You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326828956

Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kadar Air, Kadar Flavonoid dan Aktivitas
Antioksidan Daun dan Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)

Article · July 2018


DOI: 10.14710/bioma.20.1.44-50

CITATIONS READS

0 1,147

3 authors, including:

Sri Darmanti
Universitas Diponegoro
25 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sri Darmanti on 19 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Bioma, Juni 2018 p ISSN: 1410-8801
Vol. 20, No. 1, Hal. 44-50 e ISSN: 2598-2370

Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kadar Air, Kadar Flavonoid dan Aktivitas
Antioksidan Daun dan Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)

Mulia Syafrida, Sri Darmanti dan Munifatul Izzati


Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
Jl. Prof Soedharto, SH, Tembalang, Semarang 50275
mulia.syafrida@rocketmail.com*
.
Abstract

Jatibarang Reservoir is a dam built in Talun Kacang village, Kandri, Gunung Pati, Semarang t with the aim of
Water Resources Management and flood control in Semarang City. The presence of Zooplankton in a waters has a
close relationship with water quality and its interaction in the environment.
The research aimed to find out the distribution and diversity of Zooplankton species in Jatibarang reservoir
waters. The method used is Purposive Random Sampling method by dividing the sampling point into 4 research
stations, namely Dermaga zone, middle zone, inlet zone, and outlet zone. From the result of this research, we get the
type of zooplankton Brachionus sp., Cylops sp., Collotecha sp., Conochilus sp., Daphnia sp., Harringia sp., Rotaria
sp., Keratella sp. and species from the Asphlanchnidae (Asphlanchinii) and Trichotriidae Family. The species
diversity in Jatibarang reservoirs in each zone is low with abundance between 30-80 ind / L and the equalization and
dominance of each low species. The dominant species is Brachionus sp. and Cyclops sp. Water quality measurement
results show the waters of Jatibarang reservoir is good for the life of aquatic biota

Keywords: Zooplankton, Jatibarang Reservoir, Diversity.

Abstrak

Gulma teki (Cyperus rotundus) merupakan salah satu tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan
sebagai sumber antioksidan. Gulma ini menarik dikembangkan karena murah dan mudah didapat. Bagian dari teki
yang sering dimanfaatkan adalah umbi sedangkan daun belum banyak dimanfaatkan, padahal mengandung flavonoid
yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Penanganan pascapanen sangat penting terutama dalam hal
pengeringan. Pengeringan bertujuan mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam
waktu lama. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh perbedaan suhu pengeringan terhadap kadar air, kandungan
flavonoid dan aktivitas antioksidan daun dan umbi teki. Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor yaitu suhu pengeringan yang berbeda (kontrol (suhu ±27 ºC), 30
ºC, 40 ºC dan 50 ºC) dan organ (daun dan umbi) masing-masing tiga ulangan. Parameter penelitian yang dianalisis
adalah kadar air, kadar flavonoid, dan aktivitas antioksidan. Analisis data menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan
uji Duncan’s pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara suhu
pengeringan dan perbedaan jenis organ pada kadar air, kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan teki. Daun teki
memiliki kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan umbi. Semakin tinggi suhu pengeringan
maka kadar air, kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan akan semakin menurun.

Kata Kunci: Teki (Cyperus rotundus L.), suhu pengeringan, flavonoid, antioksidan

PENDAHULUAN flavonoid termasuk senyawa alam yang potensial


Teki merupakan tanaman obat yang potensial sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan
untuk dikembangkan sebagai sumber antioksidan. senyawa pemberi elektron (electron donor) atau
Umbi teki mengandung senyawa alkaloid, tanin dan reduktan, mampu menginaktivasi berkembangnya
flavonoid yang bersifat sebagai antiinflamasi, reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya
antidiabetes, dan antioksidan (Pradana, 2014). radikal (Winarsi, 2007). Radikal bebas merupakan
Pourmourad et al (2006) menyatakan bahwa molekul yang memiliki satu atau lebih elektron
Mulia Syafrida, Sri Darmanti dan Munifatul Izzati

yang tidak berpasangan. Elektron-elektron yang BAHAN DAN METODE


tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas A. Bahan dan Alat
menjadi senyawa yang reaktif terhadap sel-sel Bahan utama yang digunakan adalah adalah
tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel. daun dan umbi teki yang diperoleh dari persawahan
Sumber radikal bebas diantaranya berasal dari wilayah Purbalingga, Purwokerto, Jawa Tengah.
polusi air dan udara, lemak makanan, bahan kimia Alat-alat utama yang digunakan adalah oven, dan
berbahaya, dan asap rokok (Umayah dan Moch, spektrofotometer UV-Vis.
2007; Pratiwi, 2009). Reaksi oksidasi berlebihan
terhadap asam nukleat, lemak dan DNA sel dapat B. Cara Kerja
menginisiasi terjadinya penyakit degeneratif seperti Penelitian menggunakan Rancangan Acak
kardiovaskuler, kanker, arterosklerosis, katarak, Lengkap Faktorial pola 2x4 dengan 3 ulangan.
dan kanker (Pratiwi, 2009). Faktor pertama yaitu organ daun dan umbi. Faktor
Pengeringan merupakan kegiatan yang paling kedua yaitu suhu pengeringan masing-masing
penting dalam pengolahan tanaman obat karena perlakuan dengan 3 ulangan. Tanaman teki dipilih
dapat mempengaruhi kualitas produk yang yang panjang daunnya 20 cm, dipotong-potong
dihasilkan. Pengeringan akan mengurangi kadar air dengan panjang 2 cm. Umbi dengan berat antara
dan menghentikan reaksi enzimatik serta mencegah 0,2-0,5 g dipotong dengan ketebalan 3 mm. Sampel
penurunan mutu atau kerusakan pada simplisia. daun dan umbi sebanyak 30 g dikeringkan
Pengeringan bertujuan agar sampel tidak mudah menggunakan oven pada suhu 30°, 40° dan 50 °C
rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lama selama 1 hari. Data yang dianalisis dengan Analysis
(Manoi, 2006). Namun pengeringan dapat of varian (ANOVA), kemudian jika terdapat beda
menurunkan kadar flavonoid yang terkandung nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple
dalam suatu tanaman. Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.
Flavonoid dan senyawa antioksidan akan Untuk mengetahui perbedaan rerata antara daun dan
mengalami penurunan akibat pengaruh variasi suhu umbi data dianalisis dengan Independent Samples
pada saat proses pengeringan karena senyawa T-test.
tersebut bersifat sensitif terhadap cahaya dan panas.
Degradasi flavonoid terjadi karena adanya Penentuan Parameter
pemutusan rantai molekul dan terjadinya reaksi Penentuan Kadar Air. Kadar air ditentukan
oksidasi yang menyebabkan oksidasi gugus berdasarkan metode Sudarmadji dan Bambang
hidroksil dan akan membentuk senyawa lain yang (2003). Sampel daun dan umbi teki setelah
mudah menguap dengan cepat (Zainol et al, 2009). diberikan perlakuan pengeringan ditimbang
Oleh karena itu penanganan bahan baku sumber sebanyak 2 g, kemudian dipanaskan kembali
antioksidan harus baik dan dihindarkan dari dengan oven pada suhu 105 °C selama 3 jam,
berbagai faktor yang dapat menurunkan selanjutnya didinginkan dalam desikator selama
aktivitasnya. 30 menit. Berat sampel ditimbang, perlakuan ini
Pengeringan harus disesuaikan dengan bahan dilakukan beberapa kali hingga berat sampel
tanaman yang akan dikeringkan. Penggunaan suhu konstan. Penentuan kadar air dihitung dengan
yang tinggi dapat meningkatkan biaya produksi, rumus:
selain itu terjadi perubahan biokimia sehingga
menurunkan kualitas produk. Berdasarkan latar Kadar air: A-B x 100%
belakang tersebut dilakukan penelitan dengan judul A
“Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Keterangan:
Flavonoid Total dan Aktivitas Antioksidan pada A= Berat Sampel sebelum dipanaskan
Daun dan Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus B= Berat sampel setelah dipanaskan
L.)” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perbedaan suhu pengeringan terhadap kandungan Penentuan Kadar Flavonoid. Kadar flavonoid
flavonoid dan aktivitas antioksidan pada rumput ditentukan berdasarkan metode Chang et al, (2002).
teki. Sampel sebanyak 1 g dilarutkan sampai 10 mL
Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kadar Air

dalam metanol 80%. 0,5 mL larutan ekstrak Tabel 1. Kadar air (%) daun dan umbi teki dengan suhu
kemudian ditambahkan 1,5 mL metanol 80%, 0,1 pengeringan yang berbeda
mL alummunium klorida (AlCl3) 10%, 0,1 mL
kalium asetat 1 M dan aquades 2,8 mL. Larutan Suhu Kadar Air (%)
digojog kemudian didiamkan selama 30 menit pada Pengeringan Rata-rata
(ºC) Daun Umbi
suhu 25 °C. Larutan selanjutnya diukur serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada Kontrol 15,02 16,35 15,68a
30 12,28 13,02 12,76b
panjang gelombang 434,2 nm. Kandungan
flavonoid sampel diperoleh berdasarkan hasil 40 11,78 12,97 12,38bc
perhitungan dari kurva standar kuersetin dengan 50 11,23 12,51 11,87c
persamaan yaitu y= 0,002x-0,006 (y= absorbansi Rata-rata 12,71 13,71
dan x= konsentrasi). Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
pada kolom yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan
uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.
Penentuan Aktivitas Antioksidan. Aktivitas
antioksidan daun dan umbi teki diuji menggunakan Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan suhu
metode Banerjee & De (2005) dengan vitamin C pengeringan menyebabkan hilangnya air dalam
sebagai kontrol positif. Masing-masing sampel bentuk penguapan, pada saat daun dikeringkan air
dibuat konsentrasi (200, 400, 600, 800 ppm) dalam akan menguap berdifusi melalui permukaan sampel
pelarut metanol p.a. Masing-masing sampel dipipet bahan ke udara. Pada suhu yang tinggi tekanan uap
sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam vial di dalam sampel jauh lebih tinggi daripada tekanan
yang kemudian ditambahkan 1,5 mL larutan DPPH uap air di luar sampel, jadi molekul-molekul air
0,1 mM. Campuran dihomogenkan dan dibiarkan akan berdifusi. Perlakuan suhu 50 °C mampu
selama 30 menit. Serapan diukur menggunakan menurunkan kadar air paling tinggi jika
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang dibandingkan dengan perlakuan kontrol, 30 °C, dan
517 nm. Vitamin C dipelakukan sama dengan 40 °C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Loveless
sampel sebagai kontrol positif. Kemampuan untuk (1991) bahwa suhu permukaan pada bahan berbeda
meredam radikal DPPH dihitung dengan rumus: dengan suhu udara, sehingga saat suhu dinaikkan
maka penguapan akan cepat terjadi. Kadar air daun
% Inhibisi = lebih rendah dibandingkan umbi, karena daun
100% merupakan organ yang tipis sehingga
mempermudah terjadinya kehilangan air melalui
Hasil perhitungan dari aktivitas antioksidan proses difusi dari permukaan daun saat pengeringan
dimasukkan ke dalam persamaan garis y= ax+b bahan dibanding umbi. Dengan demikian, kadar air
dengan konsentrasi sebagai sumbu X dan nilai yang tersisa pada bagian daun yang telah
persen aktivitas antioksidan sebagai sumbu Y. Nilai dikeringkan lebih sedikit dibanding umbi. Utami
IC50 diperoleh pada 50% penghambatan, dkk (2008), menjelaskan bahwa struktur jaringan
didapatkan dengan memasukkan nilainya pada umbi terdiri dari periderm yang berfungsi untuk
persamaan regresi linier yang didapat dari kurva. melindungi jaringan kehilangan air, oleh karena itu
air yang tersimpan di dalam umbi tidak menguap
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan lebih banyak. Dengan demikian kadar air
Kadar air umbi lebih tinggi dibandingkan kadar air daun.
Hasil uji ANOVA (Analysis of Varience)
pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa Kadar Flavonoid Total
perlakuan suhu pengeringan dan organ berpengaruh Hasil uji ANOVA (Analysis of Varience)
nyata terhadap kadar air akan tetapi tidak terdapat pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
interaksi antara faktor suhu pengeringan dan organ. perlakuan suhu pengeringan dan organ berpengaruh
Perbedaan analisis kandungan kadar air daun dan nyata terhadap kadar flavonoid akan tetapi tidak
umbi teki dapat dilihat pada tabel 1. terdapat interaksi antara faktor suhu pengeringan
Mulia Syafrida, Sri Darmanti dan Munifatul Izzati

dan organ. Perlakuan pengeringan secara nyata dekomposisi fenol yang berpengaruh pada
menurunkan kadar flavonoid, akan tetapi antara kandungan flavonoid. Flavonoid memiliki sifat
perlakuan suhu 30 °C, 40° C dan 50 °C tidak senyawa yang tidak tahan terhadap suhu.
menunjukkan perbedaan nyata. Rata-rata kadar Mekanisme penurunan senyawa flavonoid
flavonoid daun dan umbi teki pada suhu akibat suhu pengeringan disebabkan oleh
pengeringan yang berbeda disajikan dalam tabel 2. perubahan dekomposisi senyawa flavonoid.
Menurut Susanti (2008) penurunan senyawa
Tabel 2. Kadar flavonoid (mg/g) daun dan umbi teki flavonoid dapat disebabkan karena kadar senyawa
dengan suhu pengeringan yang berbeda fenolik mengalami perubahan komposisi kimia
akibat tingginya suhu pengeringan. Salah satu
Suhu Kadar Flavonoid contohnya yaitu adalah adanya perubahan senyawa
Pengeringan (mg/g) Rata-rata tanin menjadi senyawa kimia lain akibat adanya
(ºC) Daun Umbi pengaruh suhu. Tanin salah satu jenis senyawa yang
Kontrol 6,17 1,37 3,77a termasuk ke dalam golongan polifenol. Sekarini
30 4,84 0,81 2,83b (2011) menyatakan bahwa suhu pengeringan yang
40 4,80 0,61 2,70b
tinggi akan mengakibatkan terjadinya oksidasi
50 3,98 0,54 2,26b
Rerata 4,94 0,27
komponen polifenol, yaitu dengan adanya
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama penambahan molekul oksigen. Oksidasi komponen
pada kolom yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan polifenol akan mengakibatkan kerusakan pada
uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%. senyawa flavonoid. Hal tersebut mengakibatkan
epigallokatekin dan galat akan terkondensasi
Semakin tinggi suhu yang digunakan dalam membentuk ortoquinon dan selanjutnya mengalami
proses pengeringan maka semakin menurun kondensasi dengan adanya penambahan ion
kandungan flavonoid pada sampel. Perlakuan hidrogen, membentuk bisflavanol. Bisflavanol
kontrol memiliki kadar flavonoid paling tinggi kemudian akan mengalami kondensasi sehingga
dibandingkan perlakuan suhu pengeringan lain membetuk theaflavin dan thearubigin. Kedua
yaitu sebesar 3,77 mg/g, sedangkan perlakuan suhu komponen ini merupakan komponen senyawa tanin
pengeringan 50 °C diperoleh kadar flavonoid yang dengan kandungan polifenol dalam jumlah yang
paling rendah yaitu sebesar 2,26 mg/g. Hal ini relatif sedikit.
disebabkan karena flavonoid yang terkandung
dalam sampel teki merupakan senyawa aktif yang Aktivitas Antioksidan
sensitif terhadap suhu (termolabil), sehingga pada Nilai IC50 merupakan konsentrasi sampel
proses pengeringan dengan pemanasan cenderung yang diperlukan untuk menangkal 50% radikal
menurunkan kadar flavonoid. bebas DPPH (Amin dan Lee, 2012). Dengan
Data menunjukkan bahwa daun teki memiliki demikian semakin tinggi nilai IC50 pada suatu
kadar flavonoid lebih tinggi dibandingkan umbi. sampel maka akan semakin rendah aktivitas
Tingginya kadar flavonoid pada daun teki antioksidannya.
disebabkan karena pada sitoplasma daun paling
banyak terjadi proses biosintesis senyawa fenolik Tabel 3. Aktivitas antioksidan (IC50) daun dan umbi teki
(Hernawan dan Setiawan, 2003). Syafarina dkk dengan suhu pengeringan yang berbeda
(2017) menyatakan bahwa flavonoid merupakan
golongan polifenol dengan struktur dasar fenol Suhu IC50
yang senyawanya memiliki sifat mudah teroksidasi Pengeringan Rata-rata
(ºC) Daun Umbi
dan sensitif terhadap perlakuan panas sehingga
dengan adanya suhu pengeringan akan Vitamin C 11,16 11,16 11,16a
Kontrol 711,57 4992,66 4204,95b
mempengaruhi kadar flavonoid yang terkandung di
30 980,46 8079,27 4529,78b
dalam sampel teki. Kandungan senyawa akan 40 1140,99 12107,58 6554,05bc
menurun seiring dengan peningkatan dan tinggi 50 1616,97 15378,22 8421,10c
suhu yang digunakan karena akan terjadi Rata-rata 892,23 8113,77
Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kadar Air

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama lemah jika nilai IC50 151-200 ppm, dan sangat
pada kolom yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan lemah jika nilai IC50 lebih dari 200 ppm.
uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

Tabel 3 menunjukkan adanya penurunan KESIMPULAN


aktivitas antioksidan tiap perlakuan suhu Tidak terdapat interaksi antara faktor
pengeringan pada sampel daun maupun teki. Hal ini pengeringan dan jenis organ pada kadar air, kadar
dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi suhu flavonoid total dan aktivitas antioksidan teki.
pengeringan maka aktivitas antioksidan akan Semakin tinggi suhu pengeringan maka kadar air,
semakin menurun. Perlakuan kontrol memiliki nilai kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan akan
IC50 yang paling rendah, hal ini menunjukkan mengalami penurunan.
kemampuan dalam menghambat radikal bebas
sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan kontrol DAFTAR PUSTAKA
memiliki aktivitas antioksidan yang paling kuat Agati, G., Elisa, A., Susanna, P., Massimilano, T.
dibandingkan sampel pada suhu suhu 30 °C, suhu 2012. Flavonoids as Antioxidants in Plants:
40 °C dan suhu 50°C. Husni, dkk (2014) Location and Functional Significance. Plant
menyatakan bahwa pengeringan dengan science. 196: 67-76.
menggunakan temperatur yang tinggi dapat Amin, I., Lee, W. Y. 2005. Effect of Different
menurunkan aktivitas antioksidan. Blanching Times on Antioxidant Properties
Hasil uji aktivitas antioksidan pada tabel 3 in Selected Cruciferous Vegetables. Journal
menunjukkan bahwa daun teki memiliki aktivitas of the Science of Food and Agriculture.
antioksidan lebih tinggi dibandingkan umbi. Hal ini 85(13): 2314-2320.
disebabkan karena akumulasi senyawa metabolit Banerjee, A. N. and B. De. 2005. In Vitro Study of
sekunder terutama fenol dan flavonoid banyak Antoxidant Activity of Syzigium cumini. J.
ditemukan di daun. Akumulasi flavonoid terbesar Food Chemistry. 90:727-733.
terdapat di daun, karena flavonoid terdapat pada Chang, C. and Wen, H. 2002. Estimation of Total
sel-sel daun seperti trikoma, vakuola dari sel Flavonoid Content in Propolis by Two
kelenjar trikoma dan kloroplas (Agati et al., 2012). Complementary Colorimetric Methods. J.
Vitamin C (asam askorbat) pada penelitian Food Drug Anal.
ini digunakan sebagai kontrol positif atau Hernawan, D. E., Setiawan, A.D. 2003. Ellagitanin:
pembanding terhadap aktivitas antioksidan pada Biosintesis, Isolasi, dan Aktivitas Biologi.
sampel karena vitamin C termasuk dalam golongan Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
antioksidan. Aktivitas antioksidan vitamin C pada Pengetahuan Alam. Universitas Surakarta.
penelitian ini menunjukkan hasil yang jauh lebih Husni, A., Deffy, R., Iwan, Y. 2014. Aktivitas
tinggi dibandingkan dengan sampel daun dan umbi Antioksidan Padina sp pada Berbagai Suhu
teki. Hal ini dibuktikan dengan nilai IC50 yang dan Lama Pengeringan. JPB Perikanan. 2(9):
paling rendah, yakni sebesar 11,2 ppm. Aktivitas 165-173.
antioksidan pada vitamin C termasuk sangat kuat, Loveless, A. R.1991. Prinsip-prinsip Biologi
sedangkan aktivitas antioksidan pada sampel teki Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. PT.
baik pada daun dan umbi tergolong sangat lemah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Vitamin C memiliki nilai IC50 11,2 ppm, sedangkan Manoi, F. 2006. Pengaruh Cara Pengeringan
sampel daun daun umbi teki yang telah dianalisis Terhadap Mutu Simplisia Sambiloto. Bull.
memiliki nilai IC50 di atas 200 ppm. Molyneux Littro. 17(1):1-15.
(2008) membagi kemampuan antioksidan dalam Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free
meredam radikal bebas ke dalam beberapa Radicals Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
golongan, yaitu antioksidan sangat kuat jika nilai Estimating Antioxidant Activity.
IC50 kurang dari 50 ppm, kuat jika IC50 bernilai Songklanakarin Journal of Science
51-100 ppm, sedang jika IC50 bernilai 101-150 ppm, Technology 26(2): 211-219.
Pagiling, N. 2014. Penentuan Kadar Polifenol dan
Kafein dari Daun dan Kulit Buah Kopi
Mulia Syafrida, Sri Darmanti dan Munifatul Izzati

Arabika (Coffea arabica. L) Asal Tana Sudarmadji, Slamet, dan H. Bambang, Suhardi.
Toraja. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas 2003. Analisa bahan Makanan dan
Hasanuddin, Makassar. Pertanian. Liberty, Bogor.
Pourmourad, F., Hosseinimehr and Shahabimajd. Susanti. 2008. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air
2006. Antioxidant Activity Phenol and dan Etanol Daun Berenuk (Crescentia cuffete
Flavonoid Contents Of Some Selected L.) Pharmacy. 3(4):177-183.
Iranian Medicinal Plants. African Journal of Syafarina, M., Irham, T., Edyson. 2017. Perbedaan
Biotechnology. 1:1142-1145. Total Flavonoid antara Tahapan Pengeringan
Pradana, I.G.N. 2014. Perbandingan Efektivitas Air Alami dan Buatan pada Ekstrak Daun Binjai
Rebusan Rumput Teki (Cyperus Rotundus) (Mangifera caesia). Skripsi. Fakultas
Dengan Air Rebusan Daun Jambu Biji Kedokteran Gigi Univ. Lambung Mangkurat,
(Psidium guajava, Linn.) dalam Banjarmasin.
Penyembuhan Stomatitis Aphtosa Rekuren Umayah, E. Moch, A. 2007. Uji Aktivitas
(Sar). Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Antioksidan Ekstrak Buah Naga. Jurnal
Universitas Mahasaraswati, Denpasar. Ilmiah Dasar. 1(8): 83-90.
Pratiwi, E. 2009. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Utami, D., Suwandi, H., Samiryasih, S. 2008.
Dan Fraksi Aktif Temukunci (Boesenbergia Struktur Tumbuhan. Penerbit Universitas
pandurata Roxb.) Skripsi. Departemen Terbuka. Jakarta.
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan
Pengetahuan Alam. IPB, Bogor. Radikal Bebas. Kanisius, Yogyakarta.
Sekarini, G. A. 2011. Kajian Penambahan Gula dan Zainol, M., Abdul-Hamid, A., Abu, B. F., and Pak,
Suhu Penyajian Terhadap Kadar Total Fenol, D. S., 2009. Effect of Different Drying
Kadar Tanin (Katekin) dan Aktivitas Methods On The Degradation Of Selected
Antioksidan pada Minuman Teh Hijau Flavonoids in Centella Asiatic. International
(Camellia sinensis L.). Skripsi. Jur. Food Reasearch Journal. 16: 531-537.
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas .
Sebelas Maret, Surakarta.

View publication stats

You might also like