You are on page 1of 10

CORE STABILITY EXERCISES LEBIH MENINGKATKAN

AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA NYERI PUNGGUNG


BAWAH MIOGENIK

Nur Susanti
Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email: Susantiimoto@yahoo.co.id

ABSTRACT

Myogenic low back pain `is located around low back area. It is caused by
musculoscletal disorders without neurologic disorders from twelve thoracal vertebrae
to the hip. It is caused by static and dynamic factors that is causing pain. Low back
muscle spasms and its surroundings cause imbalance muscle activities. Therefore, it
decreases instability of abdominal and low back muscles. Limitation of lumbar
movement decreases functional activities. Physiotherapy is intended to relief the pain
and more relaxation for hospitalized patience. Meanwhile, core stability
exercisesareto increase functional activities by moving transversus abdominis,
multifidus, diafragma, and pelvic floor muscles. The research was aimed at testing
core stability exercises forimproving myogenic functional activities. The research was
designed as a quasi eksperimental by using pre-test andpost-test design with control
group. The research was held at RSUD Bendan Pekalongan Physiotherapy installation.
The research subject covered 28 patients. Measurement of functional activities of
myogenic low back pain was conducted by using oswestry disability questionnaire
(ODQ) before and after exercises. It was divided into two groups as the control and
treatment group. Control and treatment group was three times a week. The result of
this research was the increasing of ODQ score of control group for p<0.05, and p<0.05
for treatment group. It means that control group and treatment group can improve
functional activities of myogeniclow back pain. Comparation test of data by using
independent test is p<0.05, whether before and after exercise. The average of control
group is 8.14%. The average treatment group is 28.57%. It is meant that treatment
group is good for improving functional activities than control group. The research
conclusion was that core stability exercises training improv the functional activities in
basic therapy of myogeniclow back pain. It is expected that core stability exercises and
basic therapy can be used in patient with myogeniklow back pain to improve of
functional activity.
Key words: core stability exercises, SWD, functional activities,Miogenic low back pain

PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah mencapai 30% - 50% dari keluhan
merupakan masalah kesehatan yang rematik pada praktek umum dan
nyata dan merupakan penyebab utama merupakan penyakit nomor dua paling
naiknya angka morbiditas, disabilitas banyak diderita manusia setelah
serta terbatasnya aktivitas tubuh. NPB influenza (Albar, 2000). Setiap tahun

1
pravelensi NPB di negara Amerika stabilitas otot perut dan punggung
Serikat dilaporkan sebesar 15%- 45%, bawah menurun, mobilitas lumbal
dan angka kejadian NPB terbanyak terbatas, yang mengakibatkan aktivitas
ditemukan pada usia 35 th-55 th fungsional sehari-hari terganggu
(Turder dan Koes, 2001). Penelitian terutama aktivitas yang memerlukan
COPCORD Indonesia menunjukkan gerak membungkuk dan memutar
prevelensi NPB 18,2 % pada laki-laki badan (Meliana dan Pinzon, 2004).
dan 13,6 % pada wanita (Wirawan, Program penatalaksanaan
2004). Berdasarkan data bulan fisioterapi dasar yang diberikan bagi
Januari–Desember 2013 jumlah pasien pasien NPB di Poli Klinik Fisioterapi
NPB di poli klinik fisioterapi RSUD RSUD Bendan Pekalongan
Bendan Pekalongan sebanyak ± 1152 menunjukkan bahwa 65 – 70% pasien
pasien. NPB diberikan terapi termal dengan
NPB miogenik merupakan nyeri SWD. Hanya sekitar 5% pasien yang
di sekitar punggung bawah yang diberikan kombinasi program terapi
disebabkan oleh gangguan atau latihan. Terapi dasar (SWD) yang
kelainan pada unsur muskuloskeletal diberikan sebatas untuk pengurangan
tanpa disertai gangguan neurologis nyeri dan rileksasi pada pasien.
antara vertebra thorakal duabelas Sedangkan, untuk peningkatan
sampai dengan bawah pinggul atau aktivitas fungsional perlu di berikan
anus (Paliyama, 2003). NPB hampir terapi latihan. Terapi latihan yang
70% karena sprain atau strain di area diberikan adalah core stability
lumbal, 10% ada hubungannya dengan exercises. Penelitian membuktikan
degenerasi discus dan facet, 4% karena bahwa pasien dengan kondisi NPB
hernia discus, 3% karena spinal lebih bermanfaat dan menguntungkan
stenosis (Hills, 2010). NPB miogenik jika sejak awal diberikan latihan core
disebabkan oleh faktor statis dan faktor stability exercises secara berulang
dinamis. Kedua faktor tersebut untuk mencegah ketidakstabilan dari
menimbulkan tanda dan gejala yang otot-otot trunk (Koumantakis et all,
sama seperti nyeri daerah punggung 2005). Dengan memperkuat otot-otot
bawah, spasme otot punggung bawah yang mendukung dan meningkatkan
dan sekitarnya. Nyeri dan spasme otot- postur tulang belakang, efektif
otot punggung bawah yang menurunkan gejala-gejala NPB dan
dikarenakan oleh kedua faktor tersebut memperbaiki aktivitas fungsionalnya.
lama kelamaan menyebabkan Core stability exercises ini
ketidakseimbangan otot punggung menggambarkan sebuah program inti
bawah (imbalance muscle), sehingga yang diterapkan untuk pasien NPB

2
dengan latihan menumpu berat badan dari 14 orang (Pocock, 2008).
yang melibatkan proprioseptif dan Desain Penelitian sebagai berikut :
keseimbangan. O1 O2

Pengukuran kemampuan
aktivitas fungsionalnya. Dalam
P S R
penelitian terdahulu dilakukan
a
pengukuran pemeriksaan nyeri, a
O3 O4
pemeriksaan kekuatan otot, dan
P
pemeriksaan lingkup gerak sendi Keterangan
P :
lumbal tanpa melihat pengukuran P : Populasi
aktivitas fungsionalnya. Oleh karena S : Sampel
itu, peneliti ingin mengetahui seberapa Ra : Randomisasi alokasi
P1 : Kelompok kontrol (terapi
besar manfaat penelitian ini dalam
dasar)
meningkatkan aktivitas fungsional P2 : Kelompok perlakuan
pada nyeri punggung bawah miogenik. (pelatihan kombinasi core
stability exercises dan
METODE PENELITIAN terapi dasar)
Pendekatan O1 : Nilai aktivitas fungsional
Penelitian dilakukan pada bulan sebelum pemberian terapi
dasar.
Februari sampai April 2014
O2 : Nilai aktivitas fungsional
dengan rancangan quasi sesudah pemberian terapi
experiment dengan pre and post- dasar.
test with control groupdesign O3 : Nilai aktivitas fungsional
terhadap dua kelompok (Pocock, sebelum pemberian
2008). pelatihan kombinasi core
Desain Penelitian stability exercises dan
terapi dasar.
Pengambilan sampel diambil
O4 : Nilai aktivitas fungsional
secara randomisasi sesuai dengan pemberian pelatihan
kriteria yang ditetapkan peneliti kombinasi core stability
hingga jumlahnya memenuhi yang exercises dan terapi dasar.
ditargetkan. Subjek penelitian
berdasarkan rumus Pocock
Analisi Data
berjumlah 28 orang, yang dibagi Data yang diperoleh dianalisa dengan
menjadi dua kelompok yaitu langkah-langkah sebagai berikut :
kelompok kontrol dan kelompok a. Uji normalitas data (skor ODQ)
perlakuan, masing-masing terdiri dengan Saphiro Wilk Test.

3
b. Uji Homogenitas data (skor Jenis Laki laki 8 (57,1) 8(57,1) 57,1
ODQ) dengan uji Levene’s test Kela Perempuan 6(42,9) 6(42,9) 42,9
c. Uji komparasi data skor ODQ min
antara sebelum dan sesudah
Aktiv Berdiri 3(21,4) 1(7,1) 7,1
latihan pada kelompok control
itas Berjalan 0(0) 3(21,4) 21,4
dengan uji komparasi non
Peker Duduk
parametric dengan uji wilcoxon 3(21,4) 7(50) 50
jaan
match pair test (dua sampel Membungku 7(50) 2(14,3) 14,3
berpasangan). k/memutar
d. Uji komparasi data skor ODQ tubuh
berulang 7,1
antara sebelum dan sesudah
latihan pada kelompok Mengangkat 1 (7,1) 1(7,1)
perlakuan dengan uji /menurunka
komparasi non parametric n barang
dengan uji wilcoxon match pair
test (dua sampel berpasangan). Berdasarkan Tabel-1 di atas,
distribusi subjek menurut golongan
HASIL DAN PEMBAHASAN umur menunjukkan pada kelompok
Karakteristik subjek dan variabel kontrol dan kelompok perlakuan
penelitian disajikan dengan hasil golongan umur 36-40 tahun
sebagai berikut : merupakan jumlah terbanyak, yaitu
Karakteristik Fisik Subjek pada kelompok kontrol sejumlah 8
Penelitian orang (57,2%) dan kelompok
Karakteristik subjek penelitian perlakuan sejumlah 10 orang (71,4%).
meliputi : umur, jenis kelamin, dan Hasil persentase umur dalam
aktivitas pekerjaan : penelitian ini sesuai dengan pendapat,
Tabel-1. Karakteristik Fisik Subjek bahwa tiap tahun pravelensi NPB di
Karak Rentangan Kel. K.Perla negara Amerika Serikat dilaporkan
teristi Kontrol kuan sebesar 15%-45% dan angka kejadian
k (n=14) NPB terbanyak ditemukan pada usia
(n=14)
Subje 35-55 tahun.
k n (%) n(%) N Karakteristik subyek menurut
jenis kelamin pada kedua kelompok
Umur 30-35 3(21,4) 2(14,3) 14,3
menunjukkan bahwa subjek terbanyak
(Tahu 36-40 8(57,2) 10(71,4 71,4
berjenis kelamin laki-laki yaitu 16
n) 41-45 3(21,4) 2(14,3) subjek (57,1%), sedangkan perempuan
14,3
berjumlah 12 subjek (42,9%). Kondisi

4
ini sesuai dengan penelitian Copcord Pengujian dengan uji Wilcoxon
Indonesia menunjukkan prevalensi match pair test (dua sampel
NPB 18,2% pada laki-laki dan 13,6% berpasangan) pada kedua
pada perempuan (Wirawan, 2004) . kelompok.
Karakteristik subyek berdasarkan Tabel 2. Uji Hipotesis Penurunan
aktivitas pekerjaan juga mempengaruhi Skor ODQ pada Kelompok
ada tidaknya peningkatan aktivitas Kontrol dan Kelompok
fungsional. Dalam penelitian ini di Perlakuan Sebelum dan
temukan, pada kelompok kontrol Sesudah latihan
aktivitas pekerjaan yang sering yaitu
aktivitas membungkuk/memutar tubuh Kelompok Uji Wilcoxon Rank
berulang merupakan aktivitas terbesar Subjek Test
(50%), sedangkan pada kelompok p
perlakuan aktivitas pekerjaan yang
sering yaitu aktivitas duduk lama
Kelompok
merupakan aktivitas terbesar (50%). 0,001
Kontrol
Sebagian besar subjek mempunyai
pekerjaan yang banyak menggunakan Kelompok 0,001
aktivitas fisik, dan onset terbanyak Perlakuan
adalah setelah kerja seharian. Hasil Tabel 2 memperlihatkan
diatas sesuai dengan pendapat yang penurunan skor ODQ antara sebelum
melaporkan bahwa NPB umumnya dan sesudah pelatihan pada kelompok
terjadi pada pekerja atau karyawan kontrol dan kelompok perlakuan
yang bekerja dalam posisi duduk lama, dengan nilai p =0,001 (p<0,05). Hasil
berdiri lama, dan pekerjaan berat nilai tersebut menyatakan secara
lainnya seperti pekerjaan yang banyak signifikan kelompok kontol dan
aktivitas membungkuk/memutar tubuh kelompok perlakuan meningkatkan
secara berulang, atau mengangkat dan aktivitas fungsional pada NPB
menurunkan beban berat dengan cara miogenik.
yang salah (Hills, 2010). Peningkatan aktivitas fungsional
pada kelompok kontrol disebabkan
oleh efek fisiologis dan efek terapeutik
dari terapi dasar. Perbedaan struktur
jaringan tubuh menyebabkan efek
fisiologis yang dihasilkan terapi dasar
akan berbeda untuk tiap jaringan.
Jaringan ikat akan mengalami

5
peningkatan elastisitas 5-10 kali lebih elastisitas pembungkus jaringan saraf
besar akibat turunnya viskositas dan ambang rangsang (thresshold).
matriks jaringan karena homeostasis Kemungkinan karena perubahan-
lokal sehingga jaringan akan mudah perubahan tersebut secara tidak
digerakkan dan kelenturannya langsung akan memfasilitasi terjadinya
bertambah, sehingga waving effect peningkatan aktivitas fungsionalnya.
akan mudah untuk didapatkan dan Menurut Magee (1999), bahwa
reseptor saraf Aδ dan C yang terjebak SWD juga dapat mengurangi spasme
akibat tekanan jaringan fibrous akan otot, meningkatkan vasodilatasi
terbebas sehingga nyeri berkurang. pembuluh darah, perbaikan
Efek fisiologis tersebut akan metabolisme sel, dan mempercepat
memunculkan efek terapeutik penyembuhan pada jaringan lunak,
(Sugijanto, 2006). Mekanisme sehingga perbaikan aktivitas
penurunan nyeri dengan pemberian fungsional terjadi.
terapi dasar didapatkan dari modulasi Pengurangan nyeri berdasarkan
nyeri pada level sensoris dimana mekanisme di atas, sesuai dengan
dengan pemberian terapi dasar akan penelitian terdahulu yang dilakukan di
meningkatkan aktivitas metabolisme Instalasi Fisioterapi Rawat Jalan RSO
sebesar 18%, yang diikuti dengan Prof.Dr.R. Soeharso Surakarta, dengan
perubahan PO2, PCO2, dan Ph judul pengaruh penambahan latihan
jaringan. Hal ini akan menyebabkan Iranian endurance exercise pada
terbukanya sphincter prekapiler dan intervensi SWD dalam mengurangi
arteriole, bersamaan itu pula akan nyeri penderita nyeri pinggang kronik
terjadi vasodilatasi dan peningkatan (Sadhono dan Herawati, 2008).
aliran darah sebesar 300 ml/100 gram Peningkatan aktivitas fungsional
jaringan, sehingga pasokan nutrisi ke pada kelompok perlakuan, disebabkan
jaringan miofacial dan pembuangan oleh dua hal. Pertama, terapi dasar
zat-zat iritan penyebab nyeri akan merupakan modalitas thermal yang
meningkat, sehingga spasme otot atau efektif diberikan sebelum pelatihan,
ketegangan jaringan fascia yang cidera efek tersebut mengakibatkan jaringan
menurun, maka nyeri juga akan ikat akan lebih mudah digerakkan dan
berkurang (Sugijanto, 2006). kelenturannya bertambah (Sugijanto,
Akibat nyeri berkurang, 2006). Kondisi seperti ini sangat
normalisasi tonus otot melalui membantu program latihan core
normalisasi nosisensorik dan perbaikan stability exercises yang diberikan.
sistem metabolisme, jaringan saraf Kedua, pemberian pelatihan core
akan mengalami peningkatan stability exercises, ketika keempat

6
grup otot core bekerja secara harmonis sejak awal diberikan latihan core
dalam serangkaian kontraksi kompleks stability exercises secara berulang
dengan puluhan otot-otot di tulang untuk mencegah ketidakstabilan dari
belakang, batang tubuh dan sekitarnya otot-otot trunk dibanding hanya
dibutuhkan kestabilan sehingga dicapai diberikan program general exercises
posisi netral selama gerakan tubuh dan saja (Koumantakis et all, 2005) .
menjaga posisi stabil pada vertebra
(the netral zone). Core stability Uji perbedaan skor ODQ sebelum
exercises dapat memperkuat otot-otot pelatihan kelompok kontrol dan
stabilitas inti, dan meningkatkan postur sebelum pelatihan kelompok
tulang belakang, sehingga efektif perlakuan
menurunkan gejala-gejala nyeri
punggung bawah dan memperbaiki
aktivitas fungsionalnya. Tabel 3. Rerata Skor ODQ Sebelum
Menurut Irfan (2010), Core Pelatihan pada Ke Dua
stability adalah kemampuan untuk Kelompok
mengontrol posisi dan gerak dari trunk
Kelompok
sampai pelvis yang digunakan untuk p
Subjek Rerata±SD
melakukan gerakan secara optimal
dalam proses perpindahan, kontrol Kelompok
29,43±12,46
tekanan dan gerakan saat aktifitas Kontrol
sehari-hari. Core stability merupakan 0,007
Kelompok
salah satu komponen penting dalam 44,43±14,46
Perlakuan
memberikan kekuatan lokal dan
Tabel 3 di atas menunjukkan
keseimbangan untuk memaksimalkan
bahwa rerata ODQ sebelum pelatihan
aktifitas gerak secara efisien. Petterson
pada kedua kelompok didapatkan
(2002), mengatakan bahwa core
nilai p =0,007 (p<0,05). Hal ini berarti
stability exercises efektif mengurangi
bahwa rerata ODQ sebelum pelatihan
nyeri serta meningkatkan aktivitas
di antara ke dua kelompok ada
fungsional dan secara teoritis memberi
perbedaan yang signifikan. Dari
pengaruh dalam penurunan spasme
pernyataan diatas dapat disimpulkan,
otot, peningkatan ektensibilitas,
bahwa ada perbedaan sebelum
stabilitas dan penguatan otot.
pelatihan pada kedua kelompok, maka
Hasil di atas sesuai dengan
pengujian tidak bisa menggunakan
penelitian yang membuktikan bahwa,
data sesudah pelatihan pada kedua
pasien dengan kondisi NPB lebih
kelompok, sehingga menggunakan
bermanfaat dan menguntungkan jika

7
data selisih sebelum dengan sesudah kelompok kontrol hanya 8,14%.
kelompok kontrol dan data selisih Kelompok perlakuan, dimana subjek
sebelum dengan sesudah kelompok mendapatkan terapi SWD yang
perlakuan. dilanjutkan dengan pemberian latihan
core stability exercises, juga
Uji rerata selisih penurunan skor didapatkan peningkatan aktivitas
ODQ antara terapi dasar dengan fungsional yang bermakna.
latihan core stability exercises dan Peningkatan aktivitas fungsional
terapi dasar dalam meningkatkan kelompok perlakuan ini lebih besar
aktivitas fungsional pada NPB dibandingkan dengan kelompok
miogenik kontrol. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kombinasi
Tabel 4. Rerata Selisih Penurunan pelatihan core stability exercises dan
Skor ODQ antara Kedua terapi dasar lebih meningkatkan
Kelompok Sebelum dan aktivitas fungsional pada NPB
Sesudah Pelatihan miogenik dan hal ini mendukung
hipotesis penelitian.
Kelompok Rerata Hasil tersebut sesuai dengan
p
Subjek Selisih ± SD pendapat Martin (1999), bahwa
Kelompok pemberian terapi latihan berupa core
8,14 ± 4,25 stability exercises pada terapi
Kontrol
0,001 dasaryang dilakukan dengan baik dan
Kelompok 28,57 ±
benar dapat memberikan efek rileksasi
Perlakuan 11,48
pada otot-otot punggung dan
meningkatkan kekuatan otot yang
mengalami kelemahan sekaligus dapat
Tabel 4 di atas, menunjukkan
mengurangi rasa nyeri dan
bahwa rerata selisih penurunan skor
meningkatkan aktivitas fungsionalnya.
ODQ antara kedua kelompok
pelatihan didapatkan hasil p= 0,001 (p
SIMPULAN
˂0,05), yang artinya terdapat
Berdasarkan hasil anilisis
perbedaan yang signifikan antara
penelitian didapatkan simpulan bahwa
kedua kelompok. Hal ini bisa dilihat
latihan core stability exercises lebih
dari hasil rerata penurunan selisih
meningkatkan aktivitas fungsional
antara kelompok kontrol dan
pada terapi dasar pada NPB miogenik.
kelompok perlakuan. Dimana pada
Metode latihan core stability exercises
kelompok perlakuan terjadi penurunan
perlu ditambahkan pada terapi dasar,
skor ODQ sebesar 28,57% sedangkan

8
mengingat bahwa peningkakan Kumpulan Makalah Pain
aktivitas fungsional pada NPB Symposium, Toward Mechanism
miogenik terjadi setelah diberikan Base Treatment. Jogjakarta, 5
latihan core stability exercise. Desember 2004. Hal 109.
Paliyama, J.M. 2003. Perbandingan
DAFTAR PUSTAKA Efek Terapi Arus Interfensi
Albar Z. 2000. Sistematik pendekatan dengan TENS dalam
pada nyeri pinggang. Cermin Pengurangan Nyeri pada
dunia kedokteran. Hal. 14-19. Penderita Nyeri Punggung
Hills, E.C. 2010. Mechanical Low Bawah Muskuloskeletal.
Back Pain. Diperoleh tanggal 5 Semarang : FK UNDIP. Hal. 14-
Juli 2010. From: 15.
http://www.emedicine.com. Peterson, T. 2002. The effect of
Irfan, M. 2010. Fisioterapi Bagi Insan McKenzie therapy as compared
Stoke. edisi pertama. Jakarta: with that of intensive
Graha Ilmu. strengthening training for the
Koumantakis, G.A. 2005. Watson, P. treatment of patients with
J, Oldham, J. A. Trunk Muscle subacute or chronic low back
Stabilization Training Plus pain: A randomized controlled
General Exercise Versus General trial. Diperoleh tanggal 12
Exercise Only: Randomized Desember 2011. From
Controlled Trial of Patients with http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
Recurrent Low Back Pain. med/12195058.
London : Phys Ther. vol. 85. Hal Pocock, J. Stuart. 2008. Clinical
209 – 225. Trials: A Practical Approach.
Magee, D.J. 1999. Orthopedics Chichester: John Wiley &
Condition and Treatment. fourth Sons.p. The Society of
edition. Philadelphia : WB Obstetricians and Ginaecologist
saunders company. Hal. 209- of Canada.
230. Sadhono, K, dan I. Herawati. 2008.
Martin, L. 1999. General Information “Pengaruh penambahan latihan
For Back Schools Participants. Iranian endurance exercise pada
Hanley & Belfus, Inc, vol.7. intervensi SWD dalam
Meliala, L, dan R. Pinzon. 2004. mengurangi nyeri penderita
Patofisiologi dan nyeri pinggang kronik” .
Penatalaksanaan Nyeri Surakarta : UMS dalam jurnal
Punggung Bawah. Dalam : kesehatan, ISSN 1979-7621,

9
Vol.1. No. 1. Juni 2008. Hal. 57-
66.
Sugijanto. 2006. Perbedaan Pengaruh
Pemberian Short Wave
Diathermy (SWD) dan Contract
Relax And Stretching Dengan
Short Wave Diathermy dan
Transvers Friction Terhadap
Pengurangan Nyeri Pada
Sindroma Nyeri Miofasial Otot
Levator Skapula. Fisioterapi
Indonesia, 6 (1). Hal. 46-66.
Turder M, dan Koes B. 2001. low back
pain and sciatica, Clinical
evidence, Retrieved: December,
12, 2006, diperoleh pada tanggal
5 Juli 2010 from http:// www.
Emedicine. Com. hal. 1-9.
Wirawan, R.B. 2004. Diagnosis dan
Manajemen Nyeri Pinggang.
Jogjakarta: Dalam Pain
Simposium. Towards Mechanism
Based Treatment. 5 Desember.
Hal. 36, 105 – 108.

10

You might also like