Professional Documents
Culture Documents
Abstract: Vertical Housing still become the solution of fulfilling housing needs as dense and slum
settlement spread, such as in Manggarai, South Jakarta. Vertical Housing which had been built in
Jakarta which had to do a fast construction sometimes ignore the social and economic factors of
occupants, as well as the impact of construction to environment. Therefore, the construction of
Vertical Housing has to integrate the social, economic, and environmental factor. The problem of
design is how to design a form of building such as space and building façade which able to facilitate
activities and occupants’ need which is affected by site conditions and social life of occupants. This
Vertical Housing aims to get spaces for activities and fulfilling the needs of occupants in the present
and the future, and minimizing negative impacts of construction to environment. Design methode
based on the concept of Sustainable Architecture because it considers the balancing of social,
economic and environmental factors. The implementation of Sustainable Architecture is done by
applying five Sustainable Architecture chosen aspects, such as sustainable site and land-use,
sustainable energy, sustainable material, sustainable water, and sustainable community. These design
aspects of Sustainable Architecture will result some concepts such as provision of shared social and
economy spaces, green open spaces, the use of durable and eco-friendly materials, building façade
responds to climate, and waste treatment system.
Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta karena satu aspek yang lain memiliki strategi
2030 yakni akan dilakukan pengembangan di penerapan yang sudah terwakilkan oleh kelima
wilayah Manggarai untuk kegiatan campuran aspek tersebut. Kelima aspek Arsitektur
antara perkantoran, perdagangan dan jasa, Berkelanjutan yang diterapkan, antara lain:
serta permukiman vertikal (Rumah Susun) 1. Tata Guna Tapak dan Lahan
yang terjangkau dengan sarana transportasi Berkelanjutan (Sustainable Site and
umum. Pembangunan Rumah Susun di Land-Use)
Manggarai juga sebagai respon masih adanya Strategi desain meliputi tapak sesuai
pemukiman kumuh, khususnya di bantaran rencana tata ruang kota, terjangkau
Sungai Ciliwung yang memiliki kondisi transportasi dan fasilitas publik,
hunian kurang layak. Permasalahan juga penyediaan ruang terbuka hijau, dan
muncul pada pemukiman di Manggarai, yaitu penyediaan pedestrian. Penerapan
minimnya ruang terbuka hijau dan publik; dilakukan pada pemilihan lokasi dan
usaha perekonomian warga yang merupakan pengolahan tapak.
potensi, seperti pasar dan toko-toko atau 2. Energi Berkelanjutan (Sustainable
warung yang memanfaatkan badan jalan Energy)
karena terbatasnya lahan; kehidupan bantaran Strategi desain meliputi penerapan
sungai yang tidak terkendali mengakibatkan sistem pencahayaan dan penghawaan
pola kehidupan warga yang membuang limbah alami dan menerapkan energi terbarukan.
air kotor dan sampah langsung ke sungai Penerapan dilakukan pada penentuan
sehingga dapat mengakibatkan pencemaran bentuk, tata massa, dan tampilan
dan banjir. Oleh karena itu, pembangunan bangunan, serta utilitas bangunan.
Rumah Susun di Manggarai perlu 3. Material Berkelanjutan (Sustainable
mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, Material)
dan lingkungan yang dapat meningkatkan Strategi desain meliputi durabilitas
kualitas hidup penghuni Rumah Susun. kualitas material, menggunakan material
Menanggapi permasalahan- alam, material daur ulang atau yang bisa
permasalahan pada Rumah Susun dan kondisi didaur ulang, material tidak mengandung
pemukiman di Manggarai yang terkait dengan VOC (Voltile Organic Compound).
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, maka Penerapan dilakukan pada penggunaan
dalam perencanaan dan perancangan Rumah material bangunan.
Susun perlu adanya pendekatan desain yang 4. Air Berkelanjutan (Sustainable Water),
dapat menjadi solusi dari permasalahan Strategi desain meliputi penggunaan
tersebut. Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable sistem pengolahan air kotor yang tidak
Architecture) yang memiliki tiga pilar dasar, mencemari lingkungan, sistem daur ulang
yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan yang air kotor, dan sistem penampungan dan
terintegrasi secara seimbang dan selaras dipilih pengolahan air hujan. Penerapan
sebagai pendekatan desain Rumah Susun yang dilakukan pada sistem utilitas air kotor
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan air hujan.
penghuni saat ini dan yang akan datang, serta 5. Masyarakat Berkelanjutan (Sustainable
meminimalkan dampak negatif pembangunan Community)
bagi lingkungan. Strategi desain meliputi penyediaan
fasilitas untuk mengasah keterampilan,
2. METODE pendidikan, kesehatan, dan hiburan;
Metode yang digunakan dalam lingkungan yang alami bagi pengguna
perancangan Rumah Susun di Manggarai, berupa ruang terbuka hijau atau taman,
Jakarta Selatan ini didasarkan pada pendekatan penyediaan ruang bersama yang menarik,
Arsitektur Berkelanjutan. Terdapat tiga pilar aman, dan nyaman; serta wadah
dasar Arsitektur Berkelanjutan, yakni sosial, pengelolaan sampah bersama sebagai agar
ekonomi, dan lingkungan (Williams, 2007). penghuni sadar terhadap lingkungan.
Ketiga pilar dasar tersebut dijabarkan ke dalam Penerapan dilakukan pada penyediaan
enam aspek Arsitektur Berkelanjutan (Sassi, kebutuhan ruang, pengolahan lansekap
2006). Berdasarkan pertimbangan keefektifan pada tapak, dan sistem pengelolaan
penerapan, hanya lima aspek yang diterapkan sampah.
125
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 124-132
3. ANALISIS
Analisis pada perencanaan dan
perancangan Rumah Susun, meliputi:
3.1 Analisis Peruangan
1. Tujuan: kebutuhan dan kelompok zona
ruang pada Rumah Susun.
2. Dasar pertimbangan: jenis pelaku dan
kegiatan.
3. Hasil:
Kebutuhan ruang yang diwadahi
menghasilkan kelompok zona ruang
berdasarkan pelaku dan jenis kegiatan (lihat
Gambar 1). Gambar 2. Lokasi Tapak
126
Yusniarti Apriza, Tri Joko Daryanto, Amin Sumadyo, Rumah Susun.....
127
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 124-132
sebagai komunal publik dan jembatan wadah tanaman sebagai peredam panas
sebagai area hidroponik untuk wadah dan filter udara (lihat Gambar 12).
bertanam penghuni.
129
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 124-132
mengganggu atau merusak lingkungan Kolom, balok, plan, dan pondasi yang
sekitar. memerlukan daya ketahahan dan masa
3. Proses analisis dan hasil (lihat Gambar 14: pakai jangka panjang memerlukan
a. Strukur Pondasi (Sub Structure) material yang kuat sehingga
Pondasi menggunakan pondasi digunakan beton dan baja sebagai
dalam jenis bored pile yang tidak tulangan pengisi beton.
mengganggu lingkungan sekitar untuk b. Material Dinding
menopang massa bangunan berlantai dua Penggunaan beton pra cetak pada
belas dan enam belas, sedangkan bagian dinding luar dan bata ringan
pondasi untuk massa penghubung yang pada bagian dalam karena lebih ringan
terdiri dari dua lantai menggunakan dan lebih kuat serta dapat didaur
pondasi footplat. ulang. Finishing menggunakan cat
b. Struktur Badan (Supper Structure) yang tidak mengandung VOC.
Bangunan Rumah Susun c. Material Penutup Lantai
menggunakan struktur rangka dengan Penggunaan keramik dengan
grid kolom dan balok menyesuaikan pertimbangan mudah perawatan atau
dimensi unit-unit hunian. Perkuatan dibersihkan, relatif murah, tidak
struktur rangka didukung oleh dinding lembab, aman terhadap penghuni, dan
core (core wall) sebagai penempatan lift, tahan lama. Lantai semen juga
tangga darurat, dan ruang shaft servis. digunakan untuk area servis dan
c. Struktur Atap (Upper Structure) penunjang seperti pasar.
Kriteria struktur menggunakan jenis d. Material Penutup Atap
struktur yang ringan yang sesuai dengan Penutup atap bersifat bidang
jenis atap skylight limasan namun tetap transparan karena diterapkan pada
kuat menahan beban. Struktur rangka skylight sehingga akan menggunakan
baja ringan dipilih karena sesuai dengan polycarbonate dengan pertimbangan
kriteria tersebut. dapat menahan radiasi panas, lebih
fleksibel sesuai dengan bentuk atap
karena bentuknya seperti lembaran,
dan lebih ringan dibandingkan kaca.
130
Yusniarti Apriza, Tri Joko Daryanto, Amin Sumadyo, Rumah Susun.....
penyiraman tanaman dan flushing toilet Biogas yang dihasilkan akan dijadikan
umum. Air kotor berupa greywater sebagai bahan bakar cadangan bagi genset.
langsung dialirkan menuju bak pengolah Penghuni dapat menabung dengan sampah
limbah, yakni Sewage Treatment Plan melalui bank sampah agar penghuni lebih
(STP), sedangkan blackwater dialirkan peduli akan pentingnya sampah.
terlebih dahulu menuju septictank dan air
buangannya dialirkan menujua STP. Hasil 4. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN)
olahan air dari STP difilter kembali, Rancangan Rumah Susun ini memiliki
kemudian disimpan di dalam tangki konsep yang diharapkan mampu
penampungan. Air hujan yang jatuh pada menyeimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan
atap langsung dialirkan ke tangki lingkungan secara seimbang melalui
penampungan (tanpa difilter) karena tidak penerapan aspek-aspek desain Arsitektur
terlalu banyak mengandung zat beracun. Berkelanjutan. Penerapan aspek desain
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tersebut ke dalam bangunan Rumah Susun
akan diserap ke dalam tanah melalui mewujudkan beberapa konsep desain, antara
lubang biopori yang tersebar di lain:
lingkungan Rumah Susun. 1. Penyedian ruang-ruang bersama melalui
selasar/koridor dan ruang komunal pada
zona hunian, serta wadah perekonomian.
2. Penyediaan ruang terbuka hijau dan publik
(lihat Gambar 16).
3. Bentuk, tata massa (lihat Gambar 17), dan
tampilan bangunan (lihat Gambar 18) yang
merespon iklim dan memanfaatkan sistem
pencahayaan dan penghawaan alami.
4. Penggunaan struktur dan material yang
mempertimbangkan ketahanan lama dan
ramah lingkungan.
5. Sistem pengolahan limbah berupa daur
Gambar 15. Pengolahan Sistem Biofilter ulang air kotor dan air hujan sebagai air
Aerob-Anaerob untuk penyiraman tanaman atau flushing
(http://www.kelair.bppt.go.id) toilet umum dan pengolahan sampah
anorganik sebagai usaha kerajinan bersama
3.5.2 Sistem Pengelolaan Sampah serta organik menjadi pupuk atau biogas
1. Tujuan: pengelolaan sampah organik dan sebagai sumber cadangan bahan bakar
anorganik. genset.
2. Dasar pertimbangan: pembuangan sampah
memudahkan penghuni secara vertikal,
meminimalisir pembuangan ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA), dan sistem
daur ulang sampah.
3. Analisis dan hasil:
Sistem pembuangan sampah
dibedakan antara organik dan anorganik.
Pembuangan sampah melalui shaft sampah
organik dan anorganik di tiap-tiap lantai
untuk memudahkan penghuni. Sampah
akan dikumpulkan pada tempat
Gambar 16. Area Ruang Terbuka Publik dan
pengolahan sampah. Sampah anorganik Hijau
yang didaur ulang dapat dimanfaatkan
sebagai barang kerajinan melalui usaha
bersama, sedangkan sampah organik akan
diolah melalui biodigester yang akan
menghasilkan pupuk cair dan biogas.
131
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 124-132
REFERENSI
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2012.
Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta 2030.
http://bappedajakarta.go.id/?page_id=
1270
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2013.
Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2
Tahun 2013: Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Tahun 2013 – 2017. Jakarta.
http://bappedajakarta.go.id/?page_id=109
9.
Sassi, Paola. 2006. Strategies for Sustainable
Architecture. New York: Taylor &
Francis.
Williams, Daniel E. 2007. Sustainable Design:
Ecology, Architecture, and Planning.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
http://www.kelair.bppt.go.id
132