You are on page 1of 14

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 14 Pages pp. 31- 44

KAJIAN PENGEMBANGAN TATA GUNA LAHAN


PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR KOTA BANDA ACEH
(Studi Kasus: Kecamatan Meuraxa)

Agus Fitriani1, Mirza Irwansyah2, Sugianto3


1)
Mahasiswa Magister Teknik SipilUniversitas Syiah Kuala Banda Aceh
2,3)
Prodi Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia

Abstrak: The coastal area is a unique region with diverse socio-economic and environmental
conditions. Most of the coastal region of Aceh have experienced the impact of disasters
resulting in damaged and changing coastlines and coastal areas surrounding land. This study
was conducted to determine how the Spatial Plan (RTRW) Banda Aceh2009-2029 can
accommodate change and development of the coastal areas in particular the existing
settlements whether it has been noticed by both the needs and the suitability of planning for
coastal areas and recommendations that can be applied to the related future spatial planning
Banda Aceh. The method used in this research is descriptive qualitative. To processing
quantitative data, and to know the connection of responden is using the Likert scale. In the
search for significant relationships and test each of respondents used the validity and
reliability. The results of the study came to the conclusion that there is still a lot of land use that
is incompatible with existing land use in the city of Banda Aceh Spatial. Heritage area is the
area around the Mosque Baiturrahim still in use as settlements. In addition to land use, the
form of the mass in the coastal area is not friendly disasters and mitigation system still has not
been implemented well. In this analysis is recommended for the development of coastal areas
and the local government is expected to related parties do demolition and relocation of
settlements when violate the rules that have been outlined in Banda Aceh Spatial.

Keywords: Land Use, Housing and Coastal Regions.

Abstrak: Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik dengan keragaman kondisi
lingkungan maupun sosial ekonomi. Sebagian kawasan pesisir Aceh pernah mengalami
dampak bencana yang mengakibatkan rusak dan berubahnya garis pantai serta lahan di
kawasan sekitar pantai. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh 2009-2029 dapat mengakomodir
perubahan dan perkembangan wilayah pesisir tersebut khususnya kawasan permukiman yang
ada, apakah sudah memperhatikan dengan baik kebutuhan dan kesesuaian perencanaan untuk
wilayah pesisir serta rekomendasi yang dapat diterapkan ke depannya terkait penataan ruang
Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Untuk pengolahan data dan untuk mengetahui hubungan responden digunakan skala Likert dan
sekaligus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian mendapatkan kesimpulan
bahwa masih banyak pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang ada
pada RTRW Kota Banda Aceh. Kawasan cagar budaya yaitu kawasan sekitar Mesjid
Baiturrahim masih di gunakan sebagai kawasan permukiman. Selain pemanfaatan lahan,
bentuk massa yang ada di kawasan pesisir ini tidak ramah bencana dan masih ada sistem
mitigasi yang belum diterapkan dengan baik. Dengan analisa tersebut direkomendasikan untuk
pengembangan kawasan pesisir diharapkan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait
melakukan penertiban dan relokasi permukiman apabila menyalahi peraturan yang sudah
digariskan dalam RTRW Kota Banda Aceh.

Kata Kunci : Tata guna Lahan, Permukiman dan Kawasan Pesisir.

31 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN Kecamatan Meuraxa berada 4,0 meter


Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan diatas permukaan laut dan merupakan kawasan
antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat pesisir. Memiliki luas 7,26 km2, yaitu sekitar
meliputi bagian daratan, baik kering maupun 11,83% dari luas keseluruhan Kota Banda
terendam air yang masih mendapat pengaruh Aceh. Memiliki 16 (enam belas) Gampong dan
sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut 64 (enam puluh empat) dusun. Dilihat dari segi
dan perembesan air laut (intrusi). Sedangkan ke konstelasi jalur pergerakan, Kecamatan
arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut Meuraxa mempunyai posisi yang strategis
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang karena sebagai kawasan pesisir wilayah ini
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air dilengkapi dengan prasarana pelabuhan
tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan penyeberangan yang menghubungkan Kota
manusia di darat seperti penggundulan hutan Banda Aceh dengan Pulau Weh dan pulau-pulau
(Supriharyono, 2009). Pengembangan wilayah kecil di sekitarnya. Dari segi pergerakan darat
pesisir dan pulau – pulau kecil merupakan arah Kecamatan Meuraxa dilewati oleh jalur
kebijakan baru di bidang kelautan. Berawal dari perencanaan jalan arteri primer yang melewati
lahirnya UU No. 01 tahun 2014 tentang daerah Simpang Lamteumen – Lamjame - Ulee
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau – pulau Pata - Ulee Lheue - Gampong Jawa - Deah
kecil menunjukkan betapa pentingnya wilayah Raya – Tibang - Krueng Cut tembus ke Krueng
pesisir dan keberadaan pulau – pulau kecil yang Raya.
perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan Berdasarkan hal di atas, maka perlu
secara berkelanjutan (Ambo, 2011). dilakukan penelitian bagaimana kondisi
Penataan ruang kembali wilayah Aceh eksisting kawasan permukiman di pesisir
pasca bencana Tsunami yang mengakibatkan wilayah Kecamatan Meuraxa dan dan
kerusakan parah pada wilayah Kota Banda bagaimana membuat perencanaan yang sesuai
Aceh khususnya pada kawasan pesisir, dengan kondisi yang ada agar kebutuhan
mengharuskan penggunaan prinsip mitigasi berkehidupan di wilayah pesisir menjadi lebih
bencana yang di tujukan untuk mengantisipasi baik dari sebelumnya.
dampak bencana yang mungkin datang, serta
mewujudkan tata ruang kawasan yang lebih TINJAUANKEPUSTAKAAN
baik dari keadaan sebelum bencana. Pada Tata Guna Lahan
dasarnya peruntukan lahan ditetapkan melalui Tata guna lahan disebut juga dengan
beberapa kajian, baik kajian dari kondisi fisik penataan ruang adalah suatu sistem proses
lahan, kondisi sosial dan ekonomi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
masyarakatnya serta ditetapkan melalui proses pengendalian pemanfaatan ruang.
politik dalam suatu keputusan pemerintah. SedangkanPenyelenggaraan penataan ruang

Volume 4, No. 3,Agustus 2015 - 32


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, c. Penyediaan atau peningkatan prasarana,


pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan sarana, dan utilitas umum.
penataan ruang (UU No. 26/2007). Menurut Suparti (1997), konsep
Secara garis besar tujuan dari penataan permukiman adalah bagian dari lingkungan
ruang adalah terselenggaranya pengaturan hidup diluar kawasan lindung, dapat merupakan
pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi
budidaya yang diantara sasarannya adalah sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan
untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan tempat kegiatan yang mendukung
antara kesejahteraan dan keamanan, serta perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan
mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan perumahan adalah kelompok rumah, yang
mencegah atau menanggulangi dampak negatif berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
terhadap lingkungan. Untuk itu di buat suatu atau hunian plus prasarana dan sarana
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang lingkungan.
berfungsi sebagai dasar kebijakan pokok Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang di suatu wilayah pembentukan pola permukiman, yakni :
kabupaten/kota, sebagai pedoman penyusudan 1. Geografi dan alam ;
rencana rinci tata ruang kawasan, sebagai dasar Topografi, iklim, dan ketersediaan bahan
pengendalian pemanfaatan ruang, dan sebagai bangunan.
dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala 2. Buatan manusia ;
besar. Kekuatan utama yang mempengaruhi bentuk
kota (kegiatan perdagangan, kekuatan sosial
Permukiman politik dan keagamaan) ; berbagai faktor
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun yang terkait dengan perkembangan
2011 dinyatakan bahwa Kawasan permukiman masyarakat dan teknologi; dan faktor yang
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar besar pengaruhnya (antara lain infrastruktur
kawasan lindung, baik berupa kawasan kota, pola jaringan jalan, peraturan dan
perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi perundangundangan).
sebagai lingkungan tempat tinggal atau 3. Faktor lokasi ;
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang a. Permukiman yang timbul secara organik
mendukung perikehidupan dan penghidupan. - Ketersediaan sumber daya alam
Perencanaan kawasan permukiman harus - Permukiman yang potensial untuk
mencakup: petahanan.
a. Peningkatan sumber daya perkotaan atau - Faktor lokasi pasar (lokasi strategis
perdesaan; dekat persimpangan jalan, dekat
b. Mitigasi bencana; dan

33 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

sarana transportasi pelabuhan, wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal
terminal, bandara dan muara sungai). ini bertujuan agar pemahaman mengenai
b. Permukiman yang terencana wilayah pesisir dapat dimengerti dan
- Kriteria-kriteria yang digunakan merupakan awal pemahaman dari studi ini.
untuk menentukan lokasi yang akan Pengertian tentang pesisir masih menjadi suatu
direncanakan utuk mengembangkan pembicaraan, terutama penjelasan tentang ruang
permukiman sama dengan faktor- lingkup wilayah pesisir yang secara batasan
faktor yang menentukan pertumbuhan wilayah masih belum jelas. Berikut ini adalah
permukiman secara organik. definisi dari beberapa sumber mengenai
- Faktor-faktor lain (sosial, politik, wilayah pesisir.
religi) antara lain strategi, peluang Undang-undang Republik Indonesia
pengembangan ekonomi dan nomor 01 tahun 2014 tentang pengelolaan
pertanian, keberadaaan sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
mineral dan alasan-alasannya. menyebutkan bahwa kawasan pesisir adalah
c. Kesesuaian dengan fungsi kota sebagai bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
pusat pemerintahan, perdagangan, yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan
kebudayaan, agama, pertahanan, berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi,
produksi, kesehatan, rekreasi dan sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan
campuran. Untuk mencapai kehidupan keberadaannya. Dalam undang-undang ini
yang lebih baik bagi manusia dalam disebutkan batasan wilayah pesisir yaitu kearah
wadahnya, maka permukiman daratan mencakup wilayah administrasi daratan
berkembang menjadi permukiman yang dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas)
direncanakan dengan berbagai konsep. mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut
Konsep-konsep pola permukiman yang lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.
dikembangkan sejak dikenalnya Menurut Suprihayono (2007) wilayah
perencanaan permukiman hampir selalu pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan
didasarkan pada kaidah : dan laut kearah darat wilayah pesisir meliputi
- Kedekatan (proximity) bagian daratan, baik kering maupun terendam
- Kemudahan (accessibility) air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut
- Ketersediaan (availability) seperti pasang surut, angin laut, dan
- Kenyamanan (amenity) perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang
Kawasan Pesisir masih dipengaruhi oleh proses alami yang
Penjelasan umum mengenai kawasan terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik tawar, maupun yang disebabkan karena

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 34


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

kegiatan manusia di darat seperti penggundulan meneliti status sekelompok manusia, suatu
hutan dan pencemaran. objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
Qanun Kota Banda Aceh nomor 4 tahun ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sekarang dengan tujuan untuk membuat
(RTRW) tahun 2009-2029 secara detil gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
menjelaskan bahwa wilayah mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan
pesisirmerupakankawasanyangdibatasipengemb antara fenomena yang diselidiki.
angannya sehinggaizin prinsip dan izinlokasi Metode deskriptif menurut Arikuntoro
merupakanbentuk disinsentifterhadap kawasan (2009) adalah suatu metode dalam penelitian
pesisir. sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu
Deskriptif Mix Method peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
penulis adalah penelitian lapangan (field gambaran atau lukisan secara sistematis, faktal
research) penulis menggunakan jenis penelitian dan akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan
campuran (mixed methodology). Mixed method antar fenomena yang diselidiki. Selain itu
menghasilkan fakta yang lebih komprehensif metode ini adalah pencari fakta dengan
dalam meneliti masalah penelitian, karena interpretasi yang tepat. Penelitian dengan
penelitian ini memiliki kebebasan untuk metode ini mempelajari masalah-masalah dalam
menggunakan semua alat pengumpul data masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam
sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu sikap-sikap, pandangan-pandangan, seta proses-
saja. Mixed Method adalah metode yang proses yang berlangsung dan pengaruh-
memadukan pendekatan kualitatif dan pengaruh dari suatu fenomena.
kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam
tahap pengumpulan data), dan kajian model Populasi dan Sampel
campuran memadukan dua pendekatan dalam Populasi merupakan keseluruhan objek
semua tahapan proses penelitian. penelitian sebagai sumber data yang
Menurut Wardiyanta (2006) Penelitian mewakilikarakteristik tertentu di dalam suatu
kualitatif deskrptif adalah penelitian yang penelitian, dan sampel merupakan himpunan
bertujuan membuat deskripsi atas suatu bagian dari populasi yang menjadi objek
fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual, sesungguhnya. Sampel diambil dari sejumlah
dan akurat. Sementara menurut Nazir (2003), populai. Teknik sampling secara random yaitu
metode deskriptif adalah suatu metode dalam pengambilan sampel yang tanpa dipilih-pilih

35 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis 2. Mengadakan survei langsung terhadap


yang telah diuji dalam praktek. Jadi, sampel lokasi yang diteliti untuk melihat kondisi
diambil tanpa melihat tingkatan pada populasi. saat ini (eksisting).
3. Mengkaji lebih jauh hubungan kondisi
METODE PENELITIAN eksisting kawasan terhadap kondisi yang
Lokasi penelitian berada di Kawasan tertuang dalam Rencana Tata Ruang
Kecamatan Meuraxa. Secara Regional Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh Tahun
Kecamatan Meuraxa terletak di Pantai Utara 2009 – 2029.
Pulau Sumatera yang berbatasan dengan Selat
Malaka dan berseberangan tidak jauh dengan Metode Penelitian
negara tetangga Malaysia. Wilayah Kecamatan 1. Teknik Pengumpulan Data
Meuraxa terletak pada 5°32’30” - 5°34’40” LU Sumber data dalam penelitian ini adalah
dan 95°16’15” -95°18’20” BT. Penelitian data primer dan data sekunder. Data primer
dilakukan selama kurun waktu dari bulan diperoleh melalui survei (observasi), sedangkan
Desember tahun 2012 sampai dengan bulan data sekunder diperoleh dari literatur terkait
Maret tahun 2013. Hal ini dikarenakan banyak Teknik pengumpulan data ditujukan untuk
hal yang terus berkembang dalam proses mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai
penelitian, baik dari segi studi literatur sampai bahan masukan untuk setiap tahap analisis
dengan penelitian survei lapangan. berikutnya. Data yang dibutuhkan berupa data
primer dan sekunder dengan cara pengumpulan
Tahapan Penelitian sebagai berikut:
Metode yang digunakan dalam penelitian 1) Pengumpulan data primer
“Kajian tata guna lahan permukiman kawasan Data primer berkaitan dengan kondisi
pesisir Kota Banda Aceh” jika ditinjau dari lingkungan dan peran serta Pemerintah Daerah
klasifikasi penelitian berdasarkan tujuannya dalam proses penataan kembali lahan pasca
termasuk ke dalam penelitian deskriptif. bencana tsunami. Teknik pengumpulan data ini
Apabila ditinjau dari klasifikasi penelitian dilakukan dengan cara :
berdasarkan teknik pengumpulan data termasuk (1) Observasi; merupakan pengamatan
ke dalam penelitian survei dan penelitian langsung ke lokasi untuk membuktikan
lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan situasi nyata dengan data sekunder yang
dalam penelitian ini berupa : diperoleh.;
1. Mempelajari dan mencari referensi (2) Kuesioner; merupakan teknik
mengenai kawasan pesisir dan permukiman pengumpulan data dengan menggunakan
pesisir. daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup
dan terbuka, sedangkan;

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 36


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

(3) Wawancara; merupakan cara memperoleh pelabuhan ikan dan ferry , dan jalur lingkar
data atau informasi secara langsung bagian utara yang secara keseluruhan ber fungsi
dengan tatap muka melalui komunikasi sebagai kawasan penyangga ( buffer zone)
verbal. kawasan urban yang berada 3-4 km dari garis
2) Pengumpulan data sekunder pantai. Kecenderungan pertumbuhan kota
Data sekunder merupakan data primer Banda Aceh kemudian di arahkan ke selatan
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh melalui penciptaan new town.
pihak pengumpul data primer atau boleh pihak Gambar 1 : Kecamatan Meuraxa sebelum dan sesudah
Tsunami 2004 – 2011.
lain. Data ini dapat berbentuk tabel-tabel atau
diagram-diagram. Data ini diperoleh dari hasil
penelitian, artikel, penelusuran pustaka dan
dokumen resmi dari instansi terkait.

2. Proses Pengolahan Data


Kondisi Eksisting Kawasan
Penelitian dilakukan pada kondisi
eksisting Kawasan Kecamatan Meuraxa
sebelum tsunami yaitu tahun 2004 dan sesudah
tsunami yaitu sekitar tahun 2005 sampai dengan
tahun 2011, untuk melihat perkembangan yang
terjadi di kawasan tersebut khususnya untuk Sumber : Google Earth dan Hasil Analisa
kawasan permukiman yang secara bertahap
mengalami proses perkembangan yang sangat Penentuan Sampel dan Responden
banyak di akibatkan dari berubahnya tata guna Populasi adalah masyarakat yang tinggal
lahan di lokasi ini. di Kemukiman Meuraxa yang terdiri dari 8
Pertumbuhan ruang pusat kota Banda (delapan) desa di Kelurahan Punge Juroeng.
Aceh memiliki kecenderungan pola Penelitian ini metitik beratkan pada desa-desa
linier(lineargrowthmodel yang berada dipesisir atau lebih dekat ke laut,
)yangberkembangmengikutijaringanjalan.Pada seperti Desa Gampong Pie, Ulee Lheue, Deah
kawasannonurbanyangterdapatdisepanjang Glumpang, Deah Baro, Alue Deah Tengoh dan
pantai(coastalzone)dirancang sebagai eco-zone Desa Lampaseh Aceh.
yang di dalamnya terdapat fasilitas mitigasi
tsunami seperti fasilitas peringatan dini, escape 3. Analisis Data
hill (bukit penyelamatan) , fasilitas pemecah Setelah data primer dan sekunder
gelombang , hutan kota, kegiatan perikanan, diperoleh, maka data tersebut dianalisis

37 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

menggunakan metode deskriptif sebagai upaya tepatnya dalam kawasan pesisir pantai bagian
untuk menjawab permasalahan yang diangkat utara kota Banda Aceh dimana permukiman
dalam penelitian ini pada BAB I antara lain warganya dibangun tidak jauh dari garis pantai ,
sebagai berikut: yaitu kurang lebih 800 m – 1 km dari garis
1. Mengindentifikasikan perkembangan pantai. Kawasan pemukimannya berada tidak
permukiman di kawasan pesisir Kecamatan jauh dari kawasanperdagangan dan jasa.
Meuraxa. Proses analisis dilakukan dengan
mengidentifikasi perubahan penggunaan Pola dan Struktur Ruang
lahan dilokasi penelitian pada peta Dilihat dari segi konstelasi jalur
pemanfaatan lahan pesisir sebelum dan pergerakan, Kecamatan Meuraxa mempunyai
sesudah tsunami. posisi yang strategis karena sebagai kawasan
2. Mengkaji rencana tata ruang yang tertuang pesisir wilayah ini dilengkapi dengan prasarana
pada RTRW Kota Banda Aceh tahun 2009 - pelabuhan penyeberangan yang
2029 untuk mengetahui kebijakan yang menghubungkan Kota Banda Aceh dengan
sudah ditentukan pemerintah untuk kawasan Pulau Weh dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
pesisir di Kecamatan Meuraxa. Dari segi pergerakan darat Kecamatan Meuraxa
3. Menganalisis kuesioner melalui analisis dilewati oleh jalur perencanaan jalan arteri
persentasi deskriptif. Hasil analisis akan primer yang melewati daerah Simpang
mempresentasekan tentang kondisi Lamteumen – Lamjame - Ulee Pata - Ulee
masyarakat pasca tsunami, sarana dan Lheue - Gampong Jawa - Deah Raya – Tibang -
prasarana di permukiman dan perkembangan Krueng Cut tembus ke Krueng Raya.
kawasan pesisir dalam bentuk table Gambar 2 :Lokasi Penelitian, Kecamatan Meuraxa

frekuensi.
4. Memberikan arahan terhadap pola dan
struktur kawasan pesisir (costal zone) di
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh
melalui hasil identifikasi arah perkembangan
kawasan, kebijakan pemerintah dan hasil
survei lapangan.

Kecamatan Meuraxa diklasifikasikan


HASIL PEMBAHASAN
sebagai kawasan penghijauan atau eco zone
Identifikasi Kondisi Kawasan Berdasarkan
serta kawasan penyelamatan. Terlihat dalam
RTRW Kota Banda Aceh.
arahan penatagunaan lahannya, Meuraxa lebih
Secara geografis kawasan Kecamatan
di dominasi oleh peruntukan hutan bakau dan
Meuraxa berada di muara sungai Krueng Aceh,
kawasan pariwisata, dengan meminimalkan
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 38
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

peruntukan untuk kawasan permukiman. Pemanfaatan Ruang


Perubahan tata guna lahan atau pemanfaatan Hal utama yang saat ini menjadi
lahan yang terjadi pada kawasan adalah hal perhatian serius oleh berbagai pihak terkait
yang akan menjadi titik berat perhatian yang dengan area terbangun pasca Tsunami di
ingin dibahas. Kecamatan Meuraxa saat ini adalah
Struktur ruang kota memberikan pembangunan rumah yang tanpa melalui
gambaran sistem kegiatan kota yang perencanaan yang jelas (perencanaan di susun
ditunjukkan dengan sebaran fungsi-fungsi dan setelah pembangunan dilaksanakan). Kondisi
sistem interaksi diantaranya dengan ini berdampak pada ketidakteraturan pola
memanfaatkan jalur-jalur penghubung. permukiman yang berada di Kecamatan
Kecamatan Meuraxa merupakan daerah pinggir Meuraxa sehingga menimbulkan kesan yang
dari pusat kota (core peri-peri) Kota Banda tidak tertata.
Aceh, dengan pusat aktivitas dan pusat Untuk kawasan area tak terbangun di
pemerintahan ada di kawasan Ulee Lheue. Kecamatan Meuraxa, bentuk-bentuk
Secara struktur keruangan wilayah ini pemanfaatannya adalah berupa kawasan-
dipengaruhi oleh keberadaan JL. Sultan kawasan ruang terbuka yang digunakan sebagai
Iskandar Muda sebagai jalan yang fasilitas umum misalnya lapangan olah raga,
menghubungkan Pusat Kota Banda Aceh dan kawasan badan air seperti pesisir pantai,
Kawasan Pelabuhan Ulee Lheue sebagai tambak, sungai dan genangan-genangan.Selain
pelabuhan barang dan penyeberangan ke Pulau itu saat ini juga sedang dilakukan upaya
Weh dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Hal ini pemulihan kawasan pesisir Kecamatan Meuraxa
memberikan pengaruh terhadap perkembangan sebagai kawasan hutan bakau/mangrove.
kota yang cenderung berkembang linear di Kawasan pesisir pantai yang rentan
sekitar area sepanjang jalan tersebut. terhadap gelombang pasang air laut dan
bencana tsunami ditetapkan oleh RTRW Kota
Zonasi Kawasan Meuraxa Banda Aceh sebagai kawasan rawan bencana.
Dari 4 (empat) pembagian Zona atau Oleh karena itu, pada kawasan ini
kawasan yang ditentukan dalam RTRW Kota pengembangan ruang dibatasi dan lebih
Banda Aceh, Kecamatan Meuraxa hanya terbagi mengutamakan pengembangan ruang untuk
dalam 3 (tiga) zona atau pembagian yaitu : hutan bakau. Apabila akan dikembangkan,
 Zone I : Zona Pesisir (Coastal Zone) maka pengembangan harus memperhatikan
 Zone II : Zona Penghijauan (Eco Zone) ketentuan-ketentuan mitigasi bencana.
 Zone III : Zona Kota Lama (Traditional City
Zone)

39 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Identifikasi Kondisi Eksisting Kawasan Gambar 5 : Status Kepemilikan Rumah


Status Kepemilikan Rumah
Pesisir di Kecamatan Meuraxa.
Secara Regional Kecamatan Meuraxa
38% pribadi
terletak di Pantai Utara Pulau Sumatera yang
62%
berbatasan dengan Selat Malaka dan
berseberangan tidak jauh dengan negara
tetangga Malaysia. Selat Malaka yang
merupakan Zona Ekonomi Ekslusif juga Gambar 6 : Pengetahuan tentang
peruntukan lahan
merupakan Jalur Pelayaran International yang
Pengetahuan tentang Peruntukan Lahan
setiap harinya dilewati oleh kapal-kapal dengan
rute pelayaran international. 5%
Mengerti
Dilihat dari jumlah penduduk pasca ttp tdk 32%
tsunami, pertumbuhan penduduk di Kecamatan tahu
63%
Meuraxa semakin meningkat. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kebutuhan akan tempat
tinggal yang juga akan meningkat. Untuk itu
kebutuhan akan lahan permukiman di kawasan Gambar 7 : Tingkat Perbedaan Kondisi Sebelum
Kecamatan Meuraxa ini harus dapat dan Sesudah Tsunami

mengakomodir seluruh kebutuhan masyarakat


35%
namun tetap memperhatikan peraturan akan 30%
permukiman yang telah ditentukan oleh 25%
20%
pemerintah Kota Banda Aceh. 15% Sebe
10% lum
5% Tsun
Gambar 3 : Pekerjaan Responden
0% ami
Pekerjaan Responden

4% 3% 15%
6%
Pegawai
28% 16% Negeri
Sumber : Hasil Kuesioner

28%
Pemanfaatan lahan di kawasan pesisir di
Gambar 4 : Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Responden Kecamatan Meuraxa ini pada observasi

17% lapangan ditemukan bahwa terdapat indikasi


11%
perubahan fungsi lahan dari kawasan cagar
SD -
72% SMU budaya menjadi permukiman, dari kawasan
pariwisata dan hiburan menjadi permukiman.
Dari hasil wawancara di Dinas Pekerjaan

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 40


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Umum dalam hal ini diwakili oleh Kepala Seksi sinergis, dan pengendaliannya. Dengan
Perencanaan Bidang Tata Ruang Dinas Cipta penerapan zonasi, berarti wilayah pesisir
Karya Aceh Ibu Winarti Adi, BE diketahui menjadi zona sesuai peruntukannya. Kegiatan
bahwa pembangunan khususnya untuk yang saling mendukung memisahkannya dari
perumahan yang terjadi di kawasan pesisir kegiatan yang saling bertentangan. Untuk itu,
Kecamatan Meuraxa memang sedikit diluar penerapan zonasi harus memperhatikan
kendali, hal ini dikarenakan banyaknya warga kebijakan pemerintah pusat/daerah dan
yang membangun tanpa ijin tetapi tidak diikuti kepentingan masyarakat.
dengan adanya sanksi-sanksi yang diberikan. Selain pembagian zonasi diatas, hal
Sehingga pertumbuhan perumahan yang ada penting lain yang harus diperhatikan adalah
saat ini banyak yang tidak sesuai dengan RTRW ketegasan pemerintah. Meskipun banyak
Kota Banda Aceh. masyarakat yang usahanya bergantung pada
kawasan pesisir, pemerintah harus tetap tegas
Hasil Kajian Kawasan Pesisir pada komitmennya bahwa kawasan pesisir tidak
RTRW Kota Banda Aceh 2009 – 2029 untuk daerah padat aktivitas. Jika dilihat dari
tidak banyak membahas tentang kawasan sisi ekonomi tentu hal tersebut cukup
pesisir. Namun secara garis besar kota banda merugikan, akan tetapi hal tersebut dilakukan
Aceh di bagi dalam empat zona kawasan yaitu demi keselamatan masyarakat dari ancaman
Zona Pesisir, Zona Penghijauan, Zona Kota tsunami. Pemerintah juga harus tegas dalam
Lama dan zona Kota Baru. Dari ke empat zona menegakkan hokum untuk menghindari
tersebut, Kecamatan Meuraxa termasuk perusakan sumber daa alam dan pencemaran
kedalam zona pesisir. Dalam Peraturan Zonasi lingkungan pesisir di kawasan Kecamatan
tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Meuraxa.
Kecamatan Meuraxa 2013 – 2032 juga sudah di Keterlibatan masyarakat juga menjadi hal
tentukan pembagian zona yaitu, Zona Lindung, penting dalam pembangunan kawasan pesisir.
Zona Perumahan, Zona Perdagangan dan Jasa, Karena masyarakat merupakan penentu dalam
Zona Perkantoran, Zona Sarana Pelayanan berhasil tidaknya pembangunan sebuah daerah
Umum dan Zona Peruntukan Lainnya. Hanya atau kawasan. Terbukti karena kurang diikut
saja masih bersifat umum dan tidah mengarah sertakan dalam proses pembangunan,
untuk kawasan khusus pesisir. permukiman di kawasan pesisir ini masih
Hal pertama yang harus dilakukan supaya belum menemukan arah yang jelas. Karena
pembangunan kawasan pesisir di Kecamatan tidak adanya persamaan antara keinginan
Meuraxa bisa langgeng berkelanjutan, perlu pemerintah dengan masyarakat pesisir.
adanya pembagian zonasi yang tepat dalam Sehingga kesannya pembangunan yang ada saat
mengalokasikan ruang, memilah kegiatan ini adalah pembangunan yang tidak teratur dan

41 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

tidak ikut aturan. yang keras terhadap siapa saja ang


Dan akhirnya, sebuah permukiman di memanfaatkan alam secara tidak tepat,
kawasan pesisir dengan sarana dan prasarana membantu pengadaan bibit mangrove dan
serta utilitas yang memadai belum lengkap membimbing masyarakat pesisir yang ada
tanpa adanya fasilitas yang menjamin secara aktif dalam mengolah lingkungannya
keamanan dan kenyamanannya. Oleh karena dengan baik. Bimbingan dari pemerintah
itu, kedepannya diharapkan pemerintah harus diupayakan secara intensif dan berkala
menerapkan kebijakan untuk merencanakan agar proses yang berjalan dapat memberikan
sistem mitigasi di setiap lingkungan hasil yang optimal.
permukiman yang ada di kawasan rawan 3. Kondisi eksisting kawasan permukiman,
bencana seperti pada kawasan pesisir perkembangan struktur ruang dan pola ruang
Kecamatan Meuraxa ini. Kota Banda Aceh masih belum sesuai
dengan RTRW Kota Banda Aceh. Akibat
KESIMPULAN DAN SARAN dari kebijakan dalam pemanfaatan lahan
Kesimpulan (land use) yang lebih mengikuti kondisi
1. Kecamatan Meuraxa adalah suatu kawasan yang telah ada dan menyebabkan
pesisir yang memiliki banyak potensi untuk pertumbuhan struktur ruang kota masih
dikembangkan. Sumber daya alam dan belum baik termasuk Kondisi Permukiman
lingkungan yang kaya belum sepenuhnya Masyarakat yang ada.
dipahami dan dimanfaatkan. Kebijakan 4. Untuk menyikapi perubahan fisik dan non-
pemerintah yang masih berorientasi ke darat fisik Kecamatan Meuraxa akibat bencana
akhirnya menjadikan wilayah perairan gempa dan Tsunami, maka pola dan struktur
disekitarnya menjadi kawasan kumuh yang tata ruang yang ada sekarang menjadi
belum teratur. pertimbangan penting dalam menyusun
2. Pemerintah mempunyai porsi yang cukup kembali rencana tata ruang Kecamatan
besar dalam membantu pengelolaan Meuraxa dimasa mendatang.
lingkungan pesisir di setiap kawasan di Kota 5. Kebijakan yang harus diambil untuk
Banda Aceh khususnya di Kecamatan perencanaan kawasan pesisir adalah adanya
Meuraxa. Beberapa hal yang dapat pendekatan terhadap perencanaan mitigasi
dilakukan pemerintah adalah dengan bencana gempa dan Tsunami.
memberikan pengarahan tentang pentingnya Saran
menjaga lingkungan hidup, memberi 1. Kawasan permukiman yang berada di
penyuluhan dan pengetahuan lebih lanjut kawasan pesisir pantai harus dibatasi atau
akan fungsi serta manfaat hutan mangrove, diawasi pengembangannya dan lebih
memberikan sikap, aturan dan peringatan memprioritaskan untuk permukiman para

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 42


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

nelayan. Terbatas disini adalah perumahan suasana saling disiplin dan teratur dalam
yang dibangun dengan persyaratan teknis menjalankan kepemerintahan.
tahan gempa, banjir/air pasang, dilengkapi 7. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
jalur-jalur penyelamatan dan gempa bumi pemanfaatan lahan serta pola dan struktur
dan tsunami. permukiman di kawasan pesisir Kota Banda
2. Peraturan zonasi (zoning regulation) yang Aceh.
sudah ada diterapkan dengan baik sehingga
tercipta keteraturan dalam kawasan. DAFTAR PUSTAKA
3. Pengembangan permukiman baru lebih Budiharjo, 2004, Permukiman, Penerbit Ghalia
diarahkan ke arah Selatan dan Timur yang Indonesia.
menjauhi kawasan pesisir, sedangkan kearah Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, 2012,
Barat dikembangkan sebagai buffer zone Banda Aceh Dalam Angka.
(hutan bakau), pelabuhan, ekowisata dan Bungin, M, Burhan, 2004, Metodologi
tambak. Penelitian Kuantitatif, Kencana Predana
4. Melakukan upaya-upaya melindungi Media Group, Jakarta.
kawasan pesisir, dengan semakin Doxiadis, A, Constantinos, 1974, Ekistics : An
membudidayakan tanaman Bakau sebagai Introduction to the Science of Human
vegetasi alami yang melindungi pesisir Settlements, Oxford University Press,
pantai dari abrasi gelombang air laut, selain New York.
dengan membangun tanggul pemecah Dahuri,Rokhmin, 2004, Pembangunan Wilayah
gelombang/ombak dan penahan pasang air : Perspektif Ekonomi, Sosial dan
laut. Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
5. Mengoptimalkan fasilitas-fasilitas mitigasi Hendra, L, 2001, Sistem Informasi Geografis,
yang sudah ada dengan meningkatkan Penerbit Ghalia Indonesia.
pemeliharaannya, karena banyak dari Hadi Sabari Yunus, 2005, Manajemen Kota
fasilitas tersebut tidak ada yang Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka
menjaga/mengawasi salah satunya Pelajar.
dikarenakan tidak adanya Sumber Daya Kementerian Pekerjaan Umum, 2005, Peraturan
Manusia. Menteri Pekerjaan Umum Nomor
6. Menerapkan peraturan untuk kawasan yang 494/PRT/M/2007 tentang Kebijakan dan
mematuhi atau tidak mematuhi peraturan Strategi Nasional Pengembangan
rencana tata ruang yang ada dengan Perkotaan (KSNP Kota), Jakarta.
memberikan insentif (penghargaan) atau Kementerian Pekerjaan Umum, 2007, Peraturan
disinsentif (peringatan) atau bahkan sanksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor
pada pihak-pihak tertentu, sehingga tercipta 40/PRT/M/2007 tentang Kawasan

43 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Reklamasi Pantai, Jakarta. Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta.


Nazir, M, 2003, Metode Penelitian, Penerbit Tarigan, 2004, Perencanaan Tata Ruang
Ghalia Indonesia. Wilayah, Tesis, Universitas Diponegoro,
Novita, D, 2010, Faktor Dominan Yang Semarang.
Mempengaruhi Masyarakat Miskin Undang-Undang Nomer 24 Tahun 1992
Terhadap Perumahan di Kota Kuala Tentang Penataan Ruang
Simpang, Tesis, Universitas Syiah Kuala, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Banda Aceh. Tentang Penataan Ruang.
P. Bambang dan L.M. Jannah, 2008, Metode Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
Penelitian Kualitatif Teori dan Aplikasi, TentangPerumahan dan Kawasan
PT. Rajagrafindo Persada,Jakarta. Permukiman.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana
di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil, Jakarta.
Pemerintah Kota Banda Aceh, 2009, Buku
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Banda Aceh 2009 – 2029, Banda
Aceh.
Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009,
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) 2009-2029, Pemerintah Kota
Banda Aceh.
Rangkuti, F., 1997. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Reksoputranto, 1992,Manajemen Proyek
Pembangunan, Jakarta.
Riduwan & Sunarto, 2009, Pengantar Statistika
Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,
Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis,
Alfabeta.
Snyder, C, 1998, SIG, Penerbit Ghalia
Indonesia.
Suprihayono, 2007, Metode Penelitian

Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 44

You might also like