You are on page 1of 13

KARAKTERISTIK HUTAN RAWA GAMBUT DI TUANAN DAN KATUNJUNG,

KALIMANTAN TENGAH (Characteristic of Peat Swamp Forest in Tuanan and


Katunjung, Central Kalimantan)*

Kade Sidiyasa
Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam
Jl. Soekarno-Hatta km. 38 Samboja; Telp. 0542-7217663; Fax. 0542-7217665;
e-mail: sidiyasa_k@yahoo.co.id
*Diterima: 10 Desember 2010; Disetujui: 10 September 2012

ABSTRACT
This reasearch aimed to investigate the characteristic, especially structure and trees species composition of
peat swamp forsets in Tuanan and Katunjung, Central Kalimantan. Data were collected from six research
sample plots each of 500 m x 10 m with a total of 3 ha. Only the trees of ≥10 cm dbh were recorded. The
results show that the peat swamp forest condition of Tuanan and Katunjung has ever degraded as indicated
by the decrease density of 682 trees/ha and basal area of 18.054 m²/ha. There was idenfied of 124 trees
species which belong to 70 genera and 36 families. Neoscortechinia philippinensis (Merr.) Welzen is the
most common and important tree species. At most (73.03%) from the total number of trees were recorded
composed of the tress of <20 cm in diameter, and it were only 0.15% for the trees of 50-<60 cm in diameter
and 0.10% for the trees of ≥60 cm in diameter. The diversity of forest communities which is presented by
species composition between the sample plots or research sites was recognized and indicated by the
similarity indices of Jaccard (ISj), which is average of <50%.
Keywords: Forest stucture, trees species composition, community diversity, peat swamp

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik, struktur, dan komposisi tegakan
hutan rawa gambut di Tuanan dan Katunjung, Kalimantan Tengah. Pengamatan dilakukan di enam petak
cuplikan 500 m x 10 m, dengan luas keseluruhan tiga ha. Pencatatan dilakukan terhadap pohon-pohon
berdiameter batang setinggi dada ≥ 10 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi hutan rawa gambut
di Tuanan dan Katunjung pernah mengalami degradasi yang dicirikan oleh tingkat kerapatan pohon adalah
682 pohon/ha dengan luas bidang dasar 18,054 m²/ha. Teridentifikasi 124 spesies pohon (berdiameter ≥ 10
cm) yang termasuk ke dalam 70 marga dan 36 suku. Neoscortechinia philippinensis (Merr.) Welzen
merupakan spesies yang paling umum dan penting. Sebagian besar (73,03%) pohon yang didata berdiameter
batang < 20 cm, hanya kurang dari satu persen untuk pohon yang berdiameter batang 50-< 60 cm (0,15%)
dan untuk pohon yang berdiameter batang ≥ 60 cm (0,10%). Terdapat perbedaan komunitas penyusun
tegakan antar petak cuplikan maupun antar lokasi penelitian yang ditunjukkan oleh nilai indeks kesamaan
menurut Jaccard (ISj) yang rata-rata < 50%.
Kata kunci: Struktur hutan, komposisi spesies, keanekaragaman spesies, rawa gambut

I. PENDAHULUAN al. (2010), menyatakan bahwa Provinsi


Riau dan Papua justru memiliki hutan
Kalimantan Tengah merupakan salah rawa gambut yang lebih luas, yakni
satu provinsi yang memiliki kawasan hu- masing-masing seluas 4.043.600 ha dan
tan rawa gambut cukup luas di Indonesia. 7.001.200 ha; sementara Kalimantan Te-
Berdasarkan data tahun 2002 dari Badan ngah hanya memiliki hutan rawa gambut
Planologi Departemen Kehutanan (Bis- seluas 3.010.600 ha. Data Pemerintah
mark et al., 2005), wilayah ini memiliki Provinsi Kalimantan Tengah (2008) me-
hutan rawa gambut terluas, yakni menca- nyebutkan bahwa luas kawasan hutan
pai 3.160.000 ha. Sementara Anshari et rawa gambut di provinsi ini adalah
125
Vol. 9 No. 2 : 125-137, 2012

4.361.304 ha, termasuk 1.124.567 ha di pat di Tuanan dan Katunjung, Kaliman-


antaranya ada di dalam kawasan hutan tan Tengah, dengan melihat tingkat ke-
konservasi. anekaragaman dan asosiasi antar spesies-
Tuanan dan Katunjung merupakan se- spesies pohon penyusunnya. Hasil yang
bagian kecil dari wilayah yang memiliki diperoleh diharapkan bermanfaat untuk
hutan rawa gambut di bagian hulu Sungai menunjang program pelestarian hutan ra-
Kapuas, Kalimantan Tengah. Daerah ini wa gambut di wilayah tersebut.
merupakan wilayah Kecamatan Menta-
ngai dan bagian dari kawasan Proyek La- II. BAHAN DAN METODE
han Gambut (PLG) yang dinilai telah ga-
gal. Sebagian dari kawasan PLG tersebut A. Waktu dan Lokasi Penelitian
(terutama yang ada di bagian selatan) ve-
Lokasi hutan yang dijadikan tempat
getasinya telah mengalami kerusakan cu-
penelitian di Tuanan letaknya di bagian
kup berat akibat dari pembuatan kanal-
agak ke utara dari kawasan PLG, sedang-
kanal yang bertujuan untuk mongering-
kan yang di Katunjung ada di bagian hulu
kan lahan tersebut, yang selanjutnya di-
Sungai Mentangai, yakni termasuk dalam
ikuti oleh penebangan liar dan kebakaran
Blok AB dari kawasan PLG. Secara geo-
yang terjadi hampir pada setiap musim
grafis, lokasi ini posisinya pada titik
kemarau.
Kurangnya data dan informasi hasil koordinat 0209' Lintang Selatan dan
penelitian tentang hutan rawa gambut 11427' Bujur Timur (khusus untuk hutan
berimplikasi pada kurangnya data atau in- Tuanan), sedangkan di Katunjung lokasi-
formasi tentang vegetasi dan berbagai as- nya ada pada titik koordinat 0216' Lin-
peknya bagi pengelolaan lahan tersebut tang Selatan dan 11433' Bujur Timur
untuk kepentingan yang lebih luas. Di pi- serta 0218' Lintang Selatan dan 11435'
hak lain konversi lahan ini untuk keper- Bujur Timur. Aspek topografi, kawasan
luan pengembangan perkebunan kelapa ini terletak pada ketinggian 20-30 m di
sawit dan lain-lain cenderung semakin lu- atas permukaan laut. Aspek gambutnya,
as. Akibatnya, semakin banyak vegetasi kawasan hutan ini memiliki gambut yang
hutan rawa gambut yang hilang berikut tergolong sedang hingga sangat tebal.
spesies-spesies penyusunnya yang bebe- Pengumpulan data dilakukan dalam tahun
rapa di antaranya sudah tergolong langka 2007 dan 2008.
dan hampir punah. Ramin (Gonystylus
bancanus (Miq.) Kurz.) adalah salah satu B. Metode Penelitian
spesies komersial langka dan masuk da- 1. Pembuatan Petak Penelitian dan
lam Appendix II CITES sejak tanggal 15 Pengumpulan Data
Januari 2005 (Samedi, 2005). Spesies ini Petak pengamatan yang dibuat dalam
hanya dapat tumbuh dengan baik secara penelitian ini sebanyak enam petak beru-
alami di hutan rawa gambut dan tempat- pa jalur yang masing-masing berukuran
tempat yang sewaktu-waktu tergenang air 500 m x 10 m (= 0,5 ha). Empat petak
(Airy Shaw, 1953; Soerianegara dan terdapat di Tuanan dan dua petak lainnya
Lemmens, 1993; Partomihardjo, 2005; di Katunjung, maka luas keseluruhan pe-
Sidiyasa, 2005). Dengan demikian, maka tak cuplikan adalah tiga ha.
spesies-spesies tumbuhan yang tergan- Untuk memperoleh data sebaran (fre-
tung pada habitat rawa gambut akan pu- kuensi perjumpaan) dari setiap spesies,
nah seiring dengan hilangnya habitat ter- maka di dalam setiap petak dibuat sub-
ebut. sub petak yang masing-masing berukuran
Penelitian ini bertujuan untuk men- 20 m x 10 m, sehingga di dalam setiap
dapatkan data dan informasi karakteristik petak penelitian terdapat sebanyak 25 sub
vegetasi hutan rawa gambut yang terda- petak. Penentuan letak, luas, sebaran dan
126
Karakteristik Hutan Rawa Gambut di Tuanan dan Katunjung…(K. Sidiyasa)

posisi dari setiap petak cuplikan didasar- takan dalam m²/ha, merupakan satuan
kan atas pertimbangan agar data vegetasi yang biasa digunakan dalam bidang ilmu
yang diperoleh dapat menggambarkan kehutanan. Formula-formula yang digu-
kondisi vegetasi hutan primer secara nakan untuk menentukan nilai-nilai terse-
lengkap di lokasi penelitian. but juga dinyatakan oleh Soerianegara
Semua pohon yang berdiameter ba- dan Indrawan (1998).
tang ≥ 10 cm (setinggi 130 cm dari per- Untuk menguji tingkat kesamaan ko-
mukaan tanah) yang ada di dalam petak munitas tegakan antar petak cuplikan
cuplikan diukur kelilingnya. Identifikasi maupun antar lokasi digunakan indeks
spesies pohon dilakukan langsung di la- kesamaan komposisi menurut „Jaccard‟
pangan, untuk individu yang tidak dike- (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974) :
nal secara langsung di lapangan, maka di-
c
lakukan pengumpulan contoh herbarium- ISj = x 100%
nya. Contoh herbarium yang telah dikum- (a + b + c)
pulkan tersebut, selanjutnya diidentifikasi Dimana :
di Herbarium Wanariset, Samboja. Indi- ISj = Indeks kesamaan komposisi menurut
vidu-individu yang tidak teridentifikasi Jaccard,
sampai tingkat spesies, identifikasi dite- a = Jumlah spesies yang hanya terdapat pada
satu tegakan,
tapkan sampai tingkat marga dan dibeda-
b = Jumlah spesies yang hanya terdapat pada
kan berdasarkan penampakan morfologi- tegakan lainnya,
nya. c = Jumlah spesies yang terdapat pada kedua
tegakan yang dibandingkan.
2. Analisis Data
Semua data yang terkumpul dianali- Selain untuk menguji tingkat kesama-
sis dan ditabulasi. Untuk menentukan an komunitas antar tegakan, formula ter-
tingkat kepentingan setiap spesies dalam sebut berlaku pula untuk menguji tingkat
komunitas di seluruh tegakan (cuplikan), indeks asosiasi antar spesies dalam satu
maka digunakan indeks nilai penting komunitas, dengan catatan, penjelasan
(INP) menurut Curtis (Mueller-Dombois bagi setiap elemen dari formula tersebut
dan Ellenberg, 1974; Soerianegara dan berbeda, yang oleh Mueller-Dombois dan
Indrawan, 1978). Indeks nilai penting ter- Ellenberg (1974) ditulis sebagai berikut :
sebut merupakan nilai gabungan atau c
jumlah antara kerapatan relatif (KR), do- IAp = x 100%
(a + b + c)
minansi relatif (DR) dan frekuensi relatif
(FR); formulanya adalah : INP = KR + Dimana :
DR + FR, dimana: KR = Nilai kerapatan IAp = Indeks asosiasi antar spesies berdasarkan
suatu spesies dibagi dengan nilai kera- kehadirannya,
a = Jumlah petak yang hanya ditempati oleh
patan semua spesies, DR = Nilai domi- salah satu jenis yang dibandingkan,
nansi suatu spesies dibagi dengan nilai b = Jumlah petak yang hanya ditempati oleh
dominansi semua spesies, FR = Nilai fre- salah satu jenis lainnya yang dibandingkan,
kuensi suatu spesies dibagi dengan nilai c = Jumlah petak yang ditempati secara
frekuensi semua spesies. bersama-sama oleh kedua jenis.
Nilai frekuensi suatu spesies merupa-
kan jumlah petak cuplikan tempat spesies
tumbuhan tersebut dijumpai dibagi de- III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ngan jumlah seluruh petak. Kerapatan
adalah jumlah individu suatu spesies A. Struktur dan Komposisi Tegakan
yang terdapat di dalam petak, yang dihi- Berdasarkan data dari semua petak cu-
tung dalam n/ha (n = jumlah individu plikan (enam petak) yang luas keselu-
suatu spesies). Luas bidang dasar dinya- ruhannya tiga ha, maka dapat dinyatakan
127
Vol. 9 No. 2 : 125-137, 2012

bahwa kondisi vegetasi di lokasi peneli- pada masa lampau (bandingkan dengan
tian dicirikan oleh tegakan yang mempu- data pada Tabel 2).
nyai tingkat kerapatan pohon (diameter Di petak cuplikan tersebut masih ter-
batang ≥ 10 cm) 682 pohon/ha dan luas dapat pohon-pohon yang berukuran be-
bidang dasar 18,054 m²/ha (Tabel 1). sar, dengan tinggi hingga sekitar 45 m
Khusus untuk luas bidang dasar, angka dan diameter batang setinggi dada hingga
yang diperlihatkan tersebut tergolong 86,94 cm. Pohon-pohon yang berukuran
rendah mengingat kondisi hutannya yang besar tersebut merupakan pohon-pohon
pernah mengalami gangguan penebangan sisa penebangan yang batangnya cacat

Tabel (Table) 1. Kondisi tegakan hutan pada setiap petak cuplikan di Tuanan dan Katunjung (Condition of forest stand of
each sample plot in Tuanan and Katunjung)
Keanekaragaman (Diversity)
Bidang
Jumlah Spesies yang paling umum
Kerapatan dasar Jumlah Jumlah
Tegakan suku berdasarkan indeks nilai penting
(Density) (Basal jenis marga
(Stand) (Number (Most common species based on
(/ha) area) (Number (Number
of importance value index)
(m²/ha) of species) of genera)
families)
1 2 3 4 5 6 7
Tuanan-1 626 18,265 67 45 27 Neoscortechinia philippinensis,
Mussaenda beccariana
Tuanan-2 742 17,484 71 45 29 M. beccariana, Palaquium
Tuanan-3 676 20,552 60 41 26 pseudorostratum
Tuanan-4 784 19,776 64 42 28 M. beccariana, N. philippinensis
M. beccariana, N. philippinensis
Seluruh
petak Tuanan 705 18,934 103 59 30 N. philippinensis, M. beccariana
(Whole
Tuanan
plots)
Katunjung-1 616 16,430 57 40 26 Diospyros pilosanthera,
Katunjung-2 668 16,754 59 41 28 Endiandra sp.
Combretocarpus rotundatus,
Dactylocladus stenostachys
Seluruh
petak 636 16,468 80 51 33 D. pilosanthera,
Katunjung N. philippinensis
(Whole
Katunjung
plots)
Seluruh
petak (Whole 682,33 18,054 124 70 36 N. philippinensis, M. beccariana
plots)

Tabel (Table) 2. Kondisi vegetasi hutan rawa gambut di beberapa lokasi di Kalimantan (Condition of peat
swamp forest vegetation in several sites in Kalimantan)
Jumlah spesies Bidang dasar
Luas petak Kerapatan pohon
Lokasi (Site) (Number of (Basal area)
(Plot size) (ha) (Tree density) (/ha)
species) (m²/ha)
Sebangau 2,00 106 1.140 27,60
Tanjung Puting-1 1,00 96 728 43,01
Tanjung Puting-2 0,75 108 812 40,03
Nyaru Menteng 0,50 64 1.004 52,40
Lahei 1,00 70 1.557 45,60
Ketapang-1 1,00 61 513 17,67
Ketapang-2 0,20 42 535 14,27
Mensemat 1,05 86 698 24,29
Gunung Palung 1,00 122 433 28,03
Sumber (Source) : Mirmanto (2010)
128
Karakteristik Hutan Rawa Gambut di Tuanan dan Katunjung…(K. Sidiyasa)

atau nilai ekonominya belum ada. bar 2 tidak nampak (masing-masing sebe-
Spesies-spesies pohon tersebut antara lain sar 0,15% dan 0,10%). Kondisi tegakan
Palaquium pseudorostratum (Sapota- yang demikian umum terjadi pada hutan-
ceae) dan Koompassia malaccensis (Le- hutan alam hujan tropis (Richards,1964;
guminosae) yang umumnya mempunyai Whitmore,1990).
tajuk menjulang di atas lapisan tajuk po- Penebangan dapat merangsang pohon-
hon-pohon lainnya, seperti Palaquium pohon yang tertekan untuk tumbuh secara
leiocarpum, Combretocarpus rotundatus bersamaan, karena terbukanya ruang tum-
(Rhizophoraceae), Tetramerista glabra buh yang cukup. Kondisi inilah yang ter-
(Theaceae), dan Diospyros pilosanthera jadi di lokasi penelitian, sehingga hutan
(Ebenaceae). Perbandingan, pada Tabel 2 yang tersisa merupakan tegakan-tegakan
disajikan kondisi hutan rawa gambut dari yang dibentuk oleh pohon-pohon yang
beberapa lokasi di Kalimantan (Mirmanto berdiameter batang kecil.
2010). Dilihat dari komposisinya, maka hutan
Berdasarkan sebaran kelas diameter- di lokasi penelitian dicirikan oleh terda-
nya, diketahui bahwa pohon-pohon yang patnya sekurang-kurangnya 124 spesies
berdiameter batang < 20 cm jumlahnya pohon yang berdiameter batang ≥ 10 cm.
paling banyak, yakni mencapai 76,03% Jumlah ini termasuk ke dalam 70 marga
dari seluruh jumlah pohon (2.057 pohon). dan 36 suku (Tabel 1, kolom 4-6 dan
Pohon-pohon yang berukuran lebih besar Lampiran 1). Berdasarkan jumlah spesies
persentase kehadirannya menurun secara yang terdapat dalam setiap suku maka
drastis seperti ditunjukkan pada Gambar Lauraceae merupakan suku yang paling
1, yakni membentuk “huruf J terbalik”. umum, yakni terdiri dari 14 spesies, di-
Sedikitnya pohon-pohon yang berdiame- ikuti oleh Guttiferae dan Sapotaceae (ma-
ter batang ≥ 50 cm (hanya tiga pohon sing-masing dengan 11 spesies), Myrta-
berdiamater 50- < 60 cm dan dua pohon ceae (10 spesies), Annonaceae (7 spesi-
berdiameter ≥ 60 cm), maka pada Gam- es), Diperocarpaceae, Euphorbiaceae dan

600
Jumlah pohon (Number of trees) (/ha)

500

400

300

200

100

0
10-<20 cm 20-<30 cm 30-<40 cm 40-<50 cm 50-<60 cm ≥60 cm
Kelas diameter (Diameter class)

Gambar (Figure) 1. Persebaran dan jumlah pohon dalam setiap kelas diameter (Distribution and number of
trees on each diameter class)
129
Vol. 9 No. 2 : 125-137, 2012

Ebenaceae (masing-masing dengan 6 spe- Namun demikian, khusus untuk di Tu-


sies), dan Myristicaceae dengan 5 spesies anan (Tabel 4), N. philippinensis tetap
(Lampiran 1). Berdasarkan besarnya in- menunjukkan nilai kepentingan paling
deks nilai penting (INP) suatu spesies, tinggi walaupun tingkat penguasaannya
maka Neoscortechinia philippinensis lebih kecil (basal area = 1,934 m²/ha) jika
(Euphorbiaceae) merupakan spesies yang dibandingkan dengan M. beccariana
memiliki tingkat kepentingan paling ting- yang memiliki basal area 2,178 m²/ha.
gi terhadap habitat di kedua lokasi, yakni Ada hal yang menarik pada Tabel 3
dengan INP 24,373%, kemudian diikuti (yang menggambarkan komposisi tegak-
oleh Mussaenda beccariana (Rubiaceae) an), di mana tidak terdapat satu pun spe-
(INP = 19,285%), Diospyros pilosanthe- sies yang termasuk dalam suku Laura-
ra (Ebenaceae) (INP = 16,585%), dan se- ceae, Guttiferae, dan Myrtaceae yang tu-
terusnya seperti disajikan pada Tabel 3. rut menempati posisi pohon penting (INP
Jika masing-masing data di kedua lokasi tinggi) di lokasi yang merupakan gabung-
penelitian dianalisis secara terpisah, maka an antara tegakan di Tuanan dan Katun-
komposisi spesies untuk kedua lokasi ter- jung, padahal menurut jumlah spesies
sebut (terutama untuk di Katunjung) cen- yang terdapat pada setiap suku, ketiga su-
derung berbeda (Tabel 4 dan Tabel 5). ku tersebut termasuk yang umum pada

Tabel (Table) 3. Sepuluh spesies pohon hutan rawa gambut yang memiliki kepentingan tinggi di kedua lokasi
(Tuanan dan Katunjung) berdasarkan indeks nilai penting (Ten most important peat swamp
trees species at both sites (Tuanan and Katunjung) based on the importance value index)
Kerapatan
Bidang dasar Frequensi
Suku pohon INP
No. Spesies (Species) (Basal area) (Frequency)
(Family) (Density) (%)
(m²/ha) (%)
(/ha)
1 Neoscortechinia philippinensis Euph. 63,333 1,588 62,00 24,373
2 Musaenda beccariana Rub. 45,000 1,448 46,67 19,285
3 Diospyros pilosanthera Eben. 30,000 1,552 35,00 16,580
4 Acronychia porteri Rut. 44,667 0,684 48,67 15,275
5 Palaquium pseudorostratum Sapot. 29,333 1,060 42,00 14,435
6 Shorea platycarpa Dipt. 23,667 0,706 33,33 10,761
7 Stemonurus scorpioides Icac. 26,667 0,405 43,33 10,549
8 Syzygium nigricans Myt. 21,667 0,425 30,00 8,576
9 Alphonsea javanica Annon. 18,333 0,389 28,67 7,751
10 Koompassia malaccensis Legum. 10,333 0,528 20,00 6,468

Tabel (Table) 4. Sepuluh spesies pohon hutan rawa gambut yang memiliki kepentingan tinggi di Tuanan
berdasarkan besarnya indeks nilai penting (Ten most important peat swamp trees species in
Tuanan based on the importance value index)
Kerapatan
Bidang dasar Frequensi
Suku (Density) INP
No. Spesies (Species) (Basal area) (Frequency)
(Family) (/ha) (%)
(m²/ha) (%)
1 Neoscortechinia philippinensis Euph. 77,0 1,934 70 26,658
2 Mussaenda beccariana Rub. 67,5 2,178 69 26,521
3 Palaquium pseudorostratum Sapot. 34,5 1,315 52 15,937
4 Acronychia porteri Rut. 49,0 0,809 51 15,240
5 Shorea platycarpa Dipt. 29,0 0,879 41 11,989
6 Diospyros pilosanthera Eben. 15,5 1,078 26 9,940
7 Stemonurus scorpioides Icac. 28,0 0,864 45 9,803
8 Syzygium nigricans Myt. 25,5 1,004 37 9,187
9 Palaquium leiocarpum Sapot. 12,5 1,053 14 8,439
10 Koompassia malaccensis Legum. 12,5 0,719 24 7,462
130
Karakteristik Hutan Rawa Gambut di Tuanan dan Katunjung…(K. Sidiyasa)

Tabel (Table) 5. Sepuluh spesies pohon hutan rawa gambut yang memiliki kepentingan tinggi di Katunjung
berdasarkan besarnya indeks nilai penting (Ten most important peat swamp trees species in
Katunjung based on the importance value index)
Kerapatan
Bidang dasar Frequensi
Suku (Density) INP
No. Spesies (Species) (Basal area) (Frequency)
(Family) (/ha) (%)
(m²/ha) (%)
1 Diospyros pilosanthera Eben. 59,0 2,515 54 30,497
2 Neoscortechinia philippinensis Euph. 35 0,910 46 16,253
3 Litsea angulata Laur. 37 0,691 42 14,641
4 Acronychia porteri Rut. 36,0 0,441 44 13,186
5 Endiandra sp. Laur. 29,0 0,872 30 13,158
6 Dactylocladus stenostachys Melast. 26 0,527 36 11,255
7 Stemonurus scorpioides Icac. 24 0,353 40 10,325
8 Combretocarpus rotundatus Rhizoph. 9 1,140 12 9,658
9 Syzygium sp.2 Myrt. 24 0,305 30 8,929
10 Palaquium pseudorostratum Sapot. 19 0,561 22 8,817

tegakan hutan lokasi penelitian dilaku- nyusun tegakan berdasarkan tingkat ke-
kan. Hal ini dapat dijelaskan mengingat pentingannya yang tinggi di masing-
suku-suku pohon tersebut umumnya me- masing lokasi disajikan pada Tabel 4 dan
miliki jumlah marga maupun spesies Tabel 5.
yang banyak dan atau tumbuh tersebar Berdasarkan nilai indeks kesamaan
secara luas pada berbagai macam habitat. komposisi spesies antar tegakan menurut
Jaccard (Mueller-Dombois dan Ellen-
B. Keanekaragaman Spesies berg, 1974), terlihat bahwa perbedaan ve-
getasi antar tegakan secara umum cukup
Di Tuanan dan Katunjung teridentifi-
besar yang dicirikan oleh nilai-nilai in-
kasi sekurang-kurangnya 124 spesies po-
deks kesamaan yang kecil (rata-rata ku-
hon berdiameter batang ≥ 10 cm, yang
rang dari 50%) (Tabel 6). Pada Tabel 6
termasuk ke dalam 70 marga dan 36 suku
juga terlihat bahwa perbedaan komposisi
(Tabel 1). Selain itu, pada Tabel 1 terse-
yang lebih besar justru terlihat pada per-
but juga disajikan bahwa jumlah spesies,
bandingan antara petak-petak yang ada di
marga, dan suku pohon yang menyusun
Tuanan dengan petak-petak yang ada di
tegakan pada setiap petak cuplikan berbe-
Katunjung, terutama antara tegakan pada
da satu dengan yang lain. Jumlah terkecil
petak Tuanan-1 dengan petak Katunjung-
(57 spesies) dijumpai pada petak Katun-
1 yang hanya memiliki nilai indeks kesa-
jung-1 dan yang terbesar (71 spesies) pa-
maan 27,083%.
da petak Tuanan-2. Jika jumlah spesies
Perbedaan komposisi tegakan antara
pada masing-masing petak di kedua loka-
kedua lokasi (Tuanan dan Katunjung) ju-
si digabungkan, maka di Tuanan terdapat
ga diperlihatkan oleh nilai asosiasi antar
103 spesies dan di Katunjung 80 spesies.
spesies yang memiliki tingkat kepenting-
Kurangnya jumlah spesies, marga, dan
an tinggi (Gambar 2 dan Gambar 3). Di
suku pohon di Katunjung, karena luas pe-
Tuanan, tingkat kepentingan tertinggi di-
tak cuplikannya yang lebih kecil, yakni
tempati oleh N. philippinensis, sedangkan
hanya satu ha, sedangkan Tuanan luasnya
di Katunjung ditempati oleh D. pilosan-
dua ha. Spesies pohon yang tercantum
thera. Keberadaan M. beccariana yang
pada Tabel 1 kolom 7 merupakan spesies
melimpah (67,5 pohon/ha) di Tuanan ju-
yang memiliki tingkat kepentingan paling
ga memberikan gambaran perbedaan
tinggi di masing-masing petak dan ga-
yang besar antara tegakan di kedua loka-
bungan petak-petak di kedua lokasi pene-
si, spesies ini tidak ditemukan di Katun-
litian. Spesies-spesies lain yang turut me-
jung. Nilai indeks asosiasi seperti disaji-
131
Vol. 9 No. 2 : 125-137, 2012

kan pada Gambar 2 dan Gambar 3 yang banyakan pohon-pohonnya berdiameter


urutannya didasarkan atas tingkat kepen- batang besar.
tingan setiap spesies, tampak bahwa ting-
kat kepentingan suatu spesies dalam sua- C. Implikasi Bagi Pengelolaan
tu tegakan tidak selalu sama dengan in- Untuk mengelola suatu kawasan di-
deks asosiasi suatu spesies terhadap spe- perlukan banyak faktor dan data pendu-
sies yang memiliki tingkat kepentingan kungnya. Namun demikian, faktor ekolo-
paling tinggi. gi, baik yang bersifat biotik maupun yang
Pada Gambar 3, Combretocarpus ro- abiotik, merupakan hal yang sangat pen-
tundatus yang menempati urutan kedela- ting. Keberadaan spesies tertentu yang
pan dalam tingkat kepentingannya dalam memiliki nilai ekonomi tinggi, bersifat
tegakan tidak memiliki tingkat asosiasi
endemik, berstatus langka, merupakan
yang tinggi terhadap N. philippinensis. inang dari spesies langka, dapat menye-
Masuknya C. rotundatus dan beberapa diakan sumber pakan bagi satwa liar dan
spesies pohon lainnya yang memiliki ni- lain-lain merupakan dasar pertimbangan
lai indeks asosiasi kecil ke dalam kelom- dalam pengelolaannya.
pok 10 spesies pohon penting karena ke-

Tabel (Table) 6. Persentase nilai indeks kesamaan komposisi tegakan antar petak penelitian (Percentage of
similarity indices of stand composition between research plots)
Petak Petak (Plots)
(Plots) Tuanan-1 Tuanan-2 Tuanan-3 Tuanan-4 Katunjung-1 Katunjung-2
Tuanan-1 0 57,831 47,059 51,765 27,083 44,186
Tuanan-2 0 51,807 56,626 30,851 43,678
Tuanan-3 0 61,039 31,461 38,372
Tuanan-4 0 35,955 50,000
Katunjung-1 0 38,095
Katunjung-2 0
Indeks asosiasi (Association index) (%)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Spesies (Species)

Gambar (Figure) 2. Nilai indeks asosiasi antara Neoscortechinia philippinensis dengan sembilan spesies
pohon lainnya yang memiliki kepentingan tinggi di hutan rawa gambut di Tuanan
(Value of association indices between Neoscortechinia philippinensis to other nine most
important trees species at peat swamp forests in Tuanan)
132
Karakteristik Hutan Rawa Gambut di Tuanan dan Katunjung…(K. Sidiyasa)

100

Indeks asosiasi (Association index) (%)


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Spesies (Species)

Gambar (Figure) 3. Nilai indeks asosiasi antara Diospyros pilosanthera dengan sembilan spesies pohon
lainnya yang memiliki kepentingan tinggi di hutan rawa gambut di Katunjung
(Value of association indices between Diospyros pilosanthera to other nine most
important trees species at peat swap forests in Katunjung)

Dalam kaitannya dengan pengelolaan ngan satwa sudah dan sedang dilakukan
hutan rawa gambut yang ada di Tuanan di kawasan ini, baik oleh mahasiswa (da-
dan Katunjung, faktor tegakan yang disu- lam rangka penyelesaian studi) maupun
sun oleh sekurang-kurangnya 124 spesies oleh peneliti lain dari dalam dan luar ne-
pohon yang berdiameter batang ≥ 10 cm geri.
merupakan indikator penting yang dapat Gangguan hutan berupa illegal log-
dijadikan pegangan dalam pengelolaan- ging yang masih terjadi di beberapa tem-
nya. Berdasarkan data tentang spesies pat (walaupun di luar petak cuplikan, ter-
tumbuhan hutan asli Kalimantan yang da- utama di Katunjung) tampaknya sulit di-
pat dijadikan sebagai sumber pangan (Si- hentikan dalam waktu yang singkat. Sa-
diyasa et al., 2010; Sidiyasa et al., 2011), ngat mengkhawatirkan, penebangan po-
banyak spesies pohon yang ada di hutan hon tidak hanya dilakukan bagi pohon-
rawa gambut di Tuanan dan Katunjung pohon yang berdiameter batang besar, na-
(Lampiran 1) menghasilkan daun, buah, mun juga terhadap pohon-pohon yang
dan biji yang dapat dimakan. Asumsi berdiameter batang 20 cm. Berdasarkan
bahwa spesies-spesies tersebut juga dapat informasi yang diperoleh dari penebang,
menyediakan pakan bagi satwa dan masih pengambilan pohon-pohon yang ukuran-
memiliki tegakan yang tersusun oleh po- nya masih kecil tersebut terutama diguna-
hon-pohon yang tinggi dan berdiameter kan untuk bahan konstruksi bangunan di
batang cukup besar, maka hutan yang ada tepi sungai, bangunan bagang (sejenis
di kedua lokasi layak dijadikan habitat alat penangkap ikan di laut), dan pem-
orangutan dan satwa liar lainnya, seba- buatan panel.
gaimana telah dilakukan oleh Borneo Mengingat pentingnya fungsi hutan
Orangutan Survival Foundation (BOSF) dalam menjaga dan melestarikan semua
sejak tahun 2002 (BOSF, komunikasi pri- bentuk kehidupan yang ada di dalamnya,
badi). Dikemukakan pula bahwa banyak maka tidak ada pilihan lain kecuali tetap
kegiatan penelitian yang berkaitan de- berusaha menjaga dan melindungi hutan
133
Vol. 9 No. 2 : 125-137, 2012

Tuanan dan Katunjung dari berbagai ben- cukup, tempat bermain, berlindung
tuk aktivitas manusia yang bersifat meng- dan membuat sarang.
ganggu dan merusak. Dalam hal ini, pe-
merintah daerah setempat haruslah berpe- B. Saran
ran aktif dan melibatkan semua pihak 1. Mengingat karakteristik hutan rawa
yang berkepentingan. gambut beranekaragam dan belum
tersedianya data yang memadai me-
ngenai berbagai aspek (flora, fauna,
IV. KESIMPULAN DAN SARAN dan habitat), maka kegiatan peneliti-
an ke arah tersebut masih perlu dila-
A. Kesimpulan kukan.
1. Secara umum kondisi vegetasi pada 2. Keutuhan dan fungsi hutan saat ini
hutan rawa gambut di Tuanan dan tetap terjaga, maka peran aktif dari
Katunjung, Kalimantan Tengah dici- semua pihak terkait sangat diharap-
rikan oleh tegakan hutan yang mem- kan. Beberapa kegiatan illegal log-
punyai tingkat kerapatan 682 pohon/ ging yang masih terjadi di beberapa
ha dan luas bidang dasar 18,054 m²/ tempat (terutama di Katunjung) ha-
ha. Sebagian besar pohon-pohon rus diupayakan agar kegiatan terse-
yang ada memiliki ukuran diameter but segera dapat dihentikan.
batang setinggi dada ≤ 20 cm seba-
gai akibat dari kegiatan penebangan
di masa lampau. DAFTAR PUSTAKA
2. Teridentifikasi sebanyak 124 spesies Airy Shaw, H.K. (1953). Thymelaeaceae
pohon yang berdiameter batang ≥ 10 – Gonystyloideae. Flora Malesiana
cm di dalam petak cuplikan, di mana I, 4(4), 349-365
Neoscortechinia philippinensis Anshari, G., Sugardjito, J., Rafiastanto,
(Merr.) Welzen merupakan spesies A., & Nuriman, M. (2010). Cha-
yang memiliki tingkat kepentingan racterization of tropical peat based
paling tinggi (INP = 24,373%), ke- on dry bulk density, loss of igni-
mudian diikuti oleh Musaenda bec- tion, total organic carbon, total ni-
cariana Baill. (INP = 19,285%), trogen, and molar C/N ratio. Paper
Diospyros pilosanthera Blanco (INP presented on International Work-
= 16,580), Acronychia porteri Hook. shop on Plant Ecology and Diver-
f. (INP = 15,275% ), dan Palaquium sity Observation and Capacity
pseudorostratum H.J. Lam. (INP =
Building in Indonesia, 16-19 July
14,435%). 2010. Sanur Denpasar.
3. Terdapat perbedaan komunitas te- Bismark, M., Wibowo, A., Kalima, T.,
gakan hutan antar petak cuplikan Sawitri, R., & Partomihardjo, T.
maupun antar lokasi penelitian, na- (2005). Potency, distribution and
mun perbedaan komunitas antar lo- conservation of ramin in Indonesia.
kasi tampak lebih besar. Technical Report ITTO PPD 87/03
4. Habitat orangutan dan satwa liar Rev.2 (F). Bogor.
lainnya yang sudah sering dikunjungi Mirmanto, E. (2010). Ecological study of
untuk kegiatan penelitian, mengindi- peat swamp forest in Sebangau,
kasikan bahwa kawasan tersebut ma- Central Kalimantan. Presented pa-
sih baik dan layak untuk dijaga dan per on International Workshop
dilindungi, karena vegetasinya mam- Plant Ecology and Diversity Obser-
pu menyediakan sumber pakan yang vation Network and Capacity

134
Karakteristik Hutan Rawa Gambut di Tuanan dan Katunjung…(K. Sidiyasa)

Building in Indonesia, July 16-19, sional “Konservasi dan Pemba-


2010. Sanur Denpasar. ngunan Hutan Ramin di Indone-
Mueller-Dombois, D. & Ellenberg, H. sia”. Bogor: Pusat Penelitian dan
(1974). Aims and methods of vege- Pengembangan Hutan dan Konser-
tation ecology. New York, London: vasi Alam – ITTO PPD 87/03
John Wiley & Sons. REV.2 (F): 9-34.
Partomihardjo, T. (2005). Potret potensi Sidiyasa, K., Mukhlisi, & Muslim, T.
ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) (2010). Jenis-jenis tumbuhan hutan
Kurz.) di Pulau Sumatera dan an- asli Kalimantan yang berpotensi
caman kepunahan. Prosiding Semi- sebagai sumber pangan dan aspek
loka Nasional “Konservasi dan konservasinya (Laporan Hasil Pe-
Pembangunan Hutan Ramin di In- nelitian). Samboja: Balai Penelitian
donesia”. Bogor: Pusat Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja
dan Pengembangan Hutan dan (unpublished).
Konservasi Alam – ITTO PPD 87/ Sidiyasa, K., Mukhlisi, Adman, B., Site-
03 REV.2 (F): 35-49. pu, B.S. & Nugroho, A.W. (2011).
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Morfologi dan taksonomi jenis-je-
(2008). Kebijakan pemerintah pro- nis tumbuhan hutan asli Kaliman-
vinsi menuju pengelolaan hutan ra- tan yang berpotensi sebagai sum-
wa berkelanjutan di Kalimantan ber pangan dan aspek konservasi-
Tengah. Palangkaraya: Pemerintah nya (Laporan Hasil Penelitian).
Provinsi Kalimantan Tengah. Samboja : Balai Penelitian Tekno-
Richards, P.W. (1964). The tropical rain logi Perbenihan Samboja (unpub-
forest. New York: Cambridge Uni- lished).
versity. Soerianegara, I., & Lemmens, R.H.M.J.
Samedi. (2005). Kontrol perdagangan ra- (Eds.). (1993). Plant resources of
min (Gonystylus spp.) internasio- South-East Asia (PROSEA) 5(1).
nal. Prosiding Semiloka Nasional Timber trees : major commercial
“Konservasi dan Pembangunan timbers. The Netherlands, Wageni-
Hutan Ramin di Indonesia”. Bogor: ngen: Pudoc.
Pusat Penelitian dan Pengembang- Soerianegara, I. & Indrawan, A. (1998).
an Hutan dan Konservasi Alam – Ekologi hutan Indonesia. Bogor:
ITTO PPD 87/03 REV.2 (F): 60- Fakultas Kehutanan, Institut Perta-
72. nian Bogor.
Sidiyasa, K. (2005). Potensi botani, eko- Whitmore, T.C. (1990). An introduction
nomi dan ekologi ramin (Gonys- to tropical rain forests. Oxford :
tylus spp.). Prosiding Semiloka Na- Clarendon Press.

135
Vol. 9 No. 2 : 125-137, 2012

Lampiran (Appendix) 1. Daftar spesies pohon dalam petak cuplikan di hutan rawa gambut di Tuanan dan
Katunjung, Kalimantan Tengah (List of tree species on peat swamp forest sample
plots in Tuanan and Katunjung, Central Kalimantan)

Anacardiaceae Baccaurea macrocarpa (Miq.) Muell. Arg.


Campnosperma coriaceum (Jack) Hallier f. Chaetocarpus castanocarpus Roxb.)Thwaites
Campnosperma squamatum Ridl. Drypetes sp.
Neoscortechinia pilippinensis (Merr.) Welzen
Annonaceae Trigonostemon sp.
Alphonsea javanica Scheff.
Goniothalamus sp. Fagaceae
Mezzettia sp Castanopsis sp.
Polylathia rumphii (Blume) Merr. Lithocarpus sp.1
Polyalthia sumatrana (Miq.) Kurz Lithocarpus sp.2
Xylopia elliptica Maing. ex Hook.f.
Xylopia malayana Hook.f. & Thomson Guttiferae
Calophyllum lanigerum Miq.
Apocynaceae Calophyllum nodosum Vesque
Dyera lowii Hook.f. Calophyllum soulattri Burm. ex Muell.
Aquifoliaceae Calophyllum teijsmannii Miq.
Ilex cymosa Blume Calophyllum sp.1
Calophyllum sp.2
Burseraceae Garcinia parvifolia (Miq.) Miq.
Canarium denticulatum Blume Garcinia bancana (Miq.) Miq.
Canarium sp. Garcinia sp.1
Dacryodes rostrata (Blume) H.J. Lam Garcinia sp.2
Santiria tomentosa Blume Mesua sp.

Celastraceae Hypericaceae
Lophopetalum sp. Cratoxyllum glaucum Korth.

Chrysobalanaceae Icacinaceae
Licania splendens (Korth.) Prance Stemonurus scorpioides Becc.
Stemonurus sp.1
Crypteroniaceae Platea sp.
Dactylocladus stenostachys Oliv.
Junglandaceae
Dipterocarpaceae Engelhardia serrata Blume
Cotylelobium melanoxylum (Hook.f.) Pierre
Dipterocarpus fagineus Vesque Lauracceae
Dipterocarpus sp. Alseodaphne elmeri Merr.
Shorea balangeran (Korth.) Burck Alseodaphne sp.1
Shorea parvistipulata Heim Alseodaphne sp.2
Shorea platycarpa Heim Cryptocarya crassinervia Miq.
Cryptocarya sp.
Ebenaceae Dehaasia sp.
Diospyros borneensis Hiern Endiandra sp.
Diospyros pilosanthera Blanco Litsea angulata Blume
Diospyros siamang Bakh. Litsea elliptica Blume
Diospyros sp.1 Litsea sp.1
Diospyros sp.2 Litsea sp.2
Diospyros sp.3 Litsea sp.3
Notaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm.
Elaeocarpaceae Notaphoebe umbelliflora Blume
Elaeocarpus mastersii King
Elaeocarpus nitidus Jack Leguminosae
Elaeocarpus sp. Koompassia malaccensis Maing. ex Benth.

Euphorbiaceae Melastomataceae
Baccaurea bracteata Muell. Arg. Pternandra caerulescens Jack
136
Karakteristik Hutan Rawa Gambut di Tuanan dan Katunjung…(K. Sidiyasa)

Meliaceae Xanthophyllum sp.3


Aglaia rubiginosa (Hiern) Pannell
Chisocheton sarawakanus (C.DC.) Harms Rhizophoraceae
Sandoricum borneense Miq. Carallia brachiata (Lour.) Merr.
Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser
Moraceae
Parartocarpus venenoa Becc. Rubiaceae
Ficus sp. Musaenda beccariana Baill.

Myristicaceae Rutaceae
Gymnacranthera farquhariana(Hook.f. & Acronychia porteri Hook.f.
Thomson) Warb.
Sapindaceae
Horsfieldia sp. Nephelium sp.
Knema latericia Elmer Xerospermum noronhianum (Blume) Blume
Myristica sp.1 Xerospermum sp.
Myristica sp.2
Sapotaceae
Myrsinaceae Madhuca motleyana (de Vriese) Baehni
Ardisia sp. Madhuca sp.
Palaquium calophyllum (Theijsm. ex Binn.)
Myrtaceae Pierre
Eugenia caudatilimba Merr. Palaquium leiocarpum Boerl.
Eugenia curtisii King Palaquium pseudorostratum H.J. Lam
Syzygium nigricans (King) Merr. & Perry Palaquium rostratum H.J. Lam
Syzygium sp.1 Palaquium sp.1
Syzygium sp.2 Palaquium sp.3
Syzygium sp.3 Palaquium sp.4
Syzygium sp.4 Palaquium sp.5
Syzygium sp.5 Payena leerii (Teijsm. & Binn.) Kurz
Tristaniopsis whiteana (Griff.) Wilson &
Waterhouse Theaceae
Tristaniopsis sp. Ploiarium alternifolium Melch.
Ternstroemia javonica Thunb.
Oxalidaceae Ternstroemia sp.
Sarcotheca sp. Tetramerista glabra Miq.

Podocarpaceae Thymelaeaceae
Dacrydium pectinatum de Laub. Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz

Polygalaceae Tiliaceae
Xanthophyllum sp.1 Microcos sp.
Xanthophyllum sp.2

137

You might also like