Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Hospital outing waste liquid in big volume include groups such as antibiotic,
substances of x-ray, heavy metal, disinfectans, detergen, solvent, medicine, and some of
radionuclida waste. This research is quantitatif research with cross sectional design and
risk analysis. Sampel was taken that liquid waste at pre collecting of basin process (pre-
treatment) before processing at inlet (influent) and liquid waste after be treated (effluent),
effluent collected for 7 days, pre treatment laboratorium basin and radiologi collecting
basin, while water sample of the river and PDAM Mariana intake. Technique of analysis
data unvariat by comparing with the standards, bivariat analysis using anova by
comparing t-related test and environmental risk of analysis. Result of the data showed in
chart and table with naration to interpret the data. The result of reseacrch showed pH,
COD, BOD5, DO, TSS, phospate, chloride, chromium, and cadmium at effluent liquid
waste of kusta hospital obtained the standards and there are differences at liquid waste
before treatment and after treatment. The parameter of amonia exceed the standards. The
analysist of river water showed pH, COD, BOD5, DO, TSS, phosphate, ammonia,
chloride and cadmium dibawah obtained the standards and The parameter of Cr exceed
the standards. The risk of health community (non cancer) chromium in the water at real
time standards 5 years is 0,2989 mg/kgweigt/day and counted estimation of chromium
exsposure till 30 years do not show any kinds of cancer symptoms (RQ >1). Based on the
research concluded that amonia at the Kusta hospital effluent exceded the standards and
there are differences at the waste before treated and after treated, and the risk of health
community (non-cancer) chromium in the water do not show any kinds of cancer
symptoms. Suggestion for this research is need to continue of risk analysis and direct
survey to the rate of intake and the weight of community.
Key words : Liquid waste of kusta hospital, risk analysis of health, river water of kundur
river
limbah yang berasal dari buangan biologi, kimia dan radioaktif yang
domestik maupun buangan limbah dikeluarkan oleh limbah rumah sakit
cair klinis umumnya mengandung harus diperhitungkan, kemungkinan
senyawa pencemar organik dan dapat risiko lain bahan kimia radioaktif dan
diolah dengan proses pengolahan mikrobiologi terhadap sistem abiotik
biologis. Air limbah yang berasal dari dan kehidupan spesies yang masuk
laboratorium banyak mengandung kedalam populasi tersebut (Dires,
logam berat yang dapat menganggu 2008). Pada lingkungan akuatik, suatu
proses pengolahan sehingga perlu kontaminan masuk ke dalam jaringan
dilakukan pengolahan awal secara organisme autotrof dengan cara
kimia-fisika (Kementerian Kesehatan absorpsi langsung. Pada ikan,
RI, 2011). kontaminan dapat masuk melintasi
Untuk dapat mengolah limbah barier biologik yang memisahkan
cair yang dihasilkan dari kegiatan medium internal organisme dari
pelayanan kesehatan khususnya lingkungan sekitarnya dengan cara
rumah sakit dapat dilakukan dengan absorpsi langsung maupun tidak
pengolahan pada Instalasi Pengolahan langsung. Proses absorpsi langsung
Air Limbah secara biologis. tergantung pada tempat
Pengolahan limbah dilakukan untuk persentuhannya. Di dalam tubuh ikan
mendapatkan effluent yang memenuhi persentuhan terutama melalui insang
baku mutu dan menjamin dampak (branchia) yakni pada epithelium
yang ditimbulkan dapat seminimal branchiale. Sementara itu yang masuk
mungkin dengan kinerja pengolahan secara tidak langsung melewati jalur
limbah cair yang optimal tropik berlangsung melalui mikrovili
(Kementerian Kesehatan RI, 2011). permukaan intestinum (Soemirat,
Risiko polutan yang berada 2005).
dalam jangka waktu yang lama di METODE
lingkungan alam dan dapat Rancangan Penelitian
merupakan risiko jangka pendek, Penelitian ini adalah penelitian
menengah dan panjang untuk kuantitatif dengan desain studi cross
kehidupan spesies dalam ekosistem. sectional (potong lintang) dan analisis
Adanya kemungkinan pajanan bahan risiko untuk mengetahui pengolahan
61
BIOSCIENTIAE. 2015
62
BIOSCIENTIAE. 2015
Parameter Uji
Lokasi Titik Intake Intake PDAM Anova
Masuk PDAM RS Mariana
pH 6,8 4,5 7,1 0,000
DO (mg/L) ttd ttd 7,9 0,014
BOD (mg/L) 7,31 ttd 1,06 0,000
COD(mg/L) 331,5 318,5 125,5 0,000
TSS (mg/L) 60 11 31 0,000
PO4(mg/L) 0,18 0,54 2,84 0,000
NH3(mg/L) 2,01 0,5 1,36 0,012
Cl- (mg/L) 0,12 0,18 0,04 0,039
Cr (mg/L) 0,14 0,11 0,1 0,554
Cd (mg/L) ttd ttd ttd -
63
BIOSCIENTIAE. 2015
64
BIOSCIENTIAE. 2015
Hasil analisa DO pada sampel air 11,48 mg/L – 17,63 mg/L sedangkan
limbah terlihat pada tabel 3.1. angka batas minimum DO dalam PP
Konsentrasi DO bervariasi pada Nomor 82 Tahun 2001 untuk air kelas
sampel air limbah laboratorium dan I sebesar 6,0 mg/L, artinya kandungan
radiologi tidak terdeteksi. Nilai DO DO air sungai masuk dalam baku
pada influent sebesar 7,79 mg/L, pada mutu. Setelah uji statistik dengan
effluent meningkat menjadi 11,48 menggunakan uji Anova di dapatkan
mg/L dan sampel limbah ada perbedaan nilai DO pada ke 3
dikumpulkan selama 7 hari meningkat titik air sungai. Pada saat
menjadi 10,25mg/L. Setelah pengambilan sampel kondisi perairan
dilakukan uji statistik dengan uji Sungai Kundur sedang terjadi
Anova didapatkan ada perbedaan DO pergerakan arus yang kuat,
pada air limbah dan uji t – paired pergerakan ini dapat menyebabkan
terdapat perbedaan konsentrasi DO difusi oksigen ke dalam air.
sebelum dan sesudah
Biological Oxygen Demand (BOD)
pengolahan.Penyebab utama
Hasil pengukuran BOD air
berkurangnya oksigen terlarut di
limbah RS Kusta Dr. Rivai Abdullah
dalam air adanya bahan-bahan
dapat dilihat pada tabel 3.1. Hasil
buangan yang mengkonsumsi oksigen.
analisis BOD5 didapatkan nilai
Bahan-bahan tersebut yang mudah
semuanya di bawah baku mutu dan
dibusukkan atau mudah dipecah oleh
hasil analisis BOD5 pada influent
bakteri dengan adanya oksigen.
sebesar 1,1 mg/L dan effluent tidak
Oksigen dikonsumsi oleh bakteri
terdeteksi. Pada pengujian statistik
untuk memecah bahan-bahan buangan,
dengan uji anova didapatkan ada
sehingga semakin tinggi bahan-bahan
perbedaan BOD5 air limbah pada
buangan maka semakin berkurang
laboratorium, radiologi, influent,
kandungan oksigen terlarut (Fardiaz,
effluent dan pengumpulan 7 hari
1992).
sedangkan uji t-paired tidak dapat
Hasil analisa konsentrasi DO
dianalisa secara statistik karena
pada sampel air Sungai Kundur
konsentrasi BOD pada effluent tidak
terlihat pada tabel 3.2. Konsentrasi
terdeteksi.
DO pada air sungai berkisar antara
65
BIOSCIENTIAE. 2015
66
BIOSCIENTIAE. 2015
67
BIOSCIENTIAE. 2015
68
BIOSCIENTIAE. 2015
kosentrasi fosfat dibawah baku mutu. perairan dengan konsentrasi fosfat >
Pada pengujian Statistik dengan Uji 0,1 mg/L dapat berpotensi
Anova ada perbedaan fosfat pada menumbuhkan laga dan menimbulkan
sampel air limbah dan uji t – paired suatu masalah. Fosfat pada Tumbuhan
terdapat perbedaan konsentrasi fosfat air yang menutup permukaan perairan
sebelum dan sesudah pengolahan. akan menghambat pancaran sinar
Kosentrasi fosfat pada influent sangat matahari dan menyebabkan oksigen
tinggi dimungkinkan karena limbah terlarut dalam perairan akan
dari pencucian linen dan dapur yang berkurang. Tumbuhan akan
bercampur dengan limbah pelayanan menggunakan oksigen dalam badan
lainnya.Komponen fosfat digunakan air pada malam hari sedangkan pada
untuk membuat sabun atau detergent, siang hari, pancaran sinar matahari
yaitu berperan sebagai pembentuk yang kurang dalam air akan
buih. menghambat proses fotosintesis
Konsentrasi fosfat pada perairan sehingga oksigen yang dihasilkan
sebesar 0,16 mg/L, 0,17 mg/L dan juga akan berkurang. Efek lain yang
0,18 mg/L menunjukkan hasil di dapat ditimbulkan oleh adanya
bawah baku. Setelah dilakukan uji eutrofikasi adalah air menjadi keruh
statistik dengan menggunakan uji dan berbau karena adanya
Anova didapatkan nilai ada pembusukan lumut-lumut yang mati.
perbedaan konsentrasi fosfat pada
Amonia
titik ke 3 titik air sungai. Fosfat dalam
Hasil analisa amonia pada sampel
perairan Sungai Kundur dapat berasal
air dapat dilihat pada tabel 3.1.
dari limbah domestik termasuk dalam
Konsentrasi amonia pada sampel air
bahan organik dan detergent dari
limbah laboratorium 2,05 mg/L,
proses pencucian pemukiman
influent sebesar 1,37 mg/L
penduduk.
mengalami penurunan pada effluent
Jika fosfat dalam perairan
menjadi 0,37 mg/L dan jika
terdapat dalam jumlah yang
dibandingkan dengan Peraturan
berlebihan maka dapat menimbulkan
Pergub Sumsel Nomor 6 Tahun 2012
suatu masalah seperti yang
diatas baku mutuSetelah dilakukan
dikemukan Oram (2014) bahwa
statistik dengan uji anova didapatkan
69
BIOSCIENTIAE. 2015
ada perbedaan amonia pada sampel baku air minum masih dibawah baku
aair limbah dan uji t – paired terdapat mutu lingkungan. Dilakukan Uji
perbedaan konsentrasi amonia statistik dengan menggunakan uji
sebelum dan sesudah pengolahan. Anova didapatkan tidak perbedaan
Pada pengolahan air limbah RS Kusta konsentrasi amonia pada ke 3 titik air
kusta melebihi baku mutu, hal ini sungai . Amonia dalam perairan dapat
dikarenakan pada proses aerasi tidak berasal dari limbah domestik yang
mencapai aerasi maksimal dikeluarkan oleh penduduk di
dikarenakan blower yang digunakan pinggiran Sungai Kundur termasuk
sebagai penyuplai oksigen mengalami warga perumahan RS Kusta Dr. Rivai
kerusakan pada satu sisi sehingga Abdullah. Amonia berasal dari hasil
oksigen tidak menyebar merata dalam metabolisme nitrogen yang berasal
reaktor dan perkembangbaiakan dari sisa-sisa makanan makanan yang
bakteri tidak optimal. Sejalan dengan mengandung bahan organik..
penelitian Hartini (2011) menyatakan Konsentrasi amonia pada ketiga titik
pada effluent pengolahan limbah cair sampel di perairan Sungai Kundur di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin duga mengalami degradasi oleh
Palembang konsentrasi amonia bulan mikroorganisme seiring dengan
Juni 2010 berada diatas baku mutu, tingginya konsentrasi oksigen terlarut
yaitu sebesar 1,8 mg/L. Selain itu, yang dapat mengurai bahan-bahan
menurut Djaja dan Maniksulistya organik tersebut, sehingga proses
(2006) berpendapat tingginya kadar pembentukan amonia menjadi sangat
amonia dapat disebabkan oleh proses terbatas. Kandungan amonia ada
aerasi yang kurang atau lumpur yang dalam jumlah yang relatif kecil dalam
tidak pernah dibuang keluar ataupun air jika di dalam perairan
pengolahan lumpur yang lebih lanjut. mengandung oksigen yang cukup
Konsentrasi amonia dalam tinggi, kandungan amonia akan
sampei air sungai tabel 3.2 berkisar semakin tinggi seiring dengan
antara 0,14 mg/L – 0,18 mg/L jika bertambahnya kedalaman suatu
dibandingkan dengan baku mutu air perairan dan pada dasar perairan
kelas I yaitu 0,5 mg/L, artinya air mengandung amonia yang relatif
sungai yang digunakan sebagai air
70
BIOSCIENTIAE. 2015
71
BIOSCIENTIAE. 2015
72
BIOSCIENTIAE. 2015
Kesehatan RI, 2011). Effluent yang berada pada hilir sungai dimana air
dikumpulkan selama 7 hari mengalir dari hulu sungai.
mengandung kromium tinggi
Kadmium (Cd)
meningkat mencapai 100%. Hal ini
Konsentrasi Cd pada influent
menjadi perhatian karena selama 7
sebesar 0,005 mg/L, pada effluent
hari maka konsentrasi kromium akan
tidak terdeteksi. Cd dapat berasal dari
meningkat pula karena kromium tidak
pigment larutan pewarnaan di
dapat larut dalam air sehingga akan
laboratorium dan radiologi sebagai
konsentrasinya akan terus bertambah.
bahan tambahan lainnya dalam
Logam berat tidak dapat dihancurkan
larutan fixer. Konsentrasi pada
oleh mikroorganisme dan dapat
influent lebih tinggi dari limbah
terakumulasi dalam tubuh manusia
laboratorium dan radiologi diduga
serta mengakibatkan kerusakan
karena bercampurnya limbah lainnya
organ-organ tubuh (Sembodo, 2006).
sepert limbah binatu, dapur, kegiatan
Konsentrasi kromium pada air
pelayanan lainnya seperti dari poli
sungai bervariasi pada titik masuk air
gigi dan ruang operasi. Cd beradal
limbah sebesar 0,02 mg/L dan pada
dari limbah laundry, plastik, dan juga
titik air intake PDAM RS sebesar
digunakan dalam pelapisan logam,
0,24 mg/L dan titik intake PDAM
pewarna, cat, fotografi, batere
Mariana sebesar 0,06 mg/L dan baku
(European Commission, 2001).
mutu air kelas I senyawa kromium
Konsentrasi Cd pada effluent
yaitu 0,05 mg/L. Dari hasil analisa
tidak terdeteksi kemungkinan karena
kromium pada titik intake PDAM RS
pada saat proses aerasi terjadi
dan intake PDAM Mariana melebihi
pengikatan Cd dengan besi hidroksida
baku mutu. Dilakukan uji statistik
dan mangan oksida. Sejalan dengan
dengan menggunakan uji anova
penelitian Zhuang, et al. (1994)
didapatkan tidak ada perbedaan
menyatakan bahwa selama proses
konsentrasi klorida pada ke 3 titik air
aerasi akan terjadi peningkatan
sungai. Konsentrasi kromium pada
konsentrasi besi hidroksida dan
titik sampel intake PDAM RS dan
oksida mangan. Setelah aerasi >50%
intake PDAM Mariana melebihi baku
kadmium yang terikat dengan besi
mutu di duga karena kedua titik
73
BIOSCIENTIAE. 2015
dan mangan akan di ekstrak dari besi sungai kundur bersamaan dengan
dan mangan. adanya kontaminasi pembakaran
Pada sampel air sungai kosentrasi bahan bakar fosil yang digunakan
Cd pada ketiga titik sampel tidak perahu atau kapal besar lainnya yang
terdeteksi. Cd diduga berasal dari melintasi perairan Sungai Kundur. Cd
kegiatan pemusnahan limbah padat merupakan logam berat yang dapat
medis di RS Kusta menggunakan berasal kegiatan manusia seperti asap
metoda insenerasi dengan alat rokok, pertambangan, bahan bakar
insenerator menjadi faktor risiko fosil, limbah dari insenerator, pabrik
paparan Cd di dalam air limbah yang pupuk fosfat dan limbah eletronik
dperkirakan masuk ke dalam perairan (World Health Organization, 2010).
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Perhitungan analisis risiko dengan menggunakan data-data standar yang
mengacu pada EPA, data-data tersebut meliputi:
Konsentrasi Cromium (C) : 0,06 mg/L
Perhitungan nilai Risk Question (RQ) dengan nilai Rfd kromium sebesar 0,003
mg/kg/hari, yaitu:
74
BIOSCIENTIAE. 2015
75
BIOSCIENTIAE. 2015
76
BIOSCIENTIAE. 2015
77