You are on page 1of 7

APARTEMEN DENGAN PENDEKATAN DESAIN BIOPHILIK DI

JAKARTA SELATAN

Aprilia Dewi Pramarti, Sri Yuliani , Kusumaningdyah NH


Program Studi Arsitektur
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : adpramarti@yahoo.com

Abstract: In 2015, South Jakarta region was the most active in supplying office. This Development is
certainly an impact on the growing needs of residential apartments as a provision of housing solution in
the downtown. Conditions of Jakarta city with traffic congestion and insufficient green open space as a
place of social interaction is one of the high levels stress triggers of Jakarta residents. Therefore, the
provision of housing needed an apartment that is able to address issues regarding the provision of green
open space, social housing activities system and space requirements that can provide therapeutic effects
on the occupants in it as an effort to reduce stress levels. The approach method used in addressing the
problem is Biophilic Design, where a building is able to harmony the interests of a human with nature.
Purposes of applying the Biophilic Design into an apartment building is to create a shelter that can
deliver restorative spaces for human physical, sanify nervous system and improve the prosperousity.
Application of Biophilic Design into buildings accomplished by implementing 8 of 14 patterns of
Biophilic Design which have been under consideration ease of implementation and the effects on the
psychological stimulated. The determined patterns then synthesized with architectural elements and
applied in the form of the mass of the building, lighting systems, air system, use of materials and green
open space provision system vertically.

Keywords: Apartment, Biophilic Design, Green Open Space.

I. PENDAHULUAN Jakarta mengalami stress akibat permasalah


Pertumbuhan gedung perkantoran di tersebut. Hunian yang dibutuhkan bagi warga
Jakarta yang kian pesat menjadi magnet Jakarta bukan lagi sekedar hunian yang
tersendiri bagi penduduk Indonesia untuk menyediakan tempat tinggal namun yang
melakukan urbanisasi ke kota Jakarta. Pada mampu memberikan kenyamanan,
tahun 2015, Kawasan Jakarta Selatan ketenangan dan meningkatkan kesehatan
merupakan daerah yang paling aktif dalam jasmani maupun jiwa penghuni.
memasok perkantoran. Kontribusi kawasan Salah satu jenis hunian yang telah
ini sebanyak sembilan dari 12 kantor yang banyak berkembang di Kota Jakarta adalah
diproyeksikan dibangun pada 2015. apartemen. Keberadaan apartemen di Jakarta
Semakin banyaknya ruang perkantoran jumlahnya cukup banyak, namun kondisi
yang hadir maka semakin banyak pula apartemen yang ada saat ini hanya sekedar
lapangan pekerjaan yang akan menjadi memenuhi kebutuhan dasar akan sebuah
sasaran dan tujuan untuk melakukan tempat tinggal tanpa mempertimbangkan
urbanisasi. Semakin tinggi tingkat urbanisasi dampak terhadap hubungan sosial antar
maka semakin tinggi pula tingkat kepadatan penghuni di dalamnya maupun hubungan
penduduk di Kota Jakarta. Oleh sebab itu, antara manusia dengan alam.
kebutuhan sebuah hunian di tengah kota Menanggapi hal tersebut, apartemen ini
tentunya menjadi sebuah kebutuhan yang riil. dirancang dengan penerapan desain biophilik
Kondisi kota Jakarta akibat kepadatan ke dalam bangunan untuk menciptakan
penduduk memberikan dampak terhadap apartemen yang tidak hanya sekedar mampu
kondisi lalu lintas maupun psikologis memenuhi kebutuhan dasar akan tempat
masyarakat dimana saat ini 14% warga tinggal tapi mampu menyelaraskan
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

kepentingan manusia dan alam dengan akses terhadap alam, penyediaan RTH,
menghadirkan fasilitas ruang terbuka hijau dan kebutuhan ruang (lihat Gambar 1.).
ke dalam bangunan vertikal sebagai ruang E. Analisis perencanaan dilakukan dengan
sosial bagi penghuni. mengolah data yang telah terkumpul dan
Desain Biophilik adalah sebuah dikelompokkan berdasarkan
bangunan yang mampu menyelaraskan pemrograman fungsional, dan
kepentingan alam dan manusia (Kellert, pemograman performasi.
2005). Tujuan penerapan Desain Biophilik ke 1. Pemrograman fungsional bertujuan
dalam sebuah unit hunian yaitu untuk untuk mengidentifikasi pengguna
menciptakan sebuah tempat tinggal yang dan kegiatan.
mampu menghadirkan ruang-ruang restoratif 2. Pemrograman performasi
bagi fisik manusia, menyehatkan sistem menghasilkan kriteria performansi
syaraf, dan meningkatkan kesejahteraan antara lain identifikasi fasilitas yang
(well-being). akan disediakan, jumlah unit yang
akan disediakan, dan penerapan
II. METODE pendekatan Desain Biophilik pada
Metode yang dilakukan dalam penyusunan obyek.
konsep perencanaan dan perancangan D. Analisis arsitektural merupakan proses
adalah sebagai berikut. menerjemahkan program fungsional dan
A. Eksplorasi : menggali isu mengenai pernyataan performansi ke dalam
kondisi permasalahan hunian di Kota spesifikasi rancangan performasi. Proses
Jakarta melalui berita, wawancara tersebut antara lain analisis kebutuhan
singkat dan studi empirik. ruang, analisis penerapan Desain
B. Pengumpulan Data dan Informasi: Biophilik, analisis tapak, analisis
Pengumpulan data, informasi dan teori bentuk, material, dan tampilan
mengenai apartemen, ruang terbuka bangunan, serta analisis utilitas.
hijau, Desain Biophilik dan tinjauan E. Transformasi konsep perencanaan dan
Jakarta Selatan menggunakan metode perancangan ke dalam bentuk desain.
kegiatan studi literatur dan studi
preseden.
C. Merujuk 14 pola Desain Biophilik
(Browning dkk, 2014) yaitu koneksi
visual terhadap alam, koneksi non-
visual terhadap alam, air, stimuli non-
ritmik, cahaya yang dinamis, thermal
dan variasi aliran udara, bentuk dan
patra biomorfik, koneksi antar sistem
alami, koneksi material dengan alam,
kompleksitas dan order, prospek, resiko,
refuge, dan misteri. Berdasarkan
pertimbangan terhadap kebutuhan
apartemen dan efek dari penerapan pola
maka diambil 8 pola Desain Biophilik
yaitu koneksi visual terhadap alam,
koneksi non-visual terhadap alam, air,
cahaya yang dinamis, thermal dan
variasi aliran udara, bentuk dan patra
biomorfik, stimuli non-ritmik, koneksi
material dengan alam.
D. Mensintesakan 8 pola Desain Biophilik Gambar 1. Pola Pikir
yang terpilih dengan kebutuhan elemen
arsitektural berupa fungsi ruang,
eksisting tapak, bentuk massa, zonasi,
Aprilia Dewi Pramarti, dkk, Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik...

III. ANALISIS

Gambar 4. Lokasi Tapak Terpilih


Gambar 2. Hubungan Pelaku, Macam
Kegiatan dan Zona Ruang pada Apartemen

Gambar 5. Pola Pencapaian


Gambar 3. Hubungan Ruang Antar Zona
C. Analisis Pencapaian
A. Analisis Ruang Pencapaian ke dalam apartemen harus
Kebutuhan ruang dan zonasi ruang mudah diakses, mudah dilihat dan
berdasarkan pola dan pelaku kegiatan memiliki sirkulasi yang aman.
(lihat Gambar 2.). Berikut ini 1. Tujuan: main entrance,
merupakan organisasi hubungan ruang menentukan side entrance
antar zona (lihat Gambar 3.). 2. Dasar pertimbangan: kemudahan
B. Analisis Lokasi akses, sirkulasi tapak yang
Menentukan lokasi yang strategis dan aksesibel, arus kendaraan dan
sesuai dengan kebutuhan apartemen. tingkat keamanan.
1. Tujuan 3. Proses analisis
Lokasi yang strategis dan sesuai a. Main Entrance (ME)
dengan kebutuhan sebuah Mudah dijangkau dan terlihat
apartemen. dengan jelas. Menghadap
2. Dasar pertimbangan: langsung ke arah jalan untuk
Posisi tapak strategis, sesuai kemudahan sirkulasi kendaraan
dengan peruntukkan lahan, dekat masuk dan ke luar tapak.
dengan fasilitas kesehatan, b. Side Entrance (SE)
pendidikan, hiburan, dan Tidak mengganggu keberadaan
perbelanjaan, serta luasan tapak ME. Membantu sirkulasi
dapat menampung seluruh pengunjung.
kebutuhan ruang yang c. Sirkulasi kendaraan
direncanakan. mengelilingi bangunan dengan
3. Lokasi terpilih: Jl. Lebak Bulus 1, pertimbangan agar mobil
Cilandak, Jakarta Selatan. (lihat pemadam kebakaran dapat
Gambar 4.). Terdapat eksisting menjangkau seluruh sisi
pepohonan. bangunan apartemen (lihat
Gambar 5.).
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

d. Sirkulasi jogging track


mengelilingi bangunan

D. Analisis Pemintakatan (Penzoningan)


Pemintakatan berdasarkan sifat
kegiatan, kebutuhan ruang dan
peletakan Ruang Terbuka Hijau.
1. Tujuan: mintakat (zoning)
berdasarkan sifat kegiatan, alur
kegiatan dan kebutuhan ruang.
2. Dasar pertimbangan: analisis
peruangan, analisis klimatologis
tapak, dan analisis kebisingan.
3. Proses analisis: pemintakatan
berdasarkan program kelompok
kegiatan dan pengolahan respon
terhadap klimatologis maupun
kebisingan. Pada bangunan Gambar 6. Mintakat Berdasarkan Respon
apartemen ini terdapat 6 zona yaitu Klomatologis, Kebisingan dan Pemandangan
zona hunian, umum, pengelola,
penunjang, service dan zona hijau
(lihat Gambar 6.).

E. Analisis Penerapan Desain Biophilik


Dari 14 pola Desain Biophilik yang
ada, maka ditentukanlah 8 pola (lihat
Gambar 1.) yang akan melalu proses
transformasi pada bangunan apartemen
atas dasar pertimbangan kemudahan
penerapan, efek terhadap psikologis
dan fisik yang ditimbulkan dan
kebutuhan ruang. Penerapan pola
Desain Biophilik diaplikasikan pada
zona hunian (lihat Gambar 7.) dan
zona umum (lihat Gambar 8.).

F. Bentuk dan Tampilan Bangunan


1. Analisis Bentuk Bangunan Gambar 7. Penerapan Pola Desain
Dasar pertimbangan dalam Biophilik pada Zona Hunian
pemilihan bentuk bangunan adalah
bentuk bangunan mengadopsi dari
bentuk-bentuk alam berdasarkan
penerapan salah satu pola Desain
Biophilik yaitu bentuk dan patra
biomorfik, penyusunan bentuk
massa bangunan secara selang-
seling memungkinkan adanya
ruang-ruang yang dapat
dimanfaatkan sebagai ruang
terbuka hijau sehingga penghuni
dapat memiliki kemudahan akses
menuju ruang terbuka hijau. Gambar 8. Penerapan Pola Desain
Biophilik pada Zona Umum
Aprilia Dewi Pramarti, dkk, Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik...

2. Penampilan Bentuk Dasar Bangunan Dalam proses transformasi bentuk


segi enam mengalami tahap
duplikasi, pengurangan, penambahan, penggabungan,
perakitan, dan mirroring (lihat
Gambar 9.).
3. Penyusunan modul
Modul disusun secara berselang-
seling. Penyusunan secara vertikal
menggunakan pola 1,2-1,2,2-1,2,2
untuk menciptakan variasi bentuk
antar lantai sehingga memiliki
kesan dinamis (lihat Gambar 10.).
Modul yang telah tersusun
kemudian mengalami pengurangan
pada setiap lantainya. Ruang hasil
pengurangan bentuk tersebut
dimanfaatkan sebagai ruang
terbuka hijau.
Gambar 9. Proses Transformasi
Bentuk Dasar Menjadi Modul 4. Analisis Tampilan Bangunan
Pola Desain Biophilik pada
tampilan bangunan diterapkan pada
penggunaan material alami atau
material yang menyerupai alami.
Material yang digunakan antara
lain:
a. Batuan, diaplikasikan pada
dinding dan lantai terutama pada
bagian eksterior bangunan.
b. Kayu, diaplikasikan pada
perabot dan lantai pada interior
unit hunian.
c. Beton, warna asli beton
diaplikasikan pada bagian
kolom untuk menciptakan kesan
Gambar 10. Pengurangan Bentuk pada alami.
Susunan Modul Massa Bangunan dan d. Tegel motif tumbuhan,
Kronologi Bentuk Massa Bangunan diaplikasikan pada bagian lantai
kamar mandi.
Bentuk dasar yang digunakan adalah e. Marmer, diaplikasikan pada
bentuk segi enam yang diadopsi dari bagian lantai baik pada unit
bentuk sarang lebah. Hal ini hunian maupun pada zona
berdasarkan pertimbangan : umum.
a. Dalam penyusunan, bentuk segi f. Laminasi, pengaplikasian
enam akan saling mengisi satu laminasi pada bagian plafon
sama lain. dengan motif biomorfik.
b. Fleksibilitas bentuk dan efisiensi
penggunaan ruang. G. Analisa Peyediaan Ruang terbuka
c. Estetika bentuk. Hijau pada Bangunan
Bentuk segi enam kemudian Terdapat 2 prinsip dalam penyediaan
mengalami transformasi menjadi 2 ruang terbuka hijau pada bangunan
modul guna memudahkan dalam apartemen ini, yaitu:
penyusunan massa bangunan.
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

H. Struktur

Gambar 12. Sistem Green Roof Sebagai Upper


Structrure
(Sumber: www.fortcica.com)

Tujuan: sistem struktur yang sesuai


dengan pembebanan.
Dasar pertimbangan: sesuai dengan
kebutuhan bentuk yang direncanakan,
bersifat kuat dan tahan lama,
Gambar 11. Lokasi Ruang Terbuka Hijau pada kemudahan dalam hal pemasangan
Apartemen saat konstruksi, dan ekonomis.
1. Sub structure
1. RTH Dasar Penggunaan sistem tiang pancang
Luas tapak = 27.000 m2 pada bagian sub structure.
KDH = 45% 2. Super structure
Luas RTH = 27.000 m2 x 45% Super structure yang digunakan
= 12.150 m2 berupa kolom, balok, dinding dan
Jadi, luas ruang terbuka hijau pada plat lantai yang berbahan beton
bangunan apartemen memiliki luas pracetak serta penggunaan sistem
minimal 12.250 m2 core wall.
2. RTH berdasarkan Jumlah 3. Upper structure
Penduduk Upper structure yang digunakan
Berdasarkan UU No. 26 Tahun adalah sistem atap beton bertulang
2007 Tentang Penataan Ruang, dengan penambahan sistem green
setiap unit lingkungan dengan roof (lihat Gambar 12.) yang
jumlah penduduk 250 jiwa harus difungsikan sebagai ruang hijau.
memiliki 1 Taman RT
3. Lokasi RTH IV. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN)
Lokasi ruang terbuka hijau pada Apartemen ini dirancang sebagai sebuah
bangunan apartemen terdapat pada hunian yang mampu mewadahi kegiatan
bagian dasar dan tersebar pada manusia untuk memiliki koneksi terhadap
bagian vertikal (lihat Gambar 11.). alam maupun terhadap sesama manusia
Besaran didasari oleh unit hunian dengan cara meghadirkan ruang-ruang terbuka
apartemen yang akan hijau pada setiap lantainya.
difasilitasinya. Di setiap lantainya Kegiatan yang ada pada apartemen
keberadaan ruang terbuka hijau dikelompokkan menjadi 6 zona yaitu zona
memiliki luasan lebih dari 30% dari hunian, umum, pengelola, penunjang, service,
masing-masing luas lantai. dan zona ruang terbuka hijau.
Penerapan 8 pola Desain Biophilik ke
dalam bangunan difokuskan pada zona hunian
Aprilia Dewi Pramarti, dkk, Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik...

dan zona umum dimana zona tersebut


merupakan zona yang paling sering digunakan.
Pada zona hunian, pola Desain Biophilik
yang digunakan ada 5 pola yaitu koneksi
visual terhadap alam, koneksi non-visual
terhadap alam, thermal dan variasi aliran
udara, air, dan koneksi material dengan alam.
Pengaplikasian pola tersebut berdasarkan
tingkatan dan besaran tipe unit hunian.
Semakin tinggi dan semakin luas sebuah tipe
unit hunian, maka semakin beragam pula jenis Gambar 13. Perspektif Eksterior
pola yang diterapkan di dalamnya.
Pada zona umum, pola Desain Biophilik
yang digunakan ada 8 pola yaitu koneksi
visual terhadap alam, koneksi non-visual
terhadap alam, thermal dan variasi aliran
udara, air, cahaya, stimuli non-ritmik dan
koneksi material dengan alam. Pengaplikasian
8 pola ini dibedakan kembali menjadi 2, yaitu
penerapan pada zona umum dan penerapan
pada massa bangunan.
Pola Desain Biophilik yang diterapkan
pada zona umum yaitu koneksi visual terhadap
alam, koneksi non-visual terhadap alam, dan Gambar 14. Interior Tipe Hunian 1BR
koneksi material dengan alam. Hasil yang
diharapkan dengan penerapan pola ini adalah REFERENSI
penghuni bangunan memiliki koneksi visual
maupun non-visual secara langsung sehingga Browning W.D., Ryan, C.O., Clancy, J.O.
penghuni dapat berinteraksi dengan alam. 2014. 14 Patterns of Biophilic Design.
Pola Desain Biophilik yang diterapkan Kellert, Stephen R. 2005. Building for Life :
pada massa bangunan yaitu pengolahan bentuk Designing and Understanding the
massa bangunan dengan menggunakan prinsip Human-Nature Connection.
mengadopsi bentuk alam yang kemudian Peratuan Menteri PU Nomor : 05/PRT/M/2008
ditransformasikan dengan pertimbangan aliran Tentang Pedoman Penyediaan dan
udara, persebaran cahaya, dan penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
ruang hijau pada bangunan. Kawasan Perkotaan
Penyediaan ruang terbuka hijau di setiap www.fortcica.com
lantai pada unit hunian dimaksudkan untuk
mewadahi kegiatan interaksi sosial sesama
penghuni dan interaksi dengan alam.
Dari hasil analisa serta hasil korelasi
dari beberapa data di atas, maka diperoleh
hasil berupa rancangan Apartemen dengan
Pendekatan Desain Biophilik di Jakarta
Selatan sebagai berikut.
Nama Stadion : The Green Pile Apartment
Lokasi : Jl. Lebak Bulus 1, Cilandak.
Luas Lahan : ± 20.000 m2
Luas Bangunan : ± 30.239 m2
Kegiatan : Bermukim
Tipe Unit Hunian : 7 tipe (1 BR, 1 BR-A, 1
BR-B, 2 BR, 2BR-A, 2 BRD, 3 BR)

You might also like