You are on page 1of 18

BIOSCIENTIAE

Volume 12, Nomor 1, Januari 2015, Halaman 60 - 77


http:/fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae

KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT


KUSTA DR. RIVAI ABDULLAH DAN ANALISIS RISIKO
TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN

Iis Naini, Hatta Dahlan dan Risfidian Mohadi

Program Studi Pengelolaan Lingkungan PPS Universitas Sriwijaya


Jl. Padang Selasa No. 524 Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan 30139

Email: iis_n@yahoo.co.id

ABSTRACT

Hospital outing waste liquid in big volume include groups such as antibiotic,
substances of x-ray, heavy metal, disinfectans, detergen, solvent, medicine, and some of
radionuclida waste. This research is quantitatif research with cross sectional design and
risk analysis. Sampel was taken that liquid waste at pre collecting of basin process (pre-
treatment) before processing at inlet (influent) and liquid waste after be treated (effluent),
effluent collected for 7 days, pre treatment laboratorium basin and radiologi collecting
basin, while water sample of the river and PDAM Mariana intake. Technique of analysis
data unvariat by comparing with the standards, bivariat analysis using anova by
comparing t-related test and environmental risk of analysis. Result of the data showed in
chart and table with naration to interpret the data. The result of reseacrch showed pH,
COD, BOD5, DO, TSS, phospate, chloride, chromium, and cadmium at effluent liquid
waste of kusta hospital obtained the standards and there are differences at liquid waste
before treatment and after treatment. The parameter of amonia exceed the standards. The
analysist of river water showed pH, COD, BOD5, DO, TSS, phosphate, ammonia,
chloride and cadmium dibawah obtained the standards and The parameter of Cr exceed
the standards. The risk of health community (non cancer) chromium in the water at real
time standards 5 years is 0,2989 mg/kgweigt/day and counted estimation of chromium
exsposure till 30 years do not show any kinds of cancer symptoms (RQ >1). Based on the
research concluded that amonia at the Kusta hospital effluent exceded the standards and
there are differences at the waste before treated and after treated, and the risk of health
community (non-cancer) chromium in the water do not show any kinds of cancer
symptoms. Suggestion for this research is need to continue of risk analysis and direct
survey to the rate of intake and the weight of community.

Key words : Liquid waste of kusta hospital, risk analysis of health, river water of kundur
river

PENDAHULUAN kamar mandi, dapur, air bekas cucian


Air limbah rumah sakit adalah pakaian), air limbah klinis (air limbah
seluruh air buangan yang berasal dari yang berasal dari kegiatan klinis
hasil proses kegiatan sarana rumah sakit, misalnya air bekas
pelayanan kesehatan yang meliputi : cucian luka, darah dll), air limbah
air limbah domestik (air buangan laboratorium dan lain-lain. Air
BIOSCIENTIAE. 2015

limbah yang berasal dari buangan biologi, kimia dan radioaktif yang
domestik maupun buangan limbah dikeluarkan oleh limbah rumah sakit
cair klinis umumnya mengandung harus diperhitungkan, kemungkinan
senyawa pencemar organik dan dapat risiko lain bahan kimia radioaktif dan
diolah dengan proses pengolahan mikrobiologi terhadap sistem abiotik
biologis. Air limbah yang berasal dari dan kehidupan spesies yang masuk
laboratorium banyak mengandung kedalam populasi tersebut (Dires,
logam berat yang dapat menganggu 2008). Pada lingkungan akuatik, suatu
proses pengolahan sehingga perlu kontaminan masuk ke dalam jaringan
dilakukan pengolahan awal secara organisme autotrof dengan cara
kimia-fisika (Kementerian Kesehatan absorpsi langsung. Pada ikan,
RI, 2011). kontaminan dapat masuk melintasi
Untuk dapat mengolah limbah barier biologik yang memisahkan
cair yang dihasilkan dari kegiatan medium internal organisme dari
pelayanan kesehatan khususnya lingkungan sekitarnya dengan cara
rumah sakit dapat dilakukan dengan absorpsi langsung maupun tidak
pengolahan pada Instalasi Pengolahan langsung. Proses absorpsi langsung
Air Limbah secara biologis. tergantung pada tempat
Pengolahan limbah dilakukan untuk persentuhannya. Di dalam tubuh ikan
mendapatkan effluent yang memenuhi persentuhan terutama melalui insang
baku mutu dan menjamin dampak (branchia) yakni pada epithelium
yang ditimbulkan dapat seminimal branchiale. Sementara itu yang masuk
mungkin dengan kinerja pengolahan secara tidak langsung melewati jalur
limbah cair yang optimal tropik berlangsung melalui mikrovili
(Kementerian Kesehatan RI, 2011). permukaan intestinum (Soemirat,
Risiko polutan yang berada 2005).
dalam jangka waktu yang lama di METODE
lingkungan alam dan dapat Rancangan Penelitian
merupakan risiko jangka pendek, Penelitian ini adalah penelitian
menengah dan panjang untuk kuantitatif dengan desain studi cross
kehidupan spesies dalam ekosistem. sectional (potong lintang) dan analisis
Adanya kemungkinan pajanan bahan risiko untuk mengetahui pengolahan

61
BIOSCIENTIAE. 2015

limbah serta risiko kesehatan masing 2 sampel sehingga total


lingkungan yang akan terjadi. Dalam sampel yang akan dianalisis sebanyak
penelitian akan dilakukan pengukuran 16 sampel. Pengambilan contoh /
konsentrasi limbah cair meliput pH, sampel air dilakukan berdasarkan SNI
TSS, BOD5, COD, fosfat, amonia, 06-2412-1991. Pengambilan sampel
klor, kromium dan kadmium secara limbah cair dilakukan secara sesaat
bersamaan pada bak pengolahan (composite time) sedangkan untuk
limbah laboratorium, bak pengambilan sampel air sungai
penampungan limbah radiologi, inlet dilakukan dengan menggabungkan
dan outlet. Untuk mengetahui risiko tempat (composite place).
kesehatan lingkungan dilakukan Analisa Data
pengukuran sampel air sungai sebagai Hasil pengukuran air limbah dan
tempat pembuangan limbah cair dari air yang akan didapat, dibandingkan
rumah sakit. dengan baku mutu yang ada. Kualitas
Lokasi Penelitian air llimbah mengacu pada Peraturan
Lokasi penelitian di Rumah Sakit Gubernur Sumatera Selatan Nomor 6
Kusta Dr. Rivai Abdullah Mariana, Tahun 2012, sedangkan kualitas air
dengan mengambil sampel limbah permukaan mengacu pada Peraturan
cair dan air sungai. Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Populasi dan Sampel Untuk melihat keragaman dari
Sampel yang diambil adalah berbagai jenis air limbah
limbah cair pada bak proses menggunakan uji Anova dan untuk
pengolahan pendahuluan (pre melihat penrbedaan sebelum dan
treatment) laboratorium 2 sampel, bak susedah pengolahan menggunakan uji
penampungan limbah radiologi 2 t berpasangan (t-paired) sedangkan
sampel, sebelum diolah pada inlet untuk analisis risiko menggunakan
(influent) 2 sampel dan limbah cair rumus Risk Question (RQ).
yang sudah diolah (effluent) 2 sampel
serta effluent yang dikumpulkan
selama 7 hari sebanyak 2 sampel keterangan :
sedangkan air sungai yang terdiri dari I : Asupan (intake), mg/kg/hari
C : Konsentrasi risk agent, mg/m3
3 titik dikumpulkan sebanyak masing- untuk medium udara, mg/L untuk
air minum, mg/kg untuk makanan

62
BIOSCIENTIAE. 2015

atau pangan. hari/tahun untuk zat


R : Laju asupan atau konsumsi, m3 nonkarsinogen, 70 tahun×365
/jam untuk inhalasi, L/hari untuk hari/tahun untuk zat karsinogen)
air minum, g/hari untuk makanan RQ : Risk Question
tE : Waktu pajanan, jam/hari Ink : Intake non karsinogenik
fE : Frekuensi pajanan, hari/tahun
Dt : Durasi pajanan, tahun (real time) RfD : Reference Dosis
atau proyeksi, 30 tahun untuk atau
nilai default residensial) RfC
Wb : Berat badan, kg :
tavg : Perioda waktu rata-rata (Dt×365

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kualitas Air Limbah dan Air Sungai
Hasil pengukuran parameter air limbah dan air sungai dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel. 3.1 Konsentrasi Parameter Kimia Air Limbah RSK dr. Rivai Abdullah

Parameter Uji Uji T


Lokasi Lab Rad Inf Eff Eff 7
Anov
a
pH 6,8 4,5 7,1 7,1 7,2 0,001 0,000
DO (mg/L) ttd ttd 7,9 11,4 11,05 0,002 0,000
BOD (mg/L) 7,31 ttd 1,06 ttt 4,9 - 0,000
COD(mg/L) 331,5 318,5 125,5 24 28 0,000 0,000
TSS (mg/L) 60 11 31 11 17 0,000 0,000
PO4(mg/L) 0,18 0,54 2,84 0,92 0,82 0,000 0,000
NH3(mg/L) 2,01 0,5 1,36 0,36 0,38 0,000 0,000
Cl- (mg/L) 0,12 0,18 0,04 0,03 0,37 0,08 0,014
Cr (mg/L) 0,14 0,11 0,1 0,07 0,135 0,001 0,022
Cd (mg/L) 0,002 0,001 0,0045 ttd ttd 0,008

ttd: tidak terdeteksi

Tabel.3.2 Konsentrasi Parameter Kimia Air Sungai Kundur

Parameter Uji
Lokasi Titik Intake Intake PDAM Anova
Masuk PDAM RS Mariana
pH 6,8 4,5 7,1 0,000
DO (mg/L) ttd ttd 7,9 0,014
BOD (mg/L) 7,31 ttd 1,06 0,000
COD(mg/L) 331,5 318,5 125,5 0,000
TSS (mg/L) 60 11 31 0,000
PO4(mg/L) 0,18 0,54 2,84 0,000
NH3(mg/L) 2,01 0,5 1,36 0,012
Cl- (mg/L) 0,12 0,18 0,04 0,039
Cr (mg/L) 0,14 0,11 0,1 0,554
Cd (mg/L) ttd ttd ttd -

ttd: tidak terdeteksi

Derajat Keasaman (pH) Hasil pengukuran pH sampel air


limbah RS Kusta Dr. Rivai Abdullah

63
BIOSCIENTIAE. 2015

dapat dilihat pada tabel 3.1. Dapat mengandung 5-10% hidroquinon, 1-


dilihat pH sampel air limbah berkisar 5% kalium hidroksida dan maksimal
dari 4,57 – 7,26. pH terendah pada air 1% perak. Larutan developer
limbah radiologi yaitu 4,6 dan mengandung sekitar 45%
tertinggi pada effluent 7 hari sebesar glutaraldehid sedangkan dalam bak
7,3, pH air limbah RS Kusta Dr. Rivai perendaman dan larutan fixer juga
Abdullah bagian laboratorium, mengandung asam asetat.
influent, effluent dan total effluent Hasil pengukuran pH air Sungai
memenuhi baku mutu sedangkan air Kundur dapat dilihat pada tabel 3.2.
limbah radiologi masuk dalam Pengukuran pH sampel air sungai
katagori asam (pH <5). Pengukuran didapatkan pH yaitu antara 6,55 –
pH pada bak penggumpul akhir 6,77 dan dibandingkan dengan baku
(influent) didapatkan pH sebesar 7,4 mutu PP nomor 82 tahun 2001
dan pH pada effluent sebesar 6,7. rentang pH 6,0 – 9,0 artinya pH air
Uuji statistik dengan uji Anova sungai memenuhi baku mutu. Setelah
didapatkan ada perbedaan pH pada air dilakukan uji statistik dan di dapatkan
limbah dan uji t – paired terdapat ada perbedaan nilai pH padasampel
perbedaan pH sebelum dan sesudah air sungai . Air limbah rumah sakit
pengolahan. banyak mengandung bahan organik
Penurunan pH pada effluent yang berasal kegiatan pelayanan
dikarenakan telah terjadinya proses dapur yang merupakan penyumbang
degradasi bahan organik sehingga bahan organik yang dapat diurai
terbentuk suasana asam dan menurut menghasilkan asam organik. pH dapat
Milasari dan Ariyani (2010) bahwa mempengaruhi kehidupan biota air
adanya perubahan pH menunjukkan dan menurut Effendi (2013), sebagian
terjadinya proses biodegradasi bahan besar biota akuatik sensitif terhadap
organik. Aktivitas mikroorganisme perubahan pH dan menyukai pH
pendegradasi memungkinkan terjadi antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat
penurunan pH karena senyawa mempengaruhi proses biokimiawi
organik telah diuraikan menjadi asam perairan, misalnya proses nitrifikasi
organik Limbah radiologi dengan pH akan berakhir pada pH yang rendah.
asam karena larutan cuci foto (fixer)
Dissolved Oxygen (DO)

64
BIOSCIENTIAE. 2015

Hasil analisa DO pada sampel air 11,48 mg/L – 17,63 mg/L sedangkan
limbah terlihat pada tabel 3.1. angka batas minimum DO dalam PP
Konsentrasi DO bervariasi pada Nomor 82 Tahun 2001 untuk air kelas
sampel air limbah laboratorium dan I sebesar 6,0 mg/L, artinya kandungan
radiologi tidak terdeteksi. Nilai DO DO air sungai masuk dalam baku
pada influent sebesar 7,79 mg/L, pada mutu. Setelah uji statistik dengan
effluent meningkat menjadi 11,48 menggunakan uji Anova di dapatkan
mg/L dan sampel limbah ada perbedaan nilai DO pada ke 3
dikumpulkan selama 7 hari meningkat titik air sungai. Pada saat
menjadi 10,25mg/L. Setelah pengambilan sampel kondisi perairan
dilakukan uji statistik dengan uji Sungai Kundur sedang terjadi
Anova didapatkan ada perbedaan DO pergerakan arus yang kuat,
pada air limbah dan uji t – paired pergerakan ini dapat menyebabkan
terdapat perbedaan konsentrasi DO difusi oksigen ke dalam air.
sebelum dan sesudah
Biological Oxygen Demand (BOD)
pengolahan.Penyebab utama
Hasil pengukuran BOD air
berkurangnya oksigen terlarut di
limbah RS Kusta Dr. Rivai Abdullah
dalam air adanya bahan-bahan
dapat dilihat pada tabel 3.1. Hasil
buangan yang mengkonsumsi oksigen.
analisis BOD5 didapatkan nilai
Bahan-bahan tersebut yang mudah
semuanya di bawah baku mutu dan
dibusukkan atau mudah dipecah oleh
hasil analisis BOD5 pada influent
bakteri dengan adanya oksigen.
sebesar 1,1 mg/L dan effluent tidak
Oksigen dikonsumsi oleh bakteri
terdeteksi. Pada pengujian statistik
untuk memecah bahan-bahan buangan,
dengan uji anova didapatkan ada
sehingga semakin tinggi bahan-bahan
perbedaan BOD5 air limbah pada
buangan maka semakin berkurang
laboratorium, radiologi, influent,
kandungan oksigen terlarut (Fardiaz,
effluent dan pengumpulan 7 hari
1992).
sedangkan uji t-paired tidak dapat
Hasil analisa konsentrasi DO
dianalisa secara statistik karena
pada sampel air Sungai Kundur
konsentrasi BOD pada effluent tidak
terlihat pada tabel 3.2. Konsentrasi
terdeteksi.
DO pada air sungai berkisar antara

65
BIOSCIENTIAE. 2015

Adanya bahan organik yang sedangkan titik sampel intake PDAM


cukup tinggi (ditunjukkan dengan 4,21 mg/L. Baku mutu BOD untuk air
nilai BOD dan COD) menyebabkan kelas I sebesar 2,0 mg/L, artinya
mikroba menjadi aktif dan sampel memenuhi baku mutu. Setelah
menguraikan bahan organik tersebut dilakukan uji statistik dengan
secara biologis menjadi senyawa menggunakan uji anova di dapatkan
asam-asam organik. Konsentrasi nilai p sebesar 0,000, artinya secara
BOD pada influent rendah, hal ini statistik ada perbedaan nilai BOD5
kemungkinan disebabkan bahan pada titik masuk limbah, intake
organik yang mudah terurai dalam PDAM RS Kusta dan intake PDAM
jumlah yang sedikit. Bahan organik Mariana. Analisa BOD pada ketiga
yang mudah terurai berasal dari titik sampel menujukkan bahwa
limbah dapur termasuk lemak yang buangan bahan organik yang
menjadi parameter pengganggu dari terdegradasi dalam jumlah sedikit
rendahnya nilai BOD. Konsentrasi kemunkinan karena pengambilan
pada effluent sangat rendah sehingga sampel berada pada pinggiran sungai
tidak terdeteksi pada pengukuran dengan jumlah pemukiman yang
BOD di laboratorium, hal ini sedikit sehingga buangan domestik
kemungkinan disebabkan rendahnya tidak banyak.
bahan organik biodegradable yang Oksigen yang terlarut ini
ada terkandung di dalam air dipergunakan sebagai tanda derajat
limbah. Banyaknya oksigen teralut pengotor air baku. Semakin besar
daalam air limbah membantu oksigen yang terlarut, maka
mikroorganisme untuk menguraikan menunjukkan derajat pengotoran yang
bahan organik dan IPAL RS Kusta Dr. relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen
Rivai Abdullah dibantu dengan aerasi terlarut berarti beban pencemaran
akan membantu peruraian aerobik meningkat. Air yang bersih relatif
sampai mencapai keadaan stabil. mengandung mikroorganisme lebih
Konsentrasi BOD menunjukkan sedikit dibandingkan air tercemar.
nilai bervariasi untuk sampel pada Air yang tercemar oleh buangan yang
titik masuk limbah 0,25 mg/L dan bersifat antiseptik atau bersifat racun
intake PDAM RS sebesar 0,31 mg/L seperti fenol, kreolin, detergen, asam

66
BIOSCIENTIAE. 2015

sianida, insektisida dan sebagainya effluent pada proses pengolahan


mempunyai jumlah mikroorganisme disebabkan terjadinya penguraian
relatif sedikit, sehingga makin besar bahan organik oleh miroorganisme
BOD maka perairan tersebut yang melekat pada media sarang
diindikasikasi telah tercemar (Sawyer tawon secara aerob. Pengumpulan
dan McCarty, 1978 dalam Effendi, effluent selama 7 hari tidak terdapat
2003). peningkatan konsentrasi COD yang
bermakna, hal ini dikarenakan bahan
Chemical Oxygen Demand (COD)
organik setelah pengolahan
Terdapat variasi konsentrasi COD
mengalami penurunan dan
pada jenis limbah yaitu berkisar
mikroorganisme pengurai dalam
antara 123 mg/l sampai dengan 24
jumlah yang sangat sedikit.
mg/L konsentrasi COD melebihi baku
Hasil analisis COD pada air
mutu lingkungan yaitu pada air
sungai dapat terlihat pada tabel 3.2
limbah laboratorium, radiologi dan
dimana didapatkan nilai bervariasi
influent sedangkan effluent dan
mulai dari tidak terdeteksi pada titik
effluent 7 hari dibawah baku mutu.
masuk tidak terdeteksi, intake RS
Pada influent sekitar 125 mg/L
Kusta 120mg/L sampai 220 mg/L
setelah dilakukan pengolahan turun
pada sampel intake Mariana Setelah
menjadi 24 mg/L. Setelah dilakukan
dilakukan uji statistik dengan
uji statistik dengan uji Anova
menggunakan uji Anova di dapatkan
didapatkan ada perbedaan COD pada
ada perbedaan nilai COD pada ke 3
air dan uji t – paired perbedaan pH
titikair sungai. Peningkatan
sebelum dan sesudah pengolahan.
konsentrasi COD pada kedua titik
Tingginya konsentrasi COD pada bak
intake disebabkan karena terdapatnya
penampungan limbah laboratorium
perumahan karyawan pada tntik
dan radiologi diduga sedikitnya bahan
intake RS dan pemukiman penduduk
organik, kandungan terbanyak dalam
pada intake PDAM Mariana. Perairan
limbah laboratorium adalah bahan
dengan nilai COD tinggi tidak
organik seperti darah dan urine serta
diinginkan bagi kepentingan
adanya logam sebagai zat pewarna
perikanan dan pertanian. Nilai COD
sedangkan limbah radiologi.
pada perairan yang tidak tercemar
Penurunan konsentrasi COD pada

67
BIOSCIENTIAE. 2015

biasanya kurang dari 20 mg/L, Pencampuran air limbah dari berbagai


sedangkan pada perairan tercemar saluran pelayanan rumah sakit dapat
dapat lebih dari 200 mg/L dan pada menurunkan TSS pada influent dan
limbah industri dapat mencapai penurunan konsentrasi effluent diduga
60.000 mg/L (Kasam, dkk.,2005). karena adanya faktor pengendapan
Hasil analisis COD di perairan untuk partikel di bagian dasar bioreaktor
titik masuk tidak terdeteksi sedangkan dan dimungkinkan terjadinya proses
pada intake PDAM RS dan PDAM dekomposisi partikel tersuspensi
Mariana diatas 20 mg/L, artinya menjadi partikel terlarut serta proses
perairan Sungai Kundur hampir filtrasi pada tangki alchemia.
masuk katagori perairan tercemar Analisa TSS pada sampel air
dengan COD 120 mg/L dan 220 mg/L. sungai kundur dapat dilihat pada
tabel 3.2. pada perairan di dapatkan
Total Suspended Solid (TSS)
yang berkisar antara 48 mg/L sampai
Konsentrasi TSS pada sampel air
dengan 65 mg/L dan jika
limbah laboratorium sebesar 60 mg/L,
dibandingkan dengan dengan baku
influent sebesar 31 mg/L dan
mutu untuk air kelas I sebesar
mengalami penurunan pada effluent
1000mg/L, artinya konsentrasi TSS
sebesar 11 mg/L dan jika
masuk dalam baku mutu. Setelah
dibandingkan dengan Pergub Sumsel
dilakukan uji statistik dengan
nomor 6 tahun 2012 masuk dalam
menggunakan uji Anova di dapatkan
baku baku mutu. Setelah dilakukan
ada perbedaan nilai TSS pada ke 3
uji statistik dengan uji Anova
titik air sungai.
didapatkan ada perbedaan TSS pada
air limbah dan uji t – paired terdapat Fosfat
perbedaan konsentrasi TSS sebelum Konsentrasi menunjukkan
dan sesudah pengolahan. Tingginya sebesar 2,88 mg/L pada influent dan
konsentrasi TSS pada limbah mengalami penurunan pada effluent
laboratorium diduga banyaknya 0,92 mg/L sedangkan analisa pada air
logam berat pada pewarna, sedimen limbah yang dikumpulkan selama 7
sampel urin serta darah sebagai hari sebesar 0,83 mg/L. Setelah
produk sampel yang dibuang ke dibandingkan dengan dengan Pergub
dalam bak penampungan. Sumsel nomor 8 tahun 2012

68
BIOSCIENTIAE. 2015

kosentrasi fosfat dibawah baku mutu. perairan dengan konsentrasi fosfat >
Pada pengujian Statistik dengan Uji 0,1 mg/L dapat berpotensi
Anova ada perbedaan fosfat pada menumbuhkan laga dan menimbulkan
sampel air limbah dan uji t – paired suatu masalah. Fosfat pada Tumbuhan
terdapat perbedaan konsentrasi fosfat air yang menutup permukaan perairan
sebelum dan sesudah pengolahan. akan menghambat pancaran sinar
Kosentrasi fosfat pada influent sangat matahari dan menyebabkan oksigen
tinggi dimungkinkan karena limbah terlarut dalam perairan akan
dari pencucian linen dan dapur yang berkurang. Tumbuhan akan
bercampur dengan limbah pelayanan menggunakan oksigen dalam badan
lainnya.Komponen fosfat digunakan air pada malam hari sedangkan pada
untuk membuat sabun atau detergent, siang hari, pancaran sinar matahari
yaitu berperan sebagai pembentuk yang kurang dalam air akan
buih. menghambat proses fotosintesis
Konsentrasi fosfat pada perairan sehingga oksigen yang dihasilkan
sebesar 0,16 mg/L, 0,17 mg/L dan juga akan berkurang. Efek lain yang
0,18 mg/L menunjukkan hasil di dapat ditimbulkan oleh adanya
bawah baku. Setelah dilakukan uji eutrofikasi adalah air menjadi keruh
statistik dengan menggunakan uji dan berbau karena adanya
Anova didapatkan nilai ada pembusukan lumut-lumut yang mati.
perbedaan konsentrasi fosfat pada
Amonia
titik ke 3 titik air sungai. Fosfat dalam
Hasil analisa amonia pada sampel
perairan Sungai Kundur dapat berasal
air dapat dilihat pada tabel 3.1.
dari limbah domestik termasuk dalam
Konsentrasi amonia pada sampel air
bahan organik dan detergent dari
limbah laboratorium 2,05 mg/L,
proses pencucian pemukiman
influent sebesar 1,37 mg/L
penduduk.
mengalami penurunan pada effluent
Jika fosfat dalam perairan
menjadi 0,37 mg/L dan jika
terdapat dalam jumlah yang
dibandingkan dengan Peraturan
berlebihan maka dapat menimbulkan
Pergub Sumsel Nomor 6 Tahun 2012
suatu masalah seperti yang
diatas baku mutuSetelah dilakukan
dikemukan Oram (2014) bahwa
statistik dengan uji anova didapatkan

69
BIOSCIENTIAE. 2015

ada perbedaan amonia pada sampel baku air minum masih dibawah baku
aair limbah dan uji t – paired terdapat mutu lingkungan. Dilakukan Uji
perbedaan konsentrasi amonia statistik dengan menggunakan uji
sebelum dan sesudah pengolahan. Anova didapatkan tidak perbedaan
Pada pengolahan air limbah RS Kusta konsentrasi amonia pada ke 3 titik air
kusta melebihi baku mutu, hal ini sungai . Amonia dalam perairan dapat
dikarenakan pada proses aerasi tidak berasal dari limbah domestik yang
mencapai aerasi maksimal dikeluarkan oleh penduduk di
dikarenakan blower yang digunakan pinggiran Sungai Kundur termasuk
sebagai penyuplai oksigen mengalami warga perumahan RS Kusta Dr. Rivai
kerusakan pada satu sisi sehingga Abdullah. Amonia berasal dari hasil
oksigen tidak menyebar merata dalam metabolisme nitrogen yang berasal
reaktor dan perkembangbaiakan dari sisa-sisa makanan makanan yang
bakteri tidak optimal. Sejalan dengan mengandung bahan organik..
penelitian Hartini (2011) menyatakan Konsentrasi amonia pada ketiga titik
pada effluent pengolahan limbah cair sampel di perairan Sungai Kundur di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin duga mengalami degradasi oleh
Palembang konsentrasi amonia bulan mikroorganisme seiring dengan
Juni 2010 berada diatas baku mutu, tingginya konsentrasi oksigen terlarut
yaitu sebesar 1,8 mg/L. Selain itu, yang dapat mengurai bahan-bahan
menurut Djaja dan Maniksulistya organik tersebut, sehingga proses
(2006) berpendapat tingginya kadar pembentukan amonia menjadi sangat
amonia dapat disebabkan oleh proses terbatas. Kandungan amonia ada
aerasi yang kurang atau lumpur yang dalam jumlah yang relatif kecil dalam
tidak pernah dibuang keluar ataupun air jika di dalam perairan
pengolahan lumpur yang lebih lanjut. mengandung oksigen yang cukup
Konsentrasi amonia dalam tinggi, kandungan amonia akan
sampei air sungai tabel 3.2 berkisar semakin tinggi seiring dengan
antara 0,14 mg/L – 0,18 mg/L jika bertambahnya kedalaman suatu
dibandingkan dengan baku mutu air perairan dan pada dasar perairan
kelas I yaitu 0,5 mg/L, artinya air mengandung amonia yang relatif
sungai yang digunakan sebagai air

70
BIOSCIENTIAE. 2015

besar karena kandungan oksigen penurunan klorida tidak terlalu besar.


semakin kecil (Sihaloho, 2009). Limbah yang dikumpulkan selama 7
hari meningkat sangat besar diduga
Klorida (Cl)
karena terjadi akumulasi dari residu
Analisis klorida dalam air
klor yang dikumpulkan selama 7 hari.
limbah bervariasi pada dan pada
Hal ini dikarenakan pada waktu
influent sebesar 0,04 mg/L dan
kontak dengan limbah berkisar antara
mengalami penurunan sebesar
10-15 menit dan jika dosis klor 1
menjadi 0,03 mg/L sedangkan pada
mg/L maka menghasilkan residu
pengumpulan 7 hari didapatkan 0,4
klorin 1 mg/L (Kemenkes RI, 2011)
mg/L. Pada pengujian statistik dengan
dengan demikian residu klor setelah
uji anova didapatkan ada perbedaan
air limbah dikumpulkan selama 7 hari
klorida pada air limbah dan uji t –
akan bertambah sesuai dengan dosis
paired terdapat perbedaan konsentrasi
klor yang digunakan.
klorida dan sesudah pengolahan.
Pengukuran sampel air sungai
Sampel limbah laboratorium dengan
dapat dilihat pada tabel 3.2. Sampel
konsentrasinya dapat dilihat pada
air sungai didapatkan konsentrasi
tabel 3.1. Hal ini dimungkinkan
antara 0,01 mg/L – 0,003 mg/L dan
karena penggunaan desinfektan untuk
baku mutu klorida air kelas I sebesar
mencuci peralatan laboratorium,
250 mg/L, artinya kandungan klorida
reagen pemeriksaan, urine serta darah
dalam air memenuhi baku mutu yang
yang mengandung elektrolik tubuh.
telah ditetapkan. Dilakukan uji
Klorida dalam limbah radiologi
statistik dengan menggunakan uji
berasal dari larutan fixer dan
Anova didapatkan tidak ada
pencucian selama proses pencetakan
perbedaan konsentrasi klorida pada ke
film. Penurunan kosentrasi klorida
3 titik air sungai. Klorida dalam
pada influent kemungkinan terjadi
perairan berasal dari kegiatan
karena terjadinya pencampuran semua
masyarakat yang tinggal di sekitar
air limbah dari berbagai sumber
Sungai Kundur seperti penggunaan
pelayanan di rumah sakit sehingga
pemutih pakaian, pembersih lantai
terjadi pengenceran. Penurunan
dan desinfektan. Selain itu dapat
konsentrasi effluent disebabkan
berasal dari desinfektan kaporit residu
karena waktu kontak cepat sehingga

71
BIOSCIENTIAE. 2015

pengolahan air bersih yang di lakukan tertinggi terdapat dalam limbah


oleh PDAM Mariana dan PDAM RS laboratorium, pengujian
Kusta pada waktu pencucian saringan mikrobiologis menggunakan zat
ataupun pembersihan sisa lumpur pewarnaan yang mengadung kromium.
pada bak pengendapan. Menurut Kegiatan dilaboratorium banyak
Hasan (2006), Dalam kehidupan sekali menggunakan zat pewarna
manusia, klorin memegang peranan khususnya untuk pemeriksaan
penting karena benda-banda yang mikroskopis mikrobiologi, untuk
digunakan dalam sehari-hari diagnosa penderita kusta dilakukan
mengadung klorin seperti peralatan tes kulit (Skimmer Test) dengan
rumah tangga, alat-alat kesehatan, pewarnaan metode Ziehl-Neelsen
kertas, obat dan produk farmasi, panas. Perwanaan terdiri dari larutan
pending, semprotan, pemberih, carbol fuchsin 1%, asam alkohol 1%
pelarut dan berbagi produk lainnya. dan methylene blue 0,2% (Groenen, et
al, 2003).
Kromium (Cr)
Limbah influent mengandung
Sampel air limbah dengan
kromium yang lebih sedikit dari
kandungan kromium beragam yang
limbah laboratorium dan radiologi hal
tertinggi pada sampel limbah
ini dikarenakan influent mengalami
laboratorium dan radiologi yaitu 0,14
pengenceran dari sumber air limbah
mg/L dan 0,12 mg/L sedangkan pada
lainnya seperti limbah dari dapur,
influent sebesar 0,1 mg/L setelah
binatu dan pelayanan lainnya. Tidak
dilakukan pengolahan mengalami
terjadi penurunan konsentrasi
penurunan pada effluent menjadi 0,07
kromium pada effluent diduga karena
mg/L sedangkan sampel dikumpulkan
aerasi tidak dapat berperan dalam
selama 7 hari meningkat menjadi 0,14
peruraian logam dan mikrorrganisme
mg/L. Setelah dilakukan uji statistik
tidak dapat menguraikan logam.
dengan uji anova didapatkan ada
Logam-logam berat dalam air limbah
perbedaan Cr pada air air limbah dan
seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb
uji t – paired terdapat perbedaan
walaupun dalam konsetrasi yang
konsentrasi Cr sebelum dan sesudah
rendah akan bersifat racun terhadap
pengolahan. Hasil analisa klorida
mikroorganisme (Kementerian
pada sampel air Sungai Kundur

72
BIOSCIENTIAE. 2015

Kesehatan RI, 2011). Effluent yang berada pada hilir sungai dimana air
dikumpulkan selama 7 hari mengalir dari hulu sungai.
mengandung kromium tinggi
Kadmium (Cd)
meningkat mencapai 100%. Hal ini
Konsentrasi Cd pada influent
menjadi perhatian karena selama 7
sebesar 0,005 mg/L, pada effluent
hari maka konsentrasi kromium akan
tidak terdeteksi. Cd dapat berasal dari
meningkat pula karena kromium tidak
pigment larutan pewarnaan di
dapat larut dalam air sehingga akan
laboratorium dan radiologi sebagai
konsentrasinya akan terus bertambah.
bahan tambahan lainnya dalam
Logam berat tidak dapat dihancurkan
larutan fixer. Konsentrasi pada
oleh mikroorganisme dan dapat
influent lebih tinggi dari limbah
terakumulasi dalam tubuh manusia
laboratorium dan radiologi diduga
serta mengakibatkan kerusakan
karena bercampurnya limbah lainnya
organ-organ tubuh (Sembodo, 2006).
sepert limbah binatu, dapur, kegiatan
Konsentrasi kromium pada air
pelayanan lainnya seperti dari poli
sungai bervariasi pada titik masuk air
gigi dan ruang operasi. Cd beradal
limbah sebesar 0,02 mg/L dan pada
dari limbah laundry, plastik, dan juga
titik air intake PDAM RS sebesar
digunakan dalam pelapisan logam,
0,24 mg/L dan titik intake PDAM
pewarna, cat, fotografi, batere
Mariana sebesar 0,06 mg/L dan baku
(European Commission, 2001).
mutu air kelas I senyawa kromium
Konsentrasi Cd pada effluent
yaitu 0,05 mg/L. Dari hasil analisa
tidak terdeteksi kemungkinan karena
kromium pada titik intake PDAM RS
pada saat proses aerasi terjadi
dan intake PDAM Mariana melebihi
pengikatan Cd dengan besi hidroksida
baku mutu. Dilakukan uji statistik
dan mangan oksida. Sejalan dengan
dengan menggunakan uji anova
penelitian Zhuang, et al. (1994)
didapatkan tidak ada perbedaan
menyatakan bahwa selama proses
konsentrasi klorida pada ke 3 titik air
aerasi akan terjadi peningkatan
sungai. Konsentrasi kromium pada
konsentrasi besi hidroksida dan
titik sampel intake PDAM RS dan
oksida mangan. Setelah aerasi >50%
intake PDAM Mariana melebihi baku
kadmium yang terikat dengan besi
mutu di duga karena kedua titik

73
BIOSCIENTIAE. 2015

dan mangan akan di ekstrak dari besi sungai kundur bersamaan dengan
dan mangan. adanya kontaminasi pembakaran
Pada sampel air sungai kosentrasi bahan bakar fosil yang digunakan
Cd pada ketiga titik sampel tidak perahu atau kapal besar lainnya yang
terdeteksi. Cd diduga berasal dari melintasi perairan Sungai Kundur. Cd
kegiatan pemusnahan limbah padat merupakan logam berat yang dapat
medis di RS Kusta menggunakan berasal kegiatan manusia seperti asap
metoda insenerasi dengan alat rokok, pertambangan, bahan bakar
insenerator menjadi faktor risiko fosil, limbah dari insenerator, pabrik
paparan Cd di dalam air limbah yang pupuk fosfat dan limbah eletronik
dperkirakan masuk ke dalam perairan (World Health Organization, 2010).
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Perhitungan analisis risiko dengan menggunakan data-data standar yang
mengacu pada EPA, data-data tersebut meliputi:
Konsentrasi Cromium (C) : 0,06 mg/L

Berat badan (Wb) : 55 kg *

Asupan Harian (R) : 2 liter/hari*

Frekuensi pajanan pertahun (fE) : 350 hari/tahun (residensial)*

Durasi Pajanan real time (Dt) : 30 tahun

Periode rata-rata waktu (tave) : 5 tahun

Perhitungan nilai Risk Question (RQ) dengan nilai Rfd kromium sebesar 0,003
mg/kg/hari, yaitu:

25 dan 30 tahun didapatkan bahwa


Risiko kesehatan masyarakat pajanan kromium pada sampel air
(non kanker) pada real time standar 5 sungai selama 30 tahun tidak dapat
tahun sebesar 0,2989mg/kg/hari dan menyebabkan kanker (RQ ≤ 1).
dilakukan perhitungan estimasi Penghitungan durasi pajanan berapa
pajanan kromium selama 5, 10, 15, 20, lama risiko mulai harus dikendalikan

74
BIOSCIENTIAE. 2015

dengan menyusun ulang Persamaan 2. Analisis kualitas air Sungai


(1) dan Ink disubstitusi dengan RfD Kundur didapatkan nilai pH,

menjadi Persamaan (5): COD, BOD5, DO, fosfat, amonia,


klorida dan kadmium dibawah
baku mutu sedangkan TSS dan
kromium ada titik sampel yang
berada di atas baku mutu. Setalah
Perhitungan diatas menunjukkan
dilakukan uji statistik Anova
efek toksik Cr diprakirakan akan
didapatkan ada perbedaan pada
ditemukan pada orang dewasa dengan
masing-masing parameter pH,
55 kg berat badan yang telah
COD, BOD, DO, TSS, fosfat,
mengonsumsi air minum
amonia, klorida, kromium dan
mengandung Cr 0,1 mg/L selama
kadmium.
35,19 tahun dengan laju konsumsi 2
3. Risiko kesehatan masyarakat
L/hari selama 350 hari/tahun.
(non kanker) pada real time
KESIMPULAN
standar 5 tahun diprediksi sebesar
Dari hasil dan pembahasan
0,2989mg/kg/hari, pajanan
variabel-variabel dalam penelitian ini
kromium selama30 tahun
dapat diambil kesimpulan:
diprediksi tidak dapat
1. Analisis Pengolahan limbah cair
menyebabkan kanker (RQ ≤ 1).
RS Kusta Dr Rivai. Abdullah
didapatkan pH, COD, BOD5,
TSS dan fosfat di bawah baku DAFTAR PUSTAKA

mutu sedangkan amonia diatas Dires, M., 2008. Characterization Of


baku mutu. Setalah dilakukan uji Wastewater Composition From
Hospital Effluent And
statistik anova dan t- paired Evaluation Of The Treatment
didapatkan ada perbedaan pada Performance Of The Five Series
Of Oxidation Ponds In Hawassa
masing-masing parameter pH, Referral Hospital. Thesis. Addis
COD, DO, TSS, fosfat, amonia, Abbaba University.
Djaja, I. M. dan Maniksulista, D,.
klorida, dan kromium sedangkan 2006. Gambaran Pengelolaan
BOD5 dan kadmium tidak dapat Limbah Cair di Rumah Sakit X
Jakarta, Skripsi Universitas
di uji t-paired. Indonesia. Depok.

75
BIOSCIENTIAE. 2015

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Khusnuryani, 2008. Mikrobia


Bagi Pengelolaan Sumber Daya Sebagai Agen Penurun Fosfat
dan Lingkungan Perairan. (Edisi Pada Limbah Cair Rumah Sakit.
Ke 7). Penerbit Kanisius. Seminar Nasional Aplikasi
Yogyakarta. Sains dan Teknologi. IST
Emmanuel, E., Giselle, P. M., dan AKPRIND.Yogyakarta.
Perodin,Y., 2009. Groundwater Milasari, N.I. dan Ariyani S.B., 2010.
contamination by Pengolahan Limbah Cair Kadar
microbiological and chemical COD dan Fenol Tinggi dengan
substances released from Proses Anaerob dan Pengaruh
hospital wastewater: Health risk Mikronutrien Cu: Kasus Limbah
assessment for drinking water Industri Jamu Tradisional.
consumers. Environment Universitas Diponegoro: Teknik
International, A Journal of Universitas Diponegoro:
Environmental Science, Risk Semarang (2010).
and Health, volume 35: 718-726 Oram, B., 2014. Phosfate in the
Groenen dkk., 2003. Bagiamana Environment. Water Research
Melakukan Pemeriksaan Skin Center.
Skimeer Pada Pasien Lepra. Pruss, A., 1999, Pengelolaan Aman
International Federation of Anti- Limbah Layanan Kesehatan
Leprosy Associations (ILEP). WHO, Penerbit Buku
Hartini, R., Hasim, H.,dan Ainy, A., Kedokteran (ECG), Cetakan I:
2011. Analisis Pengelolaan 2005, Jakarta.
Limbah Cair Di RSUP Dr. Rahman, A., 2007. Public Health
Mohammad Hoesin Palembang, Assessment: Model Kajian
Jurnal Ilmu Kesehatan Prediktif Dampak Lingkungan
Masyarakat, Volume 2 nomor dan Aplikasinya untuk
01: 145-151. Manajemen Risiko Kesehatan.
Hasan, A., 2006. Dampak Universitas Indonesia. Jakarta
Penggunaan Klorin. Jurnal Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO)
Teknik Lingkungan, P3TL- dan kebutuhan oksigen biologi
BPPT.7. (1): 90-96. (BOD) sebagai salah satu
Kasam, Yulianto, A., dan Sukma, T., indikator untuk menentukan
2005. Penurunan COD kualitas
(Chemical Oxygen Demand) perairan. Oseana. Volume XXX,
Pada Air Limbah Laboratorium Nomor 3: 21 - 26.
Menggunakan Filter Arang Sembodo, B. S. T., 2006, Model
Aktif Tempurung Kelapa. Kinetika Langmuir untuk
Logika: Vol 2 No. 2: 3-17. Adsorpsi Timbal pada Abu
Kementerian Kesehatan RI., 2013. Sekam Padi, Ekuilibrium, 5 (1),
Profil Kesehatan 2012. 28-33.
Kementerian Kesehatan RI. Sihalolo, 2009. Analisa Kandungna
Jakarta. Amonia dalam Limbah Cair
Kementerian Kesehatan RI., 2011. Inlet dan Outlet dari Beberapa
Seri Kesehatan Lingkungan Industri Kelapa Sawit.
Pengolahan Limbah Metode Universitas Sumatera Utara.
Biofilter. Kementerian Medan.
Kesehatan RI. Jakarta.

76
BIOSCIENTIAE. 2015

Soemirat, J., 2005. Toksikologi


Lingkungan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
World Health Organization, 2010.
Cadmium. WHO.
Zhuang, Y., Allen, H.E., Fu, G., 1994.
Effect of Aeration on Cadmium
Binding, Environmental Toxicoly
and Chemistry. Vol 13 No.5 Page
717-724.
Zulkifli, H., Husnah, Ridho, M.R.
2009. Status Kualitas Sungai
Musi Bagian Hilir Di Tinjau Dari
Komunitas Fitoplankton. Berk.
Penel. Hayati: 15 (5-9).

77

You might also like