pasien mendapat gaji perbulan maupun diharapkan mampu memberikan
harian yang berkisar antara Rp. 20.000 pelayanan dan membantu pasien untuk
sampai Rp. 50.000. Sedangkan gaji Rp. dapat kembali secara normal ke tengah-
700.000 sampai Rp. 800.000 perbulan. tengah masyarakat. Dari hasil penelitian
Ada juga keluarga yang memiliki didapat gambaran bahwa tingkat
penghasilan perbulan namun tidak pendidikan keluarga pasien ada Sarjana,
peduli. Dari petugas rumah sakit SMA, SMP dan SD. Tingkat pendidikan
didapat data dan penulis juga keluarga yang banyak adalah tamat
mengecek kebenarannya dari buku Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 87
status klien bahwa bapak klien adalah orang atau 30,20%an tidak terlalu jauh
pensiunan PNS dan klien sendiri sudah dengan jumlah keluarga pasien yang tamat
bersuami yang juga PNS golongan III D Sekolah Menengah Pertama (SMP) 86
dikantor gubernur Padang. Didapat orang atau 29,86%. Keluarga yang
juga informasi bahwa pasien berpendidikan sarjana juga ada tapi tidak
mengalami penyakit jiwa sudah terlalau mendukung terhadap
bersifat turunan yang mana ibu penyembuhan pasien penyakit jiwa hanya
kandung dan kakak klien juga bekas 1,04%. Ada keluarga yang berpendidikan
rawat inap dirumah sakit jiwa Prof. HB. tinggi, dengan keluarga yang mapan
Sa’anin Padang dan sekarang tinggal meletakkan pasien pada kelas VIP dengan
dikampungnya yaitu : Solok. Ketidak fasilitas yang lengkap.
pedulian suami klien terhadap klien Tetapi lebih banyak keluarga pasien
karena tidak ingin punya istri yang yang peduli terhadap pasien adalah
mengalami penyakit jiwa dan malu. keluarga yang pendidikan orang tuanya
Pada saat klien di rumah sakit status rendah tapi anak-anaknya minimal SMP
klien adalah janda, klien membina dan ada pula sarjana.
rumah tangga waktu klien duduk
dibangku kuliah semester IV di Sekolah 1. Faktor Peran Etnis
Tinggi Bahasa Asing (STBA) prayoga Di rumah sakit jiwa Prof. HB. Sa’anin
Padang karena klien mengalami pasien tidak hanya etnis atau
penyakit jiwa maka suami tidak keturunan Minangkabau walau
mampu lagi mengontrol prilaku klien letaknya di Sumatera Barat tapi juga
maka ia menceraikannya. Selain itu ada etnis Cina dan Batak tapi
penghasilan tidak mempengaruhi jumlahnya tidak sebanyak keturunan
peran dan tanggung jawab keluarga Minang.
terhadap kesembuhan pasien karena Peran yang ditampilkan oleh masing-
keluarga yang tidak mampu diberi masing etnis keluarga berbeda-beda
namun pola pikir masyarakat tentang laki di VIP 2 orang laki-laki dan
pasien penyakit jiwa adalah sama yaitu perempuan di tempatkan oleh keluarga
suatu penyakit yang tidak bisa sembuh pada kelas II serta ada 5 orang di kelas
dan aib bagi keluarga. 3.2 (dua) orang dikirim oleh olah
Hasil penelitian tergambar jumlah Departemen Sosial yang waktu
pasien yang berasal dari Sumatera menggelandang di depan kantor
Barat dalam rentang 5 tahun belakang tersebut dan tidak mengetahui alamat
berjumlah 5274 atau 99,2%. pasien, sedangkan yang 3 orang dikirim
Masyarakat minang yang tinggal di oleh keluarga.
Sumatera Barat tidak hanya asli orang
minang tapi juga ada keturunan non Dari hasil penelitian penulis dapat
minang. Gambaran bentuk peran disimpulkan bahwa keluarga pasien etnis
keluarga masing-masing etnis dalam atau keturunan non minang menyerahkan
mendukung penyembuhan pasien seutuhnya kesembuhan klien kepada pihak
penyakit jiwa di Rumah Sakit Jiwa rumah sakit dan keluarga hanya berfikir
adalah: biaya klien dirumah sakit. Memberikan
perhatian atau mengikat hubungan psikologis
Motivasi Etnis atau keturunan antara keluarga dengan klien tidak menjadi
Minangkabau suatu kebutuhan yang utama bagi keluarga
Menurut HB Saanin (1983:206). klien. Keluarga menganggap bahwa pasien
Banyaknya orang Minang dahulu penyakit jiwa bisa sembuh cukup dengan
mengalami penyakit jiwa disebabkan bantuan para medis dan kalau keluarga
oleh kondisi Sosio, kultural dan berperan juga akan merusak keturunan
hubungan matrilineal yang mana keluarga selanjutnya karena malu atau aib.
kedudukan perempuan di rumah
gadang serta pola asuh anak yang lebih FAKTOR PENYEBAB BERKURANGNYA
memberati kaum ibu. PERAN KELUARGA TERHADAP
Ini disebabkan oleh suami pergi PENYEMBUHAN PASIEN PENYAKIT JIWA.
merantau. Dari kondisi tersebut yang Dalam membantu penyembuhan pasien
mengikat dan memberarti secara psikis penyakit jiwa ada beberapa permasalahan
bagi masyarakat Minang. Di rumah yang dihadapi. Masalah tersebut ada yang
sakit jiwa peran keluarga etnis Minang mudah diatasi (sesuai dengan kondisi aktual
kebanyakan mereka yang ekonomi yang ada), ada juga permasalahan yang sulit
menengah ke atas menempat pasien di dalam mencarikan solusinya. Diantar
kelas VIP, I, II maupun di kelas III yang masalah-masalah yang menjadi kendala
pembayarannya murah. Selain utama sebab berkurangnya peran keluarga
menempatkan pasien sesuai dengan dalam membantu penyembuhan pasien
ekonomi keluarga, mereka juga rutin penyakit jiwa sebagai berikut:
dan peduli dalam memberikan 1. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
perhatian kepada pasien. Keadaan ekonomi keluarga pasien
Walaupun keluarga bertempat sakit jiwa di golongkan ekonomi
tinggal jauh dari rumah sakit dan menengah kebawah yang kadang kala
keberperanan keluarga tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
membantu penyembuhan pasien secara sehari-hari keluarga. Sehingga untuk
obat-obatan (farmakoterapi) tetapi kebutuhan menjenguk pasien tidak
juga dengan bantuan non medis. menjadi prioritas utama tidak hanya itu,
pekerjaan orang tua atau anggota
Motivasi etnis atau keturunan non- keluarga pasien yang selalu menjenguk
Minang pasien rata-rata petani atau pedangan
Rumah sakit jiwa Prof. HB. Sa’anin kecil dengan tingkat penghasilan yang
berada di Sumatera Barat yang juga dibawah standar. Tetapi ada juga
pasiennya juga ada pasien non Minang keluarga pasien yang ekonomi menengah
yaitu cina. Tetapi pasien yang ada pada keatas sehingga memiliki status yang
saat penulis melakukan penelitian tinggi pula, anggota keluarga enggan
adalah Cina terdiri dari 1 orang laki-
secara normatif tindakan itu diatur salah seorang anggota keluarga yang
sehubungan dengan penentuan alat dan mendapat kelainan jiwa atau penyakit jiwa
tujuan. Dari teori tesebut bahwa keluarga sebaiknya diterima dengan hati yang lapang
sebagai alat dan tindakan untuk membantu karena pasien penyakit jiwa pada dasarnya
agar apa yang menjadi tujuan rumah sakit adalah manusia yang butuh pertolongan
mengembalikan pasien sehat dengan bukan untuk dibuang. Penting bagi Rumah
beberapa elemen yaitu yang terdiri dari
Sakit Jiwa untuk lebih proaktif mendekatkan
anggota keluarga dan mengenyampingkan
diri pada keluarga pasien sehingga tercipta
persoalan ekonomi serta hal yang tidak
penting yaitu malu. Secara nurani pasien komunikasi timbal balik dengan keluarga
yang mengalami penyakit jiwa masih pasien.
merupakan bahagian dari keluarga tersebut
dan mereka tidak pernah menyangka kalau DAFTAR PUSTAKA
suatu saat klien akan sakit sehingga Depkes RI. (1991). Pedoman Kesehatan Jiwa
memberarti anggota keluarga yang lain. Bagi Petugas dan Kader Kesehatan.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
Harton mengenai peran. Peran merupakan Depkes RI.
prilaku yang diharapkan dari seseorang yang Duncan, M. (1984). Sosiologi Suatu Analisa
mempunyai status. Status disini bisa sebagai Sistem Sosial. Jakarta.: Bina Aksara.
orang tua, sumi/istri, kakak/adik apabila Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif; Dasar-
masing-masing tersebut melaksanakan hak Dasar dan Aplikasinya. Malang: YA3.
dan kewajibannya maka sistem dalam Firdaus, F. (2016). Evaluasi Proyek
keluarga akan berjalan dengan baik dan Pembangunan Sosial Pada Kelompok
harmonis. Masyarakat Kawasan Hutan Mbeliling,
Kab. Manggarai Barat, NTT. Jurnal Ilmu
KESIMPULAN Sosial Mamangan, 5(1), 13–22.
Peran keluarga dalam mendukung Foucault, M. (2002). Kegilaan dan Peradaban.
penyembuhan pasien sakit jiwa sangat Jakarta: Ikon.
membantu pasien untuk bersosialisasi Hartono, A. A. (1999). Ilmu Sosial Dasar.
setelah pasien keluar dari Rumah Sakit. Jakarta: Bumi Aksara.
Dengan bantuan kunjungan rutin, bimbingan Kartini, K. (1997). Sosiologi Keluarga. Jakarta:
dan motivasi yang diberikan oleh keluarga Liberty.
saat pasien dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Khairudin. (1997). Sosiologi Keluarga.
Peran keluarga yang kurang umumnya Yogyakarta: Yogyakarta.
dipengaruhi oleh keluarga yang malu Rahayu, S. (2016). Hubungan Lingkungan
mengunjungi pasien dan dianggap suatu aib Keluarga Terhadap Hasil Belajar
bagi keluarga pasien penyakit jiwa. Upaya Sosiologi Di SMA Negeri 16 Padang.
keluarga dalam mengatasi permasalahan Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 5(1), 50–
agar keluarga dapat berperan dan membantu 59.
pasien sehingga dapat sembuh. Keluarga Soekanto, S. (1990). Sosiologi; Suatu
harus mampu secara totalitas terhadap Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
pasien dan menjalin komunikasi serta Sukarni, M. (1994). Kesehatan Keluarga dan
hubungan yang baik dalam keluarga itu Lingkungan. Jakarta: Kanisius.
sendiri. Oleh karena itu, apabila ditemui