Professional Documents
Culture Documents
Yudi Rinanto
Sekolah Tinggi Pertanian Jember
Jl. Slamet Riyadi 64 Jember
ABSTRAK
Penelitian telah dilaksanakan untuk menguji karakter pertumbuhan, kandungan sukrosa dan
prolin pada beberapa kultivar tebu dalam kondisi cekaman kekeringan. Sebanyak 3 kultivar
yang telah terseleksi masing-masing mewakili toleran, moderat dan peka kekeringan
ditanam dalam polibag dengan media tanah masing-masing diulang 5 kali. Setelah berumur
2 bulan diperlakukan cekaman kekeringan dengan cara tanpa diberi pengairan sampai
menunjukkan gejala daun pertama (K1) telah menggulung. Sampel daun diektrasi untuk
pengujian kandungan khlorofil, sukrosa dan prolin. Karakter tinggi tanaman, panjang daun,
lebar daun dan biomasa antara kultivar toleran, moderat dan peka tidak berbeda nyata.
Perlakuan cekaman kekeringan hanya berpengaruh terhadap panjang akar. Kultivar toleran
M442-51 menghasilkan panjang akar terpanjang. Cekaman kekeringan mengakibatkan
degradasi khlorofil, sehingga kandungannya menurun sejalan dengan lama cekaman
kekeringan. Tetapi kandungan sukrosa dan prolin justru meningkat. Peningkatan
kandungan sukrosa dan prolin tertinggi dihasilkan oleh M442-51
Kata kunci : Tebu, sukrosa, prolin dan cekaman kekeringan
ABSTRACT
The research was been carried out to observe the growth character, sucrose and proline
contain to some sugarcane cultivate on the condition of drought stress. As many as three
cultivate that have been selected each represent the tolerance, moderate and sensitive are
planted in polybag with the soil media, in five time replication. After it is 2 month old it is
treated drought stress without watering in order to get first leaf (K1) scrolling. The leaf was
extracted to test chlorophyll, sucrose and proline content. The height plant, leaf length, leaf
width and biomass characters among tolerance, moderate and sensitive are not significant.
The treatment of drought stress can only influence to the length of the roots. This cultivates
tolerance (M442-51) produced the longest roots. The drought stress causes the chlorophyll
degradation so that the content of chlorophyll decreases according to the drought stress
period. But the sucrose and proline content increase. The highest increasing of sucrose
and proline are produce by M442-51
Key words : sugarcane, sucrose, proline and drought stress
PENDAHULUAN
Respon tanaman dalam menghadapi kondisi cekaman kekeringan dapat terjadi pada
tingkat morphologi, fisiologi dan biokimia dengan durasi waktu yang berbeda mulai beberapa
menit seperti menutupnya stomata, beberapa hari misalnya perubahan pertumbuhan daun
atau gejala penuaan daun, serta beberapa minggu seperti penurunan biomasa atau hasil
tanaman (Tardieu, 1996). Respon yang paling sensitif adalah pada periode perkembangan
sel, yang dinampakkan oleh adanya penghambatan pembelahan sel dan perluasan sel-sel
daun.
Pada tanaman golongan rerumputan karakter morphologi yang cepat terlihat pada
kondisi kekeringan adalah menggulungnya daun. Sejalan dengan hal tersebut juga terjadi
degradasi khlorofil (Cellier et.al., 1998; Bray, 1997), perubahan aliran nutrisi dan air, serta
berubahnya alokasi karbon dan nitrogen dalam tanaman (Richards, 1993).
Pertumbuhan perkaran juga berubah dimana akar berusaha menjangkau ke tempat-
tempat yang lebih dalam untuk memperoleh air, sehingga perkembangan akar lebih
dominan dibandingkan perkembangan bagian atas tanaman (Aspinall dan Paleg, 1981).
Untuk menyeleksi type perakaran yang superior telah banyak cara dilakukan oleh pemulia
tanaman, diantaranya dengan mengukur panjang akar, distribusi perakaran dan ketahanan
cabut, meskipun cara ini sangat ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah.
Cekaman kekeringan mengganggu berbagai proses fisiologi dan biokimia dalam
tanaman. Sukrosa adalah senyawa karbon yang dihasilkan dari asimilasi karbon melalui
proses fotosintesa. Gangguan terhadap proses fotosintesa menyebabkan terganggunya
sintesa sukrosa (Lingle, 1999). Sukrosa yang diproduksi tebu dalam jumlah banyak dan
disimpan dalam batang diduga dapat berfungsi sebagai osmoprotektan.
Peningkatan kandungan akumulasi prolin selama tanaman mengalami cekaman
kekeringan dapat terjadi pada berbagai tanaman (Gzik, 1996). Peningkatan senyawa
osmoprotektan seperti gula, gula alkohol dan senyawa ammonium quaternary selama
cekaman kekeringan juga telah banyak dilaporkan (Garcia et.al., 1997)
Terdapat perbedaan respon antara tanaman sensitif dan toleran di dalam
memproduksi osmoprotektan selama terjadinya cekaman kekeringan, dimana tanaman
sensitif mengakumulasi lebih sedikit dibanding tanaman toleran (Bohnert dan Jensen, 1996).
Respon tanaman didalam mensintesis protein spesifik dapat digunakan untuk menunjukkan
kemampuan tanaman bertahan terhadap cekaman kekeringan (Holmberg dan Bulow, 1998).
Penelitian karakter morphologi pada tebu dalam kaitannya dengan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakter
morphologi, akumulasi sukrosa dan prolin selama cekaman kekeringan pada tebu. Pada
penelitian ini dihipotesakan varietas tebu toleran memiliki respon morphologi yang berbeda
dengan varietas sensitif, serta mampu mengakumulasi sukrosa dan prolin lebih banyak.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar melakukan penelitian
cekaman kekeringan pada tebu dengan melihat bioritme karakter enzimatis.
METODE PENELITIAN
Tahap pemilihan bahan tanam, perkecambahan dan penanaman bibit tebu
Sebanyak 14 varietas tebu asal Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Pasuruan (PS80-442, PS863, PS851, PSTK 93-21, PSTK91-324, PSTK91-632, PS81-665,
PS80-1649, CO-975, PS80-1007, PSJT90-690, NCO-310, M442-51, POJ-3016) berupa bud
chips ditanam pada media pasir masing-masing varietas dengan 10 mata tunas. Perawatan
dilakukan dengan menjaga media tetap lembab. Setelah 2 minggu dilakukan pemilihan
terhadap bibit yang seragam pertumbuhannnya, kemudian ditanam pada ember plastik
dengan tanah yang telah diayak dan dikering anginkan masing-masing seberat 4 kg per
ember, satu bibit per ember diulang 5 kali. Pupuk dasar berupa NPK 16:16:16 diberikan 2
gram per ember pada awal penanaman, dan 2 gram setelah tanaman berumur 1 bulan.
Pengairan dilakukan setiap hari dengan cara menyiram air sebanyak 500 ml per ember.
Setelah bibit berumur 2 bulan masing-masing ember diberi air sebanyak 1.000 ml (kapasitas
lapang), untuk kemudian diperlakuan cekaman kekeringan dengan jalan tidak diberi
pengairan sampai tanaman menujukkan gejala daun pertama (K1) telah menggulung.
Dicatat lamanya waktu sampai tanaman menunjukkan gejala penggulungan daun.
DM KTL DM KTL
No. Kultivar No. Kultivar
(hari ke) (%) (hari ke) (%)
1. POJ3016 6 15,25 8. PSTK91-324 8 9,20
2. PS851 6 15,85 9. PS80-1649 9 9,25
3. PSJT90-690 6 15,75 10. PS80-442 9 9,30
4. PS81-665 6 15,45 11. PSTK93-21 9 9,20
5. PS863 7 14,92 12. NCO-310 9 9,09
6. CO-975 7 12,85 13. PSTK91-632 10 8,37
7. PS80-1007 8 9,30 14. M442-51 10 8,62
Hasil pengamatan pada table 1 terlihat bahwa pada stadia perkecambahan sampai
dengan tanaman berumur 2 bulan, ternyata varietas tebu lahan kering memiliki daya tahan
yang lebih baik terhadap cekaman kekeringan dibanding moderat dan lahan basah. Pada
keadaan dimana air sangat terbatas, sehingga serapan air oleh akar sangat sedikit, maka
laju transpirasi didaun harus dapat dihambat sebesar mungkin. Respon tanaman tebu dalam
menghadapi kondisi kekeringan yang pertama kali dapat dilihat ditingkat morofologi adalah
adanya gejala penggulungan daun, sebagai upaya tanaman untuk mengurangi luas
permukaan daun sehingga mengurangi luas permukaan intersepsi cahaya di daun serta laju
transpirasi dapat dikurangi sampai pada tingkat serendah mungkin. Varietas M442-51 dan
PSTK 91-632 menunjukkan gejala penggulungan daun paling lama yaitu 10 hari setelah
diperlakukan cekaman kekeringan dengan kadar lengas tanah (KLT) berturut-turut 8,62 dan
8,37 %, sedangkan varietas PS 851 dan POJ 3016 tercepat yaitu 6 hari setelah
diperlakukan cekaman kekeringan dengan KLT berturut-turut 15,82 dan 15,25 %.
A) B)
180 160
Tinggi Tanaman (cm)
160 140
140 120
120 100
100
80
80
60
60
40
40
20 20
0 0
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12
Cekaman Hari Ke Cekaman Hari Ke
C) D)
4 80
Lebar Daun (cm)
70
3
E) F)
100
50
Kadar Lengas tanah
80
)r 40
g
( 60
a
s
a
m 30
(%)
io
B
40
20 20
0
10
0 5 8 10
Cekaman Hari ke
0
0 5 8 10
Cekaman Hari ke
A)
35
30
Kandungan Khlorofil
25
(ug.khlo./ml)
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
Cekaman Hari Ke
B)
1.2
Kandungan Sukrosa
1
(ug.Suc./g.fw.)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12
Cekaman Hari Ke
C)
80
70
Kandungan Prolin
60
(ug.Pro./g.fw.)
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Cekaman Hari Ke
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan respon agronomis antar varietas dalam menghadapi kondisi
kekeringan. Meskipun tidak terdapat perbedaan pada karakter di bagian atas tanaman
(tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan biomasa), tetapi panjang akar antar
varietas berbeda sangat nyata.
2. Cekaman kekeringan sampai dengan 10 hari menyebabkan peningkatan kandungan
Sukrosa dan Prolin, peningkatan tervesar dihasilkan oleh kultivar toleran M442-51.
Terjadi peningkatan kandungan prolin di daun 15 kali lipat dibandingkan kontrol ( 0 hari)
pada varietas tahan kekeringan (M442-51).
3. Cekaman kekeringan menyebabkan peningkatan kandungan sukrosa di daun pada
ketiga varietas. Peningkatan sukrosa tertinggi dihasilkan oleh M442-51.
DAFTAR PUSTAKA
Aspinall, D and L.G. Paleg. 1981. Prolin accumulation : Physiological aspects. p 206-242. In
Paleg, L.G. and D. Aspinall. 1981. The physiology and biochemistry of drought
resistance in plants.
Bohner, H. and R.G. Jensen. 1996. Strategies for engineering water stress tolerance in
plant. Tibtech. 14 : 89-97
Boyer, J.S. 1983. Subcellular Mechanisme of Plant Response to Low Water Potensial. 239-
248 in Agricultural Water Management.
Bray, E.A. 1988. Drought and ABA-induced change in polypeptide and mRNA accumulation
in tomato leaves. Plant Physiol. 88 : 1210-1214
Cellier, F., G. Conejero, J.C. Breitler and F. Casse. 1998. Molecular and physiological
responses to water deficit in drought tolerant and drought sensitif lines of Sunflower.
Plant Physiol. 84 : 106-111
Garcia A.B., J.A.Engler, S.Iyer, T.Gerats, M.V. Montagu, A.B. Caplan. 1997. Effects of
osmoprotectants upon NaCl stress in rice. Plant Physiol. 115 : 159-169
Gzik, A. 1996. Accumulation of proline and pattern of α-amino acids in sugar beet plants in
response to osmotic, water and salt stress. Env. & Exp. Bot. 36 : 29-38
Holmberg, N. and L. Bulow. 1998. Improving stress tolerance in plants by gene transfer. 3(2)
: 61-71
Tardieu, F. 1996. Drought Perception by Plants. Do Cells of Droughted Plants Experience
Water Stress?. Plant Growth Regulation 20 : 93-104
Taylor, C.B. 1996. Prolin and water deficit ; ups, downs, ins, and outs. The plant cell. 8 :
1221-1224
Verslues, P.E. and R.E. Sharp. 1999. Proline accumulation in Maize (Zea mays L) primary
roots at low water potensials. II. Metabolic source of increased proline deposition in
the elongation zone. Plant Physiol. 119: 1349-1360