Professional Documents
Culture Documents
net/publication/322055916
CITATIONS READS
0 7,165
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Henky Irawan on 05 January 2018.
Samsul Rizal
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelutan FIKP-UMRAH
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2016 – Oktober 2016 yang berlokasi di perairan
Pulau Terkulai Kota Tanjungpinang. Berdasarkan kondist tutupan terumbu karang di Pulau Terkulai,
ditemukan 11 bentuk lifeform yakni Sargassum (SA), Sand (S), Coral Massive (CM), Coral Foliose
(CF), Dead Coral (DC), Dead Coral Alga (DCA), Sponge (SP), Coral Submassive (CS), Others (OT),
Rubble (R), dan Coral Mushroom (CMR). Komponen tutupan terumbu karang tertinggi adalah jenis
Sargassum (SA) sedangkan terendah pada jenis Coral Mushroom (CMR). Bila dilihat dari tutupan
karang hidupnya, maka kondisi kesehatan terumbu karang di Pulau Terkulai tergolong rusak dengan
kerusakan sedang dengan nilai persentase antara 25- 49,9%.
Samsul Rizal
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelutan FIKP-UMRAH
ABSTRACT
This research was conducted from August 2016 - October 2016, located in the Terkulai
Island, Tanjungpinang City. Based of coral reef cover lifeform found that 11 forms lifeform are
Sargassum (SA), Sand (S), Coral Massive (CM), Coral Foliose (CF), Dead Coral (DC), Dead Coral Alga
(DCA), Sponge (SP), Coral Submassive (CS), Others (OT), Rubble (R), dan Coral Mushroom (CMR).
Components of the highest coral cover is Sargassum (SA) while the lowest on the type of Mushroom
Coral (CMR). When viewed from the coral cover of her life, the health condition of coral reefs in
Terkulai Island classified as damaged by moderate damage by a percentage value between 25 to 49.9%.
fotosintesisnya (energi dan nutrisi) kepada suplai nitrogen anorganik 70% didapat dari
karang (Supriharyono, 2007). karang (Nybakken,1992). Anorganik itu
Karang merupakan kumpulan dari merupakan sisa metabolisme karang dan hanya
berjutajuta hewan polip yang menghasilkan sebagian kecil anorganik diambil dari perairan.
bahan kapur (CaCO3). Sebagian besarkarang Karang merupakan pembangunan
adalah binatang-binatang kecil disebut Polip utama dalam ekosistem terumbu karang.
yang hidup berkoloni dan membentuk terumbu. Terumbu karang adalah endapan-endapan
Masing-masing polip memiliki kerangka luar masiff yang penting dari kalsium karbonat
yang disebut koralit. Sebuah koralit umumnya (CaCO3) yang terutama dihasilkan oleh karang
mempunyai septa yang menyerupai sekat- (Filum Cnidaria, KelasAnthozoa, Ordo
sekat. Polip karang terdiri dari usus yang Madreporaria= Scleractinia) dengan sedikit
disebut filamen mesentri, tentakel yang tambahan dari alga berkapur dan organisme-
memiliki sel nematosis (penyengat) yang organisme lain yang mengeluarkan kalsium
berfungsi melumpuhkan musuhnya. Tubuh karbonat (Nybakken,1992). Komunitas karang
polip karang terdiri dari dua lapisan yaitu terbatas keberadaan pada perairan dangkal,
ectoderm dan endoderm. Diantara kedua karena ganggang simbiotik membutuhkan sinar
lapisan tersebut terdapat jaringan yang matahari untuk fotosintesis. Kebutuhan dan
berbentuk seperti jelly yangdisebut mesogela. adaptasi sinar dalam koral seperti untuk
Didalam lapisan endoderm tubuh polip hidup kepentingan memelihara laju maksimum dari
bersimbiosis dengan alga bersel satu pengkapuran dan fotosintesis dapat
zooxanthellae. Zooxanthellae adalah tumbuhan dipertahankan hingga di bawah kedalaman 20
yang melakukan proses fotosintesis, hasil meter dalam kondisi perairan bersih
metabolisme dan O2 (oksigen) akan diberikan (Nybakken,1992).
kepada polip karang. Sedangkan polip karang
memberikan tempat hidup dan hasil respirasi
CO2 kepada alga zooxanthellae (Coremap, III. METODE
2010).
Zooxanthella adalah alga dari A. Waktu dan Tempat
kelompok Dinoflagellata yang bersimbiosis Penelitian ini dilakukan mulai bulan
pada hewan, seperti karang, anemon, moluska Agustus 2016 – Oktober 2016 yang berlokasi di
dan lainnya. Sebagian besar zooxanthellae perairan Pulau Terkulai Kecamatan
berasal dari genus Symbiodinium. Jumlah Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang
zooxanthellae pada karang diperkirakan > 1 Provinsi Kepulauan Riau.Untuk lebih jelas
juta sel/cm2 permukaan karang, ada yang lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 di
mengatakan antara 1-5 juta sel/cm2. Meski bawah ini.
dapat hidup tidak terikat induk, sebagian besar
zooxanthellae melakukan simbiosis dalam
asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah
keuntungan berupa: 1) hasil fotosintesis, seperti
gula, asam amino danoksigen, 2) mempercepat
proses kalsifikasi melalui skema: fotosintesis
akan menaikkan pH dan menyediakan ion
karbonat lebih banyak kemudian dengan
pengambilan ion P untuk fotosintesis, berarti
zooxanthellae telah menyingkirkan inhibitor
klasifikasi. Bagi zooxanthellae, karang adalah
habitat yang baik karena merupakan pensuplai
terbesar zat anorganik untuk fotosintesis. Gambar. Peta lokasi penelitian
Sebagai contoh Bytell menemukan bahwa
untuk zooxanthellae dalam Acropora palmata
4
komposisi alga akan berpengaruh pada sampling terjadi hujan yang menjadi faktor
dominansi alga pada suatu perairan. pengaruh menurunnya salinitas pada lokasi
penelitian.
B. Kondisi Perairan di Pulau Terkulai Namun jika menurut Haruddin (2011)
Kondisi Perairan yang diuji dalam salinitas yang optimal untuk kehidupan
penelitian ini diantaranya meliputi suhu, terumbu karang ialah antara 25-30 ‰. Salinitas
salinitas, arus, kecerahan serta analisis ukuran rata-rata di perairan Pulau Terkulai adalah
butir sedimennya. Dengan demikian dapat 30,950/00 dengan demikian melebihi batas
menggambarkan kondisi yang sebenarnya. optimal yang baik bagi pertumbuhan karang
Untuk lebih jelas, pembahasan mengenai sehingga kondisi terumbu karangnya kurang
kondisi perairan sekitar terumu karang perairan baik. Salinitas diketahui juga merupakan faktor
Pulau Terkulai Kelurahan Senggarang dapat pembatas kehidupan binatang karang. Salinitas
dilihat pada sub bab berikut. air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar
35 ‰, dan binatang karang hidup subur pada
1. Suhu kisaran salinitas sekitar 34-36 ‰.
Hasil pengukuran suhu di perairan (Supriharyono, 2007). Menurut Marsuki (2012)
Pulau Terkulai nilainya berkisar antara 28,7 – salinitas menjadi salah satu faktor penting
30,3 0C dengan rata-rata 29,65 0C. Menurut terhadap kondisi ekologi perairan, salinitas
KEPMEN LH (2004) baku mutu kondisi suhu akan mempengaruhi tekanan osmotik dalam
yang baik bagi kehidupan terumbu karang tubuh organisme sehingga organisme tersebut
adalah pada kisaran 28 – 30 0C. Dapat dilihat akan mengeluarkan energi untuk dapat
bahwa keseluruhan kondisi suhu masih baik beradaptasi dengan lingkungannya melalui
bagi pertumbuhan terumbu karang. mekanisme osmoregulasi.
Terumbu karang pada umunya Kondisi arus di perairan Pulau
ditemukan terbatas pada suhu perairan antara Terkulai pada kisaran 0,07-0,14 m/detik
18 - 36°C, nilai optimal pertumbuhan karang dengan rata-rata arus 0,10 m/detik. Secara
berkisar 26 - 28°C. Perbedaan suhu selanjutnya keseluruhan kondisi kecepatan arus sudah
diekspresikan dalam pola distribusi dan cukup baik bagi pertumbuhan karang. Nontji
keragaman terumbu karang yang berbeda (1993) menyebutkan bahwa keberadaan arus
secara ekologis dan geografis (Hubbard, 1990 dan gelombang di perairan sangat penting bagi
dalam Purba, 2013). Dengan demikian kondisi kelangsungan hidup terumbu karang. Arus
rata-rata suhu perairan Pulau Terkulai adalah berperan sebagai pengadukan bahan makanan
29,65 oC melebihi nilai optimal pertumbuhan untuk polip karang, membersihkan bagian dari
karang, namun masih dapat ditolelir oleh terumbu karang terhadap endapan – endapan
karang akam tetapi kuarang optimal sehingga serta mensuplai oksigen dari laut bebas.
kondisi tutupan karang hidupnya relative kecil. Pertumbuhan karang lebih baik pada wilayah
dengan arus kuat dibandingkan pada wilayah
2. Salinitas dengan arus yang lemah.
Nilai salinitas padaperairan Pulau Menurut Haruddin (2011) arus yang
Terkulai berikisar antara 30-320/00 dengan rata- baik bagi pertumbuhan terumbu karang adalah
rata 30,950/00. Menurut pendapat KEPMEN LH < 20 cm/detik (0,2 m/detik). Namun jika
(2004) mengenai kondisi salinitas yang optimal melihat dari kondisi arus rata-rata di perairan
bagi pertumbuhan karang adalah pada kisaran Pulau Terkulai adalah 0,10 m/detik tergolong
33 – 34 0/00. Namun dapat dilihat bahwa kondisi lemah sehingga kurang baik bagi pertumbuhan
salinitas lenih kecil dibandingkan dengan karang. arus yang kuat akan membantu
ambang batas optimal yang ditentukan, hal ini mengangkut sedimen menyebar ke lokasi lain
juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca perairan sehingga periran tersebut dapat lebih jernih.
yang pada saat itu setelah hujan sehingga
menyebabkan pengaruh terhadap salinitas.
Factor cuaca yang pada saat pengambilan
8