You are on page 1of 11

PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN LITERASI DIGITAL DI KALANGAN USIA MUDA


DI KOTA BANDUNG
Hana Silvana, Cecep
Universitas Pendidikan Indonesia
hanasilva@upi.edu

Abstract
The phenomenon of the use of social media as an online media is increasingly massive in the use
of this decade. Young people as the native millennial or digital generation are the biggest users in
the use of social media today. Research on digital literacy is still rare, especially in Indonesia.
The subjects of this study were young people aged 17-21 years that were active users of social
media. This study uses a qualitative approach to the case study method. The informants who were
used as research samples were 5 people and 1 key informant from media literacy experts. The
findings obtained in this study indicate the importance of digital literacy programs that have a
positive impact on knowledge, understanding and skills in using the media, especially social media
which is now often used as a source of information by audiences, especially among young people.
information on using mass media, especially social media used by young people so that there is
awareness in using the media. In this education participants do not all have this expertise because
this skill requires continuous and consistent training so that they can do it well. Therefore digital
literacy education is a solution that can be done by the government and elements of society and
academics who care about the progress of the nation.

Keywords: Digital literacy, Young Age, Digital Literacy Education

Abstrak
Fenomena pengunaan media sosial sebagai media online semakin massive pada dekade ini.
Kalangan muda sebagai generasi milenial atau digital native merupakan pengguna terbesar dalam
penggunaan media sosial saat ini. Penelitian mengenai literasi digital masih jarang dilakukan
terutama di Indonesia. Subyek penelitian ini adalah kalangan usia muda dengan rentang usia 17–
21 tahun yang merupakan pengguna aktif media sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus. Informan yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 5 orang
dan 1 orang informan kunci dari pakar literasi media. Temuan yang diperoleh pada penelitian ini
menunjukan pentingnya program literasi digital yang memberikan dampak positif bagi
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan media terutama media sosial
yang saat ini sering dijadikan sumber informasi oleh khalayak terutama oleh kalangan yang berusia
muda. Program ini memberikan kontribusi yang signifikan pada penyebaran informasi dalam
menggunakan media massa terutama media sosial yang digunakan oleh kalangan usia muda
sehingga ada kesadaran dalam menggunakan media. Pada pendidikan pelatihan (diklat) ini peserta
belum semua mempunyai keahlian ini dikarenakan keahlian ini memerlukan latihan yang terus
menerus dan konsisten sehingga mereka dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu
pendidikan literasi digital merupakan solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan elemen
masyarakat dan civitas akademika yang peduli terhadap kemajuan bangsa.

146
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Kata Kunci: Literasi Digital, Usia Muda, Pendidikan Literasi Digital

A. PENDAHULUAN informasi dari berbagai macam media.


Tujuannya untuk pencarian apakah isi dari
Pengguna media sosial di Indonesia berita memiliki informasi yang berimbang
sebanyak 85% terhubung ke sosial media atau tidak. Kebebasan pers dan didukung
facebook group (facebook, instagram, oleh teknologi komunikasi dengan
whatsapp messenger) yang merupakan internetnya memungkinkan masyarakat
jumlah terbesar. Menurut infografis APJII, untuk memproduksi dan mengkonsumsi
sebanyak 65 juta aktif menggunakan informasi. Informasi yang dapat diperoleh
facebook setiap hari dan 50% bergabung dapat dengan mudah tersedia di media
digrup facebook. Pengguna instagram social. Pengguna media social rata-rata pada
sebanyak 45 juta setiap hari dan jika dirata- kalangan anak muda dan remaja.
ratakan memposting 2 kali lebih banyak dari Pemahaman akan dampak buruk literasi
global average (APJII, 2017). digital perlu ditekankan pada pengguna agar
Pada tahun 2010 - 2014, dari sekitar 2 tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
juta pasangan menikah, 15 persen di Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan
antaranya bercerai. Angka perceraian yang Pritanova, (2017), menyebutkan bahwa
diputus pengadilan tinggi agama seluruh pemahaman literasi digital yang buruk akan
Indonesia tahun 2014 mencapai 382.231, berpengaruh pada psikologis anak dan
naik sekitar 100.000 kasus dibandingkan remaja yang cenderung menghina orang lain,
dengan pada 2010 sebanyak 251.208 kasus. menimbulkan sikap iri terhadap orang lain,
Permasalahan yang muncul terkait dengan mengakibatkan depresi, terbawa arus
penelitian ini perlu diantisipasi dengan suasana hati terhadap komentar negatif, serta
menyelenggarakan pelatihan literasi media terbiasa berbicara dengan bahasa kurang
bagi kalangan muda. Menurut David sopan.
Buchingham (2001) bahwa pendidikan Literasi media pada saat ini lebih
media bertujuan untuk mengembangkan menjurus pada penggunaan media sosial
baik pemahaman kritis maupun partisipasi yang dapat lebih dispesifikasikan pada
aktif, sehingga memampukan anak muda literasi digital yang merupakan turunan dari
sebagai konsumen media membuat tafsiran literasi media yang lebih luas. Literasi media
dan penilaian berdasarkan informasi yang meliputi televisi, film, media cetak.
diperolehnya, selain itu memampukan anak Sedangkan untuk kajian yang diteliti pada
muda untuk menjadi produser media dengan penelitian ini adalah mencakup penggunaan
caranya sendiri sehingga menjadi partisipan media sosial yang meliputi facebook,
yang berdaya di masyarakatnya. Pendidikan instagram, twitter, youtube, path dll.
media adalah soal pengembangan Menurut Kurniawati dan Baroroh, (2016)
kemampuan kritis dan kreatif anak muda. pengertian literasi media terdiri dari dua
Pelatihan literasi media diperlukan agar kata, yakni literasi dan media. Secara
masyarakat memiliki sikap kritis dalam sederhana literasi dapat diartikan sebagai
menyikapi setiap informasi dan interaksi kemampuan membaca dan menulis atau
yang ada. Masyarakat perlu di berikan dengan kata lain melek media aksara
edukasi berkenaan dengan aturan dan cara sedangkan media dapat diartikan sebagai
main yang digunakan ketika dia suatu perantara baik dalam wujud benda,
memanfaatkan sosial media dalam manusia, peristiwa, maka literasi digital
kehidupan sehari-hari. Validitas media dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
harus ditelusuri dengan cara mencari

147
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

mencari, mempelajari, dan memanfaatkan (seperti facebook, twitter), contohnya, yang


berbagai sumber media dalam berbagai dibentuk oleh teman teman, kolega, dan
bentuk. orang orang yang kita hormati dan percayai,
Pemahaman yang cukup mengenai dunia kita memiliki akses pada data yang dapat
digital bagi kalangan anak muda dan dianggap penting. Ada kalanya teman dan
keterbukaan informasi di media sosial yang kontak kita mencari informasi di internet dan
memberikan dampak negatif penggunaan menemukan sampah yang tidak menarik,
media sosial seringkali dialami oleh dan sejumlah potongan data yang patut
kalangan muda. Menurut Stefany dkk dibagi. Sampah yang tidak menarik
(2017) literasi media adalah kemampuan 'disaring', dan data yang menarik dan
pengguna media sosial yang secara kritis berguna disebarkan dengan memposting
dan kreatif dapat menyaring informasi yang pada media sosial. Ketika kita masuk ke
beredar diberbagai media. media sosial tersebut, kita dapat menyaring
Setelah menelaah kebutuhan dan data berdasarkan rekomendasi dari teman
kekayaan keilmuan yang semakin kita.
berkembang, peneliti mencoba Hal tersebut dapat kita lakukan ketika
menggambarkan dan merumuskan menyaring informasi yang dianggap perlu
permasalah, yaitu bagaimana program atau dibutuhkan oleh kita dan membuang
pendidikan dan pelatihan literasi digital informasi yang tidak perlu atau informasi
pada usia muda dapat memberikan sampah. Sebagai pengguna media, khalayak
kemampuan literasi digital dalam harus dapat memilahmilah informasi secara
penggunaan media sosial dikalangan muda cerdas, sehingga tidak terjebak pada berita
di Kota Bandung. yang bersifat hoax atau berita bohong.
Perkembangan teknologi komunikasi
B. KAJIAN LITERATUR mempengaruhi cara kita berinteraksi.
Tekhnologi komunikasi melahirkan internet
Media baru yang sekarang banyak yang mempengaruh setiap bidang kehidupan
digunakan oleh hampir semua lapisan manusia. Interaksi sosial dapat dengan
masyarakat adalah sosial media. Media ini mudah terjadi dengan bantuan koneksi
yang dikenal dengan istilah jejaring sosial, internet. Perusahaan telekomunikasi
media ini diantaranya adalah facebook, menciptakan banyak fiture atau aplikasi
twitter dan youtube. Di Indonesia pengguna untuk memudahkan berkomunikasi dengan
facebook menempati peringkat ketiga dunia adanya media sosial. Gencarnya informasi
setelah Amerika Serikat. Sedangkan dan perkembanan teknologi patut di sikapi
pengguna twitter di Indonesia peringkatnya dengan bijak. Teknologi seperti dua sisi
tidak beda jauh dengan facebook. mata uang yang sama. Media sosial ini di
Sedangkan youtube adalah situs web video satu sisi bisa berdampat positif di sisi lainnya
sharing (berbagi video) yang popular berdampak negatif. Menurut Kurnia dkk
digunakan. Umumnya youtube berisi video (2018), Media sosial merupakan sebuah
klip, film, TV serta video yang sengaja sarana komunikasi yang dapat digunakan
dibuat serta diunggah dengan berbagai sebagai tempat untuk mencari informasi
tujuan tertentu. Menurut Jones dan Hafner (sumber informasi) dan dalam
(2012) penggunaan sekelompok orang untuk penggunaannya diperlukan keterampilan
menemukan data yang berguna and literasi media.
menyingkirkan data yang tidak berguna, Penggunaan media sosial yang juga
disebut algoritma social atau filter social. merupakan bagian dari media komunikasi
Dengan berpartisipasi dalam media sosial

148
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

dapat mempengaruhi terhadap kepribadian manfaat yang dirasakan dalam


seseorang. Apabila pengguna tersebut tidak mengkonsumsi media. Tujuan dasar literasi
melakukan filtrasi ataupun memiliki media ialah mengajarkan pengguna media
kemampuan dalam literasi media yang untuk menganalisis pesan yang disampaikan
mereka butuhkan. Bagi generasi muda atau oleh media massa, mempertimbangkan
kalangan muda hal ini dapat menimbulkan tujuan komersil dan politik dibalik suatu
permasalahan-permasalahan yang tidak citra atau pesan media, dan meneliti siapa
diharapkan. Oleh karena itu perlu kesadaran yang bertanggungjawab atas pesan atau ide
tersendiri dalam menyikapi hal tersebut. yang diimplikasikan oleh pesan atau citra
Menurut Ryan T & Xenos (2011), itu.
mengemukakan tiga tipe pengguna media Pada dasarnya media literacy merupakan
sosial yaitu narcissm, shyness dan loneliness kepedulian masyarakat terhadap efek negatif
yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut: dari media massa. Seperti kita ketahui media
Narcissm, posting lebih sering dari massa mempunyai dua sisi mata pedang
pengguna lainnya, memamerkan hal-hal memberikan dampak positif dan negatif. Sisi
yang semestinya tidak perlu diunggah negatif terkadang lebih banyak dari sisi
(posting) (superficial behavior), media positifnya. Diantaranya mengurangi privasi
sosial lebih banyak digunakan sebagai self- individu, meningkatkan potensi kriminal,
promoting behavior (menawarkan diri dan juga menimbulkan overload dalam
sendiri); Shyness, kecemasan sosial tinggi, berkomunikasi. Dengan memahami literasi
menggunakan media sosial lebih sering media, audience media massa dapat
daripada pengguna yang lain (terlihat dari memberikan reaksi serta menilai sebuah
jumlah postingan), media sosial digunakan pesan media dengan penuh kesadaran dan
untuk mengatasi kecemasan mereka; rasa tanggung jawab.
Loneliness, cenderung memiliki sifat yang Sedangkan dalam mengevaluasi
merasa lebih nyaman dengan hubungan on program kegiatan literasi media (literasi
line antar sesama manusia, selalu merasa digital) ada 3 dimensi dalam mengukurnya,
kesepian, penuh rasa cemas, media sosial diantaranya adalah dimensi motivasi,
dimanfaatkan untuk mencari siapa aja. dimensi pengetahuan, dan dimensi
Usia muda atau remaja berasal dari kata keterampilan. Ketiga dimensi ini merupakan
latin yaitu adolesence yang berarti tumbuh evaluasi terhadap pertama, tingkat
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah keberhasilan atau pengelolaan program.
adolesence mempunyai arti yang lebih luas Kedua, tingkat keberhasilan literasi media di
lagi, yaitu mencakup kematangan mental, tengah peserta atau partisipan anggota.
emosional sosial dan fisik. Usia remaja Digital Literacy atau keterampilan abad 21,
adalah masa peralihan dari kanak-kanak tercakup dalam keterampilan belajar dan
menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga inovasi, berpikir kritis dalam pemecahan
tingkatan yaitu usia pra remaja yaitu 10- 12 masalah, komunikasi dan keterampilan
tahun, remaja awal usia 13 tahun – 16 tahun kolaborasi. Menurut Alkalai (2004) terdapat
dan remaja akhir usia 17 - 21 tahun 5 jenis kemahiran yang tercakup dalam
(Hurlock, 1992). istilah umum digital literacy meliputi:
Dalam penelitian ini usia dibatasi pada 1. Photo – visual literacy adalah
usia 17 – 21 tahun. Faktor eksternal pada kemampuan untuk membaca dan
masa ini mempunyai pengaruh yang cukup menyimpulkan informasi dari visual;
besar termasuk pula daya tarik media, 2. Reproduksi literacy adalah kemampuan
faktor-faktor kebutuhan terhadap media dan untuk menggunakan teknologi digital

149
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

untuk menciptakan karya baru dari sehingga informasi yang diterima melalui
pekerjaan; media sosial dapat dipertanggungjawabkan
3. Percabangan literacy adalah kebenarannya.
kemampuan untuk berhasil menavigasi
di media non-linear dari ruang digital; C. METODOLOGI PENELITIAN
4. Informasi literacy adalah kemampuan
untuk mencari, menemukan, menilai dan Penggunaan metode ilmiah dalam suatu
mengevaluasi secara kritis informasi penelitian merupakan suatu tahapan atau
yang ditemukan di web; langkah–langkah yang akan berpengaruh
5. Sosio-emosional literacy mengacu pada terhadap menentukan suatu keberhasilan
aspek-aspek sosial dan emosional hadir dari suatu penelitian sehingga penelitian
secara online, apakah itu mungkin tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
melalui sosialisasi, dan berkolaborasi Strategi yang digunakan dalam penelitian ini
atau hanya mengkonsumsi konten. adalah single case study (studi kasus
tunggal), yaitu sebuah desain kasus yang
Sementara itu, Douglas A.J. Belshaw memberikan kesempatan untuk melakukan
dalam tesisnya What is 'Digital Literacy'? eksplorasi yang mendalam dari fenomena
(2012) mengatakan bahwa ada delapan tertentu. Melalui penelitian deskriptif
elemen esensial untuk mengembangkan dengan strategi single case study, penelitian
literasi digital, yaitu sebagai berikut: ini akan memberikan gambaran secara
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam lengkap dan mengeksplorasi seacara
konteks pengguna dunia digital; mendalam bagaimana program pelatihan
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai literasi media dapat memberikan pendidikan
konten; terhadap kalangan usia muda di Kota
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu Bandung. Mementingkan ukuran jumlah
yang ahli dan actual; informan yang representatif (populasi) untuk
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja diwawancarai karena penelitian kualitatif
jejaring dan komunikasi di dunia digital; tidak bisa digeneralisasikan. Pemilihan
5. Kepercayaan diri yang bertanggung informan dengan metode purposif berarti
jawab; mencari informan yang dapat memberikan
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara informasi sebanyak-banyaknya pada hal
baru; yang berkaitan dengan permasalahan
7. Kritis dalam menyikapi konten; dan penelitian dan tujuan penelitian. Metode ini
literasi digital sebagai kecakapan hidup; digunakan untuk mengetahui bagaimana
dan proses pelatihan literasi media dapat
8. Bertanggung jawab secara sosial. memberikan pendidikan terhadap kalangan
usia muda. Pada penelitian ini informan
Elemen tersebut di atas merupakan terdiri dari 5 orang kalangan usia muda.
elemen dasar dalam pengembangan literasi Adapun teknik pengumpulan data yang
digital. Dengan dilakukannya digital literasi digunakan meliptui wawancara,
maka diharapkan dapat lebih memahami dan dokumentasi dan studi pustaka.
dapat mempunyai kemampuan dalam hal Peneliti harus memiliki syarat dalam
kognitif, komunikatif. Mempunyai menentukan subjek utama penelitian agar
kemampaun dalam kreativitas, mempunyai lebih spesifik dan memudahkan dalam
kepercayaan diri dan mempunyai sikap pemilihan informan tambahan. Pemilihan
kritis dalam mengkonsumsi media sehingga dari informan ini didasari oleh perwakilan
dapat menghindari berita bohong dan fake, usia yang termasuk kedalam kategori usia

150
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

muda dan tempat tinggal yang mewakili keterampilan kalangan usia muda dalam
wilayah di Kota Bandung. mengakses informasi yang disajiakan oleh
Berikut daftar subyek utama (informan) media massa. Pada perkembangannya media
yang dijadikan sumber penelitian: massa mengalami peningkatan yang pesat
1. Kamaludin (KD, 20 tahun): asal Ujung terutama pada media sosial. Pengguna media
berung; sosial di Indonesia merupakan pengguna yang
2. Sri Rahayu (SR, 21 tahun): asal Gerlong aktif dan termasuk ke dalam peringkat 3 besar
Girang; di dunia dalam penggunaannya. Hal ini cukup
3. Senja Nur F (SN, 17 tahun): asal mengkhawatirkan karena pengguna media
Antapani; sosial ini merupakan kalangan usia produktif
4. Agnes Devi S. (AD, 17 tahun): asal Bale dan lebih spesifiknya adalah kalangan usia
Endah; dan muda yang berusia kisaran 17–21 tahun.
5. Yos Zania: (YZ, 18 Tahun): asal Media sosial yang dikonsumsi oleh kalangan
Kebonjati. muda ini berupa facebook, twitter, instagram
dan youtube. Selain itu juga beberapa media
Sedangkan informan kunci dalam sosial yang digunakan berupa media yang
penelitian ini adalah Santi Indra Astuti (SIA, dapat digunakan secara individual (chatting)
48 Tahun) yang merupakan penggiat literasi maupun grup seperti line, whatsapp, hang out,
digital di Jaringan Penggiat Literasi Digital we talk dan lain-lain. Penggunaan media sosial
yang juga merupakan dosen di Kota saat ini sangat masif, terutama pada kalangan
Bandung. usia produktif. Media ini digunakan mulai dari
anak usia balita sampai usia manula. Lamanya
D. HASIL DAN PEMBAHASAN penggunaan media sosial ini dalam sehari rata-
rata dimulai dari 2 sampai 7 jam dihabiskan
Pelatihan literasi digital diperlukan agar untuk mengakses informasi yang disediakan
masyarakat memiliki sikap kritis dalam oleh layanan informasi tersebut.
menyingkapi setiap informasi dan interaksi Literasi digital sebagai rangkaian gerakan
yang ada. Masyarakat perlu di berikan edukasi melek media yang dirancang untuk
berkenaan dengan aturan dan cara main yang meningkatkan kontrol individu terhadap
digunakan ketika dia memanfaatkan sosial media yang mereka gunakan untuk mengirim
media dalam kehidupan sehari-hari. Validitas dan menerima pesan. Kata kunci dari penting
media harus di telusuri dengan cara mencari nya media literasi yaitu bagaimana kita
informasi dari berbagai macam media. memiliki filter atau kontrol terhadap media
Tujuannya untuk pencarian apakah isi dari yang bisa digunakan untuk pencarian
berita memiliki informasi yang berimbang informasi dan hiburan. Landasan hukum perlu
atau tidak. Kebebasan pers dan didukung oleh di perkenalkan sebagai pengetahuan bahwa
teknologi komunikasi dengan internetnya kegiatan media literasi di lindungi oleh undang
memungkinkan masyarakat untuk undang dasar. Ruang lingkup dari media
memproduksi dan mengkonsumsi informasi. literasi antar lain literasi teknologi, literasi
Fenomena banyaknya berita hoax atau informasi, literasi tanggung jawab dan
informasi sumir diperlukan kesadaran untuk kompetensi. Pengetahun akan literasi
memilah berita. Pada tahap inilah diperlukan tekhnologi dikarenakan sesuai dengan teori
media literasi untuk menjembatani kebutuhan determinasi tekhnologi mengatakan bahwa
akan informasi dan edukasi informasi yang masyarakat dalam kehidupannya mengikuti
sehat. perkembangan teknologi.
Program literasi media ini bertujuan untuk
memberikan pengetahuan, pemahaman dan

151
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Setiap lahirnya teknologi baru manfaatnya. Sesi kedua pada tahap pertama
mempengaruhi cara pencarian informasi dan dilanjutkan dengan penugasan mengangkap
benteraksi. Terdapat tiga elemen dan tujuan studi kasus yang ditemukan dikehidupan
pentingnya pengetahuan media literasi di sehari hari dan menjelaskan latar belakang
berikan kepada peserta pelatihan antara mengapa hal tersebut bisa terjadi. Setelah
lain: Sebuah pemikiran kritis untuk kerangka berpikir dirumuskan sesuai dengan
mengembangkan penilaian mandiri terhadap hasil observasi pada pengalaman tiap peserta,
media; Sebuah kesadaran akan dampak media mereka ditugaskan untuk mencari solusi
pada individu dan masyarakat; dan terhadap permasalahan tersebut. Solusi
pemahaman tentang kewajiban etika dan terhadap permasalahan tersebut didasarkan
moral praktisi media. pada kewajiban setiap pengguna media sosial
Metode yang digunakan pada pelatihan ini untuk mematuhi nilai, norma dan etika yang
berupa diskusi dengan pendekatan pedagogi. berlaku. Landasan tentang etika sudah
Diskusi yang dilakukan seperti membahas diberikan pada materi pengantar di awal
berita berisi konten pornografi, pornoaksi dan pelatihan.
berita bohong (hoax), selain itu dari riset yang Terlihat perbedaan sebelum diberikan
di dapat bersumber dari pengadilan agama. materi media literasi dan sesudahnya.
Tingkat perceraian yang terjadi di Kota Perbedaan dapat diukur dari beberapa solusi
Bandung banyak di sebabkan oleh social yang tiap kelompok kemukakan di depan
media (Darmawan dkk, 2017). kelas. Tahap dua dilakukan ketika materi
Berbagai macam permasalahan yang pengantar literasi media telah dievaluasi.
ditimbulkan oleh media sosial ada baiknya Setelah hasil pengukuran telah di dapatkan
jika etika dan moral harus di sosialisasikan. maka pemberian materi tahap kedua berupa.
Hal tersebut sesuai dengan elemen terakhir Materi berupa literasi media yang lebih
dari tujuan pendidikan literasi media yaitu dispesifikasikan pada literasi digital dan
tentang kewajiban etika dan moral praktisi perkembangan teknologi diberikan oleh
media. Penggunaaan media gawai harus di narasumber kedua. Materi yang diberikan
sertai dengan aturan dan kesadaran akan merupakan pendalaman dari materi yang
media. Kesadaran akan dampak media pada sebelumnya telah diberikan. Pada materi tahap
individu serta masyarakat. Peserta pelatihan kedua narasumber memberikan pengetahuan
diberi treatment agar dapat membedakan berkenaan dengan perkembangan informasi
dampak positif dan negatif dari informasi pada sosial media. Dapat disimpulkan bahwa
yang diperoleh di media sosial. Selain itu pula informasi yang disajikan pada media sosial
mereka diminta untuk mengkoleksi dan mengalami metamorphosis. Pada content
mengumpulkan apa saja yang dapat pemberitaan mengalami variasi dengan setting
menghindari dan meminimalisir dampak yang memiliki banyak ragam. Narasumber
negatif dari media tersebut. Berikutnya adalah memberikan konten penjelasan konten yang
pembahasan tentang kewajiban etika dan beragam dilatarbelakangi oleh jenis media
moral praktisi media tidak cukup dengan yang mengalami perubahan secara cepat dan
metode belajar tanya jawab. Maka penugasan masif. Beda media sosial berbeda karakteristik
pembuatan mind mapping serta mengangkat dan tentu saja segmentasi aplikasi dan fitur
studi kasus yang sering ditemukan di lapangan yang di berikan. Treatment yang diberikan
diberikan kepada peserta pelatihan. Para untuk mengukur pengetahuan peserta akan
peserta pelatihan dibentuk beberapa kelompok pendalaman materi lebih bervariasi. Jika
setiap kelompok membuat mind mapping sebelumnya evaluasi dilakukan hanya sebatas
tentang media literasi, media teknologi beserta diskusi dan tanya jawab. Pada tahap kedua

152
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

peserta pelatihan diberi tantangan yang lebih kunci) bahwa literasi media harus secara
beragam. Peserta diberikan tugas untuk gencar dilakukan untuk mengantisipasi
membuat kerangka berpikir berkaitan dengan dampak negatif media massa yang tidak
materi yang telah diberikan. Setelah itu setiap disadari sudah masuk dala segala lini
kelompok yang telah dibentuk harus mampu kehidupan. Pengguna media sosial
menjelaskan di depan kelas. Pada tahap ini mempunyai tingkat yang tinggi terdapat pada
dapat dilihat hasil evaluasi bahwa peserta generasi muda. Hal tersebut diungkapkan oleh
bukan saja bisa menjelaskan kerangka yang key informant bahwa media sosial sudah
sudah di rumuskan tetapi menganalisis situasi masuk ke dalam semua aspek kehidupan,
yang diangkat dari studi kasus yang aktual sehingga melek media sangat penting ada pada
terjadi. semua kalangan, dan sosialisasi terkait dengan
Tantangan yang berbeda diberikan para dampak media dan antisipasinya perlu
peserta pelatihan jika dihadapkan dengan dilakukan baik oleh pemerintah maupun
perkembangan teknologi komunikasi di elemen masyarakat.
tengah masyarakat. Beberapa media Sosialisasi yang dilakukan terhadap
terkonvergensi harus di cari kelebihan dan masyarakat luas merupakan tanggung jawab
kekurangannya. Para peserta pelatihan pemerintah dan kaum intelektual yang dapat
mencoba untuk mengelompokkan jenis media memberikan edukasi dalam literasi media ini.
terkonvergen yang menyediakan informasi Media massa sebagai medium yang
dan memfasilitasi interaksi sosial. Kemudian, mempunyai manfaat yang banyak juga
mengkelompokkan jenis serta karakteristik mempunyai dampak negatif yang tidak sedikit.
dari media komunikasi. Menganalisis setiap Upaya melek media ini harus dilakukan juga
jenis media dengan karakteristik kelebihan oleh unsur masyarakat yang nota bene
yang dimiliki. Kelebihan apa yang dapat di mempunyai edukasi yang baik. Menurut
manfaatkan pada tiap jenis media yang (SIA),
berbeda.
Pemahaman peserta dievaluasi dengan “Masyarakat perlu diberikan edukasi
cara dibentuk kelompok tanya jawab di dalam sehingga mereka dapat menyaring
kelas. Perkembangan kognisi peserta bisa informasi yang baik dan mempunyai
diukur satu persatu dari konsistensi kognitif keahlian dalam memilah dan memilih
yang mereka miliki melalui proses tanya informasi yang mereka butuhkan, maka
jawab atau diskusi. Berbagai macam dari itu diperlukan literasi media.”
permasalahan yang ditimbulkan oleh media
sosial ada baiknya jika etika dan moral harus Program yang perlu dilakukan oleh
di sosialisasikan. Hal tersebut sesuai dengan Pemerintah salah satunya adalah dengan
elemen terakhir dari tujuan pendididian memberikan keahlian dasar berupa keahlian
literasi media yaitu tentang kewajiban etika dasar memutuskan pajangan pesan yang
dan moral praktisi media. Penggunaaan media dipilih dari suatu media, mengidentifikasi
gawai harus disertai dengan aturan dan dan memilih simbol-simbol, keahlian
kesadaran akan media. mengenali pola-pola, merangkai simbol-
Program literasi digital saat ini sedang simbol sehingga dapat ditafsir atau
digalakkan dan diperhatikan oleh pemerintah dimaknai, keahlian untuk menghubungkan
pada kurun tahun terakhir. Pemerintah secara simbol dengan makna yang telah mereka
umum sudah mencanangkan tentang literasi miliki sebelumnya. Keahlian dasar ini harus
dengan berbagai aspek. Sejalan dengan yang dimiliki oleh khalayak pengguna media,
diungkapkan oleh key informant (informan

153
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

sehingga mereka akan terhindar dari jebakan saya rasa materi yang disampaikan
informasi yang belum tentu kebenarannya. sangat pas untuk masalah hoax saat ini”.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah
dengan cek dan ricek informasi yang Pelatihan ini juga diharapkan membuat
diperoleh dengan sumber yang berbeda. peserta pelatihan lebih peka akan literasi
Seperti yang diungkapkan oleh informan digital dan berita bohong saat ini. Peserta yang
kunci adalah sebagai berikut: lain juga mengatakan bahwa:

“Dalam menerima informasi dari ”Pelatihan literasi media, merupakan


website baik berupa berita ataupun edukasi yang baik untuk mengantisipasi
infotaiment, khalayak dalam kesimpangsiuran informasi.” (SR).
mengkonsumsi media harus melakukan
cek dan ricek terhadap informasi Dengan informasi akan membentuk
tersebut, sebelum menerima informasi sebuah pemikiran, dan pemikiran akan
tersebut dengan mencari sumber membentuk sebuah keputusan, yang mana
informasi lain yang terpercaya.Setelah sebuah keputusan akan membentuk sebuah
dapat diterima kebenaran informasi itu, sikap. Maka betapa pentingnya kita untuk
kemudian boleh dilakukan sharing memiliki keterampilan dalam memilah
informasi terhadap berita yang informasi sebelum kita menyebarkan
diterima.” (SIA) informasi kepada teman-teman atau keluarga
kita atau di media sosial di Indonesia.
Peserta yang mengikuti pelatihan ini Materi yang diberikan pada pelatihan
mempunyai pandangan yang positif terkait literasi digital inipun beragam. Dengan
dengan kegiatan ini menyatakan bahwa pemateri yang sesuai dengan kapasitas dan
ketika mengikuti pelatihan ini sangat bidangnya dengan metode dan penyampaian
menarik dan bermanfaat, terutama yang berbeda-beda. Namun tetap, pada
korelasinya dengan jurusan saya, ilmu akhirnya mengacu pada penjelasan dari literasi
komunikasi. Saya belajar bagaimana saya media itu sendiri. Para peserta diberikan
harus membuat literasi dalam dunia modul mengenai literasi media selama
jurnalistik maupun dalam caption di media pematerian. Setelah diberikan pematerian,
sosial sekalipun. (SN) para peserta dibagi kelompok, untuk
Materi pelatihan yang disampaikan juga mendiskusikan tentang literasi
membahas tentang hoax atau berita bohong media/fenomena tentang literasi media yang
yang sudah berkembang dengan sangat sedang terjadi. Kemudian di presentasikan
memprihatinkan. Peserta tertarik dengan untuk bertukar pikiran antara yang
materi ini karena dengan adanya materi mempresentasikan dengan audience. Terjadi
tersebut peserta dapat mengetahui trik-trik sebuah diskusi yang menarik. Juga
apa yang harus dilakukan untuk terhindar mendapatkan pengalaman baru saat proses
dari jeratan berita bohong atau hoax diskusi itu berlangsung. Pada penghujung
tersebut. Seperti yang disampaikan oleh acara, para peserta di beri angket mengenai
Informan (YZ) mengatakan bahwa: pelatihan literasi media itu sendiri, dengan
tujuan untuk mengetahui respon dari audience
”Saya tertarik dengan materi hoax sendiri terkait pelatihan literasi digital.
(berita bohong) yang dipaparkan. Para peserta diharapkan dapat memahami
Melihat dari berita-berita di media sosial pentingnya literasi media, untuk kemudian
yang begitu banyak dan tidak terkontrol, diaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari.

154
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Tanggapan informan (KD) terkait pelatihan media literate dari setiap individu. Pada
ini mengemukakan bahwa pelatihan literasi pelatihan ini peserta belum semua mempunyai
media harus “digeliatkan”, mengingat keahlian ini dikarenakan keahlian ini
pesatnya perkembangan teknologi informasi membutuhkan latihan yang terus menerus dan
yang sebanding dengan perkembangan konsisten sehingga mereka dapat
informasi itu sendiri. melakukannya dengan baik. Oleh karena itu
Pelatihan literasi digital merupakan sarana pendidikan literasi media merupakan solusi
untuk menyampaikan informasi terkait yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan
pengetahuan, pemahaman juga keterampilan elemen masyarakat dan civitas akademika
dalam menggunakan media massa. Peserta yang peduli terhadap kemajuan bangsa.
pelatihan yang termasuk kategori usia muda
yang mempunyai rentang usia 17–21 tahun, DAFTAR PUSTAKA
maka materi yang diberikannya pun terkait
dengan media yang sering mereka gunakan APJII, (2017). Infografis Penetrasi & Perilaku
dan dijadikan sumber informasi. Baik untuk Pengguna Internet Indonesia 2017.
kebutuhan tugas sekolah, rekreasi dan juga Jakarta: Asosiasi Penyelenggara Jasa
sekedar untuk eksistensi diri. Sejalan dengan Internet Indonesia.
yang disampaikan oleh McQuill (2003) dalam Buchingham, D. (2001). Digital Media
Yosal (2009) seseorang yang menggunakan Literacies: rethingking media
media massa didorong oleh empat motif, yaitu education in the age of the Internet,
informasi, identitas pribadi, integrasi dan Research in Comparatie and
interaksi sosial, sosial hiburan. Motif tersebut International Education, 2(1), 43 – 45.
dipengaruhi juga oleh cara media massa
mengemas sebuah informasi, sehingga Darmawan, C. Silvana, H. (2017). Media
informasi yang tidak bernilai pun dapat Literacy: The Effect Of
“tampak” bernilai jika dikemas dengan Communications Media On Young
sedemikian rupa sehingga menarik minat Age Divorce In Bandung City.
audience untuk menerima informasi tersebut. International Conference (IBRAFF):
Bandung.
Darmawan, C. Silvana, H (2017) Laporan
E. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian: Pengaruh Media
Pendidikan literasi digital untuk usia muda Komunikasi terhadap Perceraian Usia
menjadi hal yang penting dilakukan karena Muda. LPPM Universitas Pendidikan
usia muda adalah kalangan yang paling rentan Indonesia.
dalam mengkonsumsi media. Selain itu pula Belshaw, D. (2012). What is' digital literacy'?
usia muda yang diharapkan sebagai agen A Pragmatic investigation (Doctoral
perubahan untuk mengatasi berbagai dissertation, Durham University).
problema masyarakat digital. Keahlian dasar http://etheses.dur.ac.uk/3446/1/Ed.
menjadikan aspek yang harus dipunyai oleh D._thesis_(FINAL_TO_UPLOAD
kalangan usia muda, yang dalam pelatihan ini ).pdf.
telah dimiliki oleh para peserta pelatihan.
Keahlian lanjut juga diperlukan untuk Eshet, alkalai. (2004). The Overarching
memaknai pesan-pesan media yang lebih Element for Successful Tecnology
kompleks yang biasanya memiliki banyak Integratiton, Springer International
lapisan-lapisan makna. Semua keahlian Publishing Switzerland 2015 Wan Ng.
tersebut pada akhirnya menentukan tingkat

155
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

New Digital Technology in Education


DOI 10.1007/978-3319-05822-6).
Iriantara, Yosal. (2009). Literasi Media.
Cetakan Pertama. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Jones & Hafner. (2012). Understanding
Digital Literacies (A Practical
Introduction). New York: Routledge.
Hurlock, E.B. (1992) Development
Psychology: A Lifepan Approach
(terjemahan oleh Istiwidayanti).
Jakarta: Erlangga Gunarsa.
Kurnia, D, N dkk. (2018). Hubungan
Pemanfaatan Media Sosial Instagram
Dengan Kemampuan Literasi Media
Di Upt Perpustakaan Itenas. Edulib.
Vol. 8 (1).
Kurniawati, J dan Baroroh, S. (2016). Literasi
Media Digital Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Bengkulu. JKM, Vol.
8 (2).
Pratiwi, N dan Pritanova, N. (2017). Pengaruh
Literasi Digital terhadap Psikologis
Anak dan Remaja. Jurnal Semantik.
Vol 6, (1). 11-24.
Ryan, T., & Xenos, S. (2011).Who Use Face
Book? An investigation into The
Relationship between The Big Five,
shyness, narcissm, loneliness, and
Face Book usage. Computers in
Human Behaviour, 27(5), 1658-1664.
Stefanny, S dkk. (2017). Literasi digital dan
pembukaan diri: studi korelasi
penggunaan media sosial pada pelajar
remaja di Kota Medan. Sosiglobal.
Vol. 2 (1). 10-31.

156

You might also like