You are on page 1of 10

doi : 10.29244/jli.12.2.2020.

63-72

PRODUKSI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK TAMAN TERPADU


DAN RESPON WARGA DI TAMAN KELURAHAN PONDOK JAYA,
KOTA DEPOK
Production of Public Green Open ABSTRACT
Spaces Integrated Park and Horizontal Urban Expansion Model significantly contributes to land transformation
Inhabitant Response at Pondok and affects multiple problems including environmental damages. Ideally it must be
Jaya Urban Village Park, Depok balanced by urban green space supply for sustainability and liveability of a city. Social
City aspect become a part of sustainability domain and human factors are being considered
through perception. In order to implement the mandatory of Law Number 26 of 2007
on Spatial Planning, it is necessary for local government to establish local regulation to
carry it out. Depok City government has arranged Public Space Regulation through
Depok City Mission (2016-2021) such as increase the quality of the public services, and
Lintang Yuniar Pratiwi building infrastructure and open space, these including Mayor Promise to build urban
Jurusan Magister Arsitektur park in 63 of Depok urban village. Since it was on first year, there were disagreements
Universitas Gunadarma, Depok where the inhabitants refused park development around them. This study wants to find
Email: lintang.study@gmail.com out the factors influencing inhabitant response to Pondok Jaya Urban Village Park
development. The research use qualitative method with case study, analyzing
Agus Dharma Tohjiwa qualitative data by open coding, axial coding and selective coding analysis. The research
Jurusan Teknik Arsitektur revealed three categories of inhabitant responses which has different causal factors, those
Universitas Gunadarma, Depok are strongly agree/pro (precedent, physical and social benefit), somewhat agree/moderat
Email: agusdhr@gmail.com
(priviledges, maintenance and concept planning) and strongly disagree/contra
(intervention, development process, existing condition and authority-function
Irina Mildawani changes). This study may gain knowledge and understanding for better formulation of
Jurusan Teknik Arsitektur
next Depok public green space development.
Universitas Gunadarma, Depok
Email: irinamtoha58@gmail.com
Keywords: perception, production of urban green space, urban parks

Diajukan: 10 Agustus 2020 Diterima: 30 September 2020

PENDAHULUAN penafsiran terhadap stimulus yang diberikan oleh


lingkungan, sehingga aspek individu dan aspek setting
Model pengembangan infrastruktur perkotaan terutama fisik sangat berkaitan dalam pembentukan sebuah
untuk pemenuhan kebutuhan sektor jasa dan persepsi oleh seseorang (Rita, 1983).
permukiman pada umumnya secara horizontal sehingga
berdampak pada perubahan tata guna lahan perkotaan Kebijakan pemenuhan RTH merupakan amanah dari
dan meningkatnya keterbatasan ketersediaan lahan. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 207 tentang Penataan
Menurut Setioko (2009) terjadinya keterbatasan Ruang. Kota Depok telah menyusun langkah-langkah
kemampuan akses penguasaan lahan tempat tinggal strategis sebagai bentuk implementasi atas kebijakan
tersebut akan muncul kecenderungan pergeseran fungsi- tersebut sebagaimana tertuang di dalam dokumen
fungsi perkotaan ke daerah pinggiran (urban fringe) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
perkembangan daerah secara acak (urban sprawl). (RPJMD) Kota Depok tahun 2016-2021, yang juga
Pemekaran wilayah tersebut berimplikasi pada mengakomodir 10 janji kampanye pasangan terpilih Wali
terbentuknya ruang-ruang binaan baru yang ditujukan Kota dan Wakil Wali Kota Depok periode tahun 2016-
untuk pemenuhan kesejahteraan penduduknya. Guna 2021. Salah satu janji kampanye adalah Pembangunan
mendapatkan bentuk wilayah seperti yang diinginkan, RTH taman di setiap kelurahan (taman terpadu) sebanyak
harus memperhitungkan faktor fisik dan faktor 63 lokasi. Teknis pelaksanaannya menjadi tugas Dinas
manusia/masyarakat yang mendiaminya sebagai penentu Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok.
sarana kota (Nurisjah, 2005).
Sampai dengan tahun 2019 telah dibangun 42 taman
Dalam konteks faktor fisik, dikatakan oleh Hanief dan kelurahan terpadu (DLHK Kota Depok, 2019). Namun
Santy (2014) seiring dengan jumlah pertambahan lahan dalam pelaksanaannya, terjadi beberapa kasus penolakan
terbangun, hendaknya selalu diiringi dengan oleh warga, meskipun pada beberapa kasus penolakan,
perkembangan jumlah ruang terbuka hijau (RTH). proses pembangunan dapat diselesaikan. Kelurahan
Selanjutnya dalam konteks faktor manusia yaitu dengan Pondok Jaya, merupakan salah satu kelurahan yang
memperhitungkan aspek sosial masyarakat penghuninya, menjadi target pembangunan taman terpadu pada tahun
salah satu metode untuk menggali faktor ini adalah 2018, dimana dalam prosesnya sempat terjadi sikap
melalui persepsi. Dalam konteks perancangan lingkungan penolakan warga dari awal digulirkannya rencana
hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tersebut. Setelah mengalami proses yang cukup panjang,
persepsi lingkungan, yakni interpretasi tentang suatu pada akhirnya taman di wilayah tersebut berhasil
setting oleh individu didasarkan latar belakang budaya, dibangun.
nalar, dan pengalaman individu tersebut. Selanjutnya
definisi persepsi adalah proses pengorganisasian dan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 63


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

Rumusan masalah yang dibahas adalah: Variabel Penelitian


1. Mengapa warga melakukan penolakan pada rencana Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan
pembangunan RTH Taman Kelurahan Pondok Jaya? menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel penelitian
2. Bagaimana respon warga terhadap Program ini digunakan sebagai kerangka untuk pengambilan data.
Pembangunan Taman Kelurahan Pondok Jaya dan Variabel pada penelitian ini adalah:
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respon
1. Proses penyediaan RTH Taman Kelurahan Terpadu di
tersebut?
Kota Depok.
Perilaku penolakan oleh warga merupakan salah satu 2. Faktor yang melatarbelakangi respon warga terhadap
bentuk persepsi hasil dari penafsiran terhadap stimulus pembangunan Taman Kelurahan Pondok Jaya.
yang dipengaruhi faktor setting fisik dan faktor individu.
Tabel penarikan faktor, indikator, dan variabel dalam
Faktor individu sendiri dapat dilihat dengan adanya
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
motif, harapan, dan minat (Rita, 1983). Motif merupakan
suatu dorongan individu yang bisa membuat individu
Tabel 1. Penarikan Faktor, Indikator dan Variabel
melakukan kegiatan dan mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pada teori Woodworth dalam Gerungan Faktor Indikator Sintesis Variabel
(2000) terdapat beberapa kemungkinan fenomena yang Proses Alur - Tahap Persiapan
terjadi yang bisa menafsirkan motif seseorang yaitu: penyediaan Pelaksanaan - Tahap
RTH Taman Perencanaan
a. Pelaku menentang lingkungan
Kelurahan - Tahap
b. Pelaku menyesuaikan diri
Pondok Jaya Pelaksanaan
c. Pelaku menggunakan lingkungan
d. Pelaku berpartisipasi dalam lingkungan Konstruksi
- Tahap Pasca
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor Konstruksi
yang melatarbelakangi respon warga dan mengetahui Faktor - Faktor Persepsi:
bagaimana tipologi pengelompokan respon berdasarkan Pengaruh - Motif,
persetujuan dan alasan warga terhadap Program Taman Internal - Harapan,
Kelurahan Pondok Jaya, sehingga dapat diketahui Individu - Minat,
pengetahuan baru yang bermanfaat. Respon - Kognitif,
Warga - Afektif,
- Budaya,
- Nalar,
- Pengalaman
individu
- Norma,
- Kultur,
- Psikologi
masyarakat
Faktor - Keterjangkauan
Pengaruh - Ruang:
Eksternal Aksesibilitas,
dan Setting - Visibilitas,
Gambar 1. Demo Penolakan Pembangunan Taman Fisik - Fasilitas
Pondok Jaya pendukung
Sumber: www.wartakota.tribunnews.com bersosialisasi:
kegiatan sosial
METODE PENELITIAN - Publisitas: sifat
publik (responsive
Pendekatan Penelitian
and meaningfull)
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan - Peran
pendekatan studi kasus, dimana proses studinya berupa Kelembagaan
pemahaman dan penyelidikan dengan cermat mengenai
suatu kondisi, program, peristiwa, aktivitas ataupun Metode Pengumpulan Data
proses. Dalam pengumpulan data dilakukan secara open-
1. Observasi, teknik pengumpulan data ini dilakukan
ended untuk kemudian dilakukan analisa dan interpretasi
dengan cara mengamati, mencatat atau merekam
makna data teks yang terkandung dalam rangka
perilaku dan aktivitas yang ada di lapangan dalam
merumuskan hipotesa (Creswell, 2014).
rangka mendapatkan data pendukung yang relevan
Lokasi dan Waktu dengan topik penelitian.
2. Wawancara, ciri utama adalah dengan kontak
Lokasi penelitian adalah Taman Kelurahan Pondok Jaya,
langsung antara pencari informasi dan sumber
Kecamatan Cipayung, Kota Depok yang merupakan
informasi baik dengan bertatap muka maupun melalui
bagian dari Program Pembangunan Taman Kelurahan
telepon (Creswell, 2014). Pertanyaan yang dilontarkan
Terpadu pada tahun 2018. Waktu pelakanaan Penelitian
dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai
berlangsung dari Juni hingga Agustus 2020.
dengan kondisi dan kebutuhan perolehan data.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 64


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

3. Dokumentasi, dilakukan untuk perolehan data dalam Penyusunan kategori inilah yang menjadi bagian dari
bentuk audio maupun visual untuk mendukung proses membangun faktor.
kelengkapan kebutuhan data maupun back up data.
4. Perolehan melalui data sekunder pada arsip dokumen Dalam proses menyusun kategori tersebut dilakukan
baik yang bersifat publik maupun pribadi (Creswell, melalui interpretasi peneliti dan menggunakan metode
2014) dan dapat dipertanggungjawabkan analisis isi konvensional (conventional content analysis)
keabsahannya. dimana hasil wawancara identifikasi ke dalam segmen-
segmen makna, menyusun kata kunci, dan membangun
Metode Penenetuan Responden
kategori mengikuti penalaran penelitian. Poin penting
Responden bersifat non-random sampling dengan penelitian murni dari hasil interpretasi peneliti bukan dari
menentukan terlebih dahulu pihak-pihak yang terkait teori. Setelah hasil open coding berupa kategori-kategori
dengan pembangunan taman terpadu (stakeholders). didapat, selanjutnya dilakukan analisa hubungan antar
Stakeholders yang terdata akan ditelusuri melalui teknik kategori melalui analisis korespondensi. Analisa ini
snow-ball sehingga didapat informan/responden kunci menggunakan bantuan software JMP. JMP atau Jump
yang memiliki informasi menyeluruh terhadap topik yang adalah suatu program/software komputer berbasis skrip
akan diteliti. Informan kunci sebaiknya orang yang yang menjadi bagian dari perangkat lunak statistika. JMP
bersedia untuk berbagi pengetahuan dengan peneliti, dan diharapkan dapat langsung membuat sistem analisis ke
sering dijadikan tempat bertanya oleh peneliti. Informan bentuk analisis statistika yang diinginkan, dengan
ini dapat terdiri dari: kemampuan pembuatan plot dan grafik secara visual
berdasarkan tabel data yang dimaksukan. Melalui JMP
1. Informan Kunci Formal (pemerintah kota dan akan didapat nilai signifikansi dari hasil korespondensi
pengurus lingkungan). antara faktor dan variabel-variabel penelitian.
2. Informan Pendukung (pengguna taman, pihak luar Korespondensi bernilai signifikan apabila P-value <0.05
yang berkaitan).

Gambar 2. Proses Membangun Faktor

Jumlah informan pada penelitian kualitatif dengan teknik yang mempunyai arti bahwa tingkat kepercayaanya lebih
wawancara akan dianggap cukup bila jawaban yang dari 95%.
didapat telah cenderung jenuh. Jenuh berarti bahwa pola
Jika hasil korespondensi telah didapat, maka langkah
jawaban berulang dan cenderung sama di tiap responden
selanjutnya adalah memberi label kategori baru dengan
dan tidak ada pola jawaban lain yang muncul. Menurut
istilah khusus yang merangkul antar kategori baru melalui
Lincoln dan Guba (1985) menganjurkan cara penentuan
selective coding. Proses ini merupakan bagian dari
batas sampai pada titik jenuh (point of redundancy). Proses
perumusan hipotesa untuk membentuk sebuah model
wawancara dilengkapi dengan teknik perekaman dan
teoritis. Tipologi pengelompokan merupakan bagian dari
penulisan jawaban informan.
hasil selective coding, visualisasinya dapat menggunakan
Metode Analisa Data tabel ataupun diagram untuk menampilkan hasil
penelitian yang lebih mudah dibaca dan dipahami. Dalam
Seluruh informasi yang diperoleh dari proses
proses analisis korespondensi apabila hasil korespondensi
pengumpulan data kemudian dibuat kedalam transkrip
mempunyai nilai tidak signifikan (p-value >0.05), maka
data teks yang siap untuk dianalisis melalui metode open
perumusan faktor kembali kepada temuan kategori yang
coding, axial coding, dan selective coding (Creswell, 207).
didapat dari hasil open coding sebelumnya. Rangkaian
Open coding dilakukan dengan mengidentifikasi dan
tahapan proses analisa data dapat dilihat pada Gambar 2.
mengelompokan informasi yang didapat dari hasil
pengumpulan data teks yang kemudian diinterpretasikan
ke dalam segmen makna, kode, sub kategori dan kategori.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 65


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

Gambaran Umum Lokasi Lokasi Taman Pondok Jaya berada di akses jalan utama
kawasan perumahan dan juga dekat dengan sarana publik
Data Obyek Lokasi
yaitu Kantor Kelurahan dan Setu yang sering dijadikan
Lokasi lahan yang diusulkan sebagai Taman Kelurahan sebagai sarana memancing ikan oleh warga sekitar. Area
Pondok Jaya terletak di dalam Perumahan Permata Depok ini berada di level topografi yang lebih rendah diantara
yang merupakan bagian dari wilayah RT 10 RW 7 kawasan permukiman di sekitarnya sehingga sering kali
Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota terjadi limpasan air dari saluran drainase lingkungan yang
Depok. menyebabkan kondisi genangan air sampai banjir apabila
debit air hujan cukup tinggi.
Tabel 2. Data Detil Lokasi Obyek Studi
Data Umum Demografi
Nama Lokasi Luas Status Kelurahan Pondok Jaya terbagi menjadi 7 RW dan 57 RT,
Taman (m²) Lahan selanjutnya Perumahan Permata Depok berlokasi di RW 7
Taman Sektor 3319 Fasilitas yang terdiri dari 12 RT, kemudian terbagi menjadi 13
Pondok Phyrus, Sosial-Fasilitas sektor, salah satunya adalah Sektor Phyrus dimana di
Jaya Umum (fasos- dalamnya terdapat 15 blok dengan 170 Kepala Keluarga.
Permata
fasum)
Depok,
Perumahan Tabel 3. Data Demografis Kelurahan Pondok Jaya
Pondok Jaya,
Permata (Kecamatan Dalam Angka, 2019)
Cipayung
Depok
Unsur Demografis Kelurahan Pondok Jaya

Jumlah RT 57
Jumlah RW 7
Jumlah Kepala Keluarga 7.513
(KK)
Jumlah Penduduk (jiwa) 26.761
Kepadatan Penduduk 168
(jiwa/km2)
Dominasi Pekerjaan Karyawan
Penduduk
Dominasi Tamatan SLTA
Tingkat Pendidikan
Jumlah Gangguan 24
Kamtibmas (kasus)
Gambar 3. Peta Konteks Lokasi Jumlah Organisasi 18
Kemasyarakatan

Proses Produksi Taman


Produksi ruang adalah proses dialektikal antara
hubungan ruang dan sosial. Teori ini menyatakan adanya
hubungan sosial dan spasial yang bersifat dialek sehingga
(social) space is a (social) product (Levebre, 1991;
Simatupang, 2017), selanjutnya dalam proses sosial akan
terdapat beragam aktor dimana interaksi antara kekuatan-
kekuatan dan aktor-aktor yang berbeda mempengaruhi
tujuan, prioritas, dan solusi yang diimplementasikan oleh
proyek perkotaan. Dalam proses produksinya akan
Gambar 4. Foto Kondisi Eksisting terbagi menjadi tahapan-tahapan, Tohjiwa (2001)
mengemukakan setidaknya ada 4 tahapan yang menjadi
bagian dari proses kolaborasi antara pemerintah dan
komunitas masyarakat, yaitu:
1. Tahap Persiapan: persiapan administrasi,
perencanaan program, penetapan lokasi dan
perumusan proposal.
2. Tahap Perencanaan: Perencanaan Konsep dan
Sosialisasi.
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi: Pelaksanaan
Pembangunan Fisik
4. Tahap Pasca Konstruksi: Kondisi Terbangun dan
Sistem Pengelola
Gambar 5. Foto Taman Kelurahan Pondok Jaya

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 66


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

Informasi rinci mengenai pelaksanaan alur tahapan dalam pertanyaan persetujuan terhadap Pembangunan Taman
proses pembangunan Taman Kelurahan Pondok Jaya Pondok Jaya beserta alasanya. Di tengah pemberlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Kota Depok
menjadi salah satu faktor utama keterbatasan pelaksanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN wawancara secara tatap muka sehingga apabila informan
tidak berkenan tatap muka maka proses wawancara
Respon Masyarakat
dilakukan melalui sambungan telepon dilengkapi dengan
Proses pengumpulan data informan melalui wawancara perekaman jawaban. Jumlah informan yang didapat
dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2020. Wawancara sebanyak 23 yang terdiri dari 3 Informan Kunci Formal
dilakukan pada informan kunci formal dan informan dan 20 Informan Pendukung yang terdiri dari warga
pendukung pada Taman Kelurahan Pondok Jaya. sekitar serta pengunjung taman. Hasil dari wawancara
Pertanyaan yang diajukan pada informan meliputi tersebut dituangkan menjadi data teks sesuai dengan apa
pertanyaan seputar data demografi personal dan yang dikatakan oleh informan dan dilakukan proses

Tabel 4. Alur Tahapan Proses Produksi RTH Taman Terpadu Kelurahan Pondok Jaya.

No Nama Deskripsi Kegiatan Waktu Pelaksanaan Organisasi dan Aktor yang


Tahapan (tahun/tanggal) Terlibat

1 Persiapan Penyusunan Anggaran, 2016-2017 DLHK, BAPPEDA, Bagian Aset,


Program, Penunjukan dan TAPD, Kecamatan, Kelurahan,
Penetapan Lokasi serta Lingkungan
koordinasi antar pihak.
2 Perencanaan Penyusunan Konsep oleh 2017 - 2018 PPK dan PPTK Konsultan
konsultan perencana (survey Perencana, Lingkungan
lokasi, koordinasi dengan
lingkungan, perumusan
konsep)
Sosialisasi Konsep Perencaaan 2 Maret 2018 Konsultan Perencana, Pengurus
dan penandatangan berita RT/RW, Lurah, Tokoh dan
acara persetujuan Perwakilan Warga, LPM, DLHK
Rapat internal warga RW 7 13 Maret 2018 Warga Sektor Phyrus RT 10 RW 7
Pondok Jaya
Penyampaian Maret – Agustus 2018 Warga Sektor Phyrus RT 10 RW 7
Ketidakbersetujuan Warga Pondok Jaya
Koordinasi dan Komunikasi April – Agustus 2018 DLHK, DPUPR, Kec. Cipayung,
Intensif antar Stakeholders Kel. Pondok Jaya, LPM, Warga
Sektor Phyrus RW 7
Surat Kepala DLHK Kepada 27 Agustus 2018 DLHK, Lurah Pondok Jaya,
Lurah perihal pemberitahuan Camat Cipayung
dan permintaan rapat tindak
lanjut
Pertemuan bersama untuk 23 September 2018 DLHK, DPUPR, Camat, Lurah,
rumusan kesepakatan Warga RW 7
Surat Kesepakatan Bersama 21 Oktober 2018 Ketua RT 10, Kadis DLHK, Lurah
RT 10
3 Pelaksanaan Kontrak Konstruksi Oktober – Desember BLP, PPK dan PPTK Kegiatan,
2018 Kontraktor Pelaksana
Finalisasi dan Serah Terima Desember 2018 PPK dan PPTK Kegiatan, Tim
Hasil Pekerjaan PPHP, Supervisi, Kontraktor
(PHO) Pelaksana,
4 Pasca Peresmian Taman 23 Januari 2019 Seluruh Pihak Terkait (Formal
Konstruksi dan Informal)
Pelaksanaan Masa Januari –Juni 2019 Kontraktor Pelaksana dan DLHK
Pemeliharaan (6 Bulan) dan
FHO
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah
DPUPR : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
BLP : Badan Layanan Pengadaan
LPM : Lembaga Pemberdayaan Masyaraiat
PPHP : Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PPTK : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
TAPD : Tim Anggaran Pemerintah Daerah
PHO : Provisional Hand Over
FHO : Final Hand Over

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 67


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

reduksi data yang disesuaikan dengan lingkup penelitian,


Tabel 6. Hasil Analisis Open Coding Membangun
kemudian dilakukan open coding yang akan menghasilkan
Kategori Pertanyaan Alasan Persetujuan.
kategori-kategori dari hasil pengelompokan hasil jawaban
open-ended (Bachtiar dan Kusuma, 2019) atas pertanyaan
Sub Kategori f Kategori
alasan persetujuan atas pembangunan Taman Kelurahan
Pondok Jaya. Berikut ini contoh jawaban dari pertanyaan Kehilangan Hak 10
Alih Hak dan Fungsi
tentang respon terhadap pembangunan Taman Kelurahan Kerawanan
1 5
Pondok Jaya adalah sebagai berikut: sosial
Komunikasi 1 Alur Proses
“Dari awal ada rencana pembangunan taman tapi ditolak Proses Sepihak 4 4
warga, tempat ini tidak butuh lagi” (Informan 3). Intervensi
“Bagus, jadi ramai, jadi bersih, rapi, jalan-jalan, olah raga, bawa Intervensi 1
1
anak” (Informan 20). Kondisi
7
Eksisting
Tabel 5. Contoh Tahapan Proses Membangun Kategori Lokasi 1
Luasan 1 Kondisi Eksisting
Kategori

Kategori
3
Segmen
Sumber

Posesif 2
Makna

Kode

Sub

Resistansi 1
Tidak Perlu 2
Konsep Desain 1 Konsep Perencanaan
dari awal
penolakan Kondisi
Informan 3

Renovasi 2 2
ditolak Resistansi
awal Eksisting Bernilai Tambah 7
warga Manfaat Fisik
Kenyamanan 1
tidak Kondisi 12
tidak butuh Tidak Perlu Visual 26
butuh Eksisting Aksesibilitas 1
Manfaat Edukasi 1
bagus bagus Visual
Fisik Hak Publik 2
Manfaat Interaksi Sosial 2
jadi ramai suasana Suasana Manfaat Sosial
Sosial Kebermanfaatan 6
Manfaat 15
jadi bersih bersih Visual Kebutuhan 1
Fisik Nirlaba 3
Informan 20

Manfaat Rekreasi 27
rapi rapi Visual
Fisik Suasana 3
Manfaat Mekanisme Pengelolaan
jalan-jalan jalan-jalan Rekreasi Pengelolaan 2
Sosial 1
Preseden 1 Preseden
Manfaat 2
olah raga olah raga Rekreasi Regulasi 1
Sosial
Mufakat 1 Privilese
Manfaat Privilese 6 5
bawa anak rekreasi Rekreasi
Sosial

Berdasarkan data yang diperoleh dari proses open coding Kelompok Setuju
terdapat 126 total frekuensi jawaban dari 23 informan Faktor yang melatarbelakangi kelompok setuju meliputi
tersebut, lalu dari didapatkan 30 variasi sub kategori dan manfaat sosial, manfaat fisik dan preseden. Kelompok ini
setelah dilakukan interpretasi mendalam ditemukan 10 terdiri dari beberapa warga yang rutin berkunjung ke
variasi kategori atau faktor yang mempengaruhi respon taman untuk menikmati dan menggunakan fasilitas yang
warga (Tabel 6). ada baik warga perumahan maupun luar perumahan.
Tahap selanjutnya setelah menemukan kategori yang Sebagian besar dari kelompok ini bertempat tinggal di
pada nantinya menjadi faktor temuan dilakukan proses lokasi luar Sektor Phyrus dimana taman berada. Selain itu,
axial coding untuk mencari hubungan antar kategori. kelompok ini cenderung melihat pada taman lokasi lain
Kategori yang akan dianalisis adalah alasan dan yang telah terbangun sebagai acuan persepsinya, serta
persetujuan. Alasan didapat dari 10 kategori hasil open menjadikan regulasi pemerintah Kota Depok sebagai
coding meliputi alih hak dan fungsi, alur proses, intervensi, sesuatu yang tidak ada salahnya untuk dilaksanakan
kondisi eksisting, konsep perencanaan, manfaat fisik, karena pasti pertimbangannya untuk kebaikan bersama.
manfaat sosial, mekanisme pengelolaan, preseden dan Sejalan dikemukakan oleh Lyle (1981) dalam Nurisjah
privilese. Untuk aspek persetujuan dibagi menjadi tiga (2005) bahwa RTH memiliki fungsi biofisik sebagai fungsi
kelompok, yaitu kelompok Setuju, kelompok Setuju lingkungan utama dikenal sebagai pembentuk
dengan Catatan dan kelompok Tidak Setuju. environmental architecture, kemudian fungsi tambahan
merupakan fungsi yang diberikan oleh manusia yang
Berdasarkan hasil analisis korespondensi menggunakan ingin meningkatkan dayaguna RTH ini (human
tools JMP, analisa hubungan antara alasan dengan architecture) dalam suatu wilayah perkotaan. Preseden
persetujuan mempunyai nilai yang signifikan dengan p- yang muncul akibat dari pengalaman individu terhadap
value <0.001 dapat dilihat pada Gambar 6. lokasi lain yang dirasakan memberikan kesan kebaikan.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 68


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

pertimbangan untuk kebaikan ke depannya apabila taman


Test ChiSquare Prob>ChiSq terbangun. Sebagian kelompok ini tinggal pada lokasi
Likelihood Ratio 63.144 <.0001* beda sektor tetapi masih dalam satu lingkup perumahan.
Pearson 64.610 <.0001* Hal-hal yang melatarbelakanginya adalah konsep
perencanaan, mekanisme pengelolaan dan privilese.

KELOMPOK SETUJU DENGAN CATATAN

Privilese 6

privilese
Mufakat 1

pengelolaan perencanaan
renovasi 2

konsep
konsep desain 1

mekanisme
pengelolaan 2

0 2 4 6 8

Gambar 8. Distribusi Frekuensi Faktor Setuju dengan


Catatan

Konsep perencanaan diharapkan yang dapat


mengakomodir kebutuhan warga terutama yang dekat
Gambar 6. Hasil Analisis Korespondensi Alasan dengan lokasi taman. Kemudian kelompok ini juga
dengan Persetujuan menegaskan adanya mekanisme pengelolaan ke depan
karena lokasi bersinggungan erat dengan Sektor Phyrus,
Hal tersebut merupakan bagian dari proses persepsi lalu mereka mempertimbangkan privilese atau hak-hak
dimana merupakan proses yang didahului oleh khusus/istimewa bagi warga terdekat dalam proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya pembangunan maupun pengelolaannya. Scenario planning
stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga dapat membantu untuk mempertajam strategi, menyusun
disebut proses sensoris (Walgito, 2004). Penjelasan rencana untuk sesuatu yang tidak diharapkan dan
tersebut didukung oleh teori Sarwono (1992) bahwa menjaga kehati-hatian pada arah yang benar dan pada
persepsi itu dibentuk dari individu dan setting fisik permasalahan yang tepat (Lindgren dan Hans., 2003;
lingkungannya. Ristanti et al, 2014). Dalam hal ini scenario planning yaitu
sebagai sebuah alat perencanaan strategis yang efektif
untuk perencanaan jangka menengah dan jangka panjang
KELOMPOK SETUJU yang berada di bawah kondisi ketidakpastian. Kelompok
ini pada dasarnya setuju dengan adanya pembangunan
prese

Regulasi 1
den

Preseden 1 taman tersebut namun harus dengan adanya kesepakatan


Suasana 3 mengenai tiga faktor di atas agar dipertimbangkan hal
Rekreasi 27 penting untuk jangka saat ini dan ke depannya.
Nirlaba 3
manfaat sosial

Kebutuhan 1 Kelompok Tidak Setuju


Kebermanfaatan 6
Interaksi Sosial 2 Kelompok tidak setuju ini adalah kelompok yang sedari
Hak Publik 2 awal tahapan rencana pembangunan Taman Pondok Jaya
Edukasi 1 telah mengemukakan ketidakbersetujuannya. Kelompok
Edukasi 1 ini adalah warga yang berada dalam Sektor Phyrus
Aksesibilitas 1 dimana lokasi taman berada. Alasan yang
Visual 26
manfaat

melatarbelakangi ketidakbersetujuannya meliputi alih hak


fisik

Kenyamanan 1 dan fungsi, alur proses, intervensi dan kondisi eksisting


Bernilai Tambah 7
(Gambar 9).
0 10 20 30
Kelompok ini cenderung menolak adanya taman tersebut
Gambar 7. Distribusi Frekuensi Faktor Setuju dikarenakan pada lokasi awal telah terdapat taman yang
dirasa mencukupi kebutuhan sektoral dan adanya
keberatan terhadap alur yang ditempuh dalam tahapan
Kelompok Setuju dengan Catatan
proses dari persiapan sampai dengan pelaksanannya.
Kelompok setuju dengan catatan sebenarnya kelompok Peran penting kelembagaan yang terlibat serta aktor-aktor
yang mendukung adanya Taman Kelurahan Pondok Jaya yang ada di dalamnya sangat menentukan proses
tetapi menegaskan harus adanya pertimbangan- komunikasi dan keberhasilan proses yang dilaksanakan.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 69


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

Keikutsertaan stakeholders seperti aktor privat dan aktor Dari analisa data diperoleh bahwa ada beberapa perilaku
pemerintah menjadi penting untuk mencapai konsensus warga sebagai respon terhadap pembangunan Taman
dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya dikemukakan Pondok Jaya dengan faktor yang melatarbelakanginya.
bahwa terdapat empat variabel dalam proses kolaborasi, Respon warga tersebut dapat dikelompokan menjadi
yaitu a) kondisi awal; b) bentuk kelembagaan; c) Kelompok Pendukung yaitu warga yang menyatakan
kepemimpinan; dan d) proses kolaborasi (Ansell dan setuju atas program pembangunan Taman Pondok Jaya.
Gash, 2007; Ulfa, 2018). Kelompok Moderat yaitu kelompok respon warga yang
menyetujui pembangunan Taman Pondok Jaya tetapi
diiringi dengan kesepakatan tertentu demi kebaikan
KELOMPOK TIDAK SETUJU bersama (setuju dengan catatan). Kelompok ini dapat
dikatakan sebagai kelompok jalan tengah. Kelompok
Tidak Perlu 2 Penentang yaitu respon warga yang menyatakan tidak
kondisi eksisting

Resistansi 1 setuju atas pembangunan Taman Pondok Jaya.


Posesif 2 Kelompok respon tersebut merupakan bentuk dari
Luasan 1 perilaku penyesuaian diri suatu individu terhadap
Lokasi 1 lingkungannya, selaras dengan apa yang dikemukakan
Kondisi Eksisting 7 Woodworth dalam Gerungan (2000) bahwa setiap individu
dapat menentang, menggunakan, berpartisipasi dan
& hak proses intervensi

menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang ada di


Intervensi 1 sekitarnya dimana lingkungan tersebut merupakan suatu
stimulus yang pada nantinya akan mempengaruhi
Proses Sepihak 4
fungsi alur

perilaku.
Komunikasi 1
Kerawanan sosial 1 Faktor-faktor yang melatarbelakangi kelompok respon
alih

Kehilangan Hak 10 tersebut dapat berasal dari faktor internal/individu, faktor


eksternal, faktor fisik serta faktor non fisik. Individu
0 5 10 15 menunjukkan perilakunya terhadap lingkungan,
lingkungan di sini dapat berupa lingkungan
Gambar 9. Distribusi Frekuensi Faktor Tidak Setuju fisik/kongkret maupun lingkungan psikis (internal diri)
sesuai yang dikemukakan Woodworth dalam Gerungan
Hipotesis Kelompok Respon Warga (2000). Individu dalam suatu setting memungkinkan
memiliki persepsi yang berbeda dikarenakan budaya,
Respon warga terhadap pembangunan Taman Kelurahan nalar dan pengalaman yang berbeda, namun sekelompok
Pondok Jaya merupakan sebuah perilaku hasil individu di suatu setting bisa memiliki persepsi yang sama
pengorganisasian suatu stimulus yang diterima, perilaku karena budaya, nalar dan pengalaman yang sama
yang muncul dipengaruhi oleh proses-proses persepsi (Firmandhani et al., 2013; Febriana dan Kaswanto, 2015)).
yang dialami individu sehingga aspek individu dan setting
fisik sangat berkaitan (Rita, 1983). Stimulus dalam hal ini Faktor non fisik berupa aktivitas sosial juga mempunyai
adalah pembangunan Taman Pondok Jaya dimana di pengaruh yang kuat atas respon warga tersebut, hal ini
dalamnya tersusun atas aspek fisik dan non fisik. Warga terlihat dari faktor yang melatarbelakangi setiap
akan melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan kelompok respon berupa rangkaian aktivitas sosial yang
baru yang terbentuk dari pembangunan taman tersebut. berkaitan dengan Taman Pondok Jaya. Perasaan tempat

Gambar 10. Model Hipotesis Kelompok Persetujuan/Respon Terhadap Pembangunan Taman Kelurahan Pondok Jaya

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 70


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

(sense of place) dapat terbentuk oleh tiga unsur pokok dari pembangunan yang lebih tepat agar efisiensi dan
tempat (constituents of place) yaitu atribut fisik lingkungan, optimalisasi keberhasilan program pembangunan dapat
aktivitas yang terjadi, dan konsepsi manusia terhadap tercapai
lingkungan fisiknya. Tujuan akhir dari perancangan
lingkungan adalah menciptakan place, yang DAFTAR PUSTAKA
didefinisikannya sebagai suatu unit pengalaman dimana
Ansell, C., Gash, A. 2007. Collaborative Governance in
aktivitas dan lingkungan fisik menjadi kesatuan atau
Theory and Practice. Journal of Public
menyatu (amalgamate) sesuai yang dikemukakan David
Administration Research and Theory University
Canter (1977) dalam Wardianto (2011).
of California 2007, Berkeley.
SIMPULAN Atkinson, R.L. 1983. Pengantar Psikologi dalam Arsitektur
Lanskap. Bumi Aksara: Jakarta.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan
telah didapatkan pengetahuan sebagai berikut: Bachtiar, J.C.U., Kusuma, H.E. 2019. Pengelompokan
Pengunjung Berdasarkan Durasi Kunjungan Dan
1. Proses penyediaan RTH Taman Kelurahan Terpadu di Karakteristik Taman: Relaksasi, Pelarian, Dan
Pondok Jaya berlangsung cukup lama dikarenakan Penikmat. Jurnal Lanskap Indonesia Vol. 11 No.
beberapa kali terjadi penolakan secara resmi oleh 1 2019, 12, doi:10.29244/Jli.11.1.2019.11-16.
warganya terutama warga Sektor Phyrus. Alasan
Buana, R.D. 2018. Tolak Taman Pondok Jaya, Warga Pirus
utama ketidakbersetujuan tersebut adalah kehilangan
Permata Depok Siap Pasang Badan.
hak, hal ini dapat dilihat dari frekuensi terbanyak yang
https://wartakota.tribunnews.com/depok.
ada pada tipologi kelompok tidak setuju.
2. Terkait perumusan respon warga dari hasil analisis Diakses: 11 Juni 2020.
data dan informasi terdapat tiga kelompok respon Creswell, J.W. 2007. Qualitative Inquiry and Research
warga mengenai Pembangunan Taman Kelurahan Design:Choosing among Five Approaches (2nd ed.).
Pondok Jaya, yaitu: London:SAGE Publications.
a. Kelompok Setuju, faktor alasan meliputi manfaat
sosial, manfaat fisik dan preseden. Creswell, J.W. 2014. Research Design: Qualitative,
b. Kelompok Setuju dengan Catatan, faktor alasan Quantitative, and Mixed Methods Approaches.
meliputi konsep perencanaan, mekanisme California: Sage Publications, Inc.
pengelolaan dan privilese. Febriana, N.P.R, Kaswanto, R.L.. 2015. Tourism Track
c. Kelompok Tidak Setuju, faktor alasan meliputi alih Management of Cibeureum Waterfall as a
hak dan fungsi, alur proses, intervensi dan kondisi Provider of Landscape Beautification Service at
eksisting. Gunung Gede Pangrango National Park,
3. Saat ini taman sudah berhasil dibangun sejak akhir Procedia Environmental Sciences, Vol. 24.
tahun 2018 setelah adanya rapat koordinasi intensif
yang dihadiri langsung oleh para pemangku kebijakan Firmandhani, S.W, Setioko, B., Setyowati, E. 2013. Faktor
dengan penandatanganan nota kesepakatan bersama. Pembentuk Persepsi Ruang Komunal di Pemukiman
Taman Pondok Jaya diresmikan pada Januari 2019 dan Nelayan, Studi Kasus: Pemukiman Nelayan Tambak
mulai dinikmati manfaatnya oleh warga baik dalam Mulyo Semarang. TEKNIK – Vol. 34 No. 1 2013,
perumahan maupun luar perumahan. Faktor ISSN 0852-1697.
keberhasilan proses pembangunan tersebut dapat Gerungan, W.A. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika
dicermati dari tipologi kelompok setuju yang memiliki Aditama.
total frekuensi paling banyak di antara dua kelompok
lainnya. Hanief, F., Dewi, S.P. 2014. Pengaruh Urban Sprawl
Terhadap Perubahan Bentuk Kota Semarang
Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan Ditinjau Dari Perubahan Kondisi Fisik Kelurahan
ketidaksempurnaan. Dalam penelitian ini baru melihat Meteseh Kecamatan Tembalang. Jurnal Ruang Vol.
aspek persetujuan/respon dan alasan terhadap 2 No. 1 2014 Issn 1858-3881.
pembangunan taman kelurahan sebagai Program
Pemerintah Kota Depok. Ada beberapa hal penting yang Lincoln, Y.S., Guba, E.G. 1985. Naturalistic Iquiry.
dapat dilanjutkan untuk penelitan selanjutnya antara lain Beverly Hills: California.
adalah hubungan kondisi sosial masyarakat dengan Lindgren, M., Bandhold, H. 2003. Scenario Planning The
alasan dan juga hubungan karakter lokasi dengan alasan. Link Between Future and Strategy. New York,
Selain itu penting untuk diteliti juga mengenai faktor apa Palgrave Machmillan.
yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan taman
di wilayah lain dalam lingkup Kota Depok. Nurisjah, S. 2005. Penilaian Masyarakat Terhadap Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan: Kasus
SARAN Kotamadya Bogor. (Disertasi Doktoral, Institut
Pertanian Bogor).
Penelitian lanjutan mengenai kondisi ketidakberhasilan
suatu proyek terutama yang digagas oleh program Perda Kota Depok Nomor 21 Tahun 2017 Tentang
pemerintah (Failed Story) masih sedikit dilakukan. Faktor Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Depok
keberhasilan dan kegagalan kemungkinan akan berbeda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Rencana
di setiap lokasi sehingga hal tersebut akan menarik untuk Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok
diteliti dengan harapan sebagai input pada pihak Tahun 2016-2021.
pemangku kebijakan untuk merumuskan pendekatan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 71


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.63-72

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 26


Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Jakarta.
Ristanti, R.F., Hermawan, Said, A. 2014. Scenario
Planning Proses Relokasi Terkait Pembangunan
Pasar Tradisional Menjadi Pasar Modern (Studi
Kasus di Pasar Dinoyo dan Pasar Blimbing Kota
Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.
2 No. 4, Hal 648-653. Universitas Brawijaya,
Malang.
Sarwono, S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. Grasindo PT
Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.
Setioko, B. 2009. Growth of Urban in Finger Areas (Case
Study: Semarang City). Sustainable Slum
Upgrading in Urban Area. Informant Settlement and
Affordable Housing. Unit of Research and
Empowerment of Housing and Human Settlements
Resources, Center for Information and Regional
Development, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta PIPW LPPM UNS. p79-88
Simatupang, S. 2017. Proses Sosial Dalam Produksi Ruang
Publik ‘RPTRA’ Kalijodo di Jakarta. Jurnal SCALE
ISSN: 2338 - 7912 Vol. 5 No. 1, Agustus 2017
Universitas Kristen Indonesia.2017.
Tohjiwa, A.D. 2001. Analisa Perubahan Sosial dari
Pemberdayaan Komunitas dalam Penyediaan
Prasarana Fisik, Sudi Kasus: Proyek Pembangunan
Bendung di Desa Karangmulya, Kabupaten
Indramayu Jawa Barat. Tesis Program
Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
Ulfa, L.M. 2018. Collaborative Governance Dalam
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota
Di Surabaya. Vol. 6 No. 3, September – Desember
2018.
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wardianto, G. 2011. Jalur Pejalan Kaki Berbasis Adaptasi
Manusia Terhadap Panas Matahari Di Ruang
Terbuka Kota Studi Kasus: Jalur Pejalan Kaki Di
Kota Semarang. Program Doktor Teknik
Arsitektur Dan Perkotaan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 72

You might also like