Professional Documents
Culture Documents
“SUHU TUBUH”
Disusun Oleh:
Nama : Annida Legi
NRM : 1304617032
Kelompok :2
Kelas : Pendidikan Biologi A
Dosen Pengampu : Dr. Rusdi, M.Biomed.
Asisten : Mia Tanti Annisa
2. Cara Kerja
24 24 23 29
V. PEMBAHASAN
ke dalam air es, terjadi perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan secara konduksi. Suhu
tangan menjadi menurun, peristiwa ini direspon oleh reseptor dingin atau krause pada kulit
yang mulai merespon pada suhu dibawah 20°C. Selain itu, suhu yang terlalu rendah
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menyebabkan pembekuan sel-sel darah.
Hal ini yang menyebabkan tangan menjadi nyeri pada menit terakhir perlakuan. Ketika
tangan dimasukkan ke dalam air ledeng dengan suhu yang lebih tinggi, sensasi yang
dirasakan mati rasa karena reseptor harus beradapatasi dengan lingkungan baru. Kemudian
terasa seperti kesemutan yang menunjukkan aliran darah yang sempat terhambat akibat
vasokontriksi dan pembekuan sel darah. Setelah itu, praktikan merasakan rasa hangat yang
direspon oleh reseptor panas, yaitu ruffini. Reseptor ini mulai merespon suhu diatas 45°C.
Ketika tangan kanan praktikan dimasukkan kedalam air panas, terjadi perpindahan
panas dari lingkungan ke tangan praktikan, sehingga praktikan merasakan sensasi panas
yang berasal dari respon saraf ruffini. Suhu yang tinggi menyebakan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga yang terlihat warna kulit berubah menjadi kemerahan. Ketika
dicelupkan kedalam air ledeng, tangan menjadi mati rasa akibat adaptasi saraf reseptor
pada kulit. Selanjutnya praktikan merasakan kesemutan, hal ini disebabkan karena aliran
darah yang terhambat karena suhu yang rendah menyebabkan vasokonstriksi . Sensasi
dingin di respon oleh saraf Krause akibat perubahan suhu yang lebih rendah dari semula.
Suhu tubuh diatur oleh pusat pengatur suhu tubuh yang berada di hipotalamus. Reseptor
panas atau dingin yang berada di kulit akan mengirimkan impuls saraf ke medulla spinalis
dan kemudian ke daerah hipotalamus otak untuk membantu mengatur suhu tubuh.
(Sherwood, 2001).
VI. KESIMPULAN
1. Katak termasuk hewan poikiloterm, dimana suhu tubuhnya ditentukan oleh
keseimbangannya dengan kondisi lingkungannya, dan berubah-ubah seperti
berubah-ubahnya kondisi suhu lingkungan. Artinya suhu tubuh katak sesuai atua
sama dengan suhu lingkungannya.
2. Hewan poikilotermik melakukan konformitas suhu. Laju kehilangan panas pada
hewan poikilotermik lebih tinggi dari pada laju produksi panas, sehingga suhu
tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu lingkungan eksternalnya dari pada suhu
metabolisme internalnya.
3. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada
suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya.
4. Manusia memiliki suhu tubuh yang cenderung konstan meskipun suhu di
lingkungan berubah-ubah, yaitu kisaran antara 35,7oC sampai 38oC, sehingga
manusia disebut sebagai homoiterm, sedangkan katak memiliki suhu tubuh yang
berubah-ubah sesuai dengan suhu di lingkungan sekitarnya, sehingga katak disebut
poikiloterm.
5. Terjadi perbedaan subjektivitas reseptor suhu disebabkan karena adanya
thermoreseptor, perbedaan suhu yang diterima oleh kedua tangan saat sebelum dan
sesudah perlakuan , dan kecepatan kulit dalam memperoleh atau melepas panas
serta tergantung pada besar serta arah gradien temperatur yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Díaz, M. & Becker, D.E. (2010). Thermoregulation: physiological and clinical considerations
during sedation and general anesthesia. Anesth Prog., 57(1), 25-32.
Cheshire, W.P. (2016). Thermoregulatory disorders and illness related to heat and cold
stress. Autonomic Neuroscience Journal, 196, 91-104.
Dukes, N. H. (1985). The Phisiology of Domestic Animal. New York: Comstock Pub.
Ganong, W. F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
Guyton, A.C., & Hall, J. E. (1993). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Lim, C. L., Byrne, C. & Lee, J. K. (2008). Human thermoregulation and measurement of body
temperature in exercise and clinical settings. Ann. Acad. Med. Singapore, 37(4), 347-
53.
Pearce E. C., 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Puspita, I. (1999). Psikologi Faal. Depok: Universitas Gunadarma.
Romanovsky, A.A. (2014). Skin temperature: its role in thermoregulation. Acta Physiol (Oxf),
210(3), 498-507.
Sherwood. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
PERTANYAAN
Jelaskan mekanisme jalannya impuls dari reseptor panas sampai integrasi di korteks
somatosensoris tempat terbentuknya sensasi dan di area asosiasi tempat terbentuknya
persepsi pada saat telapak tangan merasakan panas.
Jawab :
Saat ada rangsangan berupa suhu panas 30 sampai 45℃ , rangsangan tersebut
diterima oleh reseptor panas. Serat aferen untuk suhu panas adalah serat C, yang akan
bersinaps dengan neuron di kornu dorsalis. Akson-akson neuron ini akan menyilang
garis tengah dan menuju ke atas dalam kuadran anterolateral medula spinalis untuk
membentuk sistem anterolateralis serat jarak asendens. Dalam perjalanannya keatas,
jarak yang lainnya berada lebih dorsal. Rangsangan suhu dihantarkan melalui traktus
spinotalamikus lateralis dan radiasi talamus menuju ke girus postsentralis. Sebagian
serat-serat sistem anterolateralis berakhir di nukleus relai spesifik talamus; sedangkan
yang lainnya menuju garis tengah dan intralaminer nukleus non spesifik. Impuls
dari sistem anterolateralis terutama dihantarkan ke formasio retikularis mesenfalon.
Impuls sensorik ini akan menggiatkan reticular activating system (RAS) yang
meningkatkan keadaan jaga (alert state) korteks serebri. Stimulasi di berbagai bagian
girus postsentralis menimbulkan sensasi yang diproyeksikan ke bagian-bagian tubuh
yang sesuai. Dengan elektroda yang cukup halus dapat dicetuskan sensasi yang relatif
murni untuk rasa panas. Sensasi ini timbul dari korteks serebri somatosensori bagian
1,2,3 dan akhirnya timbul persepsi panas pada korteks serebri persepsi bagian 5 dan
7.