BIOGRAPHY OF DIPONEGORO PRINCE

Nama : Ersa Salma

Kelas : X IPS 1

Nomor : 14

Full Name: Bendoro Raden Mas Ontowiryo

Place of Birth: Yogyakarta
Date of Birth: November 11, 1785
Died: January 8, 1855 in Sulawesi
Father: Hamengkubuwana III
Mother: R.A. Mangkarawati
Title: National Hero
Diponegoro is the son of a respected figure named Hamengkubuwana III , He
was a king of Mataram .
The mother named R.A. Mangkarawati, he is bloody Pacitan. At birth,
Diponegoro has the name Raden Mas Ontowiryo.
His life is more spent to explore religion. He is also known to be very populist and
many live in Tegalrejo.
Diponegoro is an extraordinary fighter figure. He did not like the Dutch since
they dared to install a stake in his property located in Tegalrejo. That is none
other than because the Dutch are judged arbitrarily against the public.
They also like to tax the people. He also showed his displeasure openly and this
attitude turned out to get a lot of support from the community. The uncle of
Prince Mangkubumi then asked him to move from Tegalrejo to think of a
strategy against the Dutch.
The Dipenogoro War caused losses on the colonial side. They lost many soldiers,
even reached 15,000 people. Because it is considered dangerous, they also
make a contest with a prize of 50,000 Guilders so that people interested in
participating in the hunt. Diponegoro was only arrested in 1830.
Nama Lengkap: Bendoro Raden Mas Ontowiryo
Tempat Lahir: Yogyakarta
Tanggal Lahir: 11 November 1785
Meninggal: 8 Januari 1855 di Sulawesi
Ayah: Hamengkubuwana III
Ibu: R.A. Mangkarawati
Judul: Pahlawan Nasional

Diponegoro adalah putra seorang tokoh terhormat bernama

Hamengkubuwana III, dia adalah seorang raja Mataram.
Ibu bernama R.A. Mangkarawati, dia pacitan berdarah. Saat lahir, Diponegoro
memiliki nama Raden Mas Ontowiryo.
Hidupnya lebih dihabiskan untuk mengeksplorasi agama. Ia juga dikenal sangat
populis dan banyak tinggal di Tegalrejo.
Diponegoro adalah sosok pejuang yang luar biasa. Dia tidak menyukai Belanda
karena mereka berani memasang saham di propertinya yang terletak di
Tegalrejo. Itu tidak lain adalah karena Belanda dinilai sewenang-wenang
terhadap publik.
Mereka juga suka pajak rakyat. Dia juga menunjukkan ketidaksenangannya
secara terbuka dan sikap ini ternyata mendapat banyak dukungan dari
masyarakat. Paman Pangeran Mangkubumi kemudian memintanya untuk
pindah dari Tegalrejo untuk memikirkan strategi melawan Belanda.
Perang Dipenogoro menyebabkan kerugian di pihak kolonial. Mereka
kehilangan banyak tentara, bahkan mencapai 15.000 orang. Karena dianggap
berbahaya, mereka juga membuat kontes dengan hadiah 50.000 gulden
sehingga orang tertarik untuk ikut dalam perburuan. Diponegoro baru
ditangkap pada tahun 1830.