You are on page 1of 10

JURNAL

KAJIAN TERHADAP TINDAKAN ABORSI BERDASARKAN


KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN

Diajukan oleh:
FEBRY SASMITA
NPM : 120511041
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Peradilan Pidana

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM

2016
IMPLEMENTASI TINDAKAN ABORSI BERDASARKAN KEHAMILAN AKIBAT
PERKOSAAN

Febry Sasmita, Paulinus Soge.

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Email : febryfaer26@gmail.com

Abstract

The debate on abortion in Indonesia lately getting crowded because it is triggered by various events
that rocked the joints of human life. The issue of abortion currently is not a secret any more to talk about,
because abortion has become the actual things and events already happening everywhere and done by
anyone. Act No. 36 of 2009 about health and Government Regulation Number 61 by 2014 about
reproductive health says that abortion can be done with exceptions, one of which is the result of rape. So no
fear of abortion victims denounce the incident. But in reality the implementation of Act No. 36 of 2009 about
health and Government Regulation Number 61 by 2014 about reproductive health does not match
expectations. The substance of the writing of this is how the role of Government and related institutions
implementation of abortion and the obstacles encountered in make it happen. Implementation of abortion
based on pregnancy due to rape based on Act No. 36 of 2009 about health and Government Regulation
Number 61 by 2014 About reproductive health has not been optimally fulfilled there is still a lot of problems
and conflicts concerning the implementation of the Act of abortion based on pregnancy due to rape. The
difference of views in terms of religious, social and cultural. The lack of correlation between agencies or
institutions and the time limit provided is insufficient and the presence of a constraint is internal external.
Required cooperation between the legislature and the Government involved also related parties such as the
health service, police, NGOs and the community in order to create a special Law on abortion so that
implementation of the abortion of pregnancy resulting from rape in particular can be done with good, safe
and healthy.

Keyword : implementation, abortion, victims, rape,

1. PENDAHULUAN sengaja dengan melanggar ketentuan hukum


Istilah Aborsi disebut juga dengan istilah yang berlaku.1
Abortus Provocatus. Abortus provocatus adalah Secara etimologis akar kata aborsi berasal
pengguguran kandungan yang disengaja, terjadi dari bahasa Inggris, abortion (medical operation
karena adanya perbuatan manusia yang berusaha to abort a child), dalam bahasa Latin
menggugurkan kandungan yang tidak disebut abortus yang berarti gugurnya
diinginkan, meliputi abortus provocatus kandungan. Sedangkan dalam bahasa Arab,
medicinalis dan abortus provocatus criminalis. aborsi dikenal dengan istilah imlas atau al-
Abortus provocatus medicinalis yaitu ijhadl. Secara terminologi aborsi didefinisikan:
pengguguran kandungan yang dilakukan Pengeluaran (secara paksa) janin dalam
berdasarkan alasan/pertimbangan medis. kandungan sebelum mampu hidup hidup di luar
Sedangkan abortus provocatus criminalis yaitu kandungan. Hal ini merupakan bentuk
penguguran kandungan yang dilakukan dengan

1
Suryono Ekotama dkk, 2001, Abortus provocatus bagi
korban perkosaan, Andi Offset Yogyakarta, hlm 34-35.
pembunuhan karena janin tidak diberi perempuan korban perkosaan melakukan aborsi
kesempatan untuk tumbuh di dalam kandungan.2 ialah melahirkan anak hasil perkosaan akan
Perdebatan mengenai aborsi di Indonesia menambah derita batinnya, karena kelahiran
akhir-akhir ini semakin ramai karena dipicu oleh anak itu akan selalu mengingatkan kembali
berbagai peristiwa yang mengguncang sendi- peristiwa perkosaan yang dialaminya. Kalangan
sendi kehidupan manusia. Kehidupan yang yang tidak setuju dilakukan aborsi oleh
diberikan kepada setiap manusia merupakan perempuan korban perkosaan berpendapat
Hak Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut bahwa setiap orang berhak untuk hidup
oleh pemberi kehidupan tersebut. Berbicara termasuk janin yang ada dalam kandungan
mengenai aborsi tentunya kita berbicara tentang perempuan akibat perkosaan itu adalah ciptaan
kehidupan manusia karena aborsi erat kaitannya Tuhan yang berhak menikmati kehidupan. Bagi
dengan wanita dan janin yang ada dalam kalangan yang setuju dapat dilakukan aborsi
kandungan wanita.3 bagi korban perkosaan, kehamilan itu timbul
Masalah aborsi saat ini sudah bukan bukan atas kemauan korban jadi dapat
merupakan rahasia lagi untuk dibicarakan, mengurangi penderitaan korban baik secara
karena aborsi sudah menjadi hal yang aktual dan psikis maupun sosial, maka diberi hak bagi
peristiwanya sudah terjadi dimana-mana dan korban perkosaan untuk dapat melakukan
dilakukan oleh siapa saja, misalnya saja aborsi.4
dilakukan oleh remaja yang terlibat pergaulan Pengaturan mengenai abortus provocatus di
bebas yang awalnya berpacaran biasa, tetapi Indonesia telah diatur dalam peraturan
setelah lama berpacaran mereka melakukan perundang-undangan yaitu Kitab Undang-
hubungan suami isteri, karena malu dan takut Undang Hukum Pidana khususnya dalam Pasal
ketahuan, maka mereka menggugurkan 346, Pasal 347, Pasal 348, serta Pasal 349 :
kandungannya, dan dapat juga dilakukan oleh
seorang isteri yang sudah menikah yang tidak Pasal 346
mau dibebani tanggung jawab dengan lahirnya Seorang wanita yang sengaja menggugurkan
seorang anak, maka digugurkanlah anak dalam atau mematikan kandungannya atau menyuruh
kandungannya tersebut. orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
Kehamilan yang tidak direncanakan dapat penjara paling lama empat tahun.
juga terjadi akibat perkosaan. Perempuan yang Pasal 347
mengalami kehamilan akibat perkosaan akan (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
menghadapi dampak yang lebih berat dan luas, atau mematikan kandungan seorang wanita
antara lain dampak psikologis berupa depresi tanpa persetujuannya, diancam dengan
berat, dampak sosial berkaitan dengan status pidana penjara paling lama dua belas tahun.
anak yang dilahirkan, status ibu dari anak (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
tersebut dalam pergaulan hidup bersama wanita tersebut diancam dengan pidana
masyarakat dan masih banyak dampak lainnya penjara paling lama lima belas tahun.
yang harus dipikul seorang perempuan yang Pasal 348
hamil akibat perkosaan, misalnya, rentan (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
terhadap penyakit kelamin, HIV dan sebagainya. atau mematikan kandungan seorang wanita
Sebagian besar perempuan korban dengan persetujuannya, diancam dengan
kehamilan yang diakibatkan oleh perkosaan pidana penjara paling lama lima tahun enam
memilih untuk melakukan aborsi. Alasan para bulan.

2
http://jheelicious.blogspot.co.id/, diakses pada tanggal
4
08 april 2016 pada jam 22:15. Wiwik Afifah, 2013, Perlindungan Hukum Bagi
3
Charisdiono.M. Achadiat, 2007, Dinamika Etika Dan Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi,
Hukum Kedokteran, Buku Kedokteran, Jakarta, hlm. 12. Jurnal Ilmu Hukum, Vol-9/ No-18/febuari/2013, hlm 95.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor
wanita tersebut, diancam dengan pidana yang kompeten dan berwenang.
penjara paling lama tujuh tahun. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi
Pasal 349 kedaruratan medis dan perkosaan,
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
membantu melakukan kejahatan berdasarkan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu Pasal 76
melakukan salah satu kejahatan yang Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka hanya dapat dilakukan:
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut minggu dihitung dari hari pertama haid
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
kejahatan dilakukan. medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki
KUHP telah menegaskan bahwa tindakan keterampilan dan kewenangan yang
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
dalam tindakan aborsi dapat dikenai sanksi menteri;
pidana. Ada pertanggungjawaban pidana bagi c. Dengan persetujuan ibu hamil yang
pelaku-pelakunya. Berdasarkan ketentuan Pasal bersangkutan;
346, Pasal 347, Pasal 348, dan Pasal 349 d. Dengan izin suami, kecuali korban
tindakan aborsi secara tegas dilarang tanpa perkosaan; dan
pengecualian, sehingga tidak ada perlindungan e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
terhadap pelaku aborsi. Jika KUHP melarang syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
aborsi tanpa pengecualian, maka Undang-
undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 77
memberikan pengecualian sebagaimana diatur Pemerintah wajib melindungi dan mencegah
dalam Pasal 75, Pasal 76 dan Pasal 77 sebagai perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
berikut : dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
Pasal 75 bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi. jawab serta bertentangan dengan norma agama
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang Berbeda dengan KUHP yang tidak
dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik memberikan ruang sedikit pun terhadap tindakan
yang mengancam nyawa ibu dan/atau aborsi, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
janin, yang menderita penyakit genetik tentang Kesehatan pada dasarnya melarang
berat dan/atau cacat bawaan, maupun tindakan aborsi, akan tetapi larangan tersebut
yang tidak dapat diperbaiki sehingga dapat dikecualikan dengan syarat-syarat tertentu
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar yaitu adanya indikasi kedaruratan medis dan
kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan sebagaimana diatur
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat dalam ketentuan Pasal 75 ayat (2) butir a dan b.
menyebabkan trauma psikologis bagi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
korban perkosaan. Kesehatan khususnya Pasal 75, Pasal 76, dan
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 77, dipertegas lagi dengan Peraturan
(2) hanya dapat dilakukan setelah melalui Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
konseling dan/atau penasehatan pra Kesehatan Reproduksi khususnya Pasal 31,
tindakan dan diakhiri dengan konseling Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36,
Pasal 37, dan Pasal 38. Mengenai tindakan 2. Wawancara dengan narasumber yaitu Ibu
untuk dapat melakukan aborsi, dalam kasus Dian Eka Wati Kurnia Ningsih S.S Direktur
aborsi berdasarkan kehamilan akibat perkosaan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
secara teoritis sudah jelas diatur dalam Undang- (PKBI) yang berpedoman pada daftar
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang pertanyaan yang bersifat terbuka.
Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Pertanyaan yang bersifat terbuka artinya
Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi bahwa pertanyaan belum disertai
namun kita belum pernah mengetahui jawabannya, sehingga narasumber
implementasinya. Berdasarkan uraian diatas, menjawab berdasarkan keahlian, profesi
penulis terdorong untuk menyusun skripsi yang atau jabatannya.
berjudul KAJIAN TERHADAP TINDAKAN Analisis bahan hukum ini menggunakan
ABORSI BERDASARKAN KEHAMILAN analisis kualitatif yaitu terhadap bahan hukum
AKIBAT PERKOSAAN. primer dilakukan deskripsi hukum positif, yaitu
memaparkan atau menguraikan isi dan struktur
hukum positif yang terkait dengan perlindungan
1. METODE hukum bagi pencipta film terhadap situs
Penelitian hukum yang dilakukan adalah penyedia jasa unduh film gratis di media
penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang internet. Kemudian dilakukan sistematisasi
dilakukan pada norma hukum positif berupa hukum positif baik yang dilakukan dengan dua
peraturan perundang - undangan dan cara, yaitu:
mengidenifikasi konsep dan asas - asas hukum 1. Sistematisasi secara vertikal, yaitu
yang digunakan. Sehubungan dengan tipe sistematisasi yang terkait dengan peraturan
penelitian yang digunakan adalah normatif maka perundang-undangan yang berjenjang dari
pendekatan yang digunakan adalah: atas ke bawah.
1. Pendekatan perundang-undangan dilakukan 2. Sistematisasi secara horizontal, yaitu
untuk meneliti aturan-aturan mengenai hak sistematisasi yang terkait dengan peraturan
cipta yaitu bagaimana jika terjadi perundang-undangan yang sejenis.
pelanggaran hak cipta film terhadap situs- Selain itu bahan hukum sekunder akan
situs penyedia jasa unduh film gratis pada dianalisis dengan cara mencari persamaan dan
media nternet. perbedaan pendapat hukum, serta
2. Pendekatan konsep digunakan untuk membandingkan pendapat hukum mengenai
memahami konsep-konsep hak cipta implementasi tindakan aborsi berdasarkan
sehingga diharapkan penormaan dalam kehamilan akibat perkosaan. Dalam menarik
aturan hukum tidak lagi memungkinkan kesimpulan digunakan prosedur penalaran
pemahaman yang ambigu dan kabur deduktif. Prosedur penalaran secara deduktif
sehingga perlindungan bagi pencipta film adalah prosedur penalaran yang berawal dari
terhadap situs penyedia jasa unduh film ketentuan peraturan perundang-undangan dan
gratis di media internet menjadi jelas. berakhir pada penarikan kesimpulan dari suatu
Cara pengumpulan bahan hukum: fakta hukum yang seharusnya terjadi di
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan masyarakat. Dalam penelitian ini penulis akan
mempelajari bahan hukum primer dan bahan menarik kesimpulan berawal dari Undang-
hukum sekunder yang cara memperoleh Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
datanya dilakukan dengan mencari, Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
menemukan berbagai peraturan perundang- Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi dan
undangan maupun pendapat hukum yang berakhir pada suatu kesimpulan yaitu
berupa literatur, internet, jurnal, hasil implementasi tindakan aborsi berdasarkan
penelitian, surat kabar dan majalan ilmiah. kehamilan akibat perkosaan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN misalnya malu pada tetangga, belum
Aborsi istilah populernya adalah menggugurkan mampu punya anak dan sebagainya).6
kandungan. Yang dimaksud dengan perbuatan Berdasarkan ketentuan Pasal 75 ayat (3)
menggugurkan kandungan adalah melakukan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
perbuatan yang bagaimanapun wujud dan Kesehatan yaitu Tindakan aborsi dapat
caranya terhadap kandungan seorang perempuan dilakukan setelah melalui konseling dan/atau
yang menimbulkan akibat lahirnya bayi atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
janin dari dalam rahim perempuan tersebut konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
sebelum waktunya dilahirkan menurut alam. konselor yang kompeten dan berwenang. Dalam
Perbuatan memaksa kelahiran bayi atau janin Ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 36
belum waktunya ini sering disebut dengan Tahun 2009 tentang Kesehatan aborsi hanya
abortus provocatus atau kadang disingkat dapat dilakukan apabila:
dengan aborsi saja.5 a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
Jenis Pengguguran kandungan dapat minggu dihitung dari pertama haid terakhir,
dikelompokan kedalam dua jenis yang berbeda: kecuali dalam hal kedaruratan medis.
1) Abortus spontan, yaitu pengguguran b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kandungan yang terjadi secara alamiah tanpa keterampilan dan kewenangan yang
ada usaha dari luar atau campur tangan memiliki sertifikat, yang ditetapkan oleh
manusia, meliputi obortion spontaneous menteri.
(pengguguran kandungan secara tak c. Dengan persetujuan ibu hamil yang
sengaja) dan abortion natural (pengguguran bersangkutan
kandungan secara alamiah) d. Dengan izin suami, kecuali korban
2) Abortus provocatus, yaitu pengguguran pemerkosaan dan
kandungan yang di sengaja, terjadi karena e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
adanya perbuatan manusia yang berusaha syarat yang ditetapkan menteri.
menggugurkan kandungan yang tidak
diinginkan, meliputi: Pelaksanaan aborsi yang diatur dalam Undang-
a) Abortus provocatus medicanalis Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Yaitu pengguguran kandungan yang Kesehatan dipertegas lagi dalam Peraturan
dilakukan berdasarkan alasan / Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
pertimbangan medis. Contohnya adalah Kesehatan Reproduksi pada Pasal 35 yaitu:
abortus provocatus therapeuticus 1) Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan
(pengguguran kandungan untuk medis dan kehamilan akibat perkosaan
menyelamatkan jiwa si ibu). harus dilakukan dengan aman, bermutu
b) Abortus provocatus criminalis dan bertanggung jawab.
Yaitu pengguguran kandungan yang 2) Praktik aborsi yang aman, bermutu dan
dilakukan dengan sengaja dengan bertanggung jawab sebagai mana
melanggar berbagai ketentuan hukum dimaksud ayat (1) meliputi:
yang berlaku. Misalnya: abortion a. Dilakukan oleh dokter sesuai standar,
induced / abortion provoked ( b. Dilakukan di fasilitas pelayanan
pengguguran kandungan yang disengaja kesehatan yang memenuhi syarat yang
dengan berbagai alasan lainnya, ditetapkan oleh menteri,
c. Atas permintaan atau persetujuan
perempuan hamil yang bersangkutan,

5
Adami Chazawi, 2004, Kejahatan Terhadap Tubuh dan
6
Nyawa, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 113. Ibid, hlm. 34-35.
d. Dengan izin suami, kecuali korban (4) Konseling pasca rindakan sebagaimana
perkosaan, dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
e. Tidak diskriminatif, dan tujuan:
f. Tidak mengutamakan imbalan materi. a. Mengobservasi dan mengevaluasi
3) Dalam hal perempuan hamil sebagai mana kondisi pasien setelah tindakan aborsi;
dimaksud pada ayat (2) huruf c tidak dapat b. Membantu pasien memahami keadaan
memberikan persetujuan, persetujuan aborsi atau kondisi fisik setelah menjalani
dapat diberikan oleh keluarga yang aborsi;
bersangkutan. c. Menjelaskan perlunya kunjungan ulang
4) Dalam hal suami tidak dapat dihubungi, izin untuk pemeriksaan dan konseling
sebagaimana ayat (2) huruf d diberikan oleh lanjutan atau tindakan rujukan bila
keluarga yang bersangkutan. diperlukan; dan
d. Menjelaskan pentingnya penggunaan
Dalam ketentuan Pasal 37 Peraturan Pemerintah alat kontrasepsi untuk mencegah
Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan terjadinya kehamilan.
Reproduksi juga mengatur tentang aborsi yaitu:
(1) Tindakan aborsi berdasarkan indikasi Sejauh ini dari mengamati Undang-Undang
kedaruratan medis dan kehamilan akibat Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan dan
perkosaan hanya dapat dilakukan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
melalui konseling. Tentang Kesehatan Reproduksi belum
(2) Konselin sebagaimana dimaksud pada ayat terimplememtasi secara maksimal dan sempurna
(1) meliputi konseling pra tindakan dan apalagi soal aborsi. Dikarenakan adanya
diakhiri dengan konseling pasca tindakan perbedaan waktu antara UU dan PP dengan SOP
dan diakhiri dengan konseling pasca yang kami miliki, bila melihat Pasal 76 Undang-
tindakan yang dilakukan oleh konselor. Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
(3) Konseling pra tindakan sebagaimana Kesehatan hanya memberikan waktu sekitar 6
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan minggu dihitung sejak hari pertama haid terakhir
tujuan: sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
a. Menjajaki kebutuhan dari perempuan 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
yang ingin melakukan aborsi; pada Pasal 31 ayat (2) hanya 40 hari dihitung
b. Menyampaikan dan menjelaskan kepada hari pertama haid terakhir, bila dibandingkan
perempuan yang ingin melakukan aborsi dengan SOP PKBI indkasi dapat dilakukan
bahwa tindakan aborsi dapat atau tidak aborsi sekitar 10 minggu.
dapat dilakukan berdasarkan hasil Dalam melaksanakan prosedur sebelum
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan korban dinyatakan bisa melakukan aborsi sangat
penunjang; sulit bila berdasarkan Undang-Undang Nomor
c. Menjelaskan tahapan tindakan aborsi 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
yang akan dilakukan dan kemungkinan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
efek samping atau komplikasinya; Kesehatan Reproduksi dikarenakan adanya
d. Membantu perempuan yang ingin laporan pihak korban kepada pihak yang
melakukan untuk mengambil keputusan berwewenang untuk dapat memberikan
sendiri untuk melakukan aborsi atau rekomendasi kepada instansi selanjutnya
membatalkan keinginan untuk sedangkan di dinas terkait atau instansi yang
melakukan aborsi setelah mendapatkan dituju berikutnya belum adanya bidang khusus
informasi mengenai aborsi; dan untuk mengurus masalah aborsi di instansi atau
e. Menilai kesiapan pasien untuk dinas yang diberikan wewenang untuk
melakukan aborsi. memberikan izin untuk melakukan aborsi. Hal
ini lah yang menjadi faktor yang membuat 5) Adanya perbedaan pendapat dikalangan
pelaksanaan tindakan aborsi berdasarkan masyarakat mengenai boleh atau
kehamilan akibat perkosaan terhambat. dilarangnya aborsi dari segi sosial, budaya
Terkendalanya pelaksanaan ini disebabkan dan agama.
karena presepsi aparat penegak hukum berbeda Dapat diketahui bahwasanya masih terdapat
dengan presepsi instansi lainnya seperti PKBI banyak permasalahan dan pertentangan
dalam hal mendefenisikan perkosaan. Pihak mengenai tindakan aborsi berdasarkan
penegak hukum masih menggunakan defenisi kehamilan akibat perkosaan. Hal tersebut dapat
umum tentang perkosaan berdasarkan KUHP. dilihat dalam ketentuan Undang-Undang Nomor
Oleh karena itu, implementasi tindak aborsi 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
menjadi terhambat dan tidak dapat terlaksana Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
dengan baik. Undang-Undang Nomor 36 Tahun Kesehatan Reproduksi mengenai waktu untuk
2009 Tentang Kesehatan dan Peraturan melakukan aborsi masih membingungkan
Pemerintah Nomor 61 Tentang Keshatan sehingga dianggap menghambat tindakan aborsi
Reproduksi tidak mengatur jelas tentang defenisi berdasarkan kehamilan akibat perkosaan. Selain
aborsi akibat perkosaan. Kendala yang dihadapi itu dari uraian diatas juga harus dilihat
oleh PKBI dalam melakukan aborsi bedasarkan bagaimana kesiapan dari aparat penegak hukum
kehamilan akibat dan para dokter serta lembaga atau instansi
Bersifat internal terkait karena nantinya merekalah yang akan
1) Kurangnya korelasi antara lembaga terkait memutuskan apakah benar janin yang dikandung
baik dalam memberikan rekomendasi atau itu hasil perkosaan atau bukan.
memberikan izin untuk melakukan aborsi. selanjutnya perlu juga dilihat dan dikaji apakah
2) Persyaratan waktu yang dianggap yang menjadi bahan dasar pertimbangan utama
membingungkan perempuan yang hamil dari para pembuat undang-undang dan juga
akibat perkosaan untuk dapat melakukan anggota legislatif dan eksekutif yang
aborsi serta tidak adanya kejelasan mengesahkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
mengenai defenisi secara pasti mengenai 2009 Tentang Kesehatan dan Peraturan
aborsi khusunnya akibat perkosaan. Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
3) Belum adanya bidang khusus didalam dinas Kesehatan Reproduksi tersebut dengan
atau instansi kesehatan yang mengurus memasukkan peraturan yang melegalkan aborsi
masalah mengenai aborsi. akibat perkosaan. Hal ini penting karena
Bersifat eksternal didalam kehidupan masyarakat tidak ada satu
1) Kurangnya pemahaman mengenai boleh agama pun yang membolehkan aborsi
melakukan aborsi dengan indikasi tertentu berdasarkan kehamilan akibat perkosaan.
oleh masyarakat sehingga masyarakat masih
menganggap aborsi belum di perbolehkan. 4. KESIMPULAN
2) Masih besar faktor dominasi pria dalam Berdasarkan uraian yang telah
kehidupan sehari-hari sehingga perempuan dipaparkan dalam pembahasan, maka dapat
dianggap tidak terlalu penting. disimpulkan sebagai berikut:
3) Kurangnya peran serta masyarakat dalam 1. Masih terdapat banyak permasalahan dan
keterlibatan edukasi kesehatan reproduksi pertentangan mengenai kajian terhadap
yang di berikan oleh instansi terkait. kajian terhadap aborsi berdasarkan
4) Masih banyak masyarakat menutupi kasus kehamilan akibat perkosaan, yaitu:
kehamilan yang dikarenakan perkosaan baik a. Dalam pelaksanaan tindakan aborsi
oleh keluarga sendiri atau orang lain dan berdasarkan kehamilan akibat perkosaan
memilih untuk diam. berdasarkankan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Saran
Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Dari kesimpulan tersebut penulis dapat
Kesehatan Reproduksi ternyata belum
memberikan saran-saran sebagai berikut:
terlaksana dengan maksimal
1. Badan legislatif atau Pemerintah agar merevisi
dikarenakan tidak adanya pelaporan
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
yang didapat oleh Dinas Kesehatan
kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
mengenai tindakan aborsi berdasarkan
Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
kehamilan akibat perkosaan yang
mengenai aborsi sehingga tindakan aborsi
dilakukan oleh PKBI.
khususnya kehamilan akibat perkosaan dapat
b. Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
terlaksana dengan baik, aman dan tidak
Kesehatan dan Peeraturan Pemerintah
membingungkan bagi pihak-pihak yang ingin
Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
melakukan aborsi.
Kesehatan Reproduksi mengenai waktu
2. Negara harus memfasilitasi instansi atau
yang diperbolehkan untuk melakukan
lembaga yang terkait dalam menangani aborsi
aborsi masih dianggap membingungkan
sehingga instansi atau lembaga dapat
sehingga menjadi penghambat tindakan
melaksanakan aborsi dikarenakan kehamilan
aborsi berdasarkan kehamilan akibat
akibat perkosaan dengan aman dan sehat.
perkosaan.
2. Kendala yang dihadapi dalam kajian terhadap
5. REFERENSI
tindakan aborsi berdasarkan kehamilan akibat
Buku:
perkosaan yaitu:
Suryono Ekotama dkk, 2001, Abortus
a. Kendala yang bersifat internal yaitu:
provocatus bagi korban perkosaan, Andi Offset
Korelasi antara lembaga terkait baik dalam
Yogyakarta.
memberikan rekomendasi atau memberikan
Charisdiono.M. Achadiat, 2007, Dinamika Etika
izin untuk melakukan aborsi waktu yang
Dan Hukum Kedokteran, Buku Kedokteran,
dianggap membingungkan bagi perempuan
Jakarta.
korban perkosaan untuk dapat melakukan
Adami Chazawi, 2004, Kejahatan Terhadap
aborsi yang sehat dan aman.
Tubuh dan Nyawa, PT RajaGrafindo Persada,
b. kendala yang Bersifat eksternal yaitu:
Jakarta, hlm. 113.
Kurangnya pemahaman mengenai boleh
Jurnal:
melakukan aborsi dengan indikasi tertentu
Wiwik Afifah, 2013, Perlindungan Hukum Bagi
oleh masyarakat sehingga masyarakat masih
Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan
menganggap aborsi belum di perbolehkan.
Aborsi, Jurnal Ilmu Hukum, Vol-9/ No-
Kurangnya peran serta masyarakat dalam
18/febuari/2013, hlm 95.
keterlibatan edukasi kesehatan reproduksi
Peraturan Perundang-undangan:
yang di berikan oleh instansi terkait. Masih
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
banyak masyarakat menutupi kasus
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kehamilan yang dikarenakan perkosaan baik
Kesehatan
oleh keluarga sendiri atau orang lain dan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
memilih untuk diam. Adanya perbedaan
tentang Kesehatan Reproduksi.
pendapat dikalangan masyarakat mengenai
Internet
boleh atau dilarangnya aborsi dari segi
http://jheelicious.blogspot.co.id/, diakses pada
sosial, budaya dan agama.
tanggal 08 april 2016

You might also like