You are on page 1of 7

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS ETNOSAINS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS


PEMBELAJARAN IPA DAN MENANAMKAN NILAI
KEARIFAN LOKAL SISWA SEKOLAH DASAR

Ratna Widyaningrum
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Slamet Riyadi
email: ratnawidya133@gmail.com

Abstract
Learning science-based local wisdom in the elementary school is one effort to instill the
value of local wisdom in children from an early age. Teachers are also required to improve
the quality of learning through a variety of innovations, one of them through ethnoscience.
Ethnoscience raised the culture and local wisdom to serve as an object of learning science
so that makes learning more meaningful. This study aims to analyze the needs of students
in learning science in elementary school. The analysis is used in designing learning models
that can combine science and local wisdom values through ethnosciences. The sampling
technique was done by purposive sampling, with sample of 10 elementary school teachers
in Banjarsari. Data were collected through literature study, documentation, and interview
and analyzed descriptively. Based on the results of data analysis and discussion, it can be
concluded as follows: 1) The teacher can determine the local culture and sort the material to
be integrated in the learning of science based on local culture, 2) Learning resources that
can be used in learning ethnoscience is the environment, literature, audio visual, and
internet, and 3) Teachers can use a variety of methods in learning ethnosciences.
Keyword: Ethnoscience, Learning Quality, Local Wisdom.

Abstrak
Pembelajaran sains berbasis kearifan lokal di SD merupakan salah satu upaya untuk
menanamkan nilai kearifan lokal pada anak sejak dini. Guru juga dituntut untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui berbagai macam inovasi salah satunya melalui etnosains.
Etnosains mengangkat budaya dan kearifan lokal untuk dijadikan sebagai objek pembelajaran
sains sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kebutuhan siswa dalam belajar IPA di SD. Analisis tersebut digunakan dalam
merancang model pembelajaran yang dapat memadukan antara sains dan nilai-nilai kearifan
lokal melalui etnosains. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling,
dengan sampel sebanyak 10 orang guru Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari. Data
dikumpulkan melalui studi pustaka, dokumentasi, dan wawancara serta dianalisis secara
deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Guru dapat menentukan budaya lokal dan memilah materi yang akan diintegrasikan dalam
pembelajaran sains berbasis budaya lokal, 2) Sumber belajar yang yang dapat digunakan dalam
pembelajaran etnosains adalah lingkungan sekitar, literatur, audio visual, dan internet, dan 3)
Guru dapat menggunakan berbagai macam metode dalam pembelajaran etnosains
Kata kunci: Etnosains, Kualitas Pembelajaran, dan Kearifan Lokal

PENDAHULUAN serta menantang. Hal tersebut akan


Kurikulum 2013 merupakan memacu siswa lebih termotivasi dalam
kurikulum yang menekankan pembelajaran pembelajaran dan berpartisipasi secara
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan aktif. Selain itu, siswa diberikan ruang yang

Ratna Widyaningrum Widya Wacana Vol. 13 Nomor 2, Agustus 2018 26


cukup untuk mengembangkan kreativitas itu, pada abad XXI, literasi dasar (Sains,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, Matematika, membaca, dan teknologi)
minat, dan perkembangan fisik. Sekolah harus dikuasai dan dimiliki oleh siswa.
Dasar merupakan salah satu lembaga Demikian pula dengan kecakapan berpikir
formal yang telah menerapkan kritis, kreatif, komunikasi, kolaborasi, dan
pembelajaran Kurikulum 2013 secara karakter. Berdasarkan temuan tersebut
bertahap. maka diperlukan penguatan pembelajaran
Adanya kurikulum baru di sekolah dalam bidang IPA di Sekolah Dasar.
menuntut guru untuk lebih kreatif dalam Salah satunya upaya yang dapat
mengajar. Oleh karena itu, guru harus ditempuh adalah dengan mengembangkan
mampu memberikan inovasi- inovasi dalam model-model pembelajaran yang sesuai
pembelajaran. Kehadiran inovasi dengan kurikulum dan karakteristik siswa.
pembelajaran sangat diperlukan sehingga Etnosains merupakan salah satu terobosan
pembelajaran menjadi lebih baru dalam dunia pendidikan. Menurut
menyenangkan. Salah satu pembelajaran Battiste (2005) dalam Indrawati dan
yang perlu mendapat perhatian adalah Qosyim (2017: 1) etnosains merupakan
pembelajaran IPA. suatu kajian dari budaya masyarakat dan
Di Sekolah Dasar (SD), fenomena yang berhubungan dengan alam
pembelajaran IPA terintegrasi dalam suatu yang terdapat di dalam masyarakat.
tema. Menurut Arlianovita dkk. (2015: 1) Etnosains bersifat turun temurun dan
IPA merupakan kesatuan produk, proses, merupakan pengetahuan-pengetahuan asli
dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA dapat masyarakat.
menjadi sarana bagi siswa untuk Menurut Prasetyo (2013) keunggulan
mempelajari tentang diri sendiri serta alam lokal merupakan ciri khas daerah yang
sekitar serta menerapkan dalam kehidupa mencakup aspek ekonomi, budaya,
sehari-hari. teknologi informasi dan komunikasi dan
Namun, ditemukan beberapa ekologi yang dikembangkan dari potensi
kelemahan siswa di Indonesia, khususnya daerah. Aspek potensi pengembangan
dalam pembelajaran sains. Berdasarkan keunggulan lokal meliputi SDA, SDM,
hasil Trends in International Mathematics Geografis, Budaya dan Historis.
and Science Study (TIMSS) 2015, siswa di Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
Indonesia menguasai soal-soal yang merupakan usaha sadar yang terencana
bersifat rutin, komputasi sederhana, serta melalui penggalian dan pemanfaatan
mengukur pengetahuan akan fakta yang potensi daerah setempat secara arif dalam
berkonteks keseharian. Siswa Indonesia upaya mewujudkan suasana belajar dan
perlu penguatan kemampuan proses pembelajaran, agar peserta didik
mengintegrasikan informasi, menarik aktif mengembangkan potensi dirinya
simpulan, serta menggeneralisir untuk memiliki keahlian, pengetahuan dan
pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal yang sikap dalam upaya ikut serta membangun
lain. bangsa dan Negara.
Survei tersebut diperkuat dengan Aji (2017: 8) mengemukakan bahwa
adanaya temuan dari Programme for struktur kurikulum di SD harus bersifat
Economic Co-operation and Development holistik berbasis sains (alam, sosial, dan
(PISA) yang diriis pada tahun 2016, budaya). Melalui pembelajaran etnosains
menyebutkan bahwa performa siswa-siswi siswa dapat melakukan observasi secara
Indonesia dalam hal matematika dan sains langsung sehingga akan memudahkan
masih tergolong rendah. Rata-rata siswa dalam mengidentifikasi, menjelaskan
pencapaian skor untuk sains, literasi, dan fenomena secara ilmiah, serta
matematika berada di peringkat 62, 61, dan menyimpulkan. Pengetahuan budaya tidak
63 dari 69 negara yang dievaluasi. Selain hanya berkaitan dengan kearifan lokal,

27 Ratna Widyaningrum Widya Wacana Vol. 13 Nomor 2, Agustus 2018


tetapi juga mengenai filosofi kehidupan kualitas dapat dilihat dari seberapa besar
bermasyarakat. Hal tersebut akan suasana belajar mendukung terciptanya
berdampak pada penananaman nilai-nilai kegiatan pembelajaran yang menarik,
budaya serta pembentukan karakter pada menantang, menyenangkan dan bermakna
diri siswa. bagi siswa; 4) aspek media belajar, kualitas
Pembelajaran etnosains relevan dapat dilihat dari seberapa efektif media
dengan landasan filosofi pengembangan belajar digunakan oleh guru untuk
kurikulum 2013, yaitu: 1) pendidikan meningkatkan intensitas belajar siswa; 5)
berakar pada budaya bangsa untuk aspek materi, kualitas dapat dilihat dari
membangun kehidupan bangsa pada masa kesesuaiannya dengan tujuan dan
kini dan masa mendatang; 2) siswa adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa
pewaris budaya bangsa yang kreatif; 3) (Haryati dan Rochman, 2012).
pendidikan ditujukan untuk Selain itu, pembelajaran IPA dengan
mengembangkan kecerdasan intelektual menggunakan pendekatan etnosains
dan kecemerlangan akademik melalui membuat siswa lebih peduli terhadap
pendidikan disiplin ilmu; 4) pendidikan lingkungan sosial dan budaya, serta dapat
untuk membangun kehidupan masa kini menanamkan nila-nilai karakter budaya
dan masa depan yang lebih baik dari masa lokal. Pembelajaran berbasis budaya
lalu dengan berbagai kemampuan merupakan suatu model pendekatan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, pembelajaran yang lebih mengutamakan
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi aktivitas siswa dengan berbagai latar
untuk membangun kehidupan masyarakat belakang budaya yang dimiliki (Sardjiyo
dan bangsa yang lebih baik. Keberhasilan Paulina Pannen dalam Supriyadi, 2011:3).
proses pembelajaran di sekolah sangat Model pembelajaran berbasis budaya
dipengaruhi oleh latar belakang budaya penting untuk diterapkan karena
yang dimiliki oleh siswa atau masyarakat pembelajaran di sekolah dasar tidak hanya
dimana sekolah itu berada. Hal tersebut bertujuan untuk siswa namun juga
tentunya akan berpengaruh pada kualitas menekankan pada pembentukan nilai-nilai
pembelajaran IPA. karakter budaya bangsa.
Kualitas pembelajaran adalah Berdasarkan latar belakang tersebut,
intensitas keterkaitan antara guru, siswa, maka penelitian yang berjudul etnosains
materi, iklim pembelajaran, dan media sebagai upaya meningkatkan kualitas
dalam menghasilkan proses dan hasil pembelajaran IPA dan menanamkan nilai
belajar yang optimal sesuai dengan tujuan karakter di Sekolah Dasar penting untuk
pembelajaran. Secara kasat mata indikator dilakukan, sebagai kajian awal dalam
kualitas pembelajaran dapat dilihat antara mengembangkan suatu model
lain dari perilaku pembelajaran guru pembelajaran berbasis etnosains di Sekolah
(teacher behavior), perilaku dan dampak Dasar.
belajar siswa (student behavior), iklim Rumusan masalah dalam penelitian
pembelajaran (learning climate), materi ini adalah: 1) Bagaimanakah langkah guru
pembelajaran, dan media pembelajaran. dalam memetakan materi IPA yang akan
Masing-masing indikator tersebut digunakan dalam pembelajaran berbasis
secara singkat dapat dijabarkan sebagai etnosains?, 2) Bagaimanakah langkah
berikut: 1) aspek guru, kualitas dapat dilihat pemilihan sumber belajar dalam
dari seberapa optimal guru mampu pembelajaran IPA berbasis etnosains?, dan
memfasilitasi proses belajar siswa; 2) aspek 3) Bagaimanakah langkah guru dalam
siswa, kualitas dapat dilihat perilaku dan menentukan metode yang digunakan dalam
dampak belajar siswa yang mampu pembelajaran IPA berbasis etnosains?
membuat siswa termotivasi, aktif, dan Adapun tujuan penelitian ini adalah
kreatif; 3) aspek iklim pembelajaran, untuk memperoleh data awal dan draf

Ratna Widyaningrum Widya Wacana Vol. 13 Nomor 2, Agustus 2018 28


tentang produk model pembelajaran IPA datanya menggunakan metode deskriptif
berbasis etnosains. Namun secara khusus kualitatif.
tujuan penelitian ini adalah: 1) Memetakan
materi IPA di SD khususnya kelas 3 dan 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk diintegrasikan dengan budaya lokal Berdasarkan hasil wawancara dengan
di Surakarta, 2) Merumuskan sumber guru di Sekolah Dasar, kearifan lokal yang
belajar yang akan digunakan dalam ada di Surakarta sangat bervariasi, mulai
pembelajaran IPA berbasis etnosains, 3) dari segi gagasan/pemikiran, pengetahuan
Merumuskan metode yang akan digunakan atau
dalam pengembangan model pembelajaran pandangan, nilai-nilai norma sosial,
IPA berbasis etnosains. bangunan atau artefak yang memiliki nilai
simbolis, budaya, bahasa, produk lokal dan
METODE PENELITIAN masih banyak lagi. Oleh karena itu,
Penelitian ini merupakan penelitian diperlukan pembatasan berkenaan dengan
tahap awal pengembangan, sehingga keraifan lokal yang akan diintegrasikan
rancangan penelitian ini adalah rancangan dengan pembelajaran IPA. Kearifan lokal
pengembangan. Penelitian ini hanya yang paling umum di kenal oleh siswa
terbatas pada analisis kebutuhan (need antara lain adalah: Batik Laweyan, Pasar
assessment) dalam rangka untuk Gede, tanaman obat sebagai bahan
mengetahui analisis awal pengembangan pembuatan jamu tradisonal, dan sistem
model pembelajaran IPA berbasis kearifan bercocok tanam pada masyarakat.
lokal melalui pendekatan pembelajaran Hal tersebut sesuai dengan yang
etnosains. Lokasi pada penelitian ini adalah dikemukakan oleh Wagiran (2012: 4-5)
Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari, bahwa kearifan lokal merupakan fenomen
Surakarta. Sekolah Dasar di Kecamatan yang luas dan komprehensif. Cakupan
Banjarsari memiliki hetrogenitas dan kearifan lokal meliputi: 1) pemikiran, sikap,
lingkungan belajar yang berbeda, namun dan tindakan berbahasa, berolah seni, dan
budaya lokal yang ditanamkan adalah bersastra; 2) pemikiran, sikap, dan tindakan
budaya lokal Surakarta. Hal tersebut dalam berbagai artefak budaya; 3)
menjadi pertimbangkan dalam menentukan pemikiran, tindakan sosial bermasyarakat.
sampel penelitian sebagai tempat uji coba Kategorisasi kearifan lokal menurut Sungri
nanti. Sampel penelitian ini adalah guru (2008) dalam Wagiran (2012: 332)
kelas 3 dan kelas 5 yaitu sebanyak 10 orang meliputi: pertanian, kerajinan tangan,
guru, sampel diambil dengan teknik pengobatan herbal, pengelolaan sumber
purposive sampling. Teknik pengumpulan daya alam dan lingkungan, perdagangan,
data dalam penelitian ini teknik seni budaya, bahasa daerah, filosofi, agama
pengumpulan data yang digunakan adalah dan budaya serta makanan tradisonal.
studi pustaka, dokumentasi, dan Berdasarkan pemetaan materi pada
wawancara. Data penelitian ini berupa data kelas III dan V, maka diperoleh hasil
kualitatif. Oleh karena itu pengolahan sebagai berikut:

29 Ratna Widyaningrum Widya Wacana Vol. 13 Nomor 2, Agustus 2018


Tabel 1. Pemetaan Materi Pembelajaran IPA
No. Kearifan Lokal Materi Pembelajaran
1. Batik Laweyan Pencemaran lingkungan yang mempengaruhi
kualitas air dan cara pengolahan limbah sisa
pembuatan batik.
(Materi kelas 5 tema 8)
2. Pasar Gede Makanan dan kesehatan
(Materi Kelas 5 Tema 3)
3. Tanaman obat sebagai bahan Perkembang biakan pada tumbuhan
pembuatan jamu (Materi kelas 3 Tema 1 subtema 2)
4. Sistem bercocok tanam Perubahan musim (Materi kelas 3 Tema 3
masyarakat jawa Subtema 3) dan ekosistem
(Materi Kelas 5 Tema 5)
Selain itu, pemilihan media dalam
Berdasarkan Tabel 1. Maka dapat mengimplementasikan pembelajaran IPA
dijelaskan bahwa pemetaan materi kelas III berbasis etnosains perlu memperhatikan
ada pada tema 1 dan 3, sedangkan pada kelas pemilihan media. Berdasarkan hasil
V ada pada tema 3, 5, dan 8. Menurut guru- wawancara dan dokumentasi didapatkan
guru integrasi kearifan lokal dapat dilakukan bahwa ada beberapa sumber belajar yang
secara terbuka yang disisipkan ke dalam efektif digunakan dalam pembelajaran IPA,
tema-tema tersebut, atau juga dapat dikemas antara lain lingkungan sekitar, literatur,
dalam bentuk pesan tersembunyi (hidden audio visual, dan internet.
curriculum) yaitu dengan penanaman Sumber belajar mencakup semua hal
norma, kebiasaan baik, dan prinsip yang dapat digunakan untuk membantu
bersosial. seorang guru dalam belajar, mengajar dan
Hal tersebut sesuai dengan penelitian menampilkan kompetensinya. Pada
yang dilakukan oleh Wagiran (2010: 19) kenyataan di lapangan, belum banyak
agar tidak merubah pembelajaran yang ada variasi sumber belajar yang dimanfaatkan
pada kurikulum serta mata pelajaran yang secara optimal. Sebagian besar guru
berlaku, maka perlu ditemukan cara cenderung memanfaatkan buku teks sebagai
mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal satu-satunya sumber belajar. Oleh sebab itu,
dalam pembelajaran. Guru perlu melakukan guru harus mengembangkan dan merancang
identifikasi kearifan lokal yang dapat sumber belajar secara sistematis
dikembangkan bersama pembahasan pokok berdasarkan kebutuhan kegiatan
bahasan tertentu. Jika identifikasi telah pembelajaran yang akan dilaksanakan dan
dilakukan untuk semua pokok bahasan, juga berdasarkan pada karakteristik para
selanjutnya guru mengintegrasikan nilai- siswa yang akan mengikuti kegiatan
nilai kearifan lokal tersebut dalam pembelajaran tersebut.
rancangan pembelajaran. Nilai-nilai tersebut Menurut Dick dan Carey (2005: 27)
dimasukkan menjadi bagian dari Rencana mengatakan bahwa kriteria pemilihan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata sumber belajar, yaitu: 1) Disesuaikan
pelajaran terkait. Jika semua guru atau dengan tujuan pembelajaran; 2)
semua mata pelajaran telah melakukan Ketersediaan sumber setempat, artinya jika
identifikasi, sekolah (melalui pertemuan sumber belajar yang bersangkutan tidak
guru) dapat melakukan identifikasi terdapat pada sumber- sumber yang ada
kontribusi masing-masing mata pelajaran maka sebaiknya dibeli atau dirancang atau
dalam menanamkan kearifan lokal. Hal dibuat sendiri; 3) Ketersersediaan dana,
tersebut diperlukan agar sekolah dapat tenaga, dan fasilitas yang cukup untuk
merencanakan integrasi kearifan lokal mengadakan sumber belajar tersebut; 4)
tersebut secara seimbang. Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan
sumber belajar yang bersangkutan untuk

Ratna Widyaningrum Widya Wacana Vol. 13 Nomor 2, Agustus 2018 30


jangka waktu yang relatif lama; dan 5) mengemukakan bahwa integrasi kearifan
Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang lokal tidak harus selalu dilakukan melalui
relatif lama. materi pembelajaran, tetapi dapat pula
Pembelajaan IPA dengan dilakukan melalui berbagai cara seperti
menggunakan pendekatan etnosains strategi pembelajaran, media pembelajaran,
mengkaji budaya yang ada di lingkungan sumber belajar, ataupun evaluasi
siswa, sehingga hal tersebut dijumpai oleh pembelajaran. Setelah guru menentukan
siswa dan diharapkan siswa lebih mudah kearifan lokal yang akan ditanamkan, maka
memahami materi serta membuat guru dapat memilih salahsatu atau beberapa
pebelajaran lebih bermakna. Guru dapat cara mengintegrasikan kearifan lokal
membuat suatu media berupa video, tersebut. Cara tersebut antara lain melalui
handout, modul, komik, dan lainnya untuk strategi pembelajaran, metode pembelajaan,
mempermudah pelaksaanaan pembelajaran media pembelajaran, bahan ajar ataupun
IPA berbasis etnosains. Selain itu, guru evaluasi pembelajaran.
dapat memanfaatkan berbagai literatur serta Menurut Samiudin (2016: 119-121)
internet untuk membantu proses terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran. pemilihan metode pembelajaran, yaitu: 1)
Selain pemilihan sumber belajar, hal strategi yang tepat; 2) efektifitas
yang tidak kalah penting adalah pemilihan penggunaan metode; 3) tujuan
metode dalam pembelajaran. Berdasarkan pembelajaran. Selain itu, Hamdayana (2008:
hasil wawancara didapatkan bahwa biasanya 95) mengemukakan bahwa dalam memilih
guru-guru di Sekolah Dasar mengajar metode guru harus memperhatikan tujuan
dengan metode ceramah bervariasi dan pembelajaran yang hendak dicapai,
penugasan. Namun, sebenarnya ada karakteristik siswa, bahan ajar, situasi
beberapa metode lain yang dapat digunakan belajar mengajar, fasilitas yang tersedia,
untuk mendukung pembelajaran IPA kemampuan atau kompetensi guru, serta
berbasis etnosains, antara lain adalah analisis terhadap kelebihan dan kekurangan
observasi, demonstrasi, diskusi, proyek, metode.
eksperimen, dan karya wisata. Rentang usia siswa SD terletak antara
Hal tersebut sesuai dengan penelitian 7 sampai dengan 13 tahun. Menurut Piaget
yang dilakukan oleh Arlianovita dkk. (2015: dalam Prastowo (2014:6) siswa SD berada
103) yang mengemukakan bahwa observasi pada fase operasional konkret. Berdasarkan
bertujuan untuk mengajak siswa mengenal fase ini, pembelajaran di SD hendaknya
objek/gejala/masalah, menelaah diawali dengan sesuatu yang konkret dan
permasalahan, kemudian menyimpulkan nyata serta dekat dengan kehidupan,
atas konsep yang dipelajarinya. pengetahuan dan pengalaman siswa.
Konseptualisasi dan pemahaman yang Pemilihan kearifan lokal dalam mata
diperoleh siswa tidak secara langsung dari pelajaran IPA sebagai tema utama
guru, namun diperoleh melalui kegiatan dikarenakan tema tersebut berhubungan erat
ilmiah. Adanya eksplorasi dan observasi dengan kehidupan sehari-hari dan dapat
terhadap lingkungan, siswa akan menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.
berinteraksi dengan fakta yang ada di Selain itu, implementasi model
lingkungan sehingga menemukan pembelajaran yang tepat pastinya akan
pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan berpengaruh pada peningkatan kualitas
pertanyaan atau masalah. Lingkungan yang pembelajaran di sekolah.
dimaksud tidak hanya lingkungan fisik saja, Hal tersebut sesuai dengan penelitian
tetapi juga meliputi lingkungan sosial, Atmojoyo (2018: 5) yang mengemukakan
budaya, dan teknologi. bahwa pembelajaran IPA terpadu
Hal tersebut diperkuat dengan berpendekatan etnosains terbukti efektif
pendapat dari Wagiran (2010: 20) yang mampu memperbaiki kualitas pembelajaran

31 Ratna Widyaningrum Widya Wacana Vol. 13 Nomor 2, Agustus 2018


pada aspek aktivitas dan hasil belajar dan 3) Guru dapat menggunakan berbagai
kognitif siswa. macam metode dalam pembelajaran
etnosains.
SIMPULAN Adanya keterpaduan tersebut
Berdasarkan hasil analisis data dan Adanya studi pendahuluan untuk
pembahasan, dapat disimpulkan sebagai menganalisis tentang cara meningkatkan
berikut: 1) Guru dapat menentukan budaya pemahaman nilai kearifan lokal dan kualitas
lokal dan memilah materi yang akan pembelajaran melalui etnosains, maka
diintegrasikan dalam pembelajaran sains diperlukan penelitian lebih lanjut tentang
berbasis budaya lokal, 2) Sumber belajar desain pengembangan model pembelajaran
yang yang dapat digunakan dalam yang berbasis etnosains untuk
pembelajaran etnosains adalah lingkungan membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
sekitar, literatur, audio visual, dan internet,
DAFTAR PUSTAKA

Aji, S. D. 2017. Etnosains dalam Membentuk Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerja Ilmiah
Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika III 2017. Universitas PGRI
Madiun. 15 Juli 2017. 7-11.
Prastowo, A. 2014. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta Didik SD/MI melalui
Pembelajaran Teamtik Terpadu. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar. 1(1).1-13.
Arlianovita, D., Setiawan, B., dan Sudibyo, E. 2015. Pendekatan Etnosains dalam Proses
Pembuatan Tempe terhadap Keampuan Literasi Sains. Prosiding Seminar Nasional
Fisika dan Pembelajarannya 2015. Universitas Negeri Malang.
Atmojoyo, SE. 2018. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berpendekatan
Etnosains. Jurnal Pendidikan Sains (JPS). 5(2). 5-13.
Dick, W. & Carey, JO. 2005. The Systematic Design of Instruction. Boston: Longman.
Hamdayana, J. 2008. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Kalam Mulia.
Haryati, T dan Rochman, N. 2012. Peningkatan Kulaitas Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen). Jurnal
Ilmiah CIVIS. 2(2).
Indrawati, M dan Qosyim, A. 2017. Keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Etnosains pada Materi Bioteknologi untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Kelas IX. E-journal UNESA. 152-158.
Prasetyo, ZK. 2013. Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika. Surakarta, 14 September 2013.
Samiudin. 2016. Peran Metode untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran. Jurnal Studi Islam. 2(2).
113-131.
Supriyadi. 2011. Pembelajaran Etnomatematika Dengan Media Lidi Dalam Operasi Perkalian
Matematika untuk Meningkatkan Karakter Kreatif Dan Cinta Budaya Lokal Mahasiswa
PGSD. Prosiding Seminar Nasional STKIP Siliwangi.1-8.
Wagiran. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal dalam Mendukung
Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2020. (Tahun Kedua). Jurnal
Penelitian dan Pengembangan. 3(3). 1-29.
______. 2012. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hmemayu Hayuning
Bawana. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun ke 2, No. 3. 329-339.

Ratna Widyaningrum Widya Wacana Vol. 13 Nomor 2, Agustus 2018 32

You might also like