Professional Documents
Culture Documents
Abstrak: The coastal area is a unique region with diverse socio-economic and environmental
conditions. Most of the coastal region of Aceh have experienced the impact of disasters
resulting in damaged and changing coastlines and coastal areas surrounding land. This study
was conducted to determine how the Spatial Plan (RTRW) Banda Aceh2009-2029 can
accommodate change and development of the coastal areas in particular the existing
settlements whether it has been noticed by both the needs and the suitability of planning for
coastal areas and recommendations that can be applied to the related future spatial planning
Banda Aceh. The method used in this research is descriptive qualitative. To processing
quantitative data, and to know the connection of responden is using the Likert scale. In the
search for significant relationships and test each of respondents used the validity and
reliability. The results of the study came to the conclusion that there is still a lot of land use that
is incompatible with existing land use in the city of Banda Aceh Spatial. Heritage area is the
area around the Mosque Baiturrahim still in use as settlements. In addition to land use, the
form of the mass in the coastal area is not friendly disasters and mitigation system still has not
been implemented well. In this analysis is recommended for the development of coastal areas
and the local government is expected to related parties do demolition and relocation of
settlements when violate the rules that have been outlined in Banda Aceh Spatial.
Abstrak: Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik dengan keragaman kondisi
lingkungan maupun sosial ekonomi. Sebagian kawasan pesisir Aceh pernah mengalami
dampak bencana yang mengakibatkan rusak dan berubahnya garis pantai serta lahan di
kawasan sekitar pantai. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh 2009-2029 dapat mengakomodir
perubahan dan perkembangan wilayah pesisir tersebut khususnya kawasan permukiman yang
ada, apakah sudah memperhatikan dengan baik kebutuhan dan kesesuaian perencanaan untuk
wilayah pesisir serta rekomendasi yang dapat diterapkan ke depannya terkait penataan ruang
Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Untuk pengolahan data dan untuk mengetahui hubungan responden digunakan skala Likert dan
sekaligus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian mendapatkan kesimpulan
bahwa masih banyak pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang ada
pada RTRW Kota Banda Aceh. Kawasan cagar budaya yaitu kawasan sekitar Mesjid
Baiturrahim masih di gunakan sebagai kawasan permukiman. Selain pemanfaatan lahan,
bentuk massa yang ada di kawasan pesisir ini tidak ramah bencana dan masih ada sistem
mitigasi yang belum diterapkan dengan baik. Dengan analisa tersebut direkomendasikan untuk
pengembangan kawasan pesisir diharapkan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait
melakukan penertiban dan relokasi permukiman apabila menyalahi peraturan yang sudah
digariskan dalam RTRW Kota Banda Aceh.
sarana transportasi pelabuhan, wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal
terminal, bandara dan muara sungai). ini bertujuan agar pemahaman mengenai
b. Permukiman yang terencana wilayah pesisir dapat dimengerti dan
- Kriteria-kriteria yang digunakan merupakan awal pemahaman dari studi ini.
untuk menentukan lokasi yang akan Pengertian tentang pesisir masih menjadi suatu
direncanakan utuk mengembangkan pembicaraan, terutama penjelasan tentang ruang
permukiman sama dengan faktor- lingkup wilayah pesisir yang secara batasan
faktor yang menentukan pertumbuhan wilayah masih belum jelas. Berikut ini adalah
permukiman secara organik. definisi dari beberapa sumber mengenai
- Faktor-faktor lain (sosial, politik, wilayah pesisir.
religi) antara lain strategi, peluang Undang-undang Republik Indonesia
pengembangan ekonomi dan nomor 01 tahun 2014 tentang pengelolaan
pertanian, keberadaaan sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
mineral dan alasan-alasannya. menyebutkan bahwa kawasan pesisir adalah
c. Kesesuaian dengan fungsi kota sebagai bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
pusat pemerintahan, perdagangan, yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan
kebudayaan, agama, pertahanan, berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi,
produksi, kesehatan, rekreasi dan sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan
campuran. Untuk mencapai kehidupan keberadaannya. Dalam undang-undang ini
yang lebih baik bagi manusia dalam disebutkan batasan wilayah pesisir yaitu kearah
wadahnya, maka permukiman daratan mencakup wilayah administrasi daratan
berkembang menjadi permukiman yang dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas)
direncanakan dengan berbagai konsep. mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut
Konsep-konsep pola permukiman yang lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.
dikembangkan sejak dikenalnya Menurut Suprihayono (2007) wilayah
perencanaan permukiman hampir selalu pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan
didasarkan pada kaidah : dan laut kearah darat wilayah pesisir meliputi
- Kedekatan (proximity) bagian daratan, baik kering maupun terendam
- Kemudahan (accessibility) air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut
- Ketersediaan (availability) seperti pasang surut, angin laut, dan
- Kenyamanan (amenity) perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang
Kawasan Pesisir masih dipengaruhi oleh proses alami yang
Penjelasan umum mengenai kawasan terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik tawar, maupun yang disebabkan karena
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan meneliti status sekelompok manusia, suatu
hutan dan pencemaran. objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
Qanun Kota Banda Aceh nomor 4 tahun ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sekarang dengan tujuan untuk membuat
(RTRW) tahun 2009-2029 secara detil gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
menjelaskan bahwa wilayah mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan
pesisirmerupakankawasanyangdibatasipengemb antara fenomena yang diselidiki.
angannya sehinggaizin prinsip dan izinlokasi Metode deskriptif menurut Arikuntoro
merupakanbentuk disinsentifterhadap kawasan (2009) adalah suatu metode dalam penelitian
pesisir. sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu
Deskriptif Mix Method peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
penulis adalah penelitian lapangan (field gambaran atau lukisan secara sistematis, faktal
research) penulis menggunakan jenis penelitian dan akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan
campuran (mixed methodology). Mixed method antar fenomena yang diselidiki. Selain itu
menghasilkan fakta yang lebih komprehensif metode ini adalah pencari fakta dengan
dalam meneliti masalah penelitian, karena interpretasi yang tepat. Penelitian dengan
penelitian ini memiliki kebebasan untuk metode ini mempelajari masalah-masalah dalam
menggunakan semua alat pengumpul data masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam
sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu sikap-sikap, pandangan-pandangan, seta proses-
saja. Mixed Method adalah metode yang proses yang berlangsung dan pengaruh-
memadukan pendekatan kualitatif dan pengaruh dari suatu fenomena.
kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam
tahap pengumpulan data), dan kajian model Populasi dan Sampel
campuran memadukan dua pendekatan dalam Populasi merupakan keseluruhan objek
semua tahapan proses penelitian. penelitian sebagai sumber data yang
Menurut Wardiyanta (2006) Penelitian mewakilikarakteristik tertentu di dalam suatu
kualitatif deskrptif adalah penelitian yang penelitian, dan sampel merupakan himpunan
bertujuan membuat deskripsi atas suatu bagian dari populasi yang menjadi objek
fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual, sesungguhnya. Sampel diambil dari sejumlah
dan akurat. Sementara menurut Nazir (2003), populai. Teknik sampling secara random yaitu
metode deskriptif adalah suatu metode dalam pengambilan sampel yang tanpa dipilih-pilih
(3) Wawancara; merupakan cara memperoleh pelabuhan ikan dan ferry , dan jalur lingkar
data atau informasi secara langsung bagian utara yang secara keseluruhan ber fungsi
dengan tatap muka melalui komunikasi sebagai kawasan penyangga ( buffer zone)
verbal. kawasan urban yang berada 3-4 km dari garis
2) Pengumpulan data sekunder pantai. Kecenderungan pertumbuhan kota
Data sekunder merupakan data primer Banda Aceh kemudian di arahkan ke selatan
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh melalui penciptaan new town.
pihak pengumpul data primer atau boleh pihak Gambar 1 : Kecamatan Meuraxa sebelum dan sesudah
Tsunami 2004 – 2011.
lain. Data ini dapat berbentuk tabel-tabel atau
diagram-diagram. Data ini diperoleh dari hasil
penelitian, artikel, penelusuran pustaka dan
dokumen resmi dari instansi terkait.
menggunakan metode deskriptif sebagai upaya tepatnya dalam kawasan pesisir pantai bagian
untuk menjawab permasalahan yang diangkat utara kota Banda Aceh dimana permukiman
dalam penelitian ini pada BAB I antara lain warganya dibangun tidak jauh dari garis pantai ,
sebagai berikut: yaitu kurang lebih 800 m – 1 km dari garis
1. Mengindentifikasikan perkembangan pantai. Kawasan pemukimannya berada tidak
permukiman di kawasan pesisir Kecamatan jauh dari kawasanperdagangan dan jasa.
Meuraxa. Proses analisis dilakukan dengan
mengidentifikasi perubahan penggunaan Pola dan Struktur Ruang
lahan dilokasi penelitian pada peta Dilihat dari segi konstelasi jalur
pemanfaatan lahan pesisir sebelum dan pergerakan, Kecamatan Meuraxa mempunyai
sesudah tsunami. posisi yang strategis karena sebagai kawasan
2. Mengkaji rencana tata ruang yang tertuang pesisir wilayah ini dilengkapi dengan prasarana
pada RTRW Kota Banda Aceh tahun 2009 - pelabuhan penyeberangan yang
2029 untuk mengetahui kebijakan yang menghubungkan Kota Banda Aceh dengan
sudah ditentukan pemerintah untuk kawasan Pulau Weh dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
pesisir di Kecamatan Meuraxa. Dari segi pergerakan darat Kecamatan Meuraxa
3. Menganalisis kuesioner melalui analisis dilewati oleh jalur perencanaan jalan arteri
persentasi deskriptif. Hasil analisis akan primer yang melewati daerah Simpang
mempresentasekan tentang kondisi Lamteumen – Lamjame - Ulee Pata - Ulee
masyarakat pasca tsunami, sarana dan Lheue - Gampong Jawa - Deah Raya – Tibang -
prasarana di permukiman dan perkembangan Krueng Cut tembus ke Krueng Raya.
kawasan pesisir dalam bentuk table Gambar 2 :Lokasi Penelitian, Kecamatan Meuraxa
frekuensi.
4. Memberikan arahan terhadap pola dan
struktur kawasan pesisir (costal zone) di
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh
melalui hasil identifikasi arah perkembangan
kawasan, kebijakan pemerintah dan hasil
survei lapangan.
4% 3% 15%
6%
Pegawai
28% 16% Negeri
Sumber : Hasil Kuesioner
28%
Pemanfaatan lahan di kawasan pesisir di
Gambar 4 : Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Responden Kecamatan Meuraxa ini pada observasi
Umum dalam hal ini diwakili oleh Kepala Seksi sinergis, dan pengendaliannya. Dengan
Perencanaan Bidang Tata Ruang Dinas Cipta penerapan zonasi, berarti wilayah pesisir
Karya Aceh Ibu Winarti Adi, BE diketahui menjadi zona sesuai peruntukannya. Kegiatan
bahwa pembangunan khususnya untuk yang saling mendukung memisahkannya dari
perumahan yang terjadi di kawasan pesisir kegiatan yang saling bertentangan. Untuk itu,
Kecamatan Meuraxa memang sedikit diluar penerapan zonasi harus memperhatikan
kendali, hal ini dikarenakan banyaknya warga kebijakan pemerintah pusat/daerah dan
yang membangun tanpa ijin tetapi tidak diikuti kepentingan masyarakat.
dengan adanya sanksi-sanksi yang diberikan. Selain pembagian zonasi diatas, hal
Sehingga pertumbuhan perumahan yang ada penting lain yang harus diperhatikan adalah
saat ini banyak yang tidak sesuai dengan RTRW ketegasan pemerintah. Meskipun banyak
Kota Banda Aceh. masyarakat yang usahanya bergantung pada
kawasan pesisir, pemerintah harus tetap tegas
Hasil Kajian Kawasan Pesisir pada komitmennya bahwa kawasan pesisir tidak
RTRW Kota Banda Aceh 2009 – 2029 untuk daerah padat aktivitas. Jika dilihat dari
tidak banyak membahas tentang kawasan sisi ekonomi tentu hal tersebut cukup
pesisir. Namun secara garis besar kota banda merugikan, akan tetapi hal tersebut dilakukan
Aceh di bagi dalam empat zona kawasan yaitu demi keselamatan masyarakat dari ancaman
Zona Pesisir, Zona Penghijauan, Zona Kota tsunami. Pemerintah juga harus tegas dalam
Lama dan zona Kota Baru. Dari ke empat zona menegakkan hokum untuk menghindari
tersebut, Kecamatan Meuraxa termasuk perusakan sumber daa alam dan pencemaran
kedalam zona pesisir. Dalam Peraturan Zonasi lingkungan pesisir di kawasan Kecamatan
tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Meuraxa.
Kecamatan Meuraxa 2013 – 2032 juga sudah di Keterlibatan masyarakat juga menjadi hal
tentukan pembagian zona yaitu, Zona Lindung, penting dalam pembangunan kawasan pesisir.
Zona Perumahan, Zona Perdagangan dan Jasa, Karena masyarakat merupakan penentu dalam
Zona Perkantoran, Zona Sarana Pelayanan berhasil tidaknya pembangunan sebuah daerah
Umum dan Zona Peruntukan Lainnya. Hanya atau kawasan. Terbukti karena kurang diikut
saja masih bersifat umum dan tidah mengarah sertakan dalam proses pembangunan,
untuk kawasan khusus pesisir. permukiman di kawasan pesisir ini masih
Hal pertama yang harus dilakukan supaya belum menemukan arah yang jelas. Karena
pembangunan kawasan pesisir di Kecamatan tidak adanya persamaan antara keinginan
Meuraxa bisa langgeng berkelanjutan, perlu pemerintah dengan masyarakat pesisir.
adanya pembagian zonasi yang tepat dalam Sehingga kesannya pembangunan yang ada saat
mengalokasikan ruang, memilah kegiatan ini adalah pembangunan yang tidak teratur dan
nelayan. Terbatas disini adalah perumahan suasana saling disiplin dan teratur dalam
yang dibangun dengan persyaratan teknis menjalankan kepemerintahan.
tahan gempa, banjir/air pasang, dilengkapi 7. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
jalur-jalur penyelamatan dan gempa bumi pemanfaatan lahan serta pola dan struktur
dan tsunami. permukiman di kawasan pesisir Kota Banda
2. Peraturan zonasi (zoning regulation) yang Aceh.
sudah ada diterapkan dengan baik sehingga
tercipta keteraturan dalam kawasan. DAFTAR PUSTAKA
3. Pengembangan permukiman baru lebih Budiharjo, 2004, Permukiman, Penerbit Ghalia
diarahkan ke arah Selatan dan Timur yang Indonesia.
menjauhi kawasan pesisir, sedangkan kearah Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, 2012,
Barat dikembangkan sebagai buffer zone Banda Aceh Dalam Angka.
(hutan bakau), pelabuhan, ekowisata dan Bungin, M, Burhan, 2004, Metodologi
tambak. Penelitian Kuantitatif, Kencana Predana
4. Melakukan upaya-upaya melindungi Media Group, Jakarta.
kawasan pesisir, dengan semakin Doxiadis, A, Constantinos, 1974, Ekistics : An
membudidayakan tanaman Bakau sebagai Introduction to the Science of Human
vegetasi alami yang melindungi pesisir Settlements, Oxford University Press,
pantai dari abrasi gelombang air laut, selain New York.
dengan membangun tanggul pemecah Dahuri,Rokhmin, 2004, Pembangunan Wilayah
gelombang/ombak dan penahan pasang air : Perspektif Ekonomi, Sosial dan
laut. Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
5. Mengoptimalkan fasilitas-fasilitas mitigasi Hendra, L, 2001, Sistem Informasi Geografis,
yang sudah ada dengan meningkatkan Penerbit Ghalia Indonesia.
pemeliharaannya, karena banyak dari Hadi Sabari Yunus, 2005, Manajemen Kota
fasilitas tersebut tidak ada yang Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka
menjaga/mengawasi salah satunya Pelajar.
dikarenakan tidak adanya Sumber Daya Kementerian Pekerjaan Umum, 2005, Peraturan
Manusia. Menteri Pekerjaan Umum Nomor
6. Menerapkan peraturan untuk kawasan yang 494/PRT/M/2007 tentang Kebijakan dan
mematuhi atau tidak mematuhi peraturan Strategi Nasional Pengembangan
rencana tata ruang yang ada dengan Perkotaan (KSNP Kota), Jakarta.
memberikan insentif (penghargaan) atau Kementerian Pekerjaan Umum, 2007, Peraturan
disinsentif (peringatan) atau bahkan sanksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor
pada pihak-pihak tertentu, sehingga tercipta 40/PRT/M/2007 tentang Kawasan