You are on page 1of 4

1 Devi Windiawati et al, Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Peternakan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)

PERTANIAN

ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANAGAN PETERNAKAN


SEMUT RANGRANG ( Oecophylla smaragdina )
The Feasibility Analysis and Development Strategy of Weaver Ant Farm (Oecophylla smaragdina)

di pepohonan yang tinggi. Apabila beruntung kroto yang

Devi Windiawati, Mustapit*, Anik Suwandari


Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
*
E-mail : mustapit.faperta@unej.ac.id

ABSTRACT

The increasing demand for kroto occurs due to the myriads of chirping-bird communities and fishing communities, which encourage farmers to captivate
weaver ants. Weaver ant farming in Jember regency constitutes one of the sustainable farming, out of omnipresent farms focusing in weaver ants. This
study aimed at probing: 1) the financial appropriateness of weaver ant farming, 2) the sensitiveness of weaver ant farming to 10% production decrease and
6% input cost increase, 3) the development strategy of weaver ant by SWOT analysis. The obtained research data were analysed by business
appropriateness analysis, sensitivity analysis, and SWOT analysis. The research findings evinced that: 1) the financial-appropriateness analysis on weaver
ant farming in Jember, applying investment criteria, indicated the following results: an NPV value of Rp 8.191.643; a PR value of 1.30; a Net B/C value of
1.76; a Gross B/C value of 1.19, and IRR value of 10.25%. Corroborated by the financial-appropriateness analysis, the research found the farming worth
running and developing. 2) Weaver ant farming was sensitive to 10% fall of kroto production in as much as the farm would suffer financial loss due to the
decrease and the farming was not proven insensitive to the 6% increase in input cost as the farm still managed to gain benefit. 3) There were three
alternatives of developing the farm doable to the farmers, which comprised of establishing connection with other weaver ant farmers for sharing
information on the ant species, elevating the solidarity among farmers of weaver ant to build farmer community, and carrying out partnership to enhance
the business scale of weaver ant farming
Keywords: Ant Farm, Kroto, SWOT.

ABSTRAK

Permintaan kroto yang semakin tinggi dengan semakin banyaknya komunitas burung kicau dan komunitas pemancing memicu peternak
untuk menangkarkan semut rangrang. Peternakan semut rangrang di Kabupaten jember merupakan salah satu peternakan yang masih
berjalan dari sekian banyak peternak yang membudidayakan semut rangrang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) kelayakan
peternakan semut rangrang dari aspek finansial, (2) kepekaan peternakan semut rangrang terhadap perubahan penurunan produksi sebesar
10% dan kenaikan harga input sebesar 6%, (3) strategi pengembangan peternakan semut rangrang menggunakan analisis SWOT. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kelayakan usaha, analisis sensitivitas dan analisis SWOT. Hasil penelitian
menunjukan bahwa: (1) Analisis kelayakan finansial peternakan semut rangrang di Kabupaten Jember dengan kriteria investasi
menunjukkan hasil dengan nilai sebagai berikut: NPV bernilai Rp 8.191.643; PR bernilai 1,30; Net B/C bernilai 1,76; Gross B/C bernilai
1,19 dan IRR sebesar 10,25%. Berdasarkan hasil kriteria kelayakan finansial maka peternakan semut rangrang layak untuk dijalankan dan
dikembangkan. (2) Peternakan semut rangrang peka terhadap penurunan produksi kroto sebesar 10% karena peternakan akan mengalami
kerugian apabila terjadi penurunan produksi kroto sebesar 10% dan peternakan semut rangrang tidak peka terhadap kenaikan harga input
sebesar 6% karena peternakan mendapatkan keuntungan. (3) Terdapat tiga alternatif pengembangan peternakan semut rangrang yang dapat
digunakan oleh peternak yaitu membangun jaringan dengan sesama peternak semut rangrang untuk informasi budidaya semut rangrang,
meningkatkan solidaritas dari jumlah peternak yang sedikit untuk membentuk kelompok peternak semut rangrang dan melakukan kerja
sama kemitraan untuk meningkatkan skala usaha peternakan peternakana semut rangrang

Kata kunci: Peternakan Semut Rangrang, Kroto, SWOT.


How to citate: Windiawati, D., Mustapit., S, Anik. 2016. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Peternakan Semut Rangrang (Oecophylla
smaragdina). Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): xx-xx

PENDAHULUAN didapatkan cukup banyak antara 1-3 kg/hari, sehingga pemburu


kroto ini dapat mengantongi Rp 50.000,00 - Rp 250.000,00.
Peningkatan permintaan konsumen terhadap produk kroto Harga kroto di Kabupaten Jember sendiri memiliki tingkat harga
tidak lepas dari kegunaanya sebagai salah satu pakan terbaik yang hampir sama dengan harga kroto di Kota Malang yaitu
untuk burung kicau dan ikan. Kandungan nutrisi yang tinggi sekitar Rp 60.000,00/kg – Rp 100.000,00/kg. Harga kroto yang
dalam kroto dinilai sangat bermanfaat bagi burung kicau. Oleh berlaku di pasaran Jember pada tingkat peternak antara Rp
karena itu, penghobi burung kicau dan pemancing tetap 7.000,00/ons – Rp 15.000,00/ons, sedangkan untuk harga kroto
membeli kroto meskipun harga jual kroto terus meningkat di tingkat pedagang pengecer antara Rp 8.000,00/ons – Rp
(Rifai, 2014). 15.000,00/ons, dan untuk harga beli konsumen antara Rp
Kroto yang dijual dipasaran selama ini merupakan hasil 8.000/ons – Rp 18.000/ons.
buruan dari alam. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang Tingginya permintaan kroto memicu peternak untuk
menyebabkan tingginya harga kroto. Pencari kroto diharusakan mengusahakan peternakan semut rangrang. Usaha peternakan
berburu hingga ke hutan-hutan dan mencari telur semut semut rangrang tidak memerlukan tempat yang luas, teknik yang
rangrang digunakan cukup sederhana serta tidak membutuhkan bahan
baku impor sehingga pengadaaan bahan baku tidak tergantung

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.


2 Devi Windiawati et al, Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Peternakan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)

pada kondisi nilai tukar rupiah atau mata uang tegional. Oleh b. Jika IRR < discount factor artinya peternakan semut
karena itu, peternakan semut rangrang merupakan peluang yang rangrang tidak layak.
cukup bagus untuk membuat usaha. Peternakan semut rangrang
yang ada di Kabupaten Jember yaitu ada di Desa Semboro 3. Net B/C
Kecamatan Semboro, Desa Silosanen Kecamatan Silo, dan Desa n n
Lengkong Kecamatan Mumbulsari. Metode budidaya yang Net B/C = ∑ (t =1) NPV /∑(t =1 ) NPV
digunakan oleh peternakan semut rangrang di Kabupaten Keterangan :
Jember. Net B/C = Net Benefit Cost Ratio
Berkaitan dengan usaha peternakan semut rangrang Bt = Benefit atau manfaat pada waktu ke-n (Rp)
tersebut, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui layak Ct = Cost atau biaya pada waktu ke-n (Rp)
tidaknya usaha peternakan semut rangrang tersebut dilihat dari I = Tingkat suku bunga
segi finansial karena dari sekian banyak peternak semut n = Waktu ke n
rangrang yang ada di Kabupaten Jember hanya peternakan t = Waktu
tersebut yang masih berjalan. Selain itu penelitian ini bertujuan Kriteria pengambilan keputusan :
untuk mengetahui peka tidaknya peternakan semut rangrang a. Apabila nilai Net B/C ≥ 1, menunjukkan peternakan semut
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada peternakan rangrang layak untuk diusahakan
semut rangrang seperti kenaikan harga input dan penurunan b. Apabila nilai Net B/C < 1, menunjukkan peternakan semut
produksi serta bagaimana strategi pengembangan usaha rangrang tidak layak untuk dikerjakan.
peternakan semut rangrang di Kabupaten Jember supaya
peternakan tersebut tetap berjalan. 4. Gross B/C
Gross B/C =
(∑ n(t=1) Bt /(1+ i)t )/( ∑(t=1)
n
METODE PENELITIAN C t /(1+ i)t )
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive Keterangan:
method, yaitu di Kabupaten Jember. Metode penelitian yang PV + = present value (benefit)
digunakan adalah metode analitilk dan studi kasus. Metode PV - = present value (cost)
analitik digunakan dengan menerapkan analisis yang berkaitan Kriteria pengambilan keputusan:
dengan peneltian dengan cara menyusun data terlebih dahulu, a. Gross B/C ≥ 1, maka peternakan semut rangrang layak
kemudian dianalisis dan mengadakan interpretasi yang lebih diusahakan.
dalam (Nazir, 2005). Studi kasus merupakan strategi penelitian b. Gross B/C < 1, maka peternakan semut rangrang tidak layak
dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu diusahakan.
program, peristiwa, aktivitas, proses, individu atau kelompok
individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan 5. PR
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan Keterangan :
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan Bt = Benefit atau manfaat pada waktu ke n
waktu yang telah ditentukan (Creswell, 2008). Pengambilan Ct = biaya O&M atau biaya rutin
sampel dilakukan dengan teknik teknik total sampling. Kt = biaya investasi atau biaya modal
Pengujian hipotesis pertama tentang analisis kelayakan usaha Kriteria pengambilan keputusan :
dilihat dari aspek finansial peternakan semut rangrang di Kabupaten a. PR ≥ 1, artinya peternakan semut rangrang layak untuk
Jember digunakan beberapa kriteria investasi, yaitu : diusahakan.
1. Net Present Value (NPV) b. PR < 1, artinya peternakan semut rangrang tidak layak untuk
diusahakan.
NPV = ∑ n(t =1) ( Bt −C t )(DF ) Kriteria pengambilan keputusan untuk kelayakan investasi
Keterangan : peternakan semut rangrang di Kabupaten Jember :
NPV = Net Present Value a. Jika semua kriteria menghasilkan nilai yang layak, maka
Ct = Cost atau biaya total pada waktu ke-n (Rp) usaha yang dijalankan sangat layak untuk dilanjutkan.
Bt = Benefit atau manfaat total pada waktu ke-n (Rp) b. Jika kriteria NPV, Net B/C dan IRR diterima maka hasil
n = Umur investasi atau waktu (Tahun) analisa dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan.
i = Tingkat bunga (%) c. Jika hampir semua kriteria menghasilkan nilai yang ditolak
Kriteria pengambilan keputusan : atau dari tiga kriteria NPV, Net B/C dan IRR ditolak maka
a. NPV ≥ 0, maka peternakan semut rangrang layak untuk usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilanjutkan
diusahakan. Pengujian hipotesis kedua tentang sensitivitas peternakan
b. NPV = 0, maka peternakan semut rangrang berada semut rangrang dilakukan dengan menghitung kelima kriteria
pada kondisi impas. kelayakan finansial pada beberapa skenario perubahan yang
mungkin terjadi. Teknik analisis sensitivitas yaitu dengan
c. NPV < 0, maka peternakan semut rangrang tidak layak
melakukan identifikasi faktor, yaitu faktor perubahan produksi
untuk diusahakan. dan perubahan biaya atau harga input yang mungkin atau dapat
saja terjadi pada peternakan semut rangrang. Perubahan tersebut
2. IRR tentunya akan mempengaruhi berapa besar pengaruh pada aliran
IRR = i 1+ ( NPV 1 /( NPV 1−NPV 2 ))(i 2−i 1) kas peternakan semut rangrang, apakah manfaat ataupun
Keterangan : biayanya.
i1 = Tingkat bunga dimana diperoleh NPV+ (%) Permasalahan ketiga tentang strategi pengembangan
i2 = Tingkat bunga dimana diperoleh NPV- (%) peternakan semut rangrang digunakan analisis SWOT (Strenght,
Weakness, Opportunities, and Threats). Analisis SWOT adalah
NPV1 = Nilai NPV+ (Rp) identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
NPV2 = Nilai NPV- (Rp) strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan pada logika yang
Kriteria pengambilan keputusan : dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
a. Jika IRR ≥ discount factor artinya peternakan semut (opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan
rangrang layak. kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti,
2014).

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.


3 Devi Windiawati et al, Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Peternakan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)

PEMBAHASAN
Gambar 4. Matrik Internal Eksternal Peternakan Semut Rangrang di
Strategi Pengembangan Peternakan Semut Rangrang Kabupaten Jember
(Oecophylla smaragdina)
A. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Peternakan Semut D. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan Semut
Rangrang (Oecophylla smaragdina) Rangrang di Kabupaten Jember
Analisis SWOT dilakukan berdasarkan asumsi bahwa suatu Strategi pengembangan peternakan semut rangrang yang
strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang diterapkan berdasarkan faktor kondisi internal dan eksternal
serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Tabel 1 dan 2 peternakan semut rangrang di Kabuapaten Jember. Strategi
merupakan hasil analisis faktor kondisi internal peternakan semut pengembangan peternakan yang digunakan adalah strategi W-O.
rangrang di Kabupaten Jember yang telah dirata-rata dari 3 Strategi W-O adalah stretegi yang memanfaatkan peluang untuk
Kecamatan yaitu Kecamatan Semboro, Kecamatan Lengkong dan mengatasi kelemahan yang terdapat pada peternakan agar peternakan
Kecamatan Sukowono. semut rangrang dapat bergerak pada tahap pertumbuhan. Berdasarkan
Tabel 1. Analisis Faktor Strategi Internal Peternakan Semut Rangrang gambar 5.5 dibawah, dapat diketahui alternatif strategi pengembangan
peternakan semut rangrang yang digunakan ada 3, yaitu:
Tabel 2. Analisis Faktor Strategi Eksternal Peternakan Semut 1. Membangun jaringan dengan sesama peternak semut rangrang
Rangrang untuk berbagi informasi mengenai budidaya peternakan
semut rangrang untuk mengatasi kelemahan W,1, W2, W2,
B. Analisis Matrik Posisi Kompetitif Relatif Peternakan Semut W6 dengan memanfaatkan peluang yang terdapat pada
Rangrang di Kabupaten Jember peternakan semut rangrang yaitu O2, O4
Hasil perhitungan nilai faktor-faktor kondisi internal dan 2. Meningkatkan solidaritas dari jumlah peternak yang sedikit
nilai faktor-faktor kondisi eksternal pada Peternakan semut untuk membentuk kelompok peternak semut rangrang.
rangrang di Kabupaten Jember, dikompilasikan kedalam matrik Stategi tersebut dibuat berdasarkan kelemahan yang terdapat
posisi kompetitif relatif pada gambar 1. Berdasarkan hasil pada peternakan semut rangrang W5 dengan memanfaatkan
analisis faktor-faktor strategi internal diperoleh nilai IFAS peluang yang terapat peternakan itu sendiri yaitu O3
sebesar 1,68 dan hasil analisis faktor-faktor strategi eksternal 3. Melakukan kerja sama kemitraan untuk meningkatkan skala
diperoleh nilai EFAS sebesar 2,64. Nilai tersebut menempatkan usaha peternakan peternakana semut rangrang. Strategi
usaha budidaya semut rangrang dalam posisi Grey Area (Bidang tersebut dibentuk dengan memanfaatkan peluang yang
Lemah-Berpeluang) yang artinya usaha budidaya semut terdapat di peternakan semut rangrang yaitu O1, O2, O5, O6
rangrang memiliki peluang pasar yang prospektif, namun untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada peternakan
memiliki kompetensi untuk mengerjakannya. Berikut adalah semut rangrang yaitu W6.
hasil dari kompilasi nilai faktor-faktor kondisi internal (IFAS)
dan nilai faktor-faktor kondisi eksternal (EFAS) pada
peternakan semut rangrang, yang dapat dilihat pada Gambar 1:

EFAS
4 White Area Grey Area
2,64
2
Grey Area
Black Area
0 IFAS
1,68
4 2 0
Gambar 2. Diagram Matrik Posisi Kompetitif Relatif Peternakan
Semut Rangrang di Kabupaten Jember
C. Matrik Internal-Eksternal Peternakan Semut Rangrang di
Kabupaten Jember
Hasil perhitungan nilai faktor-faktor strategi internal dan nilai
faktor-faktor strategi eskternal pada peternakan semut rangrang di
Kabupaten Jember dimasukkan kedalam diagram matrik internal
eksternal (IE). Matrik IE digunakan untuk mengetahui posisi
peternakan semut rangrang secara jelas. Berdasarkan gambar 5.2
diperoleh total skor faktor internal sebesar 1,68 dan total skor faktor
eksternal sebesar 2,64 yang menunjukkan posisi peternakan semut
rangrang berada pada sel VI yaitu penciutan atau Retrenchment
Strategy. Strategi ini dilakukan untuk pengurangan produk, pasar
ataupun fungsi lainnya. Strategi ini biasanya diterapkan pada bisnis
yang berada pada posisi menurun (Rangkuti, 2013).
TOTAL SKOR IFAS
3,0 2,0 1,68 1,0
T 4,0
O
T Tinggi I II III
A
Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
L 3,0
Menengah V
S IV VI
K 2,64 Pertumbuhan/
Stabilitas Penciutan
O 2,0 Stabilitas
R

E
Rendah VII VIII IX
F
1,0 Pertumbuhan Pertumbuhan Likuiditas
A
S

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.


4 Devi Windiawati et al, Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Peternakan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)

Kekuatan (Stenght) Kelemahan (Weaknes) rangrang tidak layak untuk dilanjutkan. (2) Peternakan semut
IFAS Kualitas kroto baik (S1) 1. Sulitnya adaptasi semut rangrang di Kabupaten Jember sebaiknya melakukan strategi yang
Tersedianya pakan dan rangrang (W1)
nutrisi di pasaran (S2) 2. Jumlah produksi kroto yang telah direkomendasikan dengan menggunkan kekuatan dan
Peternak yang tnggap dan
kreatif (S3)
tidak tetap (W2)
3. Laporan keuangan yang tidak
memanfaatkan peluang yang ada di sekitar peternakan semut rangrang
Selalu mendapatkan terinci/sederhana (W3) di Kabupaten Jember dapat berkelanjutan.
keuntungan (S4) 4. Peternakan semut rangrang
sensitiv teradap penurunan
produksi (W4)
5. Pengalaman peternak terbatas UCAPAN TERIMA KASIH
(W5)
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mustapit, SP.
EFAS M.Si dan Ibu Ir. Anik Suwandari yang telah meluangkan waktu dan
Peluang (Opportunities) Strategi S-O Strategi W-O pikiran untuk memberi bimbingan, nasihat serta motivasi sehingga
Permintaan pasar tinggi (O1) Membangun jaringan dengan peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dan seluruh
Paradigma kroto sebagai pakan sesame peternak semut rangrang
terbaik untuk burung/ikan (O2) untuk informasi budidaya semut pihak-pihak terkait yang membantu dalam penggalian informasi untuk
Pelaku peternak semut rangrang rangrang (W,1, W2, W2, W6, O2, penelitian ini
sedikit (O3) O4)
Limbah peternakan ramah Meningkatkan solidaritas dari
lingkungan (O4) jumlah peternak yang sedikit
Kesetiaan pelanggan (O5)
Akses pasar yang mudah (O6)
untuk membentuk kelompok
peternak semut rangrang
DAFTAR PUSTAKA
(W5,O3)
Melakukan kerja sama kemitraan
untuk meningkatkan skala usaha Creswell, John W. 2008. Research Design Pendekatan Kualitatif,
peternakan peternakana semut
rangrang (W6, O1, O2, O5, O6) Kuantitatif, dan Mixed Edisi ke 3. Bandung : Pustaka
Belajar.
Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Ancaman (Threats) Strategi S-T Strategi W-T Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT Teknik Membedah
Pemburu kroto dialam (T1)
Fluktuatif harga pakan dan Kasus Bisnis. Edisi Ketujuh Belas. Jakarta: PT.
nutrisi (T2) Gramedia Pustaka Utama
Kekuatan tawar menawar
pedagang pengumpul tinggi
(T2) Rangkuti, Freddy. 2013. SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: PT.
Gangguang predator dan Gramedia Pustaka Utama
lingkungan (T4)
Tidak terdapat kelompok
peternakan semut rangrang (T5) Rifai, Fahrul A. 2014. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya
Semut Rangrang (Oecophylla Smaragdina) di Ciapus
Bogor. Dipublikasikan. Skripsi. Bogor: Fakultas
Gambar 6. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan Semut Peternakan Instutut Pertanian Bogor.
Rangrang di Kabupaten Jember

SIMPULAN DAN SARAN


SIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
1. Analisis kelayakan finansial peternakan semut rangrang di
Kabupaten Jember menunjukkan hasil yang layak dengan nilai
kriteria kelayakan sebagai berikut: NPV bernilai Rp 8.191.643; PR
bernilai 1,30; Net B/C bernilai 1,76; Gross B/C bernilai 1,19 dan
IRR sebesar 10,25%. Berdasarkan hasil kriteria kelayakan
finansial maka peternakan semut rangrang layak untuk dijalankan
dan dikembangkan.
2. Analisis sensitivitas peternakan semut rangrang di Desa Semboro
Kecamatan Semboro Kabupaten Jember menunjukkan bahwa
peternakan semut rangrang peka terhadap perubahan penurunan
produksi sebesar 10% dan tidak peka terhadap kenaikan harga
sebesar 6%.
3.Terdapat tiga alternatif pengembangan peternakan semut
rangrang di Kbupaten Jember yang dapat digunakan oleh
peternakan yaitu membangun jaringan dengan sesama
peternak semut rangrang untuk informasi budidaya semut
rangrang, meningkatkan solidaritas dari jumlah peternak
yang sedikit untuk membentuk kelompok peternak semut
rangrang dan melakukan kerja sama kemitraan untuk
meningkatkan skala usaha peternakan peternakana semut
rangrang

SARAN
Berdasarkan simpulan penelitian maka: (1) Diharapkan peternak
dalam menjalankan peternakannya tidak melampaui tingkat
perubahan penurunan produksi sebesar 10% dan kenaiakan biaya
input sebesar 6% karena dapat mengakibatkan peternakan semut

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.

You might also like