You are on page 1of 10

Riptek Vol. 6, No.I Tahun 2012, Hal.

1 - 9

KAJIAN HIDROLOGI TERHADAP PERUBAHAN


PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DAN LAHAN HIJAU
MENJADI PEMUKIMAN DI KOTA SEMARANG

Edy Susilo*) Bambang Sudarmanto*)

Abstract
Semarang City that has a vision of "The realization of Semarang City Trade and
Services, the Cultured towards Prosperous Communities" one of the mission is
"Creating spatial and sustainable infrastructure". The pattern of land use of
Semarang City consists of Housing or Residential, dry, mix Gardens, Fields, Pond,
Forest, Company, Services, Industrial and other use.The largest distribution
(33.70%) is residential use and it’s the still very possible to continue to rise in line
with city growth as the capital of Central Java Province.
The limited area and residential land in urban areas led to changes in land use
from agricultural and green areas to residential/settlement. Though changes in land
use in a catchment area will greatly affect the hydrological aspects. Change of use
of agricultural land and green land to settlement by the Millennium Development
Goals (MDGs) should still be able to ensure environmental sustainability. Thus
necessary to study the hydrology of agricultural land use changes to residential and
green areas in the city of Semarang.
As a sample of this research is to take the Banyan Basin Sub-Basin 4, namely Sub
Dondong DAS, DAS Duwet Sub, Sub Tikung DAS, and DAS Sub Demangan. The
results hydrologic changes resulting from the use of agricultural land and green
land into residential space corresponding pattern in 2021 is the increased flood
discharge an average of 5.11%. To reduce the increased discharge is necessary for
conservation of wells, biopori, and others. Conservation and absorption well nees an
absorption well in each 150 m2 land use changing from farming and green land as
settlement.Conservation of the wells require a well in the change of every 150 m2
of agricultural land and green land to residential. Conservation in the form of
ponds / water shed require 812 m2 for 1 hectare or about 10% of the land use
change. Erosion that occurs at the Banyan DAS at 61.94 to
81.47 tons / ha / year and classified as intermediate. Changes in land use to
residential would likely reduce erosion. Thus conservation is needed due to changes
in land use is conservation to reduce run off discharge.
However, conservation efforts in the DAS Beringin should be done to decrease the
level of erosion becomes lighter.
Key words : changing hydrology, conservation, absorption well

Latar Belakang pembangunan tidak hanya


Disadari sepenuhnya, walaupun merupakan tanggung jawab
pembangunan di Kota Semarang pemerintah semata, tetapi
sudah berjalan sesuai tahapan yang merupakan tanggung jawab seluruh
direncanakan, namun menghadapi masyarakat Kota Semarang.
perubahan dinamika pembangunan Kota Semarang yang memiliki
global yang begitu cepat, untuk itu visi “Terwujudnya Semarang Kota
diperlukan antisipasi agar Kota Perdagangan dan Jasa, yang
Semarang mampu tumbuh dan Berbudaya menuju Masyarakat
berkembang sejajar seperti kota Sejahtera” salah satu misinya adalah
metropolitan lainnya di Indonesia. “Mewujudkan tata ruang wilayah dan
Dari rumusan prioritas pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan”,
yang diamanatkan oleh Rencana merupakan pembangunan yang
Pembangunan Jangka Panjang Daerah diarahkan pada peningkatan
(RPJPD) Kota Semarang 2005-2025, pemanfaatan tata ruang dan
untuk periode pembangunan 2010 pembangunan infrastruktur wilayah
-2015, telah dipilih pendekatan secara efektif dan efisien dalam
motivasi kepada seluruh pemangku pemenuhan kebutuhan masyarakat
kepentingan untuk membangkitkan kota dengan tetap memperhatikan
komitmen bahwa keberhasilan konsep pembangunan yang
*)
Peneliti Pusat Layanan Teknologi & Riset (PLTR) dan Staf Pengajar Jurusan Teknik
Sipil Universitas Semarang
Kajian Hidrologi Terhadap Perubahan Penggunaan
Lahan Pertanian Dan Lahan Hijau Menjadi
Pemukiman Di Kota Semarang (Edy Susilo, Bambang
Sudarmanto)

berwawasan lingkungan dan pemukiman. Padahal perubahan


berkelanjutan. Tujuan yang telah tataguna lahan pada suatu daerah
ditetapkan sesuai dengan dengan tangkapan air akan sangat
misi di atas adalah pengembangan mempengaruhi aspek hidrologi.
kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Perubahan karateristik hidrologi
Hijau (RTH), dan perwujudan struktur akibat perubahan tataguna lahan
tata ruang yang seimbang, antara lain adalah erosi, debit banjir,
peningkatan pemanfaatan ruang dan dan infiltrasi. Perubahan penggunaan
pengendalian pemanfaatan ruang lahan pertanian dan lahan hijau
yang konsisten dengan rencana tata menjadi pemukiman berdasarkan
ruang yang ditetapkan. Millenium Development Goals (MDGs)
Pola tata guna lahan Kota tetap harus dapat menjamin
Semarang terdiri dari perumahan, kelestarian lingkungan. Dengan
tegalan, kebun campuran, sawah, demikian perlu dilakukan kajian
tambak, hutan, perusahaan, jasa, hidrologi terhadap perubahan
industri dan penggunaan lainnya. penggunaan lahan pertanian dan
Sebaran perumahan sebesar 33,70 lahan hijau menjadi pemukiman di
%, tegalan sebesar 15,77 %, kebun Kota Semarang.
campuran sebesar 13,47 %, sawah
sebesar 12,96 %, penggunaan Perumusan Masalah
lainnya yang meliputi jalan, sungai Seberapa besarkah perubahan
dan tanah kosong sebesar 8,25 %, hidrologi (erosi, debit banjir, dan
tambak sebesar 6,96 %, hutan infiltrasi) akibat perubahan
sebesar 3,69 %, perusahaan 2,42 %, penggunaan lahan pertanian dan
jasa sebesar 1,52 % dan industri lahan hijau menjadi pemukiman di
sebesar 1,26 %. Sebagaimana diatur Kota Semarang? Apa upaya
di dalam Perda Nomor 5 Tahun 2004 konservasi yang harus dilakukan agar
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kelestarian lingkungan tetap
(RTRW) Kota Semarang Tahun 2000 - terpelihara apabila perubahan
2010, telah ditetapkan kawasan yang tataguna lahan itu tetap harus
berfungsi lindung dan kawasan yang dilakukan karena kebutuhan?
berfungsi budidaya. Kawasan lindung,
meliputi kawasan yang melindungi Maksud dan Tujuan
kawasan di bawahnya, kawasan Maksud dari kegiatan Kajian
lindung setempat dan kawasan rawan Hidrologi terhadap Perubahan
bencana. Kawasan yang melindungi Penggunaan Lahan Pertanian dan
kawasan di bawahnya adalah Lahan Hijau menjadi Pemukiman di
kawasan-kawasan dengan kemiringan Kota Semarang ini adalah :
>40% yang tersebar di wilayah a. Merupakan bahan acuan bagi
bagian selatan. Kawasan lindung pihak-pihak yang terkait dalam
setempat adalah kawasan sempadan penyusunan master plan dan
pantai, sempadan sungai, sempadan rencana ruang di Kota Semarang.
waduk, dan sempadan mata air. b. Memberikan masukan dalam
Kawasan lindung rawan bencana penyusunan program yang perlu
merupakan kawasan yang dilaksanakan dalam rangka
mempunyai kerentanan bencana mengembalikan siklus hidrologi
longsor dan gerakan tanah. Kegiatan pada areal perubahan tataguna
budidaya dikembangkan dalam lahan pertanian dan lahan hijau
alokasi pengembangan fungsi menjadi pemukiman
budidaya. c. Melaksanakan ketentuan
Sejalan dengan pertumbuhan perundang-undangan yang berlaku
Kota Semarang dan pembangunan sebagai wujud upaya konservasi
wilayah diikuti pula dengan dan pelestarian sumberdaya air
peningkatan jumlah penduduk dan dan lingkungan hidup.
kebutuhan sarana pemukiman.
Keterbatasan luas dan wilayah lahan Tujuan dari kegiatan ini adalah:
pemukiman yang ada mendesak a. Mengidentifikasi rencana kegiatan
untuk digunakannya lahan pertanian untuk memelihara dan
dan lahan hijau sebagai wilayah mengembalikan keseimbangan
2
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal. 1 - 9
siklus hidrologi pada perubahan Gondorio, Kelurahan Wates,
tataguna lahan pertanian dan Kelurahan Beringin dan Kelurahan
lahan hijau menjadi pemukiman, Ngaliyan. Kecamatan Mijen, meliputi:
sehingga keandalan sumber- Kelurahan Pesantren, Kelurahan
sumber air secara kuantitas airnya Kedungpane, Kelurahan Jatibarang
dapat terkendali. dan Kelurahan Mijen.
b. Mengetahui secara keruangan dan Tidak seluruh luas wilayah
kelingkungan mengenai potensi kelurahan tesebut berada pada DAS
yang dapat dikembangkan dan Beringin. Di Kelurahan Mangunharjo
masalah daerah tangkapan air dan Mangkang Wetan, Kali Beringin
yang harus ditangani akibat telah ditanggul di sisi kiri dan kanan
perubahan tataguna lahan. sehingga secara hidrologis Kelurahan
Mangunharjo dan Mangkang Wetan
Manfaat hanya dilewati Kali Beringin dan
Manfaat yang ingin dicapai menerima luapan apabila terjadi
adalah: tersusunnya dokumen banjir.
pengendalian sumberdaya air dan
lingkungan hidup di wilayah lahan Penggunaan Lahan
pertanian dan lahan hijau Kota Berdasarkan hasil analisa dari
Semarang sebagai serangkaian peta eksisting RTRW kota Semarang
proses yang harus dipenuhi, 2011-2031, penggunaan lahan di DAS
diperhatikan dan diterjemahkan lebih Beringin dapat dilihat pada Tabel 1.
lanjut agar semua pemangku
kepentingan yang terlibat dapat Tabel 1
melaksanakan tugas dan tanggung Penggunaan Lahan DAS Beringin
jawabnya dengan baik. Penggunaan Luas % Luas
No
Lahan (km2) DAS
Lokasi Kegiatan hutan produksi
1 5.49 20.76
Lokasi Kajian Hidrologi terhadap tetap
Perubahan Penggunaan Lahan 2 Tegalan 7.20 27.20
Pertanian dan Lahan Hijau menjadi 3 perkebunan 6.33 23.93
Pemukiman di Kota Semarang adalah 4 permukiman 5.71 21.58
seluruh wilayah pertanian dan lahan
hijau di kota Semarang, namun untuk 5 industri 0.48 1.80
sampel penelitian ini adalah Daerah 6 pertanian 1.21 4.57
Aliran Sungai (DAS) Beringin dengan 7 tanah kosong 0.04 0.16
mengambil 4 sub DAS, yaitu sub DAS 26.4
Dondong, sub DAS Duwet, sub DAS Jumlah 100
7
Tikung, dan sub DAS Demangan.

Gambaran Umum DAS Beringin


Letak Geografis dan Luas DAS
Beringin
Secara Geografis DAS Beringin
terletak diantara 110o17’30” LS-
110 21’100” LS dan 7o4’00” BT -
o

6o50’00” BT. Di sebelah barat


berbatasan dengan DAS Plumbon
sedang disebelah timur berbatasan
dengan DAS Kali Silandak. Luas DAS
Beringin 26.46 km2, dengan
sebagian besar merupakan
perbukitan. Seluruh wilayah DAS
Beringin masuk ke dalam Kota
Semarang.
Secara administratif DAS Beringin
meliputi beberapa kelurahan di
Kecamatan Mijen dan Kecamatan
Ngaliyan yaitu: Kecamatan Ngaliyan,
meliputi: Kelurahan Wonosari,
Kelurahan Tambakaji, Kelurahan

3
Kajian Hidrologi Terhadap Perubahan Penggunaan
Lahan Pertanian Dan Lahan Hijau Menjadi
Pemukiman Di Kota Semarang (Edy Susilo, Bambang
Sudarmanto)

Beringin selengkapnya dan luas


wilayah kelurahan yang masuk DAS
Gambar 1 Beringin sebagaimana dalam Tabel
Peta Penggunaan Lahan DAS 2.
Beringin
Tabel 2
Dari tabel 1 dapat diketahui Jumlah Penduduk dan Luas DAS
bahwa tegalan merupakan
penggunaan lahan yang terbesar
prosentasenya yaitu 27.20 %, disusul
dengan perkebunan sebesar 21.58 %
dan permukiman sebesar 21.58%.
Adapun penggunaan lainnya
prosentasenya sangat kecil antara
lain untuk jalan, sawah, daerah
rerumputan dan tanah kosong. Peta
penggunaan lahan DAS Beringin
dapat dilihat pada gambar 1.

Topografi
DAS Beringin memiliki ketinggian
beragam dari hulu sampai hilir. Pada Sumber : Monografi kelurahan 2009
bagian hilir topografinya relatif datar Dari Tabel 2
dengan ketinggian 0.75-12.5 mdpl. dapat diketahui
Pada bagian hulu memiliki ketinggian bahwa kepadatan
12.5 - 250 m dpl. penduduk rata-
Kemiringan lereng DAS Beringin rata di DAS
bervariasi dari datar, landai, agak Beringin 28.03
curam hingga curam. Kemiringan jiwa/ha.
lereng DAS Beringin yang terbanyak Kepadatan
adalah datar yaitu seluas 1.887 Ha penduduk yang
yang meliputi wilayah Kelurahan paling tinggi
Mijen, Pesantren, Kedungpane, berada di
Wates, Ngaliyan, Beringin dan Kelurahan
Gondorio. Sedangkan Kemiringan Tambakaji dan
lereng landai terletak di wilayah Kelurahan
Kelurahan Gondorio, Wonosari, Wonosari dan
Tambakaji dan sebagian wilayah kepadatan
Kelurahan Ngaliyan. Kemiringan penduduk
lereng curam terletak di wilayah rendah/jarang
Kelurahan Ngaliyan dan Wonosari terletak di
seluas 142 Ha. Kelurahan
Pasantren dengan
Kependudukan jumlah 1,39
Jumlah Penduduk DAS Beringin orang/ha.
dapat diperkirakan dari perbandingan
luas eksisting kelurahan dengan luas Analisa Hidrologi
wilayah kelurahan yang masuk DAS Data Hujan sangat diperlukan
Beringin. Jumlah penduduk kelurahan dalam setiap analisa hidrologi,
yang masuk kedalam DAS Beringin terutama untuk menghitung Debit
pada tahun 2009 secara keseluruhan banjir rancangan baik secara empiris
adalah 83.535 jiwa, dengan jumlah maupun model matematik.
penduduk terbesar di kelurahan Perhitungan debit banjir rancangan
Tambak Aji dan yang paling sedikit di menggunakan data hujan yang
kelurahan Pesantren. diperoleh dari 1 (satu) stasiun
Luas seluruh kelurahan yang pengamatan hujan di Stasiun Boja
masuk DAS Beringin adalah 42,64 mulai tahun 2001 sampai dengan
km2 sedangkan luas DAS Berinign tahun 2010. Stasiun pengamatan
adalah 26,46 km2 . Penduduk DAS yang berpengaruh terhadap Daerah
4
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal. 1 - 9
Aliran Sungai (DAS) masing-masing
saluran dan data hujan harian rata-
rata maksimum adalah sebagai Gambar 3
berikut: Tata Guna Lahan DAS Beringin

Tabel 3 Analisis Hujan Rancangan


Data Hujan Harian Maksimum Hujan rancangan merupakan
Hujan Harian Max kemungkinan tinggi hujan yang
No Tahun Rata2 terjadi dalam kala ulang tertentu
R Log R sebagai hasil dari suatu rangkaian
1 2001 205 2.31 analisis hidrologi yang biasa disebut
2 2002 168 2.23 analisis frekuensi curah hujan.
3 2003 132 2.12 Analisis frekuensi sesungguhnya
4 2004 105 2.02
merupakan prakiraan (forecasting)
dalam arti probabilitas untuk
5 2005 47 1.67
terjadinya suatu peristiwa hidrologi
6 2006 62 1.79
dalam bentuk hujan rancangan yang
7 2007 119 2.08 berfungsi sebagai dasar perhitungan
8 2008 122 2.09 perencanaan hidrologi untuk
9 2009 104 2.02 antisipasi setiap kemungkinan yang
10 2010 118 2.07 akan terjadi. Analisis frekuensi ini
Ck 0.59 0.72 dilakukan dengan menggunakan
agihan teori probability distribution
Cs 0.34 -0.79
dan yang biasa digunakan adalah
Std
ev
45.73 0.19 Agihan Normal, Agihan Log Normal,
Agihan Gumbel dan Agihan Log
Rrt 118.20 2.04
Pearson type III. Hasil analisis hujan
rencana dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Hujan Rencana

Sumber : Analisa peneliti (2011)


Gambar 2
Daerah Aliran Sungai Beringin Debit Banjir dengan Metode
Rasional
1. Koefisien Limpasan (C)
Koefisien Limpasan dalam
metode ini diperoleh dengan
memperhatikan faktor iklim dan
fisiografi yaitu dengan menjumlahkan
beberapa koefisien C. Koefisien
Limpasan DAS Beringin Sub DAS
Dondong, Sub DAS Duwet, Sub DAS
Tikung, dan Sub DAS Demangan pada
kondisi sekarang (eksisting) dan
sesuai rencana tata ruang dapat
dilihat pada tabel 5, tabel 6, tabel 7,
dan tabel 8.

5
Kajian Hidrologi Terhadap Perubahan Penggunaan
Lahan Pertanian Dan Lahan Hijau Menjadi
Pemukiman Di Kota Semarang (Edy Susilo, Bambang
Sudarmanto)

Tabel 5
Koefisien Pengaliran Sub DAS
Dondong

Tabel 8
Koefisien Pengaliran Sub DAS
Demangan

Tabel 6
Koefisien Pengaliran Sub DAS
Duwet

2. Debit Puncak Banjir (QT)


C iT A
QT =
3,6
dengan :
QT = debit puncak banjir untuk
periode ulang T tahun
(m3/det)
C = koefisien run off total
iT = besar hujan untuk periode
ulang T tahun (mm/jam)
A = luas daerah tadah hujan
(km2)

a). Debit Banjir Sub DAS Dondong


Luas DPS ( A ) = 2.05 Km2
Panjang sungai ( L ) = 2,883 meter
Koefisien limpasan ( C ) = 0.653
Tabel 7 (sekarang)
Koefisien Pengaliran Sub DAS =0.654 (Pola
Tikung Ruang)
Elevasi hulu = 130.44 meter
Elevasi hilir = 1.02 meter
Kemiringan sungai ( S ) = 0.0449

6
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal. 1 - 9
Elevasi hulu = 212.80 meter
Elevasi hilir = 156.70 meter
Kemiringan sungai ( S ) = 0.0117

b). Debit Banjir Sub DAS Duwet


Luas DPS ( A ) = 2.07 Km2
Panjang sungai ( L ) = 2,620 meter
Koefisien limpasan ( C ) = 0.681
(sekarang)
=0.767 (Pola Hasil perhitungan debit banjir
Ruang) pada sub DAS Dondong menunjukkan
Elevasi hulu = 163.62 meter peningkatan debit sebesar 2%, Sub
Elevasi hilir = 49.16 meter DAS Duwet 12%, Sub DAS Tikung 4%,
Kemiringan sungai ( S ) = 0.0437 dan Sub DAS Demangan 6%.
Perbedaan peningkatan debit ini
tergantung perubahan luas tataguna
lahan yang terjadi dari kondisi
eksisting (tahun 2011) dengan
rencana pola ruang (tahun 2021)

Analisa Erosi
Wischmeier dan Smith (1962)
mengemukakan rumus pendugaan
erosi (Universal Soil Loss Equation)
yang berlaku untuk tanah–tanah di
Amerika Serikat. Walaupun demikian
c). Debit Banjir Sub DAS Tikung rumus ini banyak pula digunakan di
Luas DPS ( A ) = 7.54 Km2 negara di antaranya di Indonesia.
Panjang sungai ( L ) = 5,505 meter Hasil perhitungan erosivitas
Koefisien limpasan ( C ) = 0.638 hujan adalah sebagai berikut:
(sekarang)
=0.670 (Pola Tabel 9
Ruang) Erosivitas Hujan DAS Beringin
Elevasi hulu = 219.62 meter Erosivitas
Elevasi hilir = 92.50 meter No. Bulan
(mm)
Kemiringan sungai ( S ) = 0.0231
1 Januari 366.54
2 Pebruari 389.52
3 Maret 303.66
4 April 281.54
5 Mei 155.30
6 Juni 55.79
7 Juli 13.77
8 Agustus 3.84
Septemb
9 er 23.68
10 Oktober 81.64
Nopembe
d). Debit Banjir Sub DAS Demangan 11 r 148.58
Luas DPS ( A ) = 3.65 Km2
Desembe
Panjang sungai ( L ) = 4,783 meter
12 r 326.90
Koefisien limpasan ( C ) = 0.646
(sekarang)
Hasil perhitungan erosi dan
=0.685 (Pola
pengangkutan sedimen dapat dilihat
Ruang)

7
Kajian Hidrologi Terhadap Perubahan Penggunaan
Lahan Pertanian Dan Lahan Hijau Menjadi
Pemukiman Di Kota Semarang (Edy Susilo, Bambang
Sudarmanto)

pada tabel berikut ini: Dari perhitungan dapat dilihat


bahwa setiap perubahan tata guna
Tabel 10 lahan seluas 1 Ha dari lahan
Prediksi Erosi Tahunan pertanian dan lahan hijau menjadi
pemukiman dibutuhkan 135 sumur
resapan untuk mengontrol debit air
yang masuk ke sungai, atau tiap 75
m2 perubahan lahan memerlukan
sebuah sumur resapan. Luas lantai
bangunan 75 m2 pada umumnya
memiliki tanah seluas 150 m2, yang
berarti perumahan dengan tipe 75
memerlukan sebuah sumur resapan.

Tabel 11
Kebutuhan Konservasi dengan
Sumur Resapan

Berdasarkan klasifikasi erosi


lahan DAS Beringin tergolong sedang
(62,50 sampai 187,50 ton/Ha/tahun), 2. Biopori
namun demikian usaha konservasi Lubang Resapan Biopori (LRB)
untuk menurunkan laju erosi sudah adalah salah satu metode
diperlukan. peningkatan daya resap air pada
tanah yang dilakukan dengan
Analisa Usaha Konservasi membuat lubang-lubang vertikal
Upaya konservasi untuk pada tanah dan mengisi lubang-
menjamin kelestarian lingkungan lubang tersebut dengan bahan
akibat perubahan penggunaan lahan organik, seperti sampah-sampah
pertanian dan lahan hijau menjadi organik rumah tangga, potongan
pemukiman antara lain: rumput atau vegetasi lainnya, dan
1. Sumur Resapan sejenisnya. Bahan organik ini kelak
Pengalihan fungsi lahan akan dijadikan sumber energi bagi
merupakan salah satu faktor organisme di dalam tanah separti
penyebab banjir dan menurunnya cacing, perakaran tanaman, rayap
permukaan air tanah. Pengalihan dan fauna tanah lainnya yang
lahan pertanian dan lahan hijau kemudian akan dapat menghidupi
seperti hutan menjadi perumahan fauna tanah tersebut sehingga
menyebabkan tidak adanya lagi area aktifitas mereka akan meningkat.
terbuka sebagai resapan air, Dengan meningkatnya aktifitas
sehingga air yang meresap ke dalam mereka maka akan semakin banyak
tanah menjadi kecil dan biopori yang terbentuk.
memperbesar volume aliran air Lubang biopori diharapkan di pasang
permukaan. Guna mengatasi banjir pada tempat–tempat terbuka yang
dan menurunnnya permukaan air memungkinkan untuk pasang biopori.
tanah dapat dilakukan dengan cara 3. Embung / lumbung air
pencegahan sedini mungkin melalui Embung/Lumbung Air merupakan
perencanaan dari awal oleh pihak bangunan yang berfungsi
pengembang perumahan dengan menampung air hujan dan kelebihan
mengalokasikan lahan untuk air dari saluran drainase di musim
pembuatan konstruksi sumur resapan hujan. Selama musim kering air akan
air. dimanfaatkan oleh untuk memenuhi
8
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal. 1 - 9
kebutuhan penduduk, ternak dan
sedikit kebun. Di musim hujan
lumbung air tidak beroperasi karena
air diluar lumbung air tersedia cukup
banyak untuk memenuhi kebutuhan
diatas. Oleh karena itu pada setiap
akhir musim hujan sangat diharapkan
lumbung air dapat terisi penuh air
agar dapat mengurangi debit yang
mengalir ke sungai. Selain itu
keberadaan embung/lumbung air
berfungsi untuk menurunkan debit
banjir. Akibat perubahan tataguna Gambar 4
lahan bangunan ini merupakan salah Rencana Lokasi Embung
satu alternatif yang harus dibuat agar
debit banjir tidak meningkat. Dari survey identifikasi lokasi di
Penurunan debit dengan pembuatan lapangan diperoleh tiga lokasi
embung/lumbung air bisa ditinjau rencana embung alternatif yaitu
dari permeabilitas tanah dasar Embung Tambak Aji, Embung Segowo
embung dan penelusuran debit banjir dan Embung Jatibarang Hulu. Lokasi
inflow outfow dengan flood routing. ketiga embung tersebut dapat dilihat
Dalam penelitian ini kebutuhan luas pada gambar 4.
lahan embung untuk penurunan debit Untuk lebih lengkapnya data
banjir diperhitungkan hanya dari teknik masing-masing rencana
permeabilitas tanah saja dengan embung adalah sebagai berikut:
mengabaikan flood routing akibat 1. Embung Tambakaji
tampungan embung/lumbung air. Panjang Dam : 66,50 m
Tinggi Dam : 13,7 m
Tabel 12 Luas DAS : 18,612 km2
Kebutuhan Konservasi dengan Luas Genangan : 0,149 km2
Tampungan Kapasitas Tampung : 826,92 m3
Lokasi : Kelurahan
Tambakaji
Elevasi Mercu Dam : + 50,00 m
Elevasi MAB : + 48,00 m
Elv. Mercu Spillway : + 46,00 m
Keterangan : Daerah genangan sudah
padat pemukiman/industry

2. Embung Segowo
Hasil perhitungan menunjukkan Panjang Dam : 82 m
kebutuhan lahan untuk tampungan Tinggi Dam : : 4,4 m
air agar tidak ada peningkatan debit Luas DAS : 1,278 km2
akibat perubahan tataguna lahan rata- Luas Genangan : 0,107 km2
rata sebesar 812 m2/Ha. Kapasitas Tampung : 15.650 m3
Usaha konservasi yang diperlukan Lokasi : Kelurahan
akibat perubahan lahan hijau menjadi Wates
lahan pemukiman dapat dilakukan Elevasi Mercu Dam : + 213 m
kombinasi dari beberapa pilihan Elevasi MAB : + 212,30 m
bangunan konservasi yang telah Elv. Mercu Spillway : + 211,50 m
diuraikan atau yang lain.
3. Embung Jatibarang
Panjang Dam : 82 m
Tinggi Dam : 4,4 m
Luas DAS : 1,278 km2
Luas Genangan : 0,107 km2
Kapasitas Tampung : 103.220 m3
Lokasi : Kelurahan
Jatibarang
Elevasi Mercu Dam : + 213 m
Elevasi MAB : + 212,30 m

9
Kajian Hidrologi Terhadap Perubahan Penggunaan
Lahan Pertanian Dan Lahan Hijau Menjadi
Pemukiman Di Kota Semarang (Edy Susilo, Bambang
Sudarmanto)

Elv. Mercu Spillway : + 211,50 m Barus dan Suwardjo. 1977. Hubungan


antara Sifat-sifat Hujan dengan
Penutup Erosi, Kongres Nasional Ilmu
Perubahan tata guna lahan dari Tanah II, Jogyakarta.
lahan hijau menjadi lahan
permukiman secara hidrologi akan Julien, P.Y. 1995. Erosion and
menimbulkan peningkatan aliran air Sedimentation, 1st ed. New
permukaan dan debit banjir puncak. York : Cambridge University.
Beberapa penanganan yang bisa
dilakukan untuk mengembalikan Sarief, E.S. 1985. Konservasi Tanah
debit aliran permukaan menjadi dan Air, Cet. III, Bandung : CV.
hampir sama dengan kondisi pada Pustaka Buana.
saat belum terjadi perubahan tata
guna lahan adalah setiap setiap Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumber
perubahan tata guna lahan seluas 1 daya Tanah dan Air, Cet. II
Ha dari lahan hijau menjadi lahan Jakarta : Kalam Mulia.
pemukiman maka dibutuhkan 135
sumur resapan atau setiap Suripin. 2000. Konservasi Tanah dan
perubahan seluas 75 m2 memerlukan Air, Magister Teknik Sipil
sebuah sumur resapan. Konservasi Universitas Diponegoro,
juga dapat dilakukan dengan Semarang.
menggunakan tampungan, dimana
setiap 1 Ha perubahan lahan Susilo, Edy. Kajian Efisiensi
dibutuhkan tampungan air Tangkapan Sedimen Beberapa
embung/lumbung air untuk resapan Waduk di Jawa, Tesis, Magister
seluas 812 m2. Teknik Sipil Program
Erosi yang terjadi pada DAS Pascasarjana Universitas
Beringin sudah diperlukan karena Diponegoro, Semarang, 2001.
berdasarkan perhitungan erosi
mencapai 61,94 ton/Ha/thn sampai Wischmeier, W.H. and D.D. Smith.
81,47 ton/Ha/tahun yang tergolong 1965. Predicting Rainfall
sedang. Erosion Losses from Cropland
East of the Rocky Mountains.
Ucapan Terima Kasih USDA, Agriculture Handbook
Ucapan terima kasih disampaikan No. 282.
kepada WaliKota Semarang dan
Kepala Bappeda Kota Semarang yang Wischmeier, W.H., C.B. Johnson, and
telah memberikan dana kegiatan B.V. Cross, 1971. A Soil
penelitian melalui Bidang Penelitian Erodibility Nomograph for
dan Pengembangan Bappeda Kota farmland and Construction
Semarang tahun 2011. Sites, J. Soil and Water Cons.

Yang, C.T. 1996. Sediment


DAFTAR PUSTAKA Transport Theory and
Practice, Singapore :
Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah McGraw-Hill.
dan Air. Bogor : IPB.

10

You might also like