Professional Documents
Culture Documents
Clapeyron + Cross PDF
Clapeyron + Cross PDF
Struktur statis tertentu : Suatu struktur yang mempunyai kondisi di mana jumlah reaksi
perletakannya sama dengan jumlah syarat kesetimbangan statika.
Struktur statis tak tentu : suatu struktur yang mempunyai kondisi di mana jumlah reaksi
perletakannya melebihi jumlah syarat kesetimbangan statika.
x
2. Struktur 3 dimensi : 6 syarat kesetimbangan ----> Fx = 0 ; Fy = 0 ; Fz = 0
Mx = 0 ; My = 0 ; Mz = 0
z
y
x
Pada suatu struktur balok atau portal, apabila jumlah joint (titik kumpul atau titik simpul) termasuk
perletakan dinyatakan sebagai j, jumlah batang yang dibatasi 2 joint dinyatakan sebagai m, dan
jumlah reaksi perletakan dinyatakan sebagai r maka dalam bentuk formula,
Struktur statis tertentu : 3j = 3m + r
1. y
A B
RAy RBy
RAx
x
Reaksi perletakan, r = 3 3j = 3m + r
Jumlah batang, m = 1 (3 * 2) = (3 * 1) + 3
Jumlah joint, j = 2 6 = 6 -------> Struktur statis tertentu
2. y
MA A
RAy
x RAx
Reaksi perletakan, r = 3 3j = 3m + r
Jumlah batang, m = 0 (3 * 1) = (3 * 0) + 3
Jumlah joint, j = 1 3 = 3 -------> Struktur statis tertentu
3. y
A B
RAy RBy
RAx
x
Reaksi perletakan, r = 3 3j = 3m + r
Jumlah batang, m = 1 (3 * 2) = (3 * 1) + 3
Jumlah joint, j = 2 6 = 6 -------> Struktur statis tertentu
4. y
A B
RAy RBy
RAx RBx
x
Reaksi perletakan, r = 4 3j = 3m + r
Jumlah batang, m = 1 (3 * 2) = (3 * 1) + 4
Jumlah joint, j = 2 6 < 7 -------> Struktur statis tak tentu
5. y
A B C
RAy RBy RCy
RAx
x
Reaksi perletakan, r = 4 3j = 3m + r
Jumlah batang, m = 2 (3 * 3) = (3 * 2) + 4
Jumlah joint, j = 3 9 < 10 -------> Struktur statis tak tentu
6.
y
MA C MC
A B
Reaksi perletakan, r = 8 3j = 3m + r
Jumlah batang, m = 2 (3 * 3) = (3 * 2) + 8
Jumlah joint, j = 3 9 < 14 -------> Struktur statis tak tentu
7. A
Tumpuan sendi
z RAz
RAy
y RAx
x
RCz
RCy
RCx
RBz
RBy
RBx
Reaksi perletakan, r = 9 3j = 3m + r
Jumlah batang, m = 3 (3 * 4) = (3 * 3) + 9 13
Jumlah joint, j = 4 12 < 18 -------> Struktur statis tak tentu
C. Metode Analisis Pendekatan
Metode analisis pendekatan didasarkan pada deformasi balok (struktur) dengan mencermati lokasi
titik-titik belok, di mana pada titik-titik belok deformasi balok (struktur) momen lenturnya sama
dengan nol.
w
1) Balok statis tak tentu
kedua ujung terjepit
A B dengan beban merata
MA MB
RA RB
L
w
3) Struktur diuraikan menjadi
segmen-segmen statis
(I) stertentu yg terpisahkan
pada titik belok
RM RN
RA RB
0,21L 0,58L 0,21L
Segmen I :
(+) RM = RN
= (w x 0,58L)/2
ML = 0,29 wL
2
ML = (wL )/8
2
= (w x (0,58L) )/8
2
= wL /24
Segmen II :
RM atau RN menjadi
beban pada segmen II
MT
RA = RB
(-) = (w x 0,21L)+RM
= 0,21 wL + 0,29 wL
= 0,5 wL
MT = - (RM x 0,21L) -
(w x 0,21L) x (0,21L/2)
= - (0,29 wL x 0,21 L) -
0,022 wL2
2
= - wL /12
(+) ML=wL2/24
(-) D=1/2wL
A B
MA MB
RA RB
L
L/2
RA RB
0,25L 0,5L 0,25L
Segmen I :
RM = RN
= 1/2 P
ML ML = 1/4 PL
= 1/4 x P x 0,5L
= 1/8 PL
Segmen II :
RM atau RN menjadi
MT
beban pada segmen II
RA = RB
= RM
= 1/2 P
MT = - (RM x 0,25L)
- (1/2 P x 0,25L)
= -1/8 PL
MT=-1/8PL
(-) (-)
Diagram momen untuk seluruh
(+) struktur adalah gabungan dari
diagram momen masing-masing
ML = 1/8PL segmen.
(-) D=-1/2P
w
1) Balok statis tak tentu
ujung terjepit dan
A B tumpuan sendi dengan
MB beban merata
RA RB
L
0,75L 0,25L
Pada titik M momen
lenturnya adalah nol
w
3) Struktur diuraikan menjadi
segmen-segmen statis
A (I) stertentu yg terpisahkan
pada titik belok
RM
RA
w Reaksi tumpuan dan
momen untuk masing-
masing segmen dapat
dihitung.
M B
(II)
MB
RB
0,75L 0,25L
Segmen I :
RM = RA
(+)
= (w x 0,75L)/2
ML = 0,375 wL
2
ML = (wL )/8
2
= (w x (0,75L) )/8
2
= 9/128 wL
Segmen II :
MT RM menjadi beban pada
(-) segmen II
RB = (w x 0,25L)+RM
= 0,25 wL + 0,375 wL
= 0,625 wL
MT = - (RM x 0,25L) -
(w x 0,25L) x (0,25L/2)
= - (0,375 wL x 0,25 L) -
MT=-wL2/8 0,03125 wL2
2
= - wL /8
(-)
Diagram momen untuk seluruh
struktur adalah gabungan dari
(+)
diagram momen masing-masing
ML=9/128wL2 segmen.
D=-0,625wL
(-)
P
1) Balok statis tak tentu
ujung terjepit dan
A B tumpuan sendi dengan
MB beban terpusat
RA RB
L
L/2
B
0,7275L 0,2725L
Pada titik M momen
lenturnya sama dengan
nol
P
3) P Struktur diuraikan menjadi
segmen-segmen statis
stertentu yg terpisahkan
pada titik belok
A (I)
RM
Reaksi tumpuan dan
RA
momen untuk masing-
masing segmen dapat
B dihitung.
M
(II)
MB
RB
0,5L 0,2275L
0,7275L 0,2725L
Segmen I :
RM = (0,5/0,7275) x P
= 0,687 P
(+)
RA = (0,2275/0,7275) x P
= 0,313 P
ML
ML = RA x 0,5L
= 0,313P x 0,5L
= 5/32 PL atau
ML = RM x 0,2275L
= 0,687P x 0,2275L
= 5/32 PL
Segmen II :
RM menjadi beban pada
segmen II
MT RB = RM
(-) = 0,687 P
MT = - (RM x 0,2725L) -
= - (0,687 P x 0,2725 L) -
= -3/16 PL
MT=-3/16 PL
Diagram momen untuk seluruh
struktur adalah gabungan dari
diagram momen masing-masing
(-) segmen.
(+)
ML=5/32 PL
D=-0,687P
(-)
D. Metode Clapeyron
1. Pengertian metode Clapeyron
Metoda Clapeyron atau yang dikenal juga dengan Metode Persamaan Tiga Momen adalah salah cara
menyelesaikan suatu struktur statis tak tentu di mana meliputi perhitungan semua gaya-gaya luar
(reaksi perletakan) dan gaya-gaya dalam (gaya normal, gaya lintang, momen) pada struktur tersebut.
Pada suatu struktur balok dan portal, sambungan antara batang-batang pada struktur tersebut
diasumsikan sebagai sambungan kaku, dimana dalam sambungan kaku harus dipenuhi dua
persyaratan yaitu :
1) Keseimbangan
Jumlah momen batang-batang yang bertemu pada sebuah titik simpul yang disambung secara
kaku sama dengan nol.
2) Kestabilan
Rotasi batang-batang yang bertemu pada sebuah titik simpul yang disambung secara kaku
sama besarnya dan arahnya
P
MT3
T
3
MT1
qT3
MT2
qT1
qT2
1 2
Deformasi (rotasi) balok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Akibat beban luar yang bekerja
a) Beban terpusat di tengah bentang
P
1 2
q12 q21
L/2 L/2
c) Beban merata
w
q12 = q21 = wL3
24 EI
EI
1 2
q12 q21
L
M1 q12 = M1 L
3 EI
EI
q21 = M1 L
1 2
q12 q21 6 EI
L
b) Momen di ujung balok 2
M2 q12 = M2 L
6 EI
EI
q21 = M2 L
1 2
q12 q21 3 EI
L
3) Akibat perpindahan (translasi) relatif ujung balok terhadap ujung balok yang lain
q12
1 2 D
q12 = q21 = D
q21 L
Metoda Clapeyron (Persamaan Tiga Momen) memakai momen-momen batang sebagai variabel
(bilangan yang tidak diketahui) dan pergoyangan (defleksi D ) pada struktur-struktur yang dapat
bergoyang.
Untuk menentukan apakah sebuah struktur dapat bergoyang atau tidak, dapat dilihat dari teori
sebagai berikut :
1) Suatu titik simpul mempunyai dua kemungkinan arah pergerakan, yaitu vertikal dan horizontal.
2) Perletakan jepit dan perletakan sendi tidak dapat bergerak vertikal maupun horizontal,
sedangkan perletakan rol dapat bergerak hanya pada satu arah yaitu searah bidang perletakan.
3) Batang dibatasi oleh dua titik simpul, sehingga pergerakan titik simpul searah batang sama.
dimana,
n = jumlah derajat kebebasan dalam pergoyangan.
j = jumlah titik simpul termasuk perletakan
m = jumlah batang yang dibatasi oleh dua joint.
f = jumlah perletakan jepit.
h = jumlah perletakan sendi.
r = jumlah perletakan rol
Untuk menghitung variabel yang ada, disusun persamaan-persamaan sejumlah variabel yang ada
dari dua ketentuan syarat sambungan kaku seperti yang disebutkan diatas yaitu :
1) Jumlah momen-momen batang yang bertemu pada satu titik simpul sama dengan nol.
2) Rotasi batang-batang yang bertemu pada satu titik sama, besar dan arahnya.
Dan kalau ada variabel D perlu persamaan keseimbangan struktur.
2. Langkah-langkah penyelesaian metode Clapeyron
Untuk menyelesaikan perhitungan struktur statis tidak tertentu dengan metode Clapeyron (metode
Persamaan Tiga momen) urutan langkah-langkah yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut :
1) Tentukan apakah struktur statis tidak tertentu tersebut mempunyai pergoyangan, dengan
rumus :
n = 2 j – (m + 2f + 2 h + r)
EI EI EI
D C B A
3m 4m 6m
Balok diatas tiga tumpuan, A jepit, B dan C rol, dengan beban seperti
tergambar, maka :
j = 3; m = 2; f = 1; h = 0; r = 2
n = 2 j – (m + 2f + 2 h + r)
= (2 x 3) - ((2 + (2 x 1) + (2 x 0) + 2))
= 0 --------> Tidak ada pergoyangan
P1=4 kN
b) w=5 kN/m
P2=6 kN
C EI D EI E
4m EI EI
A B
4m 1,5 m
Suatu portal dengan perletakan A dan B sendi, dengan ukuran dan beban
seperti tergambar, maka :
j = 4; m = 3; f = 0; h = 2; r = 0
n = 2 j – (m + 2f + 2 h + r)
= (2 x 4) - ((3 + (2 x 0) + (2 x 2) + 0))
= 1 --------> Ada pergoyangan
2) Kalau ada pergoyangan, gambarkan bentuk pergoyangan dan tentukan arah rotasi batang –
batang akibat pergoyangan tersebut. Dalam menggambarkan bentuk pergoyangan ada dua
ketentuan yang harus diperhatikan yaitu :
a) Batang tidak berubah panjang, suatu batang ( ij ) kalau joint i bergerak ke kanan
sebesar D , maka joint j juga akan berpindah ke kanan sebesar D.
b) Batang dapat berotasi akibat perpindahan relatif ujung-ujung batang. Perpindahan relatif
antara ujung-ujung batang dapat digambarkan tegak lurus sumbu batang dan arah rotasi
digambarkan dari arah asli sumbu batang ke arah sumbu batang setelah bergoyang.
3) Gambarkan permisalan arah momen-momen batang. Untuk momen kantilever, dapat dihitung
besarnya dan ditentukan secara pasti arah putarannya, sedangkan untuk momen- momen
batang yang lain besar maupun arahnya dimisalkan dengan mengingat ketentuan bahwa
jumlah momen-momen batang yang bertemu pada satu titik simpul sama dengan nol. Jadi
kalau pada satu titik simpul bertemu dua batang , maka besarnya momen-momen batang tadi
sama, tetapi arahnya berlawanan.
P1=4 kN
P1=4 kN
w=5 kN/m
P2=6 kN
C D E
MDC
MCD MDE
MCA MDB
A B
4) Gambar pemisalan bentuk garis elastis struktur.
Untuk menggambarkan permisalan bentuk garis elastis struktur, harus mengingat ketentuan
bahwa :
a) Rotasi batang-batang yang bertemu pada satu titik simpul adalah sama besarnya maupun
arahnya. Jadi kalau salah satu batang yang bertemu pada satu titik dimisalkan rotasinya
searah jarum jam, maka batang-batang yang lain yang bertemu pada titik simpul tersebut
harus digambarkan dengan arah rotasi yang sama yaitu searah jarum jam.
b) Ujung batang yang terjepit tetap mengalami rotasi (pada saat pemisalan garis elastis
batang yang ujungnya terjepit diasumsikan sebagai tumpuan sendi, sehingga mengalami
rotasi),
Walaupun terjepit tetap
mengalami rotasi
qBA
D C B A
P1=4 kN
w=5 kN/m
qDE
P2=6 kN
C D E
qCDB qDC
qCA qDBB
A B
5) Dari langkah 1-4 yang telah dikerjakan diatas dapat ditentukan jumlah variablenya, yaitu
momen-momen batang yang belum diketahui besarnya dan perpidahan relatif ujung
batang (Δ) kalau ada goyangan.
7) Dari persamaan-persamaan yang disusun diatas , maka variable-variable yang berupa momen-
momen batang tadi dapat dihitung besarnya. Kalau nilai variable yang didapat positif (+),
maka arah momen permisalan benar, sedangkan kalau nilainya negatif (-), maka arah momen
yang dimisalkan terbalik.
3. Contoh-contoh soal :
RCx