You are on page 1of 6

KARAKTERISASI KARBON AKTIF KULIT SINGKONG (Manihot utilissima)

DENGAN VARIASI JENIS AKTIVATOR

CHARACTERIZATION OF ACTIVATED CARBON FROM CASSAVA PEELS (Manihot


utilissima) WITH DIFFERENT ACTIVATORS

Anugrah Rizqi Permatasari1) Lia Umi Khasanah2) Esti Widowati 2)


1)
Alumni Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian UNS Surakarta
2)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian UNS Surakarta
email: elfishyazayake@gmail.com
ABSTRACT
Only small portion of cassava peel is used as animal feed mixture and the rest just discarded. The white
parts of cassava peel contain for more than 50 % carbon. The aims of this research was to determine the effect
of different type activators and looked for the best activator for activated carbon characteristics made from
cassava peel. This experiment used a complete randomized design with one factor. The applied factor was the
type of activator, phosphoric acid (H3PO4), potassium hydroxide (KOH), and sodium chloride (NaCl). Data was
analyzed using one-way ANOVA analysis test and continued by DMRT at 5% level. The results showed that
different types of activator gave effect to the characteristics of activated carbon from cassava peel include of
moisture content, volatile matter content, and fixed carbon content but did not give effect to the characteristics
of yield, ash content, and adsorptive Iodium capacity. The quality of activated carbon determined from activated
carbon which has met defined standards or requirements, namely the Indonesian National Standard (SNI).
Standard that used for it are SNI 06-3730-1995 for technical activated carbon. The chosen activator that gave
the best characteristics of the activated carbon from cassava peel is sodium chloride (NaCl). This is because of
the activated carbon that activated with sodium NaCl gave results that meet the characteristics of the activated
carbon quality standards more than the other two types of activation.
Key words: activated carbon, carbonization, cassava peels waste, chemistry activation.
ABSTRAK
Kulit singkong yang merupakan limbah dari UKM dan industri yang berbahan baku singkong selama ini
belum termanfaatkan, karena hanya sebagian kecil digunakan sebagai campuran pakan ternak dan selebihnya
dibuang. Kulit singkong bagian dalam mengandung hampir 60% karbon. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh jenis aktivator dan mencari aktivator terbaik terhadap karakteristik karbon aktif kulit
singkong. Penelitian ini dilaksanakan di Sub Lab Kimia Laboratorium Pusat Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor yaitu
jenis aktivator Asam Fosfat (H3PO4), Potasium Hidroksida (KOH), dan Natrium Klorida (NaCl) dengan dua kali
ulangan sampel dan dua kali ulangan analisis. Analisis data menggunakan uji analisis one way ANOVA
dilanjutkan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan jenis aktivator yang
berbeda memberikan pengaruh pada karakteristik karbon aktif kulit singkong yaitu kadar air, kadar zat terbang
(bagian yang hilang pada pemanasan) dan kadar karbon namun tidak memberikan pengaruh untuk karakteristik
rendemen, kadar abu, dan daya serap terhadap Iod. Karbon aktif yang baik adalah karbon aktif yang telah
memenuhi standar atau persyaratan yang ditetapkan, yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI yang
digunakan adalah SNI 06-3730-1995 untuk arang aktif teknis. Aktivator terpilih yang memberikan hasil
karakteristik karbon aktif terbaik adalah natrium klorida (NaCl). Hal ini karena karbon aktif yang diaktivasi
NaCl memberikan hasil karakteristik yang sudah memenuhi standar mutu karbon aktif lebih banyak daripada
kedua jenis aktivator yang lain.
Kata kunci: aktivasi kimia, karbon aktif, karbonisasi, limbah kulit singkong

PENDAHULUAN kulitnya. Persentase kulit singkong bagian


dalam dapat mencapai 15% dari berat total
Singkong (Manihot utilissima) adalah singkong. Menurut Kurniasih (2002), kulit
salah satu jenis tanaman berkarbohidrat tinggi singkong selama ini hanya dibuang begitu
yang banyak tumbuh di Indonesia. Seiring saja, atau masih sebatas hanya untuk
dengan berkembangnya diversifikasi produk makanan ternak. Kulit singkong atau ubi
untuk singkong, maka berkembang juga kayu merupakan limbah dari ubi kayu yang
berbagai jenis usaha yang menggunakan mengandung 59,31% karbon. Dengan adanya
singkong sebagai bahan baku. Limbah utama kandungan karbon yang cukup tinggi maka
dari industri pengolahan singkong adalah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014 70
karbon aktif atau arang aktif alami. Karbon Kulit singkong yang telah berukuran sama
aktif merupakan salah satu bahan berpori dikeringkan menggunakan oven pada suhu
yang mengandung 85 – 95% karbon dengan 1200C selama 24 jam.
luas permukaan besar yang terdiri dari unsur 3. Tahap aktivasi
karbon bebas dan masing – masing berikatan Aktivasi dilakukan secara kimia dengan
secara kovalen. menggunakan tiga jenis larutan sebagai
Proses aktivasi bertujuan untuk aktivator, yaitu larutan KOH 5%, larutan
memperbesar pori pada karbon. Aktivasi NaCl 5%, dan larutan H3PO4 5%. Proses
yang umum digunakan ada dua yaitu aktivasi ini dilakukan dengan merendam kulit
secara fisika dan secara kimia. Aktivasi singkong ke dalam larutan selama 1 jam
secara kimia dapat dilakukan dengan pada suhu 500C sambil diaduk
menggunakan larutan kimia sebagai menggunakan stirrer. Selanjutnya kulit
aktivator, antara lain hidroksida logam alkali singkong ditiriskan (Putranto dan Razif,
garam – garam karbonat, klorida, sulfat, 2005).
fosfat dari logam alkali tanah dan asam – 4. Pengovenan dan karbonisasi
asam anorganik seperti ZnCl2, NaCl, H3PO4, Kulit singkong dikeringkan kembali
H2S, H2SO4, atau KOH. Beberapa senyawa dengan cara dioven pada suhu 1200C
yang sering dan secara umum digunakan selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan
adalah ZnCl2, KOH, dan H2SO4 (Sembiring proses karbonisasi dengan cara kulit
dan Sinaga, 2003; Ikawati dan Melati, 2009). singkong dipanaskan dalam tanur selama 2
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk jam dengan suhu 3000C (Ikawati dan
mengetahui pengaruh jenis aktivator asam Melati, 2009).
fosfat (H3PO4), natrium klorida (NaCl), dan 5. Penetralan dan pengeringan
potasium hidroksida (KOH) terhadap Kulit singkong yang telah dikarbonisasi
karakteristik karbon aktif kulit singkong kemudian dinetralkan. Kulit singkong
(rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat yang diaktivasi dengan larutan KOH 5%
terbang, daya serap I2, fixed carbon) serta dinetralkan dengan HCl 0,5 N, sedangkan
mencari aktivator yang memberikan hasil kulit singkong yang diaktivasi dengan
karakteristik terbaik terhadap karbon aktif H3PO4 5% dinetralkan dengan KOH 0,5
dari kulit singkong. N. Karbon aktif yang telah dinetralkan
kemudian disaring lalu dicuci dengan
METODE PENELITIAN aquades panas dan dingin secara
Bahan bergantian hingga mencapai pH 6,5.
Kulit singkong bagian dalam yang berwarna Selanjutnya karbon aktif dikeringkan
putih, larutan KOH 5%, larutan H3PO4 5%, kembali dalam oven selama 2 jam dengan
larutan NaCl 5%, larutan HCl 0,5 N, larutan suhu 1100C.
KOH 0,5 N, larutan I2 0,1 N, Natrium- 6. Identifikasi karakteristik karbon aktif
tiosulfat 0,0981 N, aquades, amilum 1%. Dilakukan identifikasi karakteristik karbon
aktif yang meliputi analisis rendemen,
Alat kadar air, kadar abu, daya serap terhadap
Alat yang digunakan meliputi oven, furnace, Iod, kadar zat terbang (bagian yang hilang
hot plate, desikator, dan stirer magnetik. pada pemanasan), dan kadar karbon (fixed
carbon).
Tahapan penelitian
1. Pencucian dan Pemotongan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kulit singkong dibersihkan dan dicuci Lengkap RAL satu faktor yaitu jenis
terlebih dahulu. Selanjutnya kulit aktivator. Analisis data menggunakan uji
singkong dipotong dengan ukuran 50 x 5 analisis one way ANOVA dilanjutkan dengan
mm. uji Duncan Multiple Range Test pada taraf
2. Pengeringan signifikansi α = 0,05.

71 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014


HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Abu
Abu adalah oksida – oksida logam dalam
Karakteristik Mutu Karbon Aktif arang yang terdiri dari mineral yang tidak
Hasil analisis karakteristik mutu karbon dapat menguap (non-volatile) pada proses
aktif kulit singkong adalah sebagai berikut : pengabuan. Kandungan abu sangat
Rendemen Karbon Aktif berpengaruh pada kualitas karbon aktif.
Penghitungan rendemen dilakukan untuk Keberadaan abu yang berlebihan dapat
mengetahui persentase jumlah arang aktif menyebabkan terjadinya penyumbatan pori –
yang dihasilkan dari bahan awal kulit pori karbon aktif sehingga luas permukaan
singkong kering setelah melewati proses karbon aktif menjadi berkurang (Scroder
aktivasi dan karbonisasi. Dari Tabel 1. dapat dalam Ikawati dan Melati, 2009). Penetapan
dilihat rendemen arang aktif tertinggi sebesar kadar abu arang aktif dilakukan untuk
mengetahui kandungan oksida logam dalam
55,404 % diperoleh dari perlakuan aktivasi
KOH dan rendemen terendah sebesar 48,009 arang aktif (Sutapa dan Pujiarti, 2005).
Hasil persentase kadar abu pada ketiga
% diperoleh dari perlakuan aktivasi H3PO4.
Menurut Foo dan Lee (2010), pada sampel, ketiganya memenuhi standar kualitas
penelitian preparasi karbon aktif dari petai kadar abu untuk arang aktif menurut SNI 06-
(Parkia speciosa) dengan aktivasi kimia 3730-1995, yaitu dibawah 10 %. Penggunaan
menggunakan Asam Fosfat (H3PO4), NaCl sebagai bahan pengaktif memberikan
rendemen yang dihasilkan cenderung rendah karakteristik kadar abu terbaik karena
dan menurun. Berkurangnya persentase kandungan kadar abu yang paling rendah.
rendemen karbon aktif disebabkan oleh Kadar Zat Terbang (Bagian yang Hilang
pemanasan suhu tinggi yang menyebabkan pada Pemanasan)
zat volatil dalam bahan banyak yang hilang Penetapan atau perhitungan kadar zat
dan senyawa fosfat yang terdapat dalam terbang (bagian yang hilang pada pemanasan)
bahan juga ikut menghilang. atau kadar zat mudah menguap bertujuan
Kadar Air untuk mengetahui kandungan senyawa yang
mudah menguap yang terkandung dalam
Penghitungan kadar air pada arang aktif
arang aktif. Dari hasil penelitian diketahui
bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis
kadar zat terbang tertinggi sebesar 21,706 %
(daya serap air) arang aktif. Kadar air
pada sampel dengan aktivasi H3PO4,
tertinggi diperoleh pada sampel dengan
sedangkan kadar zat terbang yang paling
aktivasi KOH sebesar 31,401 %, sedangkan
rendah terdapat pada sampel dengan aktivasi
kadar air terendah terdapat pada sampel
NaCl sebesar 6,683%.
dengan aktivasi NaCl sebesar 16,572 %.
Hasil karakterisasi kadar zat terbang
Afidah (2010) dengan penelitian
(bagian yang hilang pada pemanasan) pada
pemanfaatan karbon aktif bagasse dengan
ketiga sampel, ketiganya memenuhi kualitas
aktivasi NaOH dan H2SO4 menyebutkan
standar SNI 06-3730-1995 tentang arang aktif
bahwa hasil analisis kadar air untuk karbon
teknis, yaitu bagian yang hilang pada
aktif yang diaktivasi asam dan basa
pemanasan maksimal 25 %.
memberikan hasil yang berbeda. Karbon aktif
Menurut Sutapa dan Pujiarti (2005), pada
yang diaktivasi asam (H2SO4) memiliki kadar
penelitian mutu arang aktif dari limbah kayu
air yang lebih rendah dibanding karbon aktif
mahoni yang diaktivasi dengan basa kuat dan
teraktivasi basa (NaOH), hal ini dikarenakan
garam memberikan hasil bahwa arang aktif
kompleks oksigen yang rusak saat aktivasi
yang diaktivasi dengan basa menghasilkan
H2SO4 lebih banyak sehingga kepolaran dari
persentase kadar zat mudah menguap sebesar
karbon teraktivasi H2SO4 lebih rendah.
26,2 %, lebih tinggi daripada kadar zat
Persentase kadar air pada ketiga sampel
mudah menguap pada sampel aktivasi larutan
masih berada di bawah standar SNI 06-3730-
garam dan lebih tinggi daripada batas
1995 tentang arang aktif teknis, yaitu
maksimal persyaratan SNI 06-3730-1995.
maksimal kadar air pada arang aktif adalah
15 %
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014 72
Tabel 1. Karakteristik Mutu Karbon Aktif Kulit Singkong
Jenis Aktivator
Karakteristik
NaCl H3PO4 KOH
Rendemen (%) 51,147a±1,05716 48,009a±1,3124 55,404a±4,0857
Kadar air (%) 16,572a±1,5906 19,188b±0,4781 31,401c±2,0823
Kadar abu (%) 6,464a±0,4152 7,171a±0,1701 9,740 a±6,8257
a
Kadar zat terbang (%) 6,683 ±1,2973 21,706b±0,7150 9,021a±3,5065
Kadar karbon (%) 70,281b±0,2365 51,936a±0,0153 49,839a ±7,3748
Adsorpsi Iod (mg/g) 1208,831 ±25,1556 1177,709a±7,1867
a
1217,131a±41,4442
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05 (berlaku pada baris
yang sama).

Tabel 2. Persyaratan Arang Aktif Menurut SNI 06-3730-1995


Persyaratan
Uraian Satuan
Butiran Serbuk
Bagian yang hilang pada pemanasan 9500C, % - Maks. 15 Maks. 25
Air, % - Maks. 4,4 Maks. 15
Abu, % - Maks 2,5 Maks. 10
Daya serap terhadap I2 Mg/g Min. 750 Min. 750
Karbon aktif murni, % - Min. 80 Min. 65
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1995)

Kadar Karbon (Fixed Carbon) Adsorpsi Iod


Kadar karbon (fixed carbon) merupakan Daya serap terhadap Iod (adsorpsi Iod)
banyaknya karbon terikat yang terdapat mengindikasikan kemampuan karbon aktif
dalam karbon aktif tersebut (Sutapa dan untuk mengadsorp komponen dengan berat
Pujiarti, 2005). Kadar karbon tertinggi molekul rendah (Suzuki dalam Ikawati dan
diperoleh dari sampel dengan aktivasi NaCl Melati, 2009). Karbon aktif dengan
sebesar 70,281%. Sedangkan kadar karbon kemampuan menyerap Iod tinggi berarti
terendah pada sampel dengan aktivasi KOH memiliki luas permukaan yang lebih besar
yaitu sebesar 49,839 %. Besar kecilnya kadar dan juga memiliki struktur mikro dan pori
karbon ini dipengaruhi oleh jumlah kadar air, yang lebih besar (Afidah, 2010). Tabel 1
kadar abu, dan kadar zat mudah menguap menunjukkan persentase Iod yang diserap
pada bahan. oleh ketiga sampel besarnya tidak terlalu jauh
Berdasarkan standar kualitas untuk arang berbeda. Persentase daya serap Iod yang
aktif, SNI 06-3730-1995 (Tabel 2) terhadap paling besar oleh sampel dengan aktivasi
kadar karbon, persyaratan untuk kadar karbon KOH yaitu sebesar 15,665 %, sedangkan
adalah minimal 65%. Sehingga semakin persentase paling rendah pada sampel
tinggi fixed carbon yang dihasilkan maka aktivasi H3PO4 yaitu sebesar 11,723 %.
semakin baik arang aktif tersebut. Pada Berdasarkan standar SNI 06-3730-1995
penelitian ini, sampel yang memenuhi standar tentang arang aktif teknis, untuk daya serap
kualitas adalah sampel dengan aktivasi NaCl terhadap Iod disyaratkan jumlah minimal 750
dengan kadar karbon sebesar 70,281 %. mg/g. Jika dibandingkan dengan persyaratan
Sedangkan untuk kedua sampel yang lain tersebut, maka ketiga sampel sudah
persentase kadar karbon masih berada di memenuhi standar. Daya serap terhadap Iod
bawah standar yang diharuskan. Menurut pada sampel yang diaktivasi NaCl adalah
Zamrudy (2008) Semakin rendah kadar abu sebesar 1208,8303 mg/g, sampel diaktivasi
maka kemurnian karbon aktif yang dihasilkan H3PO4 sebesar 1177,7085 mg/g, dan sampel
akan semakin tinggi. yang diaktivasi KOH sebesar 1217,1307
mg/g. Nilai daya serap terhadap Iod yang
paling besar dihasilkan oleh sampel yang
diaktivasi KOH namun selisihnya tidak

73 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014


terlalu jauh berbeda dengan kedua sampel 10%. Semakin rendah persentase kadar abu
yang lain. maka semakin baik karbon aktif tersebut.
Menurut penelitian Sutapa dan Pujiarti Pada ketiga sampel dengan aktivator
(2005) yang menganalisa mutu arang aktif yang berbeda tersebut, ketiganya tidak
dari limbah kayu mahoni, besarnya daya menunjukkan ada beda nyata pada tiap
serap arang aktif terhadap iodium sampel. Hal ini menunjukkan bahwa jenis
kemungkinan disebabkan senyawa aktivator tidak mempengaruhi kadar abu yang
hidrokarbon yang tertinggal pada permukaan dihasilkan.
arang terbuang pada waktu aktivasi, sehingga
Kadar zat terbang
permukaannya menjadi aktif.
Kadar zat terbang (bagian yang hilang pada
Aktivator Terpilih pemanasan) pada ketiga sampel sudah
memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI)
Rendemen 06-3730-1995 untuk arang aktif, dimana
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa ketiga persyaratan untuk kadar zat terbang adalah
jenis aktivator menghasilkan persentase maksimal 25 %. Antara sampel yang
rendemen yang berbeda. Semakin tinggi diaktivasi NaCl dan sampel yang diaktivasi
persentase rendemen yang dihasilkan, maka KOH tidak ada beda nyata antar kedua
semakin baik karbon aktif tersebut. Dari saampel tersebut, namun keduanya berbeda
ketiga jenis aktivator, yang menghasilkan nyata dengan sampel yang diaktivasi H3PO4.
rendemen tertinggi sebesar 55,404 % adalah Aktivator terpilih untuk karatekteristik kadar
karbon aktif diaktivasi KOH. Namun hasil zat terbang adalah aktivator NaCl dan
dari ketiga sampel tersebut tidak aktivator KOH. Hal ini karena sampel dari
menunjukkan ada beda nyata tiap sampel, kedua jenis aktivator tersebut yang memenuhi
sehingga dapat dikatakan bahwa jenis persyaratan dari SNI dan keduanya tidak
aktivator tidak berpengaruh pada hasil berbeda nyata antar sampel.
rendemen karbon aktif.
Kadar karbon
Kadar air Batas minimal persentase kadar karbon
Persentase kadar air maksimal yang adalah 65%. Dari ketiga sampel, yang
terkandung dalam karbon aktif sesuai dengan menghasilkan kadar karbon tertinggi adalah
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730- sampel yang diaktivasi NaCl yaitu sebesar
1995 adalah 15%. Hasil kadar air dari ketiga 70,281 %. Hasil persentase kadar karbon
jenis sampel menunjukkan bahwa kandungan aktivasi NaCl ini sudah memenuhi batas
kadar air ketiganya belum memenuhi standar, minimal persyaratan dari SNI 06-3730-1995.
karena masih berada diatas 15%. Namun Sedangkan untuk kadar karbon dari kedua
hasil persentase kadar air yang paling sampel dengan aktivator H3PO4 dan KOH
mendekati batas persyaratan adalah kadar air persentasenya masih dibawah batas minimal
pada sampel dengan aktivator NaCl, yaitu 65%.
sebesar 16,572%. Adanya beda nyata antar Sampel yang diaktivasi NaCl juga
sampel pada ketiga sampel tersebut memberikan hasil yang beda nyata terhadap
menunjukkan bahwa jenis aktivator kedua sampel yang lain. Sedangkan pada
mempengaruhi kandungan kadar air pada sampel yang diaktivasi KOH tidak beda nyata
karbon aktif. dengan sampel yang diaktivasi H3PO4.
Sehingga aktivator terpilih untuk
Kadar abu
karakteristik kadar karbon adalah aktivator
Berdasarkan persyaratan Standar NaCl.
Nasional Indonesia (SNI) batas kadar abu
yang terkandung pada karbon aktif adalah Adsorpsi Iod
maksimal 10%. Kadar abu untuk ketiga Persyaratan daya serap Iod untuk karbon
sampel karbon aktif ketiganya sudah aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 adalah
memenuhi standar dari SNI yaitu dibawah minimal 750 mg/g. Bila dibandingkan dengan
ini maka daya serap Iod pada ketiga sampel

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014 74


sudah memenuhi syarat, karena hasil daya Foo, P. Y. L. dan L. Y. Lee. 2010.
serap Iod pada ketiga sampel antara Preparation of Activated Carbon from
1177,7085 ~ 1217,1307 mg/g. Semakin Parkia Speciosa Pod by Chemical
tinggi daya serap karbon aktif terhadap zat Activation. Proceedings of the World
Iod, maka semakin baik karbon aktif tersebut. Congress on Engineering and Computer
Ketiga sampel dengan aktivator yang berbeda Science 2010 Volume II, October 2010.
tersebut juga tidak menunjukkan beda nyata San Fransisco.
antar tiap sampelnya. Hal ini menunjukkan Ikawati dan Melati. 2009. Pembuatan Karbon
bahwa jenis aktivator tidak mempengaruhi Aktif dari Limbah Kulit Singkong
kemampuan karbon aktif dalam menyerap zat UKM Tapioka Kabupaten Pati.
Iod. Prosiding Seminar Nasional “Peran
Teknik Kimia dalam Menjamin
KESIMPULAN Ketahanan Pangan dan Energi
Nasional” Seminar Nasional Teknik
1. Penggunaan jenis aktivator yang berbeda Kimia Indonesia (SNTKI) ISBN 978-
memberikan pengaruh pada karakteristik 979-98300-1-2. Jakarta.
karbon aktif yaitu kadar air, kadar zat
terbang (bagian yang hilang pada Kurniasih, T. N. 2002. Pembuatan Asam
pemanasan), dan kadar karbon namun Oksalat dari Kulit Ubi Kayu Varietas
tidak mempengaruhi rendemen, kadar abu, Randu dengan Larutan NaOH. Laporan
dan daya serap terhadap Iod. Penelitian Universitas Muhammadiyah
2. Aktivator terpilih yang digunakan sebagai Surakarta. Surakarta.
aktivator pada karakteristik mutu karbon Sembiring, M. T. dan T. S. Sinaga. 2003.
aktif kulit singkong adalah aktivator Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
larutan NaCl. Pembuatannya). Skripsi. USU Digital
Library Digitized 2003. Sumatera
DAFTAR PUSTAKA Utara.
Afidah, S. 2010. Pemanfaatan Karbon Aktif Sutapa, J. P. G. dan R. Pujiarti. 2005. Mutu
Bagasse dengan Aktivasi NaOH, H2SO4 Arang Aktif dari Limbah Kayu Mahoni
untuk Menurunkan Kadar Protein (Swietenia macrophylla King) sebagai
dalam Limbah Cair Tahu. Skripsi Bahan Penjernih Air. Jurnal Ilmu dan
Fakultas Matematika dan Ilmu Teknologi Kayu Tropis. Volume 3 No.2
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas tahun 2005.
Maret Surakarta. Surakarta. Zamrudy, W. 2008. Pembuatan Karbon Aktif
Badan Standardisasi Nasional. 1995. Standar dari Ampas Biji Jarak Pagar (Jatropha
Nasional Indonesia Arang Aktif Teknis. curcas Linn). Jurnal Teknologi
SNI 06-3730-1995. ICS 75.160.10. Separasi. Volume 1 Nomor 2
Jakarta. November 2008 ISSN 1978-8789.

75 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014

You might also like