You are on page 1of 7

Description of Spiritual Coping in Patients with Diabetic

Foot Ulcer at the Wound Care Clinic in Makassar City.


Nurul Hidayah1, Saldy Yusuf2, Moh. Syafar Sangkala3

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan,Universitas Hasanuddin,Makassar


Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan,Universitas Hasanuddin,
E-mail : saldy_yusuf@yahoo.com

ABSTRACT
Background : Diabetes Mellitus (DM) is one of a non infectious disease which increases from year by year. One
complication that occurs in DM is Diabetic Foot Ulcer (DFU). DFU patients not only cause just physical effects but
also have an psychological impact. One of them is stress, if the patient experiences stress it can cause one of them is
high blood sugar levels which can affect the wound healing process. To get over this problem we using coping ,
which in this study looks at how Spiritual Coping with DFU patients. Research Objective : To determine the
overview of Spiritual Coping in Patients with Diabetic Foot Ulcer at the Wound Care Clinic in Makassar City.
Method : This study used quantitative research with descriptive research method. The number of samples obtained
is 52 respondents with consecutive sampling technique. The instrument used in this study was the BRIEF RCOPE
questionnaire. Results : The results show that female respondents are more than men respondent with average age
of 58 years and duration of DM are 10 years while the longest duration of injury is > 1 year and the most common
cause is swelling. And obtained a relationship between Positive Spiritual Copings based on the characteristics of
respondents namely age, GDS, Duration of DM and Duration of Diabetic Foot Ulcer. Whereas for the using of of
Positive Spiritual Copings as much as 48 respondents and the remaining 2 use Negative Spiritual Copings.

Keywords: DM, Diabetic Foot Ulcer, Spiritual Coping, Positive Spiritual Coping, Negative Spiritual Coping

PENDAHULUAN

Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Salah satu dari sekian banyak penyebab
Diabetes Mellitus (DM). DM merupakan penyakit kematian dari DM yaitu Diabetes dengan komplikasi
kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa salah satunya adalah ulkus pada kaki. Berdasarkan
darah atau hiperglikemia sebagai akibat dari data prevalensi dari (International Diabetes
penurunan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin Federation, 2017) diperkirakan ulkus pada kaki
atau merupakan gabungan dari keduanya (Bhatt, meningkat dari 9.1 juta jiwa menjadi 26.1 juta jiwa
Saklani, & Upadhayay, 2016). DM juga dikenal dengan diabetes di seluruh dunia setiap tahunnya.
sebagai silent killer karena banyak penderitanya yang Ulkus pada kaki atau Luka Kaki Diabetik (LKD)
tidak menyadari atau tidak menandakan gejala awal disebabkan karena neuropati (Purwanti & Maghfirah,
namun saat diketahui sudah terjadi komplikasi 2016). Neuropati adalah suatu kondisi berkurangnya
(Yuliasari, Wahyuningsih, & Sulityarini, 2018). sensasi pada kaki akibat terganggunya saraf perifer
Angka Kejadian DM cukup meningkat dari yang memungkinkan terjadinya cedera tanpa
tahun ke tahun. Diperkirakan bahwa 5.0 juta disadari, amputasi dan menyebabkan luka pada kaki
kematian di Dunia pada tahun 2015 penyebabnya (Abidin et al., 2017) & (International Diabetes
adalah DM dengan rata-rata usia 20-79 tahun Federation, 2017). LKD adalah luka kronik pada
(Ogurtsova et al., 2017) Sedangkan di Indonesia daerah di bawah kaki yang dapat mengurangi kualitas
menduduki peringkat kedua angka kematian setelah hidup pasien diantaranya gangguan mobilitas atau
Sri Lanka (WHO, 2016). Pada tahun 2017, ada berpindah tempat, luka yang bau dan rasa nyeri pada
sekitar 451 juta jiwa penderita DM dengan usia 18- kaki (Salom.,et al., 2017).
99 tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 693 Penderita LKD sering dikaitkan dengan
juta jiwa pada tahun 2045 (Cho et al., 2018). Di beberapa gangguan kejiwaan dimana pasien LKD
Indonesia sendiri dari data Survei Nasional dua kali lebih beresiko memiliki status kecemasan,
menunjukkan bahwa prevalensi DM sebesar 5.7% depresi dan masalah psikologis yang serius (Ardian,
dimana lebih dari 70% kasus tidak terdiagnosis 2016). Perubahan yang terjadi dalam hidup secara
(Soewondo, Ferrario, & Tahapary, 2013). mendadak membuat penderita LKD menunjukan
beberapa reaksi psikologis yang negatif diantaranya
isolasi sosial, kurangnya interaksi sesama anggota psikologis lainnya yang dialami setiap individu yang
keluarga, sering marah, gangguan tidur, cemas dan didiagnosis penyakit DM dengan LKD tentu berbeda-
stress (Salome et al., 2017). Pada penyandang LKD beda dan memiliki koping tersendiri untuk mengelola
tidak hanya membutuhkan perawatan fisik saja tetapi perasaan negatif yang mereka rasakan (Suciani &
juga agar dapat mengatasi psikologis yang dialami. Nuraini, 2017). Salah satu koping yang dapat
Stres adalah salah satu gangguan psikologis yang digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
mempengaruhi proses penyembuhan luka, hal pasien penderita ulkus diabetikum adalah koping
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan spiritual (Yuliasari et al., 2018). Koping Spiritual
oleh (Gouin & Kiecolt-Glaser, 2012) dimana dalam merupakan upaya seseorang dalam mengatasi
penelitiannya menunjukkan bahwa stres psikologis masalah dengan cara mendekatkan diri dan selalu
yang dialami pasien akan memengaruhi oksitosin, berpikir positif pada Tuhan atas apa yang terjadi
katekolamin dan glukokortikoid sehingga menunda (Reynolds, Mrug, Hensler, Guion, & Madan-Swain,
proses penyembuhan luka. Penelitian diatas sejalan 2014).
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Engum, Pengunaan Koping Spiritual efektif untuk
2007) yang dikutip dalam (Garrusi, Baneshi, & menurunkan gangguan psikologis bagi penderita DM.
Moradi, 2013) mengemukakan bahwa kesejahteraan Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian
psikologis yang rendah mempengaruhi hasil dalam (Reynolds et al., 2014) bahwa penggunaan koping
peningkatan komplikasi diabetes dan kontrol spiritual positif lebih sering digunakan dibandingkan
glikemik. Kontrol Glikemik yang baik dapat tercapai dengan koping spiritual negatif dan hasil yang
ketika pasien patuh pada perilaku manajemen diri signifikan terjadi penurunan gejala depresi pada
seperti diet yang sehat, aktivitas fisik, pemantauan penggunaan koping spiritual positif. Sedangkan
glukosa darah, minum obat yang teratur, dan koping Penelitian (Yuliasari et al., 2018) mengungkapkan
yang tepat (Jaser, Patel, & Xu, 2016). bahwa dengan mengikuti pelatihan koping religius,
Kontrol glikemik yang baik berhubungan maka individu dapat melakukan penanganan terhadap
dengan menurunnya komplikasi diabetes. permasalahan psikologis selama menderita diabetes
Pengontrolan glikemik dilakukan dengan yang akan berdampak pada peningkatan
pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP), Gula Darah 2 kesejahteraan psikologis yang dimiliki. Sedangkan
jam Post Prandial (GD 2 jam PP) dan HbA1c penelitian yang dilakukan oleh Salome dkk yang
(Mikhael, Hassali, Hussain, & Shawky, 2019) Dalam menunjukkan bahwa Pasien Diabetic Foot Ulcer
penelitian (Ramadhan & Hanum, 2016) menunjukkan (DFU) rata-rata memiliki harapan untuk sembuh
bahwa penurunan setiap 1% dari HbA1c akan yang rendah karena hal tersebut ditunjang dengan
menurunkan risiko komplikasi sebesar 35%, tingkat spiritualnya yang rendah (Salome et al.,
menurunkan insiden kematian yang berhubungan 2017).
dengan DM sebesar 21%, komplikasi mikrovaskular Spiritual penting dalam merawat individu
37% dan penyakit pembuluh darah perifer sebesar yang mengalami tekanan psikologis terhadap
43%. Berdasarkan penelitian (Sukkarieh-haraty et al., penyakitnya. Dalam penelitian yang menunjukkan
2017) salah satu faktor tingginya kadar HbA1c bahwa mayoritas responden yang diwawancarai
adalah tekanan psikologis yang dialami dimana menggunakan agama seperti kepercayaan terhadap
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa individu tuhan, penyakit ini berkah dari tuhan dan kegiatan
yang memiliki skor emosi yang tinggi memiliki kadar keagamaan merupakan sumber kekuatan dan
HbA1c yang tinggi secara signifikan menujukkan dukungan dalam mengatasi penyakitnya (Nejat,
adanya keterkaitan dengan kontrol glikemik yang Whitehead, & Crowe, 2016). Penelitian tersebut
tinggi. Penelitian diatas didukung oleh penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada 32
yang melibatkan 139 penyandang LKD dimana hasil responden yang mengungkapkan bahwa penggunaan
penelitian menunjukkan bahwa kadar HbA1C yang spiritual lebih sering digunakan dibandingkan dengan
tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap koping lainnya dan menganggap spiritual dan agama
lamanya pengobatan dan penyembuhan luka yang sebagai sumber kekuatan menghadapi penyakitnya
lebih dalam dan lebih luas (Dogan, Onar, Aydin, & (Borumandnia, Farahani, & Nikseresht, 2018).
Gumustas, 2019). Sedangkan penelitian lain menunjukkan hubungan
yang kuat antara spiritualitas dalam mengatasi
Untuk mengatasi tekanan psikologis pada penyakit dan berpendapat bahwa keyakinan spiritual
penyandang DM agar tidak meningkatkan risiko dan agama dapat menyebabkan berkurangnya rasa
komplikasi yaitu dengan menggunakan koping. sakit, isolasi sosial, dan depresi (Mangolian
Koping merupakan suatu usaha bagi individu untuk Shahrbabaki, Nouhi, Kazemi, & Ahmadi, 2017).
menyesuaikan stress yang dihadapi dalam Spiritual dan Agama merupakan sumber kekuatan
kehidupannya (Utami,2014). Stres dan gangguan
dan memberikan efek positif pada individu yang Jawa 1 2
sakit.
Status Perkawinan
METODE Menikah 49 98
Tidak Menikah 1 2
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Durasi DM
1-5 Tahun 14 28
kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian
6-10 Tahun 20 40
deksriptif. Penelitian ini dilakukan di Klinik 11-20 Tahun 15 30
Perawatan Luka di Kota Makassar. Pengumpulan 21-30 Tahun 1 2
data yang digunakan pada penelitian ini berupa Terapi
kuisioner dengan teknik sampling menggunakan Suntik 18 36
consecutive sampling. Data yang sudah terkumpul Obat 23 46
diolah dan dianalisis menggunakan program software Tradisional 1 2
Suntik dan 1 2
statistik. Selanjutnya data dianalisis menggunakan
Tradisional 7 14
analisi univariat berupa distribusi frekuensi dalam Obat dan Suntik
bentuk table dan persen. GDS
60-110 mg/dl 4 8
HASIL 111-199 mg/dl 27 54
200-299 mg/dl 13 26
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu >300 mg/dl 6 12
menggambarkan karakteristik responden, Durasi Luka
menggambarkan koping spiritual dan hubungan < 3 Bulan 29 58
3-6 Bulan 7 14
koping spiritual dengan karakteristik responden. Dan
> 6 Bulan 2 4
didapatkan pula hubungan antara koping spiritual > 1 Tahun 12 24
dengan umur, status perkawinan, GDS, Durasi DM
dan Durasi Luka. Adapun karakteristik responden Penyebab
dalam penelitian ini dapat dilihat pada table dibawah Tertusuk 7 14
ini. Bengkak 16 32
Terkena Panci 2 4
Karakteristik n % Panas 6 12
Penebalan 4 8
Umur Lecet 1 2
36-45 Tahun 3 6 Post Op 5 10
46-55 Tahun 12 24 Melepuh 1 2
56-65 Tahun 24 48 Terkena Bara Api 2 4
>65 Tahun 11 22 Jatuh 3 6
Bisul 3 6
Gatal
Jenis Kelamin
Luka Ke
Laki-Laki 22 44
1 23 46
Perempuan 28 56
2 14 28
Agama
3 4 8
Islam 46 92
4 5 10
Kristen 2 4
5 4 8
Hindu 1 2
Riwayat Amputasi
Budha 1 2
Ada 14 28
Suku
Tidak Ada 36 72
Bugis 19 38
Makassar 16 32 Total 50 100
Bugis Makassar 10 20 Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas
Manado 1 2 responden berada pada rentang umur 56-65 dengan
Toraja 2 4 jumlah sebanyak 24 Orang (48%) . Sebagian besar
Bali 1 2 responden adalah perempuan yaitu 28 Orang (56%).
Sedangkan dari agama responden paling banyak yang Durasi Luka 27 2 4
beragama Islam yaitu sebanyak 46 orang(92%). Dari 54
< 3 Bulan 7
suku, responden mayoritas suku Bugis sebanyak 19 14
3-6 Bulan 2
Orang (38%). Sedangkan untuk status perkawinan 4
> 6 Bulan 12
hanya satu responden yang tidak menikah (2%) dan 24
> 1 Tahun
responden yang lain menikah yaitu 49 orang (98%). Total 48 96 2 4
Responden yang menderita DM lebih banyak berada Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil
pada rentang selama 6-10 Tahun yaitu 20 orang Croostab yang menunjukkan bahwa usia responden
(40%) Sedangkan responden yang paling banyak yang menggunakan Koping Spiritual Positif yaitu 56-
mempunyai nilai GDS berada pada 111-199 mg/dL 65 tahun yaitu sebanyak 22 (44%) responden.
yaitu 27 orang (54%). Disisi lain, lama luka yang Sedangkan untuk Jenis kelamin, perempuan lebih
dialami responden paling tinggi berada pada >3 banyak menggunakan koping spiritual positif
Bulan sebanyak 29 orang (58%) dan penyebab luka dibandingkan dengan laki-laki. Untuk Agama,
yang dialami oleh responden paling tinggi karena responden lebih banyak berada pada agama islam
bengkak sebanyak 16 orang (32%) dan rata-rata dan hampir semua responden menggunakan koping
merupakan luka yang pertama pada responden yaitu spiritual positif. Pada status perkawinan, orang yang
23 orang (46%) serta diantara semua responden telah menikah lebih sering menggunakan Koping
sebanyak 14 orang (28%) yang mengalami amputasi Spiritual Positif.
dan sisanya 36 orang (72%) tidak amputasi. Untuk karakteristik responden lain, yaitu
Lama menderita DM yang paling banyak adalah
BRIEF RCOPE berada pada rentang usia 6-10 Tahun dan rata-rata
Positif Negatif lebih sering menggunakan Koping spiritual yaitu
Karakteristik
Koping Koping sebanyak 18 (36%) responden. Disisi Lain, GDS
Responden
Spiritual Spiritual responden berdasarkan Koping Spiritual Positif yaitu
n % n % berada pada 111-199 mg/dL sebanyak 27 (54%)
Umur responden. Sedangkan untuk lama luka yang paling
36-45 3 6 banyak dialami adalah < 3 Bulan dengan tingkat
46-55 12 24 koping spiritual positif sebanyak 27 (54%)
56-65 22 44 2 4 responden.
>65 11 22
Jenis Kelamin BRIEF RCOPE n %
Laki-Laki 22 44
Koping Spiritual Positif 48 96
Perempuan 26 52 2 4
Koping Spiritual Negatif 2 4
Agama Total 50 100
Islam 44 88 2 4
Tabel 3 menunjukkan Penggunaan Koping
Kristen 2 4
Hindu 1 2 Spiritual pada responden dimana responden lebih
Budha 1 2 banyak menggunakan Koping Spiritual Positif
Status Perkawinan sebanyak 48 Orang (96%) dan sisanya responden
Menikah 47 94 2 4 menggunakan Koping Spiritual Negatif berjumlah 2
Tidak Menikah 1 2 orang (4%).
Durasi DM
1-5 Tahun 14 28 DISKUSI
6-10 Tahun 18 36 2 4
11-20 Tahun 15 30 Hasil penelitian yang telah diuraikan
21-30 Tahun 1 2
membahas secara sistematis dari hasil penelitian yang
GDS
60-110 4 8 telah diuraikan membahas secara sistematis dari hasil
111-199 27 54 data demografi yang meliputi adalah umur, jenis
200-299 11 22 2 4 kelamin, agama, suku, status perkawinan, Riwayat
>300 6 12 DM dan Riwayat Luka, dan Gambaran koping
spiritual pada pasien dengan LKD di empat klinik
perawatan luka di Kota Makassar. Berikut ini
dijelaskan mengenai hasil tentang gambaran koping yaitu sebanyak 23 Responden (Nurhanifah &
spiritual di Klinik perawatan luka di Kota Makassar. Banjarmasin, 2017). Dan didukung oleh penelitian
(Chiwanga & Njelekela, 2015) yang menemukan
Karakteristik Responden bahwa lama menderita >10 Tahun menjadi faktor
utama terjadinya kaki diabetik.
Hasil penelitian didapatkan bahwa, karakteristik
Dalam hasil penelitian juga didapatkan
responden berdasarkan umur responden yang paling
bahwa setengah dari responden menggunakan obat.
banyak menderita LKD berumur 56-65 Tahun, hal
Obat yang digunakan salah satunya adalah
tersebut sejalan dengan penelitian bahwa prevalensi
Metformin,dalam penelitian (Kurniawan, 2010)
penderita LKD cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia, terutama pada umur >40 Tahun menyebutkan bahwa metformin dianjurkan sebagai
(Fitriana, Hiswani & Jemadi, 2012). Penlitian terapi obat lini pertama untuk semua pasien Tipe 2..
Sedangkan untuk GDS responden paling tinggi
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
berada direntang 111-199 mg/dL sebanyak 27
oleh (Nurhanifah & Banjarmasin, 2017) dalam
responden. Penelitian yang dilakukan oleh (Veranita
penelitiannya mendapatkan responden yang berusia
et al., 2016) mengungkapkan bahwa semakin tinggi
>40 beresiko terkena LKD karena faktor penuaan
karena menurunnya fungsi organ tubuh. GDS penderita DM maka semakin tinggi pula derajat
Sedangkan untuk Jenis Kelamin dalam luka kaki diabetik yang dialami. Untuk Durasi Luka,
Responden yang paling lama memiliki luka < 3 bulan
penelitian ini, lebih banyak jumlah responden
sebanyak 29 reponden sedangkan >1 Tahun sebanyak
perempuan dibandingkan laki-laki hal tersebut
12 reponden. Penyebab terjadinya LKD didapatkan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Safitri, Hartati, & Pratama, 2015) mengungkapkan karena bengkak Dari hasil penelitian didapatkan
perempuan menopouse akan meningkatkan risiko bahwa penyebab LKD adalah bengkak sebanyak 16
responden, tetapi dalam beberapa penelitian
terjadinya DM karena perubahan hormonal disertai
menyebutkan bahwa bengkak merupakan tanda
dengan berbagai komplikasi seperti komplikasi
infeksi, hal tersebut didukung oleh penelitian
kronis maupun akut, salah satunya neuropati dan
(Yuliastuti, Andriany, & Y., 2017) bahwa rata-rata
angiopati yang mengakibatkan ulkus diabetik. Pada
Perempuan menopouse, Hormon estrogen dan pasien yang datang ke pelayanan kesehatan sudah
progestrone ikut mempengaruhi respon sel-sel tubuh mengalami pembengkakan dengan derajat diatas 2
yang menandakan bahwa terjadi luka ulkus yang
terhadap insulin, hal tersebut menyebabkan kadar
gula darah tidak terkontrol,maka akan memiliki risiko terinfeksi.
komplikasi diabetes yang lebih tinggi (Karyati & Sedangkan untuk luka yang dialami
Astuti, 2016). menunjukkan bahwa terdapat 14 responden yang
merupakan luka kedua dan 4 responden yang
Sedangkan untuk Agama, responden yang
mengalami luka kaki yang ke 5 atau berulang. Dari
mengalami LKD sebagian besar beragama Islam. Hal
ini dikarenakan mayoritas penduduk yang ada penelitian (Waaijman et al., 2014) didapatkan bahwa
disekitar penelitian menganut agama Islam sehingga tekanan dari sepatu menjadi salah satu penyebab
terjadinya luka yang berulang.Untuk Riwayat
responden yang terbanyak adalah respoden yang
Amputasi, didapatkan bahwa seperempat dari
menganut agama Islam. Tetapi setelah dilakukan
responden mengalami amputasi. Penelitian yang
penelitian, didapatkan bahwa tingkat spiritual pasien
baik. Hasil penelitian juga didapatkan bahwa dilakukan oleh (Salomé, Alves, Costa, Pereira, &
mayoritas responden yang sudah menikah dan 1 Ferreira, 2013) juga menemukan bahwa sebanyak
15-25% pasien DM terkena DFU selama hidupnya
responden tidak menikah. Penelitian lain juga
dan sebanyak 59% pasien dengan DFU harus
menunjukkan bahwa lebih banyak responden dengan
diamputasi karena infeksi yang terjadi akibat luka
status menikah (Widhiarsi, 2012) Sedangkan untuk
lama menderita DM pada penelitian ini adalah 6-10 tersebut.
Tahun. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Restada, 2016) bahwa rata-rata lama
Koping Spiritual berdasarkan karakteristik
responden menderita DM adalah 6-10 Tahun. Tetapi responden di Klinik Perawatan Luka di Kota
dalam penelitian tersebut berbeda dengan yang Makassar
dilakukan oleh bahwa responden yang memiliki
durasi DM tidak beresiko (10 Tahun) mengalami Koping spiritual berdasarkan umur didapatkan
ulkus yang tidak mengancam ekstremitas. Sedangkan bahwa rentang umur 56-65 paling banyak
responden memiliki durasi DM beresiko (>10 Tahun) menggunakan koping spiritual positif. Dalam hasil
yang mengalami grade ulkus mengancam ekstremitas penelitian juga, responden menyebutkan bahwa umur
yang dimiliki saat ini sudah tidak bisa melakukan DM didapatkan bahwa koping spiritual positif lebih
apa-apa hanya bisa berdoa dan berpasrah kepada banyak digunakan pada pasien dengan durasi DM 6-
Tuhan terhadap segala penyakit yang dialami. 10 Tahun. Dalam penelitian juga, responden
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian bahwa menyebutkan bahwa responden sudah lama
semakin tinggi umur sesorang makan semakin mengalami DM dan sudah berada pada fase
konstruktif dalam menggunakan koping terhadap penerimaan sebagai bentuk ujian untuk lebih
masalah yang dihadapi (Armiyati & Rahayu, 2012). meninggikan derajatnya dihadapan Tuhan, sebagai
Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan lebih jalan untuk menghapus dosa pada masa lalu dan
banyak menggunakan koping spiritual positif, hal menganggap penyakitnya ini merupakan ujian dari
tersebut berhubungan dengan banyaknya jumlah sang Pencipta.
responden perempuan yang menjadi responden
penelitian. Jika dilihat dari responden laki-laki Sedangkan untuk lama menderita luka atau
semuanya menggunakan koping spiritual positif LKD adalah yang paling banyak yaitu < 3 Bulan dan
berbeda dengan responden perempuan yaitu terdapat paling banyak menggunakan koping spiritual positif.
dua menggunakan koping spiritual negatif. Dari hasil Hal tersebut dipengaruhi karena rata-rata responden
penelitian, responden laki-laki mengatakan bahwa dia yang diteliti merupakan pasien yang baru mempunyai
sebagai kepala keluarga harus menjadi panutan dalam luka baru dan datang ke klinik untuk melakukan
keluarga, harus kuat dalam sikon apapun, hal tersebut perawatan. Jadi dalam penelitian ini lama luka tidak
menjadi salah satu penguat untuk bisa sembuh. berhubungan dengan koping spiritual dan koping
positif tersebut dapat dipengaruhi karena kepatuhan
Sedangkan koping spiritual berdasarkan agama, dalam perawatan, sesuai dengan penelitian bahwa
didapatkan bahwa hampir semua agama memiliki lama luka yang dialami disebabkan karena cara
koping spiritual yang baik, hal tersebut berarti agama perawatan yang tidak tepat sehingga luka tidak
yang dianut oleh tiap individu tidak memiliki kunjung sembuh dan telah terjadi proses
hubungan dengan pemilihan koping spiritual tetapi angiogenesis
bergantung kepada individu masing-masing terhadap
bagaimana cara koping spiritual terhadap Koping Spiritual pada pasien dengan Luka
penyakitnya (Saputra, Lisiswanti, Larasati, & Kaki Diabetik
Rahmania, 2017). Kemudian untuk Status
Perkawinan didapatkan bahwa hampir dari seluruh Hasil penelitian mengenai koping spiritual pada
responden sudah menikah dan memiliki koping pasien LKD didapatkan bahwa mayoritas responden
spiritual yang positif. Hal tersebut sesuai dengan menggunakan koping spiritual positif dan 2
hasil penelitian dimana responden mengatakan bahwa responden lainnya menggunakan koping spiritual
dengan adanya dukungan dari istri, anak dan keluarga negatif. Penggunaan koping spiritual Positif, lebih
lain memberikan semangat dalam menjalani banyak menggunakan Koping Spiritual Positif sedang
penyakitnya, hal tersebut berarti bahwa dukungan yaitu sebanyak 32 responden, Koping Spiritual
keluarga sebagai sumber kekuatan bagi responden. Positif Tinggi sebanyak 7 responden dan Koping
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang Spiritual Positif rendah sebanyak 9 responden dan
mengatakan bahwa responden yang berkeluarga selebihnya 2 menggunakan Koping Spiritual Negatif
mendapatkan dukungan baik dari suami, anak Tinggi. Hasil tersebut menggambarkan bahwa
ataupun saudara yang dimana berpengaruh secara seluruh responden memiliki koping spiritual yang
emosional karena merasa senang karena diperhatikan baik dengan menganggap spiritualnya sebagai salah
dan dapat mengurangi stres yang dirasakan pasien satu bentuk pertolongan dalam menghadapi
LKD (Widhiarsi, 2012). penyakitnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian
(Alkendhy, Sukarni, & Pradika, 2018) bahwa
Dilihat dari GDS responden terhadap terdapat hubungan tingkat spiritual dengan
koping spiritual didapatkan hasil bahwa GDS yang perkembangan DFU. Tingkat spiritual yang baik
tinggi lebih banyak menggunakan koping spiritual dapat mengurangi dampak negatif yang disebabkan
positif, hal tersebut berbanding terbalik dengan teori oleh luka kaki. Spiritualitas dapat meningkatkan rasa
bahwa koping spiritual yang positif dapat mengontrol penerimaan pada penderita, memberikan ketenangan,
gula darah responden (Jaser et al., 2016). Menurut meningkatkan kepercayaan diri dan menjadikan
penelitian lain bahwa GDS yang tinggi bukan hanya gambaran diri menjadi positif (Taluta & Hamel,
dipengaruhi karena adanya stressor tetapi juga karena 2014)
faktor diet, lama luka yang dialami dan durasi DM.
(Veranita et al., 2016). Dan untuk lama menderita DAFTAR PUSTAKA

You might also like